My True Love Is You Part 9 - END










Previous story


“ Victoria tidak datang bersama Kyuhyun?”

“ Kalau bisa datang dengan Changmin untuk apa dia datang dengan yang lain?”

“ Jadi….maksudmu orang yang bernama Changmin itu kekasihnya Victoria?”

“ Ya…memangnya kenapa?”

“ Kyuhyun…bukankah…ia dan Victoria…”

“ Jika kau ingin mengatakan kalau Kyuhyun dan Victoria adalah sepasang kekasih, ku sarankan lebih baik kau tidak berbicara seperti itu. karena dugaanmu benar-benar salah.”









*****






2 years later…….






Suara bising kendaraan begitu kentara terdengar oleh indera pendengar siapa saja yang tengah melalui trotoar jalan. Meski sekarang ini sedang musim dingin, namun tetap saja banyak pengguna jalan yang memilih untuk berjalan kaki daripada menggunakan transportasi umum. Tak terkecuali seorang gadis berbaju tebal dan tak lupa dengan sarung tangan yang melindunginya kulit tangannya dari terpaan angin musim dingin.

Jalanan kota yang dipenuhi dengan salju tebal, membuatnya sedikit sulit berjalan. Membuat dirinya harus dua kali lipat lebih waspada. Tak ketinggalan beberapa buku yang ia dekap erat-erat agar tidak terjatuh dari kendalinya. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di lengan kirinya. Lagi-lagi waktu memaksa dirinya untuk berjalan lebih cepat. Biar bagaimanapun ia harus sampai ke perpustakaan yang ia tuju secepatnya.



Langkah gadis itu lebih cepat dari sebelumnya. Dalam hati ia bertekad untuk sampai secepat mungkin. Biar bagaimanapun perpustakaan di kampusnya akan tutup sebentar lagi, dan jika ia telat sedikit saja, ia akan kehilangan kesempatan untuk mengembalikan buku pada hari ini. Dan tentunya hal itu akan membuatnya berada dalam masalah, yaitu mendapat sanksi dari pihak perpustakaan.




*****




Yuri POV




Huft…akhirnya bisa juga aku mengembalikannya tepat waktu. Coba saja kalau aku telat, mungkin aku akan mendapatkan surat sanksi berisi denda yang harus kubayar. Baiklah Kwon Yuri, satu tugas telah kau lakukan dengan baik. sekarang saatnya kau pulang untuk menikmati cokelat panas sambil bermalas-malasan di dalam kamar.

Tapi.. di luar salju sedang turun. Aku tidak mungkin pulang sekarang kalau kondisinya masih seperti ini, lagipula aku juga tidak membawa payung atau alat apapun yang bisa menahan tubuhku dari peristiwa alam itu. benar-benar menyebalkan! Padahal aku sangat lelah, aku ingin segera pulang.

Aku hanya bisa terduduk pasrah di bangku panjang di pojok ruangan, sambil berharap salju akan segera usai. Tak bisa ku sangkal bahwa aku begitu bosan dengan keadaan seperti ini. Sendiri tanpa orang yang ku kenal, hingga membuatku mau tak mau hanya bisa diam.




Drtdrtdrt




Langsung ku rogoh ranselku dan mengeluarkan benda kecil yang tadi berdering. ‘ Yoona ‘ yah nama itulah yang terpampang di layar ponselku.

“ Yeobseyeo..”
“ Aku ada di perpustakaan kampusku, wae?”
“ Tidak bisa, sekarang salju sedang turun.”
“ Benarkah? Baiklah…datang secepatnya ya.”
“ Keurae…”





Kembali ku masukkan benda kecil itu ke dalam ranselku, dengan cekatan aku memikul tas ransel milikku yang tak begitu berat. Posisiku pun berangsur berubah menjadi berdiri dan berjalan perlahan meninggalkan tempat semula.



Mataku menyusuri pintu masuk yang begitu padat dan penuh dengan pengunjung yang datang. Maklum saja, hari ini adalah hari terakhir kami kuliah, dan setelahnya kami akan mendapatkan libur musim dingin yang panjang.



Semakin lama berada di depan pintu masuk, aku malah merasa menjadi sebuah benda penghalang yang mempersulit orang-orang yang ingin masuk ke dalam perpustakaan. Akhirnya sebuah keputusan bijakpun kuambil, yaitu benar-benar keluar dari ruangan ini. Setidaknya dengan menunggu di luar itu mempermudah akses Yoona untuk menemukanku.


Hembusan angin terus menerus menerobos masuk ke dalam mantelku sehingga tubuhku merasa sedikit gemetar. Lambat laun aku menjadi begitu gelisah, bagaimanapun aku sedang berdiri di pelataran parkir yang membuatku dengan mudah diterpa angin musim dingin. Aisshh…kemana anak itu? kenapa sampai sekarang tak datang juga?.  




Berulang kali ku hentak-hentakkan kakiku untuk sekedar membunuh rasa jenuh serta dingin yang terus menyapaku. Tapi kali ini tuhan mengabulkan doaku. Sebuah mobil mini van berjenis sedan berhenti di depanku. Kendaraan ini sungguh tak asing bagiku, yang jelas aku sudah hafal betul siapa pemilik mobil ini.



Dari sisi kanan keluar seorang yeoja dengan tatanan rambut dibiarkan tergerai ke bawah, membuatnya begitu bersahaja. Gadis itu berjalan menghampiriku atau lebih tepatnya akan segera menggeretku masuk ke dalam mobil yang ia tumpangi tadi.



“ Bisakah lebih cepat nona Kwon Yuri? Tempat ini sangat dingin.” Aku hanya bisa menyeringai mendengar ocehan gadis yang baru saja membukakan pintu mobil berwarna hitam dengan aksen putih itu.


Suasana hangat serta nyaman menyambutku saat aku sudah berada dalam kendaraan itu. pemanas suhu yang terpasang pada mobil ini, sengaja dioperasikan karena keadaan udara di luar yang begitu ekstrim.



Mobil kecil ini melaju dengan kecepatan stabil, tidak begitu cepat, juga tidak begitu lambat. Mataku mengedar pada pemandangan di luar mobil. Salju tebal masih menyelimuti badan jalan, atau mungkin salju itu sudah semakin tebal. Entahlah! Aku tidak mengukur ketebalan salju itu sebelumnya. pikiranku tiba-tiba teralih pada dua  orang yang duduk di dua kursi di depan.


Mereka tampak begitu serius dengan jalanan, sampai-sampai mereka tak berbicara sepatah katapun. Yoona yang biasanya sangat berisikpun, lebih memilih bermain dengan ponselnya. Sedangkan namja yang duduk di kursi kemudi-pun tak jauh beda dengan Yoona. Lelaki yang tak lain adalah Lee Donghae itu, memilih berkonsestrasi dengan kemudinya.


Apa mereka sedang bertengkar? Aigoo…. Harus berapa kali aku melihat mereka berdua bertengkar? Paling tidak dalam sebulan mereka bisa bertengkar hingga empat kali. Bukankah begitu kekanakan?. Hubungan yang sudah terjalin kurang lebih dua tahun itu, tak membuat mereka semakin dewasa.


“ Kalau tidak salah kau bilang ingin bicara sesuatu yang penting padaku Yoong, lalu apa itu?”
“ Akan aku katakan ketika sampai di rumahku nanti.” Aku hanya bisa kembali diam seusai mendengar jawaban gadis yang tak lain adalah sahabatku. Nada bicaranya begitu dingin, hingga membuat keinginanku untuk kembali bertanya hanya tinggal keinginan.




*****  





At Yoona’s House





Satu jam waktu terlalui sukses membawaku sampai di kediaman Yoona dengan selamat. Aku hanya bisa kembali terdiam sesampainya di kamar Yoona. Duduk bersandar di kepala ranjang menjadi pilihanku sembari menunggu gadis itu berbicara. Biar bagaimanapun kehadiranku saat ini, bukan ingin merusak perasaan hatinya. Ku akui jika sikap Yoona sangatlah aneh, mulai dari mobil Donghae hingga kini berada di kamarnya.  bahkan saat kami berdua turun dari mobil Donghae, tak ada satupun kalimat yang diucapkan Donghae maupun Yoona.  Kalau seperti itu kenyataannya, dugaanku tak salah lagi. Mereka memang sedang bertengkar.


“ Bicaralah! Sebenarnya ada apa?”  kesabaranku telah habis. Berada dalam kamar orang lain dengan keadaan terdiam tanpa berbincang sedikitpun dengan sang pemilik kamar benar-benar membuatku jengah.



Gadis itu menghela nafas ringan dan membalik tubuhnya dengan sisa semangat yang mungkin telah menguap bersama suhu hangat di mobil Donghae tadi. Ia berjalan gontai menghampiriku, dan duduk di pinggir ranjangnya.



“ Sebenarnya tidak ada hal penting yang harus ku bicarakan, aku hanya membutuhkanmu untuk menemaniku di dalam mobil terkutuk itu.” jelasnya seraya memposisikan dirinya menghadapku.
“ Mungkin ini salahku telah menuduhnya macam-macam, tapi sungguh, aku hanya ingin memastikan saja.” lanjutnya pasrah.


“ Terkaanmu tentang gadis-gadis di sekelilingnya? Ckk…harus berapa kali kubilang Donghae tak akan melakukan hal-hal seperti itu? Dia mencintaimu, jadi wajar saja kalau dia marah ditanyai seperti itu.”




“ Tapi seharusnya dia tidak perlu marah kalau memang itu tidak benar.” Lagi-lagi aku hanya bisa mengalah dengan gadis ini. Percuma jika aku terus memaksakan opiniku, diapun tidak akan mendengarnya, dan malah terus berkelit dengan seribu alasan yang ia buat sendiri.



“ Minta maaflah padanya sebelum masalah kalian semakin rumit.”
“ akan ku pikirkan nanti, hari ini kau bermalam di rumahku saja. lagipula di luar masih sangat dingin.”





*****





Author POV





Secangkir green tea hangat menjadi saksi betapa dinginnya udara di korea. Dengan penuh minat seorang gadis menyesap minuman hangat itu. Diteguknya cairan itu dengan perlahan sembari merasakan kehangatan yang menjalari tubuhnya begitu cairan bernama teh tersebut memasuki rongga mulutnya kemudian kerongkongan dan berlanjut terus ke perutnya.



Begitupun dengan orang di depannya, yang nampak begitu mengandalkan minuman hangat tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Yesung. sebut saja lelaki di hadapan Yuri dengan nama itu, toh ‘Yesung’ memang benar-benar namanya.



