Oh.. My Teacher part 3 (Something Wrong In My Heart)





Happy New Year All
Welcome 2012




Hari-hari berlalu dengan begitu lambat, karena aku benar-benar tak bisa melakukan hal-hal yang kuinginkan, terutama dance. Bagaimana bisa aku menari dengan kaki seperti ini? Walaupun begitu, ada kesenangan lain yang kulakukan, yup… mengerjai sonsengnim gila itu, LEE DONGHAE, namja menyebalkan yang terkadang membuat perasaanku sedikit aneh kala memandangnya. Tapi sekarang aku sadar, rasa yang kurasakan itu bukanlah cinta, melainkan hanya sekedar kekaguman sesaat. Buktinya sekarang perasaan itu sudah musnah seiring berjalannya waktu.



Kuakui namja itu hebat, sudah lebih dari 1 minggu dia bertahan menjadi guru seni dikelasku, hal yang sungguh mustahil dilakukan oleh seorang guru seni. Bahkan kata ‘sering’ saja tak cukup untuk mendeskripsikan berapa kali  kami mengerjainya, walaupun banyak mendapat tentangan dari anak-anak dikelasku, yang notabene ngefans berat sama namja sok cool itu, tapi sekali lagi nama besar orang tuaku mampu membuat mereka tak berkutik.


Dari mulai menempeli kursinya dengan permen karet hingga acara tidak bawa buku sekelas pun sudah dilakukan, tapi tetap saja semuanya bisa diatasinya dengan sangat baik.



Flashback




Ini adalah ide Tiffany, judulnya adalah ‘G BAWA BUKU SEKELAS’. Aku dan kelima sahabatku sedang sibuk menjalankan rencana tidak waras kami, kami mengambil buku seni milik anak satu kelas, tujuannya adalah membuat Donghae sonsengnim murka dan tidak mengajar untuk hari ini. Walaupun tak jarang ada aksi tarik-menarik buku dengan beberapa anak yang nggak rela melakukan ini, tapi hasilnya buku paket seni anak sekelas sudah berhasil kami dapat dan kami sembunyikan ditempat yang paling aman menurut kami dan tempat itu adalah TOILET. Mana mungkin ada yang mau mencari buku di toilet? Benar kan? Inilah hasil pemikiran So Eun yang menurutku cukup brilliant.


“Kalau ada yang berani ngomong ke sonsengnim kalau kita yang ambil buku-buku itu, awas aja kalian! Jangan harap pulangnya selamat!” Ancam Jessica didepan kelas dan tentu saja disambut dengan tatapan kesal, sinis sekaligus pasrah dari seluruh siswi kelas kami. *gimana ya? Bayangin sendiri aja ya.. tatapan ga rela tapi gk bisa apa-apa!*


……………………



Author  POV



`````Art Lesson`````




“semua tolong buka bukunya! Saya akan menerangkan sedikit tentang seni musik!” Ucap Donghae sonsengnim sambil membuka bukunya
“Mianhae oppa! Aku tak bawa buku seni!” Ucap So Eun dengan suara menyesal yang dibuat-buat.
“kalau begitu kau bisa melihat punya Hyoyeon kan?” Ucap Donghae sambil menunjuk Hyo yang duduk disamping So Eun.
“Sayangnya aku tak membawanya Sonsengnim!” Ucap Hyo sinis dan cepat, tepat setelah Donghae menyelesaikan ucapannya.
“Siapa lagi yang tidak membawa buku?” Tanya Donghae sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas dan


“MWO? Semuanya tidak bawa?”
Tanya Donghae tak percaya saat melihat seluruh siswi dikelas itu mengacungkan jarinya. Tapi dengan cepat ia mengubah mimik wajahnya yang sedang terbengong hebat, tak  habis fikir dengan kelakuan siswi-siswi dikelasnya menjadi santai kembali saat melihat senyuman Hyo, ya.. dia sudah hafal dengan apa yang ada difikiran yeoja itu, ia sudah yakin kalau ini adalah salah satu taktik Hyo untuk membuatnya tak mau mengajar.

“Wah… tak kusangka kalian itu sangat kompak! Bagus! Bagus sekali!”
Ucap Donghae sambil tersenyum. Perkataannya sontak membuat seisi kelas melongo hebat, baru  kali ini mereka menemui sonsengnim segila ini, murid tidak membawa buku pelajaran malah dipuji.

“Lagipula ini kan pelajaran seni! Kita tak membutuhkan buku pelajaran kan?”
Ucap Donghae sambil melempar buku ditangannya keatas meja. Kelakuan gila dari seorang sonsengnim. Banyak alasan yang menyebabkan Donghae melakukan ini semua, pastinya ia tak mau kalah dalam permainan Hyo, ia ingin terlihat kuat dihadapan yeoja itu.



Pelajaran senipun dimulai walau tak memakai buku pelajaran, dan Donghae selalu berhasil mengajar dengan baik.



Back to story……………….




Hyoyeon POV



Sudah tepat 1 minggu setelah kejadian terkunci di gudang itu, dan kakikupun sudah sembuh 100 %. Tak ada rasa sakit yang berarti lagi saat aku menggerakkan kakiku.




`````Art lesson`````



“Untuk hari ini, kita memasuki bab baru yaitu seni lukis! Ada yang suka melukis disini?”
Tanya Donghae sambil tersenyum kearah kami. Aish…. Bisakah ia berhenti tersenyum? Aku benci melihatnya!
“dari 20 anak hanya 3 anak yang suka melukis?” Tanyanya heran saat melihat hanya 3 anak yang mengacungkan jarinya. Pabo! Masih untung ada yang suka!
“Baiklah! Kita mulai dengan praktek! Kita takkan langsung melukis dikanvas! Melainkan dibuku gambar dulu!”  Ucapnya
“Aku tak mau! Aku tak suka melukis!” Ucapku lantang
“Aku tak memintamu untuk suka melukis! Aku hanya memintamu menggambar!” Ucapnya tak kalah lantang, Aishh…. Kenapa dia selalu bisa membuatku tak berkutik.


“Menggambar itu hanya untuk anak tk! Aku mau belajar dance saja!” Ucapku sambil berdiri
“semua ada waktunya Hyo! Kita harus mengikuti kurikulum!” Ucapnya sambil mendekat kearahku
“Cih…… Tak perlu banyak alasan! Bilang saja kalau tak bisa ngedance!” Ucapku sambil menatap namja yang sudah berada tepat dihadapanku ini tajam.
“Oh ya? Kurasa kemampuan dancemu masih jauh dibawah rata-rata!” Ucapnya menghinaku
“MWO? Jangan asal ya! Dance itu keahlianku!”


“Haruskah aku percaya? Sepertinya danceku lebih baik darimu!”
“Apa kau bilang? Percaya diri sekali! Buktikan ucapanmu itu!” Ucapku kesal
“Dengan apa membuktikannya?”
“Dengan… dengan…..”
 Ucapku bingung sambil menoleh kearah teman-temanku, mengharapkan ada yang memberiku ide. Bagaimana caranya untuk membuktikan siapa yang lebih hebat!
“hmmm…. Battle Dance!” lanjutku yang baru saja mendapat ilham.“Hari ini juga! Sepulang sekolah!” Ucapku lantang sambil mendekatkan wajahku kewajahnya, mencoba memberi kesan serius + menantang. Aku takut ia menganggap apa yang kulakukan sekarang adalah drama.


“Aku terima tantanganmu Kim Hyoyeon-ssi!”
Ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku juga, membuat jarak diantara wajah kami sangat amat dekat. Bahkan hidungnya dan hidungku hampir bersentuhan. Aigooooooo…… Dasar PABO! Apa yang dia lakukan hah? Apa dia tak pernah menonton film? Harusnya jika A mendekatkan wajahnya ke B, B itu harusnya menjauhkan wajahnya dari wajah si A, bukannya malah semakin mendekatkan wajahnya. Aishh… apa hal seperti ini harus aku yang mengajari?


Sekarang dia membuatku tak berkutik lagi, melihat matanya dalam jarak sedekat ini membuat kerja jantung dan otakku menjadi tak karuan. Omoona……… aku merasakannya! Perasaan yang sudah seminggu ini menghilang kini datang kembali! Ish… padahal aku yang mulai! Aku yang lebih dulu mendekatkan wajahku kewajahnya, tapi kenapa sekarang jadi aku yang kena? Kenapa jadi aku yang tak berkutik? Aigoo….. ini namanya senjata makan tuan


Hingga akhirnya saat-saat mendebarkan itu berakhir, ia mulai berlalu meninggalkanku yang masih terpaku. Ia kembali kedepan kelas. Sedangkan aku, masih betah diposisiku, terdiam tak bergeming hingga So Eun menarik lenganku, menyuruhku kembali duduk sekaligus membuyarkan lamunanku.



…………………..



Recess time


At class….



“Sumpah ya! Ini tuh namanya bunuh diri!”
Ucap Fanny sambil menghias sebuah Spanduk. Spanduk? Yap… benar! Spanduk! Mereka berlima akan menggunakan spanduk-spanduk ini untuk mendukungku dalam battle dance sepulang sekolah nanti. Acara yang kubuat sendiri.

“Ne.. Mustahil kau bisa menang Hyo! Donghae oppa itu pendukungnya seabrek-abrek!”
Cerocos Yoona sambil mengambil sebuah ikatan kepala berwarna merah dan menuliskan namaku disana.

“Setuju! Kau akan mempermalukan dirimu sendiri!” Ucap So Min
“Aigoo…. Kalian semua itu pesimis sekali sih! Tenang saja! Danceku itu bagus! Aku takkan mempermalukan diriku sendiri!” Ucapku semangat
“YAK… Bukan itu masalahnya! Aku yakin dancemu  itu lebih bagus daripada Donghae oppa tapi pendukung Donghae oppa pasti akan sangat banyak nanti!” Seru Jessica
“Ne.. jangan-jangan hanya kita berlima yang mau mendukungmu! Ah… kalau begini caranya, sudah sangat jelas bukan siapa pemenangnya?” Ucap So Eun  yang mendapat anggukan dari keempat yeoja lainnya.
“Ish,… maka dari itu! Ini tugas kalian! Jangan kecewakan aku! Aratsoyo?” Ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka dikellas.


“ish… Hyoyeon!”

“Aigoo… dasar keras kepala!”

“YAK! BAGAIMANA BISA?”

Seru mereka kesal, sedangkan aku malah berlalu begitu saja meninggalkan mereka yang pastinya sedang sangat pusing. YA… Aku tau ini namanya bunuh diri! Aku juga tau jelas siapa yang akan menang pada akhirnya! Tapi ini menyangkut harga diriku! Aku tak mungkin membatalkan battle dance ini!


“Ayo optimis Hyo! Kau kan belum tau apa namja itu bisa menari! Yakin saja! Yakin kau bisa menari lebih baik darinya!”
Ucapku menyemangati diri sendiri sambil berjalan melewati lorong-lorong kelas. Tidak ada tujuan yang jelas, aku ikuti saja kemana kakiku akan membawaku, aku bersikap sangat optimis dikelas tadi, namun sebenarnya itu hanyalah topeng. Sejujurnya aku sangat khawatir, aku khawatir akan mempermalukan diriku sendiri nantinya. Aku mencoba menenangkan fikiranku dengan cara ini, menjauh dari keramaian.


Hingga akhirnya aku tiba dihalaman belakang sekolah, tempat yang cukup menenangkan tapi aku amat sangat jarang kesini. Mungkin tempat ini bagus untuk seseorang yang sedang mempunyai masalah, dan seingatku aku tak pernah mengalami masalah yang cukup berarti, aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali aku kesini. Sekolahku itu sangatlah luas.


“CK!”
Decakku kesal saat melihat LEE DONGHAE ada disana, ya.. aku baru tau, namja itu sering kesini! Aish… kakiku membawaku ketempat yang salah. Aku segera berbalik sebelum namja itu menyadari keberadaanku, kepalaku terlalu pusing untuk beradu argumen dengannya.

“Chakkaman!”
suara namja itu terdengar jelas masuk ketelingaku. Sial…. Dia menyadari keberadaanku. Akupun menghentikan langkah kakiku tanpa berbalik menghadapnya, terdengar suara langkah kaki mendekat kearahku.

“Ada apa?” Tanyaku ketus
“Kalau kau mau membatalkan battle dance nanti, aku tak apa-apa!” Ucap namja itu sambil memasukkan kedua tangannya kesaku celananya.
“Untuk apa aku membatalkannya?”
“Ayolah Hyo! Kita berdua sama-sama tau siapa yang nantinya akan menang! Aku tak ingin kau mempermalukan dirimu sendiri!”
“Aku bukan pengecut! Kalau perlu jika aku kalah aku akan menuruti apapun perintahmu selama seminggu penuh!”


“Kau sadar dengan apa yang kau katakan?” Tanyanya sambil memicingkan matanya.
“Ne.. sadar! Sangat sadar! Dan jika aku yang menang, kau harus turuti keinginanku selama satu minggu ditambah kau harus mengundurkan diri menjadi guru seni dikelasku!”
“OK! Aku setuju! Tapi aku akan mengubah sedikit hadiah kemenanganku! Aku tak mau selama satu minggu! Kurasa satu hari saja cukup!” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
“Kau yakin?”
“keurae!” Ucapnya yakin. Akupun menjabat tangannya. Dan sesegera mungkin berlalu dari hadapannya.



Aku sadar apa yang kulakukan memang sangatlah bodoh! Tapi entahlah…. Semua itu keluar saja dari mulutku. Hanya keajaiban yang bisa membuatku menang! Bukan karena danceku yang kurang baik, melainkan pilihan siswi-siswi disini yang menjadi masalah. Sangat tidak mungkin mereka akan mendukungku, mendukung Hyoyeon, seorang siswi yang bersikap seenaknya mentang-mentang ia adalah anak dari kepala sekolah mereka. Siswi yang tidak tahu sopan santun, siswi yang bersikap sok kuasa.



Aishhhhhhhh………. Sungguh aku menyesal! Aku memang tidak bisa mengontrol ucapanku jika sedang kesal. OK! Lebih baik aku nikmati harga diriku yang masih penuh ini sekarang, karena kemungkinan besar dalam beberapa jam kedepan harga diriku akan turun karena dikalahkan Lee Donghae dalam battle dance.




………………………………….





Sekarang adalah waktunya, Battle Dance pun dimulai. Masih dengan seragam sekolah lengkap, aku  berjalan ketengah lapangan, tempat dimana Donghae berada. Ia juga masih memakai kemeja birunya. Siswi-siswi disekolahku pun sepertinya sangat antusias dengan battle dance ini, mereka berkumpul mengelilingi lapangan, bahkan sudah ada yang menyiapkan kameranya untuk merekam aksi dance kami, yah….. berita ini sangat cepat beredar keseluruh penjuru sekolah.



Para siswi disini terus saja menyesaki pinggir lapangan. Ingin melihat sonsengnim pujaan mereka melawanku. Aku menoleh kearah 5 sahabatku, kelima anak paling menonjol dari semua siswi disini, bagaimana tidak? Mereka itu lebih mirip pendemo daripada pendukungku. Mereka menggunakan bandana merah bertuliskan namaku yang diikatkan dikepala mereka, membawa spanduk bertuliskan kata-kata tak penting ditambah pengeras suara yang dibawa Tiffany.



Mereka berlima benar-benar terlihat seperti orang gila yang akan berunjuk rasa didepan gedung pemerintahan. Sampai sekarang akupun tak habis fikir bagaimana caranya aku mempunyai sahabat seheboh mereka. Belum lagi dipipi mereka ada huruf H yang ditulis dengan cat air.


Kini aku dan Donghae sudah saling berhadapan, persis ditengah lapangan.


“Kau siap?” Tanyanya sambil membuka kancing lengannya lalu menggulungnya sampai siku.
“Harusnya aku yang menanyakan itu padamu!” Ucapku acuh. Musik pun dimainkan
“Silahkan mulai duluan Kim Hyoyeon-ssi!” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
“Dengan senang hati!” Ucapku dengan nada ceria yang dibuat-buat. Akupun menarik nafas panjang lalu mulai melakukan danceku, dance yang mampu membuat semua yang melihatnya berdecak kagum.
Aku melakukan danceku sebaik yang aku bisa dan aku mengakhirinya dengan mengibaskan rambut panjangku yang tergerai ke wajahnya.


“It’s your turn! My teacher!”
Ucapku sedikit terengah-engah sambil menatap namja itu tajam. Namja itu mulai maju beberapa langkah lalu mulai menggerakkan tubuhnya, OMO…. Dia melakukannya! Namja itu bisa dance! Bahkan sangat baik! Teriakkanpun tak terhindarkan! Banyak yeoja-yeoja yang teriak histeris antusias dengan gaya dancenya! Bahkan gerakan-gerakan yang menurutku sangat sulitpun bisa ia lakukan dengan sempurna, tapi kurasa aku jauh lebih baik darinya, akupun maju hingga sejajar dengannya dan mengikuti gaya dancenya! SEE! I CAN DO IT!



Musik yang mengiringi dance kami bertambah kencang! Volumenya ditambah entah oleh siapa! Membuat dentuman musik yang dihasilkan menjadi semakin keras dan membuat dance kami menjadi semakin gila. Aku tak henti-hentinya menggerakkan tubuhku mengikuti alunan musik begitupun dia, ia terlihat sangat menikmati saat ini. Melelahkan itu sudah pasti! Keringat mengucur membasahi rambut, wajah dan badan kami tapi itulah salah satu hal yang membuat gairah seorang dancer bertambah. If you a dancer, you will agree with me.


Musik pun berhenti, sekarang suara riuh tepuk tangan dan teriakan terdengar jelas. Sedangkan aku dan Donghae  masih tak bergeming, kami sibuk mengatur nafas kami yang sudah sangat tidak beraturan. Kami berdua memburu nafas dengan tak terkendali. Sungguh! Ini battle dance terseru yang pernah kuikuti, aku adalah dancer, I love dance a lot, dan aku juga sangat amat sering mengikuti battle dance ataupun perlombaan dance lainnya. Tapi kuakui inilah yang paling mengasyikkan, paling menggairahkan, paling seru. Entahlah… tapi aku sangat menikmatinya.



 “waww…. That’s So Cool! Sekarang kita akan mulai melihat siapa pemenangnya! Bagi yang menyukai dancenya Donghae oppa berdiri disebelah kananku dan Untuk Hyoyeon disebelah kiriku”
Terdengar suara Tiffany dari pengeras suara. Akupun segera menoleh kearahnya, ingin segera mengetahui who is the winner?  sedangkan Donghae malah menatap lurus kearahku. Pabo! Apa dia pikir aku tak menyadarinya? Tapi terserahlah……. Aku tak perduli! Paling sebentar lagi ia akan mencaci gaya danceku!



“HYOYEON! HYOYEON! SARANGHAEYO! HYOYEON”
teriak kelima sahabatku sambil mengangkat tinggi spanduk-spanduk yang mereka bawa. Aigoo…… membuat malu saja! Tiffany yang bertindak sebagai pembawa acarapun juga tak bisa diam, ia terus-menerus meneriaki namaku melalui pengeras suaranya. Ah.. terserahlah! Aku memandang kearah kerumunan siswi yang berjalan kesebelah kanan dan kiri Fanny.



Aish…. Sudah kuduga! Aku kalah! Pendukungku cukup banyak tapi tak sebanyak yeoja yang berdiri disebelah kanan Tiffany. Melihat itu, aku segera berbalik, hendak meninggalkan lapangan namun sebuah tangan menahanku, ya.. siapa lagi kalau bukan Donghae pabo!



“Aku menang! Jangan lupakan taruhan kita!”
Ucapnya sambil tersenyum, Ia menguatkan tangannya ditanganku lalu menarikku semakin dekat kearahnya. Dekat… sangat dekat! Aku bisa melihat jelas keringat bercucuran didahinya! Aku menahan tanganku agar tak bergerak untuk menghapus keringat didahinya itu! Omoona… Dasar Pabo! Apa dia lupa statusnya? Ia adalah seorang guru! Dan dia melakukan ini padaku? Tepat ditengah lapangan? Menarikku hingga posisi kami sangat dekat seperti ini. 



Ish.. Apa maunya? Membuatku mati? Apa ia tak tau jantungku sudah tak bisa diajak kompromi jika melihatnya dalam keadaan seperti ini? Perlukah aku ulang keadaannyaa sekarang? Kau tau bagaimana tampannya ia saat sedang berantakan seperti ini? Ish… tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti dia tak terlihat culun + Tua. Deru nafasnya yang tidak beraturan terdengar jelas membuatku merinding. Begitupun hembusan nafasnya yang hangat menyapu wajahku tanpa diperintah. Omonaaaaa……. Aku bisa gila.


“Apa maumu?” Teriakku angkuh
“Besok aku akan mulai hadiahku! Sehari penuh! Benar kan?”
“Ne..”
“Datang kesini jam 7 pagi! Jangan terlambat bahkan sedetikpun! Ingat! Sedetikpun! Aku tak pernah bermain-main dengan ucapanku!” Ucapnya lalu melepaskan genggaman tangannya. Akupun segera menjauh darinya dan berlalu menuju kelasku diiringi dengan kelima sahabatku yang berjalan dibelakangku.





`````At Class`````





“Hyo! Kau itu sangat hebat  tadi!” Puji Yoona sambil membawakan sebotol minuman kaleng yang dingin dan membukakannya untukku
“Ne..Kami sangat kagum padamu! Itu dance terhebatmu!” Seru So Min sambil mengelap keringatku dengan handuk kecil ditangannya
“Tapi aku kalah!”
Ucapku kesal sambil menggebrak meja, membuat kelimanya kaget. Bahkan Jessica yang sedang memijat bahukupun terlonjak. Jika kalian bertanya-tanya dimana So Eun dan Tiffany, mereka berada dikanan dan kiriku, menggunakan buku mereka mengipasiku. YAA… AC nya sudah dimatikan oleh penjaga sekolah sejak 30 menit yang lalu.


“Ya sudahlah Hyo! Harga dirimu juga tak akan turun” Ucap So Eun
“Ne.. lagipula kau tak ada taruhan apapun dengan Donghae oppa kan? Kalau begitu santai saja!”
Ucap Fanny. Mereka memang tak kuberitau tentang taruhan itu. Kalau mereka tau aku bisa dimaki habis-habisan. Ah… kurasa ini yang terbaik! Biarlah mereka tak tau! Apa untungnya bagiku juga jika mereka tau!




………………………




Keesokan harinya……………….




Hari ini adalah hari sabtu, ya.. harusnya aku bisa bersantai-santai dikamar sekarang, menonton film, bermain game atau mungkin aku bisa tidur lebih lama tapi gara-gara namja menyebalkan itu, aku harus pergi ke sekolah dan mengikuti apapun yang ia perintahkan selama seharian ini. Apa yang akan ia lakukan padaku?



Aku berjalan malas kearah Donghae, ia berada tepat ditengah lapangan, memakai kaus berwarna biru dipadu dengan Jeans, aku menyukai gayanya hanya saja Aish… rambutnya! Rambutnya itu kuno sekali! Apa ia tak mengerti bagaimana model rambut yang baik? Dia itu terlihat sangat culun dengan rambut seperti itu.



Aku mendekat dan berhenti tepat didepannya
“Selamat pagi!” Sapaku mencoba ramah
“Jam 7 lewat 1 menit! Kau terlambat! Lari 1 putaran lapangan ini!” Ucapnya dingin sambil menatap lurus kearah jam tangannya
“M..MW… MWO? YAKK……….. Hanya 1 menit! Apa kau gila?”
“2 putaran!” Ucapnya masih dengan ekspresi dinginnya
“apa-apaan nih? Kenapa malah ditambah! Aku tuh udah merelakan sabtu pagiku untuk hal ga berguna kayak gini!”
“3 putaran!”
“YAKKK….. LEE DONGHAE!”
“4 putaran!”
“Stop! Oke… araseo! 1 putaran!”
ucapku sambil mengulurkan tanganku menyuruhnya berhenti. Aku melemparkan tas selempangku kepinggir lapangan dan mulai berlari dengan perasaan tak terima. Bagaimana tidak? Lapangan sekolahku itu sangat amat luas!!!



1 putaran terselesaikan, menyebalkan! Ini masih pagi dan ia sudah menyiksaku seperti ini? Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku membungkuk sembari memegangi kedua lututku karena kelelahan. Aku masih sibuk memburu nafas sampai tiba-tiba namja menyebalkan itu datang dan memakaikan sebuah topi dikepalaku,  mendapat perlakuan seperti itu, aku segera menegakkan tubuhku kembali, aku menatap heran padanya sambil mengambil topi di kepalaku


“Ige mwoya?”
“Itu tugasmu!”
“T..tu.. tugasku?”
“Ne”
“Menggantikanmu menjadi pengantar pizza?” Teriakku tak percaya setelah melihat topi itu. Topi yang sama dengan yang dia pakai saat mengantar pizza.
“Anio! Hanya menemaniku mengantar pizza seharian! Tugas yang sangat mudah bukan?”
“kau ingin aku menemanimu? Apa tidak salah?” Tanyaku sambil memandangnya aneh
“kuberi kau 2 pilihan, menemaniku bekerja atau menciumku”
“MWO? DASAR PABO! GILA! ANEH! MENYEBALKAN!” Teriakku mencaci makinya, guru macam apa yang menyuruh muridnya sendiri untuk menciumnya?
“Kalau begitu yang mana yang kau pilih?” Ucapnya sambil memegang daguku, Ish… Dasar tak sopan! Akupun segera menepisnya
“Jangan macam-macam! Sudahlah! Sekarang katakan saja apa yang harus kulakukan?”




………………………….




Donghae membawaku kesebuah resto pizza, disana kami mengganti pakaian kami dengan seragam khas pengantar pizza. Sungguh aku tak mempercayainya! Dulu aku mencaci Donghae karena seragam ini dan sekarang seragam ini menempel ditubuhku? Baiklah! Sekarang aku percaya, karma itu berlaku!  


“Tenanglah! Tak seburuk yang kau pikirkan!” Ucap Donghae menghampiriku yang sedang berdiri tepat didepan cermin.
“Tak ada yang lebih buruk dari ini!”
Kesalku sambil meninggalkannya di ruangan itu. Baru saja aku keluar, seorang yeoja sudah memberondongiku dengan setumpuk pizza.
“Ige… antarkan semuanya!” Ucap yeoja itu terburu-buru sambil meletakkan tumpukan pizza itu ditanganku yang masih terulur.
“YAK! Apa-apaan nih?”
Protesku pada yeoja yang masih memberondongku dengan pizza-pizza yang diambilnya dari sebuah meja kayu panjang, sedangkan aku masih sibuk menyeimbangkan tumpukan pizza ditanganku.



Dan disaat yang tepat Donghae datang, ia mengambil setengah dari pizza ditanganku dengan cepat lalu sedikit mendorongku kebelakang, agar aku terbebas dari yeoja sok sibuk yang terus memberondongiku dengan tumpukan pizza. Ia menggantikan posisiku disana.



“Donghae-ya! Ini alamatnya! Kau antarkan semuanya lalu cepat kembali kesini! Kita sedang sangat sibuk!” Ucap yeoja itu sambil memberikan secarik kertas berisi alamat
“Ne..” Ucap Donghae sambil berlalu keluar dan aku mengekor dibelakangnya.



Kini kami sudah sampai di motor khas pengantar pizza dengan kotak besar dibelakangnya, ia meletakkan pizza-pizza yang kami bawa dikotak besar itu.



“Dasar yeoja sok sibuk! Apa dia pikir pizzanya tidak panas? Tanganku tuh jadi panas, sakit, pegel!Jinjja! Menyebalkan sekali yeoja itu!” Omelku sambil mengelus-elus tanganku.
“Heh! Kau itu manja sekali! Apa hanya mengeluh yang kau bisa? Seperi inilah bekerja!”
“Eh.. tadi pizzanya itu sangat panas! Sepertinya tanganku sudah mau melepuh! Apa kau mengerti?”
“Selalu aja mendramatisir keadaan!” Ucapnya dingin sambil menaiki motornya,
“Mendramatisir keadaan? Kau mau bilang aku sedang mementaskan drama lagi? Bilang aja! Kau itu memang tak punya perasaan”
“Tuh kan mulai lagi!”
“Mulai apa?”
“Udahlah! Cepetan naik!” Ucapnya sambil mengedikan kepalanya kearah belakang
“Awas saja kalau berani ngegas mendadak lagi! Aku tak akan segan-segan menghancurkan motor ini!” Ancamku saat sudah duduk dijok belakang motornya




…………………………..





Yap…. Hari yang sangat melelahkan pun dimulai, kami melaju menyusuri kota Seoul dibawah panas terik matahari yang sepertinya sudah membakar kulitku. Kami juga sudah 5 kali bulak-balik ke resto untuk mengantarkan pizza. Aish… benar-benar melelahkan! Aku tak percaya ada pekerjaan seperti ini!
Sepanjang perjalanan, tak ada yang kami lakukan lagi selain beradu argument, membicarakan masalah tak penting dan saling meneriaki satu sama lain. Inilah salah satu rutinitasku saat bersamanya, tapi itulah yang membuatku tak bosan berlama-lama berada disekitarnya! Kurang kerjaan kah? Sepertinya begitu!



“Ini rumah terakhir! Setelah itu kita kembali ke resto! Mengganti baju! Dan tugasmu selesai!”
Ucap Donghae sebelum mengetuk pintu didepannya. Ia membawa sekotak pizza sedangkan aku membawa beberapa milkshake.
“Serius? Ini masih jam 4 sore dan kau akan membebaskanku?”
“Ne! Tapi berjanjilah untuk kali ini bersikap yang sopan! Jangan seperti tadi!” Ucapnya sambil menatapku tajam.
“araseo!”
Ucapku mantap. Ya.. tadi memang aku tak sengaja memarahi seorang pelanggan. Itu semua salahnya! Dia yang memarahi kami duluan. Dia marah karena pesanannya terlalu lama diantar. Katanya dia sudah menunggu setengah jam. Tentu saja aku tak terima! Enak saja! Aku sudah capek-capek mengantarkannya lalu dimarahi seperti itu? Ah.. kurasa sudah cukup! Kalian juga pasti sudah  bisa membayangkan sendiri kan bagaimana bila aku sedang marah?  Baiklah! Kembali ke cerita!


Donghae mengetuk pintu itu hingga sang pemilik rumah membukanya
“Selamat sore! Meatlover pizza with milkshake?” Ucap Donghae ramah sembari menunjukkan senyumnya
“Ah ne! Aigoo… tumben sekali sampai 2 orang seperti ini!” Ucap ahjuma itu sambil menerima pizza dan milkshake dari kami
“Ige! Ambil saja kembaliannya!” Lanjut ahjuma didepan kami ramah seraya memberikan kami beberapa lembar uang. Kamipun membungkuk senang “Gamsahamnida ahjuma! Anda baik sekali!” Ucapku ramah begitu juga Donghae yang ikut mengucapkan terima kasih
“Omoona… kalian itu serasi sekali! Sangat manis!” Ucap ahjuma didepan kami sambil tersenyum manis
“ah.. Gamsahamnida ahjumma!”
Ucap Donghae sambil memegang tengkuknya, sedangkan aku hanya tersenyum heran mendengarnya. Ahjuma itu kembali membungkuk ramah sebelum akhirnya menutup pintu rumahnya. Kami pun berbalik menuju motor yang terparkir persis didepan rumah itu



“Apanya yang serasi coba?” Dengusku sambil berjalan kearah motor
“Ya sudahlah! Tak perlu dipikirkan!” Ucap Donghae sambil mengacak rambutku lalu ia mempercepat langkahnya meninggalkanku yang masih terpaku dibelakangnya.
“Jadi tugasku sudah selesai?” Tanyaku sambil menaiki motornya
“ehm”



Kami pun mulai melaju menyusuri perumahan yang sepi. Ah… akhirnya! Tugas melelahkan ini selesai juga!
“YAK! Bensinnya?” pekiknya tiba-tiba diiringi laju motor yang kami naiki makin melambat.
“Ada apa?”


Masalah sepertinya sudah menjadi sebuah keharusan untuk kami. Kalian tau? Motor yang kami naiki
BERHENTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII. YAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKK! Aku lelah! Aku ingin pulang sekarang juga!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Kenapa bisa berhenti?”
“Bensinnya habis” Ucapnya datar
“Terus sekarang gimana?”
“Ya Dorong lah… Mau diapain lagi?”
“MWO? Dorong? Kau menyuruhku mendorong benda ini?”
“Ini motor!”




……………………………….





Alhasil Kami berdua mendorong benda menyebalkan itu hingga ke pom bensin, namun ditengah perjalanan Donghae mengajakku istirahat
“Kau lelah?”
“Jangan Sok perhatian” Ketusku
“Duduklah dulu!”
Ucapnya sambil berlalu setelah sebelumnya memarkirkan motornya, meninggalkanku sendiri. Karena lelah, akupun duduk dipinggir jalan sambil mengibas-ngibaskan tanganku, lelah… lelah sekali, kami tak kunjung menemukan pom bensin dari tadi. Tak lama ia datang



“Ige!” Ia memberikanku sebotol air dan duduk disampingku
“Gomawo” Ucapku lalu meneguk minuman itu.
“HYO! Dancemu itu hebat sekali!”
“Aku tau!” Ucapku
“Harusnya kau yang menang!”
“aku tau!”
“Danceku itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan denganmu!”
“Aku tau!”
“Apa kau tau bahwa aku ini sangat tampan?”
“Aku tau!” Ucapku begitu saja
“HAHAHAHHA” Ia mulai tertawa terpingkal-pingkal mendengar kata-kata itu keluar dengan entengnya dari mulutku.
“eh? MWO? Aish… pabo! Aku tak sengaja mengucapkan itu!” Sergahku
“Tapi itu dari hati kan? Ayolah! Mengaku saja!” Godanya
“Apanya yang tampan coba? Eh.. tapi kalau boleh jujur! Rambutmu ini sangat tak cocok dengan wajahmu!”
“Maksudnya?”
“Kau terlihat sangat culun sonsengnim!”
“Jeongmalyo?”
“Ehm! Tapi kurasa aku bisa membuatnya lebih baik!” Ucapku sambil mengacak-acak rambutnya
“YAK! Kenapa diacak-acak?” Ucapnya sambil menepis tanganku
“IH! PABO! Kau mau terlihat tampan tidak?” Ia sedikit tak yakin dengan ucapanku namun tetap membolehkan tanganku bergerak dikepalanya
“Nah…Ini lebih baik!”
“berantakan seperti ini kau bilang baik?”
“Ah.. terserah kau saja! Kau memang tak pernah mempercayaiku kan?”
“Ne.. araseo! Aku menyukainya! Gaya rambut yang bagus!” Ucapnya entah tulus atau tidak, tapi aku berkata jujur kok! Kurasa ia jauh lebih tampan dalam keadaan seperti ini.
“Apa selalu seperti ini?” Tanyaku sambil menoleh kearahnya
“Apanya?”
“Motornya! Kau sering kehabisan bensin seperti ini?”
“Anio! Ini salahku! Aku lupa mengisinya tadi!” Aku hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya. Tumben? Ya.. aku sudah lelah marah-marah mulu! Lagipula sepanjang jalan, aku sudah memarahinya. Jadi kurasa marah-marahnya cukup

 


“Kau tidak marah? Ini kan salahku!” Tanyanya heran, bukannya bagus ya kalau aku tidak marah?
“kau menginginkan aku memarahimu?”
“Anio! Hanya sedikit aneh saja!”
“Bagaimanapun kau adalah guruku! Aku harus bisa menjaga sikap denganmu!”
“Hyo!”
“ehm”
“Kau menganggapku apa?”
“guru”
“hanya itu?”
“Apa yang kau mau?”
“Bagaimana caranya agar kau bisa menganggapku sebagai_____?”
“Sebagai apa?”
“Temanmu mungkin?”
“Kurasa tak mungkin”
“Waeyo?”
“Entahlah!”
“satu hal Hyo! Sekarang aku bukan gurumu lagi”
“apa maksudmu?”
“Aku menganggapmu sebagai muridku hanya jika kita berada dalam sekolah! Diluarnya aku menganggapmu sebagai orang lain”
“Jadi sekarang kau menganggapku apa?”
“seorang teman?” Ucapnya ragu.
“JAJANGMYEON!” 
Pekikkku saat melihat kedai jajangmyeon yang baru buka, aku tak perduli dengan apa yang namja disampingku bicarakan, yang terpenting sekarang adalah perutku, aku lapar. Akupun segera berlari menuju kedai itu, sedangkan Donghae mengekorku dari belakang sambil menuntun motornya.



“Hmm… ini enak sekali!” Ucapku sambil memakan semangkuk jajangmyeon.
“Kau membawa uang?”
“Anio!”
“MWO?”
“aku tak membawa apapun, ponsel dan dompetku ada ditas, dan tasku ada direstomu itu!”
“Jadi aku yang bayar? JINJJA! Kukira kau yang bayar!”
“itulah gunanya kau disini!"
"Jinjja!"
"hmm…. Jam berapa sekarang?”
“Jam 6 sore! Palli! Percepat makanmu! Setelah itu kita harus mencari pom bensin!”
“Ne.. Hei sonsengnim! Gomawo mau membayarkan makananku!” Ucapku sambil memakan jajangmyeonku
“HYO! Aku tak pernah main-main dengan ucapanku! Sekarang kau bukanlah muridku! Jadi berhentilah memanggilku sonsengnim”
“Jadi apa maumu? DONGHAE PABO?”
“YAAKKK!”  Pekiknya
“lalu apa?”
“Kurasa oppa terdengar lebih menyenangkan”
“oppa? Kau mau kupanggil oppa?” Tanyaku, diapun mengangguk cepat
“SHIREO! Aku takkan pernah mau memanggilmu oppa! Bagaimana dengan ahjussi?”
“YAK! Aku tak setua itu! Kita hanya beda 5 tahun!”
“tetap saja aku tak mau!”
“waeyo? Karena kau membenciku?”
“Aku tak pernah membencimu”
“Karena aku adalah seorang guru seni?”
“Mungkin”
“Jadi jika aku tak menjadi guru senimu lagi, kau mau menjadi temanku?”
“You gotta be kidding!”
“Aku serius! Bukannya itu yang kau inginkan? Tujuan battle dance inipun juga karena kau ingin membuatku mengundurkan diri kan?”
“Kepalaku sakit! Bisa kita pulang sekarang?”
Jujur setelah mendengar ucapannya, aku jadi sedikit risih. Entahlah…. Ada yang aneh! Mengapa rasanya sakit saat ia mengatakan hal itu? Bukankah ia benar? Memang itu kan yang kuinginkan?? Omoona… bahkan sekarang aku tak tau akan apa yang sebenarnya kuinginkan.




…………………………..





Diam sepanjang jalan, sampai akhirnya kami menemukan pom bensin, tak ada yang berbeda setelah itu bedanya adalah kali ini kami tak perlu repot-repot mendorongnya melainkan mengendarainya. Benar-benar tak ada pembicaraan sedikitpun.
Sudah pukul 9 malam, kami sudah berada diresto dan mengganti seragam kami. It’s time to go home. Ia bersiap dengan motornya



“Naiklah! Biar Kuantar!”
Ucap Donghae padaku. Ekspressinya datar dan sedikit dingin, tapi tak apalah, mengingat ini adalah Kalimat pertama yang ia ucapkan padaku sejak 3 jam belakangan ini. Sekarang Ia sudah menaiki motornya, sebenarnya sudah tinggal jalan saja, tapi sepertinya dia memang punya rasa tanggung jawab yang besar. Buktinya ia tak mau meninggalkanku, aku hendak menaiki motornya namun



TINN TINN TINN




“HYO! Kau disini chagi? Kajja! Naiklah biar Kuantar kau pulang!” Teriak seorang namja dengan mobil mewahnya tepat didepan kami. Dialah Lee Hyuk Jae, namjachinguku.



Author POV




Donghae meremas stir motornya, berharap Hyo akan memilih menaiki motornya. Namun Hyo tetap tak bergeming dari tempatnya, ia masih berada disamping Donghae namun matanya tertuju pada Eunhyuk. Pilihan yang sulit untuk Hyo, jika ia memilih Eunhyuk, ia takut akan mengecewakan sonsengnimnya sedangkan jika ia memilih Donghae, ia takut Eunhyuk akan curiga padanya. Eunhyuk kembali membunyikan klakson mobilnya sambil mengedikan kepalanya, menyuruh Hyo cepat menaiki mobilnya


Hyo menggigit bibir bawahnya sambil meremas tangannya sendiri, menatap kedua namja itu satu persatu, Donghae menatap lurus kedepan dengan tatapan dingin, tak memperdulikan pandangan Hyo yang tertuju padanya, sedangkan Eunhyuk dengan kaca mata hitam dan mobil sport merahnya yang mewah sedang tersenyum manis kearahnya. Hyopun mulai melangkahkan kakinya yang terasa sangat berat itu, ia mulai berjalan pelan melewati Donghae dan menghampiri Eunhyuk, namjachingunya.



Ia mulai membuka pintu mobil Eunhyuk, namun masih belum berniat untuk menaikinya. Ia menoleh kearah Donghae yang masih tak bergeming, Donghae terlihat sangat dingin sekarang, ia menjauhkan jangkauan matanya dari pemandangan yang tersaji didepannya, ia tak membiarkan matanya bertemu dengan mata Hyo.


“Hyo! Kajja! Naiklah! Memang Siapa namja itu, huh? Kenapa kau  berat sekali meninggalkannya?” Tanya Eunhyuk yang membuyarkan lamunan Hyo.
“Sonsengnimku oppa!” 
Ucap Hyo pelan sambil memasuki mobil itu. Namun matanya tetap tertuju pada Donghae walaupun Donghae sendiri tak memandangnya sedikitpun. Mobil itu mulai melaju. Tinggalah Donghae sendiri disana, ia belum mampu melajukan motornya. Ia malah mematikan mesin motornya, dan menengadah keatas.



“Aku salah! Dia sama saja! Kukira dia berbeda! Kukira dia akan memilihku!” Ucap Donghae lirih sambil memangku helmnya.
“Kenapa sangat sulit baginya untuk menerimaku? Bahkan yang kuminta hanya menjadi temannya saja! Apa sebegitu salahnya aku yang menjadi seorang guru seni?” Lanjut Donghae dengan tatapan sendunya, ia menahan semua emosinya dengan cara ini, menengadah keatas, menjaga agar tak ada satu tetes cairan beningpun yang keluar dari matanya
“Apa jika aku tak menjadi guru seninya lagi, aku…………………. ARRGGGHHHH!” Donghae mengerang frustasi sambil membanting helmnya, ia mengacak rambutnya kesal “Bagaimana bisa aku bertindak sebodoh itu? Aku membutuhkan pekerjaan ini! Setidaknya Beberapa minggu kedepan”



…………………………..



2 days later………….

At school…………..

Sport Subject



Hyoyeon POV




Aigoo… melelahkan sekali! Sekarang kelasku sedang mengikuti pelajaran olahraga, dan materi untuk siang ini adalah basket.


“YA! Jung Soo Yeon! Bukan seperti itu caranya! Coba ulang cara mendribblenya!” Teriak Bu Min Ji, si guru cerewet, bawel, tua dan menyebalkan. Sonsengnim yang tak pernah ada bosannya untuk memarahi murid-murid disekolah ini.
“YAK! BAWELLLLL………AKU SUDAH MENGULANGNYA 3 KALI! Tak bisakah anda menghargaiku!” Teriak Jessica tak terima,
“Apa kau bilang? Bawel? YAK JUNG SOO YEON………!!!!!!!”
Okeh…. Jessica pabo! Kenapa si dia tak bisa sabar sedikit menghadapi nenek sihir ini? Baiklah…. Sekarang tugas kami berlima yang menenangkan monster tua ini. Kami berlima segera mendekati bu Min Ji dan bersikap sok baik padanya demi melindungi sahabat PABO kami, Jessica.



“Mianhae sonsengnim! Jessica itu memang sedikit tidak waras!” Ucapku sambil memijat bahu sonsengnim olahraga kami, Bu Min Ji.
“Ne… sebenarnya jauh didalam hatinya, ia itu sangat menyayangi ibu!” Seru Yoona. Aish… menyayanginya? Sayang darimana? Adanya malah benci setengah mati pada ibu-ibu tua ini!
“keurae! Bahkan ia juga rela jika ibu menyuruhnya untuk mendribble lagi” Ucap So Min
“Benar sekali! Ia bahkan rela melakukannya hingga 10 kali!”
 Seru So Eun asal sambil mengulurkan tangannya. Sedangkan Jessica yang mendengarnya hanya menggeleng-geleng  tak setuju dengan semua yang kami katakan.
“Mwo? 10 kali? Jinjjayo Jessica?” Tanya Bu Min Ji pada Jessica
“ANIO!” Teriaknya. Dan seperti mendapat interupsi, kami berlima langsung memberikan tatapan mematikan pada yeoja itu.



“Otokhae Jessica?” Tanyaku sambil menginjak kakinya,
“Ah.. ne… Aku akan mendribble bola itu 10 kali!”
Jawab Jessica terpaksa sambil menahan sakit dikakinya. Bukan bermaksud untuk menyiksanya, tapi jika dibiarkan, bukan hanya Jessica yang akan kena tapi anak sekelas bisa kena. Lebih baik kita mengorbankan 1 orang daripada 1 kelas, benarkan? Lagipula ini semua kan salahnya! Untuk apa mencari gara-gara dengan monster olahraga ini?


“Baiklah Jessica! Kau mulai mendribble bolanya! Ingat 10 kali bulak-balik! Aratsoyo?”
 Seru Bu Min Ji dengan tatapan mengerikan pada Jessica, siapapun yang melihatnya pasti akan langsung bergidik ngeri, bagaimana tidak? Kalian bisa melihat kilatan cahaya yang menyala dari matanya itu! Tapi sepertinya Jessica sudah benar-benar kebal akan tatapan itu,
“ehm” Sahut Jessica sambil berlalu, ia mulai mendribble bola basket ditangannya. Yang sabar ya Jung Soo Yeon!



Sementara Jessica melaksanakan hukumannya, kami melanjutkan praktek kami, dan sekarang giliranku, Bola basket sudah ditanganku, aku mulai mendribble bola itu namun…….



Sebuah pemandangan yang menyilaukan mata terjadi, Seorang yeoja yang sangat amat cantik berjalan dengan anggunnya melewati koridor sekolah, cantik, sangat cantik! Sepertinya ia adalah guru baru disini, karena aku belum pernah melihatnya sebelumnya, rambut panjangnya yang hitam dan bergelombang tergerai sampai kebahu, ia memakai kemeja bergaris warna hijau dengan rok hitam selutut, tak lupa ia memakai high heels yang senada dengan kemejanya, Omoona….. cantiknya! Kecantikannya itu benar-benar memabukkan.



Aku mengedarkan pandanganku, dan kudapati banyak pula mata yang sedang tertuju pada yeoja itu, yah…. Yeoja seperti itu kurasa memang sudah sangat pantas menjadi pusat perhatian tapi ada satu orang yang menggangguku, Yak….. Si Namja sok cool! Sonsengnim gila nan menyebalkan! Ia juga sedang memperhatikan yeoja cantik itu, ia menghentikan langkah kakinya dan diam sembari mengarahkan matanya ke Yeoja cantik itu, entah mendapat bisikan apa, tapi hatiku mencelos melihatnya, tanpa kusadari bola basket yang kupegang sudah melayang kearah namja itu dan tepat mengenai kepalanya.



BUUKKK



“AWW!” Ringisnya sambil mengusap-usap kepalanya



Pandangan namja itu pun kini telah berganti, ia melihat kearahku sambil mengelus-elus kepalanya, ia tak henti-hentinya meringis kesakitan lalu mendekat kearahku sambil membawa bola itu.



“Aigooo….. KIM HYOYEON! Ada apa denganmu, huh?” Bentaknya
“Mianhae sonsengnim! Aku tak sengaja!” Ucapku
“kau cemburu aku menatap yeoja itu?”
Bisiknya sambil mengarahkan matanya pada yeoja cantik itu, membuatku membelalak hebat mendengarnya, dasar namja pabo! Tingkat narsisnya itu benar-benar tak bisa ditolerir.
“Aku tak gila sonsengnim!” Ucapku lantang lalu merebut bola ditangannya dan kembali mendribble bola itu sambil berlalu meninggalkannya.




TBC
SEMUA….. PART 3 SELESAI…..
Mian kalo ceritanya jelek ato g nyambung
Tp aku dah berusaha semaksimal mungkin’
Mungkin part 4 nya msh lama cz skrg kebosanan
Kembali melanda…*apaan si?*
Jujur kl ide si ada, tapi tangan itu bener2 g bs diajak kompromi
Mau ngetik 1 kata aja rasanya berat bgt,….
Tp aku selalu berusaha do the best kok!
‘ok! Semua thx bgt ya bg yg udh nyempetin buat bc ff ajaib ku ini
Please leave a comment and reaction for me..

Please please please



Comments

Popular Posts