Way To Love #3 (again? With you?)
C.A.P Meraih pundak Yoo Hyun ingin membantunya berdiri namun........
“Hyung”
Panggilan itu sontak membuat keduanya menoleh ke asal suara secara berbarengan.
Seorang namja terlihat samar-samar karena belum tersinari lampu jalan. Namja
misterius itu berjalan beberapa langkah lagi hingga wajahnya terlihat.
Yoo
hyun nyaris menangis saat
mendapati sosok Chunji disana.
Ia yakin namja itu pasti akan menghalangi
kebahagiaannya.
“biar aku saja yang
mengantarnya! Kau ada pemrotetan kan?” Yoo Hyun membuka mulutnya lebar-lebar
sambil menatap Chunji penuh haru. Ia sudah tahu dengan jelas akan begini
jadinya bila namja itu datang.
Yoo Hyun POV
“Biar aku yang
mengantarnya! Kau ada pemrotetan kan?” Aku membuka mulutku lebar-lebar
mendengar ucapan namja itu. Aigoo…… Apa-apaan dia? Padahal tinggal sedikit lagi
aku bisa diantar pulang oleh idolaku, C.A.P oppa. Kenapa dia senang sekali
menghancurkan kebahagiaanku?
“ah.. Jinjja yo? Kalau
begitu baiklah! Lagipula kalian sudah saling kenal kan? Kau pulang bersamanya
ya! Tidak apa-apa kan?” Tanya C.A.P oppa membuatku terdiam.
“otokaci? Gwenchanayo?”
lanjutnya
“gwenchana” jawabku
pelan. Aku tersenyum pahit pada C.A.P oppa yang sudah bangkit dari posisinya.
AH.. Rencanaku gagal karena namja sialan itu. APA MAUNYA?
C.A.P oppa berlalu
menuju mobil setelah sebelumnya pamit padaku dan Channie oppa. Aku melihat
mesin mobil namja penuh karisma itu menyala lalu beberapa detik selanjutnya
melaju meninggalkan tempat parkir yang sepi ini, menyisakan aku dan namja
paling menyebalkan seantero Korea, namja yang senang sekali melihatku
menderita. Mataku masih setia mengikuti laju mobil yang hampir saja aku
naiki itu, aku takkan berpaling, setidaknya sampai mobil itu benar-benar
hilang dari jarak pandangku. Namun sebuah suara menyebalkan kembali
menghancurkan segalanya.
“Bangun” Ucap Channie
oppa dingin tanpa melihatku. Ia memandang lurus ke arah lain sambil memasukkan
kedua tangannya kesaku celana.
“kau tuli? Kubilang bangun!”
Seru pria itu lagi. Aku hanya mendelik sinis lalu membuang muka.
“wae? Kau pikir aku
percaya? Aku tau kau tak apa-apa! Acting yang buruk” Cibirnya lalu tersenyum
meledekku.
“lalu? Apa masalahmu?”
“aku hanya tak mau
hyungku terkena sial.” jawabnya enteng.
"ck...menyebalkan"
decakku pelan
“cepat bangun! Kau mau kuantar pulang tidak?”
“cepat bangun! Kau mau kuantar pulang tidak?”
“KAU! POKOKNYA KAU HARUS
GANTI RUGI” Jeritku
"ganti rugi dalam
hal apa?" Aku berusaha meredam emosiku, tak perduli dengan pertanyaan
bodohnya itu. Ganti rugi dalam hal apa? Perlu aku sebutkan? Cih... dasar namja
menyebalkan.
"Aish... Terserah
kau saja! Aku lelah. Aku pulang sekarang"
Chunji POV
“Aish... Terserah kau
saja! Aku lelah. Aku pulang sekarang” Aku menghambur ke mobilku dan mulai
menyalakan mesinnya, meninggalkan yeoja yang masih setia diposisi yang sama,
duduk ditengah jalan. Ish... dia maunya apa? Sudah kubilang, kan? C.A.P hyung
ada pemrotetan. Aku mendesah melihat kelakuan kekanakannya lalu membunyikan
klakson mobilku, tapi sedikitpun yeoja itu tak menoleh.
Aku menurunkan kaca
mobilku lalu menyembulkan kepala keluar jendela. “YA! HYUN~A! PALLI! NAIK KE
MOBILKU ATAU KAU KUTINGGAL”
“SHIREO” Jeritnya dengan
nafas memburu. Aku mendecak dan akhirnya kembali turun dari mobil, lantas
menghampirinya. Aigoo…… anak ini! Sekarang dia menangis! Kenapa anak ini
cengeng sekali? Mau tak mau aku mengulurkan tanganku padanya, tapi ia tak
menghiraukan.
“Hyun~a… mianhae!
Kumohon jangan menangis” Ok! Kelemahanku! Aku tak bisa melihat seorang yeoja
menangis. Aku menghela nafas lalu berjongkok dihadapannya.
“Hyun~a…”
“Kau mengacaukan
segalanya! Aku ingin bersama C.A.P oppa” selaknya sambil terisak.
“ne.. tapi dia ada
pemrotetan sekarang! Kajja! Kuantar pulang!” dia menggeleng cepat.
“Hyun~a…… ayolah!” dia
kembali tak meresponku.
“huft……. Baiklah! Aku
mengalah! Aku tau ini salahku, aku akan mengganti rugi padamu! Emmm……..
Bagaimana kalau kita jalan-jalan?” tawarku sambil tersenyum manis padanya.
“Otokaci?” lanjutku
“jinjja yo?” Tanyanya
tak yakin. Matanya berputar seolah sedang menimbang tawaranku.
“ne..! ayo bangun!”
ucapku sambil mengulurkan tanganku kembali padanya dan kali ini ia menerimanya.
……………………..
`````Chunji’s car`````
“kita mau kemana?” Tanya
Yoo Hyun sambil menoleh padaku.
“molla! Kau mau kemana?”
“YA! Kenapa kau malah balik
bertanya?” ketusnya
“tch…. Aku hanya
menanyakan pendapatmu!”
“aku baru 2 bulan di
Seoul! Aku belum pernah jalan-jalan kemanapun! Jadi jangan bertanya padaku”
“ini sudah malam. Eng…
apa lebih baik jika…….”
“ANIO! Kau sudah
berjanji padaku! Kau tak boleh membatalkannya!” Selaknya tepat sasaran.
“aku ingin jalan-jalan.
Aku baru 2 bulan disini dan aku tak tau banyak hal tentang kota ini” lanjutnya
“ah.. baiklah!
Sepertinya pengetahuanmu tentang Seoul sangatlah sedikit! Aku bersedia menjadi
tour guidemu semalaman”
“uh.. terdengar
menyenangkan! Ng…kalau begitu coba sebutkan hal-hal menarik tentang Seoul”
“emmmm…. Dari mana aku
harus mulai? Ah.. begini, Kota ini terletak disepanjang sungai Hangang, Seoul
tumbuh menjadi kota metropolis yang sangat padat. Kau tau berapa jumlah
penduduknya?”
“mana aku tau! Kau pikir
aku kurang kerjaan huh sampai-sampai menghitung jumlah orang dikota sebesar
ini” Jawabnya bodoh
“Tch….. ya tak harus
dihitung satu-satu juga kan? Kau kan bisa melihat internet”
“geumanhae! Kenapa tidak
kau katakan saja! Berapa jumlahnya?”
“bicara denganmu itu
memang membutuhkan kesabaran ya.. tapi berhubung malam ini aku adalah tour
guide mu! Aku maafkan!” seruku mencoba bersabar
“jumlah penduduk dikota
ini ada lebih dari 10 juta jiwa” Aku mulai mengontrol kembali emosiku dan
memberikan senyum terbaikku padanya.
“jinjjayo?”
“Ne.. selain itu selama
tahun-tahun terakhir, ibukota ini bertambah luas seiring dengan proses
urbanisasi dan industrialisasi dan terus berkembang pesat sebagai pusat
aktivitas politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan di Korea”
“Eomeo! Dari mana kau
dapat kata-kata itu?” komentarnya takjub.
“itu memang sudah bakat
sejak lahir! Kata-kata yang keluar dari mulutku memang selalu terdengar
sempurna. Dan satu lagi, Seoul adalah kota terbesar ke-10 didunia”
“yang benar?” ia
mengubah posisi duduknya sambil menatapku penasaran.
“keurae! Oh ya..
bagaimana kalau kita ke Insa-dong? Kurasa tempatnya tak terlalu jauh dari sini”
“insa-dong? Itu tempat
apa?” tanyanya polos.
“Aigoo…… kau datang dari
planet mana huh? Insa-dong itu tempat yang sangat menarik untuk berbelanja
santai maupun berburu barang-barang koleksi. Selebihnya kau lihat sendiri saja
disana, aratsoyo?”
“Arasseo” jawabnya
sambil tersenyum
………………………..
Yoo Hyun POV
Selama kurang lebih 2
jam, kami mengitari Insa-dong, salah satu kawasan paling populer bagi wisatawan
di pusat kota tua Seoul. Melihat-lihat berbagai macam benda-benda menarik yang
dijual disetiap kiosnya. Tempat itu penuh dengan toko-toko antik, galeri-galeri
seni, rumah-rumah minum teh tradisional, restoran bahkan toko buku. Oh.. ia!
Hampir saja lupa, kalian tau kan namja yang bersamaku sekarang adalah seorang
member idol group? Ya.. namja itu menggunakan kaca mata dan juga topi baseball
sebagai penyamaran. Ah.. berlebihan! Bahkan aku tak yakin ada yang mengenalnya.
“Ajeosshi! Ige mwoya?
Jepitan rambut?”
“Ne”
“ah.. manisnya!” seruku
senang sambil menjepit rambutku dengan jepitan manis itu. Aku baru melempar
pandanganku ke belakang saat tahu-tahu melihat sebuah kios aksesori.
Author POV
Chunji menatap bosan ke
arah seorang gadis yang sibuk dengan jepitan rambut ditangannya. Hingga
tiba-tiba gadis itu melempar pandang ke arah lain dan menemukan sesuatu yang
menarik matanya. Kini dengan langkah antusias, Yoo Hyun sudah berlalu dari kios
itu dan melanjutkan eksplorasinya ke toko lain jauh diseberangnya. Chunji
melongo “apa-apaan anak i……..” Chunji buru-buru pergi, tapi penjaga kios
menahannya. “Tuan, bayar dulu…….” Sambil mendesah, Chunji mengeluarkan dompet
dari saku celananya dan memberikan selembar uang kepada sang penjaga kios. Ia
lantas beranjak dan menghampiri Yoo Hyun yang sudah semakin menjauh.
……………………..
“Eomeo! manisnya!”
Chunji mendesah. Setelah
2 jam bersama Yoo Hyun mengelilingi Insa-dong, ia jadi tahu kata apa yang
seorang gadis semacam Yoo Hyun senang katakan saat berbelanja. 2 jam ini Yoo
Hyun sudah melontarkan kata ‘manis’ lebih dari seratus kali. Itu kalau Chunji
tidak kurang menghitung.
“ya.. terus saja! Semua
kau bilang manis,” Komentar Chunji malas saat Yoo Hyun sibuk mencoba-coba
cincin dan gelang berkilauan.
“Aigooo…… ini juga manis!
Channie oppa…… Lihat ini!” pekik Yoo Hyun sambil mengacungkan sebuah cincin di
jari manisnya ke depan wajah Chunji. “benar kan oppa? Ini manis kan? Ia kan?”
“terserah” komentar
chunji, tak mengerti di mana letak kemanisannya.
“Cih!” Cibir Yoo Hyun,
“aku beli yang ini saja” lanjut gadis itu.
“Whoaaa……. Pilihan yang
bagus! Ini juga ada pasangannya agasshi dan cincin yang ini memang sedang
diskon besar-besaran.” Sang penjual aksesori menatap Yoo Hyun dengan wajah
ceria.
“Jeongmal?”
“Ne.. anda dan
namjachingu anda benar-benar beruntung”
“MWO? NAMJACHINGU?”
Pekik Yoo Hyun dan Chunji serempak, membuat sang penjual terdiam.
“A..ad.. ada yang
s..sa..salah?” Tanya penjual itu takut-takut
“aku bukan
namjachingunya”
“Dia bukan
namjachinguku”
Kalimat berbeda yang
memiliki persamaan arti itu diteriakkan bersamaan oleh Yoo Hyun dan Chunji.
“oh..jinjja-yo? Kalian
terlihat seperti sepasang kekasih”
“ah! Lupakan! Salgeyo
(aku beli)” Ucap Yoo Hyun sambil memberikan beberapa lembar uang pada gadis
penjual aksesori itu. Ia berbalik dan menatap Chunji berbinar.
“Apa? Apa melihatku
seperti itu?”
“buat siapa cincin yang
satu lagi? Bukannya kau sudah putus dengan namjachingumu?”
“diamlah!” Seru Yoo Hyun
sambil meraih paksa tangan kiri chunji dan menyematkan cincin itu di jari
manisnya.
“Ah.. Oppa! Cincinnya
pas” pekik Yoo Hyun, lalu menyematkan cincin ke jari manisnya dan memekik
sekali lagi “aku juga pas” Chunji menghela napas lalu memandangi gadis yang
sedang tersenyum kegirangan disampingnya. Baiklah, ia rasa ia tak perlu
mendebat Yoo Hyun mengenai cincin yang secara paksa yeoja itu sematkan dijari
manisnya. Toh... sudah jelas bukan siapa yang akan mengalah pada akhirnya?
“sudah hampir larut! Hyun~a, ayo pulang”
“Channie oppa! Disana
ada photosticker! Kajja, kita foto” Seru Yoo Hyun, tak memperdulikan ucapan
Chunji.
Dengan antusias, Yoo
Hyun menarik lengan Chunji dan masuk kedalam sebuah boks foto. Ia memasukkan
uang ke mesin, lalu mulai mengatur pose. “Oppa! Tanganmu seperti ini”
“mwoya? Shireo”
“Aish! PALLI! POSE” Mau
tak mau Chunji mengangkat tangannya membentuk huruf v sambil memberikan senyum
termanisnya, sedangkan Yoo Hyun menjulurkan lidahnya. Foto pertama pun selesai,
“Sudah kan?” Ucap Chunji
“Anio! Masih ada 3 lagi”
Chunji mendesah tetapi setelah itu mulai berpose aneh. Terbawa suasana oleh
gadis yang sudah menggila dengan pose yang jauh lebih aneh darinya.
“selesai” Yoo Hyun
mengambil foto dari mesin, lalu keluar boks sambil tergelak “Omoona….. gaya
macam apa ini, oppa?”
Chunji mengikutinya,
lalu menyambar foto itu dari tangan Yoo Hyun. “Cih… kau juga jelek disini”
responnya. “Tapi kau lebih jelek” balas Yoo Hyun
“anio! Seumur hidup aku
tak pernah jelek”
“Ige! Kita bagi 2, 2
foto untukmu dan 2 foto untukku” Ucap Yoo Hyun sembari menyodorkan 2 buah foto
pada Chunji, Chunji hanya menatap foto itu sebentar lalu menatap gadis
didepannya heran, “Untuk apa aku menyimpannya?”
“Ish! Ambil saja, kenapa
sih?” ketus Yoo Hyun, Chunjipun mengambil foto itu lalu memasukkan benda itu ke
dompetnya dengan malas.
“kajja! Kita pulang”
“Ne” balas Yoo Hyun
sambil mengangguk. Baru saja mereka berbalik, mata Chunji langsung membulat
melihat beberapa orang dengan kamera besar ditangannya. Paparazzi. “Tch” decak
Chunji lalu segera menarik tangan Yoo Hyun dan berlari. Yoo Hyun tak mengerti
sedikitpun, tapi ia tetap mengekor dibelakang namja itu. “a..ad..ada apa?”
Tanya Yoo Hyun terengah-engah.
“wartawan” desis Chunji
seraya mengencangkan genggaman pada lengan gadis dibelakangnya.
Yoo Hyun sedikit menoleh
kebelakang dan menemukan beberapa orang dengan kamera besar dilengannya sedang
mengejar mereka. “mereka mengejar! Percepat larinya” Seru Yoo Hyun, “Arasseo”
.......................
BRAKK…..
Pintu mobil tertutup
kencang, Chunji dan Yoo Hyun sibuk mengontrol nafasnya. “Oppa! K..ke..enapa
mereka mengejar?” Tanya Yoo Hyun masih dengan nafas tersengal.
“mereka membutuhkan
berita t..te..tentangku” tak jauh beda, Chunji menjawabnya dengan
terengah-engah pula.
“Ya sudah berikan saja
mereka berita! Kalau begitu, mereka takkan mengejarmu lagi kan?”
“berita model apa huh?
Mereka ingin skandal tentangku!”
“skandal?”
“Ne.. dan jika aku
mendapatkan skandal, maka kontrakku batal!”
“ARRGGGHHHH! Kenapa
mereka memburuku disaat seperti ini? Disaat aku sedang terikat kontrak? Dan
kenapa mereka selalu ada saat aku sedang bersamamu? Bisa saja mereka
memberitakan yang macam-macam! Aigoo……. Kontrakku! Masih 5 bulan lagi??” Chunji
mengacak rambutnya frustasi.
