Heartless chapter 1
Aku melangkah memasuki sebuah pekarangan bangunan yang sejak
dulu ku huni. Bangunan yang walaupun sudah mengalami sedikit perubahan, tetapi
suasana dan penataannya masih tetap sama seperti dulu. Halaman rumah ini
dipenuhi dengan berbagai bunga yang tumbuh dan bermekaran, menambah keindahan
rumah ini. Namun, keindahan yang ditunjukan bunga-bunga itu tak mampu
mengembalikan kesenangan yang ku rasakan selama ini. Kesenangan yang hilang
setelah eomma memberitahukan sesuatu hal kepada ku. Dan hal itu akan bermula pada
hari ini. Hari yang enggan aku lalui sejak eomma memberitahu ku.
Aku melangkah malas memasuki rumah ini. Rasanya hawa-hawa
buruk sudah menyergap ku ketika aku baru saja membuka pintu. Namun apa daya,
aku sudah berada disini dan aku pun sudah janji pada eomma. Dengan berat, ku
langkahkan kaki ku dengan sesekali menghembuskan nafas panjang. Aku mulai
mendengar suara-suara ribut yang sepertinya berasal dari ruang keluarga
dilantai dua. Suara-suara itu semakin membuat ku merasakan sakit yang tak dapat
aku ungkapkan. Semua ini..... semua ini benar-benar menyiksa ku. Menyiksa
fikiran, raga, serta perasaan ku. Aku tak mau melakukannya.... Tuhan, tolong
bangunkan aku segera. Aku tak mau terus terjebak dalam mimpi yang teramat buruk
ini.
“kau sudah sampai? kalau begitu lekaslah keatas..” ucap
seseorang yang sangat ku kenali suaranya. Ya... dia adalah eomma ku. Seorang
wanita yang telah melahirkan dan membesarkan ku dengan penuh kasih sayangnya.
Seorang wanita yang dengan suka rela
menyerahkan nyawanya hanya untuk melahirkan ku ke bumi ini.
“ne eomma..” balas ku dengan sebuah lengkungan kecil di
bibir ku. Lengkungan yang biasa disebut senyuman.
“eomma....”
“kau pasti menyukainya. eomma yakin itu..” potong eomma
cepat tanpa membiarkan ku menyelesaikan apa yang ingin aku ungkapkan.
“nde? ne eomma..”
Aku melangkahkan kaki ku menaiki anak tangga. Rasanya sangat
lelah. Raga ku seperti tak mampu melakukan aktivitas ini. Aktivitas yang
nyatanya sejak aku bisa berjalan, aku telah melakukannya. Aku berjalan
mengikuti eomma yang berjalan lebih dulu didepan ku. Semakin mendekatinya,
rasanya kaki ku sudah tak mampu menopang tubuh ku. Ingin sekali aku
menghentikan langkah ini, dan mengatakan pada eomma bahwa aku menolaknya.
Menolak semua yang telah direncanakan sebelum aku dilahirkan.
Detak jantung ku kembali berpacu, bahkan semakin dekat
semakin ku rasakan betapa kencangnya ini. Aku tak dapat mengontrol tubuh ku.
Semua bagian tubuh ku terasa bergetar. Tangan ku mulai mendingin. Dan aku mulai
memburu nafas. Tuhan.... apa ini? Kenapa hal ini menimpa ku? Aku tak mau.
“ayo duduk..” ujar eomma yang kembali menyadarkan ku akan
kondisi yang sebenarnya. Aku... aku telah berdiri tepat dihadapan mereka.
Apakah ini mimpi? Tolong.. siapa pun yang melihat ku, lekas bangunkan aku. Aku
tak mau berlama-lama dalam mimpi yang teramat buruk ini.
“nde? ne..” balas ku yang langsung mengambil posisi duduk
tepat disamping eomma.
“neomu yeppeo.. tak salah memang kita melaksanakan semua
ini.” ujar seorang wanita yang duduk berdampingan dengan seorang laki-laki muda
dan juga laki-laki yang sepertinya merupakan suaminya.
“ne. akhirnya kita dapat menjadi satu keluarga besar.”
Ya Tuhan.... apa ini? Satu keluarga? Shirreo. Kenapa hal ini
menimpa ku. Terlebih, aku tidak mengenal orang itu. Aku tak dapat menebak yang
mana namja yang dimaksud eomma. Kenapa banyak sekali namja disini? Apakah namja
itu memiliki banyak saudara? Persetan dengan itu semua. Aku tak mau tahu dan
tak mau mengetahuinya. Yang aku inginkan sekarang adalah aku ingin mengakhiri
semua ini.
“bagaimana kalau kita langusung membahas inti pembicaraan
kita saja.”
Mwo? Inti pembicaraan? Inti pembicaraan apa appa? Apakah
kalian semua ingin menyiksa ku? Sudahlah, akhiri saja semua ini. Aku tak mau.
“ne. kalau begitu kita langsung tentukan saja, kapan tanggal
dan hari yang baik sebagai hari pertunangan dan penikahannya.”
“lusa...” celetuk seorang namja yang aku sendiri tak tahu
siapa namja itu. Apakah ia adalah namja yang dimaksud eomma. Atau dia namja
lain. Arghh... siapa pun dia, bisakah dia tutup mulut.
“lusa?”
“ne. pernikahan akan dilaksanakan lusa.”
“BUYA? LUSA?” pekik ku yang terkejut mendengar ucapan namja
yang tak ku ketahui identitasnya. Semudah itukah ia mengatakan hal yang
sesensitif ini?
“wae? apakah kau ingin pernikahan kita dilaksanakan malam
ini juga?” tanya nya dengan wajah yang
tak sedikit pun merasa bersalah. Ia benar-benar membuat ku ingin meledak. Dan.. kita? Jadi, dia namja
yang eomma maksud. Sungguh, sebenarnya apa yang ada difikiran harmoni hingga
menumbalkan ku padanya.
“ya! pikirkanlah lagi. pernikahan bukanlah sebuah permainan.
kau harus memikirkannya dengan matang, jangan gegabah seperti ini.” celetuk
namja bertubuh tambun yang duduk tak berjauhan dengan namja aneh itu.
“annie hyung. tak ada yang perlu ku fikirkan lagi. pernikahan
ku akan dilaksanakan lusa.”
“baiklah kalau itu keputusannya, kami setuju.”
“APPA!?” pekik ku
yang tak terima dengan perkataan appa, yang dengan mudahnya menyetujui
permintaan orang aneh ini. Apakah appa tak memikirkan ku. Aku anaknya. Kenapa
ia tak menanyakannya terlebih dahulu pada ku.
************
Naesarang ije-neun annyeong you’re
the only one (you’re the only one)
Ibyeorhaneun
isunkanedo you’re the only one
Apeu-go
apeujiman pabo katjiman go-od bye
Tashi neol mot
bonda haedo you’re the only one
Only one
“..........”
“eoddiseo oppa?”
“..........”
“ah.. arra.”
“..........”
“ye sampai bertemu oppa.”
Huh.... oppa
beogoshippeoyo.
:’) Seoul Park (‘:
Aku mulai berlari
ketika kaki ku baru saja menginjak tempat ini. Kini yang ada difikiran ku
hanyalah, apakah ia masih menunggu ku?
“Haish... Yoona..
kenapa kau selelet ini...” gerutu ku yang masih terus berlari mengelilingi
tempat ini.
Nafas ku semakin
lama semakin terasa sesak. Rasanya aku sudah mengitari seluruh tempat ini, tetapi
kenapa aku belum menemukannya. Ah... oppa... apakah oppa sudah pulang?
Aku mulai merasa
frustasi, aku sudah meamstikan bahwa aku benar-benar telah mengelilingi tempat
ini. Tapi sampai sekarang aku belum juga menemukannya. Huh... pasti dia telah
pulang. Mana ada sih orang yang mau menunggu selama ini. Aish... Yoona pabo.
“Yoong....”
Mwo? Itu kan
suara..... aish.. annie.. annie. Itu pasti hanya khayalan ku, karena aku sedang
lelah. Sudah Yoona.. sudah, mungkin memang ini akhirnya.
“Yoong....”
Argghhh... kenapa
aku masih terbayang-bayang oleh suaranya. Ayolah Im Yoon Ah. Kau harus bangun.
Semua ini terjadi juga karena kecerobohan mu. Kau janji bertemu tepat pukul
tujuh, tetapi nyatanya, lebih dari tiga puluh menit kau baru sampai.
Deg... siapa ini?
Siapa yang menyentuh pundak ku? Apakah dia orang jahat yang ingin merampas tas
ku? Huh... tentu saja dia orang jahat. Tsk.. apa yang harus aku lakukan? Harus
kah aku memukulnya? Ya.. sepertinya hanya cara itu yang dapat ku lakukan.
Terlebih aku tak membawa senjata apa pun. Huh... baiklah....
Hana...
Dul...
Set...
“YYYYAAAAAAAAA!!!!!!!”
teriak ku dengan tangan yang ku ayunkan kearah orang itu. Walau aku tak tahu
persis dimana letak orang itu berdiri.
“Yoong...
Yoong... ttuk. Ini aku...”
Buru-buru ku buka
mata ku, saat sosok orang yang baru saja ku pukuli itu meronta memanggil nama
ku.
“nde? BUYA?
OPPA??”
“ya. kenapa kau
memukul ku? apakah kau tidak tahu bagaimana rasanya dipukul dengan tas mu itu?”
pekiknya dengan tangan yang tetap mengelus-elus lengan kanannya.
“mi... mian..
hae.. oppa. aku tak sengaja. ku kira tadi....”
“aish....
bercanda.. ㅋㅋㅋㅋ”
“bo? oppa.....” rajuk ku, dan kembali memukul lengannya.
“mianhae, oppa hanya bercanda.”
************
“oppa......”
panggil ku setelah beberapa saat kami hanya terdiam. Terdiam karena pengakuan
ku tentang perjodohan bodoh yang direncanakan harmoni untuk ku.
“arra Yoong. oppa
tahu ini semua bukanlah keinginan mu. oppa juga dapat mengertinya. kau jangan
merasa tak enak pada oppa, oppa baik-baik saja. toh, yang terpenting adalah
oppa mencintai mu dan kau hanya mencintai oppa.” tutur nya membuat genangan air
bening kembali membasahi pipi ku.
“waeyo? kenapa
kau kembali menangis?” tanya nya. Tanya seorang namja yang telah mengisi
hari-hari ku selama empat tahun belakangan ini. Namja yang selalu membuat ku
tersenyum dan tak pernah membiarkan setitik air pun mengalir dari kedua mata
ku.
Ia menarik tubuh
ku kedalam dekapannya. Dan hal ini membuat ku tak dapat menahan butiran-butiran
krystal ini untuk tidak keluar dari mata ku. Aku semakin terisak. Dada ku pun
semakin terasa sesak. Tak terbayang oleh ku bahwa hubungan kami akan berakhir
karena harmoni.
BBUUKKK.....
Terdengar suara
hantaman yang sangat keras, bersamaan dengan aku yang tiba-tiba saja terlepas
dari pelukannya. Segera aku sekah air mata ku, dan langsung melihat apa yang
sebenarnya tejadi. Dan betapa terkejutnya aku, ketika mendapati namja itu
tengah berada disini. Namja yang membuat cerita menyedihkan di hidup ku.
“YA! HENTIKAN!!!”
pekik ku saat namja itu tiada hentinya menggerakan tangannya, memukuli setiap
bagian tubuh seseorang yang sangat ku cintai.
Aku segera
berlari menghampirinya. Ia benar-benar tak berdaya. Darah mulai mengalir dari
bibirnya. Argghhhh... apa yang ia lakukan?
“Yoochun oppa,
gwaenchanayo?” tanya ku panik saat melihatnya. Aku membantunya berdiri. Dapat
ku rasakan, air bening yang tadi sempat berhenti mengalir pun kini kembali
mengalir membasahi kedua pipi ku.
“Im Yoon Ah!
Kemari kau!” ujar namja itu yang terdengar seperti memerintahi ku. Ia menarik
tangan kiri ku, hingga membuat aku berpindah kedalam dekapannya.
“ya! leapskan
aku! Yoochun oppa....” tangis ku. Sungguh aku tak dapat mengontrol emosi ku,
rasanya aku ingin berhenti mengalirkan air bening ini, tapi aku tak sanggup.
Air bening ini terus mengalir dari mata ku.
“ya! lepaskan
dia!”
“apa hak mu
memerintah ku?!”
“dia kekasih ku.
kau tak pantas memperlakukannya seperti itu! cepat leapskan dia!”
“hah? kekasih mu?
kau tak pantas menyebutnya sebagai kekasih mu lagi, karena besok ia akan
menjadi istri ku. sebaiknya kau pergi
dan jangan mengganggunya lagi!”
“ciihhh...
mengganggunya? aku? NEO!!!”
BBUUKKK.....
“hentikan! aku
mohon hentikan semua ini!” pekik ku. Tubuh ku mulai melemah. Kaki ku sudah tak
mampu menopang tubuh ku. Aku terjatuh dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.
“Yoong.....”
BBUUKKK.....
Sebuah pukulan
keras kembali mendarat dengan sempurna diwajah Yoochun oppa. Dan itu semakin
membuat ku lemas tak berdaya. Aku Im Yoon Ah. Aku adalah kekasihnya, tetapi
apa? Aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya dapat menangis dan menangis.
Tuhan.... beri aku kekuatan. Aku tak mau Yoochun oppa semakin terluka.
Aku mencoba untuk
bangkit. Rasanya seluruh tubuh ku mulai bergetar hebat. Aku mulai melangkahkan
kaki ku menghampiri mereka. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba melerai
perkelahian ini.
“hentikan! ku
mohon akhiri semua ini!!” pekik ku terisak. Aku tak tahu apakah teriakan ku
kali ini mereka dengar. Yang pasti aku tak lagi mendengar suara-suara hantaman.
“Yoong..” ucap
Yoocun oppa yang langsung membuat tubuh ku terasa begitu hangat. Ia menarik
tubuh ku kedalam dekapannya. Membiarkan ku membasahi kemejanya dengan air mata
ku.
“mianhae...
jeongmal mianhae. oppa tak bermaksud membuat mu menangis. mianhae Yoong.”
“ya! hentikan
drama kalian ini!” ucap namja itu sembari melepaskan ku dari pelukan Yoochun
oppa.
“lepaskan! aku
tak mau dengan mu!”
“lepaskan Yoona!”
“wae? apakah
pukulan ku masih kurang? HA?”
“ya! aku bilang
lepaskan aku! biarkan aku bersama Yoochun oppa untuk malam ini. jaebbal.” pinta
ku denga tangisan yang kembali meledak.
“baiklah. aku
akan membiarkan mu dengan namja itu untuk malam ini. tapi ingat, besok kau
sudah menjadi istri ku, jangan harap kau dapat melakukan hal ini lagi..” ucapnya
dan melepaskan genggaman tangannya. Ia bergi begitu saja. Aku yang menyadari
kepergiannya, langsung berjalan menghampiri Yoochun oppa.
“oppa...
gwaenchana?”
“ye. tapi kenapa
kau lakukan itu? kau sama saja mengorbankan diri mu Yoong.”
“annie oppa. aku
tak mau melihat mu dipukul lagi olehnya. oppa, ayo biar ku obati dulu luka mu.”
ucap ku sembari memapahnya menuju mobilnya.
Author POV
Hari itu pun
tiba. Sebuah hari yang tak mau dilalui oleh Yoona. Hari dimana ia akan
melangsungkan sebuah pernikahan dengan seorang namja yang sama sekali tak ia
cintai, bahkan ia juga tak mengenal sosok namja yang dalam hitungan menit lagi
akan menjadi suaminya.
Yoona masih
terduduk manis dengan gaun putih panjang yang membalut tubuhnya. Pandangannya
mengarah lurus kedepan, memperhatikan dirinya yang terpantul dari cermin.
Wajahnya yang cantik semakin terlihat cantik dengan make up yang ia pakai. Tatapannya
menatap lurus kedepan, memandangi dirinya sendiri dengan tatapan kasihan.
“hah... aku
perihatin dengan mu. sebentar lagi kehidupan mu akan menghilang. menghilang
selamanya, dan tak akan pernah kembali...” ucapnya dengan sinis. Ketika
mengatakan itu pun matanya juga ikut menyipit menyiratkan kemarahan yang
terpendam.
Tok... tok... tok....
Suara ketukan
pintu membuat Yoona berhenti berbicara dengan pantulan dirinya dicermin. Ia
memalingkan pandangannya kearah pintu, menunggu seseorang yang mengetuk pintu
itu membuka pintunya.
“Yoong....”
panggil seorang wanita yang muncul dari balik pintu. Wanita itu berjalan
menghampiri Yoona dengan senyuman yang terus merekah dari bibirnya. Ia meraih
pundak Yoona dan menyejajarkan tubuhnya dengan Yoona.
“eomma.....”
“kau akan bahagia
Yoong, percayalah. kebahagian tak akan pernah pergi meninggalkan manusia.” ucap
wanita yang merupakan nyonya Im, eomma Yoona.
************
Tangannya
mendingin. Detak jantungnya semakin berdetak tak karuan. Kini ia tengah berdiri
diatas altar, berhadapan dengan seorang pendeta dan disaksikan oleh para tamu
dan juga Tuhan.
“baik, kita akan
mulai sekarang.” ucap sang pendeta sembari menatap kedua mempelai bergantian.
“Lee Donghae.
apakah kau bersedia menjadi suami dari Im Yoon Ah, dalam suka maupun duka. dalam
keadaan miskin ataupun kaya. berbagai kesulitan serta kesenangan bersama.
selalu menjaganya. dan memperlakukannya dengan baik?” tanya sang pendeta dengan tegas.
“ne. saya
bersedia menjadi suami dari Im Yoon Ah. dan mematuhi serta menjalankan tugas saya
sebagai kepala keluarga.” jawab namja bernama Lee Donghae itu tanpa ada
keraguan.
Dan kini giliran
Yoona. Sang pendeta telah berbalik menatapnya. Membuat Yoona hanya dapat
menghembuskan nafasnya panjang.
“dan Im Yoon Ah.
apakah kau bersedia menjadi istri dari Lee Donghae, dalam suka maupun duka. dalam
keadaan miskin ataupun kaya. berbagi kesulitan serta kesenangan bersama. dan
selalu mematuhi perintah Lee Donghae sebagai suami mu?”
Yoona terdiam.
Untuk beberapa saat ia memejamkan kedua matanya. Menarik nafasnya dalam-dalam,
dan kembali menghembuskan nafasnya perlahan. Ia kembali memfokuskan dirinya
pada sang pendeta, dan juga pertanyaan yang diajukan untuknya.
“huh.....” ia
menghembuskan nafasnya pelan, bahkan sangat pelan.
“ne, saya Im Yoon
Ah bersedia menerima Lee Donghae sebagai suami saya.” ucap Yoona pelan dan
lemah, namun ucapannya masih dapat
terdengar jelas oleh sang pendeta dan juga Donghae.
“baik.. dan atas
nama Tuhan, aku mensahkan kalian sebagai sepasang suami istri. semoag kalian
hidup berbahagia, dan selalu diberkati oleh berkat Tuhan.” ujar sang pendeta
mengakhiri acara sakral dalam sebuah pernikahan.
************
Mentari telah
berganti menjadi rembulan. Kemeriahan pesta pernikahan Yoona pun masih saja
terasa hingga nyaris tengah malam.
Yoona terus saja
menyambut para tamu yang hadir dengan senyumnya. Tak terlihat sedikit pun raut
kesedihan pada wajahnya. Namun dibalik semua itu, sebuah luka yanng teramat
dalam masih terus ia rasakan.
“chukhae
Hae-ah...”
“nde? kalian datang?”
“tentu saja kami
datang. hari ini kan perayaan pernikahan mu.” tutur namja yang memiliki tubuh
yang tambun.
“Yoona-ssi,
chukhaeyo. semoga kau bahagia menikah dengan fishy jelek ini.”
“BUYA? jelek? ya
Lee Hyuk Jae! dasar kau monyet mesum!!” pekik Donghae yang tak terima dengan
kata-kata Lee Hyuk Jae, temannya.
“ye
gamsahamnida..” balas Yoona sembari merundukan badannya.
“oh iya, nan Shin
Dong Hee. panggil saja aku Shindong oppa.”
“Leeteuk
imnida..”
“Lee..teuk..?
apakah itu nama mu oppa?” tanya Yoona sedikit merasa bingung.
“annie Yoona-ssi.
nama aslinya adalah Park Jung Soo, Leeteuk hanya julukannya. oh iya, nan Lee
Hyuk Jae imnida. kau bisa memanggil ku Eunhyuk oppa.”
“oh ne..
gamsahamnida Shindong oppa, Leeteuk oppa, Eunhyuk oppa. kalian sudah
menyempatkan diri untuk menghadiri perayaan ini.” ujar Yoona dengan senyumnya
yang mampu membuat siapa pun yang melihatnya merasakan kebahagiaan.
************
“kalian jagalah
diri kalian dengan baik. walaupun pernikahan kalian tidak dilandasi dengan sebuah
cinta, tetapi tetaplah mencoba untuk saling mencinntai. arraseo?” tutur seorang
wanita paruh baya yang berdiri disamping Yoona.
“Hae-ah, kau
harus menjaga keluarga mu. kini kau telah mejadi seorang kepala keluarga, jadi
kau harus merubah sifat buruk mu itu.”
“ne appa eomma..”
jawab Donghae yang berdiri tak jauh dari Yoona.
“Yoong, kau harus
jaga diri mu baik-baik ya. eomma akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu.”
“eomma.....”
rajuk Yoona kedalam pelukan wanita yang merupakan eomma nya. Ia menangis. Ia
tak dapat lagi membendung tangisannya. Sebuah tangisan kesedihan. Kesedihan
akan kehidupannya yang sudah berakhir, dan ditambah lagi dengan fakta bahwa ia
akan tinggal berjauhan dengan orang tuanya.
“Donghae-ah,
abeoji minta, kau jaga Yoona dengan baik. jangan kau buatnya menangis. arra?”
“ne. arra
abeoji..”
“karena sudah
malam, lebih baik kalian beristirahatlah. kami pun juga harus pulang. dan
semoga kalian menyukai apartment ini.”
“ne eommonim. gamsahamnida..”
jawab Yoona berterima kasih kepada ibu mertuanya itu.
“kalau begitu
kami pamit dulu. kalian cepatlah masuk.” perintah nyonya Im kepada Yoona dan
Donghae.
“ne kalau begitu
kami masuk dulu. hati-hati dijalan...” ujar Donghae sembari mengajak Yoona
masuk.
Yoona POV
Aku merasa lebih
segar. Setelah satu hari berkutat dengan semua aktivitas yang menyiksa perasaan
ku, kini rasanya semua sedikit terbalaskan ketika aku bertemu dengan air.
Yah... walaupun tak ku pungkiri bahwa rasa sakit yang ku rasakan, tak bisa
hilang hanya karena sekedar air.
Aku berjalan
keluar dari kamar mandi. Ku perhatikan
ruangan yang sekarang menjadi kamar ku ini. Tunggu.. sepertinya ini bukan hanya
kamar ku, pasti kamar ini adalah kamar ku dan namja itu. Argh... Tuhan apa lagi
yang akan terjadi. Tak bisakah kau berhenti menyiksa ku? Aku benar-benar sangat
lelah. Rasanya aku ingin pergi jauh meninggalkan semua ini.
Ceklek....
Aku memandangi
pintu kamar yang baru saja terbuka. Aku mendapati sosok namja itulah yang
membuka pintu kamar ini. Dan tentu saja pasti dia yang membukanya, karena di
apartment ini hanya ada aku dan dia, tidak ada lagi.
Tunggu... apa
yang ia lakukan? Kenapa ia berjalan mendekat. Aish... dan kenapa sekarang tubuh
ku tak dapat ku gerakan? Apa yang harus ku lakukan? Aaa.... andwae... andwae.....
“kau kenapa? kau
tidak tidur?”
Mwo? Namja ini...
dia...... huuuuhhhh... syukurlah, ternyata engkau masih melindungi hambamu ini.
“nde? tidur? disini?”
“ye. dimana lagi?
lagi pula kita telah resmi menjadi sepasang suami istri.”
BUYA? Apa yang
baru saja ia katakan? Resmi? Ini semua terjadi juga karena kau. Andai saja kau
tak menyetujuinya, mungkin kini yang tidur bersama ku adalah Yoochun oppa.
“tapi.....”
“kalau kau tak
mau, kau bisa tidur di kamar sebelah. aku lelah aku ingin tidur.”
YA!! BO? Tidur di
kamar lain? Berarti secara tak langsung dia mengusir ku. Aish... mana ada
seorang suami yang dengan mudahnya mengusir istrinya. Ya!! Dasar kau namja
berhati dingin!!!
“baiklah....”
jawab ku dan langsung bangkit meninggalkannya.
Author POV
Yoona menutup
pintu kamarnya dengan sedikit membantingnya. Berjalan dengan kesalnya
menghampiri ranjang yang malam ini akan ia tempati.
“aisshhhh....
Yoona pabo! kenapa kau menyetujui sarannya semudah itu? pabo pabo pabo!!!!!”
gerutu Yoona sembari memukul pelan kepalanya.
************
Sinar teriknya
kembali menyinari seisi permukaan bumi. Langit biru juga ikut serta menemani
kemana pun sang surya menyinarkan sinarnya. Seorang yeoja masih dengan nyaman
tertidur diatas ranjangnya, hingga sebuah berkas sinar datang dari anatara
jendela yang tak tertutup tirai. Perlahan, sang yeoja mulai menunjukan
tanda-tanda akan kesadarannya. Ia mulai menggeliatkan tubuhnya layaknya seorang
bayi. Yeoja itu mulai membuka kedua matanya. Lambat laun kesadarannya mulai
penuh. Ia mulai mengubah posisinya menjadi duduk. Ia pun mengusap kedua
matanya, dan sedikit membuka mulutnya.
“apakah sudah
pagi? kenapa pagi ini datang begitu cepat?”
Dengan rasa
enggannya yang besar, wanita itu memaksakan dirinya untuk bangkit dan bersiap
untuk bekerja. Dan sepertinya ia belum benar-benar tersadar dari tidurnya. Ia
belum menyadari bahwa kini kehidupannya telah berubah.
“kemana kamar
mandi di kamar ku? kenapa bisa ada di kamar yang ini? apakah kamar mandi bisa
berjalana sendiri?”
Yoona POV
Rasanya kamar
mandi ini begitu aneh untuk ku. Seluruh peralatan yang ada disini sangat
berbeda dari biasanya. Apakah eomma yang mengubahnya? Aish... pasti eomma.
Hah... eomma, kenapa ia selalu melakukan
apa pun yang ia mau.
Naesarang ije-neun annyeong you’re
the only one (you’re the only one)
Ibyeorhaneun
isunkanedo you’re the only one
Apeu-go
apeujiman pabo katjiman go-od bye
Tashi neol mot
bonda haedo you’re the only one
Only one
Aish... siapa
coba yang menghubungi ku sepagi ini? Mengganggu saja. Apakah ia tidak tahu
kalau aku sedang mandi. Dan untung saja aku selalu membawa ponsel ku walaupun
aku sedang mandi. Jadi aku tak perlu repot
keluar kamar mandi hanya untuk sekedar mengangkatnya.
Mwo? Eomma?
Apakah tidak salah? Kenapa eomma menghubungi ku? Apakah eomma tidak ada kerjaan
lain? Kami tinggal diatap yang sama, tetapi untuk apa ia menghubungi ku lewat
ponsel.
“yeoboseyo.. eomma. kenapa eomma menghubungi
ku? tidak bisakan eomma menunggu sampai aku turun?”
“ya Yoong. apa yang kau katakan? apa kau sudah
lupa? kau sudah tidak tinggal bersama eomma.”
“tidak tinggal bersama eomma?”
“ya ampun Yoong, kau lupa? kau kan sudah
menikah, semalam itu perayaan penikahan mu.”
Mwo? Menikah?
Arghh... kenapa aku bisa lupa. Aish... Yoona, penyakit pelupa mu itu kapan bisa
sembuhnya.
“ah.. ne eomma. aku mengingatnya.”
“Yoong kau harus ingat, kau telah berjanji
dihadapan Tuhan.”
“ne eomma, mianhae...”
“yasudah, eomma hanya ingin mengingatkan mu,
sebelum kau berangkat ke kantor, kau harus siapkan sarapn untuk suami mu. arra?”
“ne eomma....”
“yasudah hanya itu yang ingin eomma katakan
pada mu. jaga kesehatan mu Yoong.”
“ne eomma..”
Haa..... apalagi
ini? Kenapa aku sampai lupa kalau aku sudah menikah? Yoona.... kenapa penyakit
pelupa mu tak bisa hilang? Dan sarapan, aish... apakah namja itu tak bisa
memasak untuk dirinya sendiri? Kenapa harus aku yang memasak?
Author POV
Yoona baru saja memasuki
sebuah ruangan yang di dindingnya dipenuhi dengan kertas-kertas bergambarkan
dress-dress wanita. Ia berajalan menuju mejanya dan mulai mengoperasikan
komputer yang berada diatas meja.
Ia terus
mengoperasikan perangkat elektronik itu tanpa henti. Sesekali ia selingkan
dengan beberapa kertas yang tergeletak diatas mejanya. Yoona terus berada
dikursinya hingga mentari telah hampir tenggelam, meninggalkan sisa-sisa
cahayanya yang berwarna kemerahan.
“Yoona-nim, kau
tak pulang?” tanya seorang yeoja dari balik pintu.
“kau pulanglah
lebih dulu, masih ada yang harus ku selesaikan.”
“baiklah kalau
begitu, aku pulang lebih dulu ya. kau jangan terlalu larut, kasihan suami mu
menunggu.”
“aish.... arraseo
haramoni.... eeeee” ucapnya dengan lidah yang ia julurkan keluar.
“ya! kau ini. sudahlah
aku ingin pulang!”
“hahaha... ya.
Fany-ah...”
“wae....?” kesal
yeoja bernama Tiffany itu.
“hati-hati
dijalan harmoni.....”
“YA IM YOON
AH!!!!!!”
************
Jam yang
terpasang di dinding, telah menunjukan pukul 21.30 KST. Yoona yang
menyadarinya, segera bersiap-siap merapihkan semua barang-barangnya. Dengan
cepat tangannya meraih sebuah benda berbentuk persegi panjang yang ia letakan tak
jauh dari tasnya. Ia mulai menekan layar benda tersebut, sebuah layar benda
yang biasa disebut ponsel.
“yeoboseyo.....”
“..........”
“oh ne. gamsahamnida....” jawabnya mengakhiri sambungan telephone
antara dirinya dengan seseorang dari seberang sambungannya.
“aish.... karena
ulah Tiffany aku jadi harus repot-repot memesan taksi terlebih dulu. seandainya
aku tak mengizinkannya meminjam mobil ku, kejadian mobil ku harus di service
pasti tak akan terjadi.” gerutu Yoona sembari berjalan keluar dengan beberapa
kertas ditangannya.
************
Cahaya redup
rembulan menyinari jalan-jalan ibu kota. Dibantu dengan cahaya lampu kota,
menunjukan bahwa malam semakin larut. Jalan raya yang semakin sepi oleh
kendaraan pun semakin menunjukan bahwa sebagian warga telah berada di dalam
rumah mereka.
Sebuah taksi yang
mengangkut seorang yeoja masih terus melaju menembus gelapnnya malam ibu kota.
Taksi tersebut semakin melambatkan lajunya hingga berhenti tepat didepan sebuah
bangunan apartment mewah, yang salah satu apartment nya merupakan tempat
tinggal sang yeoja.
“tunggu, itu
kan.....”
“ahjussi..,
bisakah kau mengikuti mobil itu?” pinta sang yeoja kepada seorang laki-laki
paruh baya yang mengantarnya dengan taksi yang ia tumpangi.
“baik nona.”
Yeoja itu terus
saja memperhatikan kemana mobil itu bergerak. Ia tak pernah sekali pun melepaskan
pandangannya dari ferrari putih tersebut. Matanya selalu terfokuskan melihat
jalan-jalan yang dilalui mobil tersebut. Hingga kedua matanya membulat saat
melihat mobil yang ia ikuti memasuki area parkir sebuah hotel mewah. Mulutnya
terbuka. Fikirannya terbang melayang-layang, memikirkan hal-hal buruk yang akan
dilakukan oleh pengemudi mobil tersebut di tempat itu.
“nona, sudah
sampai..”
“ah nde?
igeo..... gamsahamnida ahjussi..”
Yeoja tersebut
segera turun, dan mengikuti langkah pemilik mobil mewah itu memasuki lobby
hotel. Ia terus mengikuti dari jarak yang cukup aman menurutnya. Langkahnya
begitu diatur olehnya, hingga membuat orang yang ia ikuti itu tak menyadari
keberadaannya.
“apa yang ia
lakukan disini? dan siapa yeoja yang ada dihadapannya?” gumam sang yeoja ketika
ia telah berhasil memantau orang itu dari balik tiang penyangga hotel.
Yeoja itu terus
saja berdiri memperhatikan gerak-gerik orang yang ia amati. Ia pun tak
menyadari bahwa kini ada sesosok orang yang tengah berdiri dibelakangnya. Orang
itu pun terlihat bingung dengan apa yang dilakukan oleh yeoja yang ada
didepannya.
“Yoong....” tegur
orang itu sembari menyentuh pelan pundak yeoja dihadapannya itu.
“o... opp...
pa....” kagetnya, ketika ia menyadari bahwa ada seorang namja yang berdiri
dibelakangnya, dan namja itu merupakan namja yang sangat ia kenali.
“o.. oppa..,
sedang apa disini?”
“nde? harusnya
oppa yang bertanya pada mu Yoong, kenapa kau malam-malam berada di hotel?”
Yoona... ya,
itulah nama yeoja itu. Ia hanya bisa diam. Raut wajahnya menunjukan bahwa ada
kegugupan yang ia rasakan. Sesekali ia menggigit bibirnya dengan tangan yang
terus ia kepalkan.
“Yoong...
kau kenapa?”
“ehm... ehm..
itu... aku....”
“tunggu, apakah
karena laki-laki itu?” tanya nya sembari menunjuk pada sosok laki-laki yang
sedari tadi merupakan target yang diikuti Yoona.
“em... em... ann......”
“pasti karena dia
kan, aku akan menemuinya.”
“andwae Yoochun
oppa.” cegah Yeoja yang kini menatap namja bernama Yoochun itu dengan tatapan
yang sangat meminta. Tak ada lagi yang dapat ia lakukan selain meminta namja
yang ia sayangi itu untuk mengurungkan niatnya. Difikirannya kini pun hanyalah
bagaimana namja dihadapannya itu tak mencampuri masalah rumah tangganya kini.
“wae? kenapa kau
melarang ku? apakah kau membelanya?”
Namja bernama
Yoochun itu terlihat sangat tidak senang dengan ucapan Yoona. Ia terlihat
bingung sekaligus marah. Niatnya kini hanyalah ingin membebaskan yeoja yang ia
sayangi dari tangan namja yang ia anggap tak tahu diri itu, tetapi kini malah
yeoja yang ia sayangi melarangnya untuk melakukan hal itu.
“annie, aku tak
membelanya. hanya saja, ini masalah keluarga ku oppa. aku tak mau kau
disalahkan karena mencampuri masalah ini. aku mohon oppa, biarkan masalah ini
aku yang menyelesaikannya. oppa menyayangi ku kan?”
“kenapa kau
menanyakan hal itu? tentu saja aku sangat menyayangi mu Yoong. bahkan aku
sebenarnya tak rela melepaskan mu untuk namja tak tahu diri itu.”
“kalau begitu
oppa lupakan semuanya. biarkan masalah ini aku yang menyelesaikannya. oppa tahu
kan kemampuan ku, jadi oppa tenanglah.”
“arraseo. kali
ini oppa mengalah pada mu, tetapi kalau ini tetap berlanjut, oppa akan mengambil
alih semuanya. arraseo?”
“ye arra. agaimana
kalau sekarang oppa mengantar ku pulang? tetapi sebelum itu, bisakah kita
jalan-jalan sebentar?”
Yoona mulai
mengaitkan tangannya pada lengan namja dihadapannya. Walaupun sang namja belum
menyetujui permintaannya, tetapi Yoona sudah menarik lengan namja itu keluar
dari lobby hotel.
************
Yoona... yeoja
itu baru saja akan mengenakan high heelsnya ketika ia menyadari ada sebuah
tumpukan map, yang sepertinya, map yang membuatnya merasa kesal semalam. Map
yang membuatnya harus terkurung secara tidak langsung di kamarnya, hanya karena
sang pemilik map tengah bergulat didepan laptopnya dengan map-map tersebut.
To Be Continued ^^,
hi guys....:) I'm back with a new story. because i made this story, 'Your New Face' pending for publish. jeongmal mianhae for readers who still wait the next part of 'Your New faece'. but i promise to publish as soon as. so... i hope readers still wait the next part.....감사합니다 ^^
wuahh.. ini bagus ceritanya chinguu..
ReplyDeleteseru, ditunggu yahh next partnya asap2 ^^
jeongmal? hihihi gomawo yah.
Deletenext part nya aku coba usahain secepatnya. semoga dinext partnya enggak mengecewakan ya:)
u,u Daebak !! Good storyy keke~
ReplyDeletedikirain yg jadi kekasih Yoona unni itu hae oppa eh! Ternyata Yoochun oppa, hae oppa yg dijodohin ama yoona wah! Tambh penasaran
hihihi.... seneng deh ada yang suka.
Deletegomawo atas comment dan support nya :) *bow down*
Good Story...
ReplyDeletecuma aku mau koreksi sedikit bahasa2 Koreanya.. nih walaupun aku juga nggak terlalu fasih sih...
BUYA?? Harusnya tulisannya MWOYA.
cuma itu ajah kok. tolong lebh diperhatikan lagi yaa :)
makasih udah di koreksi.
Deleteselanjutnya aku akan memperbaiki.
gomawo atas comment dan supportnya:)
seneng ada yang suka sama ceritanya *bow down*
first time to read your story chingu..
ReplyDeletelanjut yah... Tinggalin komentar dulu.. YoonHae jjang..^^
gomawo chingu:)
Deleteditunggu ya kelanjutannya *bow down*
YoonHae jjang ^.^