Way To Love #3 (again? With you?)







C.A.P Meraih pundak Yoo Hyun ingin membantunya berdiri namun........


“Hyung” Panggilan itu sontak membuat keduanya menoleh ke asal suara secara berbarengan. Seorang namja terlihat samar-samar karena belum tersinari lampu jalan. Namja misterius itu berjalan beberapa langkah lagi hingga wajahnya terlihat.


Yoo hyun nyaris menangis saat mendapati sosok Chunji disana. Ia yakin namja itu pasti akan menghalangi kebahagiaannya.



“biar aku saja yang mengantarnya! Kau ada pemrotetan kan?” Yoo Hyun membuka mulutnya lebar-lebar sambil menatap Chunji penuh haru. Ia sudah tahu dengan jelas akan begini jadinya bila namja itu datang.



Yoo Hyun POV



“Biar aku yang mengantarnya! Kau ada pemrotetan kan?” Aku membuka mulutku lebar-lebar mendengar ucapan namja itu. Aigoo…… Apa-apaan dia? Padahal tinggal sedikit lagi aku bisa diantar pulang oleh idolaku, C.A.P oppa. Kenapa dia senang sekali menghancurkan kebahagiaanku?


“ah.. Jinjja yo? Kalau begitu baiklah! Lagipula kalian sudah saling kenal kan? Kau pulang bersamanya ya! Tidak apa-apa kan?” Tanya C.A.P oppa membuatku terdiam.


“otokaci? Gwenchanayo?” lanjutnya
“gwenchana” jawabku pelan. Aku tersenyum pahit pada C.A.P oppa yang sudah bangkit dari posisinya. AH.. Rencanaku gagal karena namja sialan itu. APA MAUNYA?


C.A.P oppa berlalu menuju mobil setelah sebelumnya pamit padaku dan Channie oppa. Aku melihat mesin mobil namja penuh karisma itu menyala lalu beberapa detik selanjutnya melaju meninggalkan tempat parkir yang sepi ini, menyisakan aku dan namja paling menyebalkan seantero Korea, namja yang senang sekali melihatku menderita. Mataku masih setia mengikuti laju mobil yang hampir saja aku naiki  itu, aku takkan berpaling, setidaknya sampai mobil itu benar-benar hilang dari jarak pandangku. Namun sebuah suara menyebalkan kembali menghancurkan segalanya.


“Bangun” Ucap Channie oppa dingin tanpa melihatku. Ia memandang lurus ke arah lain sambil memasukkan kedua tangannya kesaku celana.


“kau tuli? Kubilang bangun!” Seru pria itu lagi. Aku hanya mendelik sinis lalu membuang muka.
“wae? Kau pikir aku percaya? Aku tau kau tak apa-apa! Acting yang buruk” Cibirnya lalu tersenyum meledekku.


“lalu? Apa masalahmu?”
“aku hanya tak mau hyungku terkena sial.” jawabnya enteng.
"ck...menyebalkan" decakku pelan
“cepat bangun! Kau mau kuantar pulang tidak?”
“KAU! POKOKNYA KAU HARUS GANTI RUGI” Jeritku
"ganti rugi dalam hal apa?" Aku berusaha meredam emosiku, tak perduli dengan pertanyaan bodohnya itu. Ganti rugi dalam hal apa? Perlu aku sebutkan? Cih... dasar namja menyebalkan.


"Aish... Terserah kau saja! Aku lelah. Aku pulang sekarang"



Chunji POV



“Aish... Terserah kau saja! Aku lelah. Aku pulang sekarang” Aku menghambur ke mobilku dan mulai menyalakan mesinnya, meninggalkan yeoja yang masih setia diposisi yang sama, duduk ditengah jalan. Ish... dia maunya apa? Sudah kubilang, kan? C.A.P hyung ada pemrotetan. Aku mendesah melihat kelakuan kekanakannya lalu membunyikan klakson mobilku, tapi sedikitpun yeoja itu tak menoleh.


Aku menurunkan kaca mobilku lalu menyembulkan kepala keluar jendela. “YA! HYUN~A! PALLI! NAIK KE MOBILKU ATAU KAU KUTINGGAL”


“SHIREO” Jeritnya dengan nafas memburu. Aku mendecak dan akhirnya kembali turun dari mobil, lantas menghampirinya. Aigoo…… anak ini! Sekarang dia menangis! Kenapa anak ini cengeng sekali? Mau tak mau aku mengulurkan tanganku padanya, tapi ia tak menghiraukan.


“Hyun~a… mianhae! Kumohon jangan menangis” Ok! Kelemahanku! Aku tak bisa melihat seorang yeoja menangis. Aku menghela nafas lalu berjongkok dihadapannya.


“Hyun~a…”
“Kau mengacaukan segalanya! Aku ingin bersama C.A.P oppa” selaknya sambil terisak.
“ne.. tapi dia ada pemrotetan sekarang! Kajja! Kuantar pulang!” dia menggeleng cepat.
“Hyun~a…… ayolah!” dia kembali tak meresponku.
“huft……. Baiklah! Aku mengalah! Aku tau ini salahku, aku akan mengganti rugi padamu! Emmm…….. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?” tawarku sambil tersenyum manis padanya.


“Otokaci?” lanjutku
“jinjja yo?” Tanyanya tak yakin. Matanya berputar seolah sedang menimbang tawaranku.
“ne..! ayo bangun!” ucapku sambil mengulurkan tanganku kembali padanya dan kali ini ia menerimanya.



……………………..



`````Chunji’s car`````



“kita mau kemana?” Tanya Yoo Hyun sambil menoleh padaku.
“molla! Kau mau kemana?”
“YA! Kenapa kau malah balik bertanya?” ketusnya
“tch…. Aku hanya menanyakan pendapatmu!”
“aku baru 2 bulan di Seoul! Aku belum pernah jalan-jalan kemanapun! Jadi jangan bertanya padaku”


“ini sudah malam. Eng… apa lebih baik jika…….”
“ANIO! Kau sudah berjanji padaku! Kau tak boleh membatalkannya!” Selaknya tepat sasaran.
“aku ingin jalan-jalan. Aku baru 2 bulan disini dan aku tak tau banyak hal tentang kota ini” lanjutnya


“ah.. baiklah! Sepertinya pengetahuanmu tentang Seoul sangatlah sedikit! Aku bersedia menjadi tour guidemu semalaman”


“uh.. terdengar menyenangkan! Ng…kalau begitu coba sebutkan hal-hal menarik tentang Seoul”
“emmmm…. Dari mana aku harus mulai? Ah.. begini, Kota ini terletak disepanjang sungai Hangang, Seoul tumbuh menjadi kota metropolis yang sangat padat. Kau tau berapa jumlah penduduknya?”


“mana aku tau! Kau pikir aku kurang kerjaan huh sampai-sampai menghitung jumlah orang dikota sebesar ini” Jawabnya bodoh


“Tch….. ya tak harus dihitung satu-satu juga kan? Kau kan bisa melihat internet”
“geumanhae! Kenapa tidak kau katakan saja! Berapa jumlahnya?”
“bicara denganmu itu memang membutuhkan kesabaran ya.. tapi berhubung malam ini aku adalah tour guide mu! Aku maafkan!” seruku mencoba bersabar


“jumlah penduduk dikota ini ada lebih dari 10 juta jiwa” Aku mulai mengontrol kembali emosiku dan memberikan senyum terbaikku padanya.


“jinjjayo?”
“Ne.. selain itu selama tahun-tahun terakhir, ibukota ini bertambah luas seiring dengan proses urbanisasi dan industrialisasi dan terus berkembang pesat sebagai pusat aktivitas politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan di Korea”


“Eomeo! Dari mana kau dapat kata-kata itu?” komentarnya takjub.
“itu memang sudah bakat sejak lahir! Kata-kata yang keluar dari mulutku memang selalu terdengar sempurna. Dan satu lagi, Seoul adalah kota terbesar ke-10 didunia”


“yang benar?”  ia mengubah posisi duduknya sambil menatapku penasaran.
“keurae! Oh ya.. bagaimana kalau kita ke Insa-dong? Kurasa tempatnya tak terlalu jauh dari sini”
“insa-dong? Itu tempat apa?” tanyanya polos.
“Aigoo…… kau datang dari planet mana huh? Insa-dong itu tempat yang sangat menarik untuk berbelanja santai maupun berburu barang-barang koleksi. Selebihnya kau lihat sendiri saja disana, aratsoyo?”


“Arasseo” jawabnya sambil tersenyum



………………………..



Yoo Hyun POV



Selama kurang lebih 2 jam, kami mengitari Insa-dong, salah satu kawasan paling populer bagi wisatawan di pusat kota tua Seoul. Melihat-lihat berbagai macam benda-benda menarik yang dijual disetiap kiosnya. Tempat itu penuh dengan toko-toko antik, galeri-galeri seni, rumah-rumah minum teh tradisional, restoran bahkan toko buku. Oh.. ia! Hampir saja lupa, kalian tau kan namja yang bersamaku sekarang adalah seorang member idol group? Ya.. namja itu menggunakan kaca mata dan juga topi baseball sebagai penyamaran. Ah.. berlebihan! Bahkan aku tak yakin ada yang mengenalnya.


“Ajeosshi! Ige mwoya? Jepitan rambut?”
“Ne”
“ah.. manisnya!” seruku senang sambil menjepit rambutku dengan jepitan manis itu. Aku baru melempar pandanganku ke belakang saat tahu-tahu melihat sebuah kios aksesori.



Author POV



Chunji menatap bosan ke arah seorang gadis yang sibuk dengan jepitan rambut ditangannya. Hingga tiba-tiba gadis itu melempar pandang ke arah lain dan menemukan sesuatu yang menarik matanya. Kini dengan langkah antusias, Yoo Hyun sudah berlalu dari kios itu dan melanjutkan eksplorasinya ke toko lain jauh diseberangnya. Chunji melongo “apa-apaan anak i……..” Chunji buru-buru pergi, tapi penjaga kios menahannya. “Tuan, bayar dulu…….” Sambil mendesah, Chunji mengeluarkan dompet dari saku celananya dan memberikan selembar uang kepada sang penjaga kios. Ia lantas beranjak dan menghampiri Yoo Hyun yang sudah semakin menjauh.



……………………..



“Eomeo! manisnya!”
Chunji mendesah. Setelah 2 jam bersama Yoo Hyun mengelilingi Insa-dong, ia jadi tahu kata apa yang seorang gadis semacam Yoo Hyun senang katakan saat berbelanja. 2 jam ini Yoo Hyun sudah melontarkan kata ‘manis’ lebih dari seratus kali. Itu kalau Chunji tidak kurang menghitung.


“ya.. terus saja! Semua kau bilang manis,” Komentar Chunji malas saat Yoo Hyun sibuk mencoba-coba cincin dan gelang berkilauan.


“Aigooo…… ini juga manis! Channie oppa…… Lihat ini!” pekik Yoo Hyun sambil mengacungkan sebuah cincin di jari manisnya ke depan wajah Chunji. “benar kan oppa? Ini manis kan? Ia kan?”


“terserah” komentar chunji, tak mengerti di mana letak kemanisannya.
“Cih!” Cibir Yoo Hyun, “aku beli yang ini saja” lanjut gadis itu.
“Whoaaa……. Pilihan yang bagus! Ini juga ada pasangannya agasshi dan cincin yang ini memang sedang diskon besar-besaran.” Sang penjual aksesori menatap Yoo Hyun dengan wajah ceria.


“Jeongmal?”
“Ne.. anda dan namjachingu anda benar-benar beruntung”
“MWO? NAMJACHINGU?” Pekik Yoo Hyun dan Chunji serempak, membuat sang penjual terdiam.


“A..ad.. ada yang s..sa..salah?” Tanya penjual itu takut-takut


“aku bukan namjachingunya”
“Dia bukan namjachinguku”


Kalimat berbeda yang memiliki persamaan arti itu diteriakkan bersamaan oleh Yoo Hyun dan Chunji.


“oh..jinjja-yo? Kalian terlihat seperti sepasang kekasih”
“ah! Lupakan! Salgeyo (aku beli)” Ucap Yoo Hyun sambil memberikan beberapa lembar uang pada gadis penjual aksesori itu. Ia berbalik dan menatap Chunji berbinar.


“Apa? Apa melihatku seperti itu?”
“buat siapa cincin yang satu lagi? Bukannya kau sudah putus dengan namjachingumu?”
“diamlah!” Seru Yoo Hyun sambil meraih paksa tangan kiri chunji dan menyematkan cincin itu di jari manisnya.


“Ah.. Oppa! Cincinnya pas” pekik Yoo Hyun, lalu menyematkan cincin ke jari manisnya dan memekik sekali lagi “aku juga pas” Chunji menghela napas lalu memandangi gadis yang sedang tersenyum kegirangan disampingnya. Baiklah, ia rasa ia tak perlu mendebat Yoo Hyun mengenai cincin yang secara paksa yeoja itu sematkan dijari manisnya. Toh... sudah jelas bukan siapa yang akan mengalah pada akhirnya? “sudah hampir larut! Hyun~a, ayo pulang”


“Channie oppa! Disana ada photosticker! Kajja, kita foto” Seru Yoo Hyun, tak memperdulikan ucapan Chunji.


Dengan antusias, Yoo Hyun menarik lengan Chunji dan masuk kedalam sebuah boks foto. Ia memasukkan uang ke mesin, lalu mulai mengatur pose. “Oppa! Tanganmu seperti ini”


“mwoya? Shireo”
“Aish! PALLI! POSE” Mau tak mau Chunji mengangkat tangannya membentuk huruf v sambil memberikan senyum termanisnya, sedangkan Yoo Hyun menjulurkan lidahnya. Foto pertama pun selesai,


“Sudah kan?” Ucap Chunji
“Anio! Masih ada 3 lagi” Chunji mendesah tetapi setelah itu mulai berpose aneh. Terbawa suasana oleh gadis yang sudah menggila dengan pose yang jauh lebih aneh darinya.


“selesai” Yoo Hyun mengambil foto dari mesin, lalu keluar boks sambil tergelak “Omoona….. gaya macam apa ini, oppa?”


Chunji mengikutinya, lalu menyambar foto itu dari tangan Yoo Hyun. “Cih… kau juga jelek disini” responnya. “Tapi kau lebih jelek” balas Yoo Hyun


“anio! Seumur hidup aku tak pernah jelek”
“Ige! Kita bagi 2, 2 foto untukmu dan 2 foto untukku” Ucap Yoo Hyun sembari menyodorkan 2 buah foto pada Chunji, Chunji hanya menatap foto itu sebentar lalu menatap gadis didepannya heran, “Untuk apa aku menyimpannya?”


“Ish! Ambil saja, kenapa sih?” ketus Yoo Hyun, Chunjipun mengambil foto itu lalu memasukkan benda itu ke dompetnya dengan malas.


“kajja! Kita pulang”
“Ne” balas Yoo Hyun sambil mengangguk. Baru saja mereka berbalik, mata Chunji langsung membulat melihat beberapa orang dengan kamera besar ditangannya. Paparazzi. “Tch” decak Chunji lalu segera menarik tangan Yoo Hyun dan berlari. Yoo Hyun tak mengerti sedikitpun, tapi ia tetap mengekor dibelakang namja itu. “a..ad..ada apa?” Tanya Yoo Hyun terengah-engah.
“wartawan” desis Chunji seraya mengencangkan genggaman pada lengan gadis dibelakangnya.


Yoo Hyun sedikit menoleh kebelakang dan menemukan beberapa orang dengan kamera besar dilengannya sedang mengejar mereka. “mereka mengejar! Percepat larinya” Seru Yoo Hyun, “Arasseo”


.......................


BRAKK…..
Pintu mobil tertutup kencang, Chunji dan Yoo Hyun sibuk mengontrol nafasnya. “Oppa! K..ke..enapa mereka mengejar?” Tanya Yoo Hyun masih dengan nafas tersengal.


“mereka membutuhkan berita t..te..tentangku” tak jauh beda, Chunji menjawabnya dengan terengah-engah pula.


“Ya sudah berikan saja mereka berita! Kalau begitu, mereka takkan mengejarmu lagi kan?”
“berita model apa huh? Mereka ingin skandal tentangku!”
“skandal?”
“Ne.. dan jika aku mendapatkan skandal, maka kontrakku batal!”
“ARRGGGHHHH! Kenapa mereka memburuku disaat seperti ini? Disaat aku sedang terikat kontrak? Dan kenapa mereka selalu ada saat aku sedang bersamamu? Bisa saja mereka memberitakan yang macam-macam! Aigoo……. Kontrakku! Masih 5 bulan lagi??” Chunji mengacak rambutnya frustasi.


“Semoga mereka tak mendapatkan foto kita” Ucap Yoo Hyun pelan. “Eomeo! Apa lagi sekarang?” Chunji berucap dengan pasrah sambil menatap lurus kedepan, tepat beberapa meter didepan mereka, sekelompok orang dengan kamera dilengannya sedang tampak kebingungan mencari sesuatu.


“Menunduk” Chunji menunduk seraya mengulurkan tangannya kepada Yoo Hyun. Ia menekan kepala gadis itu kebawah, menyuruhnya untuk merendahkan kepala. Dengan rasa panik yang tak karuan, Chunji menyalakan mesin mobil dan mulai melajukannya. Tapi sayang, salah satu wartawan melihat dan akhirnya mengejar mobil itu.


Chunji melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, begitupun beberapa mobil milik paparazzi dibelakangnya. Kini mereka benar-benar berada dalam situasi yang sulit. Yoo Hyun meremas joknya, walaupun ia sudah memakai seatbelt dengan baik tapi tetap saja ia merasa cemas. Ia takut terjungkal dari mobil dengan kecepatan tinggi ini.



“BISAKAH KAU PELANKAN SEDIKIT?” Jerit Yoo Hyun tak kuasa menahan rasa paniknya.
“ANIYA” Balas Chunji sambil menengok spionnya. Namja itu mendesah sambil menggeleng frustasi saat mendapati mobil paparazzi itu masih mengikutinya.


“ottokhae??” gumam Chunji berkali-kali.
“Kecoh mereka oppa” Ucap Yoo Hyun sambil menoleh ke belakang
“Maksudmu?”
“Jika kau menemukan persimpangan jalan, buatlah gerakan seolah-olah kau akan melaju ke satu arah padahal kau melaju ke arah sebaliknya”


“AH.. itu bukan ide yang bagus! Bagaimana jika ketika aku menemukan persimpangan jalan, aku membuat gerakan seolah-olah akan melaju ke satu arah padahal aku melaju ke arah sebaliknya” Ucap Chunji sumringah, sedangkan Yoo Hyun hanya menatap namja itu bingung.


“tadi kan aku bilang itu oppa”
“jinjja yo?”
“Ne.. Aish!”



…………………………



Chunji’s Car
Chunji POV



Kami menang. Adegan kejar-kejarannya selesai dan kamilah pemenangnya. Mobil itu terkecoh dan akhirnya berbelok ke arah yang salah. Dan sekarang kami sedang berhenti dipinggir jalan. Aku bersandar dengan lemah, begitupun gadis itu. Kami sama-sama lelah, bukan lelah fisik, melainkan lelah batin. Bagaimana tidak? Aku tak pernah melajukan mobilku secepat tadi.


“Yang tadi keren”
“eh? Apa? Kau mau mencobanya  lagi?” Seruku pada gadis gila itu. Aku yakin jantungnya sudah hampir keluar karena adegan kejar-kejaran tadi, tapi dia malah bilang apa? Keren? Apa dia tak tahu resikonya? Resikonya adalah nyawa.


“anio. Tapi kau hebat” Aku tersenyum mendengar pujiannya.
“aku tahu”
“Ah.. mulai narsisnya!” kesalnya sambil memukul pelan bahuku.
“eh? Kajja, aku ingin pulang”
“hmm” aku mengangguk lalu mulai memegang stir mobil, mengarahkan pandanganku ke depan. Seketika aku menelan ludah, baru menyadari keganjilan disini. Aku menoleh perlahan padanya, membuat gadis itu mengernyit dan balik menatapku bingung. “Ada apa?” tanyanya polos. Aku menghembuskan nafas berat lalu tersenyum kikuk padanya. “Cepat katakan padaku! Ada apa? Bensinnya habis?” desaknya. Aku menggeleng singkat lalu membuka mulutku takut-takut “aku tak tau dimana kita sekarang!”


“MWO?” Jeritan dramatis yang sudah kuduga kini benar-benar menusuk telingaku.
“kita terlalu jauh! Aku khawatir ini sudah bukan di Seoul”
“MWO?” Jeritan kedua yang malah terkesan mengeras itu benar-benar membuat kepalaku mau pecah sekarang.


“Jangan khawatir! Kita tinggal berjalan ke arah sebaliknya!” Ucapku sambil tersenyum santai, bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Padahal jauh didalam hatiku, kepanikan dahsyat telah melanda. Terlebih jalanan ini sangat sepi dan tak ada satupun orang yang kutemui dari tadi.


Aku mulai menyalakan mobilku dan kembali terbelalak saat mendapati bensin yang hampir kosong.


“Hyun~a….”
“ne”
“Kurasa malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang”
“maksudmu?” kening gadis disampingku berkerut, tak mengerti kemana arah pembicaraanku.
“anio”
“putar balik oppa” perintahnya sambil menoleh ke belakang. Aku mengangguk dan mulai memutar balik mobil. Fiuh….. sebentar lagi kurasa aku akan mati. Tak sampai satu kilometer Audyku melaju, mesin mobilnya mati.


“eh? Kenapa mesinnya mati? Kenapa ini?” Seru Yoo Hyun saat aku mulai menepikan mobilku yang masih pelan melaju sampai akhirnya benar-benar berhenti.


“Ada apa?” Tanyanya panik karena tak kunjung mendapatkan jawaban dariku.
“Bensinnya………….” Ucapku menggantung
“HABIS?” jeritnya tepat sasaran.
“Ne” anggukku. Gadis itu mendengus lalu segera membuka pintu mobil dan keluar.



Yoo Hyun POV



“Ne” Ia mengangguk tanpa dosa. Ish… menyebalkan! Aku mendengus kesal lalu segera keluar dari mobil itu.


Aku berjalan pelan dengan wajah yang jelas menggambarkan sebuah keputusasaan. Apa lagi? Apa lagi sekarang? Dosa apa aku? Aku menghentikan langkahku tepat didepan mobil itu dan mengedarkan pandanganku kesegala penjuru. Ish, ini dimana sebenarnya? Sejauh mata memandang aku tak mendapati satupun bangunan. Hanya pohon-pohon besar yang berdiri kokoh dikanan kiri jalan.


“Lalu bagaimana sekarang?” Entah sejak  kapan namja itu keluar dari mobilnya, yang pasti kini ia berada tepat dihadapanku dengan wajah frustasi.


“molla!” jawabku dingin. Ia mendengus lalu segera mengeluarkan ponselnya,
“Ah.. tak ada sinyal” kesalnya lalu mulai melangkahkan kaki berkeliling, mungkin mencari sinyal. Sedangkan aku? Aku hanya menatap kosong kedepan sambil bersandar didepan mobil. Aku sama sekali tak tahu harus apa.


“YAK! KENAPA DIAM SAJA?” Teriaknya jauh didepanku
“MEMANGNYA AKU HARUS APA?” Balasku. Ia terlihat mendecak sambil melempar pandangannya lalu berjalan mendekat kearahku.


“Apa? Aku bisa apa? Aku harus apa?” tanyaku lagi saat ia sudah semakin dekat.
“coba lihat sinyal ponselmu” Aku tertawa dengan nada meledek yang sangat kentara mendengar ucapan bodohnya, apa? Dia bilang apa? Lihat sinyal apa? Ponselku?


“Apa? Kau tak bawa ponsel? Atau kau tak punya?” Tanyanya dengan wajah kesal.



TBC


Ok! Part 3 selesai dan terpublish!
Makasih bagi yg dah mau baca ff ancur leburku ini
Aku tau masih banyak kekurangan disana sini
Semoga di part selanjutnya bs lebih baik. Amin:)


aku g bakal mohon2 supaya readers pd komen ato ngasih reaksi disini, tapi
boleh dong sekali-kali muncul di komen. Ya.. setidaknya  supaya bs saling kenal.
aku ngomong ky gini krn sebagian besar readers gigsent itu adalah silent readers....


Sip! Babay



Comments

Popular Posts