[Two-Shoot] Second Marriage





cast :
  • Han Hyo Joo
  • Park Yoochun
  • Park Gyuri
  • Kim Hyun Joong 






Ku rasakan ada sebuah benda asing yang menusuk kelopak mata ku. Semakin lama benda asing ini semakin meninggalkan rasa hangat. Ku buka mata ku perlahan. Rasanya sangat sulit untuk melihat karena tiba-tiba saja timbul suatu cahaya yang sangat mengganggu. Sangking mengganggunya, sampai-sampai aku tak dapat melihat dengan jelas.

Ku ubah posisi ku menjadi duduk. Dengan rasa kantuk yang masih menggelayuti ku, aku mulai meregangkan sedikit otot-otot serta tulang-tulang yang terasa sangat pegal karena posisi tidur ku yang tak layak.


“kau harus memperjuangkannya Yoochun-ah. kalau tidak, kau akan menyesal seumur hidup mu. sama seperti saat kau tak mendengarkan ucapan kami mengenai Gyuri.”

“kau menyukainya. Han Hyo Joo. dialah orangnya. bukan Park Gyuri atau pun yang lain.”


Arrgggghhhhhh...... kenapa ucapan mereka terus saja menghantui ku. Tidak bisakah aku berfikir sejenak. Aku butuh waktu. Aku perlu waktu untuk merilekskan semua keja otak ku. Arggghhhhh......


    Nareul dalma gaseumane gadeugcha kojyoganeun INNOCENCE
    Bulkochun balge taoreuge majimagi chanlanhan noulcheoreom
    Waiting for Rising Sun


Junsu? Untuk apa manusia ini menghubungi ku? Tumben sekali, biasanya ia selalu menghubungi Lee Hyuk Jae si monyet itu.


“wae?”
“ya hyung! tidak bisakah kau mengucapkan salam terlebih dulu?”
“aish.. mian. wae? tumben kau menghubungi ku sepagi ini? apakah Eunhyuk sudah tak ingin lagi menjadi sahabat mu hingga ia tak mau lagi mengangkat telephone mu, eo?” Ledek ku yang tentu saja akan mendapatkan bentakan dari namja aneh disebrang sana.
“mwo? seharusnya aku yang melakukannya. aish... kenapa malah membicarakan Eunhyuk, ini tak ada hubungannya dengan si monyet itu.”
“lalu?” Dingin, yah.. itulah yang terlontar dari mulut ku. Karena sesungguhnya aku sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan ini.
“lalu? ya! lalu? ini mengenai mu hyung! lalu? itu kata yang pantas aku lontarkan untuk mu, bukan kau yang melontarkannya untuk ku!!”
“tsk. memangnya ada apa dengan ku? aku baik-baik saja.”
“mwoya? dasar anak kecil tak tahu apa-apa! cepat sekali kau melupakan masalah yang baru saja kau alami.”

Aku diam sejenak. Berfikir dalam diam tersebut. Masalah? Masalah apa? Apakah ini mengenai perusahaan? Setahu ku perusahaan sedang dalam keadaan baik. Lalu masalah apa?

“YOOCHUN HYUNGGG!!!!! KAU BENAR-BENAR GILAA!!!!!!”
“YA! jangan berteriak pada ku. aku tak tuli! dan gila? kau yang gila! menghubungi orang lain sepagi ini, dan berteriak dengan volume suara yang sangat mengganggu pendengaran!”
“sudahlah. aku tak ingin berkelahi dengan anak kecil seperti mu hyung. aku menghubungi mu hanya karena aku ingin mengingatkan mu agar kau cepat mengambil keputusan.”

Keputusan? Apa? Tadi masalah, sekarang keputusan. Ada apa dengan anak ini? Kenapa ia tiba-tiba menjadi orang yang suka sekali mengucapkan kalimat yang membingungkan?

“keputusan? keputusan apa? dan untuk apa? aku tak mengerti.”
“aish... keputusan hyung, keputusan mu. kau akan melepaskan Hyo Joo untuk selamanya atau kau akan mendapatkannya kembali.”

Hyo Joo? Hhhaaaaa.... otak ku rasanya ingin pecah sekarang.

“aaahhhhh... ttuk! aku pusing!”
“hyung, kau harus cepat, kalau tidak kau ak..........”


Aku langsung menekan tombol berwarna merah. Menghentikannya agar tak lagi mengusik hidup ku untuk beberapa saat. Karena aku yakin bahkan sangat yakin, nanti ketika kami bertemu di kantor, mereka pasti akan membicarakan hal ini lagi. Dan akan semakin membuat ku ingin meledak.



Author POV

Mulutnya terus terkunci rapat. Wajahnya terlihat sangat tak mengenakkan. Ia terus menatap empat orang namja yang sedari tadi terus berbicara tanpa henti kepadanya. Mereka terus mengeluarkan berbagai macam kalimat yang memojokannya.

“TTUKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!”Geramnya seketika. Tangannya ia tempelkan ke telinga. Matanya menatap lekat keempat namja itu, seakan meminta mereka untuk diam dan diam.

“bisakah kalian tutup mulut! aku sudah pusing dengan apa yang kalian ucapkan. kalian menganggap seakan-akan aku menyukai Hyo Joo...”

“kau memang menykainya!!” Potong namja berkulit putih susu itu seperti dapat membaca dengan jelas isi hati namja itu.

“kalian salah kalau mengira seperti  itu.” Suaranya yang sedikit keras menggambarkan bahwa ia tak mau kalah dengan keempat namja itu.

“kami tak mengira-ngira. kau memang menyukainya Yoochun-ah. kau ingat malam dimana pasca perceraian mu, malam itu kau mengatakan kalau kau merindukan sosok Hyo Joo. kau mengatakan kalau seandainya Hyo Joo tak pergi, pasti ia akan menghibur mu. kau ingat? dan itu menunjukkan bahwa di hati dan juga di fikiran mu hanya ada satu, yaitu Hyo Joo!” Ucap namja itu lagi dengan menunjuk dada namja bernama Yoochun itu.

Ia terdiam. Ia tak menyangka bahwa sangkalan atas perasaannya selama ini dapat diketahui keempat sahabatnya itu. Ia mengakui bahwa apa yang dikatakan keempat sahabatnya itu benar. Bahwa ia menyukai Hyo Joo. Dan parahnya, perasaannya itu telah ia rasakan sejak dulu, sejak mereka masih remaja.

“sekarang semua keputusan ada pada mu hyung. aku, Jaejoong hyung, Yunho hyung, dan Junsu hyung hanya dapat membuat mu menyadari akan semuanya. kami tak berhak menjerumuskan diri lebih dalam lagi. dan lagi pula, kau kan bukan seorang anak belasan tahun yang pada saat itu baru pertama kali merasakan perasaan seperti ini.”


------- ^,^ -------


“kau memang menykainya!!”

“sekarang semua keputusan ada pada mu hyung. aku, Jaejoong hyung, Yunho hyung, dan Junsu hyung hanya dapat membuat mu menyadari akan semuanya. kami tak berhak menjerumuskan diri lebih dalam lagi. dan lagi pula, kau kan bukan seorang anak belasan tahun yang pada saat itu baru pertama kali merasakn perasaan seperti ini.”


“AARRRGGGGHHHHHHH.............. AKU HAMPIR GILA!!!!!!!!!!!!!!!”

Ia membanting tubuhnya ke sofa. Memejamkan kedua matanya, dan tenggelam dengan semua kalimat yang terus saja membayang-bayanginya sejak kalimat-kalimat itu terucap. Semua kalimat itu pun berhasil membuat sesosok yeoja berada dalam benak dan juga fikirannya. Berkali-kali ia mengkerutkan keningnya. Mencoba menghapus bayangan yeoja itu. Tapi semua nampak sia-sia. Bayang-bayang akan sosok yeoja itu tak kunjung hilang, bahkan semakin ia mencoba untuk menghilangkannya semakin sosok itu terus bergentayangan bagaikan hantu.