“Semoga mereka tak
mendapatkan foto kita” Ucap Yoo Hyun pelan. “Eomeo! Apa lagi sekarang?” Chunji berucap
dengan pasrah sambil menatap lurus kedepan, tepat beberapa meter didepan
mereka, sekelompok orang dengan kamera dilengannya sedang tampak kebingungan
mencari sesuatu.
“Menunduk” Chunji
menunduk seraya mengulurkan tangannya kepada Yoo Hyun. Ia menekan kepala gadis
itu kebawah, menyuruhnya untuk merendahkan kepala. Dengan rasa panik yang tak karuan,
Chunji menyalakan mesin mobil dan mulai melajukannya. Tapi sayang, salah satu
wartawan melihat dan akhirnya mengejar mobil itu.
Chunji melajukan
mobilnya dengan kecepatan tinggi, begitupun beberapa mobil milik paparazzi
dibelakangnya. Kini mereka benar-benar berada dalam situasi yang sulit. Yoo
Hyun meremas joknya, walaupun ia sudah memakai seatbelt dengan baik tapi tetap
saja ia merasa cemas. Ia takut terjungkal dari mobil dengan kecepatan tinggi
ini.
“BISAKAH KAU PELANKAN
SEDIKIT?” Jerit Yoo Hyun tak kuasa menahan rasa paniknya.
“ANIYA” Balas Chunji
sambil menengok spionnya. Namja itu mendesah sambil menggeleng frustasi saat
mendapati mobil paparazzi itu masih mengikutinya.
“ottokhae??” gumam
Chunji berkali-kali.
“Kecoh mereka oppa” Ucap
Yoo Hyun sambil menoleh ke belakang
“Maksudmu?”
“Jika kau menemukan
persimpangan jalan, buatlah gerakan seolah-olah kau akan melaju ke satu arah
padahal kau melaju ke arah sebaliknya”
“AH.. itu bukan ide yang
bagus! Bagaimana jika ketika aku menemukan persimpangan jalan, aku membuat
gerakan seolah-olah akan melaju ke satu arah padahal aku melaju ke arah
sebaliknya” Ucap Chunji sumringah, sedangkan Yoo Hyun hanya menatap namja itu
bingung.
“tadi kan aku bilang itu
oppa”
“jinjja yo?”
“Ne.. Aish!”
…………………………
Chunji’s Car
Chunji POV
Kami menang. Adegan
kejar-kejarannya selesai dan kamilah pemenangnya. Mobil itu terkecoh dan
akhirnya berbelok ke arah yang salah. Dan sekarang kami sedang berhenti dipinggir
jalan. Aku bersandar dengan lemah, begitupun gadis itu. Kami sama-sama lelah,
bukan lelah fisik, melainkan lelah batin. Bagaimana tidak? Aku tak pernah
melajukan mobilku secepat tadi.
“Yang tadi keren”
“eh? Apa? Kau mau
mencobanya lagi?” Seruku pada gadis gila itu. Aku yakin jantungnya sudah
hampir keluar karena adegan kejar-kejaran tadi, tapi dia malah bilang apa?
Keren? Apa dia tak tahu resikonya? Resikonya adalah nyawa.
“anio. Tapi kau hebat”
Aku tersenyum mendengar pujiannya.
“aku tahu”
“Ah.. mulai narsisnya!”
kesalnya sambil memukul pelan bahuku.
“eh? Kajja, aku ingin
pulang”
“hmm” aku mengangguk lalu
mulai memegang stir mobil, mengarahkan pandanganku ke depan. Seketika aku menelan
ludah, baru menyadari keganjilan disini. Aku menoleh perlahan padanya, membuat
gadis itu mengernyit dan balik menatapku bingung. “Ada apa?” tanyanya polos.
Aku menghembuskan nafas berat lalu tersenyum kikuk padanya. “Cepat katakan
padaku! Ada apa? Bensinnya habis?” desaknya. Aku menggeleng singkat lalu
membuka mulutku takut-takut “aku tak tau dimana kita sekarang!”
“MWO?” Jeritan dramatis
yang sudah kuduga kini benar-benar menusuk telingaku.
“kita terlalu jauh! Aku
khawatir ini sudah bukan di Seoul”
“MWO?” Jeritan kedua
yang malah terkesan mengeras itu benar-benar membuat kepalaku mau pecah
sekarang.
“Jangan khawatir! Kita
tinggal berjalan ke arah sebaliknya!” Ucapku sambil tersenyum santai, bersikap
seolah tak terjadi apa-apa. Padahal jauh didalam hatiku, kepanikan dahsyat
telah melanda. Terlebih jalanan ini sangat sepi dan tak ada satupun orang yang
kutemui dari tadi.
Aku mulai menyalakan
mobilku dan kembali terbelalak saat mendapati bensin yang hampir kosong.
“Hyun~a….”
“ne”
“Kurasa malam ini akan
menjadi malam yang sangat panjang”
“maksudmu?” kening gadis
disampingku berkerut, tak mengerti kemana arah pembicaraanku.
“anio”
“putar balik oppa”
perintahnya sambil menoleh ke belakang. Aku mengangguk dan mulai memutar balik
mobil. Fiuh….. sebentar lagi kurasa aku akan mati. Tak sampai satu kilometer
Audyku melaju, mesin mobilnya mati.
“eh? Kenapa mesinnya
mati? Kenapa ini?” Seru Yoo Hyun saat aku mulai menepikan mobilku yang masih
pelan melaju sampai akhirnya benar-benar berhenti.
“Ada apa?” Tanyanya
panik karena tak kunjung mendapatkan jawaban dariku.
“Bensinnya………….” Ucapku
menggantung
“HABIS?” jeritnya tepat
sasaran.
“Ne” anggukku. Gadis itu
mendengus lalu segera membuka pintu mobil dan keluar.
Yoo Hyun POV
“Ne” Ia mengangguk tanpa
dosa. Ish… menyebalkan! Aku mendengus kesal lalu segera keluar dari mobil itu.
Aku berjalan pelan
dengan wajah yang jelas menggambarkan sebuah keputusasaan. Apa lagi? Apa lagi
sekarang? Dosa apa aku? Aku menghentikan langkahku tepat didepan mobil itu dan
mengedarkan pandanganku kesegala penjuru. Ish, ini dimana sebenarnya? Sejauh
mata memandang aku tak mendapati satupun bangunan. Hanya pohon-pohon besar yang
berdiri kokoh dikanan kiri jalan.
“Lalu bagaimana
sekarang?” Entah sejak kapan namja itu keluar dari mobilnya, yang pasti
kini ia berada tepat dihadapanku dengan wajah frustasi.
“molla!” jawabku dingin.
Ia mendengus lalu segera mengeluarkan ponselnya,
“Ah.. tak ada sinyal”
kesalnya lalu mulai melangkahkan kaki berkeliling, mungkin mencari sinyal.
Sedangkan aku? Aku hanya menatap kosong kedepan sambil bersandar didepan mobil.
Aku sama sekali tak tahu harus apa.
“YAK! KENAPA DIAM SAJA?”
Teriaknya jauh didepanku
“MEMANGNYA AKU HARUS
APA?” Balasku. Ia terlihat mendecak sambil melempar pandangannya lalu berjalan
mendekat kearahku.
“Apa? Aku bisa apa? Aku
harus apa?” tanyaku lagi saat ia sudah semakin dekat.
“coba lihat sinyal
ponselmu” Aku tertawa dengan nada meledek yang sangat kentara mendengar ucapan
bodohnya, apa? Dia bilang apa? Lihat sinyal apa? Ponselku?
“Apa? Kau tak bawa
ponsel? Atau kau tak punya?” Tanyanya dengan wajah kesal.
TBC
Ok! Part 3 selesai dan terpublish!
Makasih bagi yg dah mau baca ff ancur leburku ini
Aku tau masih banyak kekurangan disana sini
Semoga di part selanjutnya bs lebih baik. Amin:)
aku
g bakal mohon2 supaya readers pd komen ato ngasih reaksi disini, tapi
boleh dong sekali-kali muncul di komen. Ya.. setidaknya supaya bs saling kenal.
aku ngomong ky gini krn sebagian besar readers gigsent itu adalah silent readers....
Sip! Babay
boleh dong sekali-kali muncul di komen. Ya.. setidaknya supaya bs saling kenal.
aku ngomong ky gini krn sebagian besar readers gigsent itu adalah silent readers....
Sip! Babay
Comments
Post a Comment