Heartless chapter 2
Yoona... yeoja
itu baru saja akan mengenakan high heelsnya ketika ia menyadari ada sebuah tumpukan
map, yang sepertinya, map yang membuatnya merasa kesal semalam. Map yang
membuatnya harus terkurung secara tidak langsung di kamarnya, hanya karena sang
pemilik map tengah bergulat didepan laptopnya dengan map-map tersebut.
“ini... tsk, ceroboh sekali dia. bagaimana
bisa ia meninggalkan mapnya? tapi, apakah map ini memang tertinggal, atau
mungkin ia memang sengaja meninggalkan mapnya? aish... kenapa aku tak mencoba menghubungi sekertarisnya saja.”
Yoona mulai mengutak-atik
layar ponselnya. Mencari-cari sebuah nama yanng sepertinya pernah diberikan
oleh nyonya Lee ibu mertuanya.
“ini dia.....”
ucapnya yang langsung menekan tombol hijau pada layarnya.
Yoona, gadis itu
masih menunggu sosok orang yang ia hubungi menjawab panggilannya. Dan untungnya
tak lama berselang setelah nada sambung terdengar, panggilan Yoona dijawab oleh
sosok yeoja dari seberang telephone sana.
“yeoboseyo.. ada yang bisa saya bantu?”
“ne, saya Im Yoon Ah...”
“mian, apakah nyonya istri dari Lee Donghae
sajangnim?”
“ah.. nde. saya istrinya.” jawab Yoona agak ragu.
“oh, ada yang bisa saya bantu nyonya Lee?” tanya sosok yeoja dari seberang sana dengan
nada yang terdengar semakin formal dan kaku.
“ehm... apakah hari ini akan ada pertemuan yang
akan membahas tentang Busan’s project?” tanya
Yoona sembari membaca lembaran pertama pada map tersebut.
“ne. hari ini sajangnim ada pertemuan dengan
beberapa pemegang saham untuk membahas tentang project tersebut. apakah ada
yang bisa saya bantu nyonya?”
“ah annie, aku hanya ingin memastikan saja. kalau
begitu terima kasih Yuri-ssi. maaf telah mengganggu mu...”
“annie, cheonmaneyeo nyonya Lee.”
Sambungan telephone
mereka pun berakhir bersamaan dengan Yoona yang langsung meraih map tersebut
dan membawanya bersama dengannya.
“ternyata namja
itu tak seperfect yang ku kira. hal sepenting ini saja dengan mudahnya ia
lupakan.” gumamnya yang langsung memasuki sebuah taxi yang telah ia pesan.
:’) Lee Corp (‘:
Yoona, yeoja itu
kini tengah berjalan keluar dari sebuah lift yang membawanya hingga mencapai
lantai ke sembilan bangunan tersebut. Ia sedikit mengitarkan kedua bola
matannya mencari sebuah tempat yang kiranya disana ada sebuah ruangan seorang
direktur. Kaki jenjangnya pun ia langkahkan mengikuti arah koridor yang mulai
mengarah pada sebuah pintu besar satu-satunya yang ada dilantai sembilan
bangunan tersebut.
“apakah
ruangannya ada disana?” batinnya. Dengan sedikit ragu, Yoona tetap melangkahkan
kakinya mendekati pintu itu. Tangannya pun ia ulurkan ke gagang pintu, dan dengan
pelan ia menekan kebawah gagang pintu itu hingga berhasil membuatnya dapat
melihat sedikit bagaimana keadaan didalam.
Matanya sedikit
membulat ketika mendapati bahwa tak ada satu pun orang di tempat itu. Bahkan
Yuri, yeoja yang bekerja sebagai sekertaris Donghae pun tak ada disana.
“kemana
sekertarisnya? apakah aku salah ruangan? tetapi tak mungkin, pintu itu
menunjukan bahwa ini adalah ruangan namja itu.”
“tsk... dari pada
menunggu sekertarisnya lebih baik aku
langsung saja ke ruangannya.” sambung Yoona yang langsung berjalan menghampiri
sebuah pintu didalam ruangan tersebut.
Dengan sangat
hati-hati, Yoona kembali menekan gagang pintu itu hingga berhasil membuatnya
dapat melihat sedikit keadaan didalam ruangan. Karena pintu yang hanya terbuka
sedikit, Yoona pun harus bersusah payah mencari keberadaan sosok namja pemilik
map yang ia bawa. Namun sepertinya, matanya tak perlu waktu lama untuk mencari
keberadaan namja itu. Karena kini kedua matanya telah berhasil mengunci rapat
sosok namja itu yang tengah duduk di sofa ruangannya dengan seorang yeoja yang
pernah ia lihat. Ya... yeoja itu merupakan yeoja yang ia lihat di hotel kemarin
malam.
Yeoja yang
berhasil membuat Yoona merasa kesal dan hingga membuat ia tak sengaja
menjatuhkan map yang ia bawa. Sontak, sosok namja yang tengah merangkul yeoja
dihadapannya itu pun langsung beralih menatap ke arah Yoona. Yoona yang
menyadari kesalahan apa yang tengah ia
perbuat, dengan cepat pergi meninggalkan tempat itu.
The other side
Tunggu... itu.
Yeoja itu.......
Tanpa aba-aba aku
langsung melepaskan pelukan ku dan beralih mengejarnya. Langkah ku terhenti
ketika ku dapati sebuah barang yang terjatuh tepat didepan pintu.
“ini.....
arggghhhhhhh......” erang ku dan kembali berlari meninggalkan barang yang
ternyata map penting yang sepertinya tak sengaja tertinggal oleh ku.