“aku akan melakukannya. tak akan ku biarkan namja bernama Hyun Joong  itu kembali melakukannya.”


------- ^,^ -------


Mentari baru saja memunculkan secarcik sinarya. Burung-burung pun belum sepenuhnya memperdengarkan suara emas mereka. Mata-mata penanti  pun belum seluruhnya hadir. Mereka masih terlelap didalam mimpi yang tengah mereka lakoni. Seorang namja dengan mobil mewahnya bergerak keluar rumah, menembus dinginnya pagi serta sepinya ibu kota. Namja itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan yang terbilang tinggi. Otaknya mengkoneksikan tangan serta kakinya agar membawa sang pengemudi ke suatu tempat yang memang menjadi target utamanya di pagi buta itu. Bukan tempat ia biasa berkutat dengan berbagai macam tulisan, bertemu dengan orang-orang penting, atau bahkan sekedar menorehkan tanda tangannya pada secarcik kertas yang akan membawa dampak bagi dirinya dan juga orang banyak, tapi ke suatu tempat yang sangat tak asing lagi baginya. Atau boleh dikatakan, tempat yang menjadi saksi bisu akan dirinya.


Bunga-bunga yang bermekaran selalu menghiasi tempat tersebut. Kumbang-kumbang serta kupu-kupu pun selalu terlihat menemani sang bunga sejak mentari terbit hingga berganti dengan rembulan. Kumpulan bunga-bunga yang indah terlihat semakin menarik dengan penataan yang sangat membuat takjub. Dengan berbagai macam bunga serta warnanya, mereka dapat dibentuk menjadi sebuah hati yang besar dengan penuh warna.

Seorang namja melangkahkan kakinya, mendekati sebuah pohon besar nan rindang. Ia menatap lekat-lekat pohon itu. Menyentuh pada salah satu sisi. Sisi yang terdapat sebuah ukiran disana. Ukiran yang dulu ia buat sebagai ungkapan perasaannya.

“YH...” Bisiknya pelan. Sangat pelan hingga mungkin bisikannya hanya akan terbawa oleh angin yang terus berhembus.

Suara derap langkah terdengar bersamaan dengan sang namja yang mengangkat tangannya dari pohon tersebut. Ia nampak terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia tak menyangka, ada orang bodoh yang datang ke tempat tersebut di pagi buta seperti itu.

Namja itu menyembunyikan tubuhnya dibalik pohon tersebut. Ia tak tahu kenapa ia harus bersembunyi. Tetapi saraf  pusatnya telah memerintahkan kedua kakinya untuk berjalan menuju balik pohon. Matanya yang tajam, terus ia fokuskan. Melihat tanpa ada niatan untuk pergi atau keluar dari tempat persembunyiannya. Namun tiba-tiba saja, matanya membulat. Membulat setelah ia melihat sosok orang yang ia anggap bodoh karena di pagi buta orang itu malah pergi ke tempat tersebut.


“hhhuuuuuuhhhhhhhh..... aku merindukan tempat ini..”


   The other side

“hhhuuuuuuhhhhhhhh..... aku merindukan tempat ini..”

“sudah berapa lama aku tak berkunjung kesini? emm.. kalau  tak salah, terakhir kali saat aku akan pergi ke Amsterdam.”

Aku kembali melihat tempat ini. Tak ada yang berubah, semua masih tetap sama seperti saat terakhir kali aku berkunjung kesini. Dan....

Aku meraih sebuah batu berukuran sedang yang berada didekat kaki ku. Menggenggamnya dan melihatnya dalam.

Dan... tempat batu-batu ini pun sama sekali tak berubah.

“huh.. sudah sangat lama sekali. pantas saja aku sangat merasa rindu akan tempat ini. sama seperti aku merindukan sosoknya. sosok yang selalu menemani ku....”

“nan bogoshippoyo... PARK YOOCHUN...................” Teriak ku sembari melemparkan batu tersebut ke dalam danau.

   The other side end



Yoochun POV

Apakah aku tak salah mendengar? Dia...? Aish.... apakah ini hanya halusinasi ku karena aku terus memikirkanya? Tapi itu tak mungkin. Aku jelas-jelas mendengar apa yang ia ucapkan. Dan aku tak mungkin salah mendengar, karena di tempat itu tak ada orang lain lagi selain aku dan dia.

Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan semua pikiran yang tengah memenuhi seluruh bagian otak ku. Dengan sedikit merapihkan pakian yang ku pakai, aku mempersilahkan sang pengetuk pintu untuk masuk. Walau aku yakin pengetuk itu pasti namja-namja iseng yang selalu mengusik kehidupan ku. Yah... aku dapat menebak apa topik yang akan mereka bahas beberapa saat lagi. Pasti tak lain dan tak bukan, topik yang sama seperti yang kemarin.

“Yoochun-nim.....”

Nde? Changmin? Kenapa hanya dia? Kemana yang lain? Tumben sekali, biasanya mereka juga ikut memojoki ku bersama dengan magnae gila ini.

“Yoochun-nim.”

Panggilnya lagi yang kembali membuat ku tersadar akan keberadaannya.

“ne? ada apa?” Tanya ku berpura-pura seakan tak tahu maksud tujuannya ke ruangan ku.

“aku harus segera bertemu dengan client, dan sajangnim belum menandatangani dokumen ini.” Ujarnya sembari menyodorkan map berwarna merah kepada ku.

“nde? dokumen?”

“ne. igeo.....”

Aku menatap dokumen itu. Park Project. Ahh... aku ingat project ini. Kenapa aku sampai lupa untuk menandatanganinya.

“mian..” Ucap ku sembari memberikan dokumen yang baru saja ku tanda tangani itu.

“kalau begitu aku permisi dulu sajangnim.”

“ya! kau mau kemana?” Tahan ku saat Changmin hendak beranjak pergi.

“aku harus kembali ke ruangan ku? memangnya ada apa?”

“em... aku tak.............. annie annie. lupakan saja. kau bisa kembali ke ruangan mu.”
Ku senderkan tubuh ku ke kursi. Entah bagaimana aku bisa sebodoh ini, memancing banyak buaya untuk menyantap ku. Argghhhh....  pabo pabo pabo.

“oh iya, kesempatan tak akan pernah datang dua kali hyung.”

“nde?” Aku tersentak, menatap kepergiannya dengan penuh tanya. Kesempatan tak datang dua kali?



Author POV

Langit senja yang berwarna kemerahan, telah berganti menjadi hitam pekat yang disertai hembusan angin. Angin-angin itu berhembus sangat kencang, bahkan disela-sela hembusannya rintikan air bening mulai turun. Para pejalan kaki pun telah mulai memadati jalan-jalan utama dengan payung-payung yang beragam. Menghiasi malam yang dingin dengan warna-warna dari payung tersebut serta gemerlap cahaya lampu kota.

Mobil sport mewah yang tengah melaju tiba-tiba saja menghentikan laju nya. Membuat beberapa mobil dibelakangnya juga ikut berhenti yang disertai dengan beberapa hujatan dari sang pemilik mobil. Walau banyak hujatan telah ia terima, tetapi pengendara itu tak juga menjalankan mobilnya atau meminggirkannya. Sang pengemudi nampak diam terpaku dengan kedua tangan yang masih ia letakkan diatas kendali.


     Tok... tok... tok......


Suara ketukan keras berhasil membuatnya menyadari apa yang tengah ia lakukan. Ia buka kaca jendela disampingnya. Matanya menangkap sosok namja paruh baya yang menatapnya dengan penuh amarah.

“YA! apakah kau gila?! kau  tak punya otak?!! kau nyaris membahayakan nyawa pengendara yang lain! cepat pinggirkan mobil mu!!” Maki namja itu saat sang pemilik mobil sport tersebut membukakan kaca jendelanya.

“ne. mian....” Ucapnya menyesal dan langsung menepikan mobilnya.



“kesempatan tak akan datanng dua kali!”



“aku tahu sekarang. dan aku tak akan kembali menyia-nyikannya.”


------- ^,^ -------


Ia berjalan layaknya sebuah robot. Tangannya yang terus saja dikepalkan semakin membuatnya terlihat tak seperti manusia. Wajahnya yang kaku pun semakin membuat orang-orang yang berlalu lalang disana menganggapnya sebagai orang gila. Disamping semua itu, kini hormon adrenalinnya tengah berpacu. Membuat detak jantungnya berdegup tak karuan. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Ia semakin terlihat tak karuan ketika tubuhnya kini berjarak hanya beberapa centi dari seorang yeoja yang tengah berdiri dihadapannya.

Ia mulai mengangkat tangannya, tapi ia kembali mengurungkan niatnya. Ia menatap sosok yeoja dihadapannya dengan raut wajah yang tak dapat dijelaskan, mengumpulkan seluruh kemampuannya untuk melakukan sesuatu yang dulu tak pernah membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

“Hyo Joo-ah.” Panggilnya pelan nyaris tak terdengar karena banyaknya kendaraan yang tengah berlalu lalang.

Sosok yeoja itu membalikkan tubuhnya. Terkejut dengan apa yang ada dihadapannya. Sosok namja yang  dari dulu hingga sekarang atau mungkin sampai kapan pun akan mengusik fikirannya, menyita waktunya, hingga membuat kehidupannya berjalan dengan sangat tak menyenangkan kini berdiri tepat dihadapannya.

“Yoochun-ah. sedang apa kau disini?”

“em.... em... aku....... ah, aku baru kembali dari kantor. kau sendiri?”

“aku baru saja selesai bertemu dengan client.”

“em... Hyo Joo-ah, ada yang ingin aku bicarakan pada mu.”

“nde?”

“em... mau kah kau ikut bersama ku?”

Sosok yeoja bernama Hyo Joo itu nampak diam. Wajahnya menunjukkan rasa keengganan yang besar untuk menerima tawaran itu. Tapi, belum sempat Hyo Joo mengeluarkan sepatah kata pun, Yoochun, namja itu telah lebih dulu mengucapkan satu kata yang membuat Hyo Joo nampak sulit untuk menolaknya.

“jaebbal....” Dengan wajah yang sangat meminta, ia meraih tangan yeoja dihadapannya. Berharap yeoja itu mau menerima ajakannya.

“yasudah.”


------- ^,^ -------


Rasa canggung terus saja menyertai kedua anak manusia itu. Membuat mereka mengunci rapat kedua mulut masing-masing. Tak ada perbincangan yang mereka lakukan. Hanya diam dan terus diam, menanti salah satu diantara mereka untuk membuka mulut terlebih dulu.

Waktu yang terus berjalan membuat sosok Yoochun geram akan kebisuan yang menguasai mereka. Ia sedikit memberanikan diri untuk menatap yeoja dihadapannya. Memperhatikan sang yeoja sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membuka mulutnya. Memulai pembicaraan yang sejak mereka berada didalam mobil pun tak pernah terjadi.

“em... sebenarnya aku mengajak mu kesini, karena aku ingin bertanya satu hal pada mu..”

Ia kembali terdiam. Menatap sosok yeoja dihadapannya dalam. Ia seperi tengah mencari jawaban atas apa yang ia fikirkan dan rasakan.

“kau telah kembali, tetapi kenapa tak memberitahu ku mengenai kepulangan mu? tetapi kau malah memberitahu Yunho hyung.”

“em.. itu.........” Raut wajahnya berubah menjadi pucat pasih. Ia seperti tengah berfikir dengan keras, hingga membuatnya tak mampu menatap mata Yoochun, yang kala itu merupakan lawan bicaranya.

“kau membenci ku? tak menyukai ku? apa.., kau sudah melupakan ku?” Tanya nya berat, seperti ia merasakan ketakutan akan jawaban yang akan ia dengar atas pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan sendiri.

“em... annio. aku hanya..............”

“kau hanya ingin menghilangkan ku dari kehidupan mu?”

“annie Yoochun-ah, annie. aku tak mungkin melakukan hal itu.”

“lalu kenapa? apakah karena Hyun Joong?”

“nde?”

“kau menyukainya?” Tanya Yoochun yang membuat Hyo Joo maupun dirinya sendiri menjadi diam seribu bahasa. Tak ada jawaban apa pun yang terlontar dari bibir yeoja itu, Yoochun pun seperti ikut terhipnotis akan pertanyaan yang ia tanya kan sendiri.

“wae? kenapa kau diam? apakah kau benar-benar menyukai namja itu?”

“annie. aku tak.........” Ia menghentikan kalimatnya. Rautnya pun semakin terlihat sedih. Bahkan dapat dikatakan sangat sedih.

“kenapa kau diam? jawab aku Hyo Joo-ah..”

Hyo Joo, yeoja itu hanya diam. Ia menundukkan kepalanya, dan tak berani untuk memperlihatkan wajahnya yang ternyata sudah dibasahi oleh genangan air bening yang mengalir dari kedua matanya. Perlahan, suara isakannya mulai terdengar oleh Yoochun. Yoochun yang menyadari hal itu segera bangkit dari duduknya. Ia angkat wajah yeoja dihadapannya itu.

“kau menangis.......”


------- ^,^ -------



>>>>>>>>>>  three monts later >>>>>


“atas nama Tuhan, aku meresmikan kalian menjadi sepasang suami istri. semoga Tuhan memberkati pernikahan kalian......”

Tepuk tangan meriah menemani serangkaian peristiwa penting pada hari itu. Seluruh mata kini terfokuskan pada kedua anak manusia yang nampak sangat bahagia diatas altar sana.

“Yoochun hyung........” Panggil seseorang saat kedua mempelai itu baru saja menuruni altar.

“hyung, chukhaeyo. akhirnya kebahagiaan mu telah kembali.”

“gomawo Changmin-ah. dimana yang lain? apakah mereka tak datang?” Tanya namja bernama Yoochun itu dengan nada suara yang sedikit menunjukkan rasa kekhawatirannya.

“kami disini...”
Yoochun mengalihkan pandangannya. Dan saat itu juga, kedua matanya menangkap tiga sosok namja yang sangat penting bagi hidupnya.

“chukhaeyo. akhirnya, setelah kesedihan yang kalian rasakan, kini kebahagiaan telah muncul diantara kalian.”

“ye, chukhaeyo Yoochun-ah Hyo Joo-ah, akhirnya cinta kalian dapat disatukan.”

“kami turut berbahagia. semoga tak akan ada lagi kesedihan yang akan mengganggu kehidupan kalian.”

“gomawo Yunho-ssi....” Belum sempat yeoja bernama Hyo Joo itu menyelesaikan ucapannya, salah seorang namja yang baru saja datang telah lebih dulu memutus ucapannya.

“ya Hyo Joo-ah! kenapa kau masih berbicara sangat formal kepada kami. kau kan sekarang telah resmi menjadi istri dari Park Yoochun, sahabat kami. jadi panggil saja kami oppa, arraseo?”

“ne. Junsu oppa.”

“oh iya, aku belum mendengar cerita bagaimana kalian bisa menikah seperti ini?”

“nado. tiba-tiba saja kau mengatakan kalau kau dan Hyo Joo telah resmi menjadi sepasang kekasih, dan akan segera menikah.”

“ah itu... sebenarnya...........”


Flashback

“kau menangis?” Tanya ku khawatir. Aku bingung, apakah aku terlalu keterlaluan hingga membuat yeoja yang aku sayangi menangis karena ku.

“Hyo Joo-ah, jawab aku. kenapa kau menangis? jika pertanyaan ku membuat mu tak nyaman, tak apa jika kau tak ingin menjawabnya. tapi ku mohon kau jangan menangis..”

Ia mengangkat kepalanya, menatap ku dengan tatapan yang aku sendiri tak mengetahui maksudnya.

“kau tak menyadarinya? nan..........”

Tanpa berfikir panjang, aku segera meraih tubuhnya kedalam dekapan ku. Membiarkannya membasahi seluruh pakaian ku. Rasanya aku tak sanggup untuk mendengarkan jawabannya. Lebih baik aku yang memulainya lebih dulu walaupun pada akhirnya kebahagiaan tak bersama ku.

“saranghanda Hyo Joo-ah. aku benar-benar mencintai mu. aku tak ingin kehilangan mu. mian.... aku baru menyadari itu.” Ucap ku lirih. Ku lepaskan pelukan ku. Ku biarkan kedua mata kami bertemu dalam satu pandang. Aku berharap dengan ini tak ada lagi beban yang ku rasakan.

“Yoochun-ah......”
Dan pada saat itu bibir kami bertemu. Singkat tapi aku merasakan kehangatan darinya.

“nan saranghanda Yoochun-ah... kau salah jika mengira aku menyukai Hyun Joong. aku hanya mencintai mu seorang, sejak kita masih kecil. dan Hyun Joong, aku hanya berteman baik dengannya, tak lebih.”

Flashback end


“begitulah ceritanya.”

“jadi, karena itu. ya ampun, kenapa tidak sejak dulu kau melakukan hal itu.”

“aku tak sampai berfikir kesana. dan lagi pula, mungkin ini memang takdir Tuhan.”

“aish... takdir Tuhan sih takdir Tuhan. tapi kau merepotkan kami. setiap hari harus menasihati mu. apakah menurut mu itu mudah, eo?”

“ya Yunho hyung! jadi kau tak ikhlas melakukannya? cih...” Gerutu Yoochun atas keluhan yang diucapkan oleh namja bernama Yunho itu.

“sudah, kau kan sudah menikah sekarang. jadi sebaiknya kau fikirkan kebahagiaan kalian, bukan meributkan masalah kecil seperti ini.”

“benar apa yang dikatakan Jaejoong oppa. kenapa kau bertingkah layaknya seorang anak kecil? aish... sepertinya aku salah memilih pasangan hidup.”

“ya Hyo Joo-ah... mian.. aku janji, ini yang terakhir kalinya. dan aku tak akan bersikap seperti anak kecil lagi.”

“.... ternyata Yoochun hyung takut ya dengan Hyo Joo noona. woooo pengecut..........”

“ya! apa yang kau katakan?!” Pekik Yoochun. Wajahnya kini berubah menjadi merah padam. Ia tak menyangka kini dirinya tengah dipermalukan oleh hoobae nya itu.

“kau pengecut hyung, eeee..............” Ledeknya dengan lidah yang terjulur keluar. Ia pun dengan cepat berlari pergi sebelum nyawanya akan habis ditangan Yoochun saat itu juga.

“YA SHIM CHANGMIINNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!”




The End :)





hallo... eventually 'Second Marriage' finished. what's the story? and, whether the ending satisfying? em... i hope readers are not dissapointed with this ending.

 oh yeah by the way,  two days ago was the day of Christmas. i would like to say Merry Christmas for readers who celebrate it. i hope all of you got a lot of blessing from God.


em... I've run out of words, it's mean this time for me to dissapear from readers's sight. i'll see you next time.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts