Before Marriage part 4 (unwanted truth)




Suzy POV
13:10 KST
Restaurant



Perlahan, aku mengangkat kepala. Menatap namja didepanku sambil mencibir. Menyebalkan. Dari semua pertanyaan yang kuajukan, tak ada satupun yang ia jawab dengan serius. Dengan wajah tanpa dosanya, ia bilang……….. mungkin memang begitu, kurasa kau benar, atau naneun mollayo. Siapa yang tidak jengkel coba? Ah… kalau tau begini, lebih baik aku tak usah cerita padanya. Kurasa Hyun Mi akan lebih membantu.



“makanya, kalau mau bertemu calon mertua, latihan mengaduk kopi dulu” ucap Chanyeol, dengan nada menasehati yang benar-benar membuatku muak. Cih….. nasehat macam apa itu? Dia itu niat menasehati  atau malah sedang mengejekku?


“ah.. iya. Terima kasih” Ujarku jengah. Dengan cepat mengangkat sumpitku kembali dan meneruskan makan.


“hari ini ada teater lagi?”
“jangan harap aku mau mengajakmu nonton. Yang kemarin itu pertama dan terakhir” ucap Chanyeol dengan nada final, tepat setelah aku selesai bertanya.


“Ih…. Aku sedang bosan tau. Lagipula aku kan cuma bertanya”
“ada. Tapi blue wedding day lagi dan pemainnya juga bukan Joon Myeon. Eotte? Mau?” Chanyeol mengangkat sebelah alisnya, dengan senyum miring yang jelas sedang meremehkanku. Mungkin dia pikir aku menonton teaternya hanya karena Joon Myeon. Padahal kan tidak. Aku benar-benar setuju mengenai ketampanan pria yang satu itu….. tapi ya… hanya sebatas kekaguman. Aku menyukai teaternya karena jalan ceritanya, bukan karena pemainnya.


“blue wedding day? Ah… aku tak menyukainya. Aku tak mau nonton”
“siapa juga yang mau mengajakmu nonton?” ujar Chanyeol sinis. Aish…. Bisakah dia berhenti membuat darahku mendidih? Dengan sabarnya aku menarik nafas, menekan semua rasa kesal yang sudah siap membuatku meledak. Lalu kembali menatapnya penuh hormat.


“ Park Chanyeol~ssi. Penulis naskah yang terhormat, bisakah kau ganti akhir ceritanya? Kasihan Jin Seok”
“kau? Masih memikirkan itu?” tanya Chanyeol, dengan raut tak habis pikir yang berlebihan.
“akhir yang buruk. Penulis naskahnya benar-benar harus banyak belajar”
“heh… tau tidak? kau satu-satunya orang yang berkata seperti ini tentang blue wedding day. Biasanya orang-orang tak akan memikirkan Jin Seoknya. Mereka juga menangis, sama sepertimu. Tapi bedanya, mereka menangis bahagia saat melihat pernikahan dramatis itu. Terharu karena Dae Hyun dan Young In yang akhirnya bersatu. Bukannya menangis karena kasihan pada Jin Seok” ujar Chanyeol panjang lebar. Lengkap dengan gerakan tangan yang mendukung. Membuat semua penuturan panjangnya itu menjadi kelewat heboh.  


Aku menatapnya yang masih bicara, diam-diam menghembuskan nafas dengan raut tak perduli. Lalu mengaduk-aduk milkshake sambil mengecek arloji, sudah tak sabar menunggu pria didepan selesai bicara. Dia itu ya.. beda sekali dengan Seung Ho. Seung Ho itu bicara sedikiiiiiiit sekali, sedangkan dia…………  cih… kelewatan banyaknya. Tipe manusia yang punya bakat mengagumkan dalam hal membuat pusing orang lain.


“tck…. Iya.. iya… mungkin aku memang punya sudut pandang yang berbeda. Kalau aku jadi Young In, aku pasti akan tetap memilih Jin Seok. Aku yakin sebenarnya Young In dan Jin Seok punya cinta yang tulus, tapi karena saking lamanya mereka bersama, rasa bosan mulai datang. Bukankah itu biasa dalam suatu hubungan?”


“lalu? Bagaimana dengan Dae Hyun? bukankah Young In lebih mencintai Dae Hyun?”
“itu hanya karena Dae Hyun memberikan warna baru kepada hidup Young In. Dan gadis itu terlalu cepat menyimpulkan bahwa itu cinta. Coba lihat beberapa tahun lagi……. Kehidupan rumah tangga mereka pasti akan goyah”


“aigoo……. kau seperti paranormal saja. Jujur saja, aku ingin sekali melihat kehidupan rumah tangga Dae Hyun dan Young In kedepannya, tapi sayangnya………. ITU HANYA FIKSI, BODOH”


“YAAA!!!!!! KENAPA BERTERIAK?” bentakku sambil menggebrak meja.
“HEH! KAU YANG KENAPA? AKU PENULIS NASKAHNYA, DAN AKU TAU KEHIDUPAN DAE HYUN DAN YOUNG IN AKAN BAIK-BAIK SAJA. MEREKA AKAN MENJADI KELUARGA YANG BAHAGIA”


“MALDO ANDWAE (tidak mungkin). 3 TAHUN LAGI MEREKA AKAN BERCERAI! LIHAT SAJA”
“BAGAIMANA CARA MELIHATNYA SIH? SEBENARNYA OTAKMU MASIH BERFUNGSI TIDAK?”
“KAU YANG………..”
“jeogiyo, sebenarnya ada apa?” seorang pria dengan jas formal mendatangi kami. Dengan tatapan ‘kalau mau teriak-teriak, di luar saja’ secara refleks, aku dan Chanyeol menoleh kepada pria itu lalu menengok ke kanan dan kiri, lebih tepatnya ke arah semua pengunjung yang sedang menatap kami sinis, jelas merasa terganggu. Aku mulai mengalihkan tatapanku kearah Chanyeol dan baru sadar kalau kami berdua sama-sama dalam posisi berdiri. Aigooo….. aku bahkan tak sadar kapan persisnya aku berdiri.


“tidak ada apa-apa. Sungguh” ucap Chanyeol sambil duduk, terlihat seperti ‘bapak kenapa? Dari tadi kami baik-baik saja’  lalu mendumel sambil menoleh ke kanan dan kiri, seolah-olah bukan dialah yang menyebabkan kekacauan itu. Ah… baik. Pria ini….. apa sudah terlambat untuk berharap aku tak mengenalnya?


“jeongmal mianhaeyo. Kami tidak akan berisik lagi. Maafkan kami. Maafkan kami” sebagai satu-satunya orang waras disini, aku harus mengambil satu langkah maju dibanding pria itu. Dengan penuh penyesalan, aku meminta maaf sambil membungkuk berkali-kali didepan manager restaurant lalu sedikit kedepan dan membungkuk ke segala sisi dihadapan pengunjung restaurant yang lain. Setelah selesai, aku berbalik dan mendapati pria penyebab kerusuhan itu justru malah sedang melanjutkan makannya dengan santai. Cih…. Apa menurutnya yang salah dan harus melakukan ini semua itu benar-benar aku?


Sambil menahan kesal, aku kembali duduk di kursiku dan melanjutkan makan tanpa suara. Eomona….. yang benar saja? Gara-gara membicarakan teater, kami berdua langsung emosi. Ini karena teaternya yang benar-benar bagus atau kaminya yang kelewat serius? Cih… tapi tetap saja. Kasihan Jin Seok-nya. Ck… berhenti Suzy, jangan mulai lagi.



Chanyeol POV



Setelah hampir 10 menit kami tidak terlibat obrolan apapun. Wanita yang kusangka sudah bisu itu kini mulai mengeluarkan tanda-tanda akan bicara. Ia melipat tangannya di meja lalu menatapku serius. Baiklah….. semoga pembicaraannya kali ini tidak membuatku emosi.


“apa? mau membicarakan apa? Kalau mengenai blue wedding day lagi lebih baik tidak usah. Kita punya pemikiran yang bertolak belakang untuk yang satu itu. Sampai kiamatpun kita tak akan sepaham” Ujarku sebelum gadis itu sempat bicara.


“huuuu……. Siapa yang mau membicarakan itu? aku mau bicara soal Jin Seok”
“tch….. aku tidak…………”
“dengarkan dulu” selaknya kesal. Cih…. Apa lagi yang harus didengar? Paling dia akan bilang ‘kasihan Jin Seok’   haaaa…….. aku lelah mendengarnya. Demi ketampananku, jika ia benar-benar bilang ‘kasihan Jin Seok’ lagi aku akan melemparkan Joon Myeon dari lantai tertinggi gedung apartemen. Lagipula Jin Seok itu hanya tokoh imajiner karanganku, kenapa dikasihani? Dan kenapa harus dibicarakan begini? Ah.. Ya Tuhan….. gadis ini benar-benar harus bertanggung jawab. Dia mulai membuat warasku hilang. Bagaimana bisa aku jadi emosi besar hanya karena membicarakan seseorang yang sebenarnya tidak ada?


“tokoh Jin Seok di teater itu memiliki banyak persamaan dengan calon suamiku”
“jinjja?”
“eum” Suzy langsung mengangguk dengan yakin. “dia benar-benar pendiam, kaya raya dan membuat calon istrinya gugup setiap saat”


“M..MWO? HAHAHAHA” tawaku langsung menyembur keluar begitu mendengar ucapannya. Selalu membuat calon istrinya gugup setiap saat? Berarti gadis ini juga selalu merasa gugup didepan calon suaminya itu? hahaha…… bagaimana bisa? Seorang Bae Suji merasa gugup? Gadis abnormal ini? gugup? Jangan bercanda!


“ih… apanya yang lucu sih?” Suzy segera mengambil tisu, meremasnya lalu melemparnya kearahku dengan geram. Dan saat itu pula, aku langsung mengontrol tawaku. Memaksanya berhenti walau sulit.


“iya.. iya.. cepat lanjutkan” suruhku, sambil mengibaskan sebelah tangan.
“apanya yang dilanjut? Kau mau aku menggambarkan calon suamiku?”
“memangnya bagaimana rupanya? Lebih tampan dariku tidak?”
“apa aku harus menjawabnya?” Tanya gadis itu dengan ekspresi merendahkan yang sukses membuatku berniat bunuh diri. YAA…… Memangnya setampan apa dia?


“calon suamiku itu benar-benar tampan dan kaya raya. Dia juga perhatian. Ah.. pokoknya dia sempurna. tapi…… ya itu! dia tak bisa membuatku merasa nyaman. Padahal kami sudah pacaran 3 tahun, tapi tetap saja dia selalu membuatku merasa gugup. Belum lagi sikap pendiamnya……………. Semuanya membuatku jengah”


“intinya dia orang yang membosankan” simpulku sambil merogoh saku. Mencari-cari letak dompet yang entah kenapa senang sekali menghilang. Aish…. Dompet itu punya masalah apa sih? 2 hari yang lalu ketinggalan di taksi, kemarin jatuh ke air dan sekarang…………. sekarang…….. eh! Ada. Baguslah. Kalau sampai hari ini dompet itu berulah lagi, aku akan menguburnya sampai mati.


“membosankan? Ya… mungkin bisa dibilang begitu. Saking sempurnanya ia jadi agak membosankan. Tau tidak? 3 tahun bersama, kami tidak pernah terlibat dalam pertengkaran sekalipun. Haaa….. padahal aku benar-benar ingin tahu bagaimana rasanya bertengkar hingga menangis. Pasti seru” ucap Suzy, setengah tak fokus. Entahlah…. Mungkin pikirannya sedang terbagi sekarang. Bisa jadi membayangkan sebuah pertengkaran hebat atau apalah.


“kau pernah membicarakan soal ini padanya?” tanyaku sambil diam-diam mengecek isi dompet. Dalam hati menghitung harga makanan, ongkos menemui temanku nanti dan juga ongkos pulang ke apartemen. Cukup tidak ya? Ah.. cukup, pasti cukup. Lagipula kalau tidak cukup aku tinggal menelfon Joon Myeon dan JRENG………masalah selesai.


“Bicara bagaimana? Aku tak punya cukup keberanian untuk melakukannya. Harusnya dia yang mulai duluan. Dia tak pernah benar-benar bicara dari hati ke hati padaku. Aku jadi ragu, apa sebenarnya aku………….. mencintainya?”


“makanya coba bicara duluan”
“ya.. nanti kucoba” ucap gadis itu lemah. Dari nada bicaranya, aku yakin seyakin-yakinnya gadis ini tak akan mencoba.


“dan sekarang? Sudah ceritanya?”
“belum. Masih tentang calon suamiku. Dia itu punya ibu yang sangat amat menyebalkan. Semua yang kulakukan selalu dianggap salah, tak ada yang benar. Dari mulai cara berpakaian, cara bicara sampai cara mengaduk kopi, semuanya dikritik. Calon suamiku punya kakak, tapi bukan kakak kandung. Dia anak adopsi. Sekarang tinggal di Kanada”


“oh….”
“kenapa responnya cuma ‘oh’?”
“tema pembicaraanmu itu abstrak. Kenapa tiba-tiba membicarakan kakaknya? Tinggal di Kanada lah…… lalu apa hubungannya denganku?”


“aku kan cuma mau cerita” dumel Suzy. Kemudian mengalihkan tatapannya kearah lain dengan mulut yang tak berhenti bergerak. Berkomat-kamit mengeluarkan ucapan pelan yang sayangnya cukup jelas untuk kudengar. Sudah terbayang bukan kalimat seperti apa yang ia ucapkan? Yup…. Benar. Berbagai kalimat-kalimat tidak terima dan penghinaan yang sudah pasti dialamatkan padaku.


“sudah kan? ayo pulang sekarang! aku ada urusan lagi setelah ini” ujarku sambil berdiri. Suzy mendongak menatapku, terlihat jelas keengganan diwajahnya. Aigoo….. ada apa dengan gadis ini? Tak rela berpisah dariku?


“waeyo?” tanyaku karena dia tak kunjung berdiri. Namun gadis itu tak menjawab dan malah mengeluarkan ekspresi memohon “okee…. Okee…. Kau boleh duduk disini 5 menit lagi. Aku bayar dulu”


“aku saja yang bayar” seru Suzy sambil buru-buru berdiri dan mencekal lenganku. “yang mengajakmu kesini kan aku…. jadi…….. harusnya aku yang bayar” ucapnya sambil meletakkan kedua tangannya dibahuku lalu mendorongku sampai kembali duduk. “yayaya……. Aku saja yang bayar” seruku tak terima, dengan cekatan menarik lengannya dan segera berdiri lagi.


“ih… keras kepala sekali sih”
“kau yang keras kepala. Sudahlah! Diam disini” ucapku, dengan nada memerintah yang jelas tak mengharapkan bantahan . Kemudian tanpa membuang waktu, segera berjalan ke kasir.



……………………………



Selesai membayar, aku tak harus kembali ke meja tadi karena ternyata Suzy sudah berdiri didekat pintu keluar. Oh.. jadi ia sudah berniat pulang juga? Syukurlah, aku juga malas jika harus membujuknya pulang. Dengan langkah santai, aku berjalan menghampirinya. Gadis itu sedang menatap lurus keluar, memperhatikan orang yang berlalu-lalang didepannya.