The other side end
Yoona terus
berlari mencari jalan untuk keluar dari tempat
itu. Raut wajahnya kini pun menunjukkan rasa kebingungan yang tengah ia
rasakan. Nafasnya yang terengah pun membuat Yoona menghentikan langkah kakinya
sekedar untuk menghirup oksigen yang berada disekitarnya. Namun, baru beberapa
detik ia dapat menghirup oksigen dengan baik, Yoona kembali harus berlari
meninggalkan tempat itu.
“Yoona.......”
“arghhh....
kenapa ia mengejar ku?” geramnya dengan deru nafas yang tentunya masih tak
teratur dan dapat terdengar dengan sangat jelas.
Yoona terus saja
berlari, mencari-cari keberadaan lift yang akan membawanya pergi dari tempat
itu. Mungkin karena dewi fortuna yang baru saja memihak padanya, ia pun
berhasil menemukan lift yang sebelumnya tak berhasil ia temui. Dengan cepat ia
tekan tombol lift yang menunjukkan tanda panah kebawah. Dengan rasa gelisah
yang memuncak ia menunggu lift terbuka. Ia pun masih tetap memburu nafasnya
yang hampir saja habis karena ia terus berlari.
Ting......
Lift yang baru saja
terbuka pun langsung ia masuki. Ia pun dengan cepat meraih tombol lantai satu
pada kumpulan tombol yang berada disisi kiri lift.
“wae? kenapa aku
lari? kenapa aku kesal melihatnya? aku tak mencintainya. mungkin aku hanya merasa
bodoh. ya.. aku merasa bodoh. aku merasa menjadi yeoja pabo. yeoja yang dengan
rela menikah dengan namja yang tak mencintai ku, namja yang hanya memanfaatkan
ku untuk kebahagiaannya sendiri.”
************
Matahari yang
telah tenggelam, menunjukkan bahwa kini hari telah berganti menjadi malam.
Angin yang bertiup kencang pun menandakan bahwa malam ini merupakan awal dari
bergantinya musim. Walaupun begitu, jalan-jalan yang biasa dilalui oleh
orang-orang pun masih tetap ramai seperti biasanya.
Sebuah mobil
sedan mewah baru saja menepi tepat didepan sebuah bangunan yang bertuliskan
Baeghab Boutique. Namun, sang pemilik mobil tak turun dari mobilnya. Ia malah
berdiam didalam, menunggu seseorang yang ia harapkan keluar. Usaha menunggunya
tak memerlukan waktu yang lama, karena baru beberapa menit setelah ia menepi
seorang yeoja yang mengenakan cardigan simple namun tetap terlihat modis keluar
dari boutique tersebut bersama dengan yeoja yang tentunya juga ia kenal.
“Yoong......”
panggil namja itu dari dalam mobilnya.
“Yoochun oppa.....”
balas sang yeoja dengan melambaikan tangannya ke arah namja bernama Yoochun
itu.
“Yoong....
kau.....”
“wae Fany-ah?”
“neo? bagaimana
dengan suami mu?” tanya menyelidik yeoja bernama lengkap Stephanie Hwang itu.
“molla. lagi pula
aku juga tak akan melakukan apa pun dengan Yoochun oppa. ia hanya akan
mengantar ku pulang. ini semua juga salah mu Fany-ah, andai saja kau tak
menabrakkan mobil ku ke pembatas jalan, pasti hal ini tak akan terjadi.”
“ya. aku kan
telah meminta maaf.”
“arra... aku hanya
bercanda. kalau begitu aku pulang duluan ya, annyeong......”
“ya Yoong!!!”
teriak Tiffany yang tak mendapatkan jawaban apa pun dari orang yang ia teriaki.
“apakah oppa
sudah lama?”
“annio, aku baru
saja sampai. oh iya, apakah kau bisa menemani ku minum?”
“minum? memangnya
ada masalah apa sehingga oppa ingin minum?”
Yoona nampak
terlihat bingung ketika mendengar permintaan namja yang tengah sibuk dengan
kendali mobilnya. Jarang sekali namja tersebut memintanya untuk menemani minum,
kalau pun ia, pasti namja itu tengah ada masalah.
“aku tidak ada
masalah, hanya saja aku ingin minum hari ini.”
Yoona nampak
diam. Ia sedikit berfikir dan tentu saja menimbang-nimbang tawaran dari namja
yang duduk disampingnya itu. Ia tak mau kehilangan kesempatan ini, walaupun ia
tahu kalau ia tak bisa minum tapi apa salahnya untuk mencoba hari ini. Toh
hanya hari ini saja ia merasa membutuhkan itu.
“em... baiklah
aku mau menemani mu oppa...”
“jinjja? kalau
begitu kita pergi sekarang ya.....” ucap namja bernama Yoochun itu, dan
langsung membawa mobilnya pergi menuju ke salah satu club mewah yang tak jauh
dari tempat dimana Yoona bekerja.
************
“gomawoyo
oppa...”
“cheonmaneyo
Yoong, sudah sana kau masuk. ini sudah malam.”
Perintah Yoochun
yang langsung mendapatkan anggukan dari Yoona.
Yoona berjalan
menyusuri koridor lantai lima apartment nya. Langkah kakinya begitu lambat dari
biasanya. Mungkin karena kini sudah larut malam, sehingga tubuhnya sudah tak
terlalu mampu lagi menopang dengan baik. Dan mungkin juga ini karena faktor
dari alkohol yang ia minum. Ia berjalan mendekati sebuah pintu yang masih
bersih tak terpasang penghias apa pun. Jari-jarinnya ia mainkan menekan
beberapa angka untuk membuka pintu apartment nya. Delapan angka cantik yang
mudah ia ingat pun telah berhasil membuatnya dengan mudah memutar knop pintu
dan masuk kedalam. Namun kini kedua kakinya malah mematung tak dapat ia
gerakan. Matanya mulai memerih seiring dengan apa yang ia lihat.
“apa ini?”
Suaranya bergetar
hebat. Nafasnya tak begitu teratur. Tangan kanannya pun berpegangan pada
dinding, menunjukan bahwa kakinya mulai melemah tak mampu lagi menyangga
tubuhnya untuk tetap kokoh berdiri.
Mendengar suara
berat seorang yeoja yang ia kenal, Donghae, namja itu buru-buru melepaskan
pelukannya dari seorang yeoja yang tengah duduk di sofa bersamanya. Dengan
cepat ia berlari menghampiri Yoona yang dengan susah payahnya berusaha untuk
pergi meninggalkan apartment nya. Namun usahanya nampak sia-sia saja, karena
baru saja ia ingin melangkah pergi, sebuah tangan kekar berhasil menahannya.
“kau mau kemana?”
“lepaskan!!!!”
“annie! aku tak
akan melepaskan mu! cepat masuk!!”
Suaranya terdengar
sangat tegas dan keras. Layaknya seorang yang memiliki dendam, Donghae
memerintah Yoona dengan sangat kasarnya. Ia menarik tangan kanan Yoona agar masuk
mengikutinya. Tapi nampaknya Yoona enggan dan sangat tak suka atas perintah
Donghae. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki ia menahankan tangan kirinya
pada dinding agar dapat menahan tubuhnya.
“Donghae-ah...
lepaskan. tangan ku terasa sakit.”
Rintih Yoona
dengan genangan air yang hampir membasahi kedua matanya. Ia menangis. Suaranya
mulai tak jelas. Berkali-kali ia meminta untuk dilepaskan, namun Donghae
tetap tak melepaskan genggamannya.
“sakit..... ku
mohon lepaskan.”
“lepaskan wanita ku.”
Seorang namja
yang masih mengenakan setelan jas dengan kasarnya melepaskan tangan mungil
Yoona yang sudah memerah dari genggaman Donghae. Dengan cepat ia menarik Yoona
pergi dan membiarkan Donghae. Ia tak menghiraukan Donghae yanng terus memakinya
dari kejauhan.
************
“kau
beristirahtlah disini. aku akan mengambilkan obat untuk mu dulu..”
“ne... oppa,
gomawoyo...”
Pergelangan
tangan Yoona nampak terlihat lebih baik dari sebelumnya. Walaupun memar pada
tangannya masih terlihat, tapi setidaknya rasa sakit yang ditimbulkan akibat
memar yang ia alami tak terlalu parah seperti sebelumnya.
“Yoong, kau
gantilah pakaian mu dan pakai ini..”
Yoochun, ya
dialah namja yang menolong Yoona. Dan kini pun Yoochun membawa Yoona ke apartment
nya, ia tak mungkin membiarkan Yoona sendiri. Dan tak mungkin pula kalau ia
mengantar Yoona ke rumah orang tuanya.
“nde?”
“kau tak perlu
takut Yoong, kemeja itu sudah dicuci dan belum ku pakai. jadi pakailah sebagai
pakaian pengganti mu untuk malam ini. kau tak mungkin kan beristirahat
mengenakan pakaian yang sejak tadi pagi telah kau pakai.”
Mendengar
penuturan Yoochun yang seperti menasihatinya, Yoona hanya dapat tersenyum. Ia
tak pernah merasakan kebahagian yang seperti
Yoochun berikan padanya ketika ia bersama dengan Donghae.
“gomawo oppa....”
“kau tak perlu
berterima kasih Yoong, oppa melakukannya
karena oppa mencintai mu. sudah kau pergi ganti pakaian mu..”
“baik
sajangnim.....” balas Yoona yang seperti meledek Yoochun. Walaupun begitu,
sebuah senyum kegembiraan sangat terlihat jelas pada wajahnya.
“oh iya Yoong,
kau istirahatlah di kamar ku.”
“nde? di kamar mu
oppa? lalu bagaimana dengan mu?” Yoona nampak bingung. Ia berfikir jika ia
mengikuti perintah Yoochun, lalu bagaimana dengan lelaki itu. Apakah mereka
akan tidur satu ranjang?
“tak apa, aku
bisa tidur di sofa. yasudah cepat kau ganti pakaian mu dan beristirahtlah. besok
pagi aku akan mengantar mu ke kantor. arraseo?”
“arra oppa...
jeongmal gomawoyo oppa....”
Yoona POV
Berkas cahaya
yang mengenai mata ku, membuat ku tanpa sadar membuka perlahan kelopak mata ku.
Ku perhatikan apa yang dapat ku lihat. Ini... ini adalah kamar Yoochun oppa.
Berarti kejadian yang menimpa ku semalam benar-benar terjadi. Ya Tuhan.....
kehidupan apa yang kau berikan pada ku? Kenapa Engkau menyiksa ku dengan cara
seperti ini Tuhan? Aku selalu taat pada mu, tetapi kenapa ini terjadi?
“Yoong, apakah
kau sudah bangun?”
Mwo? Yoochun
oppa? Bagaimana ini? Aku belum mencuci muka ku?
“Yoong, kau kenapa?”
Tanya Yoochun
oppa dari balik rak buku yang berhadapan dengan ku. Aahh.. aku lupa,
benar-benar lupa. Apartment Yoochun oppa kan tidak memiliki pintu pemisah antara
kamar dan ruangan yang lain. Argh... paboya.
“annie oppa. kau
sedang memasak ya?”
“ne. sebaiknya
kau cepat mandi lalu kita akan sarapan bersama. cepatlah, aku akan melanjutkan
masakan ku dulu.”
“ye oppa....”
Entah kenapa aku
tak merasa bahwa pagi ini secerah pagi sebelumnya. Apakah karena kejadian yang
baru ku alami? Entahlah, otak ku benar-benar tak dapat memikirkannya. Rasanya
aku benar-benar seperti seorang yeoja pabo. Yeoja yang hanya bisa diperbudak
oleh namja kurang ajar itu. Bagaimana bisa aku menangis dihadapannya? Arghhh..
Yoong. Kau benar-benar yeoja yang pabo. Pabo. Pabo. Pabo
“sudah sampai...”
“nde? ohh sudah
sampai... kalau begitu aku masuk dulu ya oppa. kau hati-hatilah di jalan.”
“ye sudah sana
masuk. aku akan pergi sekarang. annyeong..”
Aku terus berdiri
memperhatikan mobilnya. Aku belum beranjak masuk sebelum aku benar-benar tak
dapat lagi melihat mobilnya. Dan ketika mobilnya sudah tak terjangkau lagi oleh
penglihatan ku, aku pun baru melangkahkan kaki ku masuk kedalam.
Naesarang ije-neun annyeong you’re
the only one (you’re the only one)
Ibyeorhaneun
isunkanedo you’re the only one
Apeu-go
apeujiman pabo katjiman go-od bye
Tashi neol mot
bonda haedo you’re the only one
Only one
Mwo? Eommonim?
Ada apa dia menghubungi ku?
“yeoboseyo eommonim.....”
“yeoboseyo... kau sedang ada dimana Yoong?”
“em... di boutique eommonim. memangnya ada
apa?”
“begini, eommonim membuatkan makan siang untuk
mu dan Donghae. bisakah nanti kau mengantarkan makan siang untuk Donghae?
tiba-tiba eommonim ada acara, jadi tak dapat mengantarkannya..”
“nde?.... nanti siang..? em....”
“apakah kau tak bisa? kalau begitu......”
“annie.. annie... aku bisa eommonim. kalau
begitu aku akan mengambilnya sebelum jam makan siang.” potong ku cepat. Entah, aku tak tahu apa yang
harus aku katakan. Tetapi saat itu hanya kalimat-kalimat itulah yang ada
difikiran ku. Aku tak mungkin membuat eommonim kecewa. Arghh... kenapa pilihan
sesulit ini selalu menimpa ku.
“baiklah kalau begitu, eommonim menunggu di
rumah. kau jangan terlalu lelah bekerjanya ..”
“ ne eommonim.. annyeong.....”
Author POV
Mentari masih
terus setia menyinari bumi walaupun telah lebih dari lima jam ia menyinarkan
sinarnya. Bahkan kini sinarnya semakin terik hingga membuat masyarakat enggan
bangkit keluar walaupun kini jam makan siang telah hampir tiba.
Sebuah taxi baru
saja memasuki area bangunan perusahaan yang beberapa karyawannya tengah
memenuhi area parkir, mereka tengah bersiap-siap untuk pergi mencari makan.
Seorang yeoja yang datang bersama dengan taxi tersebut baru saja berjalan masuk
kedalam perusahaan dengan sebuah tas makan ditangannya. Ia berjalan memasuki
lift, dan menekan angka sembilan pada kumpulan angka pada dinding lift bagian
kiri.
Yah.. yeoja
tersebut bernama Yoona. Ia kembali
datang ke perusahaan ini karena permintaan ibu mertuanya. Awalnya ia ingin
menolak, tapi kalimat-kalimat yang ada difikirannya menjuruskannya untuk
menerima permintaan tersebut. Kali ini sepertinya ia tak perlu lagi
mencari-cari dimana ruangan suaminya itu. Karena secara tak sadar kakinya telah
melangkah tanpa berfikir lagi menuju ruangan yang terletak diujung.
Untuk kedua
kalianya ia datang ke perusahaan ini, dan untuk pertama kalinya ia baru bertemu
dengan sosok Yuri yang menjabat sebagai sekertaris namja yang telah resmi
menjadi suaminya. Ia sedikit merundukkan badannya ketika matanya bertemu dengan
mata Yuri.
“annyeonghaeseyo....”
“annyeong... apakah
anda nyonya Lee?”
“eo.. nde.”
wajahnya terlihat gugup ketika Yuri
menyadari bahwa ia merupakan istri dari atasannya.
“ada yang bisa
saya bantu nyonya?”
“annie, saya
hanya ingin mengantarkan ini kepada sajangnim. apakah ia ada?”
“ne, ia ada
didalam.”
“ne
gamsahamnida...” balas Yoona dan kembali merundukkan badannya.
Yoona pun
melangkahkan kakinya mendekati pintu ruangan dimana Donghae sehari-hari
menghabiskan waktunya untuk berkutat dengan segala macam urusan pekerjaannya.
Ia nampak sedikit berfikir sejenak. Ia merasa bimbang, haruskah ia mengetuk
pintu terlebih dahulu. Ataukah ia melakukan hal yang sama seperti yang kemarin ia lakukan? Otaknya kembali ia
paksakan untuk menentukan jawaban atas fikirannya.
Sepuluh detik....
Lima belas
detik....
Tiga puluh
detik....
Satu menit....
Yoona masih terdiam
didepan pintu dengan tangan yang ia letakan diatas gagang pintu. Dan hal itu
sedikit menarik perhatian Yuri yang bingung dengan apa yang sedang dilakukan
Yoona. Walaupun begitu, nampaknya Yuri enggan untuk mencampuri apa yang sedang
Yoona fikirkan. Ia pun kembali menyibukkan dirinya dengan komputer yang ada diatas
mejanya.
“huh.... aku akan
melakukannya.” ujarnya pelan bahkan sangat pelan. Ia menarik nafasnya
dalam-dalam sebelum menekan gagang pintu itu kebawah.
Ia membuka pintu
dengan sangat pelan agar tak ada suara yang ia timbulkan. Pelan dan sangat begitu
hati-hati, hingga nyaris satu menit berlalu pintu hanya baru terbuka tiga senti
saja.
“tsk... kenapa
tak terlihat apa-apa? sepertinya aku harus membuka pintunya lagi.”
Buk......
Baru saja ia
kembali membuka pintu tersebut, tas makanan yang ia bawa terjatuh hingga
membuat sosok Yuri dan juga sosok orang yang berada didalam ruangan itu beralih
menatapnya. Matanya membulat. Tangannya ia letakan didepan mulutnya. Tubuhnya
mulai bergetar. Ia benar-benar tak habis fikir dengan apa yanng baru saja ia
lihat. Donghae, namja yang merupakan suaminya itu nyaris saja mencium sosok
yeoja yang selama ini selalu dilihatnya bersama dengan Donghae.
Yoona hanya bisa
berdiri terpaku didepan ruangan Donghae. Kaki jenjangnya belum dapat bekerja
dengan baik bersamaan dengan perintah yang disalurkan melalui otaknya. Ia ingin
sekali pergi meninggalkan tempat itu sekarang, tapi sepertinya kakinya masih
belum menerima perintah dengan baik. Kakinya baru dapat bekerja dengan baik
ketika butiran krystal mengalir dari matanya. Ia mulai melangkahkan kakinya
pergi meninggalkan tempat itu. Dengan sekuat tenaga ia berlari menuju lift sama
seperti apa yang ia lakukan kemarin. Dengan cepat tangannya meraih tombol lift agar
dengan cepat pula pintu lift terbuka.
Namun sepertinya usahanya tak berujung baik, karena baru saja pintu lift akan
tertutup, sepasang tangan menahannya dan membuat pintu lift kembali terbuka.
“kenapa kau ada
disini? GGA!!!!” sungut Yoona dengan emosi yang benar-benar sudah berada
diubun-ubun kepalanya. Ia menangis. Matanya pun memerah.
“lepaskan!!!!”
pekik Yoona lagi saat tangan kekar Donghae kembali mencengkram pergelangan
tangannnya. Donghae hanya diam tak meresponnya.
“lepaskan aku!!!”
sungut Yoona lagi dengan suara yang lebih keras.
“annie. kau harus
ikut dengan ku.”
Donghae menarik
tangan Yoona mengikuti arah langkahnya. Banyak pasang mata yang langsung
beralih menatap mereka, namun sama sekali tak dihiraukan oleh Donghae. Ia tetap
menarik Yoona dan memaksanya untuk masuk kedalam mobil.
“hentikan
mobilnya!! aku tidak ingin ikut dengan mu!!”
“terserah kau
ingin bicara apa. tetapi aku tak akan membiarkan mu lepas untuk kedua kalinya.”
Mobil sedan mewah
yang dikendarai oleh Donghae telah terparkir dengan sangat sempurna di area
basement apartment. Melihat kondisi basement yang sepi dengan mobil menunjukan
bahwa penghuni apartment masih beraktivitas diluar.
“ya! lepaskan!”
“diamlah. jangan
membuat keributan.”
Dongha kembali
menarik tangan Yoona mengikuti langkah
kakinnya. Ia membawa Yoona kembali ke apartment mereka. Yoona nampak terlihat
bingung, kenapa Donghae membawanya pulang. Tetapi rasa kesal, takut, marah yang ia rasakan
terus berkecamuk berbaur menjadi satu hingga membuat ia hanya dapat menitihkan
air mata. Ia tak dapat berfikir dengan logikanya lagi saat Donghae menariknya
masuk kedalam kamar. Sekuat apa pun tenaga yabg ia gunakan untuk mempertahankan
dirinya agar tak masuk, tetapi semuanya nampak sia-sia karena kini Donghae
telah berhasil menariknya masuk.
Ia nampak bingung. Tubuhnya pun bergetar, air
matanya terus mengalir dari kedua matanya. Tubuhnya semakin melemas ketika ia menyadari bahwa kini Donghae telah
mengunci rapat pintu kamar mereka.
“apa yang mau kau
lakukan??”
“kau diamlah. ikuti
saja permainan ku.”
Donghae manarik
tubuh mungil Yoona menedekat dengannya. Mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona.
Dan mulai menciumi bibir mungil Yoona dengan ganasnya. Ia tak menghiraukan
Yoona yang sejak awal telah meronta terhadap apa yang ia lakukan.
“le.... le...
pas... kan.....” Yoona mencoba berbicara disela-sela Donnghae yang terus
menciumnya. Air matanya terus mengalir, tubuhnya pun semakin bergetar dengan
hebatnya.
“tenanglah
Yoong... aku akan melakukannya seperti apa yang kau lihat ketika aku sedang
bersama Jessica.”
“Je... Jes...
sica..... jadi.., nama.. yeoja itu Jessica.”
“ya dia Jessica.
dia adalah kekasih ku sebelum aku menikah dengan mu.” ucap Donghae dengan
membelai wajah Yoona yang telah basah dengan air matanya.
“dan sekarang,
kau akan merasakannya Yoong...” Donghae mendorong tubuh mungil Yoona yang sudah
tak memiliki tenaga lagi keatas ranjang. Ia mulai membelai wajah Yoona, dan
menciumi seluruh bagian wajahnya. Ia terus melakukannya tanpa menghiraukan
Yoona yang terus menangis dan terus-menerus meronta. Ia pun dengan teganya
kembali menciumi bibir Yoona bahkan semkain ganas. Ia melumuti bibir bawah
Yoona dan juga bibir atasnya tanpa henti.
“lepaskan... aku
mohon lepaskan aku. Donghae-ah... tolong lepaskan aku...” pinta Yoona dengan
air mata yang terus megalir dari matanya.
“wae? bukankah
kau menginginkannya?” tanya Donghae dengan posisi tubuhnya yang berada persis
diatas tubuh Yoona. Yoona terdiam, ia hanya bisa menjawab pertanyaan Donghae
dengan tangisannya yang tiada henti. Jangankan menjawab pertanyaan Donghae,
melihat matanya saja Yoona tak mampu. Ia begitu
takut untuk menatap kedua mata Donghae yang terlihat sangat kejam.
Donghae bangkit
dari posisinya. Ia berdiri dan menatap lurus kearah jendela kamarnya. Yoona
dengan sisa-sisa tenaganya pun mencoba bangkit menjauh dari sosok Donghae. Ia
berjalan menjauhi ranjangnya, dan berdiri terpaku dengan air mata yang terus
mengalir dari matanya.
“pergilah....”
ucap Donghae dingin tanpa memandang Yoona. Seketika Yoona menghentikan
tangisnya. Wajahnya berubah, ia benar-benar tak habis fikir dengan sosok
Donghae. Namun ia juga tak menyia-nyiakan kesempatan yang akan menyelamatkan
hidupnya. Dengan cepat ia meraih kunci yang masih tergantung di pintu, dan mumutar
kuncinya. Ia berlari pergi meninggalkan Donghae yang masih berdiri
memunggunginya.
Yoona terus saja
menangis. Sepanjang jalan yang ia lalui, tak henti-hentinya butiran-butiran
krystal mengalir dari kedua bola matanya. Kakinya pun melangkah tanpa arah.
Bahkan ia tak memperdulikan keadaan dirinya kini yang telah menjadi pusat
perhatian banyak orang. Tubuh kurusnya yang sudah mulai melemas, memaksanya
untuk berhenti beristirahat. Ia bingung, fikirannya tak menentu. Yang ada dikepalanya
kini hanyalah bagaimana kelangsungan hidupnya. Ia tak ingin kembali ke
rumahnya. Ia juga tak mungkin pulang ke rumah orang tuanya. Apalagi jika ia harus
meminta bantuan Tiffany, entah apa yang akan terjadi nanti jika hal tersebut
sampai terjadi. Dan kini hanya satu nama yanng mampu membantu Yoona sekarang.
Ya... Yoochun. Park Yoochun. Namja itulah satu-satunya kini harapan Yoona.
Ia dekatkan
ponselnya pada telinganya. Menunggu sosok orang yang ia hubungi menjawab
sambungan telephonen nya. Cukup lama ia menunggu, hingga nyaris seorang
operator yang menjawab telephonenya. Tapi sepertinya kecepatan sang operator
dengan kecepatan Yoochun sangatlah berbeda. Karena Yoochun sanggup menjawab
sambungan tersebut sebelum berakhir ditangan sang operator.
“yeoboseyo....”
“o.. opp.. oppa....” ucap Yoona terisak. Bahkan suaranya nyaris
tak terdengar oleh Yoochun.
“Yoong... wae? kenapa kau menangis?” suaranya mulai terdengar khawatir. Ia bingung
kenapa yeoja yang ia sayangi menghubunginya dengan suara yang terisak.
“o.. opp.. oppa... aku... aku... takut....” ucap Yoona lirih. Ia semakin terisak ketika
ingatan akan kejadian yang baru saja terjadi kembali hinggap dengan jelas
diingatannya.
“eoddiseo? oppa akan menjemput mu, kau jangan
kemana-mana.”
“aku... aku... di halte... dekat apartment..”
************
Wajahnya terlihat
sangat pucat. Tubuhnya pun bergetar seiringan dengan air-air bening yang tiada
hentinya mengalir. Yoochun, namja yang membantunya pun merasa bingung. Setiap
kali ia bertanya, setiap kali itu pula Yoona tak menjawab pertanyaannya.
“minumlah..”
Yoochun memberikan segelas coklat hangat pada Yoona. Ia menatap yeoja itu
dengan tatapan yang penuh tanya. Ia
bingung, apa yang sebenarnya terjadi.
“apakah namja itu
lagi?” tanya Yoochun. Ia tak menyangka pertanyaannya langusng membuat Yoona
menghentikan aktivitasnya.
“kau istirahatlah
dulu. aku ingin keluar..”
“kau mau kemana
oppa?” tanya Yoona. Akhirnya ia membuka mulutnya setelah kejadian menangis
dipinggir jalan yang ia lakukan.
“aku ingin
mencarikan mu pakaian ganti. tak mungkinkan kau kembali memakai pakaian mu itu
atau memakai kemeja ku lagi. habiskan coklat panas mu, lalu bersihkanlah tubuh
mu. aku akan segera kembali.” Yoochun pergi meninggalkan Yoona yanng masih
terduduk disofa dengan segelas coklat
panasnya.
“temui aku di basement apartment
mu.”
To : Lee Donghae
Yoona POV
Aku segera meraih
pakaian yang diberikan Yoochun oppa semalam. Rasanya pagi ini tubuh ku terasa
sangat berat dari biasanya. Mungkin ini karena semalaman aku terus menangis.
Huh.... aku ingin sekali tidak pergi ke boutiqe seperti permintaan Yoochun
oppa, tetapi aku harus tetap ke boutique. Ini semua demi kemajuan karir ku. Ayo
Yoona.. fighting!! Kau tak boleh terpengaruh hanya karena kejadian kemarin. Kau
harus buktikan kalau kau yeoja yang tangguh. Fighting.. fighting.. fighting...
“Yoong... ayo
makan, sarapan sudah jadi.”
“ye oppa.....”
Pagi ini
seperti pagi kemarin, aku kembali
merepotkan Yoochun oppa. Walau ku tahu, belakangan ini aku selalu menambahkan
bebannya. Huh... tapi mau bagaimana lagi, Yoochun oppa selalu memaksa untuk
mengantar ku. Walaupun aku telah menolaknya dengan berbagai alasan, tetapi begitulah Yoochun oppa. Ia tak pernah
membiarkan ku melakukan kegiatan ku sendiri.
“oppa....” aku
menatap kearahnya. Ku perhatikan dirinya yang masih disibukan dengan kendali
mobil yang sedari tadi ia putar sebagai penentu arah mobil ini.
“wae?”
“em... malam itu,
kau pergi kemana?”
“aku? membeli baju
yang kau pakai. waeyo?”
“em... annie. aku
hanya merasa tak enak dengan mu. aku selalu merepotkan mu oppa.”
“aku tak merasa
direpotkan oleh mu. jadi kau tak perlu sungkan. arraseo?”
“ne oppa..
gomawo...”
Kenapa rasanya
ada sesuatu yang oppa sembunyikan dari ku. Apakah ini hanya perasaan ku, atau
memang sudah terjadi sesuatu yang tak ku
ketahui. Tapi apa?
“sudah sampai..”
“nde? oh sudah
sampai... gomawo oppa, kalau begitu aku masuk dulu ya...”
Hendak ku buka
pintu mobilnya, namun ku urungkan niat ku karena Yoochun oppa yang tiba-tiba
menahan tangan ku.
“changkkaman, ada
yang ingin oppa katakan pada mu.”
“apa oppa? kenapa
kau begitu serius sekali?”
Aku merasa
bingung dengan ekspresi nya. Baru kali ini aku melihat ekspresi itu berada pada wajah tampannya. Tampan...
Yoong, disaat seperti ini kau masih saja memikirkan hal tak penting seperti
itu. Huh.... tetapi memang benar, wajahnya sangat tampan. Bahkan lebih tampan
dari namja kurang ajar itu. Entah bagaimana bisa harmoni menjodohkan ku dengan
namja itu. Huh......
“em.... aku..... aku
akan pergi ke Los Angeles hari ini.”
Tunggu...
apa yang ia katakan? Los Angeles? Hari
ini?
“bo? oppa akan
pergi? lalu bagaimana dengan ku? dan untuk apa oppa kesana?”
“kau tak perlu
khawatir Yoong. oppa kesana karena harus mengurus cabang perusahan oppa, dan
kau, kau jangan takut. kau bisa tinggal di apartment oppa.”
“tapi oppa...”
“Yoong, dengarkan
oppa. kau tidak sendiri, masih ada Tiffany yang berada disisi mu. lagi pula
oppa tidak akan lama disana.”
“huuuhhh...
baiklah, memangnya berapa lama oppa disana?”
“enam bulan. tapi
kau jangan khawatir, oppa akan sering menghubungi mu, dan oppa akan usahakan
untuk kembali kesini untuk bertemu dengan mu.”
“baiklah kalau
itu demi kebaikan mu oppa. aku tak apa...”
Aku pasrah. Aku
tak mungkin melarangnya. Ini masalah perusahaanya. Siapa aku melarangnya untuk
pergi. Yang pentinng sekarang, ia telah berjanji untuk sering menghubungi ku. Itu
sudah cukup.
“kalau begitu aku
masuk dulu oppa. kau berhati-hatilah. dan jaga kesehatan mu disana. arraseo?”
“arra nona Im.”
Nona
Im? ㅋㅋㅋㅋ.....baru kali
ini aku mendengar ia memanggil ku
seperti itu.
Author POV
Hari terus
berlalu. Tak terasa hari yang ditunggu-tunggu oleh seorang Im Yoon Ah pun tiba.
Hari yang akan menjadi saksi bisu karirnya. Ia telah bekerja keras untuk
menyambut hari ini. Waktu tidurnya pun rela ia gunakan demi menyelesaikan
berbagai design yang belum rampung. Namun semuanya terbalaskan karena hari ini
telah tiba.
Seluruh pasang
mata terus menyaksikan berbagai gaun yang dipertunjukan oleh para model. Tak
jarang beberapa tamu rela bangkit dari kursinya demi mengabadikan gaun-gaun
cantik yang sedang diperagakan. Sampai pada puncak acara pun tepuk tangan dari
penonton terus saja menggema memeriahkan acara tersebut.
“tak sia-sia kita
menghadiri acara ini..”
“ne hyung. model-modelnya
semuanya neomu neomu yeppeo.”
“ya Hyukkie-ah! kau
kesini hanya karena model-model itu?”
“tentu saja, kalau
bukan karena model-model itu aku tak akan mau datang ke acara fashion ini. aku
kan namja normal.” tutur namja bergusi indah itu tanpa ada raut menyesal karena
telah mengatakan hal konyol itu.
“aish... terserah
kau sajalah.”
“Teukkie hyung,
ngomong-ngomong dimana Hae?”
“mollayo. bukannya
tadi ia duduk disebelah mu Shindong-ah?”
“hyung.., itu
dia.” tunjuk namja yang dipanggil Hyukkie tadi pada sosok namja yang mengenakan
setelan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan dasi berwarna merah yang
tengah berjalan kearah mereka.
“kau darimana?”
“aku dari
toilet..”
“Hae-ah, dimana
istri mu? aku ingin memberikan selamat padanya..”
“ne. aku juga”
“istri?” ia
terlihat bingung. Ia tak mengerti apa yang
dimaksud oleh dua orang namja yang ia panggil hyung itu.
“ye. istri mu. Im
Yoon Ah. kau lupa?”
“ah.. itu.....”
“dari pada hyung
tanya pada ikan bodoh ini lebih baik hyung panggil saja lanngsung orangnya.” potong
Eunhyuk membuat seluruh fokus teralihkan kearahnya.
“Yoona-ssi.....”
“annyeonghasaeyo.....”
sapanya pada tiga orang namja itu. Ia dan Tiffany sedikit merundukkan badan
mereka memberikan salam. Namun ketika matanya berhasil menangkap sosok Donghae
yang berdiri tak jauh dari namja bernama Shindong, tangannya menjadi gemetar.
Ia sedikit melangkah mundur menyembunyikan sedikit tubuhnya dibelakang tubuh
sahabatnya Tiffany.
“chukhaeyo
Yoona-ssi. acara mu berjalan dengan sangat baik, dan gaun-gaun yang kau design
juga sangat cantik.”
“pantas saja acara
ini banyak mendapat sorotan dari media. sekali lagi chukhae Yooona-ssi...”
“ne cheonmaneyo
Leeteuk oppa, Shindong oppa... oh iya perkenalkan, ini sahabat sekaligus
partner ku Tiffany. karena dia juga acara ini berjalan dengan baik..”
“annyeonghasaeyo.....”
“Yoona-ssi, kau
harus sering-sering mengingatkan suami mu mengenai acara-acara yang kau buat. ia
saja sampai lupa kalau ini acara mu.” celetuk Eunhyuk yang membuat kecanggungan
kembali melanda Yoona.
“em....”
“Donghae
oppa.....” suara yeoja itu membuat seluruh mata langsung beralih kearahnya. Sosoknya
berhasil membuat raut bingung terpampang
jelas pada wajah Eunhyuk, Leeteuk, Shindong, dan Tiffany. Yeoja itu sangat
menarik perhatiann mereka, karena tiba-tiba saja ia datang dan langsung
merangkul lengan Donghae. Namja yang notabene nya merupakan suami dari Yoona.
To Be Continued ~
annyeonghasaeyo :)
Heartless finally back!!!! jinjja mianhae for making readers wait a long time for the continuance of this part. but i hope readers have not forgotten this story.
how is goes? is it interesting? hem... i hope readers aren't disappointed with this part.
i thought it is my time to go, hope readers enjoy with this part.
see you in the other time and the other story.....감사합니다 ^^
penasaran ma karakternya donghae,
ReplyDeletelanjut,,
ne.. aku lagi ngelanjutin next part nya.
Deletedi tunggu ya:)
gomawo dwi yan-ssi
comentnya dpart 2 ja .......keren ffnya .....wat yoonhae bersatu thor.....ff YH your new face cepat dshare thor....dtunggu ff YH nya.....
ReplyDeletene enggak apa-apa. udah nyempetin comment aja aku udah seneng.
Deletenasibnya yoonhae gimana? di tunggu aha ya.
untuk your new face, aku juga lagi typing, ditunggu juga ya..
gamsahamnida:)
lanjutt....
ReplyDeletene ditunggu ya.
Deletegamsahamnida karlin-ssi:)
Lanjut!! Ditggu next part jangan lama" okeh :D
ReplyDeletediusahain ya:)
Deletegomawo etha iriani-ssi
Lnjut....^^
ReplyDeleteQ pnsaran sma karakter haeppa,msih misterius sma karakter haeppa>_<
mian q k0ment dipart nie cz bca skaligus,,,
ditunggu aja karakter Donghae oppa nya ya...
Deleteenggak apa-apa, udah comment di part ini aja aku udah seneng.
gomawo CalysthAiden-ssi :)
bagus chingu
ReplyDeletepenasaran banget ma donghae
lanjutannya jgn lama2 ya
gamsahamnida...
Deleteseneng deh ada yang suka sama ff yang aku buat.
lanjutannya lagi aku typing..
gomawo udah comment :) *bow down*
bgus..
ReplyDeletedi tnggu next part nya...
jgn lma2 y,,,
bgus..
ReplyDeletedi tnggu next part nya...
jgn lma2 y,,,
gamsahamnida chingu :)
Deletene ditunggu ya next part nya *bow down*
Author nim>> Aq kesel sama karakter donghae disini. Kenapa dia kejam banget sama yoong unnie.. Aq ga tega liat yoong unnie digituin. Sekarang yoochun oppa udah pergi ke LA, terus yang bakal jaga yoong unnie dari siikan siapa?
ReplyDeleteAq takut yoong unnie nanti disiksa lagio sama donghae.. Penasaran banget sama sudut pandangf si donghae. kalau dia jahat ke yoong kenapa dia mau nikahin yoong unnie? kasian yoong unnie...
Aduh maaf ya chingu, komentar aq panjang banget..
Part selanjutnya ditunggu, jangan lama2 yah chingu.. hampir jamuran nunggu part selanjutnya.. Fighting.. YoonHae jjang.^^
gomawo chingu udah mampir dan nyempetin comment.
Deleteenggak apa-apa kok panjang, itu namanya chingu ngerespon dengan baik karya ku.
untuk part selanjutnya di tunggu aja ya :) *bow down*