BACK TO YOU CHAPTER 1




.


.


.



Seharian ini Kanaya disibukan dengan kegiatannya sebagai mahasiswi koas. Dirinya harus mengikuti kemana dokter seniornya pergi. Mulai dari mendatangi kamar-kamar pasien, hingga ikut terjun menangani pasien mengikuti instruksi seniornya. Semua dilakukan sebagai salah satu rangkaian untuk mencapai gelar dokternya. Beruntung masa ini akan segera berakhir karena tepat bulan depan dirinya akan mengikuti tes untuk mendapatkan gelar kebanggan tersebut.

 

Niat hati ketika sampai, Kanaya ingin segera bersih-bersih lalu memakan es krim yang dibawanya. Namun saat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi, seseorang malah mengetuk pintu kamarnya dan membuat ia menunda niatnya untuk duduk di atas kasur.

 

“Iya?” Tanyanya pada Sharga yang berada di balik pintu itu.

 

“Dipanggil mami kak.”

 

Kanaya tanpa sadar menghela lelah. Dia ingin menolak tetapi adiknya telah lebih dulu meninggalkannya. Akhirnya, mau tidak mau ia menutup pintu kamarnya untuk menemui sang mami yang ada di ruang tengah.

 

“Kenapa mi?” Tanyanya saat ia telah sampai di bawah. Kanaya mendudukan bokongnya di sisi sofa di samping Kaivan sementara orang tuanya ada di sofa lainnya.

 

“Ada yang mau papi dan mami sampaikan.”

 

Dirinya hanya mengangguk singkat. Mempersilahkan orang tuanya untuk mengatakan tujuan memanggilnya turun. Padahal mereka tahu jika ia pulang malam, dirinya tidak mau diganggu karena sudah begitu lelah. Namun malam ini malah kebalikannya.

 

“Koas kamu sebentar lagi selesai kan?”

 

“Iya mi..” Balasnya dengan anggukan kecil.

 

“Gini Nay, mami sama papi punya rencana buat ngenalin kamu sama anak teman papi.”

 

“Ngenalin buat apa?”

 

“Ya buat kenalan lah Nay..”

 

Kanaya menoleh dan memberikan tatapan sengit kepada Kaivan yang hanya bisa menyunggingkan senyum jahilnya.

 

“Bisa diem aja enggak sih kak!”

 

“Eh udah udah, jangan berantem.” Ucap Adista mencoba menghentikan keributan kecil antara kedua anaknya.

 

Adista kembali menatap sang anak gadis.

 

“Mami sama papi berpikiran buat ngejodohin kamu. Kamu kan udah mau lulus, jadi enggak salahkan buat mulai cari pasangan.”

 

Mendengar penjelasan Adista, Kanaya langsung mengempaskan bantal di pangkuannya ke sisi sofa yang kosong.

 

“Aku enggak mau. Nih, Kak Kaivan yang lebih tua dari aku aja duluan. Aku masih mau menikmati hidup ini.”

 

“Eh enak aja, aku masih ada urusan. Belum kepikiran buat mikirin soal jodoh.”

 

“Ya sama! Apa kabar aku yang belum juga lulus, belum juga ngerasain jadi dokter seutuhnya udah main dijodoh-jodohin aja. Enggak, enggak, aku enggak mau. Ini bukan zaman tua yang mainnya jodohin anak.” Tegas Kanaya dengan menatap tajam kepada kedua orang tuanya.

 

“Nak dengerin papi ya, papi ngelakuin ini biar kamu enggak salah pilih. Kamu bisa ketemu orangnya dulu, baru abis itu kamu kasih jawaban kamu ke kita.”

 

“Enggak pi. Sekali enggak mau tetep enggak mau. Mau aku ketemu atau enggak, aku tetep enggak mau dijodohin kayak gini!”

 

“Yaelah kak, kenapa enggak mau. Enak kali dijodohin, jadi lo enggak usah pusing-pusing cari pasangan. Enggak kayak Kak Kaivan tuh, yang masih jomblo hahaha..” Imbuh Sharga yang entah datang dari mana. Dirinya baru bergabung dan langsung menertawai wajah masam Kaivan.

 

“Kurang ajar lo. Gua cabut uang saku lo, baru tau rasa.”

 

“Eh.. jangan gitu dong kak. Gua cuma bercanda aja..”

 

Kaivan tidak menggubrisnya. Dia malah melemparkan bantal sofa ke wajah Sharga.

 

“Udah, udah. Kenapa kalian jadi ribut.” Mahatma mencoba menyudahi keributan antara kedua anak laki-lakinya itu. Lalu ia kembali menatap Kanaya yang masih terlihat begitu teguh dengan penolakannya.

 

“Gimana Nay, kamu mau kan? Ketemu dulu aja ya..”

 

Kanaya meringis mendengar permintaan Mahatma. Dia terlalu kesal sampai rasanya ingin sekali memaki. Jika tidak ingat jika pria di depannya ini adalah orang tuanya, mungkin Kanaya benar-benar sudah memakinya.

 

“Terserah, tapi sampai kapan pun aku enggak mau dijodohin. Kalian bisa atur pertemuannya tapi kalian juga akan tahu jawaban aku akan tetep sama.”

 

Kanaya berdiri dia hendak meninggalkan ruang itu tetapi berhenti tepat di depan Sharga yang menatapnya dengan kepala mendongak.

 

“Kalau lo pikir dijodohin enak, silahkan lo yang nikah. Sekali-kali lo tuh perlu ditampar biar enggak asal jeplak kayak tadi. Inget! Lo tuh cuma adek gua, jadi jangan sok tau tentang kehidupan gua.”

 

Setelah meluapkan kemarahannya kepada Sharga, Kanaya pun benar-benar pergi meninggalkan anggota keluarganya yang tampak terkejut mendengar kalimatnya. Untuk pertama kali selama Kanaya hidup, mereka baru mendengar kemarahan Kanaya dengan kalimat kasar seperti itu. Biasanya Kanaya hanya akan diam jika ada yang mengusiknya. Namun malam itu, sepertinya mereka baru mengetahui sisi lain Kanaya yang tidak pernah mereka lihat.

 

“Kak Naya kenapa?” Tanya Sharga tanpa bisa melepaskan atensinya dari Kanaya.

 

“Salah lo. Makanya jangan asal ngomong. Baru tau rasa kan dimarahin Naya.”

 

Sementara itu, baik Mahatma maupun Adista masih sama-sama terkejut melihat luapan kemarahan Kanaya. Mereka hanya saling bertukar pandang tanpa tahu harus mengatakan apa. Di samping itu, Adista merasa cukup aneh dengan bentuk kemarahan Kanaya. Dalam benaknya, selain terkejut dia juga merasa ada yang tidak beres dengan reaksi yang Kanaya berikan.


 

T . B . C





Hallo semua, akhirnya aku bisa nyapa kalian lagi.

Gimana nih kabarnya???

 Terakhir aku nyapa kalian sama project valentine, anniversary, dan new year. Nah sekarang aku balik lagi dengan project baru yang masih punya benang merah dengan cerita sebelumnya yaitu No Longer.

Sejujurnya, rencana soal benang merah ini gak akan berhenti di sini. Tapi akan ada cerita lain dengan benang merah yang sama. Tapi untuk itu masih tahap perencanaan ya, jadi semua masih bisa berubah-ubah.

Btw, gimana dengan cerita baru ini? Aku harap kalian bisa nerima ceritanya ya, dan ceritanya bisa jadi hiburan untuk kalian.

Aku enggak akan lama-lama ganggu kaliannya, jadi aku mau pamit. Semoga suka yaa sama project baru ini, dan sebelum aku akhiri mari bertemu dengan para cast untuk project Back to You...



- DF -

Comments

Popular Posts