“Suzy~aa…. Aku tak bisa mengantarmu pulang. Hari ini aku ada urusan” Gadis itu menoleh sebentar, lalu kembali menatap lurus kedepan.


“Gwaenchana. Memangnya sejak kapan kau mengantarku?” ucapnya sinis, namun setelahnya terkekeh dan menyikut perutku pelan. “haha….. jangan tunjukkan ekspresi seperti itu” ujarnya, masih terkekeh sambil menatapku dengan senyum khasnya.


“ekspresi apa?” ucapku bingung.
“geumanha (sudahlah). Kajja!” serunya sambil setengah berlari menuruni tangga restoran.


Melihat tingkahnya yang kekanakan dan membahayakan, aku segera berteriak sambil mengejarnya dari belakang, mencoba berlari dengan hati-hati untuk menyamakan pijakan tangga kami “ei…. Jangan lari, Suzy~a. Tadi habis hujan ….…. lantainya pasti li……” terlambat. Apa yang sedari tadi kukhawatirkan kini benar-benar terjadi. Gadis itu tergelincir dan hampir jatuh. Ya…. Hampir. Beruntungnya, saat dia sudah nyaris terjatuh, aku berhasil menjangkaunya. Di waktu yang benar-benar tepat, aku mencekal sikunya hingga membuat gadis itu tidak terjatuh bergulingan ditangga restoran melainkan jatuh ke……… jatuh ke………. Pelukanku………….TUNGGU…….  PELUKANKU?  Dalam sekejap, perasaan aneh yang sama sekali tak pernah kurasakan selama berpuluh-puluh tahun hidup kini datang dan mengacaukan sistem kerja tubuhku. Membuatku kaku. Kaku dalam artian sebenarnya. Sama sekali tak bisa bergerak dan bahkan sama sekali tak bisa mengendalikan pikiranku sendiri. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah diam dan membiarkan gadis ini mengatur rasa terkejutnya.


Ini memang tidak main-main, tangganya cukup tinggi dan jika ia jatuh ke bawah mungkin akan terjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Jadi…. Kurasa cukup wajar jika ia merasa syok dan lemas. Benar…. Lemas. Aku bisa merasakan tubuhnya yang terasa lemas dalam dekapanku. Aku mengerti dia sedang syok, dan bahkan aku pun juga merasa syok. Tapi syok karena hal yang berbeda. Mungkin alasan untuknya adalah karena nyaris terjatuh dari tangga, tapi kalau aku…… aku syok karena perasaan yang sekarang tengah berkuasa sepenuhnya dalam tubuhku. Perasaan berdebar yang benar-benar aneh. Baiklah…… ini salah satu hal yang sulit dipercaya. Aku? merasakan perasaan semacam ini? perasaan yang biasanya hanya kutulis dalam novel, jenis perasaan fiksi yang kubuat hanya bermodal imajinasi liar di sudut-sudut otak. Haa……Ternyata ada. Ternyata perasaan semacam itu benar-benar ada.


“Ah…. Chanyeol~aaa……… gomawo! Neomu neomu neomu gomawoyo” seketika semua lamunanku buyar. Suzy sedikit menjauhkan tubuhnya lalu meletakkan sebelah tangannya di bahuku. Sepertinya untuk menopang tubuhnya yang masih lemas.


“pegangi aku! aku agak pusing” ujarnya sambil meraih tangan kiriku dan menggandengnya dengan erat. Aku masih terdiam. Kesadaranku belum sepenuhnya terkumpul, masih tercecer di kanan kiri tangga. Entah karena apa, kini sentuhan gadis itu terasa menyengat. Seolah ada aliran listrik kecil dijemarinya. Sial. Perasaan model apa ini? kenapa mengganggu sekali?


Begitu sampai dibawah, Suzy segera memberhentikan taksi. Dan aku……… aku masih belum mengeluarkan sepatah katapun dari mulutku. Aish….. berdasarkan logika, seharusnya yang lebih syok itu dia bukan aku. Yang nyaris jatuh kan dia…..AH… Eotte????


“aku duluan ya… terima kasih traktirannya. Dan terima kasih karena menahanku tadi. Kalau tidak ada kau, aku pasti sudah bergulingan di tangga. Ah… pasti sangat memalukan” ujarnya sambil menggeleng ngeri. “huft….. sampai jumpa Park Chanyeol” Suzy tersenyum, mengibaskan tangannya tepat didepanku lalu segera memasuki taksi, dengan sisa-sisa senyum yang entah sejak kapan menjadi sangat menarik. Sementara gadis itu masuk, aku berusaha menggelengkan kepala, sedikit kesulitan karena kemampuanku untuk mengendalikan kerja tubuh terasa melemah.


“haaa…… Jinjja” rutukku begitu taksi itu melaju. Membuang nafas dengan kasar lalu memegangi  tengkukku yang malah terasa dingin. Sembari menormalkan detakan jantungku yang menggila, aku berjalan pelan-pelan ke halte bus. Aku harus menemui temanku dikantornya, tidak jauh dari sini. Jadi kurasa lebih baik naik bus saja. Ish…. Bae Suji. Tanggung jawab. Sekarang aku bahkan kesulitan untuk sekedar menyeimbangkan langkah.



………………………………………………………………………….



Suzy POV
In Taxi



“aku…..? aku sedang di taksi, mau pulang” ujarku, menjawab pertanyaan seorang gadis di ujung telfon. Hyun Mi.


“di taksi? Habis dari mana? Kau ke rumah ibu Seung Ho lagi?”
“aniya……. Mana mungkin? Kau kira aku berani datang kesana sendirian?”
“hei…. kenapa sih? Ibu Seung Ho harusnya kau anggap sebagai ibumu juga” ucap Hyun Mi menggurui.
“haaahhh….. berhenti menceramahiku! Kau itu tak tau bagaimana cara ibunya Seung Ho memperlakukanku. Jadi diamlah. Pokoknya benar-benar…………… ah eotte? Bagaimana cara menjelaskannya ya? Yang pasti apa yang kuperbuat selalu salah dimatanya”


“nona Bae Suji………….. dengarkan aku! Menurutku wajar jika ibu Seung Ho memperlakukanmu seperti itu. Kau itu lupa ya? Seung Ho adalah anak satu-satunya. Anak lelaki yang sangat amat dibanggakan dan disayang. Pasti ibu Seung Ho menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tipe ibu yang perfectionist. Yang mengharapkan kebahagiaan putranya”


“semua ibu juga berharap seperti itu, Hyun Mi~a….. jangan melebih-lebihkan. Sepertinya memang ibunya Seung Ho saja yang tidak menyukaiku” ujarku lemah.


“Seung Ho itu anak yang kehadirannya tak terduga Suzy~aa…….. kau masih ingat kan? orang tua Seung Ho divonis dokter tidak akan bisa punya anak hingga akhirnya memutuskan untuk mengadopsi. Lalu 3 tahun kemudian, keajaiban itu datang. Ibu Seung Ho hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Maksudku………… wajar kan kalau Seung Ho menjadi begitu disayang dan diperhatikan? Ibu Seung Ho pasti menginginkan anak laki-lakinya yang tak bercacat itu mendapat kebahagiaan sempurna kelak. Mengerti maksudku?”


“mengerti. Sangat mengerti. Tapi tidak seharusnya ibu Seung Ho memperlakukanku………………….”
“eh.. kenapa malah jadi membicarakan ini? tadi kau belum menjawab pertanyaanku! Habis darimana hum? Bersama Seung Ho tidak?” Selak Hyun Mi. Jelas sedang menginterogasi.


“Seung Ho? Kalau aku bersama Seung Ho, tentu saja aku tak akan menaiki taksi”
“jadi? Jangan bilang kalau kau bersama pria itu lagi”
“benar. Aku habis makan siang dengannya” Balasku, dengan santai memindahkan ponsel ke telinga kiri.
“ah…. BAE SUJI……. Kau tak seharusnya pergi berdua dengan namja lain. Aish…. Sebulan lagi kau akan menikah, bodoh. Apa kata orang?”


