My True Love Is You Part 9 - END
Previous story
ā Victoria tidak
datang bersama Kyuhyun?ā
ā Kalau bisa datang
dengan Changmin untuk apa dia datang dengan yang lain?ā
ā Jadiā¦.maksudmu orang yang bernama Changmin itu kekasihnya Victoria?ā
ā Yaā¦memangnya kenapa?ā
ā
Kyuhyunā¦bukankahā¦ia dan Victoriaā¦ā
ā Jika
kau ingin mengatakan kalau Kyuhyun dan Victoria adalah sepasang kekasih, ku
sarankan lebih baik kau tidak berbicara seperti itu. karena dugaanmu
benar-benar salah.ā
*****
2 years
laterā¦ā¦.
Suara
bising kendaraan begitu kentara terdengar oleh indera pendengar siapa saja yang
tengah melalui trotoar jalan. Meski sekarang ini sedang musim dingin, namun
tetap saja banyak pengguna jalan yang memilih untuk berjalan kaki daripada
menggunakan transportasi umum. Tak terkecuali seorang gadis berbaju tebal dan
tak lupa dengan sarung tangan yang melindunginya kulit tangannya dari terpaan
angin musim dingin.
Jalanan
kota yang dipenuhi dengan salju tebal, membuatnya sedikit sulit berjalan.
Membuat dirinya harus dua kali lipat lebih waspada. Tak ketinggalan beberapa
buku yang ia dekap erat-erat agar tidak terjatuh dari kendalinya. Sesekali ia
melirik arloji yang melingkar di lengan kirinya. Lagi-lagi waktu memaksa
dirinya untuk berjalan lebih cepat. Biar bagaimanapun ia harus sampai ke
perpustakaan yang ia tuju secepatnya.
Langkah
gadis itu lebih cepat dari sebelumnya. Dalam hati ia bertekad untuk sampai
secepat mungkin. Biar bagaimanapun perpustakaan di kampusnya akan tutup
sebentar lagi, dan jika ia telat sedikit saja, ia akan kehilangan kesempatan
untuk mengembalikan buku pada hari ini. Dan tentunya hal itu akan membuatnya berada
dalam masalah, yaitu mendapat sanksi dari pihak perpustakaan.
*****
Yuri POV
Huftā¦akhirnya
bisa juga aku mengembalikannya tepat waktu. Coba saja kalau aku telat, mungkin
aku akan mendapatkan surat sanksi berisi denda yang harus kubayar. Baiklah Kwon
Yuri, satu tugas telah kau lakukan dengan baik. sekarang saatnya kau pulang
untuk menikmati cokelat panas sambil bermalas-malasan di dalam kamar.
Tapi..
di luar salju sedang turun. Aku tidak mungkin pulang sekarang kalau kondisinya
masih seperti ini, lagipula aku juga tidak membawa payung atau alat apapun yang
bisa menahan tubuhku dari peristiwa alam itu. benar-benar menyebalkan! Padahal
aku sangat lelah, aku ingin segera pulang.
Aku
hanya bisa terduduk pasrah di bangku panjang di pojok ruangan, sambil berharap
salju akan segera usai. Tak bisa ku sangkal bahwa aku begitu bosan dengan
keadaan seperti ini. Sendiri tanpa orang yang ku kenal, hingga membuatku mau
tak mau hanya bisa diam.
Drtdrtdrt
Langsung
ku rogoh ranselku dan mengeluarkan benda kecil yang tadi berdering. ā Yoona ā
yah nama itulah yang terpampang di layar ponselku.
ā
Yeobseyeo..ā
ā
Aku ada di perpustakaan kampusku, wae?ā
ā
Tidak bisa, sekarang salju sedang turun.ā
ā
Benarkah? Baiklahā¦datang secepatnya ya.ā
ā
Keuraeā¦ā
Kembali
ku masukkan benda kecil itu ke dalam ranselku, dengan cekatan aku memikul tas
ransel milikku yang tak begitu berat. Posisiku pun berangsur berubah menjadi
berdiri dan berjalan perlahan meninggalkan tempat semula.
Mataku
menyusuri pintu masuk yang begitu padat dan penuh dengan pengunjung yang
datang. Maklum saja, hari ini adalah hari terakhir kami kuliah, dan setelahnya
kami akan mendapatkan libur musim dingin yang panjang.
Semakin
lama berada di depan pintu masuk, aku malah merasa menjadi sebuah benda
penghalang yang mempersulit orang-orang yang ingin masuk ke dalam perpustakaan.
Akhirnya sebuah keputusan bijakpun kuambil, yaitu benar-benar keluar dari
ruangan ini. Setidaknya dengan menunggu di luar itu mempermudah akses Yoona
untuk menemukanku.
Hembusan
angin terus menerus menerobos masuk ke dalam mantelku sehingga tubuhku merasa
sedikit gemetar. Lambat laun aku menjadi begitu gelisah, bagaimanapun aku
sedang berdiri di pelataran parkir yang membuatku dengan mudah diterpa angin
musim dingin. Aisshhā¦kemana anak itu? kenapa sampai sekarang tak datang juga?.
Berulang
kali ku hentak-hentakkan kakiku untuk sekedar membunuh rasa jenuh serta dingin
yang terus menyapaku. Tapi kali ini tuhan mengabulkan doaku. Sebuah mobil mini
van berjenis sedan berhenti di depanku. Kendaraan ini sungguh tak asing bagiku,
yang jelas aku sudah hafal betul siapa pemilik mobil ini.
Dari
sisi kanan keluar seorang yeoja dengan tatanan rambut dibiarkan tergerai ke
bawah, membuatnya begitu bersahaja. Gadis itu berjalan menghampiriku atau lebih
tepatnya akan segera menggeretku masuk ke dalam mobil yang ia tumpangi tadi.
ā
Bisakah lebih cepat nona Kwon Yuri? Tempat ini sangat dingin.ā Aku hanya bisa
menyeringai mendengar ocehan gadis yang baru saja membukakan pintu mobil
berwarna hitam dengan aksen putih itu.
Suasana
hangat serta nyaman menyambutku saat aku sudah berada dalam kendaraan itu.
pemanas suhu yang terpasang pada mobil ini, sengaja dioperasikan karena keadaan
udara di luar yang begitu ekstrim.
Mobil
kecil ini melaju dengan kecepatan stabil, tidak begitu cepat, juga tidak begitu
lambat. Mataku mengedar pada pemandangan di luar mobil. Salju tebal masih menyelimuti
badan jalan, atau mungkin salju itu sudah semakin tebal. Entahlah! Aku tidak
mengukur ketebalan salju itu sebelumnya. pikiranku tiba-tiba teralih pada
dua orang yang duduk di dua kursi di
depan.
Mereka
tampak begitu serius dengan jalanan, sampai-sampai mereka tak berbicara sepatah
katapun. Yoona yang biasanya sangat berisikpun, lebih memilih bermain dengan
ponselnya. Sedangkan namja yang duduk di kursi kemudi-pun tak jauh beda dengan
Yoona. Lelaki yang tak lain adalah Lee Donghae itu, memilih berkonsestrasi dengan
kemudinya.
Apa
mereka sedang bertengkar? Aigooā¦. Harus berapa kali aku melihat mereka berdua
bertengkar? Paling tidak dalam sebulan mereka bisa bertengkar hingga empat
kali. Bukankah begitu kekanakan?. Hubungan yang sudah terjalin kurang lebih dua
tahun itu, tak membuat mereka semakin dewasa.
ā
Kalau tidak salah kau bilang ingin bicara sesuatu yang penting padaku Yoong,
lalu apa itu?ā
ā
Akan aku katakan ketika sampai di rumahku nanti.ā Aku hanya bisa kembali diam
seusai mendengar jawaban gadis yang tak lain adalah sahabatku. Nada bicaranya
begitu dingin, hingga membuat keinginanku untuk kembali bertanya hanya tinggal
keinginan.
*****
At
Yoonaās House
Satu
jam waktu terlalui sukses membawaku sampai di kediaman Yoona dengan selamat.
Aku hanya bisa kembali terdiam sesampainya di kamar Yoona. Duduk bersandar di
kepala ranjang menjadi pilihanku sembari menunggu gadis itu berbicara. Biar
bagaimanapun kehadiranku saat ini, bukan ingin merusak perasaan hatinya. Ku
akui jika sikap Yoona sangatlah aneh, mulai dari mobil Donghae hingga kini
berada di kamarnya. bahkan saat kami
berdua turun dari mobil Donghae, tak ada satupun kalimat yang diucapkan Donghae
maupun Yoona. Kalau seperti itu
kenyataannya, dugaanku tak salah lagi. Mereka memang sedang bertengkar.
ā
Bicaralah! Sebenarnya ada apa?ā
kesabaranku telah habis. Berada dalam kamar orang lain dengan keadaan
terdiam tanpa berbincang sedikitpun dengan sang pemilik kamar benar-benar
membuatku jengah.
Gadis
itu menghela nafas ringan dan membalik tubuhnya dengan sisa semangat yang
mungkin telah menguap bersama suhu hangat di mobil Donghae tadi. Ia berjalan
gontai menghampiriku, dan duduk di pinggir ranjangnya.
ā
Sebenarnya tidak ada hal penting yang harus ku bicarakan, aku hanya membutuhkanmu
untuk menemaniku di dalam mobil terkutuk itu.ā jelasnya seraya memposisikan
dirinya menghadapku.
ā
Mungkin ini salahku telah menuduhnya macam-macam, tapi sungguh, aku hanya ingin
memastikan saja.ā lanjutnya pasrah.
ā
Terkaanmu tentang gadis-gadis di sekelilingnya? Ckkā¦harus berapa kali kubilang Donghae
tak akan melakukan hal-hal seperti itu? Dia mencintaimu, jadi wajar saja kalau
dia marah ditanyai seperti itu.ā
ā
Tapi seharusnya dia tidak perlu marah kalau memang itu tidak benar.ā Lagi-lagi
aku hanya bisa mengalah dengan gadis ini. Percuma jika aku terus memaksakan
opiniku, diapun tidak akan mendengarnya, dan malah terus berkelit dengan seribu
alasan yang ia buat sendiri.
ā
Minta maaflah padanya sebelum masalah kalian semakin rumit.ā
ā
akan ku pikirkan nanti, hari ini kau bermalam di rumahku saja. lagipula di luar
masih sangat dingin.ā
*****
Author
POV
Secangkir
green tea hangat menjadi saksi betapa dinginnya udara di korea. Dengan penuh
minat seorang gadis menyesap minuman hangat itu. Diteguknya cairan itu dengan
perlahan sembari merasakan kehangatan yang menjalari tubuhnya begitu cairan bernama
teh tersebut memasuki rongga mulutnya kemudian kerongkongan dan berlanjut terus
ke perutnya.
Begitupun
dengan orang di depannya, yang nampak begitu mengandalkan minuman hangat
tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Yesung. sebut saja lelaki di hadapan
Yuri dengan nama itu, toh āYesungā memang benar-benar namanya.
ā
Aaahā¦mashita!ā seru gadis itu dengan nikmat. Yesung hanya tersenyum kecil
melihat betapa gadis di depannya sangat cantik dengan ekspresi seperti itu.
ā
Habis ini kau mau kemana lagi?ā gadis itu mengangkat kepalanya. Diam.
Setidaknya gadis itu perlu berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan pria yang
merupakan namjachingunya dari dua tahun yang lalu itu.
ā
Mungkin pulang, memangnya kemana lagi?ā
ā
Baiklah setelah ini aku akan mengantarmu.ā Ucap Yesung dengan senang hati.
Lagi-lagi pria itu selalu tersenyum berada di sekitar gadis bernama Kwon Yuri,
yang tak lain adalah gadis yang sedang duduk di depannya.
ā
Keurae..ā
Merekapun
kembali pada kegiatan masing-masing. Menyesap green tea dan mungkin juga
menyantap beberapa cookies cokelat yang begitu lezat, hingga membuat kedua
sejoli itu tenggelam dengan pikiran masing-masing.
Setelah
sekian lama saling terdiam, Yesung angkat bicara memecah keheningan dan
kebisuan yang menyelimuti keduanya. ā Menurutmu, apakah di muka bumi ini ada
manusia yang ingin kembali hidup di masa lalunya?ā
Otomatis
pertanyaan Yesung begitu menyedot perhatian gadis di hadapannya. Sambil
menyisihkan cangkir dalam pegangannya, Yuri terus menatap kekasihnya itu untuk
mencari arti dari pertanyaan yang menurutnya tak biasa diutarakan oleh orang
seperti Yesung.
ā
Hmmā¦mungkin saja. Terkadang kesalahan di masa lalu membuat manusia ingin
memutar waktu dan kembali pada masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya.
Memangnya kenapa?ā
ā
Ah..tidak!ā meski tak percaya dengan jawaban Yesung, Yuri hanya diam seolah
sudah cukup puas dengan jawaban Yesung.
*****
Menurutmu,
apakah di muka bumi ini ada manusia yang ingin kembali hidup di masa lalunya?
Berulang
kali pertanyaan itu mencuat dalam benak gadis yang tengah menikmati pemandangan
lalu lintas kota Seoul melalui kaca jendela bus yang ia tumpangi. Meski
sepanjang perjalanan ia tak pernah benar-benar memperhatikan apa yang
sebenarnya sedang terjadi di jalan raya sana. Pikirannya terlalu sibuk dengan
pertanyaan Yesung tempo hari lalu.
ā
Yakā¦jangan dipikirkan lagi. Anggap saja orang yang merayumu tadi itu orang
gila.ā Kesadaran Yuri kembali berkumpul, saat orang yang duduk di sebelahnya
menegur dirinya dengan begitu sinis.
Yuri
menoleh pada orang di sebelahnya yang masih terpaku pada sebuah buku tebal yang
berukuran tidak terlalu besar, -novel. ā Aku tak memikirkan itu. lagipula untuk
apa dipikirkan, aku sudah sangat terbiasa dengan perlakuan seperti itu.ā
Sontak
orang di sebelahnya menanggalkan aktivitas membacanya dan beralih pada sosok
gadis yang tengah membanggakan dirinya. Tatapan sinis tak luput dari runtutan
ekspresinya saat menatap gadis itu. rasanya ia benar-benar menyesal sudah
mengatakan hal seperti tadi.
ā
Ayolah Choi Sooyoung, kau harus bisa menerima kenyataan bahwa temanmu ini
begitu cantik!ā seloroh Yuri kembali membanggakan dirinya yang kian membuat
seorang Sooyoung merasa mual.
ā
Terserah apa katamu saja! aku tidak peduli!ā tak ingin mendengar ucapan
memuakkan dari sahabatnya, Sooyoung lebih memilih untuk melanjutkan
aktivitasnya. Setidaknya daripada harus mendengarkan kenarsisan temannya itu,
ia lebih memilih membaca buku-buku matematika seperti perhitungan kalkulus.
Untuk
sesaat, Yuri melupakan pikirannya yang hanya berputar pada ucapan Yesung. Kini
minatnya telah beralih pada gadis di sebelahnya āSooyoung . ia tersenyum penuh
kemenangan, apalagi kalau sudah melihat seorang Choi Sooyoung kesal, seperti
mendapat kepuasan tersendiri baginya.
*****
Yuri POV
setelah turun di perhentian bus, aku dan
Sooyoung menempuh jalan masing-masing. Letak rumah kami yang tidak searah,
membuat kami harus berpisah di halte. Ku langkahkan kakiku penuh semangat,
rasanya aku sudah tak sabar sampai di rumah. Hari ini aku begitu lelah, hingga
aku ingin segera sampai di rumah.
Senyumku
melebar menatap pagar rumahku yang masih berdiri kokoh hingga kini, dengan
cekatan ku buka pengaitnya, kemudian ku dorong perlahan benda berbahan dasar
besi itu. langkah-langkah riang yang lebih nampak seperti lompatan kecil, kini
kulakukan saat menghampiri pintu masuk rumahku.
Tanganku
segera meraih gagang pintu berwarna perak di depanku kemudian mendorongnya
perlahan. Memang jika saat sore seperti ini, pintu rumahku tidak dikunci karena
aku sendiri yang meminta pada bibi Han. Akupun langsung menutup pintu itu kembali
saat seluruh ragaku telah berada di dalam rumah dengan dominasi warna putih
ini.
Helaan
nafas lega mengiringi langkah kecilku melewati ruang tamu yang kosong tak
berpenghuni. Tapi perlahan kaki ini berhenti ketika aku mendengar ada yang
sedang berbincang. Meski hanya samar-samar, namun bisa ku kenali kalau suara
itu adalah suara Heechul oppa. Tapi dengan siapa dia bicara? Apakah temannya?.
Masa
bodoh! Siapapun yang sedang bersama dengannya itu bukan urusanku, yang
terpenting bagiku sekarang adalah sampai di kamarku sesegera mungkin. Aktivitas
jalan bersama ketiga sahabatku tadi, membuat tubuhku begitu merindukan sentuhan
lembut yang nyaman dari pembaringan, tempat dimana aku beristirahat setiap
harinya.
Semakin
lama, semakin dekat, semakin jelas juga suara dua orang yang tengah berbicara.
Kini terdengar jelas mereka sedang bergurau, bahkan bisa ku dengar suara
Heechul oppa yang sedang tertawa. Ku percepat langkah kakiku, hingga akhirnya
aku berada di penghujung ruang yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang
keluarga.
Bisa
kulihat jelas Heechul oppa yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama
seseorang yang juga duduk di sofa seberangnya. Aku tak dapat melihat dengan
jelas siapa orang itu karena sosok itu duduk dengan posisiku membelakangiku.
Tapi peduli apa? sudahlah Kwon Yuri!.
Akupun melanjutkan langkahku menuju tangga yang
menghubungkan lantai pertama dengan lantai dua. Kakiku melangkah memijaki anak
tangga pertama, sembari menumpukan tanganku pada tiang penyanggga di sampingnya.
ā
Ya! Yuri-ya!ā
Aku
hanya bisa membalik tubuhku dengan terpaksa. Aku begitu lelah dan ingin segera
masuk ke kamar, namun belum juga kakiku sampai pada anak tangga kedua, Heechul
oppa sudah memanggilku. Sungguh menyebalkan!.
Tiba-tiba
saraf-sarafku melemah, hingga kondisi tubuhku yang tadinya sudah lelah, malah
ingin segera terjatuh kalau saja aku tidak berpegangan pada tiang penyangga. Degupan
jantungku semakin tak bertempo kala mataku bertemu dengan sepasang mata yang
sedang menatapku tajam.
Kilat-kilat
putih berputar dalam benakku.
ā Aku tak tahu apakah ini penting atau tidak untukmu, yang
jelas kau juga tidak akan menyesal mendengarnya.āSetelah sekian lama saling
terdiam, Donghae pun buka suara meski terdengar begitu datar. Apa yang
diucapkan Donghae seolah menjadi magnet yang menarik seluruh perhatianku
ā Kyuhyunā¦ā aku masih ingat betul bagaimana ekspresi Donghae
yang begitu ragu saat ucapannya tertahan tepat di nama Kyuhyun.
ā Dia melanjutkan kuliahnya di Universitas Tokyo, dua hari
yang lalu ia berangkat ke sana.ā Bahkan tanpa sadar aku hampir saja lupa cara
bernapas saat mendengar apa yang dikatakan Donghae. rasa sesak itu masih bisa
kurasakan dengan jelas. Bahkan hingga kini, saat aku melihat sosok yang sedang
berdiri tak jauh dari Heechul oppa.
Tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutku, meski
sebenarnya benakku begitu penuh dengan rentetan makian untuknya. Banyak sekali
yang ingin kukatakan pada orang yang begitu mudah datang dan pergi tanpa
sepengetahuanku. Tapi sayangnya sekarang ini aku sudah seperti orang lumpuh,
bahkan untuk menggerakkan mulutku saja rasanya begitu sulit.
ā Yul? Kau masih ingat dengannya,kan?ā kesadaranku kembali
saat Heechul oppa membuyarkan semua lamunanku. Dia menatapku dengan mengerutkan
dahinya, hingga membuatku merasa disudutkan pada sisi ruangannya yang tak lagi
memiliki jalan untukku keluar.
ā Ah..ne! Hmmā¦meskipun aku pelupa, tapi setidaknya aku tidak
begitu parah hingga tak mengingatnya.ā Jawabku dengan sesantai mungkin.
Heechul oppa-pun tertawa ringan, kemudian berjalan
menghampiriku yang masih berada di tangga. Untuk sementara aku hanya bisa
pura-pura tersenyum, meski kadang senyumku hilang saat mata itu kembali mengintimidasiku
dari tempatnya. Walau dari kejauhan, tapi aku begitu merasa dipojokkan.
ā Temui dia! Katanya dia baru saja kembali dari Jepang
seminggu yang lalu. Ishhā¦kenapa kau tak bilang kalau dia melanjutkan sekolahnya
disana?ā aku meringis saat mendengar ucapan oppa, yang terdengar seperti sebuah
seruan.
ā Ahā¦aku..aku, aisshh! Apakah itu penting untukmu oppa?
Sudahlah! Aku ingin ke kamar!ā sebisa mungkin aku bersikap biasa. Aku tak ingin
oppa menemukan sesuatu yang aneh pada diriku.
Saat hendak memutar tubuhku kembali untuk melanjutkan
pijakanku yang sebelumnya tertunda, kini langkahku benar-benar terhenti saat
Heechul oppa kembali berkicau. ā Temani dia! Yang temannya itukan kau bukan aku!
Kau ini bagaimana?ā
Mataku membulat, rasanya perasaanku dibuat terlonjak kaget
secara berulang-ulang. Aku hanya bisa mendengus pasrah saat Heechul oppa
kembali menghampiri Kyuhyun yang masih berdiri di tempatnya. Dari sini aku bisa
melihat jelas sosok itu, kalau kulihat lebih jelas lagi ternyata tatanan
rambutnya agak sedikit berbeda. Rambut hitam kecoklatan yang tumbuh di bagian
kepalanya, kini tumbuh lebih panjang hingga menutupi sebagian telinganya.
ā Palliwa!ā
Ku hentakkan kakiku dengan kuat-kuat, hingga bisa terlihat
jelas bahwa aku sungguh terpaksa melakukan hal ini. dengan sangat terpaksa aku
bergerak menghampiri dua namja yang kini kembali duduk di ruang keluarga. Aku
hanya bisa berdiri malas sembari membuang pandanganku. Kini aku berada di depan
meja yang menjadi pemisah antara sofa yang diduduki Heechul oppa dengan sofa
yang diduduki Kyuhyun.
ā Issshhā¦apa ekspresi seperti ini yang kau tunjukkan ketika
bertemu dengan teman lama?ā aku hanya mencebikkan mulutku, menggerutu tidak
jelas.
ā Duduklah! Kau ini seperti robot saja yang harus diperintah
dulu.ā Aku berjalan memutar dan berhenti di sisi kanan sofa. Segera ku
hempaskan tubuhku ke atasnya. Matakupun mendelik ke arah Heechul oppa yang
sedang memandangku dengan pandangan āapa yang sedang kau lakukan?ā.
ā Baiklahā¦kalian bicaralah! Aku harus..ā
ā Tidak usah hyung! Sepertinya kami akan pergi ke luar.ā Aku
hanya bisa menegakkan tubuhku yang tadi bersandar malas pada bantalan sofa. Ku
alihkan pandanganku ke arah Kyuhyun yang hanya menatapku sekilas. Dia kira aku
mau pergi bersamanya?.
ā Ah begitu! Ya sudah kalau begitu pergilah!ā Heechul oppa terkekeh
sebelum akhirnya memutar kepalanya ke arahku. Ia memandangku sambil tersenyum
manis, yang menyatakan kebalikannya. Kalau sudah begini aku sudah tahu apa
maksudnya, apalagi kalau bukan ingin memaksaku?.
Tanpa tahu harus berbuat apa, akhirnya aku hanya bisa
bangkit dari dudukku dengan terpaksa. Lagi-lagi aku menatap orang itu dengan
tatapan sebal, namun sekian detik kemudian aku mengalihkan lagi pandanganku.
Tatapannya kali ini memang terlihat lebih baik dari yang sebelumnya, sekarang
terlihat lebih bersahabat atau malah terlihat seperti sedang mengejekku, namun
karena itulah aku jadi tidak berani untuk memandang matanya lebih lama.
*****
Berulang kali aku melirik orang yang duduk di sampingku,
orang itu terlihat begitu tenang sama seperti dirinya yang dulu. Sepanjang
perjalanan tak banyak yang kami bicarakan, annie! Lebih tepatnya tidak ada yang
kami bicarakan. Dari tadi kami tenggelam dengan pikiran masing-masing. Entahlah
yang jelas aku sangat bingung untuk memulai pembicaraan.
ā Apa sekarang kebiasaanmu bertambah satu?ā dia, maksudku
Kyuhyun menoleh ke arahku sekilas, kemudian kembali pada posisinya.
ā Nde?ā
ā Dulu kau suka memandangi Siwon, dan sekarang kau memandangiku.
Apa kau menyukaiku?ā aku terlonjak kaget. Dia kembali menoleh padaku dan
menatapku dengan mengejek. Cihhā¦percaya diri sekali dia!
ā MWO? Aisshhā¦jangan bermimpi! Lagipula apa kau lupa kalau
aku sudah mempunyai namjachingu?ā balasku setengah berteriak padanya. Aku tak
peduli bagaimana tanggapan penumpang lainnya, terlebih suasana bus kali ini
begitu padat. Yang jelas aku ingin mematahkan segala pemikirannya yang
terlampau imaginatif.
Kekehan pelan yang tadi keluar dari mulutnya perlahan
menghilang, kini ekspresinya berubah. Ia tersenyum kecut dengan mendelik ke
arahku. ā Kim Yesung? Oh ya aku lupa kalau kau sudah mempunyai manusia itu.ā
ucapnya pelan sembari mengubah posisi duduknya. ia kembali memposisikan dirinya
menghadap ke depan.
Setelah pembicaraan itu kami kembali pada dunia
masing-masing. Sebenarnya aku masih ingin bicara banyak padanya, tapi
sepertinya tidak bisa. Orang itu kembali diam, bahkan perangainya lebih aneh
dari pada tadi.
*****
Masih sama seperti sebelumnya, suasana diantara Kyuhyun dan
aku masih terlampau kosong. Dari tadi aku hanya mengekor di belakangnya,
mengikuti kemanapun ia melangkah. Setelah berhenti di salah satu perhentian
bus, kami berjalan sedikit lebih jauh. Sampai akhirnya langkah ini membawaku
pada tempat yang begitu ramai dan padat pengunjung, sebut saja Myeondong āpusat
perbelanjaan barang murah di Seoul.
Rasanya jengah sekali melihat betapa ramai dan padatnya
kawasan ini, semula aku sudah sangat lelah, haruskah sekarang aku bergabung ke
dalam keramaian itu?.
Menyadari aku tertinggal jauh di belakang atau lebih
tepatnya, Kyuhyun berbalik dan berjalan menghampiriku. Gimik wajahnya begitu
datar seperti manusia hidup tanpa gairah, begitu menyebalkan. ā Kau ini lamban
sekali.ā Ia meraih tangannku atau lebih tepatnya menggenggam tanganku dan
sedikit menariknya.
ā Sebetulnya untuk apa kita ke sini?ā
Aku tak habis pikir dengan manusia ini, sepanjang pasar
Myeondong dia sama sekali tidak berhenti atau setidaknya menunjukkan
ketertarikannya pada barang-barang disana. Ia terus berjalan, tentunya masih
dengan menarik lenganku.
ā Duduk.ā Dia melepaskan pegangannya kemudian duduk di
bangku panjang di depan kami.
Aku duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup jauh,
pandanganku mengarah lurus ke depan. memandangi tebalnya salju yang kini
menjadi karpet jalan-jalan yang kulihat, sejenak pikiranku berputar. Apakah
menetap di negeri sakura membuat orang ini kehilangan akal sehatnya? Bagaimana
bisa dia mengajakku bersantai ria di taman pada musim dingin seperti ini?.
haruskah aku mengingatkannya seberapa dinginnya tempat ini sekarang?.
ā Haruskah aku melakukannya?ā
Kepalaku menoleh ke arah Kyuhyun yang juga menoleh padaku.
Untuk sejenak aku lupa bagaimana caranya bernafas, apalagi saat wajahnya
terlihat begitu serius. ā Maksudmu?ā
Dia menghela nafas pelan, kemudian kembali menatap ke depan.
ā Kwon Yuri.ā Tubuhku tiba-tiba menegang
saat ia menoleh padaku. Ia memandang dengan tatapan sayu, seolah banyak kata
yang tersimpan dalam tatapannya itu.
ā Aku..akuā¦..ā
ā Aku lapar, yaā¦ Aku lapar, maukah kau menemaniku makan?ā
*****
Aku memutar tubuhku, menghadap Kyuhyun yang berdiri di
belakangku. Seolah terkejut, lelaki di depanku ini melebarkan matanya. Cihhā¦dia
pikir berapa umurnya sekarang?.
ā Kau bisa pulang sekarang.ā
ā Ohā¦tentu. Keuraeā¦aku pulang.ā
Ia membalik tubuhnya sembari bergerak menjauh dari tempat
sebelumnya, sedangkan aku masih berada di tempatku, mengamati punggungnya yang
semakin menjauh. Tapi, tiba-tiba saja ia berhenti, membuatku sedikit heran. Tak
lama ia berbalik badan, bisa kulihat wajahnya yang menyebalkan sedang memasang
seringaian kebanggaannya.
ā Tunggu kedatanganku selanjutnya, annyeong Yuri pabo.ā
Belum sempat aku membalas ucapannya, tetapi ia sudah
terlanjur berbalik dan pergi. Aku hanya bisa berdecak kesal dengan diriku
sendiri, serta melampiaskan rasa jengkel pada aspal jalan depan rumahku. Pabo?
Aku? Aishhā¦dan satu lagi, untuk apa dia mengatakan tunggu kedatanganku
selanjutnya? apa ia akan datang lagi lain kali?. Ckkā¦nan mollaseoā¦
Ahā¦lebih baik aku segera masuk ke dalam, terlalu lama di
luar hanya akan membuat benar-benar seperti orang bodoh. Dengan langkah malas,
ku seret kedua kakiku memasuki ruang tengah. Benar-benar penuh pengharapan agar
cepat-cepat sampai ke kamar.
ā Aigooā¦adikku yang cantik sudah datang!!!ā tiba-tiba suara
heboh terdengar. Padahal suara itu hanya berasal dari satu orang, tapi entah
kenapa rasanya seperti mendengar segerombolan ibu-ibu arisan sedang berkumpul
dengan gerombolannya.
Aku meniup helaian rambutku yang berantakkan, kemudian
bersiap menatap pemilik suara tadi yang sekarang ini berada di depanku. Rautnya
begitu riang, girang, danā¦apa ya? Entahlahā¦tapi yang jelas dia terlihat sangat
antusias.
ā Bagaimana kencanmu tadi? Apa berjalan dengan lancar? Terus,
pergi kemana saja kalian?ā aku hanya menghela nafas pasrah saat ia, maksudku
Heechul oppa memberondongiku dengan pertanyaan bertubi-tubi tanpa jeda
sedikitpun. Belum lagi saat ia mengguncang-guncang lenganku.
ā Yuri-yaā¦jebal marhaebwa!!!ā dia merengek. Entah aku yang
terlalu sinis atau bagaimana, tapi suaranya itu terdengar sangat menyebalkan,
rasanya ingin sekali aku membenturkan kepalanya ke dinding agar dia berhenti
bicara.
Karena terlalu lelah, aku bingung mau menjawab apa, yang
jelas aku ingin istirahat sekarang juga. Apa dia tidak bisa membiarkanku istirahat
dulu? Aku lelah sekali. Tapi nampaknya tidak, tentu kau sangat mengenal kakakmu
Kwon Yuri. Dia tidak akan berhenti merengek kalau apa yang ia inginkan belum
tercapai, jadi sebelum kepalamu pecah kemudian otakmu terbelah menjadi
keeping-keping kecil, lebih baik segera berikan jawaban yang ia inginkan.
ā Baiklahā¦. Pertama, tadi aku tidak berkencan. Yang
keduaā¦aku tidak tahu apakah yang tadi itu bisa dibilang lancar atau tidak,
kemudian yang ketigaā¦kami hanya berjalan-jalan sekitar pasar Myeondong.
Okeā¦sekian jawaban dariku, semoga bisa menjawab rasa penasaranmu.ā
Tanpa menunggu respon darinya, aku langsung menaiki tangga.
Namun tak lama kemudian, terdengar suara teriakan yang sedang memanggil namaku.
Baiklah sepertinya Kwon Heechul sedang paduan suara. ā YAKKK!!! Kwon Yuri!
Harusnya kau menjawab pertanyaanku dengan benar!!ā
*****
Author POV
Tiada gading yang tak retak, begitupun dengan perjalanan
sebuah jalinan kasih. Bohongā¦jika sepanjang itu tak pernah ada pertengkaran,
selalu bahagia. Karena nyatanya hidup memang tak selalu dihadapkan dengan
segala keindahan serta kebahagiaan, ada kalanya manusia harus merasakan rasanya
jatuh dan tersungkur. Menjalin sebuah hubungan yang melibatkan dua orang yang
berlawanan jenis pun begitu, dibutuhkan saling pengertian dan toleransi. Karena
jika tanpa itu semua, sekuat apapun usaha yang dilakukan untuk
mempertahankannya akan sia-sia.
ā Aku sudah bilang percaya! Kenapa kau masih begitu? Apa
jangan-jangan kau memang melakukannya??ā sungut Yoona penuh emosi. Ekspresinya
begitu tegas, bahkan ia hampir berteriak saking emosinya pada pria di
hadapannya sekarang.
Tak jauh beda dengan Yoona, Donghae juga memasang wajah
kesal dan frustasi, kentara sekali jika ia terlihat ingin segera berteriak.
Nafasnya kian memburu seiring dengan ucapan Yoona yang terdengar seperti
teriakan-teriakan yang memojokkan dirinya.
Donghae mendengus sembari membuang pandangannya. Kali ini
kendali dirinya benar-benar sedang diuji, bagaimana tidak? dari tadi wanita di
depannya terus menimpali ucapannya dengan penuh emosi, membuat emosinya-pun
ikut terpancing.
ā Percaya? Kau percaya padaku? Atau percaya pada apa yang
ada di pikiranmu, HAH?ā
āKAU? Ah jinjjaā¦.Ckkk!! lupakan! Aku lelah bicara denganmu!ā
Yoonapun pergi dengan keadaan emosi luar biasa, ia pergi
meninggalkan Donghae sendiri dan segera keluar dari cafƩ tempatnya bertemu
dengan lelaki itu. benar-benar menjengkelkan! Sebenarnya ia ingin mempercayai pria
itu, hanya saja saat kepercayaan itu mulai tumbuh, Donghae menghancurkannya
dengan memeluk gadis lain. Tadi saat Yoona sengaja untuk menemui Donghae di
sekolah musik, tempat dimana Donghae mengajar sebagai guru magang, tanpa
terduga ia melihat Donghae berpelukan dengan seorang gadis muda.
Yaā¦itulah duduk perkara dari kedua sejoli tersebut, tak ada
yang mengalah, meskipun ada tapi belum tentu pihak lainnya mau menerima.
Keduanya merasa benar dengan pendapat masing-masing.
Drtdrrtdrtt
Tak ingin kepalanya semakin pusing mendengar dering
ponselnya, Yoona segera menjawab panggilan yang baru saja masuk.
ā Waeyo?ā
ā Aishhā¦apa harus sekarang?ā
ā Baiklah kalau begitu, aku kesana. Tunggu aku.ā
Yoona memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, saat
perbincangannya dengan orang di ujung telpon sana berakhir.
Kini gadis bertubuh kurus itu menyeret langkahnya dengan
malas, seolah nyawa dan jiwanya sudah tak menyatu. Ditatapnya jengah lalu
lintas jalan raya di depannya, sesekali kepalanya mencondong ke depan sekedar
untuk menegaskan penglihatannya. Bus, kendaraan yang sedang ditunggunya, tak
lama berhenti tepat di depannya.
Tak ingin membuang banyak waktu, ia langsung memasuki bus
tersebut kemudian mengambil tempat duduk di bagian tengah bus, bukan di depan
bukan juga di belakang.
*****
Yuri POV
Aku
melangkah keluar dari minimarket setelah memastikan tak ada satu barang pun
yang lupa ku beli. Kini dengan beberapa jinjingan kantong plastik berisi penuh
barang belanjaan yang melingkari kedua
tanganku, kedua kaki ini bergerak menyusuri badan jalan, bermaksud melangkah ke
tempat pemberhentian bus.
Rasanya
berjalan begitu sulit terlebih sekarang aku sedang membawa banyak jinjingan,
belum lagi dengan lalu lintas jalan yang dipenuhi para pejalan kaki membuatku
harus berdesak-desakkan.
Aku
menghela nafas pelan, untuk sementara ku biarkan jinjingan-jinjingan ini
tergeletak di bawah selagi aku menunggu bus yang datang. sesekali kugerakkan
kedua tanganku untuk sekedar mengurangi rasa pegal. Ahā¦coba saja Heechul oppa
ikut, mungkin aku tidak akan selelah ini.
ā
Kau terlihat seperti manusia jompo.ā Aku langsung memalingkan pandanganku,
cihhā¦orang ini. bagaimana bisa dia ada di sini?.
Aku
tak mempedulikannya yang sedang memandangku dengan mengejek, tak peduli
bagaimana hatinya sedang menilai diriku dalam diamnya. Aku terlampau lelah
untuk sekedar mengeluarkan protes atau berbasa-basi dengannya.
ā
Baru membawa segini saja sudah lelah, cihhā¦kau seperti nenek-nenek saja.ā aku
hanya mendecak kesal sambil menggerutu. Alisku bertaut saat tangan kekarnya
mengambil alih semua jinjingan milkku kemudian berjalan.
Tapi
kemudian ia berhenti, tanpa diduga-duga ia menoleh ke arahku. ā Palliwa! Kau
tidak ingin pulang? Kajja!ā sungutnya dengan sangat menyebalkan.
Tapi
sedetik kemudian aku baru menyadari kalau bus yang dari tadi ku tunggu-tunggu
kini sudah berada di depan, pintunya telah terbuka menandakan bahwa penumpang
diizinkan masuk. Dengan langkah lemas, ku seret kaki ini menyusuli orang
menyebalkan yang sudah naik terlebih dulu.
Pandanganku
beralih ke sekitar, berniat mencari tempat duduk yang masih tersisa. Tak lama
mataku menangkap seorang namja yang tengah duduk sambil memandangiku. Matanya
melirik bangku di sebelahnya, sebuah bangku kosong yang terletak dekat jendela.
Setelah
duduk, aku tak berhenti memperhatikannya yang kini sedang memainkan ponselnya,
entah apa yang dikerjakannya, yang jelas aku sedang melihatnya memegang ponsel
dengan perhatian penuh. Di sela-sela pikiranku yang kosong, tiba-tiba sebuah
pertanyaan terpampang jelas.
ā
Kauā¦kau mengikutiku?ā aku menatapnya dengan lebih serius, berharap menemukan
matanya. Tapi nihil, karena ia tak kunjung mengalihkan perhatiannya dari benda
kecil dalam pegangannya.
Aku
menghembuskan nafas, sepertinya ia tak akan menjawab. Lihat saja, dari tadi ia
hanya bungkam. Membuatku merasa tak berguna karena terus memperhatikannya.
Ahhā¦lebih baik kualihkan pandanganku ke luar jendela. Menatap apapun yang bisa
kulihat dari balik kaca bening yang terpasang di sekat-sekat jendela.
ā
Bisa dibilang seperti itu, aku mengikutimu. Bahkan dari depan pagar rumahmu.ā
Suara tegas dan serius terdengar membelenggu pikiranku.
Aku
memutar kepalaku, menatapnya yang kini sedang menatapku juga. Sejauh ini tak
ada yang bisa ku katakan, selain mencerna apa yang dikatakannya tadi. Entah
kenapa, meski aku sudah mengerti maksudnya, tapi hatiku merasa ragu, seakan
takut untuk menarik sebuah kesimpulan.
ā
Tidak usah seperti itu. Bukankah aku sudah bilang agar kau menunggu
kedatanganku selanjutnya?ā ujarnya sambil menarik salah satu ujung bibirnya. Ia
memutar pandangannya, kini ia kembali dengan ponselnya. Membiarkanku terdiam,
mungkin sangat berlebihan tapi kalau boleh jujur aku merasa begitu lelah. lelah
karena jantungku berdegup semakin tak normal.
*****
Kyuhyun
POV
Angin
musim dingin terus menginterupsi masuk ke dalam mantelku, menerobos pertahanan
yang dari tadi menjaga suhu tubuhku. aku hanya bisa berpura-pura tak merasa
apapun, seolah aku adalah manusia
berkulit badak yang kebal dengan hawa sedingin apapun.
Setelah
berhenti di perhentian bus, kini aku dan Yuri tengah menyusuri jalan
perkomplek-an rumahnya. Sepanjang berjalan, kami tak banyak bicara. Hanya
beberapa kali saja, itupun dia yang memulainya. Pertanyaannya selalu sama, mengapa kau mengikutiku?.
Aku
yakin dia pasti sedang kebingungan dengan tingkah anehku ini, tapi aku berharap
agar ia tak berpikir serius tentang alasannya. Karena sampai kapanpun ia
bertanya, aku tak bisa menjawabnya. Akupun tak tahu kenapa.
Drtdrtdrt
Dering
ponselnya terdengar, membuatnya dengan cepat merogoh saku pada mantelnya. Ia
mengambil sebuah benda kecil yang sebenarnya tak begitu kecil, tapi tunggu!.
Ituā¦bukankah, ituā¦gantungan yang pernah kuberikan padanya?. Gantungan berbandul
mickey mouse itu berayun saat Yuri mengarahkan ponsel ke dekat telinganya.
Aku
termangu..bahkan tak tahu harus berbuat apa, yang jelas aku merasakan sesuatu
yang aneh. Rasanya ingin sekali meraba dadaku, Cuma tidak bisa, karena begitu
kesulitan dengan kedua tanganku yang sedang membawa banyak jinjingan.
Tapi
aku langsung mengerjap saat suara jentikan jari terdengar, bisa kulihat jelas
Yuri sedang melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Apa dia sudah selesai
mengangkat teleponnya? Aigooā¦sepertinya aku sudah terlalu lama melamun.
Ia
menatapku dengan menyelidik, tapi aku tak mau mengatakan apapun. Yang bisa
kulakukan adalah mendahuluinya, berjalan beberapa langkah di depannya. ā Dia
itu kenapa sih? Dasar aneh!ā gerutunya.
ā
Katakan lebih keras, orangnya ada di depanmu.ā Ujarku sambil terus berjalan.
Sekarang
suara gerutuannya yang keras tidak terdengar, hanya desisan kesalnya yang masih
dapat tertangkap oleh indera pendengaranku. Walau tidak begitu jelas, aku tahu
kalau ia sedang mengutukku dalam suaranya yang pelan itu.
ā
Cho Kyuhyun. kau sudah kembali rupanya?ā
Suara
berat itu sungguh tak asing untuk telingaku, meski tak sering mendengar
suaranya, tapi aku masih ingat jelas siapa pemilik suara itu. aku mengangkat
kepalaku yang dari tadi ku tundukkan, melihat aspal jalanan. Dan benar saja,
aku tidak salah lagi. Pemilik suara itu sekarang berdiri tepat di depan rumah Yuri
sambil bersender pada pagar besar yang membentengi rumah itu. ia menatapku
dengan tenang namun terlihat begitu sinis.
ā
Yesung? Sejak kapan kau berada di disini? Bukankah kau bilang kau akan datang nanti
sore?ā aku melirik Yuri yang kini berjalan lebih depan, sedangkan aku tetap
mematung di tempatkuku. Tak ada niatan sedikitpun untuk mendekat pada orang
itu.
ā
Sekarang sudah sore Yul.. bahkan aku sudah berada di sini dari tigapuluh menit
yang lalu.ā jawab Yesung sambil memandang serius Yuri.
Sekarang
posisiku seperti orang asing yang mencoba masuk ke dalam area hubungan orang
lain, mereka begitu asik berbincang, lupa dengan kehadiranku disini.
ā
Igo..aku pulang dulu.ā
Yuri
menatapku sebentar, kemudian menerima jinjingan yang kuberikan padanya. Sebelum
pergi, aku melirik orang di sebelah Yuri. Ia terlihat begitu serius, dari raut
wajahnya bisa kupastikan ia sedang menyelidik heran.
ā
Kau buru-buru sekali, tidak ingin ikut kami sebentar?ā aku hanya memutar bola
mataku sambil mendengus pelan. ā Tidak. terimakasih.ā Ucapku kemudian berbalik.
ā
Kyuhyun-ah!ā baru bergerak beberapa langkah, aku kembali memutar badanku
menghadap ke belakang. ā Gomawo.ā Lanjut Yuri ditutup dengan senyumnya. Aku tak
bereaksi apapun, hanya diam kemudian memutar tubuhku lagi. Rasanya aku tak
kuat, benar-benar berbahaya. Senyumnya itu sangat berbahaya.
*****
Author
POV
Hawa
dingin masih menyelimuti Korea hingga hari ini, membuat banyak orang enggan
untuk keluar dari rumah serta memilih untuk menghabiskan waktu bersama
keluarga. Tapi tak sedikit juga yang memutuskan untuk pergi keluar,
berjalan-jalan ke sebuah tempat bersama teman. Biasanya tempat yang mereka
datangi adalah cafƩ. Begitu juga dengan segerombol gadis yang terdiri dari
empat orang itu. dari tadi mereka bercengkrama seakan tak pernah kehabisan
topik untuk dibicarakan.
Ditemani
dengan Hot Caramel Chocolate serta beberapa cake lezat, perbincangan mereka
bertambah seru. Apalagi saat topik pembicaraan tertuju pada Yoona. Membuat
gadis itu merengut sebal karena teman-temannya tak berhenti untuk menggodanya.
ā
Aigoo..Aigooā¦romantis sekali pangeran Donghae. aku jadi iri rasanya.ā Goda
Sooyoung diiringi dengan senyuman nakal yang mengusik ketenangan Yoona. Tak
hanya Sooyoung, gadis lainnya seperti yuri dan Seohyun-pun tak ketinggalan
untuk menggoda temannya itu.
Di
sisi lain Yoona tak bisa menyembunyikan perasaan kesalnya, rasanya ingin sekali
mencekik teman-temannya satu persatu agar mereka semua berhenti. Tapi bayangan
indah itu kembali terputar, menyejukkan hatinya.
Tak
sadar, ia tersenyum mengingat hari itu, dimana Donghae mengajaknya ke suatu
tempat. Tentu pada saat itu ia masih berperang dengan Donghae.
ā
Ada apa?ā tanya Yoona dengan sengit. Gadis itu sangat meledak-ledak, tidak bisa
diajak berkompromi sedikit. Untung laki-laki di depannya, Donghae, persediaan
rasa sabarnya masih sangat penuh. Jadi setidaknya pria itu tahu bagaimana
menentukan sikap untuk menghadapi gadisnya.
Bukannya
menjawab, Donghae malah tersenyum lantas menarik lengan Yoona. Membuat gadis
itu ikut tertarik, mau tidak mau melangkah mengekor di belakang Donghae. ā Aku
tak suka dipaksa! Lepaskan! Kalau kau ingin mengajakku masuk, setidaknya
jelaskan padaku dulu maksudmu!ā ronta Yoona sambil berteriak, membuat gendang
telinga Donghae hampir pecah.
Tapi
Donghae tak menghiraukan ocehan Yoona, ia terus berjalan hingga akhirnya sampai
di depan ruang ICU. Langkahnya berhenti seiring dengan genggamannya yang
terlepas dari lengan Yoona. Matanya menerobos masuk melalui sebuah kaca kecil
di depan pintu itu untuk menengok sekilas keadaan di dalam ruangan itu.
Yoona
yang tak mengerti dengan tingkah Donghae, hanya bisa diam sambil terus mengomel
pelan. Selepas itu Donghae kembali menarik lengan Yoona, membuat gadis itu
terhuyung merapat pada Donghae. ā Lihat itu.ā seru Donghae sambil menggerakkan
kepalanya, menyuruh Yoona melihat apa yang bisa ia lihat dari kaca tadi.
Meski
tak mengerti, gadis itu menurut saja dengan apa yang disruuh Donghae. matanya
pun menjelajah melewati kaca bening itu. didapatkannya sebuah tubuh yang
terbujur lemas di atas ranjang di dalam ruangan itu. Hampir sekujur tubuh orang
itu dipasangi alat bantu, entah untuk bernapas, makan, atau alat pendeteksi
denyut jantung. Terhenyakā¦begitulah yang Yoona rasakan sekarang, ia merasa
sangat kasihan pada orang itu.
ā
Kau masih ingat dengan gadis itu bukan?ā
Yoona
menoleh, menatap sendu pria di hadapannya. Tak lama ia mengangguk lemah, namun
dibalas senyum tulus oleh lelaki itu. matanya yang teduh seakan memberi banyak
kenyamanan untuk Yoona. Dengan lembut, pria itu mengusap pipi Yoona,
menyelipkan helaian rambut gadis itu di belakang telinga. Ia menangkupkan wajah
kecil milik Yoona, sambil mensejajarkan tinggi mereka.
Dilihatnya
Yoona dengan serius. Yoonapun begitu, ia menatap Donghae dengan sangat serius,
hingga sesekali ia merasa sesak karena lupa bernafas. ā Dia, gadis yang waktu
itu memelukku. Gadis itu salah satu muridku, iaā¦leukemia. Semakin hari tubuhnya
semakin lemah. Dan waktu itu ia memelukku untuk pertama dan terakhir kalinya.
Asal kau tahu, dia tak hanya memelukku, dia juga memeluk guru yang lain.ā tutur
Donghae dengan sabar.
Hati
Yoona gemetar, ia merasa sesak. Walau ia merasa marah pada saat itu, tapi
penjelasan Donghae menghapus semua perasaan buruknya. Kini semua berbanding
terbalik, ia merasa sangat kasihan.
ā
Siapa namanya?ā tanya Yoona.
ā
Kim Ji Hye.ā
Yoona
mengangguk pelan, kepalanya tertunduk lemah. Ia tak habis pikir dengan nasib
gadis yang baru saja ia kenal itu. pasti sangat menyakitkan dan menyedihkan.
ā
Meski harapannya semakin menipis, ia tak pernah lelah untuk berusaha. Dan ku
harap kau pun begitu, meski kemungkinan bersamaku sangatlah tipis, tetaplah
berada disisiku. Menjadilah kuat bersama, dengan begitu semua masalah akan bisa
kita hadapi.ā Tutur Donghae semakin mendekatkan wajahnya.
CUP
Ia
mencium kening yeoja di depannya sambil memejamkan matanya. Begitu juga dengan
Yoona, ia memejamkan matanya meresapi ketulusan Donghae di setiap sentuhannya.
Donghae menatap Yoona, kemudian tersenyum pada gadis itu. ā Aku harap kau
bersedia untuk itu.ā ujar Donghae.
Sekelebat
ingatan indah itu langsung menghilang begitu saja, ketika suara tawa
menggelegar memenuhi sistem pendengaran Yoona. Ia hanya bisa mendesah,
ahā¦lagi-lagi Sooyoung. Walaupun Yuri dan Seohyun ikut tertawa, tetapi suara
tawa Sooyoung yang paling terdengar yang tentunya paling mengganggu.
Tapi
suara tawa Sooyoung perlahan menghilang meski masih terdengar pelan, tapi
sekiranya tidak begitu mengganggu seperti sebelumnya. suara itu menghilang
seperti terengah, bagaimana tidak? Sooyoung tertawa dengan begitu semangat,
mengandalkan seluruh tenaganya untuk tertawa. Siapa yang tidak lelah?.
ā
Omona!! Ahā¦Jinjja!!ā heboh Yuri tiba-tiba sesaat setelah melihat layar
ponselnya.
Dengan
panik ia langsung bangkit dari tempat duduknya. membuat ketiga temannya
kebingungan dengan tingkahnya. ā Wae geurae?ā tanya Sooyoung. Yuri menoleh pada
Sooyoung dengan tatapan bingung. ā Aku harus pergi sekarang.ā jawabnya kemudian
melangkah pergi dengan begitu terburu-buru.
Menyaksikan
kepergian temannya yang begitu tiba-tiba, Sooyoung dan Seohyun hanya bisa
menggelang. Hanya Yoona disitu yang terlihat tak menyimpan tanya, jelas ia tahu
alasan Yuri seperti itu.
*****
Yuri POV
Aku
sedikit bernafas lega ketika menemukan sosok Yesung yang sudah tak begitu jauh
dari tempatku berada. Hanya butuh beberapa langkah untuk menghampirinya. dengan
nafas tersengal, aku memperlambat gerak langkahku, sekalian menstabilkan sistem
pernafasanku. Rasanya sesak sekali, tadi aku baru ingat kalau hari ini aku ada
janji dengan Yesung, karena takut terlambat jadinya aku berlari.
ā
Hhhhā¦hhhā¦.maafā¦aku terlambatā¦ā tuturku sedikit tertahan.
ā
Gwenchanaā¦harusnya kau telepon aku, jadi aku bisa menjemputmu tadi.ā Jawabnya
sambil tersenyum membuat kedua matanya menyipit, aku senang melihatnya seperti
itu, karena itu merupakan ekspresinya yang sangat ku sukai, manis.
Aku
lantas menarik sebuah kursi, kemudian duduk berhadap-hadapan dengannya. Di atas
meja sudah ada secangkir kopi yang sudah tersisa setengah. Sepertinya ia sudah
menunggu lama, ahā¦aku jadi merasa bersalah.
ā
Ahā¦kau mau pesan apa?ā
ā
Vanilla latte saja.ā
ā
Tunggu sebentar, aku pesankan dulu.ā
Ia
bangkit dari kursinya kemudian berjalan menuju kasir. Mataku mengikuti
pergerakannya, dirinya yang sedang berbincang dengan pegawai cafƩ. Tak jarang
tangannya ikut bergerak, menambah aksen gaya bicaranya. Tak lama ia pun
berbalik dan berjalan menuju meja ini. ia tersenyum singkat ketika melihatku.
ā
Benar-benar tidak terasa sudah dua tahun kita bersama. aku tak menyangka.ā
Ujarnya sambil tersenyum. Tapi ada yang aneh dengan senyumnya, ini bukan senyum
yang biasa ia tunjukkan. Ahā¦tidak! tidak! mungkin hanya perasaanmu saja Kwon
Yuri.
ā
Waktu memang berjalan dengan cepat.ā Tambahku yang tak pelak membuatnya
menatapku tajam. Ada apa ini? kenapa ia malah menunjukkan ekspresi seperti
itu?.
Ia
merangsekkan tubuhnya ke depan, membuat sorot matanya jauh lebih tajam saat
menatapku. ā Cihhā¦benarkah waktu berjalan dengan cepat? Apa menurutmu begitu?
Jadi kau berpikir dua tahun belakangan ini terasa cepat untukmu, huh?ā sudut
bibirnya terangkat sebelah, Ia terlihat seperti sedang mencemoohku.
Aku
tak bersuara yang ku lakukan hanya menatapnya dengan hati-hati. Memperhatikan
dengan seksama, berharap orang yang sedang berada di depanku bukanlah Yesung.
Tapi..apa daya, orang di depanku benar-benar dirinya. Lantas kenapa ia seperti
ini? ada apa dengan sikapnya?.
ā
Ku rasa sebaliknya, karena kenyataannya kau seperti daun kering yang berusaha
hidup di musim dingin yang panjang. Kau hanya bisa menghangatkan dirimu
sendiri, sembari berharap musim semi akan segera datang.ā tatapannya semakin
jelas, semakin memojokkan diriku. Semua pikiranku buyar entah mengapa, semua kalimat
yang ia lontarkan begitu ambigu membuatku tak mengerti apa yang ia maksud. Daun
di musim dingin? Apa yang sebenarnya ia maksud?.
Suasana
menegang ditambah dengan kebisuan yang membelenggu kami berdua, tak lama
seorang pelayan datang kemudian meletakkan pesananku di atas meja. Setelah itu,
seperti sebelumnya aku kembali diam menatap lurus ke arahnya yang sedang
menatap serius layar ponselnya.
ā
Yuri?ā aku langsung menoleh ke asal suara yang baru saja memanggilku.
Mataku
tak berkedip saat sosok Kyuhyun-lah yang ku temui di belakangku. Sama denganku,
Kyuhyun juga kelihatan bingung. Tak mau terus menebak-nebak dalam
ketidakpastian, aku langsung berbalik menghadap Yesung. Tak seperti tadi, kini
ia sudah meninggalkan ponselnya dan menatap datar ke arahku atau mungkin ke
arah Kyuhyun.
ā
Eiiā¦ayo duduk! Jangan berdiri saja.ā suruh Yesung dengan ramah, tapi ada yang
sedikit mengganjal. Rasanya sedikit aneh, aku merasa ada yang tidak beres
dengan sikapnya.
*****
Author
POV
Hampir
setengah jam sudah tiga orang itu masih bergumul dalam diam, sekalipun ada yang
bicara itupun membicarakan pembicaraan tanpa arah. Yesung, pria itu terus
membicarakan pembicaraan yang tak begitu jelas, membuat kedua lawan bicaranya
tak menangkap sedikitpun maksudnya.
ā
Bertahan pada musim dingin demi melihat salju. Tapi karena hal itu, kita malah
menggigil, kedinginan. Mungkin tidak akan seburuk itu jika kita mengizinkan
sebuah perapian dinyalahkan, setidaknya akan jauh lebih hangat. Benar tidak?ā
tutur Yesung. Dari tadi pria bermata sipit itu hanya melontarkan
kalimat-kalimat yang sulit untuk dimengerti.
ā
Cukup! Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Jangan berputar-putar!ā tegas
Kyuhyun yang sudah muak dengan sikap lawan bicaranya. Yesung tersenyum sinis
melihat Kyuhyun yang mulai emosi, ia menghela nafasnya kemudian menatap Kyuhyun
dengan santai. Sangat santai yang justru membuat Kyuhyun semakin naik darah.
ā
Sebenarnya ada apa? Katakan yang jelas..ā ujar Yuri. Satu-satunya makhluk
berjenis wanita itu akhirnya buka suara. Menyuarakan hatinya yang bingung.
Diajak beputar-putar pada kalimat Yesung yang menurutnya memiliki maksud
tertentu, membuat ia merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
Yesung
hanya diam, ia masih memandangi dua lawan bicaranya dengan tenang. Mungkin jika
hanya dilihat dari wajah, pria itu nampak begitu tenang. Tapi tidak ada yang
tahu, jika ia sedang menekan segala gejolak dalam hatinya.
ā
Yuriā¦ā
Bak
mendengarkan rintihan yang melirihkan namanya, Yuri hanya bisa memandangi
Yesung lekat-lekat. Entah kenapa ia merasa sangat bersalah, rasanya ia ingin
cepat-cepat pergi dari tempat itu. meski tak mengerti dengan apa yang sedang
terjadi, gadis itu berpikiran bahwa semua yang terjadi itu karena dirinya.
ā
Sebegitu berharganyakah benda kecil yang menempel di ponselmu?ā ujar Yesung
serius dengan desahan nafas yang amat berat. Matanya yang sipit menatap tepat
pada biji mata Yuri, membuat gadis itu terintimidasi.
Rasanya
tersentak memang, Yuri tak menyangka jika Yesung akan menanyakan benda itu
padanya. Sedikitpun ia tak pernah terpikir bahwa Yesung akan terganggu dengan
gantungan kecil di ponselnya. Dahinya berkerut saat ruang-ruang dalam otaknya
menemukan sesuatu yang kemudian terputar. Mengingatkannya pada suatu hal.
ā
Apa sudah ketemu?ā tanya Yesung sembari menghampiri gadis yang masih sibuk
berjibaku dengan gantungan miliknya yang hilang. Seperti kehilangan harta benda
yang paling berharga, gadis itu terlihat sangat panik.
ā
Belumā¦ahh..ottokhae??ā gadis itu terus mencari benda miliknya tanpa
mengindahkan sosok tinggi yang tengah memperhatikannya dengan prihatin. Gadis itu,
Yuri melongok kesegala sudut bahkan hingga kolong meja untuk menemukan
bendanya. Melihat kesibukan sang kekasih, Yesung hanya mendesah pelan. Ia
merasa kasihan pada keadaan Yuri, gadis itu terlihat sangat kacau. Namun akal
sehatnya datang, melempar sebuah pertanyaan logis.
ā
Sudahlah Yulā¦ kita bisa membeli yang serupa nanti.ā Ujar Yesung menyarankan.
Meski bermaksud baik, namja itu malah mendapat reaksi yang kontras. Yuri, gadis
itu malah menatapnya dengan kesal. ā Tidak bisa! Itu tidak sama! Kalau kau
lelah, biar aku yang mencari sendiri!ā gadis itu begitu geram tanpa alasan.
Seolah apa yang dikatakan Yesung adalah sebuah kesalahan fatal.
Rasa
sesak memenuhi hati Yuri ketika ingatannya dengan jelas memutar rangkaian
kejadian itu. ia kembali menatap Yesung yang sedang menatapnya dengan sendu.
Bulir-bulir air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, terlebih saat ia
ingat bagaimana dirinya membentak Yesung waktu itu.
Kyuhyun
satu-satunya orang yang tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, hanya bisa
diam sambil menebak-nebak. Hatinya selalu bergetar, rasanya ketakutan mulai
menggerayangi dirinya. Entah kenapa perasaan itu semakin kuat seiring dengan
perubahan waktu. Ia merasa jatuh, kalah, ketika melihat sorot mata Yuri saat
menatap Yesung begitupun sebaliknya. Semua terasa begitu mendalam, memiliki
arti yang ia sendiri tak mengerti. Sedalam itukah perasaan diantara keduanya?.
ā
Ku kira semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Aku selalu meyakinkan
diriku jika kau pasti bisa menerima diriku. Yahā¦kepercayaan itu mulai tumbuh
saat menyadari banyaknya waktu yang telah kita lalui bersama. tapi itu semua
hanya sementara, tak berjalan lama. Saat itu aku baru sadar, senyummu,
tingkahmu, segalanya bisa kulihat. Tapi tidak dengan hatimu. Kau tidak pernah
membuka hatimu dan bodohnya aku berpikir jika kau telah membukanya untukku.ā
Papar Yesung sambil terus memandang Yuri kemudian menundukkan pandangannya saat
matanya mulai memanas.
Tangan
yuri bergetar, kecemasannya dari tadi terjawab sudah. Ia benar-benar tak bisa
berkutik lagi sekarang, rasanya seperti di skakmat. Tak ada lagi jalannya untuk
melarikan diri, kini waktunya telah tiba. Waktu dimana ia telah menghunuskan
belati tajam ke arah Yesung, menghancurkan segala mimpi serta perasaan. Ia
ingin mengelak, mencoba mencari titik dimana ia tak bersalah. Tapi percuma,
karena dari awal ia memang sudah salah. Menerima Yesung yang ia pikir akan membuatnya
tenang justru malah membuat pria itu
tersakiti.
ā
Yesu..ā
ā
Ini memang salahku. Aku terlalu berharap lebih, aku membuatmu berada di posisi
yang tidak nyaman. Aku mengerti. Maka dari ituā¦.ā Yesung menghela nafasnya
dengan sangat panjang, dadanya naik turun seiring dengan sisa pembakaran
metabolisme yang keluar. ā Aku akan mengakhirinya. Hubungan ini. terimakasih..
untuk semuanya dua tahun belakangan ini.ā lanjut pria itu dengan sedikit
gemetar. Tapi ia terlihat begitu mantap dan serius dengan apa yang diucapkannya
barusan.
Mata
Yuri membulat, ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Jangankan
Yuri, Kyuhyun pun ikut tersentak dengan keputusan Yesung. Pria itu langsung
menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Gadis itu diam tak bergeming, ia kelihatan
sangat terkejut. Melihat fenomena itu membuat hati Kyuhyun terbakar. Sulit
sekali untuk dijabarkan.
Bukannya
menetralkan suasana setelah kacau karena ulahnya, Yesung malah bangkit dari
duduknya. ā Aku harap kau bahagia.ā Ucapnya sebelum beranjak menjauh dari kedua
orang yang masih terkesiap dengan tingkahnya.
Mata
Yuri mengikuti kemana gerak Yesung yang semakin menjauh dan menghilang pergi,
ia menundukkan kepalanya sambil terisak pelan. ā Maafkan aku..ā lirihnya sambil
memegangi kepala. Sedangkan Kyuhyun, ia hanya bisa terdiam sambil menenangkan
hatinya yang terasa perih.
*****
Yesung
POV
Aku
terus melangkah tanpa ingin menoleh ke belakang, aku tak ingin. Meski kenyataannya
sekarang aku sudah tak berada di cafƩ itu lagi, yang jelas aku tak ingin menoleh
ke belakang. Rasanya sakit. Melepas orang yang begitu kita cintai, sakit, bahkan sangat. Tapi membiarkan orang yang kita
cintai tidak bahagia justru lebih sakit, dan itu sangat bodoh. Benarā¦aku pasti
akan menjadi orang bodoh dan egois kalau sampai melakukannya.
beruntung
aku bisa mengetahui kebenarannya, kebenaran tentang perasaannya. Meski butuh
dua tahun dulu ia menahannya, tapi aku bersyukur karena tak butuh waktu lebih
lama lagi aku menyiksanya dalam bayang-bayang kebahagian yang kuanggap benar.
Benda kecil itu. gantungan ponsel yang selalu terpasang di sudut ponselnya
adalah petunjuk terbesar untuk membongkar semuanya.
Awalnya
aku tak merasa terganggu dengan benda itu, tapi lambat laun aku merasakan
sesuatu yang aneh. Aneh. Kecemasan Yuri pada benda itu yang berlebihan. Jika
dipikir dengan nalar, misalkan benda itu hilang, aku bisa membelikannya yang
baru. Toh..banyak sekali yang sama. Tapi apa? ia malah marah jika aku berkata
seperti itu. dan dari situ aku mulai curiga. Masalahnya Yuri bukan gadis bodoh
yang mengagung-agungkan sesuatu, ia cukup dewasa untuk itu. tapi jika
berhubungan dengan benda itu, ia seperti kehilangan akal sehatnya.
Akhirnya
setelah lama berpikir, akupun menghubungi Yoona dan meminta bertemu. Kami pun
bertemu beberapa hari yang lalu. dari situlah aku menanyakan banyak hal pada
Yoona, termasuk masalah gantungan ponsel itu.
Kalau
tidak salah itu pemberian dari Kyuhyun, memangnya kenapa?
Aku
masih ingat betul dengan jawaban yang terlontar dari mulut Yoona yang entah
kenapa menjadi memo tersendiri untukku. Selalu terngiang. Pertamanya aku sudah
tak bisa bertahan, tapi ku kesampingkan rasa sentimental itu. aku laki-laki dan
aku harus berani menerima kenyataan yang ada. Walau pahit.
*****
2 weeks
later
Yuri POV
Aku
berjalan pelan dengan sangat lemas menuju seorang pria yang tengah berdiri
membelakangiku. Sudah dua minggu aku tak bisa menghubunginya, ia seperti hilang
seakan melenyap dimakan kesedihan. Namun beruntung, kemarin ia mengangkat
panggilan dariku.
ā
Yesung-aa.ā Panggilku pelan saat sudah berada tepat di belakangnya. Ia langsung
berbalik, menampakkan wajahnya yang masih sama seperti sebelum-sebelumnya.
tiba-tiba aku merasa takut, takut akan kesalahan yang telah ku perbuat atas
dirinya. Tapiā¦apa yang ku dapat? Ia malah menyambutku dengan senyumnya yang
tulus, membuat kedua matanya menyipit.
ā
Cihhā¦kau masih bisa tertawa? Kau membuatku serba salah!ā cercaku yang
membuatnya kembali tersenyum.
Ia
hanya menatapku dengan ramah, sejauh ini aku tak menangkap rasa kesal atau
marah dalam matanya. Benarkah ia tak menyimpan perasaan seperti itu padaku.
ā
Haahhā¦.aku senang kita bisa bertemu lagi. Ternyata kau masih mengingatku.ā
ā
Yakk! Harusnya aku yang mengatakan itu bodoh! Kemana saja kau selama ini?
menghilang tanpa kabar.ā Sengitku.
ā
Kenapa kau kemari? Bukan kau harusnya bertemu dengan Kyuhyun hari ini?ā
ā Kauā¦darimana bisa tahu?ā
ā
Jangan membuatnya menunggu, menunggu itu bukan kegiatan yang menyenangkan.ā
ā
kau belum menjawabku Kim Yesung!ā protesku tegas.
ā
Belakangan ini dia sering menemuiku. Banyak hal yang kami bicarakan. Danā¦kau
tahu? Dia meminta izinku untuk bersamamu. Konyol sekali bukan?ā ia kembali
tersenyum.
Raut
wajahnya berubah menjadi sedikit serius, ia menatapku dengan sangat intens. ā
Jangan lari dari perasaanmu sendiri.ā ucapnya pelan. ā Tapiā¦ā
ā
Tapi apa? kau masih merasa tidak enak padaku? Kalau seperti itu, kau harus
buang jauh-jauh perasaan tersebut. Bohong memang kalau aku tak merasa sakit,
tapi kau perlu tahu satu hal. Melihatmu bahagia jauh lebih bahagia ketimbang
memaksakan kebahagianku sendiri.ā papar Yesung.
ā
Pergilahā¦temui dia. Kalian berhak bahagia.ā Ia menggenggam tanganku kemudian
menatapku dengan hangat. ā Aku mendukungmu.ā Ia tersenyum.
*****
Author
POV
Seorang
pria tampan masih setia menunggu dengan duduk di kursinya, sesekali ia melirik
layar ponselnya berharap ada panggilan atau setidaknya pesan masuk. Tapi..hingga
kini tak satupun dari keduanya yang terlihat di layar ponselnya. Ia kembali
membuang pandangannya pada jam tangan yang melingkari tangan kanannnya. Sudah satu
jam, tapi sampai sekarang sosok yang ia tunggu belum kunjung datang.
Pria
itu menundukkan kepala sambil menghembuskan nafas berat, rasanya sulit
dipercaya jika dirinya cemas. Bukan cemas, lebih tepatnya sesuatu yang lebih
hebat dari cemas. Begitulah yang ia rasakan. Hingga rasa mengerikan itu semakin
hebat, iapun bangkit dari duduknya. sepertinya ia sudah kehilangan kepercayaan
dirinya. Mungkin sosok itu memang tak akan datang, dan tidak akan pernah
datang.
Ia
berbalik, hendak melenggang pergi dari cafƩ tersebut. Tapi tubuhnya melumpuh,
matanya tak dapat berkedip kala sosok yang dari tadi ia tunggu sudah berada di
hadapannya. Sosok itu, Yuri juga terdiam di tempatnya sambil memandangi pria
itu, Kyuhyun. segala rasa seperti tertumpahkan begitu saja, membuatnya tak
percaya dengan sensasi yang tengah ia rasakan.
Setelah
berhasil mengumpulkan kesadarannya kembali, Yuri memberanikan dirinya untuk
melangkah lebih dekat pada sosok Kyuhyun. seperti dihadapkan dengan kenyataan
yang begitu luar biasa, hati Yuri tak karuan. Seperti remaja yang baru saja
jatuh cinta.
Namunā¦semakin
dekat dengan Kyuhyun, ia semakin menyadari suatu hal. Yaitu kenyataan bahwa cafƩ
yang sedang ia datangi terlampau sepi untuk sekarang ini, biasanya waktu senja
seperti ini membuat cafƩ-cafƩ penuh dengan pengunjung.
ā
Aku menyewanya khusus untuk hari ini.ā ujar Kyuhyun seolah bisa menjawab rasa
penasaran Yuri. Pria itu langsung tersenyum singkat, jelas ia tak mau
memperlihatkan perasaannya yang begitu senang saat melihat Yuri di hadapannya.
ā
Kenapa lama sekali? Kau membuatku menunggu begitu lama.ā Yuri hanya diam sambil
terus memandang Kyuhyun. rasa bersalah sudah pasti membelenggu hatinya, tapi
apa mau dikata. Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali.
Dua
manusia itu kini hanya menghabiskan waktu dengan saling diam, masih sambil
berdiri. ā Kyuā¦ā akhirnya Yuri bersuara memecah keheningan yang dari tadi
mendera.
Kyuhyun
menatap gadis di depannya dengan tenang, penuh cinta meski tak terlalu
diperlihatkan. Ia menangkap banyak hal yang ingin disampaikan oleh gadis dari
itu melalui mata cantiknya. Saking banyaknya, gadis itu malah bingung untuk
mengungkapkan yang mana dulu.
ā
Sstttā¦jangan mengatakan apa-apa. bukankah kedatanganmu sudah menjawabnya?ā
tahan Kyuhyun sambil tersenyum, kali ini dengan manis. bertujuan agar gadis itu
bahagia.
ā
Mwo? Maksudmu?ā
ā
yaā¦.kalau kau datang berarti kau menerimaku. Kau menerimaku kan?ā Kyuhyun yang
awalnya begitu percaya diri, tiba-tiba tersentak. Ia memandang gadis itu dengan
rumit, panik dan cemas. ā Kauā¦tidak menerimaku?ā tebak Kyuhyun pelan disertai
dengan wajah yang menyedihkan. Terlihat sekali ia takut dengan kenyataan pahit
yang akan ia terima kelak.
Yuri
hanya diam memandang wajah Kyuhyun yang tak seperti biasanya. Perlahan-lahan
tawanya pecah. Gadis itu tertawa, menertawai bagaimana kocaknya ekspresi
Kyuhyun. tanpa ia sadari, tawanya malah membuat Kyuhyun tergugah, yah meski tak
bisa dielakkan kalau ia juga kesal pada Yuri.
ā
KAUā¦.ā
ā
Hahahahaā¦maaf Kyu, aku tak bermaksud seperti itu. hahahah..wajahmu lucu sekali.ā
ā
Aissshā¦menyebalkan!ā umpat Kyuhyun karena tawa gadis itu tak kunjung usai.
Menyadari
Kyuhyun mulai kesal, Yuri-pun berusaha menghentikan tawanya. Meski masih
terdengar samar-samar, tapi tawanya kali ini tak sekeras sebelumnya.
ā
Kyuā¦ā rajuk Yuri pada Kyuhyun yang sudah menekuk wajahnya, sepertinya Kyuhyun
mulai memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya.
ā
Mianhaeā¦ā
ā
Baiklah aku kalah. Kau membuatku gila Kwon Yuri!ā desah Kyuhyun dengan guratan
kesal dan menyerah. Jujur ia kesal, kesal karena dirinya tak bisa berlama-lama
marah dengan gadis di depannya. Sedangkan Yuri, ia malah tersenyum senang.
ā
Nado mianhaeā¦ā balas Kyuhyun dengan suara yang bersahabat.
Yuri
memasang wajah bingung tak mengerti dengan maksud Kyuhyun, ā Nde?ā
Kyuhyun
merapat pada gadis itu, kemudian menangkupkan wajah mungil itu menggunakan
kedua tangannya. ā Mianhae..saranghae.ā ucapnya.
Yuri
terdiam, ia tergugah dengan apa yang barusan didengarnya. Namun ia diam karena
ia tak lagi bisa menentukan apa yang harus ia lakukan. kini mata Kyuhyun telah
menatap tepat pada matanya. Membuat gadis itu tersihir, seolah tak bisa teralih
pada apapun lagi. Nafasnya terasa begitu sesak, saat jantungnya berdegup
kencang ketika wajah tampan Kyuhyun semakin mendekat. Otomatis Yuri memejamkan
matanya, menikmati hangatnya deru nafas Kyuhyun yang terus menyapu wajahnya,
hingga sesuatu yang lembut dan sedikit basah berada tepat di bibirnya.
Yuri
terus terpejam, meresapi sentuhan lembut bibir Kyuhyun pada bibirnya. Tapiā¦tiba-tiba
Kyuhyun menghentikannya, membuat Yuri keheranan. ā Kau tidak berniat mengatakan
hal yang sama?ā desak Kyuhyun dengan sedikit mengomel.
Mengerti
apa yang dimaksud Kyuhyun, Yuri memutar bola matanya. Sungguhā¦untuk mengucapkan
hal seperti itu bukan perkara mudah untuknya. Ia tak terbiasa.
ā
Hemmmā¦.nadoā¦nado saranghae..ā ucapnya ragu.
Kyuhyun hanya tersenyum atau lebih tepatnya terhibur dengan tingkah Yuri
yang menurutnya kelewat gugup. Tak mau membuang waktu Kyuhyun langsung
merengkuh tubuh Yuri, membawanya masuk ke dalam peluknya.
Ia
mendekapa gadis itu dengan erat, namun tanpa meninggalkan kesan nyaman. Kyuhyun
benar-benar tidak ingin kalau gadisnya merasa tak nyaman. Begitu juga dengan
Yuri, ia mengalungkan tangannya pada pinggang Kyuhyun. membuat kepalanya
bersender pada dada bidang Kyuhyun. sungguhā¦ini tak pernah terbayangkan
olehnya.
ā
Kyuā¦ā
ā
heum?ā
ā
Apa kau pernah menyukai Victoria?ā
ā
Bodohā¦ā
ā
Jawab saja.ā
ā
Tidak. tidak pernah. Dia memang cantik, tapi aku memang tak pernah menyukainya.
Bisa dibilang kau adalah orang pertama untukku.ā Jawab Kyuhyun tenang.
ā
Jinjja?ā heboh Yuri sembari melepas pelukannya. Ia memandang Kyuhyun dengan
takjub, ia benar-benar tak percaya dengan pernyataan pria itu. kyuhyun balas
menatapnya dengan santai. ā Benarā¦kau tidak percaya?ā Yuri mengangguk cepat.
Kyuhyun
tersenyum kemudian mengelus kepala Yuri, ā Memang sulit dipercaya orang
setampan aku belum mempunyai kekasih sebelumnya. yahā¦itu memang wajar.ā
Yuri
mendengus kesal, namun Kyuhyun malah menarik lengannya membawanya kembali masuk
ke dalam pelukannya. Kemudian mengeratkan pelukannya. ā Kau tahu..rasanya aneh
sekali saat aku mulai merasakan perasaan seperti itu. Rasanya bergetar, aku
merasa seperti bukan diriku saat merasakan hal itu. aku..gugup aku merasa
bahagia tanpa sebab saat melihatmu. Aneh bukan? Itu membuatku seperti orang gila.ā Papar Kyuhyun
yang lebih mirip seperti anak yang sedang mengadu pada ibunya.
Mendengar
penuturan Kyuhyun, Yuri tersenyum kecil. Entah kenapa ia merasa begitu senang
mendengar hal tersebut dari mulut Kyuhyun.
ā
Makanya aku bertekad untuk menjadikanmu yang pertama dan juga yang terakhir
untukku.ā Lanjut Kyuhyun.
ā Cihhā¦gombal.ā Decak Yuri.
āAnnio..aku
sungguhan. Kau tidak mempercayainya?ā
ā
Terserah kalau kau tidak mempercayainya, yang jelas aku akan membuktikannya
padamu. Ingat itu.ā tandas Kyuhyun sambil menekankan kalimat terakhirnya. Ia menenggelamkan
kepalanya di helaian rambut Yuri sambil menghirup udara sebanyak-banyak dari
sana. Merasakan aroma peach menguar dari rambut gadis itu, Kyuhyun semakin
mengeratkan pelukannya. Yuripun begitu, ia terlarut dalam suasana yang tak
pernah ia bayangkan. Berdua bersama Kyuhyun, lelaki yang entah sejak kapan
telah memenuhi ruang di hati.
Masalah
bagaimana mereka akan saling mencintai ke depannya, tak adak yang tahu. Meski
Kyuhyun bukanlah pria romantis seperti Donghae ataupun pria bersahaja layaknya
Choi Siwon. Tapi ia adalah Cho Kyuhyun, pria yang melakukan segala hal dengan
sungguh-sungguh. Begitu pula dengan mencintai Yuri, iapun akan mencintai Yuri
dengan sungguh-sungguh. Meski bukan dengan cara normal, tapi ia akan mencintai
Yuri dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Sederhana
saja, cinta tak butuh kesempurnaan, karena cintalah yang justru menyempurnakan
kita.
~
^ ~ My True Love Is You ~ ^ ~
END
Eh
gila!!! Ini beneran END alias TAMAT??? Gak mimpi kan? Nyatakan? Oalahā¦..akhirnyaā¦..setelah
hampir 14 bulan berjibaku, finally ni ff kelar juga. Gilaā¦gilaā¦gilaā¦.masih gak
nyangkaā¦
Kirain
ni ff bakal berakhir terbengkalai, melenyap dari peredaran tanpa dilanjutin. Ehā¦ternyata
eh ternyata, akhirnya kelar juga. Kikiwā¦..aduh seneng bangetā¦.
Tapi
selain ngerasa seneng yang gak bisa dijabarin pake kata-kata, aku juga ngerasa
bersalah karena ngebiarin readers nunggu ampe lumutan. Sekali lagi aku minta
maaf *bow bareng kimdhira ama salsa*.
Awalnya
aku gak tau ff ini bisa kelar atau gak, tapi yahā¦.waktu ituā¦jadiā¦.aku lagi
kepikiran gitu ceritanya. Kepikiran buat bikin ff baru, tapi aku nyadar aku
masih punya Lne ama my true love yg
belum selesai, makanya aku bikin target dehā¦.
Jadi
kalo salah satu diantara my true love
atau lne ada yg kelar, baru deh aku mulai bikin ff baru itu. oh yaā¦ngomong-ngomong
Love Need Effort aku mau jelasin nih kenapa tu ff belum publish-publish juga. Yahā¦apalagi
kalo bukan belum kelarā¦sumpah ya, aku kehilangan feel buat ff itu.
Itu
aja baru jalan 11 lembar, 11 lembar! Bayangin! Gila gak tuh? Setiap kali mau
nulis pasti ada aja halangannya. Entah hilang feel, kehabisan ide, atau enggak
udh malem. Aduhaduhā¦.jadi untuk itu aku mau minta maaf hehehehā¦*mintamaafmulu*.
Ok
dersā¦.
Buat
end ini udah pada puas? Alurnya kecepetan gak? Atau cheesy banget? Aishhā¦.kalo
jawabannya cheesy, aku mau negasin satu hal. Aku tuh bukan orang yang bisa
ngebayangin hal-hal yang terlalu romance, jadi yahā¦gitu dehā¦jadinya hambar
gitu. Yahā¦.tapi semoga kekurangan itu gak mengurangi antusias readers yehā¦
Wellā¦.setelah
ff ini, mungkin aku bakal konsen ke mysterious sight dan ff baru. Untuk sementara
LNE aku tunda dulu. Yahā¦pokoknya sedapet feelnya aja dehā¦kalo ada feel buat
lne, insyaallah aku lanjut. Oh yaā¦.klo ada readers yang bisa kasih saran nih
buat aku tentang gimana caranya ngebangkit feel buat nulis ff, share yahā¦sumpah
aku butuh bangetā¦
Ya
udah dehā¦ā¦kayaknya makin gak jelas yahā¦.sipā¦buat yg mau komen kritik atau mau
sekedar kenalan, silahkan aja ketik di kotak komen. Aku bakal setia
balesin*cielah bahasanya* kalo ada saran ayoā¦diungkapkan. Ok dehā¦.segitu aja. Semoga
kalian puas. Dan terimakasih atas perhatiannya dari My True Love Is You Prolog
ampe END.. makasih lohā¦.
See
Youā¦ā¦..
Peluk
Cium Gampar
GSB
ciyus ,miapah / ni ud slse /
ReplyDeletecpt amt ,gg krsa . mau lg :p
krg moment kyuriny ,kog trkesan dbru gtu . hahahaha
moment yulhaeny co cweet ,hehehe
aduh tu nemu org ky yesung dmn yah ? baeg bner ,mau dung satu . hohoho
vheesy ? gpp chingu aq mlh suka yg gni gg trlalu romantis kn lbh seru lbh krsa gtu feelny , halah hahaha
tp bnr dh chingu wlu happy ending ni ff trksan cpt bnr . mau lg . lho ?
buat ff yuri lg chingu :)
nb : klu klmt flashback gtu klu bs dctk mrng chingu biar gg bingung aplg adny dtngh . hehee :p
kecepetan ya chingu??
Deleteyah...maklum deh emang akunya lagi diburu-buru..
Hehehehe...nemu orang kaya yesung tuh susah, soalnya dia tuh 'one of a kind' *nyanyibareng bang naga*, jadi biasanya kalo mau nyari harus pergi ke pusat pemberdayaan barang-barang kuno *emangnya yesung artefak?
alhamdulillah kamu seneng walaupun ceritanya cheesy...ya tapi maaf deh kalo kesannya kecepetan...
buat ff yuri lagi?
untuk saat ini mungkin enggak, tapi gak tau deh kedepannya gimana. oh ya makasih ya sarannya, udah aku benerin...sekali lagi makasih yah udah komen, tapi maaf juga karena hasilnya gak memuaskan...se
maaf cingu baru comment cos waktu dulu baca ff ini belum punya akun apa-apa tapi setelah sekian lama menunggu, sempet kesel dengan episode terakhir saat Yuri jadian ma Yesung n Kyuhyun pergi akhirnya kekesalan itu mehilang ditelan part ini hehehe :D
ReplyDeleteNice story ^__^ terus berkarya ya cingu :