Oh.. My Teacher part 3 (Something Wrong In My Heart)
Happy New Year All
Welcome 2012
Hari-hari berlalu dengan begitu lambat, karena
aku benar-benar tak bisa melakukan hal-hal yang kuinginkan, terutama dance.
Bagaimana bisa aku menari dengan kaki seperti ini? Walaupun begitu, ada
kesenangan lain yang kulakukan, yup… mengerjai sonsengnim gila itu, LEE
DONGHAE, namja menyebalkan yang terkadang membuat perasaanku sedikit aneh kala
memandangnya. Tapi sekarang aku sadar, rasa yang kurasakan itu bukanlah cinta,
melainkan hanya sekedar kekaguman sesaat. Buktinya sekarang perasaan itu sudah
musnah seiring berjalannya waktu.
Kuakui namja itu hebat, sudah lebih dari 1
minggu dia bertahan menjadi guru seni dikelasku, hal yang sungguh mustahil
dilakukan oleh seorang guru seni. Bahkan kata ‘sering’ saja tak cukup untuk
mendeskripsikan berapa kali kami
mengerjainya, walaupun banyak mendapat tentangan dari anak-anak dikelasku, yang
notabene ngefans berat sama namja sok cool itu, tapi sekali lagi nama besar
orang tuaku mampu membuat mereka tak berkutik.
Dari mulai menempeli kursinya dengan permen
karet hingga acara tidak bawa buku sekelas pun sudah dilakukan, tapi tetap saja
semuanya bisa diatasinya dengan sangat baik.
Flashback
Ini adalah ide Tiffany, judulnya adalah ‘G BAWA
BUKU SEKELAS’. Aku dan kelima sahabatku sedang sibuk menjalankan rencana tidak
waras kami, kami mengambil buku seni milik anak satu kelas, tujuannya adalah
membuat Donghae sonsengnim murka dan tidak mengajar untuk hari ini. Walaupun
tak jarang ada aksi tarik-menarik buku dengan beberapa anak yang nggak rela
melakukan ini, tapi hasilnya buku paket seni anak sekelas sudah berhasil kami
dapat dan kami sembunyikan ditempat yang paling aman menurut kami dan tempat
itu adalah TOILET. Mana mungkin ada yang mau mencari buku di toilet? Benar kan?
Inilah hasil pemikiran So Eun yang menurutku cukup brilliant.
“Kalau ada yang berani ngomong ke sonsengnim
kalau kita yang ambil buku-buku itu, awas aja kalian! Jangan harap pulangnya
selamat!” Ancam Jessica didepan kelas dan tentu saja disambut dengan tatapan
kesal, sinis sekaligus pasrah dari seluruh siswi kelas kami. *gimana ya? Bayangin sendiri aja
ya.. tatapan ga rela tapi gk bisa apa-apa!*
……………………
Author POV
`````Art
Lesson`````
“semua tolong buka bukunya! Saya akan
menerangkan sedikit tentang seni musik!” Ucap Donghae sonsengnim sambil membuka
bukunya
“Mianhae oppa! Aku tak bawa buku seni!” Ucap
So Eun dengan suara menyesal yang dibuat-buat.
“kalau begitu kau bisa melihat punya Hyoyeon
kan?” Ucap Donghae sambil menunjuk Hyo yang duduk disamping So Eun.
“Sayangnya aku tak membawanya Sonsengnim!”
Ucap Hyo sinis dan cepat, tepat setelah Donghae menyelesaikan ucapannya.
“Siapa lagi yang tidak membawa buku?” Tanya
Donghae sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas dan
“MWO? Semuanya tidak bawa?”
Tanya Donghae tak percaya saat melihat seluruh
siswi dikelas itu mengacungkan jarinya. Tapi dengan cepat ia mengubah mimik
wajahnya yang sedang terbengong hebat, tak
habis fikir dengan kelakuan siswi-siswi dikelasnya menjadi santai
kembali saat melihat senyuman Hyo, ya.. dia sudah hafal dengan apa yang ada
difikiran yeoja itu, ia sudah yakin kalau ini adalah salah satu taktik Hyo
untuk membuatnya tak mau mengajar.
“Wah… tak kusangka kalian itu sangat kompak!
Bagus! Bagus sekali!”
Ucap Donghae sambil tersenyum. Perkataannya
sontak membuat seisi kelas melongo hebat, baru
kali ini mereka menemui sonsengnim segila ini, murid tidak membawa buku
pelajaran malah dipuji.
“Lagipula ini kan pelajaran seni! Kita tak
membutuhkan buku pelajaran kan?”
Ucap Donghae sambil melempar buku ditangannya
keatas meja. Kelakuan gila dari seorang sonsengnim. Banyak alasan yang
menyebabkan Donghae melakukan ini semua, pastinya ia tak mau kalah dalam
permainan Hyo, ia ingin terlihat kuat dihadapan yeoja itu.
Pelajaran senipun dimulai walau tak memakai
buku pelajaran, dan Donghae selalu berhasil mengajar dengan baik.
Back to story……………….
Hyoyeon
POV
Sudah tepat 1 minggu setelah kejadian terkunci
di gudang itu, dan kakikupun sudah sembuh 100 %. Tak ada rasa sakit yang
berarti lagi saat aku menggerakkan kakiku.
`````Art lesson`````
“Untuk hari ini, kita memasuki bab baru yaitu
seni lukis! Ada yang suka melukis disini?”
Tanya Donghae sambil tersenyum kearah kami.
Aish…. Bisakah ia berhenti tersenyum? Aku benci melihatnya!
“dari 20 anak hanya 3 anak yang suka melukis?”
Tanyanya heran saat melihat hanya 3 anak yang mengacungkan jarinya. Pabo! Masih
untung ada yang suka!
“Baiklah! Kita mulai dengan praktek! Kita
takkan langsung melukis dikanvas! Melainkan dibuku gambar dulu!” Ucapnya
“Aku tak mau! Aku tak suka melukis!” Ucapku
lantang
“Aku tak memintamu untuk suka melukis! Aku
hanya memintamu menggambar!” Ucapnya tak kalah lantang, Aishh…. Kenapa dia
selalu bisa membuatku tak berkutik.
“Menggambar itu hanya untuk anak tk! Aku mau
belajar dance saja!” Ucapku sambil berdiri
“semua ada waktunya Hyo! Kita harus mengikuti
kurikulum!” Ucapnya sambil mendekat kearahku
“Cih…… Tak perlu banyak alasan! Bilang saja
kalau tak bisa ngedance!” Ucapku sambil menatap namja yang sudah berada tepat
dihadapanku ini tajam.
“Oh ya? Kurasa kemampuan dancemu masih jauh
dibawah rata-rata!” Ucapnya menghinaku
“MWO? Jangan asal ya! Dance itu keahlianku!”
“Haruskah aku percaya? Sepertinya danceku
lebih baik darimu!”
“Apa kau bilang? Percaya diri sekali! Buktikan
ucapanmu itu!” Ucapku kesal
“Dengan apa membuktikannya?”
“Dengan… dengan…..”
Ucapku
bingung sambil menoleh kearah teman-temanku, mengharapkan ada yang memberiku ide.
Bagaimana caranya untuk membuktikan siapa yang lebih hebat!
“hmmm…. Battle Dance!” lanjutku yang baru saja
mendapat ilham.“Hari ini juga! Sepulang sekolah!” Ucapku lantang sambil
mendekatkan wajahku kewajahnya, mencoba memberi kesan serius + menantang. Aku
takut ia menganggap apa yang kulakukan sekarang adalah drama.
“Aku terima tantanganmu Kim Hyoyeon-ssi!”
Ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku
juga, membuat jarak diantara wajah kami sangat amat dekat. Bahkan hidungnya dan
hidungku hampir bersentuhan. Aigooooooo…… Dasar PABO! Apa yang dia lakukan hah?
Apa dia tak pernah menonton film? Harusnya jika A mendekatkan wajahnya ke B, B
itu harusnya menjauhkan wajahnya dari wajah si A, bukannya malah semakin
mendekatkan wajahnya. Aishh… apa hal seperti ini harus aku yang mengajari?
Sekarang
dia membuatku tak berkutik lagi, melihat matanya dalam jarak sedekat ini
membuat kerja jantung dan otakku menjadi tak karuan. Omoona……… aku
merasakannya! Perasaan yang sudah seminggu ini menghilang kini datang kembali! Ish…
padahal aku yang mulai! Aku yang lebih dulu mendekatkan wajahku kewajahnya,
tapi kenapa sekarang jadi aku yang kena? Kenapa jadi aku yang tak berkutik?
Aigoo….. ini namanya senjata makan tuan
Hingga akhirnya saat-saat mendebarkan itu
berakhir, ia mulai berlalu meninggalkanku yang masih terpaku. Ia kembali
kedepan kelas. Sedangkan aku, masih betah diposisiku, terdiam tak bergeming
hingga So Eun menarik lenganku, menyuruhku kembali duduk sekaligus membuyarkan
lamunanku.
…………………..
Recess time
At class….
“Sumpah ya! Ini tuh namanya bunuh diri!”
Ucap Fanny sambil menghias sebuah Spanduk.
Spanduk? Yap… benar! Spanduk! Mereka berlima akan menggunakan spanduk-spanduk ini
untuk mendukungku dalam battle dance sepulang sekolah nanti. Acara yang kubuat
sendiri.
“Ne.. Mustahil kau bisa menang Hyo! Donghae
oppa itu pendukungnya seabrek-abrek!”
Cerocos Yoona sambil mengambil sebuah ikatan
kepala berwarna merah dan menuliskan namaku disana.
“Setuju! Kau akan mempermalukan dirimu
sendiri!” Ucap So Min
“Aigoo…. Kalian semua itu pesimis sekali sih!
Tenang saja! Danceku itu bagus! Aku takkan mempermalukan diriku sendiri!”
Ucapku semangat
“YAK… Bukan itu masalahnya! Aku yakin
dancemu itu lebih bagus daripada Donghae
oppa tapi pendukung Donghae oppa pasti akan sangat banyak nanti!” Seru Jessica
“Ne.. jangan-jangan hanya kita berlima yang
mau mendukungmu! Ah… kalau begini caranya, sudah sangat jelas bukan siapa
pemenangnya?” Ucap So Eun yang mendapat
anggukan dari keempat yeoja lainnya.
“Ish,… maka dari itu! Ini tugas kalian! Jangan
kecewakan aku! Aratsoyo?” Ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka dikellas.
“ish… Hyoyeon!”
“Aigoo… dasar keras kepala!”
“YAK! BAGAIMANA BISA?”
Seru mereka kesal, sedangkan aku malah berlalu
begitu saja meninggalkan mereka yang pastinya sedang sangat pusing. YA… Aku tau
ini namanya bunuh diri! Aku juga tau jelas siapa yang akan menang pada
akhirnya! Tapi ini menyangkut harga diriku! Aku tak mungkin membatalkan battle
dance ini!
“Ayo optimis Hyo! Kau kan belum tau apa namja
itu bisa menari! Yakin saja! Yakin kau bisa menari lebih baik darinya!”
Ucapku menyemangati diri sendiri sambil
berjalan melewati lorong-lorong kelas. Tidak ada tujuan yang jelas, aku ikuti
saja kemana kakiku akan membawaku, aku bersikap sangat optimis dikelas tadi, namun
sebenarnya itu hanyalah topeng. Sejujurnya aku sangat khawatir, aku khawatir
akan mempermalukan diriku sendiri nantinya. Aku mencoba menenangkan fikiranku
dengan cara ini, menjauh dari keramaian.
Hingga akhirnya aku tiba dihalaman belakang
sekolah, tempat yang cukup menenangkan tapi aku amat sangat jarang kesini.
Mungkin tempat ini bagus untuk seseorang yang sedang mempunyai masalah, dan
seingatku aku tak pernah mengalami masalah yang cukup berarti, aku bahkan tak
ingat kapan terakhir kali aku kesini. Sekolahku itu sangatlah luas.
“CK!”
Decakku kesal saat melihat LEE DONGHAE ada disana,
ya.. aku baru tau, namja itu sering kesini! Aish… kakiku membawaku ketempat
yang salah. Aku segera berbalik sebelum namja itu menyadari keberadaanku, kepalaku
terlalu pusing untuk beradu argumen dengannya.
“Chakkaman!”
suara
namja itu terdengar jelas masuk ketelingaku. Sial…. Dia menyadari keberadaanku.
Akupun menghentikan langkah kakiku tanpa berbalik menghadapnya, terdengar
suara langkah kaki mendekat kearahku.
“Ada apa?” Tanyaku ketus
“Kalau kau mau membatalkan battle dance nanti,
aku tak apa-apa!” Ucap namja itu sambil memasukkan kedua tangannya kesaku
celananya.
“Untuk apa aku membatalkannya?”
“Ayolah Hyo! Kita berdua sama-sama tau siapa
yang nantinya akan menang! Aku tak ingin kau mempermalukan dirimu sendiri!”
“Aku bukan pengecut! Kalau perlu jika aku
kalah aku akan menuruti apapun perintahmu selama seminggu penuh!”
“Kau sadar dengan apa yang kau katakan?”
Tanyanya sambil memicingkan matanya.
“Ne.. sadar! Sangat sadar! Dan jika aku yang
menang, kau harus turuti keinginanku selama satu minggu ditambah kau harus
mengundurkan diri menjadi guru seni dikelasku!”
“OK! Aku setuju! Tapi aku akan mengubah
sedikit hadiah kemenanganku! Aku tak mau selama satu minggu! Kurasa satu hari
saja cukup!” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
“Kau yakin?”
“keurae!” Ucapnya yakin. Akupun menjabat
tangannya. Dan sesegera mungkin berlalu dari hadapannya.
Aku sadar apa yang kulakukan memang sangatlah
bodoh! Tapi entahlah…. Semua itu keluar saja dari mulutku. Hanya keajaiban yang
bisa membuatku menang! Bukan karena danceku yang kurang baik, melainkan pilihan
siswi-siswi disini yang menjadi masalah. Sangat tidak mungkin mereka akan
mendukungku, mendukung Hyoyeon, seorang siswi yang bersikap seenaknya
mentang-mentang ia adalah anak dari kepala sekolah mereka. Siswi yang tidak
tahu sopan santun, siswi yang bersikap sok kuasa.
Aishhhhhhhh………. Sungguh aku menyesal! Aku
memang tidak bisa mengontrol ucapanku jika sedang kesal. OK! Lebih baik aku
nikmati harga diriku yang masih penuh ini sekarang, karena kemungkinan besar
dalam beberapa jam kedepan harga diriku akan turun karena dikalahkan Lee
Donghae dalam battle dance.
………………………………….
Sekarang adalah waktunya, Battle Dance pun
dimulai. Masih dengan seragam sekolah lengkap, aku berjalan ketengah lapangan, tempat dimana
Donghae berada. Ia juga masih memakai kemeja birunya. Siswi-siswi disekolahku
pun sepertinya sangat antusias dengan battle dance ini, mereka berkumpul
mengelilingi lapangan, bahkan sudah ada yang menyiapkan kameranya untuk merekam
aksi dance kami, yah….. berita ini sangat cepat beredar keseluruh penjuru
sekolah.
Para siswi disini terus saja menyesaki pinggir
lapangan. Ingin melihat sonsengnim pujaan mereka melawanku. Aku menoleh kearah
5 sahabatku, kelima anak paling menonjol dari semua siswi disini, bagaimana
tidak? Mereka itu lebih mirip pendemo daripada pendukungku. Mereka menggunakan
bandana merah bertuliskan namaku yang diikatkan dikepala mereka, membawa spanduk
bertuliskan kata-kata tak penting ditambah pengeras suara yang dibawa Tiffany.
Mereka berlima benar-benar terlihat seperti
orang gila yang akan berunjuk rasa didepan gedung pemerintahan. Sampai sekarang
akupun tak habis fikir bagaimana caranya aku mempunyai sahabat seheboh mereka.
Belum lagi dipipi mereka ada huruf H yang ditulis dengan cat air.
Kini aku dan Donghae sudah saling berhadapan,
persis ditengah lapangan.
“Kau siap?” Tanyanya sambil membuka kancing
lengannya lalu menggulungnya sampai siku.
“Harusnya aku yang menanyakan itu padamu!”
Ucapku acuh. Musik pun dimainkan
“Silahkan mulai duluan Kim Hyoyeon-ssi!”
Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
“Dengan senang hati!” Ucapku dengan nada ceria
yang dibuat-buat. Akupun menarik nafas panjang lalu mulai melakukan danceku,
dance yang mampu membuat semua yang melihatnya berdecak kagum.
Aku melakukan danceku sebaik yang aku bisa dan
aku mengakhirinya dengan mengibaskan rambut panjangku yang tergerai ke
wajahnya.
“It’s your turn! My teacher!”
Ucapku sedikit terengah-engah sambil menatap
namja itu tajam. Namja itu mulai maju beberapa langkah lalu mulai menggerakkan
tubuhnya, OMO…. Dia melakukannya! Namja itu bisa dance! Bahkan sangat baik!
Teriakkanpun tak terhindarkan! Banyak yeoja-yeoja yang teriak histeris antusias
dengan gaya dancenya! Bahkan gerakan-gerakan yang menurutku sangat sulitpun
bisa ia lakukan dengan sempurna, tapi kurasa aku jauh lebih baik darinya,
akupun maju hingga sejajar dengannya dan mengikuti gaya dancenya! SEE! I CAN DO
IT!
Musik yang mengiringi dance kami bertambah
kencang! Volumenya ditambah entah oleh siapa! Membuat dentuman musik yang
dihasilkan menjadi semakin keras dan membuat dance kami menjadi semakin gila.
Aku tak henti-hentinya menggerakkan tubuhku mengikuti alunan musik begitupun
dia, ia terlihat sangat menikmati saat ini. Melelahkan itu sudah pasti! Keringat
mengucur membasahi rambut, wajah dan badan kami tapi itulah salah satu hal yang
membuat gairah seorang dancer bertambah. If you a dancer, you will agree with
me.
Musik pun berhenti, sekarang suara riuh tepuk
tangan dan teriakan terdengar jelas. Sedangkan aku dan Donghae masih tak bergeming, kami sibuk mengatur
nafas kami yang sudah sangat tidak beraturan. Kami berdua memburu nafas dengan
tak terkendali. Sungguh! Ini battle dance terseru yang pernah kuikuti, aku
adalah dancer, I love dance a lot, dan aku juga sangat amat sering mengikuti
battle dance ataupun perlombaan dance lainnya. Tapi kuakui inilah yang paling
mengasyikkan, paling menggairahkan, paling seru. Entahlah… tapi aku sangat
menikmatinya.
“waww….
That’s So Cool! Sekarang kita akan mulai melihat siapa pemenangnya! Bagi yang
menyukai dancenya Donghae oppa berdiri disebelah kananku dan Untuk Hyoyeon
disebelah kiriku”
Terdengar suara Tiffany dari pengeras suara.
Akupun segera menoleh kearahnya, ingin segera mengetahui who is the
winner? sedangkan Donghae malah menatap
lurus kearahku. Pabo! Apa dia pikir aku tak menyadarinya? Tapi terserahlah…….
Aku tak perduli! Paling sebentar lagi ia akan mencaci gaya danceku!
“HYOYEON! HYOYEON! SARANGHAEYO! HYOYEON”
teriak kelima sahabatku sambil mengangkat
tinggi spanduk-spanduk yang mereka bawa. Aigoo…… membuat malu saja! Tiffany
yang bertindak sebagai pembawa acarapun juga tak bisa diam, ia terus-menerus
meneriaki namaku melalui pengeras suaranya. Ah.. terserahlah! Aku memandang kearah kerumunan siswi yang
berjalan kesebelah kanan dan kiri Fanny.
Aish…. Sudah kuduga! Aku kalah! Pendukungku
cukup banyak tapi tak sebanyak yeoja yang berdiri disebelah kanan Tiffany. Melihat
itu, aku segera berbalik, hendak meninggalkan lapangan namun sebuah tangan
menahanku, ya.. siapa lagi kalau bukan Donghae pabo!
“Aku menang! Jangan lupakan taruhan kita!”
Ucapnya sambil tersenyum, Ia menguatkan
tangannya ditanganku lalu menarikku semakin dekat kearahnya. Dekat… sangat
dekat! Aku bisa melihat jelas keringat bercucuran didahinya! Aku menahan
tanganku agar tak bergerak untuk menghapus keringat didahinya itu! Omoona…
Dasar Pabo! Apa dia lupa statusnya? Ia adalah seorang guru! Dan dia melakukan
ini padaku? Tepat ditengah lapangan? Menarikku hingga posisi kami sangat dekat
seperti ini.
Ish.. Apa maunya? Membuatku mati? Apa ia tak
tau jantungku sudah tak bisa diajak kompromi jika melihatnya dalam keadaan
seperti ini? Perlukah aku ulang keadaannyaa sekarang? Kau tau bagaimana
tampannya ia saat sedang berantakan seperti ini? Ish… tak bisa diungkapkan
dengan kata-kata. Yang pasti dia tak terlihat culun + Tua. Deru nafasnya yang
tidak beraturan terdengar jelas membuatku merinding. Begitupun hembusan
nafasnya yang hangat menyapu wajahku tanpa diperintah. Omonaaaaa……. Aku bisa
gila.
“Apa maumu?” Teriakku angkuh
“Besok aku akan mulai hadiahku! Sehari penuh!
Benar kan?”
“Ne..”
“Datang kesini jam 7 pagi! Jangan terlambat
bahkan sedetikpun! Ingat! Sedetikpun! Aku tak pernah bermain-main dengan
ucapanku!” Ucapnya lalu melepaskan genggaman tangannya. Akupun segera menjauh
darinya dan berlalu menuju kelasku diiringi dengan kelima sahabatku yang
berjalan dibelakangku.
`````At
Class`````
“Hyo! Kau itu sangat hebat tadi!” Puji Yoona sambil membawakan sebotol
minuman kaleng yang dingin dan membukakannya untukku
“Ne..Kami sangat kagum padamu! Itu dance
terhebatmu!” Seru So Min sambil mengelap
keringatku dengan handuk kecil ditangannya
“Tapi aku kalah!”
Ucapku kesal sambil menggebrak meja, membuat
kelimanya kaget. Bahkan Jessica yang sedang memijat bahukupun terlonjak. Jika
kalian bertanya-tanya dimana So Eun dan Tiffany, mereka berada dikanan dan
kiriku, menggunakan buku mereka mengipasiku. YAA… AC nya sudah dimatikan oleh
penjaga sekolah sejak 30 menit yang lalu.
“Ya sudahlah Hyo! Harga dirimu juga tak akan
turun” Ucap So Eun
“Ne.. lagipula kau tak ada taruhan apapun
dengan Donghae oppa kan? Kalau begitu santai saja!”
Ucap Fanny. Mereka memang tak kuberitau
tentang taruhan itu. Kalau mereka tau aku bisa dimaki habis-habisan. Ah… kurasa
ini yang terbaik! Biarlah mereka tak tau! Apa untungnya bagiku juga jika mereka
tau!
………………………
Keesokan harinya……………….
Hari ini adalah hari sabtu, ya.. harusnya aku
bisa bersantai-santai dikamar sekarang, menonton film, bermain game atau
mungkin aku bisa tidur lebih lama tapi gara-gara namja menyebalkan itu, aku
harus pergi ke sekolah dan mengikuti apapun yang ia perintahkan selama seharian
ini. Apa yang akan ia lakukan padaku?
Aku berjalan malas kearah Donghae, ia berada
tepat ditengah lapangan, memakai kaus berwarna biru dipadu dengan Jeans, aku
menyukai gayanya hanya saja Aish… rambutnya! Rambutnya itu kuno sekali! Apa ia
tak mengerti bagaimana model rambut yang baik? Dia itu terlihat sangat culun
dengan rambut seperti itu.
Aku mendekat dan berhenti tepat didepannya
“Selamat pagi!” Sapaku mencoba ramah
“Jam 7 lewat 1 menit! Kau terlambat! Lari 1
putaran lapangan ini!” Ucapnya dingin sambil menatap lurus kearah jam tangannya
“M..MW… MWO? YAKK……….. Hanya 1 menit! Apa kau
gila?”
“2 putaran!” Ucapnya masih dengan ekspresi
dinginnya
“apa-apaan nih? Kenapa malah ditambah! Aku tuh
udah merelakan sabtu pagiku untuk hal ga berguna kayak gini!”
“3 putaran!”
“YAKKK….. LEE DONGHAE!”
“4 putaran!”
“Stop! Oke… araseo! 1 putaran!”
ucapku sambil mengulurkan tanganku menyuruhnya
berhenti. Aku melemparkan tas selempangku kepinggir lapangan dan mulai berlari
dengan perasaan tak terima. Bagaimana tidak? Lapangan sekolahku itu sangat amat
luas!!!
1 putaran terselesaikan, menyebalkan! Ini
masih pagi dan ia sudah menyiksaku seperti ini? Aku tak bisa membayangkan apa
yang akan terjadi selanjutnya.
Aku membungkuk sembari memegangi kedua lututku
karena kelelahan. Aku masih sibuk memburu nafas sampai tiba-tiba namja
menyebalkan itu datang dan memakaikan sebuah topi dikepalaku, mendapat perlakuan seperti itu, aku segera
menegakkan tubuhku kembali, aku menatap heran padanya sambil mengambil topi di
kepalaku
“Ige mwoya?”
“Itu tugasmu!”
“T..tu.. tugasku?”
“Ne”
“Menggantikanmu menjadi pengantar pizza?”
Teriakku tak percaya setelah melihat topi itu. Topi yang sama dengan yang dia
pakai saat mengantar pizza.
“Anio! Hanya menemaniku mengantar pizza
seharian! Tugas yang sangat mudah bukan?”
“kau ingin aku menemanimu? Apa tidak salah?”
Tanyaku sambil memandangnya aneh
“kuberi kau 2 pilihan, menemaniku bekerja atau
menciumku”
“MWO? DASAR PABO! GILA! ANEH! MENYEBALKAN!”
Teriakku mencaci makinya, guru macam apa yang menyuruh muridnya sendiri untuk menciumnya?
“Kalau begitu yang mana yang kau pilih?”
Ucapnya sambil memegang daguku, Ish… Dasar tak sopan! Akupun segera menepisnya
“Jangan macam-macam! Sudahlah! Sekarang
katakan saja apa yang harus kulakukan?”
………………………….
Donghae membawaku kesebuah resto pizza, disana
kami mengganti pakaian kami dengan seragam khas pengantar pizza. Sungguh aku
tak mempercayainya! Dulu aku mencaci Donghae karena seragam ini dan sekarang
seragam ini menempel ditubuhku? Baiklah! Sekarang aku percaya, karma itu
berlaku!
“Tenanglah! Tak seburuk yang kau pikirkan!”
Ucap Donghae menghampiriku yang sedang berdiri tepat didepan cermin.
“Tak ada yang lebih buruk dari ini!”
Kesalku sambil meninggalkannya di ruangan itu.
Baru saja aku keluar, seorang yeoja sudah memberondongiku dengan setumpuk
pizza.
“Ige… antarkan semuanya!” Ucap yeoja itu
terburu-buru sambil meletakkan tumpukan pizza itu ditanganku yang masih
terulur.
“YAK! Apa-apaan nih?”
Protesku pada yeoja yang masih memberondongku
dengan pizza-pizza yang diambilnya dari sebuah meja kayu panjang, sedangkan aku
masih sibuk menyeimbangkan tumpukan pizza ditanganku.
Dan disaat yang tepat Donghae datang, ia mengambil
setengah dari pizza ditanganku dengan cepat lalu sedikit mendorongku
kebelakang, agar aku terbebas dari yeoja sok sibuk yang terus memberondongiku
dengan tumpukan pizza. Ia menggantikan posisiku disana.
“Donghae-ya! Ini alamatnya! Kau antarkan
semuanya lalu cepat kembali kesini! Kita sedang sangat sibuk!” Ucap yeoja itu
sambil memberikan secarik kertas berisi alamat
“Ne..” Ucap Donghae sambil berlalu keluar dan
aku mengekor dibelakangnya.
Kini kami sudah sampai di motor khas pengantar
pizza dengan kotak besar dibelakangnya, ia meletakkan pizza-pizza yang kami
bawa dikotak besar itu.
“Dasar yeoja sok sibuk! Apa dia pikir pizzanya
tidak panas? Tanganku tuh jadi panas, sakit, pegel!Jinjja! Menyebalkan sekali
yeoja itu!” Omelku sambil mengelus-elus tanganku.
“Heh! Kau itu manja sekali! Apa hanya mengeluh
yang kau bisa? Seperi inilah bekerja!”
“Eh.. tadi pizzanya itu sangat panas!
Sepertinya tanganku sudah mau melepuh! Apa kau mengerti?”
“Selalu aja mendramatisir keadaan!” Ucapnya
dingin sambil menaiki motornya,
“Mendramatisir keadaan? Kau mau bilang aku
sedang mementaskan drama lagi? Bilang aja! Kau itu memang tak punya perasaan”
“Tuh kan mulai lagi!”
“Mulai apa?”
“Udahlah! Cepetan naik!” Ucapnya sambil
mengedikan kepalanya kearah belakang
“Awas saja kalau berani ngegas mendadak lagi!
Aku tak akan segan-segan menghancurkan motor ini!” Ancamku saat sudah duduk
dijok belakang motornya
…………………………..
Yap…. Hari yang sangat melelahkan pun dimulai,
kami melaju menyusuri kota Seoul dibawah panas terik matahari yang sepertinya
sudah membakar kulitku. Kami juga sudah 5 kali bulak-balik ke resto untuk
mengantarkan pizza. Aish… benar-benar melelahkan! Aku tak percaya ada pekerjaan
seperti ini!
Sepanjang perjalanan, tak ada yang kami
lakukan lagi selain beradu argument, membicarakan masalah tak penting dan
saling meneriaki satu sama lain. Inilah salah satu rutinitasku saat bersamanya,
tapi itulah yang membuatku tak bosan berlama-lama berada disekitarnya! Kurang
kerjaan kah? Sepertinya begitu!
“Ini rumah terakhir! Setelah itu kita kembali
ke resto! Mengganti baju! Dan tugasmu selesai!”
Ucap Donghae sebelum mengetuk pintu
didepannya. Ia membawa sekotak pizza sedangkan aku membawa beberapa milkshake.
“Serius? Ini masih jam 4 sore dan kau akan
membebaskanku?”
“Ne! Tapi berjanjilah untuk kali ini bersikap
yang sopan! Jangan seperti tadi!” Ucapnya sambil menatapku tajam.
“araseo!”
Ucapku mantap. Ya.. tadi memang aku tak
sengaja memarahi seorang pelanggan. Itu semua salahnya! Dia yang memarahi kami
duluan. Dia marah karena pesanannya terlalu lama diantar. Katanya dia sudah
menunggu setengah jam. Tentu saja aku tak terima! Enak saja! Aku sudah
capek-capek mengantarkannya lalu dimarahi seperti itu? Ah.. kurasa sudah cukup!
Kalian juga pasti sudah bisa
membayangkan sendiri kan bagaimana bila aku sedang marah? Baiklah! Kembali ke cerita!
Donghae mengetuk pintu itu hingga sang pemilik
rumah membukanya
“Selamat sore! Meatlover pizza with
milkshake?” Ucap Donghae ramah sembari menunjukkan senyumnya
“Ah ne! Aigoo… tumben sekali sampai 2 orang
seperti ini!” Ucap ahjuma itu sambil menerima pizza dan milkshake dari kami
“Ige! Ambil saja kembaliannya!” Lanjut ahjuma
didepan kami ramah seraya memberikan kami beberapa lembar uang. Kamipun
membungkuk senang “Gamsahamnida ahjuma! Anda baik sekali!” Ucapku ramah begitu
juga Donghae yang ikut mengucapkan terima kasih
“Omoona… kalian itu serasi sekali! Sangat
manis!” Ucap ahjuma didepan kami sambil tersenyum manis
“ah.. Gamsahamnida ahjumma!”
Ucap Donghae sambil memegang tengkuknya,
sedangkan aku hanya tersenyum heran mendengarnya. Ahjuma itu kembali membungkuk
ramah sebelum akhirnya menutup pintu rumahnya. Kami pun berbalik menuju motor
yang terparkir persis didepan rumah itu
“Apanya yang serasi coba?” Dengusku sambil
berjalan kearah motor
“Ya sudahlah! Tak perlu dipikirkan!” Ucap
Donghae sambil mengacak rambutku lalu ia mempercepat langkahnya meninggalkanku
yang masih terpaku dibelakangnya.
“Jadi tugasku sudah selesai?” Tanyaku sambil
menaiki motornya
“ehm”
Kami pun mulai melaju menyusuri perumahan yang
sepi. Ah… akhirnya! Tugas melelahkan ini selesai juga!
“YAK! Bensinnya?” pekiknya tiba-tiba diiringi laju motor yang kami naiki makin melambat.
“Ada apa?”
Masalah sepertinya sudah menjadi sebuah
keharusan untuk kami. Kalian tau? Motor yang kami naiki
BERHENTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII.
YAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKK! Aku lelah! Aku ingin pulang sekarang
juga!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Kenapa bisa berhenti?”
“Bensinnya habis” Ucapnya datar
“Terus sekarang gimana?”
“Ya Dorong lah… Mau diapain lagi?”
“MWO? Dorong? Kau menyuruhku mendorong benda
ini?”
“Ini motor!”
……………………………….
Alhasil Kami berdua mendorong benda
menyebalkan itu hingga ke pom bensin, namun ditengah perjalanan Donghae
mengajakku istirahat
“Kau lelah?”
“Jangan Sok perhatian” Ketusku
“Duduklah dulu!”
Ucapnya sambil berlalu setelah sebelumnya
memarkirkan motornya, meninggalkanku sendiri. Karena lelah, akupun duduk dipinggir
jalan sambil mengibas-ngibaskan tanganku, lelah… lelah sekali, kami tak kunjung
menemukan pom bensin dari tadi. Tak lama ia datang
“Ige!” Ia memberikanku sebotol air dan duduk
disampingku
“Gomawo” Ucapku lalu meneguk minuman itu.
“HYO! Dancemu itu hebat sekali!”
“Aku tau!” Ucapku
“Harusnya kau yang menang!”
“aku tau!”
“Danceku itu tak ada apa-apanya jika
dibandingkan denganmu!”
“Aku tau!”
“Apa kau tau bahwa aku ini sangat tampan?”
“Aku tau!” Ucapku begitu saja
“HAHAHAHHA” Ia mulai tertawa
terpingkal-pingkal mendengar kata-kata itu keluar dengan entengnya dari
mulutku.
“eh? MWO? Aish… pabo! Aku tak sengaja
mengucapkan itu!” Sergahku
“Tapi itu dari hati kan? Ayolah! Mengaku
saja!” Godanya
“Apanya yang tampan coba? Eh.. tapi kalau
boleh jujur! Rambutmu ini sangat tak cocok dengan wajahmu!”
“Maksudnya?”
“Kau terlihat sangat culun sonsengnim!”
“Jeongmalyo?”
“Ehm! Tapi kurasa aku bisa membuatnya lebih
baik!” Ucapku sambil mengacak-acak rambutnya
“YAK! Kenapa diacak-acak?” Ucapnya sambil
menepis tanganku
“IH! PABO! Kau mau terlihat tampan tidak?” Ia
sedikit tak yakin dengan ucapanku namun tetap membolehkan tanganku bergerak
dikepalanya
“Nah…Ini lebih baik!”
“berantakan seperti ini kau bilang baik?”
“Ah.. terserah kau saja! Kau memang tak pernah
mempercayaiku kan?”
“Ne.. araseo! Aku menyukainya! Gaya rambut
yang bagus!” Ucapnya entah tulus atau tidak, tapi aku berkata jujur kok! Kurasa
ia jauh lebih tampan dalam keadaan seperti ini.
“Apa selalu seperti ini?” Tanyaku sambil
menoleh kearahnya
“Apanya?”
“Motornya! Kau sering kehabisan bensin seperti
ini?”
“Anio! Ini salahku! Aku lupa mengisinya tadi!”
Aku hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya. Tumben? Ya.. aku sudah
lelah marah-marah mulu! Lagipula sepanjang jalan, aku sudah memarahinya. Jadi
kurasa marah-marahnya cukup
“Kau tidak marah? Ini kan salahku!” Tanyanya heran, bukannya bagus ya kalau aku
tidak marah?
“kau menginginkan aku memarahimu?”
“Anio! Hanya sedikit aneh saja!”
“Bagaimanapun kau adalah guruku! Aku harus
bisa menjaga sikap denganmu!”
“Hyo!”
“ehm”
“Kau menganggapku apa?”
“guru”
“hanya itu?”
“Apa yang kau mau?”
“Bagaimana caranya agar kau bisa menganggapku
sebagai_____?”
“Sebagai apa?”
“Temanmu mungkin?”
“Kurasa tak mungkin”
“Waeyo?”
“Entahlah!”
“satu hal Hyo! Sekarang aku bukan gurumu lagi”
“apa maksudmu?”
“Aku menganggapmu sebagai muridku hanya jika
kita berada dalam sekolah! Diluarnya aku menganggapmu sebagai orang lain”
“Jadi sekarang kau menganggapku apa?”
“seorang teman?” Ucapnya ragu.
“JAJANGMYEON!”
Pekikkku saat melihat kedai
jajangmyeon yang baru buka, aku tak perduli dengan apa yang namja disampingku
bicarakan, yang terpenting sekarang adalah perutku, aku lapar. Akupun segera
berlari menuju kedai itu, sedangkan Donghae mengekorku dari belakang sambil
menuntun motornya.
“Hmm… ini enak sekali!” Ucapku sambil memakan
semangkuk jajangmyeon.
“Kau membawa uang?”
“Anio!”
“MWO?”
“aku tak membawa apapun, ponsel dan dompetku
ada ditas, dan tasku ada direstomu itu!”
“Jadi aku yang bayar? JINJJA! Kukira kau yang
bayar!”
“itulah gunanya kau disini!"
"Jinjja!"
"hmm…. Jam berapa sekarang?”
"hmm…. Jam berapa sekarang?”
“Jam 6 sore! Palli! Percepat makanmu! Setelah
itu kita harus mencari pom bensin!”
“Ne.. Hei sonsengnim! Gomawo mau membayarkan
makananku!” Ucapku sambil memakan jajangmyeonku
“HYO! Aku tak pernah main-main dengan
ucapanku! Sekarang kau bukanlah muridku! Jadi berhentilah memanggilku
sonsengnim”
“Jadi apa maumu? DONGHAE PABO?”
“YAAKKK!”
Pekiknya
“lalu apa?”
“Kurasa oppa terdengar lebih menyenangkan”
“oppa? Kau mau kupanggil oppa?” Tanyaku,
diapun mengangguk cepat
“SHIREO! Aku takkan pernah mau memanggilmu
oppa! Bagaimana dengan ahjussi?”
“YAK! Aku tak setua itu! Kita hanya beda 5
tahun!”
“tetap saja aku tak mau!”
“waeyo? Karena kau membenciku?”
“Aku tak pernah membencimu”
“Karena aku adalah seorang guru seni?”
“Mungkin”
“Jadi jika aku tak menjadi guru senimu lagi,
kau mau menjadi temanku?”
“You gotta be kidding!”
“Aku serius! Bukannya itu yang kau inginkan?
Tujuan battle dance inipun juga karena kau ingin membuatku mengundurkan diri
kan?”
“Kepalaku sakit! Bisa kita pulang sekarang?”
Jujur setelah mendengar ucapannya, aku jadi
sedikit risih. Entahlah…. Ada yang aneh! Mengapa rasanya sakit saat ia
mengatakan hal itu? Bukankah ia benar? Memang itu kan yang kuinginkan?? Omoona…
bahkan sekarang aku tak tau akan apa yang sebenarnya kuinginkan.
…………………………..
Diam sepanjang jalan, sampai akhirnya kami
menemukan pom bensin, tak ada yang berbeda setelah itu bedanya adalah kali ini
kami tak perlu repot-repot mendorongnya melainkan mengendarainya. Benar-benar
tak ada pembicaraan sedikitpun.
Sudah pukul 9 malam, kami sudah berada diresto
dan mengganti seragam kami. It’s time to go home. Ia bersiap dengan motornya
“Naiklah! Biar Kuantar!”
Ucap Donghae padaku. Ekspressinya datar dan
sedikit dingin, tapi tak apalah, mengingat ini adalah Kalimat pertama yang ia
ucapkan padaku sejak 3 jam belakangan ini. Sekarang Ia sudah menaiki motornya,
sebenarnya sudah tinggal jalan saja, tapi sepertinya dia memang punya rasa
tanggung jawab yang besar. Buktinya ia tak mau meninggalkanku, aku hendak
menaiki motornya namun
TINN TINN TINN
“HYO! Kau disini chagi? Kajja! Naiklah biar
Kuantar kau pulang!” Teriak seorang namja dengan mobil mewahnya tepat didepan
kami. Dialah Lee Hyuk Jae, namjachinguku.
Author POV
Donghae meremas stir motornya, berharap Hyo
akan memilih menaiki motornya. Namun Hyo tetap tak bergeming dari tempatnya, ia
masih berada disamping Donghae namun matanya tertuju pada Eunhyuk. Pilihan yang
sulit untuk Hyo, jika ia memilih Eunhyuk, ia takut akan mengecewakan
sonsengnimnya sedangkan jika ia memilih Donghae, ia takut Eunhyuk akan curiga
padanya. Eunhyuk kembali membunyikan klakson mobilnya sambil mengedikan
kepalanya, menyuruh Hyo cepat menaiki mobilnya
Hyo menggigit bibir bawahnya sambil meremas
tangannya sendiri, menatap kedua namja itu satu persatu, Donghae menatap lurus
kedepan dengan tatapan dingin, tak memperdulikan pandangan Hyo yang tertuju
padanya, sedangkan Eunhyuk dengan kaca mata hitam dan mobil sport merahnya yang
mewah sedang tersenyum manis kearahnya. Hyopun mulai melangkahkan kakinya yang
terasa sangat berat itu, ia mulai berjalan pelan melewati Donghae dan
menghampiri Eunhyuk, namjachingunya.
Ia mulai membuka pintu mobil Eunhyuk, namun
masih belum berniat untuk menaikinya. Ia menoleh kearah Donghae yang masih tak
bergeming, Donghae terlihat sangat dingin sekarang, ia menjauhkan jangkauan
matanya dari pemandangan yang tersaji didepannya, ia tak membiarkan matanya
bertemu dengan mata Hyo.
“Hyo! Kajja! Naiklah! Memang Siapa namja itu,
huh? Kenapa kau berat sekali
meninggalkannya?” Tanya Eunhyuk yang membuyarkan lamunan Hyo.
“Sonsengnimku oppa!”
Ucap Hyo pelan sambil
memasuki mobil itu. Namun matanya tetap tertuju pada Donghae walaupun Donghae
sendiri tak memandangnya sedikitpun. Mobil itu mulai melaju. Tinggalah Donghae sendiri
disana, ia belum mampu melajukan motornya. Ia malah mematikan mesin motornya,
dan menengadah keatas.
“Aku salah! Dia sama saja! Kukira dia berbeda!
Kukira dia akan memilihku!” Ucap Donghae lirih sambil memangku helmnya.
“Kenapa sangat sulit baginya untuk menerimaku?
Bahkan yang kuminta hanya menjadi temannya saja! Apa sebegitu salahnya aku yang
menjadi seorang guru seni?” Lanjut Donghae dengan tatapan sendunya, ia menahan
semua emosinya dengan cara ini, menengadah keatas, menjaga agar tak ada satu
tetes cairan beningpun yang keluar dari matanya
“Apa jika aku tak menjadi guru seninya lagi,
aku…………………. ARRGGGHHHH!” Donghae mengerang frustasi sambil membanting helmnya,
ia mengacak rambutnya kesal “Bagaimana bisa aku bertindak sebodoh itu? Aku
membutuhkan pekerjaan ini! Setidaknya Beberapa minggu kedepan”
…………………………..
2 days later………….
At school…………..
Sport Subject
Hyoyeon
POV
Aigoo… melelahkan sekali! Sekarang kelasku
sedang mengikuti pelajaran olahraga, dan materi untuk siang ini adalah basket.
“YA! Jung
Soo Yeon! Bukan seperti itu caranya! Coba ulang cara mendribblenya!” Teriak Bu
Min Ji, si guru cerewet, bawel, tua dan menyebalkan. Sonsengnim yang tak pernah
ada bosannya untuk memarahi murid-murid disekolah ini.
“YAK!
BAWELLLLL………AKU SUDAH MENGULANGNYA 3 KALI! Tak bisakah anda menghargaiku!”
Teriak Jessica tak terima,
“Apa kau
bilang? Bawel? YAK JUNG SOO YEON………!!!!!!!”
Okeh….
Jessica pabo! Kenapa si dia tak bisa sabar sedikit menghadapi nenek sihir ini?
Baiklah…. Sekarang tugas kami berlima yang menenangkan monster tua ini. Kami
berlima segera mendekati bu Min Ji dan bersikap sok baik padanya demi
melindungi sahabat PABO kami, Jessica.
“Mianhae
sonsengnim! Jessica itu memang sedikit tidak waras!” Ucapku sambil memijat bahu
sonsengnim olahraga kami, Bu Min Ji.
“Ne…
sebenarnya jauh didalam hatinya, ia itu sangat menyayangi ibu!” Seru Yoona.
Aish… menyayanginya? Sayang darimana? Adanya malah benci setengah mati pada
ibu-ibu tua ini!
“keurae! Bahkan
ia juga rela jika ibu menyuruhnya untuk mendribble lagi” Ucap So Min
“Benar
sekali! Ia bahkan rela melakukannya hingga 10 kali!”
Seru So Eun asal sambil mengulurkan tangannya.
Sedangkan Jessica yang mendengarnya hanya menggeleng-geleng tak setuju dengan semua yang kami katakan.
“Mwo? 10
kali? Jinjjayo Jessica?” Tanya Bu Min Ji pada Jessica
“ANIO!”
Teriaknya. Dan seperti mendapat interupsi, kami berlima langsung memberikan
tatapan mematikan pada yeoja itu.
“Otokhae
Jessica?” Tanyaku sambil menginjak kakinya,
“Ah.. ne…
Aku akan mendribble bola itu 10 kali!”
Jawab
Jessica terpaksa sambil menahan sakit dikakinya. Bukan bermaksud untuk
menyiksanya, tapi jika dibiarkan, bukan hanya Jessica yang akan kena tapi anak
sekelas bisa kena. Lebih baik kita mengorbankan 1 orang daripada 1 kelas,
benarkan? Lagipula ini semua kan salahnya! Untuk apa mencari gara-gara dengan monster olahraga ini?
“Baiklah
Jessica! Kau mulai mendribble bolanya! Ingat 10 kali bulak-balik! Aratsoyo?”
Seru Bu Min Ji dengan tatapan mengerikan pada
Jessica, siapapun yang melihatnya pasti akan langsung bergidik ngeri, bagaimana
tidak? Kalian bisa melihat kilatan cahaya yang menyala dari matanya itu! Tapi
sepertinya Jessica sudah benar-benar kebal akan tatapan itu,
“ehm”
Sahut Jessica sambil berlalu, ia mulai mendribble bola basket ditangannya. Yang
sabar ya Jung Soo Yeon!
Sementara
Jessica melaksanakan hukumannya, kami melanjutkan praktek kami, dan sekarang
giliranku, Bola basket sudah ditanganku, aku mulai mendribble bola itu namun…….
Sebuah
pemandangan yang menyilaukan mata terjadi, Seorang yeoja yang sangat amat
cantik berjalan dengan anggunnya melewati koridor sekolah, cantik, sangat
cantik! Sepertinya ia adalah guru baru disini, karena aku belum pernah
melihatnya sebelumnya, rambut panjangnya yang hitam dan bergelombang tergerai
sampai kebahu, ia memakai kemeja bergaris warna hijau dengan rok hitam selutut,
tak lupa ia memakai high heels yang senada dengan kemejanya, Omoona….. cantiknya!
Kecantikannya itu benar-benar memabukkan.
Aku
mengedarkan pandanganku, dan kudapati banyak pula mata yang sedang tertuju pada
yeoja itu, yah…. Yeoja seperti itu kurasa memang sudah sangat pantas menjadi
pusat perhatian tapi ada satu orang yang menggangguku, Yak….. Si Namja sok cool!
Sonsengnim gila nan menyebalkan! Ia juga sedang memperhatikan yeoja cantik itu,
ia menghentikan langkah kakinya dan diam sembari mengarahkan matanya ke Yeoja
cantik itu, entah mendapat bisikan apa, tapi hatiku mencelos melihatnya, tanpa
kusadari bola basket yang kupegang sudah melayang kearah namja itu dan tepat
mengenai kepalanya.
BUUKKK
“AWW!”
Ringisnya sambil mengusap-usap kepalanya
Pandangan
namja itu pun kini telah berganti, ia melihat kearahku sambil mengelus-elus
kepalanya, ia tak henti-hentinya meringis kesakitan lalu mendekat kearahku
sambil membawa bola itu.
“Aigooo…..
KIM HYOYEON! Ada apa denganmu, huh?” Bentaknya
“Mianhae
sonsengnim! Aku tak sengaja!” Ucapku
“kau
cemburu aku menatap yeoja itu?”
Bisiknya
sambil mengarahkan matanya pada yeoja cantik itu, membuatku membelalak hebat
mendengarnya, dasar namja pabo! Tingkat narsisnya itu benar-benar tak bisa
ditolerir.
“Aku tak
gila sonsengnim!” Ucapku lantang lalu merebut bola ditangannya dan kembali
mendribble bola itu sambil berlalu meninggalkannya.
TBC
SEMUA….. PART 3 SELESAI…..
Mian kalo ceritanya jelek ato g
nyambung
Tp aku dah berusaha semaksimal
mungkin’
Mungkin part 4 nya msh lama cz skrg
kebosanan
Kembali melanda…*apaan si?*
Jujur kl ide si ada, tapi tangan itu
bener2 g bs diajak kompromi
Mau ngetik 1 kata aja rasanya berat
bgt,….
Tp aku selalu berusaha do the best
kok!
‘ok! Semua thx bgt ya bg yg udh
nyempetin buat bc ff ajaib ku ini
Please leave a comment and reaction
for me..
Please please please
Comments
Post a Comment