“ Aaah…mashita!” seru gadis itu dengan nikmat. Yesung hanya tersenyum kecil melihat betapa gadis di depannya sangat cantik dengan ekspresi seperti itu.
“ Habis ini kau mau kemana lagi?” gadis itu mengangkat kepalanya. Diam. Setidaknya gadis itu perlu berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan pria yang merupakan namjachingunya dari dua tahun yang lalu itu.




“ Mungkin pulang, memangnya kemana lagi?”
“ Baiklah setelah ini aku akan mengantarmu.” Ucap Yesung dengan senang hati. Lagi-lagi pria itu selalu tersenyum berada di sekitar gadis bernama Kwon Yuri, yang tak lain adalah gadis yang sedang duduk di depannya.
“ Keurae..”






Merekapun kembali pada kegiatan masing-masing. Menyesap green tea dan mungkin juga menyantap beberapa cookies cokelat yang begitu lezat, hingga membuat kedua sejoli itu tenggelam dengan pikiran masing-masing.




Setelah sekian lama saling terdiam, Yesung angkat bicara memecah keheningan dan kebisuan yang menyelimuti keduanya. “ Menurutmu, apakah di muka bumi ini ada manusia yang ingin kembali hidup di masa lalunya?”



Otomatis pertanyaan Yesung begitu menyedot perhatian gadis di hadapannya. Sambil menyisihkan cangkir dalam pegangannya, Yuri terus menatap kekasihnya itu untuk mencari arti dari pertanyaan yang menurutnya tak biasa diutarakan oleh orang seperti Yesung.



“ Hmm…mungkin saja. Terkadang kesalahan di masa lalu membuat manusia ingin memutar waktu dan kembali pada masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya. Memangnya kenapa?”
“ Ah..tidak!” meski tak percaya dengan jawaban Yesung, Yuri hanya diam seolah sudah cukup puas dengan jawaban Yesung.







*****





Menurutmu, apakah di muka bumi ini ada manusia yang ingin kembali hidup di masa lalunya?




Berulang kali pertanyaan itu mencuat dalam benak gadis yang tengah menikmati pemandangan lalu lintas kota Seoul melalui kaca jendela bus yang ia tumpangi. Meski sepanjang perjalanan ia tak pernah benar-benar memperhatikan apa yang sebenarnya sedang terjadi di jalan raya sana. Pikirannya terlalu sibuk dengan pertanyaan Yesung tempo hari lalu.



“ Yak…jangan dipikirkan lagi. Anggap saja orang yang merayumu tadi itu orang gila.” Kesadaran Yuri kembali berkumpul, saat orang yang duduk di sebelahnya menegur dirinya dengan begitu sinis.



Yuri menoleh pada orang di sebelahnya yang masih terpaku pada sebuah buku tebal yang berukuran tidak terlalu besar, -novel. “ Aku tak memikirkan itu. lagipula untuk apa dipikirkan, aku sudah sangat terbiasa dengan perlakuan seperti itu.”



Sontak orang di sebelahnya menanggalkan aktivitas membacanya dan beralih pada sosok gadis yang tengah membanggakan dirinya. Tatapan sinis tak luput dari runtutan ekspresinya saat menatap gadis itu. rasanya ia benar-benar menyesal sudah mengatakan hal seperti tadi.



“ Ayolah Choi Sooyoung, kau harus bisa menerima kenyataan bahwa temanmu ini begitu cantik!” seloroh Yuri kembali membanggakan dirinya yang kian membuat seorang Sooyoung merasa mual.
“ Terserah apa katamu saja! aku tidak peduli!” tak ingin mendengar ucapan memuakkan dari sahabatnya, Sooyoung lebih memilih untuk melanjutkan aktivitasnya. Setidaknya daripada harus mendengarkan kenarsisan temannya itu, ia lebih memilih membaca buku-buku matematika seperti perhitungan kalkulus.




Untuk sesaat, Yuri melupakan pikirannya yang hanya berputar pada ucapan Yesung. Kini minatnya telah beralih pada gadis di sebelahnya –Sooyoung . ia tersenyum penuh kemenangan, apalagi kalau sudah melihat seorang Choi Sooyoung kesal, seperti mendapat kepuasan tersendiri baginya.






*****

Yuri POV




 setelah turun di perhentian bus, aku dan Sooyoung menempuh jalan masing-masing. Letak rumah kami yang tidak searah, membuat kami harus berpisah di halte. Ku langkahkan kakiku penuh semangat, rasanya aku sudah tak sabar sampai di rumah. Hari ini aku begitu lelah, hingga aku ingin segera sampai di rumah.



Senyumku melebar menatap pagar rumahku yang masih berdiri kokoh hingga kini, dengan cekatan ku buka pengaitnya, kemudian ku dorong perlahan benda berbahan dasar besi itu. langkah-langkah riang yang lebih nampak seperti lompatan kecil, kini kulakukan saat menghampiri pintu masuk rumahku.



Tanganku segera meraih gagang pintu berwarna perak di depanku kemudian mendorongnya perlahan. Memang jika saat sore seperti ini, pintu rumahku tidak dikunci karena aku sendiri yang meminta pada bibi Han. Akupun langsung menutup pintu itu kembali saat seluruh ragaku telah berada di dalam rumah dengan dominasi warna putih ini.



Helaan nafas lega mengiringi langkah kecilku melewati ruang tamu yang kosong tak berpenghuni. Tapi perlahan kaki ini berhenti ketika aku mendengar ada yang sedang berbincang. Meski hanya samar-samar, namun bisa ku kenali kalau suara itu adalah suara Heechul oppa. Tapi dengan siapa dia bicara? Apakah temannya?.



Masa bodoh! Siapapun yang sedang bersama dengannya itu bukan urusanku, yang terpenting bagiku sekarang adalah sampai di kamarku sesegera mungkin. Aktivitas jalan bersama ketiga sahabatku tadi, membuat tubuhku begitu merindukan sentuhan lembut yang nyaman dari pembaringan, tempat dimana aku beristirahat setiap harinya. 



Semakin lama, semakin dekat, semakin jelas juga suara dua orang yang tengah berbicara. Kini terdengar jelas mereka sedang bergurau, bahkan bisa ku dengar suara Heechul oppa yang sedang tertawa. Ku percepat langkah kakiku, hingga akhirnya aku berada di penghujung ruang yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga.




Bisa kulihat jelas Heechul oppa yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama seseorang yang juga duduk di sofa seberangnya. Aku tak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu karena sosok itu duduk dengan posisiku membelakangiku. Tapi peduli apa? sudahlah Kwon Yuri!.




Akupun  melanjutkan langkahku menuju tangga yang menghubungkan lantai pertama dengan lantai dua. Kakiku melangkah memijaki anak tangga pertama, sembari menumpukan tanganku pada tiang penyanggga di sampingnya.



“ Ya! Yuri-ya!”




Aku hanya bisa membalik tubuhku dengan terpaksa. Aku begitu lelah dan ingin segera masuk ke kamar, namun belum juga kakiku sampai pada anak tangga kedua, Heechul oppa sudah memanggilku. Sungguh menyebalkan!.



Tiba-tiba saraf-sarafku melemah, hingga kondisi tubuhku yang tadinya sudah lelah, malah ingin segera terjatuh kalau saja aku tidak berpegangan pada tiang penyangga. Degupan jantungku semakin tak bertempo kala mataku bertemu dengan sepasang mata yang sedang menatapku tajam.



Kilat-kilat putih berputar dalam benakku.





“ Aku tak tahu apakah ini penting atau tidak untukmu, yang jelas kau juga tidak akan menyesal mendengarnya.”Setelah sekian lama saling terdiam, Donghae pun buka suara meski terdengar begitu datar. Apa yang diucapkan Donghae seolah menjadi magnet yang menarik seluruh perhatianku



“ Kyuhyun…” aku masih ingat betul bagaimana ekspresi Donghae yang begitu ragu saat ucapannya tertahan tepat di nama Kyuhyun.



“ Dia melanjutkan kuliahnya di Universitas Tokyo, dua hari yang lalu ia berangkat ke sana.” Bahkan tanpa sadar aku hampir saja lupa cara bernapas saat mendengar apa yang dikatakan Donghae. rasa sesak itu masih bisa kurasakan dengan jelas. Bahkan hingga kini, saat aku melihat sosok yang sedang berdiri tak jauh dari Heechul oppa.


Tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutku, meski sebenarnya benakku begitu penuh dengan rentetan makian untuknya. Banyak sekali yang ingin kukatakan pada orang yang begitu mudah datang dan pergi tanpa sepengetahuanku. Tapi sayangnya sekarang ini aku sudah seperti orang lumpuh, bahkan untuk menggerakkan mulutku saja rasanya begitu sulit.


“ Yul? Kau masih ingat dengannya,kan?” kesadaranku kembali saat Heechul oppa membuyarkan semua lamunanku. Dia menatapku dengan mengerutkan dahinya, hingga membuatku merasa disudutkan pada sisi ruangannya yang tak lagi memiliki jalan untukku keluar.
“ Ah..ne! Hmm…meskipun aku pelupa, tapi setidaknya aku tidak begitu parah hingga tak mengingatnya.” Jawabku dengan sesantai mungkin.



Heechul oppa-pun tertawa ringan, kemudian berjalan menghampiriku yang masih berada di tangga. Untuk sementara aku hanya bisa pura-pura tersenyum, meski kadang senyumku  hilang saat mata itu kembali mengintimidasiku dari tempatnya. Walau dari kejauhan, tapi aku begitu merasa dipojokkan.

“ Temui dia! Katanya dia baru saja kembali dari Jepang seminggu yang lalu. Ishh…kenapa kau tak bilang kalau dia melanjutkan sekolahnya disana?” aku meringis saat mendengar ucapan oppa, yang terdengar seperti sebuah seruan.
“ Ah…aku..aku, aisshh! Apakah itu penting untukmu oppa? Sudahlah! Aku ingin ke kamar!” sebisa mungkin aku bersikap biasa. Aku tak ingin oppa menemukan sesuatu yang aneh pada diriku.


Saat hendak memutar tubuhku kembali untuk melanjutkan pijakanku yang sebelumnya tertunda, kini langkahku benar-benar terhenti saat Heechul oppa kembali berkicau. “ Temani dia! Yang temannya itukan kau bukan aku! Kau ini bagaimana?”



Mataku membulat, rasanya perasaanku dibuat terlonjak kaget secara berulang-ulang. Aku hanya bisa mendengus pasrah saat Heechul oppa kembali menghampiri Kyuhyun yang masih berdiri di tempatnya. Dari sini aku bisa melihat jelas sosok itu, kalau kulihat lebih jelas lagi ternyata tatanan rambutnya agak sedikit berbeda. Rambut hitam kecoklatan yang tumbuh di bagian kepalanya, kini tumbuh lebih panjang hingga menutupi sebagian telinganya.




“ Palliwa!”



Ku hentakkan kakiku dengan kuat-kuat, hingga bisa terlihat jelas bahwa aku sungguh terpaksa melakukan hal ini. dengan sangat terpaksa aku bergerak menghampiri dua namja yang kini kembali duduk di ruang keluarga. Aku hanya bisa berdiri malas sembari membuang pandanganku. Kini aku berada di depan meja yang menjadi pemisah antara sofa yang diduduki Heechul oppa dengan sofa yang diduduki Kyuhyun.



“ Issshh…apa ekspresi seperti ini yang kau tunjukkan ketika bertemu dengan teman lama?” aku hanya mencebikkan mulutku, menggerutu tidak jelas.
“ Duduklah! Kau ini seperti robot saja yang harus diperintah dulu.” Aku berjalan memutar dan berhenti di sisi kanan sofa. Segera ku hempaskan tubuhku ke atasnya. Matakupun mendelik ke arah Heechul oppa yang sedang memandangku dengan pandangan ‘apa yang sedang kau lakukan?’.



“ Baiklah…kalian bicaralah! Aku harus..”
“ Tidak usah hyung! Sepertinya kami akan pergi ke luar.” Aku hanya bisa menegakkan tubuhku yang tadi bersandar malas pada bantalan sofa. Ku alihkan pandanganku ke arah Kyuhyun yang hanya menatapku sekilas. Dia kira aku mau pergi bersamanya?.




“ Ah begitu! Ya sudah kalau begitu pergilah!” Heechul oppa terkekeh sebelum akhirnya memutar kepalanya ke arahku. Ia memandangku sambil tersenyum manis, yang menyatakan kebalikannya. Kalau sudah begini aku sudah tahu apa maksudnya, apalagi kalau bukan ingin memaksaku?.




Tanpa tahu harus berbuat apa, akhirnya aku hanya bisa bangkit dari dudukku dengan terpaksa. Lagi-lagi aku menatap orang itu dengan tatapan sebal, namun sekian detik kemudian aku mengalihkan lagi pandanganku. Tatapannya kali ini memang terlihat lebih baik dari yang sebelumnya, sekarang terlihat lebih bersahabat atau malah terlihat seperti sedang mengejekku, namun karena itulah aku jadi tidak berani untuk memandang matanya lebih lama.







*****








Berulang kali aku melirik orang yang duduk di sampingku, orang itu terlihat begitu tenang sama seperti dirinya yang dulu. Sepanjang perjalanan tak banyak yang kami bicarakan, annie! Lebih tepatnya tidak ada yang kami bicarakan. Dari tadi kami tenggelam dengan pikiran masing-masing. Entahlah yang jelas aku sangat bingung untuk memulai pembicaraan.



“ Apa sekarang kebiasaanmu bertambah satu?” dia, maksudku Kyuhyun menoleh ke arahku sekilas, kemudian kembali pada posisinya.

“ Nde?”
“ Dulu kau suka memandangi Siwon, dan sekarang kau memandangiku. Apa kau menyukaiku?” aku terlonjak kaget. Dia kembali menoleh padaku dan menatapku dengan mengejek. Cihh…percaya diri sekali dia!



“ MWO? Aisshh…jangan bermimpi! Lagipula apa kau lupa kalau aku sudah mempunyai namjachingu?” balasku setengah berteriak padanya. Aku tak peduli bagaimana tanggapan penumpang lainnya, terlebih suasana bus kali ini begitu padat. Yang jelas aku ingin mematahkan segala pemikirannya yang terlampau imaginatif.



Kekehan pelan yang tadi keluar dari mulutnya perlahan menghilang, kini ekspresinya berubah. Ia tersenyum kecut dengan mendelik ke arahku. “ Kim Yesung? Oh ya aku lupa kalau kau sudah mempunyai manusia itu.” ucapnya pelan sembari mengubah posisi duduknya. ia kembali memposisikan dirinya menghadap ke depan.

Setelah pembicaraan itu kami kembali pada dunia masing-masing. Sebenarnya aku masih ingin bicara banyak padanya, tapi sepertinya tidak bisa. Orang itu kembali diam, bahkan perangainya lebih aneh dari pada tadi.






*****







Masih sama seperti sebelumnya, suasana diantara Kyuhyun dan aku masih terlampau kosong. Dari tadi aku hanya mengekor di belakangnya, mengikuti kemanapun ia melangkah. Setelah berhenti di salah satu perhentian bus, kami berjalan sedikit lebih jauh. Sampai akhirnya langkah ini membawaku pada tempat yang begitu ramai dan padat pengunjung, sebut saja Myeondong –pusat perbelanjaan barang murah di Seoul.



Rasanya jengah sekali melihat betapa ramai dan padatnya kawasan ini, semula aku sudah sangat lelah, haruskah sekarang aku bergabung ke dalam keramaian itu?.



Menyadari aku tertinggal jauh di belakang atau lebih tepatnya, Kyuhyun berbalik dan berjalan menghampiriku. Gimik wajahnya begitu datar seperti manusia hidup tanpa gairah, begitu menyebalkan. “ Kau ini lamban sekali.” Ia meraih tangannku atau lebih tepatnya menggenggam tanganku dan sedikit menariknya.  


“ Sebetulnya untuk apa kita ke sini?”


Aku tak habis pikir dengan manusia ini, sepanjang pasar Myeondong dia sama sekali tidak berhenti atau setidaknya menunjukkan ketertarikannya pada barang-barang disana. Ia terus berjalan, tentunya masih dengan menarik lenganku.


“ Duduk.” Dia melepaskan pegangannya kemudian duduk di bangku panjang di depan kami.


Aku duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup jauh, pandanganku mengarah lurus ke depan. memandangi tebalnya salju yang kini menjadi karpet jalan-jalan yang kulihat, sejenak pikiranku berputar. Apakah menetap di negeri sakura membuat orang ini kehilangan akal sehatnya? Bagaimana bisa dia mengajakku bersantai ria di taman pada musim dingin seperti ini?. haruskah aku mengingatkannya seberapa dinginnya tempat ini sekarang?.


“ Haruskah aku melakukannya?”




Kepalaku menoleh ke arah Kyuhyun yang juga menoleh padaku. Untuk sejenak aku lupa bagaimana caranya bernafas, apalagi saat wajahnya terlihat begitu serius. “ Maksudmu?”


Dia menghela nafas pelan, kemudian kembali menatap ke depan. “  Kwon Yuri.” Tubuhku tiba-tiba menegang saat ia menoleh padaku. Ia memandang dengan tatapan sayu, seolah banyak kata yang tersimpan dalam tatapannya itu.


“ Aku..aku…..”
“ Aku lapar, ya… Aku lapar, maukah kau menemaniku makan?”






*****








Aku memutar tubuhku, menghadap Kyuhyun yang berdiri di belakangku. Seolah terkejut, lelaki di depanku ini melebarkan matanya. Cihh…dia pikir berapa umurnya sekarang?.



“ Kau bisa pulang sekarang.”
“ Oh…tentu. Keurae…aku pulang.”



Ia membalik tubuhnya sembari bergerak menjauh dari tempat sebelumnya, sedangkan aku masih berada di tempatku, mengamati punggungnya yang semakin menjauh. Tapi, tiba-tiba saja ia berhenti, membuatku sedikit heran. Tak lama ia berbalik badan, bisa kulihat wajahnya yang menyebalkan sedang memasang seringaian kebanggaannya.


“ Tunggu kedatanganku selanjutnya, annyeong Yuri pabo.”



Belum sempat aku membalas ucapannya, tetapi ia sudah terlanjur berbalik dan pergi. Aku hanya bisa berdecak kesal dengan diriku sendiri, serta melampiaskan rasa jengkel pada aspal jalan depan rumahku. Pabo? Aku? Aishh…dan satu lagi, untuk apa dia mengatakan tunggu kedatanganku selanjutnya? apa ia akan datang lagi lain kali?.  Ckk…nan mollaseo…

Ah…lebih baik aku segera masuk ke dalam, terlalu lama di luar hanya akan membuat benar-benar seperti orang bodoh. Dengan langkah malas, ku seret kedua kakiku memasuki ruang tengah. Benar-benar penuh pengharapan agar cepat-cepat sampai ke kamar.



“ Aigoo…adikku yang cantik sudah datang!!!” tiba-tiba suara heboh terdengar. Padahal suara itu hanya berasal dari satu orang, tapi entah kenapa rasanya seperti mendengar segerombolan ibu-ibu arisan sedang berkumpul dengan gerombolannya.



Aku meniup helaian rambutku yang berantakkan, kemudian bersiap menatap pemilik suara tadi yang sekarang ini berada di depanku. Rautnya begitu riang, girang, dan…apa ya? Entahlah…tapi yang jelas dia terlihat sangat antusias.



“ Bagaimana kencanmu tadi? Apa berjalan dengan lancar? Terus, pergi kemana saja kalian?” aku hanya menghela nafas pasrah saat ia, maksudku Heechul oppa memberondongiku dengan pertanyaan bertubi-tubi tanpa jeda sedikitpun. Belum lagi saat ia mengguncang-guncang lenganku.

“ Yuri-ya…jebal marhaebwa!!!” dia merengek. Entah aku yang terlalu sinis atau bagaimana, tapi suaranya itu terdengar sangat menyebalkan, rasanya ingin sekali aku membenturkan kepalanya ke dinding agar dia berhenti bicara.

Karena terlalu lelah, aku bingung mau menjawab apa, yang jelas aku ingin istirahat sekarang juga.  Apa dia tidak bisa membiarkanku istirahat dulu? Aku lelah sekali. Tapi nampaknya tidak, tentu kau sangat mengenal kakakmu Kwon Yuri. Dia tidak akan berhenti merengek kalau apa yang ia inginkan belum tercapai, jadi sebelum kepalamu pecah kemudian otakmu terbelah menjadi keeping-keping kecil, lebih baik segera berikan jawaban yang ia inginkan.


“ Baiklah…. Pertama, tadi aku tidak berkencan. Yang kedua…aku tidak tahu apakah yang tadi itu bisa dibilang lancar atau tidak, kemudian yang ketiga…kami hanya berjalan-jalan sekitar pasar Myeondong. Oke…sekian jawaban dariku, semoga bisa menjawab rasa penasaranmu.”

Tanpa menunggu respon darinya, aku langsung menaiki tangga. Namun tak lama kemudian, terdengar suara teriakan yang sedang memanggil namaku. Baiklah sepertinya Kwon Heechul sedang paduan suara. “ YAKKK!!! Kwon Yuri! Harusnya kau menjawab pertanyaanku dengan benar!!”





*****





Author POV






Tiada gading yang tak retak, begitupun dengan perjalanan sebuah jalinan kasih. Bohong…jika sepanjang itu tak pernah ada pertengkaran, selalu bahagia. Karena nyatanya hidup memang tak selalu dihadapkan dengan segala keindahan serta kebahagiaan, ada kalanya manusia harus merasakan rasanya jatuh dan tersungkur. Menjalin sebuah hubungan yang melibatkan dua orang yang berlawanan jenis pun begitu, dibutuhkan saling pengertian dan toleransi. Karena jika tanpa itu semua, sekuat apapun usaha yang dilakukan untuk mempertahankannya akan sia-sia.



“ Aku sudah bilang percaya! Kenapa kau masih begitu? Apa jangan-jangan kau memang melakukannya??” sungut Yoona penuh emosi. Ekspresinya begitu tegas, bahkan ia hampir berteriak saking emosinya pada pria di hadapannya sekarang.


Tak jauh beda dengan Yoona, Donghae juga memasang wajah kesal dan frustasi, kentara sekali jika ia terlihat ingin segera berteriak. Nafasnya kian memburu seiring dengan ucapan Yoona yang terdengar seperti teriakan-teriakan yang memojokkan dirinya.



Donghae mendengus sembari membuang pandangannya. Kali ini kendali dirinya benar-benar sedang diuji, bagaimana tidak? dari tadi wanita di depannya terus menimpali ucapannya dengan penuh emosi, membuat emosinya-pun ikut terpancing.



“ Percaya? Kau percaya padaku? Atau percaya pada apa yang ada di pikiranmu, HAH?”


“KAU? Ah jinjja….Ckkk!! lupakan! Aku lelah bicara denganmu!”



Yoonapun pergi dengan keadaan emosi luar biasa, ia pergi meninggalkan Donghae sendiri dan segera keluar dari café tempatnya bertemu dengan lelaki itu. benar-benar menjengkelkan! Sebenarnya ia ingin mempercayai pria itu, hanya saja saat kepercayaan itu mulai tumbuh, Donghae menghancurkannya dengan memeluk gadis lain. Tadi saat Yoona sengaja untuk menemui Donghae di sekolah musik, tempat dimana Donghae mengajar sebagai guru magang, tanpa terduga ia melihat Donghae berpelukan dengan seorang gadis muda.



Ya…itulah duduk perkara dari kedua sejoli tersebut, tak ada yang mengalah, meskipun ada tapi belum tentu pihak lainnya mau menerima. Keduanya merasa benar dengan pendapat masing-masing. 



Drtdrrtdrtt



Tak ingin kepalanya semakin pusing mendengar dering ponselnya, Yoona segera menjawab panggilan yang baru saja masuk.


“ Waeyo?”
“ Aishh…apa harus sekarang?”
“ Baiklah kalau begitu, aku kesana. Tunggu aku.”



Yoona memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, saat perbincangannya dengan orang di ujung telpon sana berakhir.



Kini gadis bertubuh kurus itu menyeret langkahnya dengan malas, seolah nyawa dan jiwanya sudah tak menyatu. Ditatapnya jengah lalu lintas jalan raya di depannya, sesekali kepalanya mencondong ke depan sekedar untuk menegaskan penglihatannya. Bus, kendaraan yang sedang ditunggunya, tak lama berhenti tepat di depannya.

Tak ingin membuang banyak waktu, ia langsung memasuki bus tersebut kemudian mengambil tempat duduk di bagian tengah bus, bukan di depan bukan juga di belakang.





*****









Yuri POV




Aku melangkah keluar dari minimarket setelah memastikan tak ada satu barang pun yang lupa ku beli. Kini dengan beberapa jinjingan kantong plastik berisi penuh barang belanjaan yang  melingkari kedua tanganku, kedua kaki ini bergerak menyusuri badan jalan, bermaksud melangkah ke tempat pemberhentian bus.



Rasanya berjalan begitu sulit terlebih sekarang aku sedang membawa banyak jinjingan, belum lagi dengan lalu lintas jalan yang dipenuhi para pejalan kaki membuatku harus berdesak-desakkan.



Aku menghela nafas pelan, untuk sementara ku biarkan jinjingan-jinjingan ini tergeletak di bawah selagi aku menunggu bus yang datang. sesekali kugerakkan kedua tanganku untuk sekedar mengurangi rasa pegal. Ah…coba saja Heechul oppa ikut, mungkin aku tidak akan selelah ini.


“ Kau terlihat seperti manusia jompo.” Aku langsung memalingkan pandanganku, cihh…orang ini. bagaimana bisa dia ada di sini?.

Aku tak mempedulikannya yang sedang memandangku dengan mengejek, tak peduli bagaimana hatinya sedang menilai diriku dalam diamnya. Aku terlampau lelah untuk sekedar mengeluarkan protes atau berbasa-basi dengannya.


“ Baru membawa segini saja sudah lelah, cihh…kau seperti nenek-nenek saja.” aku hanya mendecak kesal sambil menggerutu. Alisku bertaut saat tangan kekarnya mengambil alih semua jinjingan milkku kemudian berjalan.


Tapi kemudian ia berhenti, tanpa diduga-duga ia menoleh ke arahku. “ Palliwa! Kau tidak ingin pulang? Kajja!” sungutnya dengan sangat menyebalkan.



Tapi sedetik kemudian aku baru menyadari kalau bus yang dari tadi ku tunggu-tunggu kini sudah berada di depan, pintunya telah terbuka menandakan bahwa penumpang diizinkan masuk. Dengan langkah lemas, ku seret kaki ini menyusuli orang menyebalkan yang sudah naik terlebih dulu.


Pandanganku beralih ke sekitar, berniat mencari tempat duduk yang masih tersisa. Tak lama mataku menangkap seorang namja yang tengah duduk sambil memandangiku. Matanya melirik bangku di sebelahnya, sebuah bangku kosong yang terletak dekat jendela.

Setelah duduk, aku tak berhenti memperhatikannya yang kini sedang memainkan ponselnya, entah apa yang dikerjakannya, yang jelas aku sedang melihatnya memegang ponsel dengan perhatian penuh. Di sela-sela pikiranku yang kosong, tiba-tiba sebuah pertanyaan terpampang jelas.


“ Kau…kau mengikutiku?” aku menatapnya dengan lebih serius, berharap menemukan matanya. Tapi nihil, karena ia tak kunjung mengalihkan perhatiannya dari benda kecil dalam pegangannya.



Aku menghembuskan nafas, sepertinya ia tak akan menjawab. Lihat saja, dari tadi ia hanya bungkam. Membuatku merasa tak berguna karena terus memperhatikannya. Ahh…lebih baik kualihkan pandanganku ke luar jendela. Menatap apapun yang bisa kulihat dari balik kaca bening yang terpasang di sekat-sekat jendela.



“ Bisa dibilang seperti itu, aku mengikutimu. Bahkan dari depan pagar rumahmu.” Suara tegas dan serius terdengar membelenggu pikiranku.




Aku memutar kepalaku, menatapnya yang kini sedang menatapku juga. Sejauh ini tak ada yang bisa ku katakan, selain mencerna apa yang dikatakannya tadi. Entah kenapa, meski aku sudah mengerti maksudnya, tapi hatiku merasa ragu, seakan takut untuk menarik sebuah kesimpulan.



“ Tidak usah seperti itu. Bukankah aku sudah bilang agar kau menunggu kedatanganku selanjutnya?” ujarnya sambil menarik salah satu ujung bibirnya. Ia memutar pandangannya, kini ia kembali dengan ponselnya. Membiarkanku terdiam, mungkin sangat berlebihan tapi kalau boleh jujur aku merasa begitu lelah. lelah karena jantungku berdegup semakin tak normal.






*****




Kyuhyun POV





Angin musim dingin terus menginterupsi masuk ke dalam mantelku, menerobos pertahanan yang dari tadi menjaga suhu tubuhku. aku hanya bisa berpura-pura tak merasa apapun,  seolah aku adalah manusia berkulit badak yang kebal dengan hawa sedingin apapun.


Setelah berhenti di perhentian bus, kini aku dan Yuri tengah menyusuri jalan perkomplek-an rumahnya. Sepanjang berjalan, kami tak banyak bicara. Hanya beberapa kali saja, itupun dia yang memulainya. Pertanyaannya selalu sama, mengapa kau mengikutiku?.


Aku yakin dia pasti sedang kebingungan dengan tingkah anehku ini, tapi aku berharap agar ia tak berpikir serius tentang alasannya. Karena sampai kapanpun ia bertanya, aku tak bisa menjawabnya. Akupun tak tahu kenapa.



Drtdrtdrt


Dering ponselnya terdengar, membuatnya dengan cepat merogoh saku pada mantelnya. Ia mengambil sebuah benda kecil yang sebenarnya tak begitu kecil, tapi tunggu!. Itu…bukankah, itu…gantungan yang pernah kuberikan padanya?. Gantungan berbandul mickey mouse itu berayun saat Yuri mengarahkan ponsel ke dekat telinganya.





Aku termangu..bahkan tak tahu harus berbuat apa, yang jelas aku merasakan sesuatu yang aneh. Rasanya ingin sekali meraba dadaku, Cuma tidak bisa, karena begitu kesulitan dengan kedua tanganku yang sedang membawa banyak jinjingan.



Tapi aku langsung mengerjap saat suara jentikan jari terdengar, bisa kulihat jelas Yuri sedang melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Apa dia sudah selesai mengangkat teleponnya? Aigoo…sepertinya aku sudah terlalu lama melamun.


Ia menatapku dengan menyelidik, tapi aku tak mau mengatakan apapun. Yang bisa kulakukan adalah mendahuluinya, berjalan beberapa langkah di depannya. “ Dia itu kenapa sih? Dasar aneh!” gerutunya.



“ Katakan lebih keras, orangnya ada di depanmu.” Ujarku sambil terus berjalan.



Sekarang suara gerutuannya yang keras tidak terdengar, hanya desisan kesalnya yang masih dapat tertangkap oleh indera pendengaranku. Walau tidak begitu jelas, aku tahu kalau ia sedang mengutukku dalam suaranya yang pelan itu.



“ Cho Kyuhyun. kau sudah kembali rupanya?”


Suara berat itu sungguh tak asing untuk telingaku, meski tak sering mendengar suaranya, tapi aku masih ingat jelas siapa pemilik suara itu. aku mengangkat kepalaku yang dari tadi ku tundukkan, melihat aspal jalanan. Dan benar saja, aku tidak salah lagi. Pemilik suara itu sekarang berdiri tepat di depan rumah Yuri sambil bersender pada pagar besar yang membentengi rumah itu. ia menatapku dengan tenang namun terlihat begitu sinis.


“ Yesung? Sejak kapan kau berada di disini? Bukankah kau bilang kau akan datang nanti sore?” aku melirik Yuri yang kini berjalan lebih depan, sedangkan aku tetap mematung di tempatkuku. Tak ada niatan sedikitpun untuk mendekat pada orang itu.

“ Sekarang sudah sore Yul.. bahkan aku sudah berada di sini dari tigapuluh menit yang lalu.” jawab Yesung sambil memandang serius Yuri.

Sekarang posisiku seperti orang asing yang mencoba masuk ke dalam area hubungan orang lain, mereka begitu asik berbincang, lupa dengan kehadiranku disini.



“ Igo..aku pulang dulu.”



Yuri menatapku sebentar, kemudian menerima jinjingan yang kuberikan padanya. Sebelum pergi, aku melirik orang di sebelah Yuri. Ia terlihat begitu serius, dari raut wajahnya bisa kupastikan ia sedang menyelidik heran.


“ Kau buru-buru sekali, tidak ingin ikut kami sebentar?” aku hanya memutar bola mataku sambil mendengus pelan. “ Tidak. terimakasih.” Ucapku kemudian berbalik.


“ Kyuhyun-ah!” baru bergerak beberapa langkah, aku kembali memutar badanku menghadap ke belakang. “ Gomawo.” Lanjut Yuri ditutup dengan senyumnya. Aku tak bereaksi apapun, hanya diam kemudian memutar tubuhku lagi. Rasanya aku tak kuat, benar-benar berbahaya. Senyumnya itu sangat berbahaya.








*****




Author POV






Hawa dingin masih menyelimuti Korea hingga hari ini, membuat banyak orang enggan untuk keluar dari rumah serta memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Tapi tak sedikit juga yang memutuskan untuk pergi keluar, berjalan-jalan ke sebuah tempat bersama teman. Biasanya tempat yang mereka datangi adalah café. Begitu juga dengan segerombol gadis yang terdiri dari empat orang itu. dari tadi mereka bercengkrama seakan tak pernah kehabisan topik untuk dibicarakan.



Ditemani dengan Hot Caramel Chocolate serta beberapa cake lezat, perbincangan mereka bertambah seru. Apalagi saat topik pembicaraan tertuju pada Yoona. Membuat gadis itu merengut sebal karena teman-temannya tak berhenti untuk menggodanya.



“ Aigoo..Aigoo…romantis sekali pangeran Donghae. aku jadi iri rasanya.” Goda Sooyoung diiringi dengan senyuman nakal yang mengusik ketenangan Yoona. Tak hanya Sooyoung, gadis lainnya seperti yuri dan Seohyun-pun tak ketinggalan untuk menggoda temannya itu.



Di sisi lain Yoona tak bisa menyembunyikan perasaan kesalnya, rasanya ingin sekali mencekik teman-temannya satu persatu agar mereka semua berhenti. Tapi bayangan indah itu kembali terputar, menyejukkan hatinya.


Tak sadar, ia tersenyum mengingat hari itu, dimana Donghae mengajaknya ke suatu tempat. Tentu pada saat itu ia masih berperang dengan Donghae.

“ Ada apa?” tanya Yoona dengan sengit. Gadis itu sangat meledak-ledak, tidak bisa diajak berkompromi sedikit. Untung laki-laki di depannya, Donghae, persediaan rasa sabarnya masih sangat penuh. Jadi setidaknya pria itu tahu bagaimana menentukan sikap untuk menghadapi gadisnya.

Bukannya menjawab, Donghae malah tersenyum lantas menarik lengan Yoona. Membuat gadis itu ikut tertarik, mau tidak mau melangkah mengekor di belakang Donghae. “ Aku tak suka dipaksa! Lepaskan! Kalau kau ingin mengajakku masuk, setidaknya jelaskan padaku dulu maksudmu!” ronta Yoona sambil berteriak, membuat gendang telinga Donghae hampir pecah.

Tapi Donghae tak menghiraukan ocehan Yoona, ia terus berjalan hingga akhirnya sampai di depan ruang ICU. Langkahnya berhenti seiring dengan genggamannya yang terlepas dari lengan Yoona. Matanya menerobos masuk melalui sebuah kaca kecil di depan pintu itu untuk menengok sekilas keadaan di dalam ruangan itu.

Yoona yang tak mengerti dengan tingkah Donghae, hanya bisa diam sambil terus mengomel pelan. Selepas itu Donghae kembali menarik lengan Yoona, membuat gadis itu terhuyung merapat pada Donghae. “ Lihat itu.” seru Donghae sambil menggerakkan kepalanya, menyuruh Yoona melihat apa yang bisa ia lihat dari kaca tadi.



Meski tak mengerti, gadis itu menurut saja dengan apa yang disruuh Donghae. matanya pun menjelajah melewati kaca bening itu. didapatkannya sebuah tubuh yang terbujur lemas di atas ranjang di dalam ruangan itu. Hampir sekujur tubuh orang itu dipasangi alat bantu, entah untuk bernapas, makan, atau alat pendeteksi denyut jantung. Terhenyak…begitulah yang Yoona rasakan sekarang, ia merasa sangat kasihan pada orang itu.



“ Kau masih ingat dengan gadis itu bukan?”



Yoona menoleh, menatap sendu pria di hadapannya. Tak lama ia mengangguk lemah, namun dibalas senyum tulus oleh lelaki itu. matanya yang teduh seakan memberi banyak kenyamanan untuk Yoona. Dengan lembut, pria itu mengusap pipi Yoona, menyelipkan helaian rambut gadis itu di belakang telinga. Ia menangkupkan wajah kecil milik Yoona, sambil mensejajarkan tinggi mereka.



Dilihatnya Yoona dengan serius. Yoonapun begitu, ia menatap Donghae dengan sangat serius, hingga sesekali ia merasa sesak karena lupa bernafas. “ Dia, gadis yang waktu itu memelukku. Gadis itu salah satu muridku, ia…leukemia. Semakin hari tubuhnya semakin lemah. Dan waktu itu ia memelukku untuk pertama dan terakhir kalinya. Asal kau tahu, dia tak hanya memelukku, dia juga memeluk guru yang lain.” tutur Donghae dengan sabar.



Hati Yoona gemetar, ia merasa sesak. Walau ia merasa marah pada saat itu, tapi penjelasan Donghae menghapus semua perasaan buruknya. Kini semua berbanding terbalik, ia merasa sangat kasihan.



“ Siapa namanya?” tanya Yoona.


“ Kim Ji Hye.”



Yoona mengangguk pelan, kepalanya tertunduk lemah. Ia tak habis pikir dengan nasib gadis yang baru saja ia kenal itu. pasti sangat menyakitkan dan menyedihkan.



“ Meski harapannya semakin menipis, ia tak pernah lelah untuk berusaha. Dan ku harap kau pun begitu, meski kemungkinan bersamaku sangatlah tipis, tetaplah berada disisiku. Menjadilah kuat bersama, dengan begitu semua masalah akan bisa kita hadapi.” Tutur Donghae semakin mendekatkan wajahnya.





CUP





Ia mencium kening yeoja di depannya sambil memejamkan matanya. Begitu juga dengan Yoona, ia memejamkan matanya meresapi ketulusan Donghae di setiap sentuhannya. Donghae menatap Yoona, kemudian tersenyum pada gadis itu. “ Aku harap kau bersedia untuk itu.” ujar Donghae.


Sekelebat ingatan indah itu langsung menghilang begitu saja, ketika suara tawa menggelegar memenuhi sistem pendengaran Yoona. Ia hanya bisa mendesah, ah…lagi-lagi Sooyoung. Walaupun Yuri dan Seohyun ikut tertawa, tetapi suara tawa Sooyoung yang paling terdengar yang tentunya paling mengganggu.


Tapi suara tawa Sooyoung perlahan menghilang meski masih terdengar pelan, tapi sekiranya tidak begitu mengganggu seperti sebelumnya. suara itu menghilang seperti terengah, bagaimana tidak? Sooyoung tertawa dengan begitu semangat, mengandalkan seluruh tenaganya untuk tertawa. Siapa yang tidak lelah?.



“ Omona!! Ah…Jinjja!!” heboh Yuri tiba-tiba sesaat setelah melihat layar ponselnya.  




Dengan panik ia langsung bangkit dari tempat duduknya. membuat ketiga temannya kebingungan dengan tingkahnya. “ Wae geurae?” tanya Sooyoung. Yuri menoleh pada Sooyoung dengan tatapan bingung. “ Aku harus pergi sekarang.” jawabnya kemudian melangkah pergi dengan begitu terburu-buru.



Menyaksikan kepergian temannya yang begitu tiba-tiba, Sooyoung dan Seohyun hanya bisa menggelang. Hanya Yoona disitu yang terlihat tak menyimpan tanya, jelas ia tahu alasan Yuri seperti itu.






*****





Yuri POV




Aku sedikit bernafas lega ketika menemukan sosok Yesung yang sudah tak begitu jauh dari tempatku berada. Hanya butuh beberapa langkah untuk menghampirinya. dengan nafas tersengal, aku memperlambat gerak langkahku, sekalian menstabilkan sistem pernafasanku. Rasanya sesak sekali, tadi aku baru ingat kalau hari ini aku ada janji dengan Yesung, karena takut terlambat jadinya aku berlari.



“ Hhhh…hhh….maaf…aku terlambat…” tuturku sedikit tertahan.



“ Gwenchana…harusnya kau telepon aku, jadi aku bisa menjemputmu tadi.” Jawabnya sambil tersenyum membuat kedua matanya menyipit, aku senang melihatnya seperti itu, karena itu merupakan ekspresinya yang sangat ku sukai, manis.


Aku lantas menarik sebuah kursi, kemudian duduk berhadap-hadapan dengannya. Di atas meja sudah ada secangkir kopi yang sudah tersisa setengah. Sepertinya ia sudah menunggu lama, ah…aku jadi merasa bersalah.


“ Ah…kau mau pesan apa?”


“ Vanilla latte saja.”


“ Tunggu sebentar, aku pesankan dulu.”



Ia bangkit dari kursinya kemudian berjalan menuju kasir. Mataku mengikuti pergerakannya, dirinya yang sedang berbincang dengan pegawai café. Tak jarang tangannya ikut bergerak, menambah aksen gaya bicaranya. Tak lama ia pun berbalik dan berjalan menuju meja ini. ia tersenyum singkat ketika melihatku.


“ Benar-benar tidak terasa sudah dua tahun kita bersama. aku tak menyangka.” Ujarnya sambil tersenyum. Tapi ada yang aneh dengan senyumnya, ini bukan senyum yang biasa ia tunjukkan. Ah…tidak! tidak! mungkin hanya perasaanmu saja Kwon Yuri.


“ Waktu memang berjalan dengan cepat.” Tambahku yang tak pelak membuatnya menatapku tajam. Ada apa ini? kenapa ia malah menunjukkan ekspresi seperti itu?.



Ia merangsekkan tubuhnya ke depan, membuat sorot matanya jauh lebih tajam saat menatapku. “ Cihh…benarkah waktu berjalan dengan cepat? Apa menurutmu begitu? Jadi kau berpikir dua tahun belakangan ini terasa cepat untukmu, huh?” sudut bibirnya terangkat sebelah, Ia terlihat seperti sedang mencemoohku.



Aku tak bersuara yang ku lakukan hanya menatapnya dengan hati-hati. Memperhatikan dengan seksama, berharap orang yang sedang berada di depanku bukanlah Yesung. Tapi..apa daya, orang di depanku benar-benar dirinya. Lantas kenapa ia seperti ini? ada apa dengan sikapnya?.




“ Ku rasa sebaliknya, karena kenyataannya kau seperti daun kering yang berusaha hidup di musim dingin yang panjang. Kau hanya bisa menghangatkan dirimu sendiri, sembari berharap musim semi akan segera datang.” tatapannya semakin jelas, semakin memojokkan diriku. Semua pikiranku buyar entah mengapa, semua kalimat yang ia lontarkan begitu ambigu membuatku tak mengerti apa yang ia maksud. Daun di musim dingin? Apa yang sebenarnya ia maksud?.



Suasana menegang ditambah dengan kebisuan yang membelenggu kami berdua, tak lama seorang pelayan datang kemudian meletakkan pesananku di atas meja. Setelah itu, seperti sebelumnya aku kembali diam menatap lurus ke arahnya yang sedang menatap serius layar ponselnya.



“ Yuri?” aku langsung menoleh ke asal suara yang baru saja memanggilku.



Mataku tak berkedip saat sosok Kyuhyun-lah yang ku temui di belakangku. Sama denganku, Kyuhyun juga kelihatan bingung. Tak mau terus menebak-nebak dalam ketidakpastian, aku langsung berbalik menghadap Yesung. Tak seperti tadi, kini ia sudah meninggalkan ponselnya dan menatap datar ke arahku atau mungkin ke arah Kyuhyun.


“ Eii…ayo duduk! Jangan berdiri saja.” suruh Yesung dengan ramah, tapi ada yang sedikit mengganjal. Rasanya sedikit aneh, aku merasa ada yang tidak beres dengan sikapnya.






*****






Author POV




Hampir setengah jam sudah tiga orang itu masih bergumul dalam diam, sekalipun ada yang bicara itupun membicarakan pembicaraan tanpa arah. Yesung, pria itu terus membicarakan pembicaraan yang tak begitu jelas, membuat kedua lawan bicaranya tak menangkap sedikitpun maksudnya.


“ Bertahan pada musim dingin demi melihat salju. Tapi karena hal itu, kita malah menggigil, kedinginan. Mungkin tidak akan seburuk itu jika kita mengizinkan sebuah perapian dinyalahkan, setidaknya akan jauh lebih hangat. Benar tidak?” tutur Yesung. Dari tadi pria bermata sipit itu hanya melontarkan kalimat-kalimat yang sulit untuk dimengerti.



“ Cukup! Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Jangan berputar-putar!” tegas Kyuhyun yang sudah muak dengan sikap lawan bicaranya. Yesung tersenyum sinis melihat Kyuhyun yang mulai emosi, ia menghela nafasnya kemudian menatap Kyuhyun dengan santai. Sangat santai yang justru membuat Kyuhyun semakin naik darah.


“ Sebenarnya ada apa? Katakan yang jelas..” ujar Yuri. Satu-satunya makhluk berjenis wanita itu akhirnya buka suara. Menyuarakan hatinya yang bingung. Diajak beputar-putar pada kalimat Yesung yang menurutnya memiliki maksud tertentu, membuat ia merasa ada hal buruk yang akan terjadi.


Yesung hanya diam, ia masih memandangi dua lawan bicaranya dengan tenang. Mungkin jika hanya dilihat dari wajah, pria itu nampak begitu tenang. Tapi tidak ada yang tahu, jika ia sedang menekan segala gejolak dalam hatinya.



“ Yuri…”




Bak mendengarkan rintihan yang melirihkan namanya, Yuri hanya bisa memandangi Yesung lekat-lekat. Entah kenapa ia merasa sangat bersalah, rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. meski tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, gadis itu berpikiran bahwa semua yang terjadi itu karena dirinya.




“ Sebegitu berharganyakah benda kecil yang menempel di ponselmu?” ujar Yesung serius dengan desahan nafas yang amat berat. Matanya yang sipit menatap tepat pada biji mata Yuri, membuat gadis itu terintimidasi.



Rasanya tersentak memang, Yuri tak menyangka jika Yesung akan menanyakan benda itu padanya. Sedikitpun ia tak pernah terpikir bahwa Yesung akan terganggu dengan gantungan kecil di ponselnya. Dahinya berkerut saat ruang-ruang dalam otaknya menemukan sesuatu yang kemudian terputar. Mengingatkannya pada suatu hal.


“ Apa sudah ketemu?” tanya Yesung sembari menghampiri gadis yang masih sibuk berjibaku dengan gantungan miliknya yang hilang. Seperti kehilangan harta benda yang paling berharga, gadis itu terlihat sangat panik.



“ Belum…ahh..ottokhae??” gadis itu terus mencari benda miliknya tanpa mengindahkan sosok tinggi yang tengah memperhatikannya dengan prihatin. Gadis itu, Yuri melongok kesegala sudut bahkan hingga kolong meja untuk menemukan bendanya. Melihat kesibukan sang kekasih, Yesung hanya mendesah pelan. Ia merasa kasihan pada keadaan Yuri, gadis itu terlihat sangat kacau. Namun akal sehatnya datang, melempar sebuah pertanyaan logis.


“ Sudahlah Yul… kita bisa membeli yang serupa nanti.” Ujar Yesung menyarankan. Meski bermaksud baik, namja itu malah mendapat reaksi yang kontras. Yuri, gadis itu malah menatapnya dengan kesal. “ Tidak bisa! Itu tidak sama! Kalau kau lelah, biar aku yang mencari sendiri!” gadis itu begitu geram tanpa alasan. Seolah apa yang dikatakan Yesung adalah sebuah kesalahan fatal.


Rasa sesak memenuhi hati Yuri ketika ingatannya dengan jelas memutar rangkaian kejadian itu. ia kembali menatap Yesung yang sedang menatapnya dengan sendu. Bulir-bulir air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, terlebih saat ia ingat bagaimana dirinya membentak Yesung waktu itu.



Kyuhyun satu-satunya orang yang tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, hanya bisa diam sambil menebak-nebak. Hatinya selalu bergetar, rasanya ketakutan mulai menggerayangi dirinya. Entah kenapa perasaan itu semakin kuat seiring dengan perubahan waktu. Ia merasa jatuh, kalah, ketika melihat sorot mata Yuri saat menatap Yesung begitupun sebaliknya. Semua terasa begitu mendalam, memiliki arti yang ia sendiri tak mengerti. Sedalam itukah perasaan diantara keduanya?.


“ Ku kira semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Aku selalu meyakinkan diriku jika kau pasti bisa menerima diriku. Yah…kepercayaan itu mulai tumbuh saat menyadari banyaknya waktu yang telah kita lalui bersama. tapi itu semua hanya sementara, tak berjalan lama. Saat itu aku baru sadar, senyummu, tingkahmu, segalanya bisa kulihat. Tapi tidak dengan hatimu. Kau tidak pernah membuka hatimu dan bodohnya aku berpikir jika kau telah membukanya untukku.” Papar Yesung sambil terus memandang Yuri kemudian menundukkan pandangannya saat matanya mulai memanas. 


Tangan yuri bergetar, kecemasannya dari tadi terjawab sudah. Ia benar-benar tak bisa berkutik lagi sekarang, rasanya seperti di skakmat. Tak ada lagi jalannya untuk melarikan diri, kini waktunya telah tiba. Waktu dimana ia telah menghunuskan belati tajam ke arah Yesung, menghancurkan segala mimpi serta perasaan. Ia ingin mengelak, mencoba mencari titik dimana ia tak bersalah. Tapi percuma, karena dari awal ia memang sudah salah. Menerima Yesung yang ia pikir akan membuatnya tenang justru  malah membuat pria itu tersakiti. 



“ Yesu..”


“ Ini memang salahku. Aku terlalu berharap lebih, aku membuatmu berada di posisi yang tidak nyaman. Aku mengerti. Maka dari itu….” Yesung menghela nafasnya dengan sangat panjang, dadanya naik turun seiring dengan sisa pembakaran metabolisme yang keluar. “ Aku akan mengakhirinya. Hubungan ini. terimakasih.. untuk semuanya dua tahun belakangan ini.” lanjut pria itu dengan sedikit gemetar. Tapi ia terlihat begitu mantap dan serius dengan apa yang diucapkannya barusan.


Mata Yuri membulat, ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Jangankan Yuri, Kyuhyun pun ikut tersentak dengan keputusan Yesung. Pria itu langsung menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Gadis itu diam tak bergeming, ia kelihatan sangat terkejut. Melihat fenomena itu membuat hati Kyuhyun terbakar. Sulit sekali untuk dijabarkan.



Bukannya menetralkan suasana setelah kacau karena ulahnya, Yesung malah bangkit dari duduknya. “ Aku harap kau bahagia.” Ucapnya sebelum beranjak menjauh dari kedua orang yang masih terkesiap dengan tingkahnya.



Mata Yuri mengikuti kemana gerak Yesung yang semakin menjauh dan menghilang pergi, ia menundukkan kepalanya sambil terisak pelan. “ Maafkan aku..” lirihnya sambil memegangi kepala. Sedangkan Kyuhyun, ia hanya bisa terdiam sambil menenangkan hatinya yang terasa perih.




*****  





Yesung POV




Aku terus melangkah tanpa ingin menoleh ke belakang, aku tak ingin. Meski kenyataannya sekarang aku sudah tak berada di café itu lagi, yang jelas aku tak ingin menoleh ke belakang. Rasanya sakit. Melepas orang yang begitu kita cintai, sakit,  bahkan sangat. Tapi membiarkan orang yang kita cintai tidak bahagia justru lebih sakit, dan itu sangat bodoh. Benar…aku pasti akan menjadi orang bodoh dan egois kalau sampai melakukannya.



beruntung aku bisa mengetahui kebenarannya, kebenaran tentang perasaannya. Meski butuh dua tahun dulu ia menahannya, tapi aku bersyukur karena tak butuh waktu lebih lama lagi aku menyiksanya dalam bayang-bayang kebahagian yang kuanggap benar. Benda kecil itu. gantungan ponsel yang selalu terpasang di sudut ponselnya adalah petunjuk terbesar untuk membongkar semuanya.

Awalnya aku tak merasa terganggu dengan benda itu, tapi lambat laun aku merasakan sesuatu yang aneh. Aneh. Kecemasan Yuri pada benda itu yang berlebihan. Jika dipikir dengan nalar, misalkan benda itu hilang, aku bisa membelikannya yang baru. Toh..banyak sekali yang sama. Tapi apa? ia malah marah jika aku berkata seperti itu. dan dari situ aku mulai curiga. Masalahnya Yuri bukan gadis bodoh yang mengagung-agungkan sesuatu, ia cukup dewasa untuk itu. tapi jika berhubungan dengan benda itu, ia seperti kehilangan akal sehatnya.

Akhirnya setelah lama berpikir, akupun menghubungi Yoona dan meminta bertemu. Kami pun bertemu beberapa hari yang lalu. dari situlah aku menanyakan banyak hal pada Yoona, termasuk masalah gantungan ponsel itu.

Kalau tidak salah itu pemberian dari Kyuhyun, memangnya kenapa?


Aku masih ingat betul dengan jawaban yang terlontar dari mulut Yoona yang entah kenapa menjadi memo tersendiri untukku. Selalu terngiang. Pertamanya aku sudah tak bisa bertahan, tapi ku kesampingkan rasa sentimental itu. aku laki-laki dan aku harus berani menerima kenyataan yang ada. Walau pahit.



*****



2 weeks later




Yuri POV



Aku berjalan pelan dengan sangat lemas menuju seorang pria yang tengah berdiri membelakangiku. Sudah dua minggu aku tak bisa menghubunginya, ia seperti hilang seakan melenyap dimakan kesedihan. Namun beruntung, kemarin ia mengangkat panggilan dariku.


“ Yesung-aa.” Panggilku pelan saat sudah berada tepat di belakangnya. Ia langsung berbalik, menampakkan wajahnya yang masih sama seperti sebelum-sebelumnya. tiba-tiba aku merasa takut, takut akan kesalahan yang telah ku perbuat atas dirinya. Tapi…apa yang ku dapat? Ia malah menyambutku dengan senyumnya yang tulus, membuat kedua matanya menyipit.

“ Cihh…kau masih bisa tertawa? Kau membuatku serba salah!” cercaku yang membuatnya kembali tersenyum.


Ia hanya menatapku dengan ramah, sejauh ini aku tak menangkap rasa kesal atau marah dalam matanya. Benarkah ia tak menyimpan perasaan seperti itu padaku.

“ Haahh….aku senang kita bisa bertemu lagi. Ternyata kau masih mengingatku.”

“ Yakk! Harusnya aku yang mengatakan itu bodoh! Kemana saja kau selama ini? menghilang tanpa kabar.” Sengitku.


“ Kenapa kau kemari? Bukan kau harusnya bertemu dengan Kyuhyun hari ini?”  


“ Kau…darimana bisa tahu?”

“ Jangan membuatnya menunggu, menunggu itu bukan kegiatan yang menyenangkan.”

“ kau belum menjawabku Kim Yesung!” protesku tegas.

“ Belakangan ini dia sering menemuiku. Banyak hal yang kami bicarakan. Dan…kau tahu? Dia meminta izinku untuk bersamamu. Konyol sekali bukan?” ia kembali tersenyum.

Raut wajahnya berubah menjadi sedikit serius, ia menatapku dengan sangat intens. “ Jangan lari dari perasaanmu sendiri.” ucapnya pelan. “ Tapi…”

“ Tapi apa? kau masih merasa tidak enak padaku? Kalau seperti itu, kau harus buang jauh-jauh perasaan tersebut. Bohong memang kalau aku tak merasa sakit, tapi kau perlu tahu satu hal. Melihatmu bahagia jauh lebih bahagia ketimbang memaksakan kebahagianku sendiri.” papar Yesung.

“ Pergilah…temui dia. Kalian berhak bahagia.” Ia menggenggam tanganku kemudian menatapku dengan hangat. “ Aku mendukungmu.” Ia tersenyum.






*****







Author POV





Seorang pria tampan masih setia menunggu dengan duduk di kursinya, sesekali ia melirik layar ponselnya berharap ada panggilan atau setidaknya pesan masuk. Tapi..hingga kini tak satupun dari keduanya yang terlihat di layar ponselnya. Ia kembali membuang pandangannya pada jam tangan yang melingkari tangan kanannnya. Sudah satu jam, tapi sampai sekarang sosok yang ia tunggu belum kunjung  datang.


Pria itu menundukkan kepala sambil menghembuskan nafas berat, rasanya sulit dipercaya jika dirinya cemas. Bukan cemas, lebih tepatnya sesuatu yang lebih hebat dari cemas. Begitulah yang ia rasakan. Hingga rasa mengerikan itu semakin hebat, iapun bangkit dari duduknya. sepertinya ia sudah kehilangan kepercayaan dirinya. Mungkin sosok itu memang tak akan datang, dan tidak akan pernah datang.

Ia berbalik, hendak melenggang pergi dari café tersebut. Tapi tubuhnya melumpuh, matanya tak dapat berkedip kala sosok yang dari tadi ia tunggu sudah berada di hadapannya. Sosok itu, Yuri juga terdiam di tempatnya sambil memandangi pria itu, Kyuhyun. segala rasa seperti tertumpahkan begitu saja, membuatnya tak percaya dengan sensasi yang tengah ia rasakan.



Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya kembali, Yuri memberanikan dirinya untuk melangkah lebih dekat pada sosok Kyuhyun. seperti dihadapkan dengan kenyataan yang begitu luar biasa, hati Yuri tak karuan. Seperti remaja yang baru saja jatuh cinta.


Namun…semakin dekat dengan Kyuhyun, ia semakin menyadari suatu hal. Yaitu kenyataan bahwa café yang sedang ia datangi terlampau sepi untuk sekarang ini, biasanya waktu senja seperti ini membuat café-café penuh dengan pengunjung.


“ Aku menyewanya khusus untuk hari ini.” ujar Kyuhyun seolah bisa menjawab rasa penasaran Yuri. Pria itu langsung tersenyum singkat, jelas ia tak mau memperlihatkan perasaannya yang begitu senang saat melihat Yuri di hadapannya.

“ Kenapa lama sekali? Kau membuatku menunggu begitu lama.” Yuri hanya diam sambil terus memandang Kyuhyun. rasa bersalah sudah pasti membelenggu hatinya, tapi apa mau dikata. Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali.

Dua manusia itu kini hanya menghabiskan waktu dengan saling diam, masih sambil berdiri. “ Kyu…” akhirnya Yuri bersuara memecah keheningan yang dari tadi mendera.


Kyuhyun menatap gadis di depannya dengan tenang, penuh cinta meski tak terlalu diperlihatkan. Ia menangkap banyak hal yang ingin disampaikan oleh gadis dari itu melalui mata cantiknya. Saking banyaknya, gadis itu malah bingung untuk mengungkapkan yang mana dulu.

“ Ssttt…jangan mengatakan apa-apa. bukankah kedatanganmu sudah menjawabnya?” tahan Kyuhyun sambil tersenyum, kali ini dengan manis. bertujuan agar gadis itu bahagia.


“ Mwo? Maksudmu?”
“ ya….kalau kau datang berarti kau menerimaku. Kau menerimaku kan?” Kyuhyun yang awalnya begitu percaya diri, tiba-tiba tersentak. Ia memandang gadis itu dengan rumit, panik dan cemas. “ Kau…tidak menerimaku?” tebak Kyuhyun pelan disertai dengan wajah yang menyedihkan. Terlihat sekali ia takut dengan kenyataan pahit yang akan ia terima kelak.


Yuri hanya diam memandang wajah Kyuhyun yang tak seperti biasanya. Perlahan-lahan tawanya pecah. Gadis itu tertawa, menertawai bagaimana kocaknya ekspresi Kyuhyun. tanpa ia sadari, tawanya malah membuat Kyuhyun tergugah, yah meski tak bisa dielakkan kalau ia juga kesal pada Yuri.

“ KAU….”

“ Hahahaha…maaf Kyu, aku tak bermaksud seperti itu. hahahah..wajahmu lucu sekali.”
“ Aisssh…menyebalkan!” umpat Kyuhyun karena tawa gadis itu tak kunjung usai.


Menyadari Kyuhyun mulai kesal, Yuri-pun berusaha menghentikan tawanya. Meski masih terdengar samar-samar, tapi tawanya kali ini tak sekeras sebelumnya.

“ Kyu…” rajuk Yuri pada Kyuhyun yang sudah menekuk wajahnya, sepertinya Kyuhyun mulai memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya.
“ Mianhae…”


“ Baiklah aku kalah. Kau membuatku gila Kwon Yuri!” desah Kyuhyun dengan guratan kesal dan menyerah. Jujur ia kesal, kesal karena dirinya tak bisa berlama-lama marah dengan gadis di depannya. Sedangkan Yuri, ia malah tersenyum senang.



“ Nado mianhae…” balas Kyuhyun dengan suara yang bersahabat.

Yuri memasang wajah bingung tak mengerti dengan maksud Kyuhyun, “ Nde?”

Kyuhyun merapat pada gadis itu, kemudian menangkupkan wajah mungil itu menggunakan kedua tangannya. “ Mianhae..saranghae.” ucapnya.


Yuri terdiam, ia tergugah dengan apa yang barusan didengarnya. Namun ia diam karena ia tak lagi bisa menentukan apa yang harus ia lakukan. kini mata Kyuhyun telah menatap tepat pada matanya. Membuat gadis itu tersihir, seolah tak bisa teralih pada apapun lagi. Nafasnya terasa begitu sesak, saat jantungnya berdegup kencang ketika wajah tampan Kyuhyun semakin mendekat. Otomatis Yuri memejamkan matanya, menikmati hangatnya deru nafas Kyuhyun yang terus menyapu wajahnya, hingga sesuatu yang lembut dan sedikit basah berada tepat di bibirnya.


Yuri terus terpejam, meresapi sentuhan lembut bibir Kyuhyun pada bibirnya. Tapi…tiba-tiba Kyuhyun menghentikannya, membuat Yuri keheranan. “ Kau tidak berniat mengatakan hal yang sama?” desak Kyuhyun dengan sedikit mengomel.


Mengerti apa yang dimaksud Kyuhyun, Yuri memutar bola matanya. Sungguh…untuk mengucapkan hal seperti itu bukan perkara mudah untuknya. Ia tak terbiasa.


“ Hemmm….nado…nado saranghae..” ucapnya ragu.  Kyuhyun hanya tersenyum atau lebih tepatnya terhibur dengan tingkah Yuri yang menurutnya kelewat gugup. Tak mau membuang waktu Kyuhyun langsung merengkuh tubuh Yuri, membawanya masuk ke dalam peluknya.

Ia mendekapa gadis itu dengan erat, namun tanpa meninggalkan kesan nyaman. Kyuhyun benar-benar tidak ingin kalau gadisnya merasa tak nyaman. Begitu juga dengan Yuri, ia mengalungkan tangannya pada pinggang Kyuhyun. membuat kepalanya bersender pada dada bidang Kyuhyun. sungguh…ini tak pernah terbayangkan olehnya.


“ Kyu…”
“ heum?”

“ Apa kau pernah menyukai Victoria?”
“ Bodoh…”
“ Jawab saja.”
“ Tidak. tidak pernah. Dia memang cantik, tapi aku memang tak pernah menyukainya. Bisa dibilang kau adalah orang pertama untukku.” Jawab Kyuhyun tenang.


“ Jinjja?” heboh Yuri sembari melepas pelukannya. Ia memandang Kyuhyun dengan takjub, ia benar-benar tak percaya dengan pernyataan pria itu. kyuhyun balas menatapnya dengan santai. “ Benar…kau tidak percaya?” Yuri mengangguk cepat.

Kyuhyun tersenyum kemudian mengelus kepala Yuri, “ Memang sulit dipercaya orang setampan aku belum mempunyai kekasih sebelumnya. yah…itu memang wajar.”

Yuri mendengus kesal, namun Kyuhyun malah menarik lengannya membawanya kembali masuk ke dalam pelukannya. Kemudian mengeratkan pelukannya. “ Kau tahu..rasanya aneh sekali saat aku mulai merasakan perasaan seperti itu. Rasanya bergetar, aku merasa seperti bukan diriku saat merasakan hal itu. aku..gugup aku merasa bahagia tanpa sebab saat melihatmu. Aneh bukan? Itu  membuatku seperti orang gila.” Papar Kyuhyun yang lebih mirip seperti anak yang sedang mengadu pada ibunya.


Mendengar penuturan Kyuhyun, Yuri tersenyum kecil. Entah kenapa ia merasa begitu senang mendengar hal tersebut dari mulut Kyuhyun.

“ Makanya aku bertekad untuk menjadikanmu yang pertama dan juga yang terakhir untukku.” Lanjut Kyuhyun.


“ Cihh…gombal.” Decak Yuri.

“Annio..aku sungguhan. Kau tidak mempercayainya?”

“ Terserah kalau kau tidak mempercayainya, yang jelas aku akan membuktikannya padamu. Ingat itu.” tandas Kyuhyun sambil menekankan kalimat terakhirnya. Ia menenggelamkan kepalanya di helaian rambut Yuri sambil menghirup udara sebanyak-banyak dari sana. Merasakan aroma peach menguar dari rambut gadis itu, Kyuhyun semakin mengeratkan pelukannya. Yuripun begitu, ia terlarut dalam suasana yang tak pernah ia bayangkan. Berdua bersama Kyuhyun, lelaki yang entah sejak kapan telah memenuhi ruang di hati.



Masalah bagaimana mereka akan saling mencintai ke depannya, tak adak yang tahu. Meski Kyuhyun bukanlah pria romantis seperti Donghae ataupun pria bersahaja layaknya Choi Siwon. Tapi ia adalah Cho Kyuhyun, pria yang melakukan segala hal dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan mencintai Yuri, iapun akan mencintai Yuri dengan sungguh-sungguh. Meski bukan dengan cara normal, tapi ia akan mencintai Yuri dengan segala kekurangan dan kelebihannya.



Sederhana saja, cinta tak butuh kesempurnaan, karena cintalah yang justru menyempurnakan kita.

~ ^ ~ My True Love Is You ~ ^ ~







END



Eh gila!!! Ini beneran END alias TAMAT??? Gak mimpi kan? Nyatakan? Oalah…..akhirnya…..setelah hampir 14 bulan berjibaku, finally ni ff kelar juga. Gila…gila…gila….masih gak nyangka…
Kirain ni ff bakal berakhir terbengkalai, melenyap dari peredaran tanpa dilanjutin. Eh…ternyata eh ternyata, akhirnya kelar juga. Kikiw…..aduh seneng banget….
Tapi selain ngerasa seneng yang gak bisa dijabarin pake kata-kata, aku juga ngerasa bersalah karena ngebiarin readers nunggu ampe lumutan. Sekali lagi aku minta maaf *bow bareng kimdhira ama salsa*.


Awalnya aku gak tau ff ini bisa kelar atau gak, tapi yah….waktu itu…jadi….aku lagi kepikiran gitu ceritanya. Kepikiran buat bikin ff baru, tapi aku nyadar aku masih punya Lne ama my true love yg  belum selesai, makanya aku bikin target deh….
Jadi kalo salah satu diantara  my true love atau lne ada yg kelar, baru deh aku mulai bikin ff baru itu. oh ya…ngomong-ngomong Love Need Effort aku mau jelasin nih kenapa tu ff belum publish-publish juga. Yah…apalagi kalo bukan belum kelar…sumpah ya, aku kehilangan feel buat ff itu.


Itu aja baru jalan 11 lembar, 11 lembar! Bayangin! Gila gak tuh? Setiap kali mau nulis pasti ada aja halangannya. Entah hilang feel, kehabisan ide, atau enggak udh malem. Aduhaduh….jadi untuk itu aku mau minta maaf heheheh…*mintamaafmulu*.

Ok ders….
Buat end ini udah pada puas? Alurnya kecepetan gak? Atau cheesy banget? Aishh….kalo jawabannya cheesy, aku mau negasin satu hal. Aku tuh bukan orang yang bisa ngebayangin hal-hal yang terlalu romance, jadi yah…gitu deh…jadinya hambar gitu. Yah….tapi semoga kekurangan itu gak mengurangi antusias readers yeh…

Well….setelah ff ini, mungkin aku bakal konsen ke mysterious sight dan ff baru. Untuk sementara LNE aku tunda dulu. Yah…pokoknya sedapet feelnya aja deh…kalo ada feel buat lne, insyaallah aku lanjut. Oh ya….klo ada readers yang bisa kasih saran nih buat aku tentang gimana caranya ngebangkit feel buat nulis ff, share yah…sumpah aku butuh banget…


Ya udah deh……kayaknya makin gak jelas yah….sip…buat yg mau komen kritik atau mau sekedar kenalan, silahkan aja ketik di kotak komen. Aku bakal setia balesin*cielah bahasanya* kalo ada saran ayo…diungkapkan. Ok deh….segitu aja. Semoga kalian puas. Dan terimakasih atas perhatiannya dari My True Love Is You Prolog ampe END.. makasih loh….





See You……..




Peluk Cium Gampar




GSB





Comments

  1. ciyus ,miapah / ni ud slse /
    cpt amt ,gg krsa . mau lg :p

    krg moment kyuriny ,kog trkesan dbru gtu . hahahaha
    moment yulhaeny co cweet ,hehehe

    aduh tu nemu org ky yesung dmn yah ? baeg bner ,mau dung satu . hohoho

    vheesy ? gpp chingu aq mlh suka yg gni gg trlalu romantis kn lbh seru lbh krsa gtu feelny , halah hahaha

    tp bnr dh chingu wlu happy ending ni ff trksan cpt bnr . mau lg . lho ?
    buat ff yuri lg chingu :)

    nb : klu klmt flashback gtu klu bs dctk mrng chingu biar gg bingung aplg adny dtngh . hehee :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. kecepetan ya chingu??
      yah...maklum deh emang akunya lagi diburu-buru..
      Hehehehe...nemu orang kaya yesung tuh susah, soalnya dia tuh 'one of a kind' *nyanyibareng bang naga*, jadi biasanya kalo mau nyari harus pergi ke pusat pemberdayaan barang-barang kuno *emangnya yesung artefak?

      alhamdulillah kamu seneng walaupun ceritanya cheesy...ya tapi maaf deh kalo kesannya kecepetan...

      buat ff yuri lagi?
      untuk saat ini mungkin enggak, tapi gak tau deh kedepannya gimana. oh ya makasih ya sarannya, udah aku benerin...sekali lagi makasih yah udah komen, tapi maaf juga karena hasilnya gak memuaskan...se

      Delete
  2. maaf cingu baru comment cos waktu dulu baca ff ini belum punya akun apa-apa tapi setelah sekian lama menunggu, sempet kesel dengan episode terakhir saat Yuri jadian ma Yesung n Kyuhyun pergi akhirnya kekesalan itu mehilang ditelan part ini hehehe :D
    Nice story ^__^ terus berkarya ya cingu :

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts