Heartless chapter 1







Aku melangkah memasuki sebuah pekarangan bangunan yang sejak dulu ku huni. Bangunan yang walaupun sudah mengalami sedikit perubahan, tetapi suasana dan penataannya masih tetap sama seperti dulu. Halaman rumah ini dipenuhi dengan berbagai bunga yang tumbuh dan bermekaran, menambah keindahan rumah ini. Namun, keindahan yang ditunjukan bunga-bunga itu tak mampu mengembalikan kesenangan yang ku rasakan selama ini. Kesenangan yang hilang setelah eomma memberitahukan sesuatu hal kepada ku. Dan hal itu akan bermula pada hari ini. Hari yang enggan aku lalui sejak eomma memberitahu ku.


Aku melangkah malas memasuki rumah ini. Rasanya hawa-hawa buruk sudah menyergap ku ketika aku baru saja membuka pintu. Namun apa daya, aku sudah berada disini dan aku pun sudah janji pada eomma. Dengan berat, ku langkahkan kaki ku dengan sesekali menghembuskan nafas panjang. Aku mulai mendengar suara-suara ribut yang sepertinya berasal dari ruang keluarga dilantai dua. Suara-suara itu semakin membuat ku merasakan sakit yang tak dapat aku ungkapkan. Semua ini..... semua ini benar-benar menyiksa ku. Menyiksa fikiran, raga, serta perasaan ku. Aku tak mau melakukannya.... Tuhan, tolong bangunkan aku segera. Aku tak mau terus terjebak dalam mimpi yang teramat buruk ini.

“kau sudah sampai? kalau begitu lekaslah keatas..” ucap seseorang yang sangat ku kenali suaranya. Ya... dia adalah eomma ku. Seorang wanita yang telah melahirkan dan membesarkan ku dengan penuh kasih sayangnya. Seorang wanita yang  dengan suka rela menyerahkan nyawanya hanya untuk melahirkan ku ke bumi ini.

“ne eomma..” balas ku dengan sebuah lengkungan kecil di bibir ku. Lengkungan yang biasa disebut senyuman.

“eomma....”

“kau pasti menyukainya. eomma yakin itu..” potong eomma cepat tanpa membiarkan ku menyelesaikan apa yang ingin aku ungkapkan.

“nde? ne eomma..”



Aku melangkahkan kaki ku menaiki anak tangga. Rasanya sangat lelah. Raga ku seperti tak mampu melakukan aktivitas ini. Aktivitas yang nyatanya sejak aku bisa berjalan, aku telah melakukannya. Aku berjalan mengikuti eomma yang berjalan lebih dulu didepan ku. Semakin mendekatinya, rasanya kaki ku sudah tak mampu menopang tubuh ku. Ingin sekali aku menghentikan langkah ini, dan mengatakan pada eomma bahwa aku menolaknya. Menolak semua yang telah direncanakan sebelum aku dilahirkan.

Detak jantung ku kembali berpacu, bahkan semakin dekat semakin ku rasakan betapa kencangnya ini. Aku tak dapat mengontrol tubuh ku. Semua bagian tubuh ku terasa bergetar. Tangan ku mulai mendingin. Dan aku mulai memburu nafas. Tuhan.... apa ini? Kenapa hal ini menimpa ku? Aku tak mau.

“ayo duduk..” ujar eomma yang kembali menyadarkan ku akan kondisi yang sebenarnya. Aku... aku telah berdiri tepat dihadapan mereka. Apakah ini mimpi? Tolong.. siapa pun yang melihat ku, lekas bangunkan aku. Aku tak mau berlama-lama dalam mimpi yang teramat buruk ini.

“nde? ne..” balas ku yang langsung mengambil posisi duduk tepat disamping eomma.

“neomu yeppeo.. tak salah memang kita melaksanakan semua ini.” ujar seorang wanita yang duduk berdampingan dengan seorang laki-laki muda dan juga laki-laki yang sepertinya merupakan suaminya.

“ne. akhirnya kita dapat menjadi satu keluarga besar.”

Ya Tuhan.... apa ini? Satu keluarga? Shirreo. Kenapa hal ini menimpa ku. Terlebih, aku tidak mengenal orang itu. Aku tak dapat menebak yang mana namja yang dimaksud eomma. Kenapa banyak sekali namja disini? Apakah namja itu memiliki banyak saudara? Persetan dengan itu semua. Aku tak mau tahu dan tak mau mengetahuinya. Yang aku inginkan sekarang adalah aku ingin mengakhiri semua ini.

“bagaimana kalau kita langusung membahas inti pembicaraan kita saja.”

Mwo? Inti pembicaraan? Inti pembicaraan apa appa? Apakah kalian semua ingin menyiksa ku? Sudahlah, akhiri saja semua ini. Aku tak mau.

“ne. kalau begitu kita langsung tentukan saja, kapan tanggal dan hari yang baik sebagai hari pertunangan dan penikahannya.”

“lusa...” celetuk seorang namja yang aku sendiri tak tahu siapa namja itu. Apakah ia adalah namja yang dimaksud eomma. Atau dia namja lain. Arghh... siapa pun dia, bisakah dia tutup mulut.

“lusa?”

“ne. pernikahan akan dilaksanakan lusa.”

“BUYA? LUSA?” pekik ku yang terkejut mendengar ucapan namja yang tak ku ketahui identitasnya. Semudah itukah ia mengatakan hal yang sesensitif ini?

“wae? apakah kau ingin pernikahan kita dilaksanakan malam ini juga?” tanya nya dengan wajah  yang tak sedikit pun merasa bersalah. Ia benar-benar membuat  ku ingin meledak. Dan.. kita? Jadi, dia namja yang eomma maksud. Sungguh, sebenarnya apa yang ada difikiran harmoni hingga menumbalkan ku padanya.

“ya! pikirkanlah lagi. pernikahan bukanlah sebuah permainan. kau harus memikirkannya dengan matang, jangan gegabah seperti ini.” celetuk namja bertubuh tambun yang duduk tak berjauhan dengan namja aneh itu.

“annie hyung. tak ada yang perlu ku fikirkan lagi. pernikahan ku akan dilaksanakan lusa.”

“baiklah kalau itu keputusannya, kami setuju.”

“APPA!?” pekik ku  yang tak terima dengan perkataan appa, yang dengan mudahnya menyetujui permintaan orang aneh ini. Apakah appa tak memikirkan ku. Aku anaknya. Kenapa ia tak menanyakannya terlebih dahulu pada ku.


************


      Naesarang ije-neun annyeong you’re the only one (you’re the only one)
      Ibyeorhaneun isunkanedo you’re the only one
      Apeu-go apeujiman pabo katjiman go-od bye
      Tashi neol mot bonda haedo you’re the only one
      Only one


“..........”
“eoddiseo oppa?”

“..........”
“ah.. arra.”
“..........”
“ye sampai bertemu oppa.”


Huh.... oppa beogoshippeoyo.



:’)  Seoul Park  (‘:

Aku mulai berlari ketika kaki ku baru saja menginjak tempat ini. Kini yang ada difikiran ku hanyalah, apakah ia masih menunggu ku?
“Haish... Yoona.. kenapa kau selelet ini...” gerutu ku yang masih terus berlari mengelilingi tempat ini.


Nafas ku semakin lama semakin terasa sesak. Rasanya aku sudah mengitari seluruh tempat ini, tetapi kenapa aku belum menemukannya. Ah... oppa... apakah oppa sudah pulang?

Aku mulai merasa frustasi, aku sudah meamstikan bahwa aku benar-benar telah mengelilingi tempat ini. Tapi sampai sekarang aku belum juga menemukannya. Huh... pasti dia telah pulang. Mana ada sih orang yang mau menunggu selama ini. Aish... Yoona pabo.


“Yoong....”


Mwo? Itu kan suara..... aish.. annie.. annie. Itu pasti hanya khayalan ku, karena aku sedang lelah. Sudah Yoona.. sudah, mungkin memang ini akhirnya.


“Yoong....”


Argghhh... kenapa aku masih terbayang-bayang oleh suaranya. Ayolah Im Yoon Ah. Kau harus bangun. Semua ini terjadi juga karena kecerobohan mu. Kau janji bertemu tepat pukul tujuh, tetapi nyatanya, lebih dari tiga puluh menit kau baru sampai.

Deg... siapa ini? Siapa yang menyentuh pundak ku? Apakah dia orang jahat yang ingin merampas tas ku? Huh... tentu saja dia orang jahat. Tsk.. apa yang harus aku lakukan? Harus kah aku memukulnya? Ya.. sepertinya hanya cara itu yang dapat ku lakukan. Terlebih aku tak membawa senjata apa pun. Huh... baiklah....


Hana...


Dul...


Set...


“YYYYAAAAAAAAA!!!!!!!” teriak ku dengan tangan yang ku ayunkan kearah orang itu. Walau aku tak tahu persis dimana letak orang itu berdiri.

“Yoong... Yoong... ttuk. Ini aku...”
Buru-buru ku buka mata ku, saat sosok orang yang baru saja ku pukuli itu meronta memanggil nama ku.

“nde? BUYA? OPPA??”

“ya. kenapa kau memukul ku? apakah kau tidak tahu bagaimana rasanya dipukul dengan tas mu itu?” pekiknya dengan tangan yang tetap mengelus-elus lengan kanannya.

“mi... mian.. hae.. oppa. aku tak sengaja. ku kira tadi....”

“aish.... bercanda.. ㅋㅋㅋㅋ

“bo? oppa.....” rajuk ku, dan kembali memukul lengannya.

“mianhae, oppa hanya bercanda.”


************

“oppa......” panggil ku setelah beberapa saat kami hanya terdiam. Terdiam karena pengakuan ku tentang perjodohan bodoh yang direncanakan harmoni untuk ku.

“arra Yoong. oppa tahu ini semua bukanlah keinginan mu. oppa juga dapat mengertinya. kau jangan merasa tak enak pada oppa, oppa baik-baik saja. toh, yang terpenting adalah oppa mencintai mu dan kau hanya mencintai oppa.” tutur nya membuat genangan air bening kembali membasahi pipi ku.

“waeyo? kenapa kau kembali menangis?” tanya nya. Tanya seorang namja yang telah mengisi hari-hari ku selama empat tahun belakangan ini. Namja yang selalu membuat ku tersenyum dan tak pernah membiarkan setitik air pun mengalir dari kedua mata ku.

Ia menarik tubuh ku kedalam dekapannya. Dan hal ini membuat ku tak dapat menahan butiran-butiran krystal ini untuk tidak keluar dari mata ku. Aku semakin terisak. Dada ku pun semakin terasa sesak. Tak terbayang oleh ku bahwa hubungan kami akan berakhir karena harmoni.


   BBUUKKK.....


Terdengar suara hantaman yang sangat keras, bersamaan dengan aku yang tiba-tiba saja terlepas dari pelukannya. Segera aku sekah air mata ku, dan langsung melihat apa yang sebenarnya tejadi. Dan betapa terkejutnya aku, ketika mendapati namja itu tengah berada disini. Namja yang membuat cerita menyedihkan di hidup ku.

“YA! HENTIKAN!!!” pekik ku saat namja itu tiada hentinya menggerakan tangannya, memukuli setiap bagian tubuh seseorang yang sangat ku cintai.

Aku segera berlari menghampirinya. Ia benar-benar tak berdaya. Darah mulai mengalir dari bibirnya. Argghhhh... apa yang ia lakukan?

“Yoochun oppa, gwaenchanayo?” tanya ku panik saat melihatnya. Aku membantunya berdiri. Dapat ku rasakan, air bening yang tadi sempat berhenti mengalir pun kini kembali mengalir membasahi kedua pipi ku.

“Im Yoon Ah! Kemari kau!” ujar namja itu yang terdengar seperti memerintahi ku. Ia menarik tangan kiri ku, hingga membuat aku berpindah kedalam dekapannya.

“ya! leapskan aku! Yoochun oppa....” tangis ku. Sungguh aku tak dapat mengontrol emosi ku, rasanya aku ingin berhenti mengalirkan air bening ini, tapi aku tak sanggup. Air bening ini terus mengalir dari mata ku.

“ya! lepaskan dia!”

“apa hak mu memerintah ku?!”

“dia kekasih ku. kau tak pantas memperlakukannya seperti itu! cepat leapskan dia!”

“hah? kekasih mu? kau tak pantas menyebutnya sebagai kekasih mu lagi, karena besok ia akan menjadi istri ku. sebaiknya kau pergi  dan jangan mengganggunya lagi!”

“ciihhh... mengganggunya? aku? NEO!!!”


   BBUUKKK.....


“hentikan! aku mohon hentikan semua ini!” pekik ku. Tubuh ku mulai melemah. Kaki ku sudah tak mampu menopang tubuh ku. Aku terjatuh dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.

“Yoong.....”


   BBUUKKK.....


Sebuah pukulan keras kembali mendarat dengan sempurna diwajah Yoochun oppa. Dan itu semakin membuat ku lemas tak berdaya. Aku Im Yoon Ah. Aku adalah kekasihnya, tetapi apa? Aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya dapat menangis dan menangis. Tuhan.... beri aku kekuatan. Aku tak mau Yoochun oppa semakin terluka.

Aku mencoba untuk bangkit. Rasanya seluruh tubuh ku mulai bergetar hebat. Aku mulai melangkahkan kaki ku menghampiri mereka. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba melerai perkelahian ini.

“hentikan! ku mohon akhiri semua ini!!” pekik ku terisak. Aku tak tahu apakah teriakan ku kali ini mereka dengar. Yang pasti aku tak lagi mendengar suara-suara hantaman.

“Yoong..” ucap Yoocun oppa yang langsung membuat tubuh ku terasa begitu hangat. Ia menarik tubuh ku kedalam dekapannya. Membiarkan ku membasahi kemejanya dengan air mata ku.

“mianhae... jeongmal mianhae. oppa tak bermaksud membuat mu menangis. mianhae Yoong.”

“ya! hentikan drama kalian ini!” ucap namja itu sembari melepaskan ku dari pelukan Yoochun oppa.

“lepaskan! aku tak mau dengan mu!”

“lepaskan Yoona!”

“wae? apakah pukulan ku masih kurang? HA?”

“ya! aku bilang lepaskan aku! biarkan aku bersama Yoochun oppa untuk malam ini. jaebbal.” pinta ku denga tangisan yang kembali meledak.

“baiklah. aku akan membiarkan mu dengan namja itu untuk malam ini. tapi ingat, besok kau sudah menjadi istri ku, jangan harap kau dapat melakukan hal ini lagi..” ucapnya dan melepaskan genggaman tangannya. Ia bergi begitu saja. Aku yang menyadari kepergiannya, langsung berjalan menghampiri Yoochun oppa.

“oppa... gwaenchana?”

“ye. tapi kenapa kau lakukan itu? kau sama saja mengorbankan diri mu Yoong.”

“annie oppa. aku tak mau melihat mu dipukul lagi olehnya. oppa, ayo biar ku obati dulu luka mu.” ucap ku sembari memapahnya menuju mobilnya.



Author POV

Hari itu pun tiba. Sebuah hari yang tak mau dilalui oleh Yoona. Hari dimana ia akan melangsungkan sebuah pernikahan dengan seorang namja yang sama sekali tak ia cintai, bahkan ia juga tak mengenal sosok namja yang dalam hitungan menit lagi akan menjadi suaminya.

Yoona masih terduduk manis dengan gaun putih panjang yang membalut tubuhnya. Pandangannya mengarah lurus kedepan, memperhatikan dirinya yang terpantul dari cermin. Wajahnya yang cantik semakin terlihat cantik dengan make up yang ia pakai. Tatapannya menatap lurus kedepan, memandangi dirinya sendiri dengan tatapan kasihan.

“hah... aku perihatin dengan mu. sebentar lagi kehidupan mu akan menghilang. menghilang selamanya, dan tak akan pernah kembali...” ucapnya dengan sinis. Ketika mengatakan itu pun matanya juga ikut menyipit menyiratkan kemarahan yang terpendam.


   Tok... tok... tok....


Suara ketukan pintu membuat Yoona berhenti berbicara dengan pantulan dirinya dicermin. Ia memalingkan pandangannya kearah pintu, menunggu seseorang yang mengetuk pintu itu membuka pintunya.

“Yoong....” panggil seorang wanita yang muncul dari balik pintu. Wanita itu berjalan menghampiri Yoona dengan senyuman yang terus merekah dari bibirnya. Ia meraih pundak Yoona dan menyejajarkan tubuhnya dengan Yoona.

“eomma.....”

“kau akan bahagia Yoong, percayalah. kebahagian tak akan pernah pergi meninggalkan manusia.” ucap wanita yang merupakan nyonya Im, eomma Yoona.


************

Tangannya mendingin. Detak jantungnya semakin berdetak tak karuan. Kini ia tengah berdiri diatas altar, berhadapan dengan seorang pendeta dan disaksikan oleh para tamu dan juga Tuhan.

“baik, kita akan mulai sekarang.” ucap sang pendeta sembari menatap kedua mempelai bergantian.

“Lee Donghae. apakah kau bersedia menjadi suami dari Im Yoon Ah, dalam suka maupun duka. dalam keadaan miskin ataupun kaya. berbagai kesulitan serta kesenangan bersama. selalu menjaganya. dan memperlakukannya dengan baik?”  tanya sang pendeta dengan tegas.

“ne. saya bersedia menjadi suami dari Im Yoon Ah. dan mematuhi serta menjalankan tugas saya sebagai kepala keluarga.” jawab namja bernama Lee Donghae itu tanpa ada keraguan.

Dan kini giliran Yoona. Sang pendeta telah berbalik menatapnya. Membuat Yoona hanya dapat menghembuskan nafasnya panjang.
“dan Im Yoon Ah. apakah kau bersedia menjadi istri dari Lee Donghae, dalam suka maupun duka. dalam keadaan miskin ataupun kaya. berbagi kesulitan serta kesenangan bersama. dan selalu mematuhi perintah Lee Donghae sebagai suami mu?”

Yoona terdiam. Untuk beberapa saat ia memejamkan kedua matanya. Menarik nafasnya dalam-dalam, dan kembali menghembuskan nafasnya perlahan. Ia kembali memfokuskan dirinya pada sang pendeta, dan juga pertanyaan yang diajukan untuknya.

“huh.....” ia menghembuskan nafasnya pelan, bahkan sangat pelan.
“ne, saya Im Yoon Ah bersedia menerima Lee Donghae sebagai suami saya.” ucap Yoona pelan dan lemah, namun ucapannya  masih dapat terdengar jelas oleh sang pendeta dan juga Donghae.

“baik.. dan atas nama Tuhan, aku mensahkan kalian sebagai sepasang suami istri. semoag kalian hidup berbahagia, dan selalu diberkati oleh berkat Tuhan.” ujar sang pendeta mengakhiri acara sakral dalam sebuah pernikahan.


************

Mentari telah berganti menjadi rembulan. Kemeriahan pesta pernikahan Yoona pun masih saja terasa hingga nyaris tengah malam.

Yoona terus saja menyambut para tamu yang hadir dengan senyumnya. Tak terlihat sedikit pun raut kesedihan pada wajahnya. Namun dibalik semua itu, sebuah luka yanng teramat dalam masih terus ia rasakan.

“chukhae Hae-ah...”

“nde? kalian datang?”

“tentu saja kami datang. hari ini kan perayaan pernikahan mu.” tutur namja yang memiliki tubuh yang tambun.

“Yoona-ssi, chukhaeyo. semoga kau bahagia menikah dengan fishy jelek ini.”

“BUYA? jelek? ya Lee Hyuk Jae! dasar kau monyet mesum!!” pekik Donghae yang tak terima dengan kata-kata Lee Hyuk Jae, temannya.

“ye gamsahamnida..” balas Yoona sembari merundukan badannya.

“oh iya, nan Shin Dong Hee. panggil saja aku Shindong oppa.”

“Leeteuk imnida..”

“Lee..teuk..? apakah itu nama mu oppa?” tanya Yoona sedikit merasa bingung.

“annie Yoona-ssi. nama aslinya adalah Park Jung Soo, Leeteuk hanya julukannya. oh iya, nan Lee Hyuk Jae imnida. kau bisa memanggil ku Eunhyuk oppa.”

“oh ne.. gamsahamnida Shindong oppa, Leeteuk oppa, Eunhyuk oppa. kalian sudah menyempatkan diri untuk menghadiri perayaan ini.” ujar Yoona dengan senyumnya yang mampu membuat siapa pun yang melihatnya merasakan kebahagiaan.


************

“kalian jagalah diri kalian dengan baik. walaupun pernikahan kalian tidak dilandasi dengan sebuah cinta, tetapi tetaplah mencoba untuk saling mencinntai. arraseo?” tutur seorang wanita paruh baya yang berdiri disamping Yoona.

“Hae-ah, kau harus menjaga keluarga mu. kini kau telah mejadi seorang kepala keluarga, jadi kau harus merubah sifat  buruk mu itu.”

“ne appa eomma..” jawab Donghae yang berdiri tak jauh dari Yoona.

“Yoong, kau harus jaga diri mu baik-baik ya. eomma akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu.”

“eomma.....” rajuk Yoona kedalam pelukan wanita yang merupakan eomma nya. Ia menangis. Ia tak dapat lagi membendung tangisannya. Sebuah tangisan kesedihan. Kesedihan akan kehidupannya yang sudah berakhir, dan ditambah lagi dengan fakta bahwa ia akan tinggal berjauhan dengan orang tuanya.

“Donghae-ah, abeoji minta, kau jaga Yoona dengan baik. jangan kau buatnya menangis. arra?”

“ne. arra abeoji..”

“karena sudah malam, lebih baik kalian beristirahatlah. kami pun juga harus pulang. dan semoga kalian menyukai apartment ini.”

“ne eommonim. gamsahamnida..” jawab Yoona berterima kasih kepada ibu mertuanya itu.

“kalau begitu kami pamit dulu. kalian cepatlah masuk.” perintah nyonya Im kepada Yoona dan Donghae.

“ne kalau begitu kami masuk dulu. hati-hati dijalan...” ujar Donghae sembari mengajak Yoona masuk.



Yoona POV

Aku merasa lebih segar. Setelah satu hari berkutat dengan semua aktivitas yang menyiksa perasaan ku, kini rasanya semua sedikit terbalaskan ketika aku bertemu dengan air. Yah... walaupun tak ku pungkiri bahwa rasa sakit yang ku rasakan, tak bisa hilang hanya karena sekedar air.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi. Ku  perhatikan ruangan yang sekarang menjadi kamar ku ini. Tunggu.. sepertinya ini bukan hanya kamar ku, pasti kamar ini adalah kamar ku dan namja itu. Argh... Tuhan apa lagi yang akan terjadi. Tak bisakah kau berhenti menyiksa ku? Aku benar-benar sangat lelah. Rasanya aku ingin pergi jauh meninggalkan semua ini.


   Ceklek....


Aku memandangi pintu kamar yang baru saja terbuka. Aku mendapati sosok namja itulah yang membuka pintu kamar ini. Dan tentu saja pasti dia yang membukanya, karena di apartment ini hanya ada aku dan dia, tidak ada lagi.

Tunggu... apa yang ia lakukan? Kenapa ia berjalan mendekat. Aish... dan kenapa sekarang tubuh ku tak dapat ku gerakan? Apa yang harus ku lakukan? Aaa.... andwae... andwae.....

“kau kenapa? kau tidak tidur?”

Mwo? Namja ini... dia...... huuuuhhhh... syukurlah, ternyata engkau masih melindungi hambamu ini.

“nde? tidur? disini?”

“ye. dimana lagi? lagi pula kita telah resmi menjadi sepasang suami istri.”

BUYA? Apa yang baru saja ia katakan? Resmi? Ini semua terjadi juga karena kau. Andai saja kau tak menyetujuinya, mungkin kini yang tidur bersama ku adalah Yoochun oppa.

“tapi.....”

“kalau kau tak mau, kau bisa tidur di kamar sebelah. aku lelah aku ingin tidur.”

YA!! BO? Tidur di kamar lain? Berarti secara tak langsung dia mengusir ku. Aish... mana ada seorang suami yang dengan mudahnya mengusir istrinya. Ya!! Dasar kau namja berhati dingin!!!

“baiklah....” jawab ku dan langsung bangkit meninggalkannya.



Author POV

Yoona menutup pintu kamarnya dengan sedikit membantingnya. Berjalan dengan kesalnya menghampiri ranjang yang malam ini akan ia tempati.

“aisshhhh.... Yoona pabo! kenapa kau menyetujui sarannya semudah itu? pabo pabo pabo!!!!!” gerutu Yoona sembari memukul pelan kepalanya.


************

Sinar teriknya kembali menyinari seisi permukaan bumi. Langit biru juga ikut serta menemani kemana pun sang surya menyinarkan sinarnya. Seorang yeoja masih dengan nyaman tertidur diatas ranjangnya, hingga sebuah berkas sinar datang dari anatara jendela yang tak tertutup tirai. Perlahan, sang yeoja mulai menunjukan tanda-tanda akan kesadarannya. Ia mulai menggeliatkan tubuhnya layaknya seorang bayi. Yeoja itu mulai membuka kedua matanya. Lambat laun kesadarannya mulai penuh. Ia mulai mengubah posisinya menjadi duduk. Ia pun mengusap kedua matanya, dan sedikit membuka mulutnya.

“apakah sudah pagi? kenapa pagi ini datang begitu cepat?”

Dengan rasa enggannya yang besar, wanita itu memaksakan dirinya untuk bangkit dan bersiap untuk bekerja. Dan sepertinya ia belum benar-benar tersadar dari tidurnya. Ia belum menyadari bahwa kini kehidupannya telah berubah.

“kemana kamar mandi di kamar ku? kenapa bisa ada di kamar yang ini? apakah kamar mandi bisa berjalana sendiri?”



Yoona POV

Rasanya kamar mandi ini begitu aneh untuk ku. Seluruh peralatan yang ada disini sangat berbeda dari biasanya. Apakah eomma yang mengubahnya? Aish... pasti eomma. Hah... eomma, kenapa  ia selalu melakukan apa pun yang ia mau.


      Naesarang ije-neun annyeong you’re the only one (you’re the only one)
      Ibyeorhaneun isunkanedo you’re the only one
      Apeu-go apeujiman pabo katjiman go-od bye
      Tashi neol mot bonda haedo you’re the only one
      Only one


Aish... siapa coba yang menghubungi ku sepagi ini? Mengganggu saja. Apakah ia tidak tahu kalau aku sedang mandi. Dan untung saja aku selalu membawa ponsel ku walaupun aku sedang mandi. Jadi aku tak perlu repot  keluar kamar mandi hanya untuk sekedar mengangkatnya.

Mwo? Eomma? Apakah tidak salah? Kenapa eomma menghubungi ku? Apakah eomma tidak ada kerjaan lain? Kami tinggal diatap yang sama, tetapi untuk apa ia menghubungi ku lewat ponsel.


“yeoboseyo.. eomma. kenapa eomma menghubungi ku? tidak bisakan eomma menunggu sampai aku turun?”
“ya Yoong. apa yang kau katakan? apa kau sudah lupa? kau sudah tidak tinggal bersama eomma.”
“tidak tinggal bersama eomma?”
“ya ampun Yoong, kau lupa? kau kan sudah menikah, semalam itu perayaan penikahan mu.”

Mwo? Menikah? Arghh... kenapa aku bisa lupa. Aish... Yoona, penyakit pelupa mu itu kapan bisa sembuhnya.

“ah.. ne eomma. aku mengingatnya.”
“Yoong kau harus ingat, kau telah berjanji dihadapan Tuhan.”
“ne eomma, mianhae...”
“yasudah, eomma hanya ingin mengingatkan mu, sebelum kau berangkat ke kantor, kau harus siapkan sarapn untuk  suami mu. arra?”
“ne eomma....”
“yasudah hanya itu yang ingin eomma katakan pada mu. jaga kesehatan mu Yoong.”
“ne eomma..”


Haa..... apalagi ini? Kenapa aku sampai lupa kalau aku sudah menikah? Yoona.... kenapa penyakit pelupa mu tak bisa hilang? Dan sarapan, aish... apakah namja itu tak bisa memasak untuk dirinya sendiri? Kenapa harus aku yang memasak?



Author POV

Yoona baru saja memasuki sebuah ruangan yang di dindingnya dipenuhi dengan kertas-kertas bergambarkan dress-dress wanita. Ia berajalan menuju mejanya dan mulai mengoperasikan komputer yang berada diatas meja.


Ia terus mengoperasikan perangkat elektronik itu tanpa henti. Sesekali ia selingkan dengan beberapa kertas yang tergeletak diatas mejanya. Yoona terus berada dikursinya hingga mentari telah hampir tenggelam, meninggalkan sisa-sisa cahayanya yang berwarna kemerahan.


“Yoona-nim, kau tak pulang?” tanya seorang yeoja dari balik pintu.

“kau pulanglah lebih dulu, masih ada yang harus ku selesaikan.”

“baiklah kalau begitu, aku pulang lebih dulu ya. kau jangan terlalu larut, kasihan suami mu menunggu.”

“aish.... arraseo haramoni.... eeeee” ucapnya dengan lidah yang ia julurkan keluar.

“ya! kau ini. sudahlah aku ingin pulang!”

“hahaha... ya. Fany-ah...”

“wae....?” kesal yeoja bernama Tiffany itu.

“hati-hati dijalan harmoni.....”

“YA IM YOON AH!!!!!!”


************

Jam yang terpasang di dinding, telah menunjukan pukul 21.30 KST. Yoona yang menyadarinya, segera bersiap-siap merapihkan semua barang-barangnya. Dengan cepat tangannya meraih sebuah benda berbentuk persegi panjang yang ia letakan tak jauh dari tasnya. Ia mulai menekan layar benda tersebut, sebuah layar benda yang biasa disebut ponsel.


“yeoboseyo.....”
“..........”
“oh ne. gamsahamnida....” jawabnya mengakhiri sambungan telephone antara dirinya dengan seseorang dari seberang sambungannya.


“aish.... karena ulah Tiffany aku jadi harus repot-repot memesan taksi terlebih dulu. seandainya aku tak mengizinkannya meminjam mobil ku, kejadian mobil ku harus di service pasti tak akan terjadi.” gerutu Yoona sembari berjalan keluar dengan beberapa kertas ditangannya.


************

Cahaya redup rembulan menyinari jalan-jalan ibu kota. Dibantu dengan cahaya lampu kota, menunjukan bahwa malam semakin larut. Jalan raya yang semakin sepi oleh kendaraan pun semakin menunjukan bahwa sebagian warga telah berada di dalam rumah mereka.


Sebuah taksi yang mengangkut seorang yeoja masih terus melaju menembus gelapnnya malam ibu kota. Taksi tersebut semakin melambatkan lajunya hingga berhenti tepat didepan sebuah bangunan apartment mewah, yang salah satu apartment nya merupakan tempat tinggal sang yeoja.


“tunggu, itu kan.....”

“ahjussi.., bisakah kau mengikuti mobil itu?” pinta sang yeoja kepada seorang laki-laki paruh baya yang mengantarnya dengan taksi yang ia tumpangi.

“baik nona.”



Yeoja itu terus saja memperhatikan kemana mobil itu bergerak. Ia tak pernah sekali pun melepaskan pandangannya dari ferrari putih tersebut. Matanya selalu terfokuskan melihat jalan-jalan yang dilalui mobil tersebut. Hingga kedua matanya membulat saat melihat mobil yang ia ikuti memasuki area parkir sebuah hotel mewah. Mulutnya terbuka. Fikirannya terbang melayang-layang, memikirkan hal-hal buruk yang akan dilakukan oleh pengemudi mobil tersebut di tempat itu.

“nona, sudah sampai..”

“ah nde? igeo..... gamsahamnida ahjussi..”
Yeoja tersebut segera turun, dan mengikuti langkah pemilik mobil mewah itu memasuki lobby hotel. Ia terus mengikuti dari jarak yang cukup aman menurutnya. Langkahnya begitu diatur olehnya, hingga membuat orang yang ia ikuti itu tak menyadari keberadaannya.


“apa yang ia lakukan disini? dan siapa yeoja yang ada dihadapannya?” gumam sang yeoja ketika ia telah berhasil memantau orang itu dari balik tiang penyangga hotel.

Yeoja itu terus saja berdiri memperhatikan gerak-gerik orang yang ia amati. Ia pun tak menyadari bahwa kini ada sesosok orang yang tengah berdiri dibelakangnya. Orang itu pun terlihat bingung dengan apa yang dilakukan oleh yeoja yang ada didepannya.

“Yoong....” tegur orang itu sembari menyentuh pelan pundak yeoja dihadapannya itu.

“o... opp... pa....” kagetnya, ketika ia menyadari bahwa ada seorang namja yang berdiri dibelakangnya, dan namja itu merupakan namja yang sangat ia kenali.

“o.. oppa.., sedang apa disini?”

“nde? harusnya oppa yang bertanya pada mu Yoong, kenapa kau malam-malam berada di hotel?”

Yoona... ya, itulah nama yeoja itu. Ia hanya bisa diam. Raut wajahnya menunjukan bahwa ada kegugupan yang ia rasakan. Sesekali ia menggigit bibirnya dengan tangan yang terus ia kepalkan.

“Yoong... kau  kenapa?”

“ehm... ehm.. itu... aku....”

“tunggu, apakah karena laki-laki itu?” tanya nya sembari menunjuk pada sosok laki-laki yang sedari tadi merupakan target yang diikuti Yoona.

“em...  em... ann......”

“pasti karena dia kan, aku akan menemuinya.”

“andwae Yoochun oppa.” cegah Yeoja yang kini menatap namja bernama Yoochun itu dengan tatapan yang sangat meminta. Tak ada lagi yang dapat ia lakukan selain meminta namja yang ia sayangi itu untuk mengurungkan niatnya. Difikirannya kini pun hanyalah bagaimana namja dihadapannya itu tak mencampuri masalah rumah tangganya kini.

“wae? kenapa kau melarang ku? apakah kau membelanya?”
Namja bernama Yoochun itu terlihat sangat tidak senang dengan ucapan Yoona. Ia terlihat bingung sekaligus marah. Niatnya kini hanyalah ingin membebaskan yeoja yang ia sayangi dari tangan namja yang ia anggap tak tahu diri itu, tetapi kini malah yeoja yang ia sayangi melarangnya untuk melakukan hal itu.

“annie, aku tak membelanya. hanya saja, ini masalah keluarga ku oppa. aku tak mau kau disalahkan karena mencampuri masalah ini. aku mohon oppa, biarkan masalah ini aku yang menyelesaikannya. oppa menyayangi ku kan?”

“kenapa kau menanyakan hal itu? tentu saja aku sangat menyayangi mu Yoong. bahkan aku sebenarnya tak rela melepaskan mu untuk namja tak tahu diri itu.”

“kalau begitu oppa lupakan semuanya. biarkan masalah ini aku yang menyelesaikannya. oppa tahu kan kemampuan ku, jadi oppa tenanglah.”

“arraseo. kali ini oppa mengalah pada mu, tetapi kalau ini tetap berlanjut, oppa akan mengambil alih semuanya. arraseo?”

“ye arra. agaimana kalau sekarang oppa mengantar ku pulang? tetapi sebelum itu, bisakah kita jalan-jalan sebentar?”
Yoona mulai mengaitkan tangannya pada lengan namja dihadapannya. Walaupun sang namja belum menyetujui permintaannya, tetapi Yoona sudah menarik lengan namja itu keluar dari lobby hotel.


************

Yoona... yeoja itu baru saja akan mengenakan high heelsnya ketika ia menyadari ada sebuah tumpukan map, yang sepertinya, map yang membuatnya merasa kesal semalam. Map yang membuatnya harus terkurung secara tidak langsung di kamarnya, hanya karena sang pemilik map tengah bergulat didepan laptopnya dengan map-map tersebut.



To Be Continued ^^,



hi guys....:) I'm back with a new story. because i made this story, 'Your New Face' pending for publish. jeongmal mianhae for readers who still wait the next part of 'Your New faece'. but i promise to publish as soon as. so... i hope readers still wait the next part.....감사합니다 ^^

Comments

  1. wuahh.. ini bagus ceritanya chinguu..
    seru, ditunggu yahh next partnya asap2 ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. jeongmal? hihihi gomawo yah.
      next part nya aku coba usahain secepatnya. semoga dinext partnya enggak mengecewakan ya:)

      Delete
  2. u,u Daebak !! Good storyy keke~
    dikirain yg jadi kekasih Yoona unni itu hae oppa eh! Ternyata Yoochun oppa, hae oppa yg dijodohin ama yoona wah! Tambh penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi.... seneng deh ada yang suka.
      gomawo atas comment dan support nya :) *bow down*

      Delete
  3. Good Story...
    cuma aku mau koreksi sedikit bahasa2 Koreanya.. nih walaupun aku juga nggak terlalu fasih sih...
    BUYA?? Harusnya tulisannya MWOYA.
    cuma itu ajah kok. tolong lebh diperhatikan lagi yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih udah di koreksi.
      selanjutnya aku akan memperbaiki.

      gomawo atas comment dan supportnya:)
      seneng ada yang suka sama ceritanya *bow down*

      Delete
  4. first time to read your story chingu..

    lanjut yah... Tinggalin komentar dulu.. YoonHae jjang..^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo chingu:)
      ditunggu ya kelanjutannya *bow down*
      YoonHae jjang ^.^

      Delete

Post a Comment

Popular Posts