“kami hanya makan siang” tegasku. Perlahan-lahan mulai terpancing emosi mendengar nada tinggi yang terus-menerus digunakan gadis itu.


“iya. Sekarang hanya makan siang, tapi siapa yang tau besok-besok?”
“HEH! Kau bicara apa sih? Sudahlah! Sebenarnya tujuanmu menelfonku itu apa?”
“aniya…. Aku hanya ingin memastikan si calon pengantin wanita tidak sedang selingkuh” Hyun Mi kembali berucap dengan nada sinis.


“YAKKKK! Selingkuh?”
“tch…. Suzy~aa….. jangan macam-macam. Namja itu baru kau kenal. Jangan terlalu dekat dengannya. Bagaimana jika Seung Ho tau? Pasti dia akan marah besar”


“Jinjja? Seorang Yoo Seung Ho marah besar? Lelucon. Jika benar Seung Ho bisa marah karena aku dekat dengan Chanyeol. Maka kupastikan aku akan mencobanya. Aku penasaran bagaimana seorang Yoo Seung Ho marah besar. Cih….” ujarku ketus. Secara refleks mengalihkan tatapanku keluar jendela sambil tersenyum sinis. Membiarkan bayangan wajah calon suamiku yang tak pernah marah itu mengambang di kepala.


“aigoo……. calon istri macam apa kau? Ah… Jinjja! Malam ini aku harus mendatangi rumahmu dan menasehatimu sampai pagi. Haaa…… bagaimana jadi istri yang baik jika…………….”


“ah cukup. Kau sama persis dengan ibu Seung Ho. Ishh” ujarku geram. Kemudian tanpa basa-basi segera menutup flip ponselku. Arghh….. kenapa anak itu? membuat emosi saja. Cih…. Selingkuh? Memangnya ini bisa disebut selingkuh apa? Enak saja dia bicara.



……………………………………………………………….



Chanyeol POV



Seorang wanita cantik berblazer hitam baru saja membawaku ke ruangan ini. Ruangan kerja temanku. Mungkin lebih tepatnya, seniorku waktu di kampus dulu. Waw… Melihat dari ruang kerjanya, bisa dipastikan seniorku yang satu ini sudah menjadi orang penting sekarang. Maksudku………… lihat saja semua barang disini. Semuanya terlihat angkuh. Terlihat enggan untuk kusentuh. Pajangan antik yang elegan. Berseni tinggi dan pastinya mahal. Fiuh~  Kapan aku punya yang seperti ini? satu…… saja. Akan kutaruh didalam kamar, lalu kupasang gembok disekitarnya. Aku tak akan rela jika ada orang lain yang menyentuhnya, termasuk Joon Myeon.


Kakiku masih berayun terus ke depan, memasuki ruangan luas ini lebih dalam lagi. Ruangan CEO. Ya… dia CEO. Keren kan? temanku ada juga yang seorang CEO, bekerja di perusahaan telekomunikasi paling berpengaruh di Korea. “Chanyeol~ssi?” seorang pria tiba-tiba saja keluar dari balik sekat putih polos di sisi lain ruangan ini, cukup berhasil membuatku kaget hingga nyaris saja menyenggol vas bunga dibelakangku. Cih… dasar. Bagaimana kalau jatuh? Bagaimana kalau aku disuruh menggantinya?


“ah.. silahkan duduk” ujarnya ramah. Lengkap dengan gerakan tangan sopan khas mempersilahkan. Aku mengangguk sopan, sebisa mungkin mengatur cara bersikapku didepannya.


“sunbae…. Tidak banyak berubah ya..” ucapku sambil duduk. Namja itu tersenyum tipis lalu segera duduk di kursinya, persis didepanku. Hanya terhalang meja besar yang mengkilat. “dan kurasa kau juga tidak berubah banyak” balasnya, dengan ekspresi tenang yang sama sejak terakhir kali aku bertemu dengannya.


“hei…. soal naskahku. Sunbae benar akan memberikannya pada sutradara?” tanyaku tak yakin.
“apa aku terlihat seperti pembohong?”
“bukan begitu. Hanya saja…….. ini agak janggal. Maksudku,……. Selama kuliah, kita tidak terlalu akrab sebagai seorang senior junior. Lalu kenapa memilih karyaku?”


“kudengar kau membentuk sebuah klub drama baru di Gwang-Mun. Dan respon yang ditunjukkan benar-benar baik. Dan hmm….. Kau tau? Kemarin aku ke Gwang-Mun” seru namja itu sambil melonggarkan dasinya yang terlihat mencekik. Tunggu…… dari tadi aku terus-menerus mengatakan ‘namja itu’ padahalkan ia punya nama. Dia adalah seniorku di universitas, Yoo Seung Ho.


“menyaksikan dramaku?” tanyaku tak percaya.
“aniya. Aku menjemput calon istriku. Dan ia bilang ia melihat teater, bisa jadi itu salah satu karyamu”
“calon istri? sunbae sudah mau menikah?”
“ne.. sebulan lagi”
“wah….. Chukae” ucapku sembari menjabat tangannya, tentu saja senang mendengar kabar baik ini. Walaupun kami tidak terlalu akrab, tapi tetap saja ini adalah berita bahagia.


“Seung Ho sunbaenim. Tadi anda bilang, calon istri anda menyaksikan teater di Gwang-Mun kan?  kemarin aku juga menonton teater disana. Kebetulan hanya satu teater yang dipentaskan untuk tanggal itu. Intinya kami berada di ruangan yang sama. eomeo….. dunia itu sempit ya..”


“aa…… Jinjja yo? Kalau begitu pementasan teatermu bisa disebut sangat berhasil”
“waeyo?”
“dia bilang dia banyak menangis saat pementasan. Apa ceritanya benar-benar setragis itu? kurasa benar-benar cocok untuk di filmkan”


 “terima kasih banyak”
“baiklah. Apa kau membawa naskahnya sekarang? Besok pagi kenalanku, maksudku sutradara yang kubilang akan datang dan mau melihat contoh naskahnya”


“Keoreom. Aku membawanya” ujarku sambil buru-buru menyerongkan badan dan mengangkat ransel hitam yang sebelumnya kusenderkan disamping kursi. Mengaduk-aduk isinya lalu mengeluarkan 78 lembar kertas HVS berukuran A4 yang sudah terangkai rapi. Sayangnya belum sempat kuberi cover  karena waktu yang teramat mendadak. Bayangkan saja, aku baru menerima telfon tadi pagi. Dan karena itu, aku nyaris membatalkan janji makan siangku dengan Suzy. Untungnya aku memiliki kemampuan mengatur waktu yang hebat, jadinya semua berjalan tanpa masalah.


“Blue Wedding Day?” Seung Ho sunbaenim membaca judul dikertas paling depan, lalu menatapku penasaran. “judulnya menarik. Kenapa menggunakan kata ‘Blue’?” selidik Seung Ho sambil membalik halaman selanjutnya dengan ekspresi serius.


“mungkin karena warna biru itu sendiri. Bukankah dibalik keelegenan warna biru, ada sisi lain yang tampak menyedihkan? Maksudku……………… biru, seperti sebuah kesedihan yang tersembunyi. Intinya pernikahan yang kubuat disini bukanlah tipe pernikahan yang menyenangkan. Ada pengorbanan besar yang dilakukan” ujarku menerawang. Cukup puas dengan jawabanku barusan. Ya, kurasa apa yang kukatakan benar. Bukankah dalam bahasa Inggris, kata ‘Blue’ juga bisa diartikan sebagai kesedihan?


“oh… pilihan kata yang menarik. Kurasa jika ini berhasil difilmkan, judulnya tak akan mengalami perubahan yang berarti” aku langsung tersenyum mendengar jawabannya. Demi Tuhan, pria ini benar-benar mampu membuat lawan bicaranya merasa sejuk dan seolah diterbangkan diatas awan.


“hmm….. Sunbae….”
“panggil Seung Ho saja. Umur kita tak terpaut jauh kan?”
“ah.. baik. Begini…., kurasa aku tak begitu yakin dengan cerita ini. Bisakah aku menggantinya? Aku masih memiliki beberapa cerita lain dilaptop”


“tidak yakin kenapa? Dari beberapa paragraf dan dialog yang kulihat, semuanya tampak baik. Bahkan sangat baik. Kemampuanmu untuk membuat tulisan ini bernyawa sungguh mengagumkan”


“tapi…… bagian akhirnya….. bagian akhirnya tidak baik. Tidak seharusnya begitu” ujarku lirih, entah kenapa kata-kata Suzy tadi seolah berputar-putar dikepalaku. Dia tak menyukai akhir ceritanya. Dia tak suka. Dan dengan fakta itu, aku malah ingin mengganti bagian akhirnya.


“kalau masalah itu, lebih baik biarkan sutradaranya langsung yang menilai. Kurasa ia lebih mengerti”
“tapi ada yang lebih penting. Seseorang yang baru beberapa jam lalu membuatku berdebar tidak menyukainya” aku bergumam, lebih kepada diriku sendiri.


“apa? Kau bilang apa barusan? oh….. jadi juniorku sedang jatuh cinta?” ternyata Seung Ho mendengarnya. Ia kini meletakkan naskahku di meja lalu menatapku dengan tatapan jahil. “ah.. tidak juga. Aku tidak begitu yakin, masa ia aku jatuh cinta pada gadis yang sebentar lagi akan menikah?”


“Jinjjayo? Aish….. kau berbahaya juga ya… kurasa aku tak boleh mengenalkan calon istriku padamu” gurau Seung Ho. Tak pelak mengundang tawa lepas dari kami berdua.


“bagaimana rupanya? Cantik tidak?” tanya Seung Ho, jelas tujuannya untuk menggodaku.
“tentu saja. Kalau tidak cantik, bagaimana mungkin aku suka?” balasku. Tak merasa terpojok.
“ya… secantik-cantiknya wanita itu, ia tak akan bisa mengalahkan kecantikan calon istriku”
“jinjja? Kau belum melihat gadisku kan?”
“kau juga belum melihat calonku kan?” kami berdua kembali tenggelam dalam perbincangan santai yang sebenarnya tidak begitu jelas tujuannya. Saling membangga-banggakan seseorang yang menurut kami spesial. “o ia,,., bagaimana keadaan keluargamu? Kudengar Seung Na noona sudah menikah”


“benar. Sekarang di Kanada bersama suaminya”
“Kanada?” gumamku dengan kening berkerut. Apa Kanada merupakan Negara tujuan yang umum bagi masyarakat Korea? Dalam sehari aku sudah mendengar kata ‘Kanada’ dua kali, pertama dari Su……… tunggu! Sepertinya ada yang janggal disini.


“Calon suamiku punya kakak, tapi bukan kakak kandung. Dia anak adopsi. Sekarang tinggal di Kanada”


“benar. Sekarang di Kanada bersama suaminya”


Ucapan Suzy dan Seung Ho terputar bergantian, menjadi sebuah penjelasan yang terasa samar di otakku. Tapi….. kenapa bisa sama persis? Tck…. Kebetulan….. hanya kebetulan.


“aniya. Aku menjemput calon istriku. Dan ia bilang ia melihat teater, bisa jadi itu salah satu karyamu”


Seung Ho menjemput calon istrinya, dan kemarin Suzy memang dijemput oleh seseorang. Dan sialnya ia juga mengatakan hal yang sama. Dijemput calon suaminya.Oke….. semuanya makin jelas sekarang. Kebetulan tidak mungkin berulang-ulang kan?


“dia benar-benar pendiam, kaya raya dan membuat calon istrinya gugup setiap saat”


“dia bilang dia banyak menangis saat pementasan. Apa ceritanya benar-benar setragis itu? kurasa benar-benar cocok untuk di filmkan”


Tanpa terasa tanganku gemetaran. Aku juga tak paham, bagaimana bisa aku mendapatkan dua buah fakta menjengkelkan hari ini? fakta pertama, kurasa aku mulai menyukai gadis itu dan fakta kedua, gadis yang mulai kusuka itu ternyata calon istri sunbaeku, Seung Ho sunbae. Ish… sebenarnya itu tidak terlalu mengejutkan. Karena sejak awalpun aku sudah tahu kalau Suzy sudah memiliki calon suami. Dan dengan bodohnya, aku malah membawa diriku sendiri masuk ke pusaran kehidupan gadis itu kemudian tersadar saat mendapati diriku sendiri telah terperangkap karena jatuh cinta. Aigoo…. jatuh cinta? Tidak bisa disebut begitu juga. Itu hanya perasaan tak biasa karena aku nyaris tidak pernah memeluk seorang gadis, jadinya saat memeluk Suzy tadi……. Aku menjadi merasa aneh.


“kau baik-baik saja?” seketika aku tersadar, menatap Seung Ho yang tengah memperhatikanku heran. “ah… sepertinya aku harus pulang sekarang” ujarku, buru-buru berdiri dengan sebelah tangan yang terulur untuk mengambil ransel.


“sudah mau pulang?” Seung Ho ikut berdiri, terlihat bingung dengan perubahan sikapku yang cukup signifikan. Aku mengangguk, dengan sikap canggung yang justru malah berlipat-lipat disetiap detiknya. “kalau begitu, terima kasih karena menyempatkan diri untuk datang” dengan gaya elegan, Seung Ho tersenyum sembari mengulurkan tangannya kearahku. Aku terpaku ditempat, menatap Seung Ho dan tangan yang terulur mantap itu bergantian. Bukan bermaksud apa-apa, tapi begitu kenyataan pahit ini semakin besar kemungkinannya, aku justru malah menjadi merasa ketakutan. Entah kenapa.


Saat niat untuk balik menerima jabatan tangan Seung Ho terkumpul, sebuah pemandangan gila justru malah tertangkap indera penglihatanku. Figura kecil disisi mejanya. Figura yang menghadap kearah Seung Ho, membelakangiku. Tanpa terasa, tangan yang tadinya terangkat untuk menjabat tangan Seung Ho justru malah bergeser dan meraih figura itu. Tanpa permisi membalik dan melihat wajah seorang gadis yang sudah tak asing lagi disana.


“Oh… itu! calon istriku. Cantik kan?” Seung Ho tersenyum, terlihat terlalu jelas dimataku bahwa ia sangat mencintai gadis di foto ini. Cukup berhasil membuatku merasa begitu malu karena sudah berani mencintai gadis yang sama. “dia calon istriku…………… Bae Suji”



……………………………………………



Author POV
19:54 KST
Suzy’s private room



“bisakah kau pulang sekarang? aku benar-benar lelah dan sudah mau tidur” Ujar Suzy dengan ekspresi terletih yang mampu ia tunjukkan. Memang Hyun Mi baru datang ke rumahnya 20 menit yang lalu, tapi rasanya sudah seperti 2 hari. Bagaimana tidak? dari tadi kerjaan gadis itu hanya menceramahinya soal pernikahan. Cih…. Seolah dia sudah menikah saja. Apa yang membuatnya merasa lebih mengerti?


“sudah mau tidur bagaimana? Ini masih jam 8” seru Hyun Mi langsung begitu melihat jam dinding.
“jika kau hanya mau menceramahiku lebih baik pulang saja. Aku tak butuh ceramahmu”
“YAA…. Tapi apa yang aku bicarakan tak salah. Sebagai seorang gadis yang hendak menikah, kau seharusnya menjaga sikapmu. Jangan pergi berdua dengan pria lain”


“tck…. Kalau kau memang lebih mengerti. Kenapa kau tidak menggantikanku saja? Sana nikahi Seung Ho!” bentak Suzy, entah sadar atau tidak. Yang pasti Hyun Mi langsung tersentak mendengarnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir lalu segera menarik tangan Suzy dengan kesal. Tanpa bicara, menyeret gadis itu hingga mau tak mau terduduk didepannya. Hyun Mi memperhatikan Suzy sambil mendesah.


“kurasa kau mulai menyukainya” Hyun Mi berucap dengan sinis.
“cih…. Kau punya bukti apa sampai berani bicara begitu?”
“kau berubah sekali,….. aku tak pernah mendengar kau bicara sekasar itu sebelumnya” Suzy langsung terdiam, menatap ke bawah dengan tatapan sendu.


“aku tak kuat lagi Hyun Mi~aa….. aku sama sekali tak merasa bahagia didekat Seung Ho. Aku tak yakin dengan…………pernikahan ini. Bagaimana jika setelah aku menikah aku akan menderita?”


“jadi menurutmu kau bisa lebih bahagia dengan Chanyeol?”
“astaga! Aku tak bilang begitu. kenapa kau senang sekali mengambil kesimpulan sendiri sih?” Suzy mulai terpancing emosi sampai-sampai berteriak dan berdiri. Disisi lain, Hyun Mi yang merasa tak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan barusan ikut-ikut merasa geram dan langsung meraih jaketnya yang tersampir di ranjang  Suzy. “kau itu ya! Diberi tahu yang benar malah marah. Sudah mau menikah bukannya diam dirumah malah mencari masalah. Sudahlah! Persetan dengan kehidupanmu. Aku pulang”


BRRAAAKKKKK


“Ya sudah, sana pulang! Siapa juga yang menginginkan kehadiranmu. Mencampuri urusan orang lain saja” teriak Suzy berapi-api. Tak perduli walaupun Hyun Mi-nya sudah pergi dan pintunya pun sudah tertutup rapat.


Suzy yang kelelahan karena emosi segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Dengan nafas yang masih sedikit terengah gadis itu mencoba menutup mata. Berusaha melupakan kejadian tadi dan memberi salam pada dunia mimpi. Memaksakan matanya terpejam walau sulit.



…………………………………………



Chanyeol’s apartment
07:17 KST



 “Mau tidak?” Joon Myeon kembali menekankan pertanyaannya. “aku mau. Tapi……… kan itu acara kantormu! Memangnya aku boleh ikut?” mendengar ucapan temannya, namja yang sedang sibuk memakai dasi didepan cermin itu segera berbalik dan menatap Chanyeol bosan. “tck….. dikantorku itu ada banyak sekali karyawan. Kalau ada penyusup satu orang saja ya tak akan ketahuan”


“cih… penyusup? Kalau aku ikut ke acara kantormu sebagai seorang penyusup lebih baik tidak. terimakasih” ujarnya tegas. Namun malah membuat ekspresi iba terlihat jelas diwajah Joon Myeon. Namja itu menarik nafas berat lalu duduk disamping Chanyeol. Mengulurkan tangannya yang panjang untuk merangkul pria itu. “dengar ya… aku mengajakmu juga karena kasihan. Coba bayangkan betapa banyaknya makanan lezat yang akan kau lewatkan jika tak ikut denganku?” ucap Joon Myeon. Persis seperti iblis yang sedang menggoda manusia untuk melakukan dosa.


“haa….. sudah berapa lama kita tak makan spaghetti? Daripada kita membuang-buang uang untuk memanjakan lidah, lebih baik kita cari yang gratis. Coba pikir, apa kau rela mengeluarkan banyak uang untuk makanan dalam porsi sedikit? Kalau disana, kita makan sampai perut meledakpun tak akan ada yang larang”


“Jinjja?” tanya Chanyeol pelan, mulai terbujuk.
“huft….. Ikan Fugu……. Jamur Matsutake……… coba bayangkan! Coba bayangkan” suruh Joon Myeon sambil mengulurkan tangannya keatas. Menyebutkan segala macam makanan-makanan mahal yang tengah berlalu-lalang di otaknya.


“Seolleongtang……… pizza……… daging BBQ……. Dakjuk…… wine dengan kualitas tinggi…… lalu… lalu….. jangan lupakan dessert-dessertnya. Bermacam-macam makanan manis yang menggiurkan” kini, dua orang dengan tatapan menerawang yang mampu membuat siapa saja yang melihat merasa kasihan tampak diwajah keduanya. Sejurus dengan Joon Myeon yang tak berhenti menyebutkan makanan-makanan enak.


“aigoooo” koor kedua pria itu sambil menggelengkan kepala penuh hasrat. Dua pria yang terkurung berdua di sebuah apartemen ditengah-tengah kota Seoul. Tentunya bahagia setiap mendengar kata makanan, terlebih apabila ada embel-embel GRATIS dibelakangnya.


“Jeongmalyo? Semua yang kau sebutkan ada disana?” tanya Chanyeol, agak ragu.
“YAA…. Mana mungkin aku berbohong?”
“ah.. kalau begitu….. baiklah, aku ikut”
“MAJAAAA” teriak Joon Myeon sambil berdiri. Sukses membuat pria disampingnya tersentak ngeri.
“nanti jam 7 malam, kita pesta” lanjut Joon Myeon sambil kembali ke depan kaca, membenahi dasinya yang masih belum rapi.


“kita pergi berdua saja?”
“kau mau ajak Suzy?” tanya pria didepan kaca itu langsung. Segera menoleh dan menatap temannya yang justru terlihat frustasi.


“tch…. Aku sedang berusaha menjauhinya”
“waeyo? Takut jatuh cinta ya?” goda Joon Myeon. Menarik sudut bibirnya membentuk seringaian sambil mengancingkan kancing dipergelangan tangan kemejanya.


“kurasa….. bahkan aku sudah……..”
“yang benar? Kau sudah jatuh cinta?” Chanyeol tak menjawab. Ia lebih memilih membuang pandangannya kearah lain sambil pura-pura tak dengar.  “Yang benar saja…….. masa ia baru 3 hari sudah jatuh cinta. Itu terlalu cepat. Harga dirimu itu benar-benar rendah ya…” omel Joon Myeon, bersedekap seperti ibu tiri tepat didepan Chanyeol. Namja yang tengah diperhatikan itu hanya diam, kemudian balik memperhatikan Joon Myeon dengan tatapan aneh. Sambil menghela nafas, ia memprotes dengan santai “bukannya kau bilang cinta itu kebiasaan?” Chanyeol berdiri, tersenyum kearah Joon Myeon lalu beranjak melewatinya. Melewati namja yang bergeming itu begitu saja.


“eits…. Tapi….. kurasa aku akan mengajaknya juga. Dua penyusup juga tak masalah kan?” Ucap Chanyeol tepat sebelum keluar. Membuat Joon Myeon langsung membuka mulutnya tak habis pikir. Kenapa sikap mereka jadi bertukar begini? Dan kenapa pria itu tiba-tiba berubah pikiran? Barusan bilang mau menjauhinya, tapi sekarang malah benar-benar berniat mengajaknya. Sebenarnya, apa maunya?



……………………….



Chanyeol POV



“kalau kau memang tidak bisa ya tidak apa-apa” Setelah kembali menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya. Mengajak Suzy maksudku. Kurasa tidak ada salahnya. Lagipula ini kesempatan bagus untukku. Untuk memastikan bahwa aku memang tidak menyukainya.


“bukan tidak bisa…. Tapi…. memangnya mau kemana?”
“mau makan enak. Ayolah…… ada Joon Myeon juga kok”
“cih…. Selalu membawa-bawa Joon Myeon untuk merayuku. Kau pikir itu berpengaruh?”
“Setahuku iya. Itu berpengaruh”
“aish… tidak. Tidak sama sekali”
“hei…. Bae Suji. Lalu kenapa kau menolak ajakanku?”
“bukan menolak. Hanya saja…. Aku butuh sesuatu yang pasti. Sebutkan kita akan kemana, persisnya jam berapa, tujuannya apa dan jangan lupa keuntungan yang akan kudapatkan apa” ucap gadis diujung telfon itu dengan bawelnya. Sukses membuatku jengah luar biasa.


“kita akan ke kantor Joon Myeon, persis jam 7 malam, tujuannya untuk menemaniku dan makanan enak adalah keuntungan yang akan kau dapat. Eotte?”


“menemanimu? Kan ada Joon Myeon”
“cih…. Dia pasti akan berbincang dengan karyawan yang lain dan meninggalkanku sendiri! Ayolah….. Suzy~aa….. ikut aku” pintaku, dengan nada memohon yang benar-benar jelas. Ah… aku sudah memohon begini. Awas saja jika dia berani menolak.


“kau ingat kan? Park Chanyeol tak biasa mendapat penolakan. Jadi nanti malam datanglah ke kantornya Joon Myeon. Masih ingat kan? kita pernah bertemu disana. Mengembalikan dompet! Ingat?”


“tunggu! Kau tidak menjemputku?”
“mau naik apa huh? Sudahlah….. jangan manja! Naik taksi saja”
“YAA!!!! Kau itu sebenarnya niat mengajakku atau tidak sih? Tidak ada manis-manisnya…… ….. aish… sudah bagus aku mau temani” rutuknya. Terdengar seperti bom waktu yang siap meledak. Fiuh~~~~~ untungnya cuma di telepon, kalau dia ada didepanku pasti suaranya akan semakin memekakkan. Dasar berisik. Gadis berisik yang sayangnya malah terlihat manis saat sedang mengomel.


“baiklah, Bae Suji….. kau boleh melanjutkan omelanmu sendiri. Kututup ya…. Anyyeong” ujarku cepat. Gara-gara membayangkan gadis itu sedang mengomel, aku malah merasa berdebar lagi. Merasakan degupan jantung yang tidak karuan itu lagi. Bodoh! Mana bagusnya? Hanya membayangkan caranya mengomel dan aku kembali merasakan sensasi ini. Sensasi menyenangkan yang sayangnya selama bertahun-tahun hanya kuanggap fiksi. Hanya kuanggap sebagai karangan berlebihan yang difavoritkan oleh banyak penulis. Tapi ternyata tidak……. tidak berlebihan. Bahkan kurang. Apa yang mereka tulis belum bisa dikatakan persis dengan apa yang kurasakan sekarang. aish…. Apa…….. apa sebenarnya tidak? ya.. mungkin memang tidak. Akunya saja yang berlebihan. Aku saja.



…………………….



Suzy POV
06:30 KST
Suzy’s private room



Aku melemparkan senyum kepada seseorang di kaca, seorang gadis manis dengan gaun malam berwarna merah marun. Aigooo…… benar-benar cantik. Chanyeol pasti akan terpesona sampai pingsan saat melihat gadis ini, maksudku…… aku. Ya.. aku. Gadis dikaca itu aku. Dengan senyum cerah, kuputar tubuhku ke kanan dan kiri, ingin melihat kesempurnaan penampilan gadis itu dari berbagai sisi. Ah.. dilihat dari sisi manapun, wanita bergaun merah marun itu benar-benar menawan. Kekeke….


Setelah puas memuji-muji diri sendiri, aku segera keluar kamar dan cepat-cepat menguncinya. Padahal ini masih jam setengah tujuh, tapi aku harus jalan sekarang jika tak mau kena macet. Lagipula aku kan tidak dijemput, jadi harus mencari taksi dulu. Ish…. Pria macam apa Park Chanyeol itu? mengajak jalan tapi tak menjemput. Cish….


Tak tak tak…… suara ujung heels yang beradu dengan lantai menjadi pengantar langkahku menuju ruang tengah, semuanya berjalan lancar hingga tiba-tiba saja nada dering ponselku berbunyi keras, melenyapkan keheningan. Panggilan masuk. Dan tanpa kulihatpun, aku sudah cukup yakin kalau yang menelfon pasti namja bawel itu. Park Chanyeol. Pasti ia akan menelfon untuk mengingatkanku tentang acara malam ini. Menyuruhku bersiap-siap atau apalah. Dia kan namja sok disiplin. Sok…… “MWOYA?”

Pekikku setelah membuka sms. Ya.. sebelumnya handphoneku memang berbunyi karena panggilan masuk, tapi mati sebelum sempat kuangkat dan sekarang……. sebuah pesan singkat telah menguasai layar handphoneku. Mungkin sudah sejak tadi sms itu kuterima, tapi getarannya tak kudengar karena memang dari 3 jam yang lalu, ponselku sudah mendekam nyaman didalam tas.


Aku membaca pesan itu sekali lagi, dan sama saja, aku tetap merasa panik. Bahkan lebih panik dari sebelumnya.


From : Seung Ho
Malam ini kujemput. Bersiap-siaplah


Dengan langkah hati-hati, aku mendekat ke jendela. Mengintip keluar dari celah-celah kaca. Kemudian benar-benar nyaris mati lemas begitu melihat pria itu didepan. Sedang mengutak-atik ponselnya sambil berdiri menyandar di badan mobil. Eomoonaa…… apa yang harus kulakukan? Masa iya aku membatalkan acaraku dengan Chanyeol? Cih…. Ini tidak adil. Chanyeol sudah menelfonku jauh sebelum Seung Ho. Yang harusnya kutolak itu ya Seung Ho. Sms tiba-tiba lalu datang tanpa persetujuan. Lagipula dia juga tak menanyakan apa aku bisa atau tidak. Selalu seperti itu.


Akhirnya sebuah keputusan yang entah akan kusesalkan atau tidakpun terambil. Dengan cekatan, aku berbalik, kemudian berlari cepat-cepat kearah dapur. “bibi” panggilku, setengah berbisik.


“didepan ada Seung Ho. Tolong katakan padanya aku sakit”
“s..sakit? tapi nona terlihat baik-baik saja” ujar bibi heran, benar-benar tidak bisa diajak kerja sama.
“aish…. Lakukan saja!” sungutku
“baik. Baik” akhirnya wanita itu menyerah dan bicara dengan patuh. Tanpa basa-basi segera berjalan melewatiku menuju pintu keluar.



……………………………………………………..



Seung Ho POV



Setelah cukup lama berdiri didepan rumah Suzy, akhirnya asisten rumah tangga gadis itu membukakan pintu. Kemudian tanpa babibu lagi langsung bilang bahwa Suzy sedang sakit. “sakit? Sakit apa?” tanyaku heran, namun tak mendapat penjelasan sama sekali. Ia malah bilang pokoknya sakit dan  lebih baik aku pulang. Tck…. Apa-apaan itu? sebagai seorang calon suami, harusnya aku merawatnya. Atau setidaknya menjenguklah……


Akhirnya, aku sedikit memaksa untuk masuk. Tidak benar-benar memaksa, melainkan hanya berdebat sedikit. Untuk ukuran asisten rumah tangga, bibi di rumah Suzy itu benar-benar kritis.



Author POV



Seung Ho membuka pintu kamar Suzy sepelan mungkin, tidak ingin menimbulkan suara yang berpotensi membuat gadisnya terganggu. Namja itu berjalan pelan menuju ke tengah kamar, lebih tepatnya ke ranjang berukuran sedang yang diatasnya sudah ditempati seseorang. Ya.. siapa lagi? Walaupun tertutup selimut tebal dari ujung kaki sampai kepala, pria itu tetap yakin kalau Suzy-lah yang sedang berbaring disana.


Perlahan ia mendekat, kemudian mengambil posisi duduk di sisi ranjang. “Suzy~a?” Seung Ho mengulurkan sebelah tangannya ke kepala gadis itu. Mengusapnya dengan lembut. “Ne.. oppa”  jawab Suzy serak. “kukira kau tidur” ujar Seung Ho sambil tersenyum. Menghadap seorang gadis yang masih setia membelakanginya.


“aku sedang mencobanya”
“ya.. istirahatlah. Malam ini kau istirahat saja. Aku akan bilang kau sedang sakit dan tak bisa datang” ucap Seung Ho, mulai mengecek arlojinya lalu segera berdiri. “cepat sembuh” nada suara Seung Ho terdengar khawatir. Sejujurnya dia ingin tinggal lebih lama disini, tapi apa boleh buat? Dia harus pergi.


Baru saja pria itu hendak berbalik, sebuah pemandangan asing mengusik matanya. Cukup berhasil membuat fokusnya terarah sempurna ke titik itu. Dengan kening berkerut heran, Seung Ho melangkah mendekat ke sisi lain ranjang Suzy. Tepat dibagian bawah, di bagian kaki. “kau tidur memakai heels?” tanya Seung Ho, kali ini dengan sebelah alis yang terangkat bingung.


Mendengar itu, Suzy yang masih berbaring miring diranjangnya langsung tercekat, jelas luar biasa kaget. Meringis-ringis merutuki kebodohannya sendiri. Tadi, saking terburu-burunya ia sampai lupa melepas heels. Langsung berlari ke kamar lalu meloncat masuk ke dalam selimut.


“aku baru tau kalau calon istriku punya kebiasaan macam ini” Ucap Seung Ho sambil berlutut, melepaskan ikatan tali heels yang membelit kaki Suzy. Kemudian benar-benar meloloskan sepatu hak tinggi khas wanita itu dari gadisnya. Disisi lain, Suzy segera menarik selimutnya lebih dalam, semakin memperosokkan diri disana. Jelas-jelas takut kalau Seung Ho curiga dan berniat menyibak selimutnya. Jika sudah begitu, Suzy sama sekali tak punya persiapan apapun untuk membela diri.



Suzy POV



Aku terus-menerus memejamkan mata selama Seung Ho berkutat melepaskan heels dikakiku. Memangnya aku bisa apa lagi? Memberikan alasan semacam apa? Lebih baik aku diam daripada memberikan pernyataan yang salah. Daripada salah bicara dan akhirnya mengundang petaka, lebih baik aku diam bukan?


Rasa gugup yang kurasakan semakin menjadi-jadi saat Seung Ho berjalan pelan disekitar ranjang. Derap langkahnya yang terkesan tenang  itu justru terdengar begitu mengintimidasi ditelingaku. Sukses membuatku menggigit-gigit bibir dengan panik. Jelas saja panik, aku tak tau dia mau bagaimana. Mau keluar ya keluar, mau tinggal ya…… lebih baik keluar sajalah. Aish…. Jam berapa ini?


Tiba-tiba saja, aku merasakan hembusan nafas seseorang tepat dikepalaku. Ya.. Seung Ho. Aku tak mengerti apa yang ia inginkan, yang pasti ia mendekatkan wajahnya ke kepalaku sebentar lalu setelah itu, tanpa mengucapkan apa-apa lagi segera keluar begitu saja. Tanpa ucapan salam atau basa-basi lainnya.


Aku segera menyibak selimutku, bertepatan dengan bunyi pintu kamarku yang  tertutup. Setengah meringis begitu melirik jam dindingku. Sambil merapikan gaunku yang sedikit berantakan, aku segera mengecek ponselku kembali. 1 sms dari Chanyeol. ‘kau sudah jalan belum? Cepat jalan!’ cih….. sms model apa ini? apa dia tak tahu kalau aku nyaris tertangkap basah?


“iya, bawel” ucapku sambil mendelik sinis kelayar ponsel.



………………………..



Author POV
19:10 KST



Mata Chanyeol terfokus pada jalan raya, memperhatikan setiap taksi yang berlalu-lalang didepannya. Ya… apalagi coba? Jelas sekali bukan? ia sedang menunggu. Dengan jas formal persis didepan gedung perusahaan temannya, Kim Joon Myeon. Pria yang baru disebut namanya itu sendiri sudah masuk duluan dari 5 menit yang lalu, pergi begitu saja meninggalkan Chanyeol. Tanpa sedikitpun merasa kasihan.


Chanyeol berulang kali tersenyum kepada orang entah siapa yang lewat disampingnya, orang-orang yang kemudian menghilang dibalik pintu gedung besar dibelakang. Gedung yang ingin sekali ia masuki, tapi sayangnya belum bisa. Belum…… belum sampai setidaknya gadis yang ia tunggu-tunggu itu datang.


Ekspresi jengah, bosan dan muak sudah terpeta sempurna diwajah namja itu. Dalam benaknya, berbagai kemungkinan buruk sudah menghantui. Sebut saja makanannya habis, tak ada kursi kosong atau acaranya tiba-tiba selesai. Aigoo……… Cepatlah Bae Suji. Cepatlah atau kau akan menemukan berita ‘SEORANG NAMJA MATI LEMAS DIDEPAN GEDUNG PERKANTORAN’ sebagai headline news besok pagi.


Chanyeol masih menunjukkan wajah muramnya saat kendaraan-kendaraan didepannya melaju dengan cepat, seolah sedang melambai-lambai menghinanya. Chanyeol membuang pandangannya kearah lain, bertepatan dengan taksi yang berhenti tepat didepannya. Ekspresi Chanyeol mendadak berubah, dari muram menjadi geram. Diam-diam sudah menyusun rencana untuk mengomeli gadis yang membuatnya harus menunggu di pinggir jalan begini. Namun, begitu pintu itu terbuka……………………



Chanyeol POV



Gadis ini harus banyak belajar tentang cara menghargai waktu. Telat 10 menit adalah masalah yang serius dan jelas harus mendapat penanganan khusus. Aku menarik nafas, bersiap menyambut gadis itu dengan omelan. Tapi…….. ekspresiku langsung berubah. Drastis. Seperti es batu yang dipanaskan kemudian meleleh dalam hitungan detik. Layaknya namja hilang akal yang terpesona luar biasa oleh pahatan sempurna Tuhan. Omelanku mendadak berubah. Berubah menjadi rentetan kata pujian yang jika tak ditahan maka akan terus-menerus terucap sampai minggu depan. Bae Suji. Ya.. saat gadis itu menapakkan kakinya yang berbalut heels ke jalanan, saat wajahnya tersorot cahaya, saat rambut yang tergerai itu jatuh menyentuh bahunya………. Saat itulah aku benar-benar merasa ingin menghentikan waktu. Menahannya untuk tetap begini. Jangan lebih sempurna lagi atau kau benar-benar berniat mencabut nyawaku dengan cara yang menyenangkan.



TBC



Super Junior oppadeul........ chukae atas kemenangannya di MAMA. Pokoknya selamat buat semua yang menang. ^_^ kalian yang terbaik *tepok tangan* and bang encung....... kayanya bakal dpt mangsa baru nih buat promosiin whystyle *lirik GD* hehehe....... kemaren kan sempet duduk samping-sampingan, sepertinya ada rencana terselubung *curiga*

Comments

  1. keren lo, sayangnya chanyeol kok kayaknya kasian bgt gitu. tapi bagus alur ceritanya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts