JOURNEY OF LOVE THE SERIES - Mysterious Sight Chapter 5
Author POV
Hari ini masih sama dengan hari-hari sebelumnya, masih
dipenuhi kesibukan para mahasiswa Universitas Chung Ang. Cerita-cerita yang
telah berlalu masih terdengar bahkan terus diperbincangkan, yah…bisa dibilang
sebagai Hot topic.
Tentu hampir semua orang di sana sudah mengetahui berita apa
yang tengah menjadi perbincangan di sekitar mereka, mungkin hanya orang tuli
saja yang tidak mengetahuinya.
Begitupun dengan empat gadis muda yang tengah bersama
menikmati waktu istirahat mereka di kantin. Mereka masih membicarakan topik
yang sama, yaitu kejadian Sora dengan Sin Mi serta pertengkaran Tao dengan
Jaebum. Keempat gadis itu menyerukan pendapat masing-masing secara bergantian.
Dari kejauhan seorang gadis langsung menghampiri keempat
gadis yang masih duduk nyaman di kursinya. dengan terengah ia berhenti tepat di
depan meja itu. “ Kalian sudah dengar berita tentang Sora?” tanya gadis itu
dengan nafas bergemuruh.
Keempat gadis itu mengangguk, “ Ya…dan dia tidak masuk hari
ini.” jawab salah satu dari keempat gadis itu, Gyuri.
Gadis yang baru datang itu, menarik salah satu kursi kosong
kemudian menempatinya. Ia, maksudnya Cheonsa langsung mencurahkan seluruh
perhatiannya pada teman-temannya itu.
“ Memangnya dia kenapa?” tanya Cheonsa, satu-satunya orang
yang belum mengetahui kondisi Sora. ia memandang keempat temannya dengan
mendesak agar cepat menjawab pertanyaannya.
“ Ia demam. Setelah
pulang nanti kami akan menjenguknya, kau mau ikut?” Cheonsa mengangguk pelan,
tidak terlalu pelan, yah…biasa saja.
“ Kau mau pesan apa?” tawar Hara yang sudah berdiri dari
duduknya, ia memang ingin memesan makanan untuknya dan untuk yang lainnya juga.
“ Jjangmyeon saja, ah…dengan iced tea, ok?” dikte Cheonsa, setelah itu Hara
dengan ditemani Gyuri langsung bergegas.
“ Apa Tao juga tidak masuk?” tebak Ji Eun, Nayoung
mengangguk “ Ya…begitulah. Mungkin dia juga sakit.”
Cheonsa menganggukkan kepalanya, namun ia langsung terdiam
saat sesuatu mendesak ingatannya. Benar…mendengar nama tao ia jadi teringat
sesuatu, sesuatu yang Chanyeol ceritakan padanya.
“ Eiss…kalian tahu tidak?” kedua orang lainnya, Nayoung dan
Ji Eun terkesiap, mereka heran dengan tingkah temannya yang tiba-tiba tak
jelas. Namun mereka hanya diam, dalam benaknya mereka menaruh rasa penasaran
pada ucapan Cheonsa.
“ Kalian tahu kenapa kemarin Tao pingsan?”
Ji Eun dan Nayoung menggelang, kini rasa keingintahuan
mereka terpancing. “ Memangnya kenapa?” tanya Ji Eun penasaran.
“ Tapi kalian jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia.”
Peringat Cheonsa dengan amat serius, ia mencondongkan tubuhnya ke depan,
bermaksud agar tidak ada orang lain yang mendengar ucapannya. “ Ia takut pada keramaian.” Lanjut Cheonsa.
Nayoung dan Ji Eun hanya bisa melirik satu sama lain, mereka
antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan Cheonsa.
“ Yang benar saja? memang kau tahu darimana?” tandas Ji Eun
meragukan ucapan Cheonsa.
“ Benar…aku diceritakan Chanyeol. Ia diberitahu oleh Tao.”
Jawab Cheonsa kesal.
Kedua gadis di depan Cheonsa langsung melemparkan tatapan
secara bergantian, mereka shock, tidak percaya, dan kasihan. “ Lalu…apa lagi
yang Chanyeol ceritakan padamu?” tanya Nayoung penasaran. Mendengar itu Cheonsa
terdiam sejenak, ia sedang mencoba untuk mengingat-ingat hal apa saja yang
telah diceritakan Chanyeol padanya. Ia langsung menjetikkan jarinya ketika
sesuatu muncul dalam pikirannya, “ Chanyeol bilang, ia sering sekali menemukan
Tao sedang membaca buku tentang refleksi kepribadian.” Tutur Cheonsa.
Nayoung mengangguk pelan, tapi tidak dengan Ji Eun, gadis
itu masih memiliki pertanyaan dalam benaknya. “ Jadi dengan kata lain, Tao
sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya?” tanya Ji Eun yang langsung
diangguki Cheonsa.
******
At Sora’s House
Suasana sepi serta hening menyelimuti tenangnya kondisi
sebuah kamar yang didominasi warna biru laut itu. di dalamnya tengah terbaring
lemah seorang gadis muda yang suhu tubuhnya masih tinggi. Suhu tubuh gadis itu
mencapai 40 derajat, tapi untungnya sekarang sudah lebih baik, suhu tubuhnya
sudah mulai turun menjadi 39 derajat.
Kemarin, tepatnya pukul tujuh malam, gadis itu sampai di
rumah. Ketika pulang, sekujur tubuhnya basah terguyur hujan, tak lama gadis itu
langsung ambruk tepat dalam pelukan ibunya. Badan mungilnya mendingin, bahkan
kulitnya sudah mengerut, menandakan ia sudah sangat kedinginan.
Hari ini saja, ia tidak masuk sekolah. Jangankan masuk
sekolah, beranjak dari ranjang saja susah benar rasanya. Kepalanya benar-benar
berat, hingga ia merasa sempoyongan ketika berjalan.
Tak lama, knop pintu kamar itu berputar, menandakan ada yang
sedang membukanya. Benar saja, setelah itu terdengarlah suara gaduh yang
mengacaukan waktu istirahat gadis itu, Sora. ia langsung membuka matanya, walau
sebenarnya ia tak benar-benar tidur tadi. Ia menatap satu persatu makhluk yang
memasuki kamarnya.
Mereka semua langsung mengambil posisi, duduk di tepi
ranjang Sora. ada yang sejajar dengan kepala Sora, ada juga yang duduk di dekat
kaki sora.
“ Aigoo…Sora-aa… Kenapa kau bisa sakit?” tanya Nayoung penuh
cemas. Karena duduk berdekatan dengan kepala Sora, ia langsung mengelus pelan
kepala temannya itu. pandangan aneh dilemparkan oleh teman-temannya yang lain,
namun Nayoung hanya tersenyum, tidak memusingkan reaksi teman-temannya.
“ Bagaimana keadaanmu sekarang? apa sudah lebih baik?” tanya
Hara dengan tenang. Sora tersenyum lemah, “ Ya…sepertinya sudah lebih baik.
hanya masih pusing saja.” jawab gadis itu pelan.
“ Ya…apa yang sebenarnya terjadi?” kini giliran Cheonsa yang
bertanya, berbeda dengan temannya yang lain, gadis itu bertanya seolah sedang
menyulut emosi sosok lemah Sora.
Sora terdiam sejenak, ia berdehem pelan, kemudian memulai
ceritanya. Ia menceritakan semua yang terjadi padanya tanpa melebihkan ataupun
mengurangi kebenaran yang ada. Berbagai macam ekspresi terpampang dari para
pendengarnya, tak jarang mereka menyela cerita Sora untuk sekedar menyampaikan
protes mereka.
“ Jadi…kau sakit begini karena Tao?” ucap Ji Eun heboh, gadis
itu benar-benar tak terima dengan sikap Tao yang menurutnya sangat kasar. Membiarkan seorang gadis pulang sendirian
sambil menerobos hujan, benar-benar pecundang.
Sora hanya diam, ia tak tahu harus menanggapi ucapan Ji Eun
seperti apa.
“ Tao juga tidak masuk hari ini.” ungkap Gyuri dengan wajah
tenang, setidaknya tidak seperti Ji Eun yang sedang kesal. Tiba-tiba saja rasa
khawatir menggelantungi batin Sora. gadis itu langsung melirik Gyuri, ia
menuntut penjelasan lebih dari temannya itu.
Mengerti dengan gelagat Sora, Gyuri kemudian melanjutkan
penuturannya. “ Sampai sekarang tidak ada yang tahu tentang kondisinya.” Gadis
yang masih tergolek lemas itu menelan kecewaannya, membuang jauh angannya untuk
mengetahui kondisi Tao.
Ia terdiam, mungkin bisa dibilang murung. Berbagai rasa
serta terkaan berlalu lalang di kepalanya, membuat gadis itu semakin pusing.
Menyadari perubahan sikap Sora, Ji Eun langsung mengalihkan topik pembicaraan.
“ Kau tahu? Tadi Jong Dae datang ke sekolah, sepertinya ia ingin menjemputmu.
Tapi sayangnya kau tak ada, saat itu ia kelihatan benar-benar kecewa.
Ekspresinya itu sangat lucu. Ya kan? “ Ji Eun melirik temannya yang lain,
berharap mereka mau menambahi ucapannya.
“ Ah…iya! Aigoo..padahal sebelumnya ia terlihat begitu bersinar!
Kau tahukan bagaimana Jong Dae biasanya? Selalu tersenyum, tapi saat dia
bertanya, Kenapa Sora tidak bersama
kalian?.. ah Ji Eun kajja..bantu aku untuk mempragakannya.” Cheonsa
langsung bangkit dari duduknya, ia langsung menarik Ji Eun untuk mengikutinya.
Akhirnya dua gadis itu berdiri berhadap-hadapan, membiarkan
keempat temannya menyaksikan apa yang tengah mereka lakukan. “ Ceritanya aku
Jong Dae dan kau jadi aku, Nayoung, Gyuri, Hara, dan dirimu sendiri.” Ucap
Cheonsa memberi arahan. “ Aigoo…kenapa peranku banyak sekali?” protes Ji Eun.
“ Lakukan saja, jangan banyak komentar!”
Keempat gadis yang sedang terduduk nyaman di atas ranjang,
masih memperhatikan kedua orang di depan mereka yang malah sibuk berdebat.
“ Kapan mulainya kalau kalian bertengkar terus?” keluh
Gyuri, tapi gadis manis itu langsung diam ketika dua orang yang ia maksud
langsung menatapnya dengan tatapan tutup
mulutmu.
“ Baiklah ceritanya aku baru datang, dan kau sedang jalan
ingin pulang, otte?” ucap Cheonsa dengan susunan cerita yang sama persis
seperti yang terjadi tadi.
Cheonsa berjalan dari sisi kanan ke kiri, sedangkan Ji Eun
berjalan dari sisi kiri kanan, mengkondisikan saat Jong Dae bertemu dengan
mereka semua. Cheonsa yang berperan sebagai Jong Dae, memperagakan gelagat Jong
Dae bahkan sampai cara pria itu tersenyum. Sontak aksi Cheonsa mengundang tawa
dari para penonton. “ Kenapa Sora tidak bersama kalian?” tanya Cheonsa sama
persis dengan gaya Jong Dae.
“ Dia sakit, memangnya kau tidak tahu?” ungkap Ji Eun.
Perlahan ekspresi Cheonsa mulai gelap, ia menunjukkan
ekspresi muram. Gadis itu mengulum bibirnya, seolah sedang menelan kekecewaan.
“ Ah begitu ya, baiklah aku pulang. Hmm..kalau kalian bertemu dengan Sora
tolong sampaikan salamku padanya.” Ucap Cheonsa serius, Ji Eun mengangguk
kemudian berlalu.
“ Tunggu!” seru Cheonsa dengan gaya dramatis.
Ji Eun berbalik, ia menggerakkan kepalanya. “ Katakan
padanya agar lekas sembuh, perbanyak istirahat, makan yang cukup, dan jangan
lupa minum obat. Aku tidak ingin dia sakit terlalu lama. “ langsung tawa
orang-orang di ruangan itu pecah. Tapi mereka bukan menertawai dialog yang
mereka dengar, mereka malah tertawa karena
melihat ekspresi Cheonsa yang terlalu berlebihan.
“ Kenapa kalian tertawa? Bukankah tadi ia memang begitu?”
protes Cheonsa kesal. Awalnya ia berniat baik dengan menghibur teman-temannya,
namun apa daya? Ia malah dijadikan bahan tertawaan oleh teman-temannya. Benar-benar
menyebalkan.
******
Sora POV
At Chung Ang
University
Kulangkah kedua kaki ini dengan penuh semangat, rasanya
senang bisa datang ke tempat ini lagi. Seperti bebas, maksudku seperti burung
yang terbang bebas dari kandangnya. Aigoo…berlebihan sekali diriku, padahal
biasanya aku paling malas datang ke sekolah, yah…mungkin pengecualian untuk
hari ini. atau jangan-jangan, karena sakit kemarin, aku berubah jadi rajin?
Oh…jangan-jangan seperti itu.
Tapi sesampainya di depan pintu kelas, kuubah cara berjalan
serta ekspresiku menjadi tenang dan datar. Biar bagaimanapun aku tidak ingin
dua yeoja menyebalkan, maksudku Nayoung dan Gyuri meledekku karena bertikah
seperti orang sinting.
Baru dua langkah masuk ke dalam kelas, suara nyaring
terdengar mengumandangkan namaku dengan heboh.
“ Sora!!! kau sudah sembuh!” teriak Nayoung.
“ Aigoo!! Ternyata kau tidak butuh waktu lama untuk sakit.”
Teriak Gyuri.
Jinjja!! Rasanya malu sekali, rasanya ingin sekali aku
mengatakan kalau aku tidak mengenal dua orang itu, atau sekalian saja aku ganti
nama. Aigoo…rasanya ini pertama kali aku merasa malu karena terlahir dengan
nama Sora.
Seisi kelas memperhatikanku, seperti biasa, setelah itu
mereka berbisik pada orang sebelahnya. Jangan bilang kalau mereka masih
membahas kejadian dua hari yang lalu. Rasanya tuhan sangat adil, setelah
sebelumnya membiarkanku malu, sekarang ia membiarkanku merasakan tegang. Entah
ini hanya sugesti atau memang apa yang sebenarnya kurasakan, tapi aku merasa
begitu.
Aku merasa tercekat saat sepasang bola mata hitam pekat
menatapku dengan intens kemudian beraliih pada buku yang tergeletak di atas
mejanya. Sosok itu duduk di sudut ruangan, tepatnya duduk di baris paling
belakang. Hhh…apa ia sangat membenciku sampai-sampai harus pindah dari tempat
biasanya?.
******
Sepanjang penjelasan semua murid diam tenang, memperhatikan
Myun Dong seosangnim yang sedang menyampaikan kuliahnya. Begitupun denganku,
mataku menatap lurus ke depan, memandangi tulisan-tulisan di papan tulis.
Sesekali aku mencatat sesuatu yang ku rasa perlu untuk dicatat.
Myun Dong seosangnim menghentikan kuliahnya, saat pintu
kelas ini terketuk. Tak lama, pintu itupun terbuka. Masuklah beberapa orang,
orang apa mereka pantas disebut orang? Yah…siapa lagi kalau bukan gerombolan
bandit berkedok anggota kesiswaan kampus, Jaebum sunbae, Minjun sialan dan satu
orang lainnya yang tak ku ketahui namanya.
Mereka membungkuk sopan, kemudian berbicara sejenak dengan
Myun Dong seosangnim. Dosen favorit Nayoung itu tersenyum, lalu membiarkan tiga
orang itu berdiri di tengah. Sepertinya ada yang ingin mereka sampaikan.
Ketiga pria itu berdiri di tengah, bersiap untuk memulai
ucapannya. Sebelum memulai, secara tak sengaja mata Minjun bertemu dengan
mataku, setelah itu langsung berbisik pada Jaebum. Orang itu, Jaebum, melirikku
kemudian tersenyum kecut.
“ Baiklah…tanpa ingin berlama-lama, kami ingin memastikan
sesuatu.” Mulai Jaebum dengan penuh wibawa. Cihh…pintar sekali dia berakting,
padahal kemarin perilakunya itu sangat berengsek.
“ Huang Zitao, apa kau akan tetap
berpastisipasi pada pentas seni nanti?” ia tersenyum licik, seolah sedang
mengejek Tao.
Kepalaku langsung berputar ke
belakang, tepatnya pada sosok yang masih terdiam. Ia terlihat begitu enggan
untuk menanggapi pertanyaan Jaebum. Ia bahkan membuka bukunya, kemudian mencatat
apa yang ada di papan tulis.
“ Jadi kau mengundurkan diri?”
tanya Minjun dengan mendesak.
Tao tetap tak menjawab, ia malah
terus bertingkah seolah tidak ada yang bertanya padanya. Atau mungkin dia
menganggap tidak ada orang lain selain dirinya dalam ruangan ini.
Semua orang kini menjadikan Tao
sebagai pusat perhatian mereka, sedikit demi sedikit terdengar desisan yang
sedang membicarakan kebisuan Tao. Ckkk…ayolah Tao katakan sesuatu!.
“ Baiklah kalau kau memang ingin
memundurkan diri.” Simpul Jaebum tenang.
“ Keurae…hanya itu yang ingin
kami sampaikan…” mereka hampir saja pergi, tapi untungnya aku langsung berdiri,
membuat ketiga bandit itu mengurungkan langkahnya.
“ Dia akan tampil, pasti. Dia
pasti akan tampil.” Ungkapku tegas.
Mendengar pernyataanku, suasana
kelas yang sudah gaduh semakin gaduh. Mereka sedang mempertanyakan tindakanku.
Sejujurnya aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku melakukan hal seperti ini,
yang jelas aku tidak akan membiarkan mereka menganggap Tao pengecut. Bukankah
dengan mundurnya Tao, membuat mereka puas dan menganggap Tao sebagai
pecundang?.
“ Baiklah. Dia akan tetap tampil
seperti apa yang kau katakan.”
******
Author POV
Dengan perasaan penuh kesal, Tao membawa, ah tidak. karena
kenyataannya pria itu sedang menyeret seorang gadis di belakangnya. Ia terus
berjalan tanpa mempedulikan rontaan gadis itu. ia langsung berhenti kemudian
menghempas kasar lengan kecil yang dari tadi ia tarik itu.
wajahnya mengeras, aura gelap dilengkapi dengan tatapan
tajam menjadi bukti betapa geramnya ia dengan gadis di hadapannya itu.
“ Apa maksudmu tadi? Kau ingin mempermalukanku?” tanya orang
itu dengan nada tinggi dan sangat dingin.
“ Tidak, aku sama sekali tidak berniat seperti itu.”
“ Lalu apa? kau senang jika mereka melihat betapa payahnya
aku ini? ya…itu yang kau mau?”
Gadis itu menggelang, perasaannya terus saja bergejolak. Ia
sama sekali tidak berpikiran seperti apa yang ada dipikiran Tao, pria di
hadapannya.
“ Bukan…”
“ APA?? CKKK…Sudahlah terserah apa maumu, yang jelas aku
tetap tidak akan mengikuti acara itu.” ucap Tao penuh penekanan sebelum
akhirnya meninggalkan gadis itu, Sora.
“ Aku akan membantumu untuk menyelesaikan semuanya.” Teriak
Sora keras entah masih di dengar Tao atau tidak.
Dari kejauhan Sora hanya bisa menahan airmatanya agar tidak
terjatuh, meski sebenarnya ia sudah tidak bisa membendungnya lagi. Ia ingin
sekali menarik Tao, menyuruh pria itu diam dan memberikan kesempatan untuknya
bicara.
******
Tao POV
Dua hari sudah aku bersikap seolah hanya ada aku di dunia
ini, bisa dibilang aku tidak berbicara selama di sekolah, bahkan berbicara pada
Sora-pun tidak. entahlah…aku juga bingung dengan diriku sendiri, di satu sisi
ada banyak hal yang ingin kubicarakan dengan gadis itu, namun di satu sisi ada
pembatas tersendiri yang menghalangiku untuk melakukannya. Setiap bertemu saja
aku selalu berlalu seolah tak mengenalnya.
Pandanganku terus mengedar ke seluruh sudut ruangan tempatku
berada, tempat ini begitu luas. Bisa kulihat banyaknya bangku penonton yang
melingkari ruangan ini, tak ketinggalan dua keranjang basket berdiri tegak di
sisi kanan serta kiri. Kini aku berada di aula olahraga, sendiri, seorang diri.
Aku kesini karena memang ingin menyendiri, di luar sana
tidak ada tempat lain, dimana aku bisa menenangkan pikiranku. kemanapun aku
pergi pasti aku akan bertemu dengannya, sungguh itu sangat menyusahkanku. Dan
tempat ini adalah satu-satunya tempat yang bisa membuat ku tenang, setidaknya
aku tidak akan bertemu Sora di sini.
Kaki ini terus melangkah, membawaku berdiri tepat di
tengah-tengah ruangan ini. ku pejamkan kedua mataku, kemudian menghirup udara
sebanyak-banyaknya serta menghembuskannya secara perlahan. Ku buka mataku, lalu
menatap tajam ke depan, seolah di depanku ada sesuatu yang harus kuyakini.
Lagi-lagi aku menghela nafasku, tanpa buang waktu tangan, kaki serta tubuh ini
langsung menujukkan sikap siap dalam kungfu.
Tangan kiri lurus ke depan, sedangkan tangan kanan mengepal
di samping pinggang. Kedua kaki ini langsung membentuk kuda-kuda, tanda siap
untuk memulai gerakan selanjutnya. setelah itu aku langsung melakukan gerakan
menendang kemudian memutar sambil menendang, dan puncaknya berputar-putar di udara
persis yang sering diperlihatkan aktor laga di film action.
Aku kembali pada posisi siap sambil mengatur nafas yang kini
tersengal.
PROOKPROOKPROOK
Kepalaku langsung berputar ketika suara tepuk tangan
terdengar, tak jauh dari tempatku berada, kulihat dua orang namja tengah
berdiri sambil tersenyum ramah. Mereka, Chanyeol dan Ki Hoon. tak lama mereka
langsung menghampiriku dengan senyum girang yang masih menghias wajahnya.
“ Ada apa kalian kesini?” tanyaku datar.
“ Mau melihatmu.” Jawab Ki Hoon mantap, ia menunjukkan
ekspresi bangga. Seolah melihatku adalah satu kebanggaan tersendiri untuknya.
“ Kalian mengikutiku?” selidikku. Tanpa dijawab rasanya aku
sudah tahu jawabannya, lihat saja mereka sedang tertawa cekikikan.
“ Belakangan ini kau sulit sekali untuk ditemui, kau juga
jadi menyeramkan. Yah…terpaksa kami mengikutimu.” Jelas Chanyeol yang kini sedang
merangkulku.
“ Hmm..ngomong-ngomong, kungfu-mu itu hebat. Rasanya aku
sudah tidak sabar menyaksikan aksimu di pentas seni nanti.” Ucap Ki Hoon
senang.
Aku diam, merenungkan sesuatu. “ Aku tidak akan tampil.”
Ucapku pelan tanpa menambahkan aksen apapun.
“ Tapi bukankah kemarin Sora bilang kau akan tetap ikut?”
tanya Ki Hoon heran.
“ Bukan aku kan yang mengatakannya? Tapi dia.” Jawabku.
Aku langsung menyingkirkan tangan Chanyeol yang dari tadi
melingkar di bahuku, kemudian aku langsung berjalan maju meninggalkan mereka di
belakang.
“ Tao…tidak bisakah kau mempertimbangkan keputusanmu?”
terdengar suara Chanyeol, namun aku terus berjalan tanpa sedikit pun berhenti.
“ Iya, ku yakin kau pasti bisa. Kalau Sora saja yakin kau
bisa, kenapa kau sendiri tidak yakin?” tambah Ki Hoon.
Kali ini aku menyerah, aku sudah tidak bisa lagi bersikap
seolah tidak memikirkan hal itu. aku juga memirkan hal itu, cuma aku masih
ragu. Aku tidak ingin gegabah.
******
Sora POV
Aku berjalan tanpa gairah,
mengandalkan sisa tenaga yang masih bersarang dalam raga ini. Ingin
sekali aku mendudukkan tubuh ini sekarang juga, tapi keberadaan orang-orang di
sekitar sini membuatku mengurungkan niatku. Apa yang akan mereka katakan nanti
kalau aku benar-benar melakukannya? Setelah kemarin dicap sebagai gadis tak
beretika, label apa lagi yang akan mereka berikan padaku kalau aku sampai
terduduk lemas dengan wajah frustasi di tengah jalan.
“ Sudahlah…jangan dipikirkan terus, kau terlihat lesu
jadinya.” Aku tersenyum lemas ke arah Hara yang berada di samping Nayoung yang
tengah menggengam lengan kiriku.
“ Tidak…aku hanya lelah.” bantahku. Tapi tidak sepenuhnya
bantahan, karena sebenarnya aku memang sedang lelah, tepatnya lelah batin.
“ Ya…lelah karena memikirkan Tao.” Celetuk satu-satunya
makhluk bersuara cempreng, siapa lagi kalau bukan Cheonsa. Aku langsung
meliriknya, memintanya agar menghentikan ucapannya.
“ Sora…kau sudah sembuh.”
Aku langsung terkesiap saat baru saja menghadap kembali
depan, tiba-tiba saja sesosok pria sudah berdiri di depanku. Yah…kira-kira
seratus limapuluh senti dari tempatku. Seperti biasa, pria itu selalu
memamerkan senyumnya.
“ Ah…iya.” Jawabku bingung.
“ Kalau begitu, apa kau tidak keberatan untuk…”
“ Kau ingin mengajaknya pergi lagi?” suara dingin
menyeramkan terdengar, membuat aku menoleh ke belakang. Sosok itu berjalan
santai semakin mendekat. Ia melirikku sejenak kemudian kembali menatap lurus.
“ Hahah…iya. Hmm…apa, kau ada janji dengan Sora?” ujar Jong
Dae. Ia menggaruk tengkuknya sambil tertawa renyah, mungkin ia gugup berada di dekat Tao.
“ Tidak juga. Oh ya, kalau kau ingin mengajaknya pergi,
kenapa kau tak mengajak yang lainnya juga? Bagaimana kalau kami juga ikut?” aku
langsung tercengang hebat dengan kalimat terakhirnya, ah tidak! lebih tepatnya
salah satu kata pada kalimat terakhirnya. Kami
berarti ia juga ikut? Tao?.
“ Maksudmu kalian semua ikut?” eja Jong Dae, mungkin ia
pikir ia baru saja salah dengar.
“ Ya…kau keberatan?” Jong Dae langsung menggelang sambil
menyilangkan tangannya.
“ Ok…kajja!” serunya girang.
“ Kami juga ikut?” ulang Nayoung. “ Tentu..ayo cepat!” jawab
Tao yakin.
******
At GavyNavy Café
Kami berdelapan, yah berdelapan. Apa aku harus menyebutkan
siapa saja orang-orang itu, kurasa tidak. yah…kami semua telah duduk di satu
meja yang sama, meja yang biasanya dipakai untuk kapasitas sepuluh orang.
“ Menu spesial desert hari ini apa?” tanya Jong Dae pada seorang pelayan wanita lengkap dengan
buku kecil serta pena.
“ Smooth Strawberry Cheese cake.”
“ Baiklah..kami pesan itu.” aku langsung menghela kecewa,
aku tidak suka keduanya, yah…meski aku masih sering memakan keju terkadang.
Itupun jika dicampur, tapi jika sepenuhnya keju aku tidak suka terlebih jika dipadu
dengan strawberry, perpaduan yang tidak kusukai. Kecuali jika perpaduannya
cokelat dan keju, masih bisa kupertimbangkan.
“ Ah tujuh saja, terus berikan satu Chocolate Devil Cake.”
Aku melongo saat Tao meralat pesanan yang sebelumnya sudah dipesan Jong Dae.
Mungkin bukan hanya aku, tapi yang lain juga merasa aneh
dengan sikap Tao, terlebih beberapa hari ini ia terkesan menjauhiku. Tapi
sekarang dia bertingkah seperti sangat mengerti diriku, aishh…entahlah…aku tak
mengerti apa yang sedang dipikirkannya.
Tak lama pesanan kamipun datang, dengan mata berbinar aku
menatap piring milikku. Aigoo..sekujur benda di atas piring ini berwarna dan
tentunya memiliki cita rasa cokelat. Eum…aigoo…ini bahkan sangat lezat, meski
aku sering memakan cokelat, tapi yang ini berbeda. Rasa cokelatnya begitu tebal
dan lembut, yah seperti namanya
Chocolate Devil.
Tanpa basa-basi lagi, segera ku lahap kue milikku dengan
perlahan, aku tidak ingin terburu-buru. Aku ingin menikmatinya dengan perlahan,
sambil menyerapi perasaan puas dalam dadaku.
Begitupun…dengan yang lain, mereka juga memakan pesanannya
dengan baik. tak jarang mereka bersenda gurau di tengah aktivitasnya. Ternyata
pergi bersama dengan orang sebanyak ini membuat suasana semakin ramai dan
tentunya semakin menyenangkan.
Kami semua bergegas keluar, kini kami berada di luar,
tepatnya di tempat parkir. Aku terus mengirimkan kontak mata pada Nayoung, tapi
sayangnya anak itu tidak kunjung mengerti.
“ Aku antarkan kau pulang.” Ucap Jong Dae tersenyum. Aku
hanya terdiam sambil meringis, ku
pandangi orang-orang di sekitarku, kelima temanku hanya memberi kode
agar aku cepat menjawab Jong Dae.
“ Ah…aku..”
Mulutku terkatup rapat saat tiba-tiba lenganku diamit oleh
sebuah tangan besar, kulirik pemilik tangan itu yang sudah berada di sampingku
sekarang. “ Dia pulang bersamaku. Oh ya, terimakasih atas makanannya tadi.” Tao
langsung menarik lenganku, memaksaku untuk mengikutinya.
“ kalian juga cepatlah pulang, ini sudah sore.” Ucap Tao saat sejajar dengan
teman-temanku. Tak ada yang mereka katakan selain mengangguk, tanpa berusaha
untuk menyelematkanku. Aigoo…
******
In Front of Sora’s House
Deru mesin mobil yang tengah kutumpangi berhenti berbunyi
seiring dengan pergerakannya yang juga berhenti. Aku diam, tak tahu harus apa,
haruskah aku mengucapkan sampai jumpa, kemudian keluar dari mobil ini?.
aigoo…aku bingung, bahkan sangat bingung. Sepanjang perjalanan, orang di
sampingku hanya diam, memainkan ponselnya.
“ Terimakasih atas tumpangannya. Aku duluan.” Ucapku sebelum
akhirnya turun. Ku tutup pintunya secara hati-hati.
“ Tunggu!” aku menoleh, saat lenganku menyentuh, ah tidak!
lebih tepatnya disentuh bahkan digenggam oleh tangan besar Tao. Aku menatapnya
bingung, entah apa yang inginkan lakukan selanjutnya.
“ Kau bilang ingin membantuku. Kalau begitu lakukanlah,
bagaimanapun caranya. Tapi jika setelah mencobanya, aku tetap tidak berubah.
Aku akan….”
“ akan?”
“ Entahlah yang jelas lakukan saja apa yang ingin kau
lakukan. Aku akan memikirkan hukuman yang setimpal jika kau tidak berhasil.”
Ucapnya kemudian melepas lenganku dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
******
Sora POV
Kau bilang ingin membantuku. Kalau begitu
lakukanlah, bagaimanapun caranya.
Untuk kesekian kalinya aku
menghela napas pelan. Kupikir dengan terus memikirkannya. aku akan menemukan
cara yang tepat, tapi ternyata sama saja. Tak ada ide cemerlang yang melintas
dalam pikiranku, yang ada aku malah semakin bingung. Terus ku tatapi
langit-langit putih di depanku, seolah sedang berusaha mencari solusi yang
tepat.
Aku mengerang frustasi
sembari bangkit dari posisi merebah, kemudian duduk sambil memegangi kepala. “
Ottokhae? Hah…Kim Sora…ayolah berpikir!” aku tertunduk lemas setelah tadi habis
memaki diri sendiri.
“ Kau mulai gila?”
Aku tercenung diam ketika
mendengar suara orang lain. seingatku, hanya ada aku di dalam kamar ini, lalu
suara siapa tadi?. Hantu? Ckkk….tidak mungkin!. Aishh…sepertinya kau mulai gila
Kim Sora.
Kepalaku menoleh dan
mendapati sosok yang tengah terduduk di lantai. Sosok itu tepatnya Soobin,
tengah duduk diam sambil memegangi ponselnya. Maksudku memainkan ponselnya. Ia
terlihat sangat serius menatap layar ponselnya, entah ada apa di dalamnya.
Tapi…sejak kapan dia ada di sini? Aigooo….sepertinya anak itu memiliki kekuatan
teleportasi.
“ Tadi kau diam sambil
menatap lurus langit-langit, sesekali
bergumam, dan kemudian kau berteriak. Cihh…sepertinya kau memang sudah gila.”
Tandasnya dengan datar. Tidak. bukan hanya nada bicaranya saja yang datar, akan
tetapi ekspresi wajahnya pun datar.
Karena aku sedang malas
berdebat, atau lebih tepatnya karena aku memang malas berdebat, aku tak
menanggapi kata-katanya tadi. Aku kembali merebahkan tubuhku serta kembali
melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, merenung sambil memandangi
langit-langit kamar.
“ Onnie…” suaranya kembali
terdengar.
“ Eungh?” aku tetap pada
posisiku, merebahkan diri di atas ranjang sambil memandangi langit-langit kamar
yang sebenarnya tak begitu menarik.
“ Tadi…Tao oppa yang
mengantarmu?”
“ Heuh? Ya…”
Kemudian suasana hening
menyergap, membiarkan canggung menguasai
sebagian besar atmosfer dalam kamarku. Kini aku jadi tak nyaman dengan posisi
tubuhku. pikiran ini, yang awalnya telah begitu rumit kini terasa makin rumit.
Benar-benar membuatku resah.
“ Onnie…apa kau menyukai Tao
oppa?” aku terhenyak diam, tak tahu harus berkata apa. yah…aku memang tak tahu
apa yang harus aku katakan.
“ Jangan bertanya sesuatu
yang telah kau ketahui, aku malas mengulangnya.” Jawabku agak kesal.
“ Sudahlah aku mau tidur.”
Ucapku sebelum akhirnya memiringkan tubuhku. memeluk sebuah guling, berharap
mata ini dapat terpejam.
******
Author POV
At Chung Ang University
Keheningan yang tercipta
berkat sebuah keharusan, menyelimuti keadaan di sebuah ruang baca luas yang di
dalamnya terdapat banyak rak-rak buku serta meja-meja tempat untuk membaca.
Saat itu, tepatnya jam istirahat, banyak pelajar yang memutuskan untuk menghabiskan
waktunya di tempat itu di samping pergi ke kantin untuk mengisi perut. Begitu
juga dengan seorang gadis berambut ikat kuda yang tengah duduk diam sambil
serius membaca buku atau majalah yang baru saja ia dapatkan dari rak-rak buku.
Mulutnya sesekali menggumam,
mengucapkan kalimat penting dari buku yang sedang ia baca. Gadis itu juga
kadang terdiam sejenak untuk mencerna kutipan-kutipan penting yang mesti ia
ingat. Pikirannya mulai penat, bisa dikatakan ia sudah bosan. Selama setengah
jam berada di dalam perpustakaan, membuat otaknya mengerut. Sepertinya habis
ini justru ialah yang butuh refleksi, refleksi otak maksudnya.
“ Apa yang harus kulakukan?
Kenapa buku-buku ini sama sekali tak membantuku!” erangnya tertahan. tentu
gadis itu belum lupa kalau sekarang ia masih berada di dalam perpustakaan.
“ Argghh!! Ini sama sekali
tak berguna!” karena sudah tak tahan dengan kondisi dirinya sekarang, gadis itu
mengambil gerak bangun. Ia beranjak dari duduknya sambil menatap malas
buku-buku serta majalah yang telah ia pinjam. Sungguh banyak serta berserakan,
membuatnya enggan untuk mengembalikan benda-benda itu ke tempatnya lagi.
Di sisi lain, lima orang
gadis yang sedang menikmati waktu istirahatnya, tengah terlibat dalam
perbincangan tak begitu penting. Hanya menggoda satu sama lain, membuat yang
lain kesal dan setelah itu merasa puas.
“ Ah….sepertinya Sora sudah
menjadi bagian dari sekian banyak kutu buku dalam perpustakaan.” Celetuk salah
satu gadis diantara kelima gadis itu. tepatnya gadis yang memakai kaos lengan
panjang agak kebesaran warna abu-abu yang dipadu dengan celana jeans biru tua.
Dari tadi gadis itu terus bergurau tak karuan, semua yang ada dipikirannya langsung
ia utarakan tanpa dipikirkan terlebih dulu.
“ Hufft…yah..bisa jadi.
Bayangkan dua hari berturut-turut gadis itu menghabiskan waktu istirahatnya di
perpustakaan. Sebenarnya apa yang ia lakukan?” tambah gadis berkaca mata yang
duduk tak jauh dari gadis sebelumnya sambil memainkan sedotan limun di
gelasnya. Sebut saja Ji Eun.
“ Entahlah…setiap aku
bertanya juga ia hanya menjawab ‘tidak ada’ ‘apa aku tidak boleh ke
perpustakaan’?” keluh Nayoung kemudian menyesap minumannya.
Sementara kelima gadis itu
tengah terlarut dalam pikirannya masing-masing, tiba-tiba seorang gadis lain
datang. Ia kelihatan sedang terburu-buru, jika dijabarkan, gadis itu sedang
antusias, semangat, serta gugup secara bersamaan. Tak lama setelah gadis itu
menampakan wujudnya di hadapan gerombolan gadis-gadis yang sedang menikmati
santap siangnya, tatapan aneh serta heran menguar menimbulkan banyak tanda
tanya menyambut kedatangan gadis itu.
“ Panjang umur sekali. Baru
saja kita bicarakan, sekarang sudah datang. apa kau sudah selesai membaca semua
buku di perpustakaan?” cetus gadis yang dari tadi memang tak memikirkan setiap
perkataannya, Cheonsa. Langsung saja tatapan kesal memberondongi gadis yang
masih dengan santainya tersenyum pada gadis yang baru datang itu.
Karena perasaannya yang
sedang dalam keadaan baik, Sora, gadis yang baru datang itu, tak menanggapi
ucapan Cheonsa. “ Kalian ikut aku! Terlebih kau Cheonsa!” tatapan memaksa
langsung mengarah pada Cheonsa.
Gadis bernama Cheonsa itu
hanya bisa menunjuk dirinya ketika teman-temannya yang lain sudah beranjak dari
duduknya dan bersiap angkat kaki. “ Kenapa aku?” gumamnya sambil mengekori
teman-temannya yang berada di depannya.
Sepanjang jalan mengikuti
kemana Sora melangkah, lima gadis itu saling berbisik, mempertanyakan maksud
dari Sora yang masih kelabu dalam benak mereka. tak jarang, tebakan-tebakan tak
masuk akal muncul di dalam pikiran mereka. Kebingungan mereka semakin membesar,
ketika langkah mereka berhenti saat si pemandu perjalanan, Sora, membalikkan
badannya. Mereka menatap bingung gadis itu terlebih sekarang mereka berhenti
tepat di tengah-tengah taman sekolah, tempat dimana banyak sekali orang sedang
berlalu lalang.
Sepertinya menghabiskan banyak waktu di
perpustakaan membuat otaknya tidak beres.
Pikir Cheonsa.
Semoga ia tidak sedang mencoba melakukan
hal-hal yang tidak masuk akal.
Benak Ji Eun berkata.
“ Neo!” Cheonsa
mengerinyitkan dahinya saat telunjuk Sora mengarah tepat padanya. Sekarang
gadis bernama lengkap Jung Cheonsa itu, hanya bisa menunjuk dirinya sendiri
sambil terus mempertanyakan maksud temannya itu. keadaan yang sama juga terjadi
pada empat gadis lainnya, mereka merasa heran dengan tingkah Sora.
“ Kau lihat disana ada
Chanyeol?” Cheonsa mengangguk, namun ia masih belum mengerti maksud Sora.
“ Sekarang kau hampiri dia,
bawa ia kemari. Tidak! Kau juga bisa membawa Ki Hoon ke sini. Arra?” dikte
Sora. kini ia menarik paksa lengan Cheonsa dan mulai mendesak gadis itu untuk
menjalankan perintahnya. Ia mendorong gadis di depannya, berharap dengan sekali
dorongan gadis itu langsung sampai ke depan Chanyeol.
“ Yak! Sebenarnya ada apa?
dan kenapa aku?” protes Cheonsa mencoba untuk menghentikan tingkah tak masuk
akal Sora. “ Sudah jangan banyak bicara! Lakukan saja, nanti akan ku beri
tahu.” Tegas Sora.
******
Sora POV
Kini tujuh orang yang dari
tadi terus mengeluh, bertanya, protes, dan berkicau tak jelas semakin melongo
bingung. Terlebih Chanyeol dan Ki Hoon.
“ Kau sudah melakukan apa
yang kusuruh kan?” tanyaku pada Chanyeol. Ia mengangguk dengan tak pasti,
sepertinya ia masih bingung dengan tujuanku memintanya untuk menyuruh siapa
saja yang ia kenal untuk datang ke aula olahraga.
Tatapanku kini beralih pada
Ki Hoon, namja imut itu masih sibuk mengutak-atik ponsel miliknya. “ Dan kau Ki
Hoon, kau sudah melakukannya dengan baik kan?”. Pria itu mengangkat kepalanya
lalu mengangguk pelan kemudian kembali menatap layar ponselnya.
Aku menghela puas, terlebih
saat beberapa orang yang lainnya datang. yah…mereka semua adalah orang-orang
suruhan Chanyeol serta Ki Hoon. satu persatu orang yang baru saja masuk
langsung duduk di kursi penonton. Suara gemuruh jelas terdengar, yah..tentu
mereka masih heran dengan tujuan mereka di tempat ini. jangankan mereka, tujuh
orang yang dari tadi bersamaku saja, masih belum tahu.
“ Hanya segini yang bisa ku
suruh datang kemari.” Ujar Chanyeol. Aku mengangguk pelan, tak masalah dengan
jumlah orang yang datang. toh aku tak butuh terlalu banyak, karena tujuanku
meminta mereka ke sini bukan untuk melakukan aksi demo di depan kantor menteri
perekonomian demi menuntut hak rakyat kecil.
“ Sekarang apa yang kau
perintahkan telah terlaksana, sekarang cepat katakan apa maksud dari semua
ini?” aku tersenyum senang saat melihat
wajah-wajah frustasi orang di sekitarku. Termasuk Hara, orang yang baru saja
mendesakku untuk bicara.
Aku mengangkat bahuku santai
sambil berjalan-jalan kecil dengan riang. “ Aku ingin membuat Tao mengubah
keputusannya.” Ucapku santai.
“ Agar ia mau tampil di
pentas seni?” tanya Nayoung memperjelas. Aku hanya mengangguk kemudian membalik
tubuhku menghadap ke orang-orang yang duduk di kursi penonton. Aku mengerinyit
heran, aku baru sadar kalau semua yang datang adalah wanita. Dan yang paling
familiar untukku adalah gerombolan Kihyun, gerombolan gadis top di kelasku.
******
Author POV
Tak lama, kondisi dalam
ruangan khusus pertandingan basket itu berubah riuh saat pemeran utama dalam scenario Sora muncul. langkahnya begitu
keren, perlahan dan sangat maskulin. Sosok itu, Tao, mengedarkan pandangannya
ke seluruh penjuru ruangan, memastikan bahwa ia tak salah masuk ruangan. Tapi
prasangkanya langsung terbantahkan, saat matanya menemukan beberapa sosok yang
tak asing untuknya. Terlebih seorang gadis yang berdiri memunggunginya, meski
tak menampakkan wajahnya, Tao tahu benar siapa sosok itu.
“ Tao!!!” jerit beberapa gadis yang duduk di barisan
penonton, begitu histeris bak fans yang meneriaki nama idolanya.
Teriakan antusias serta
tingkah histeris dari gadis-gadis itu sungguh membuat Sora sadar bahwa orang ia
tunggu telah datang, langsung gadis itu membalikkan tubuhnya membuat rambutnya
yang terikat beterbangan. Ia tersenyum meski agak tertahan, tentu ia tak ingin
kelihatan begitu bahagia.
“ Sebenarnya ada apa?” Tao
menatap gadis di depannya dengan serius, seserius ucapannya. Ia sangat bingung
saat tiba-tiba mendapat pesan dari Chanyeol yang menyuruhnya untuk segera
datang ke aula olahraga, dan saat ia sampai ia di hadapkan dengan keadaan yang
begitu ramai, banyak orang telah berkumpul, bahkan ada yang sudah duduk di
barisan penonton sambil meneriaki namanya.
“ Kau bilang aku boleh
melakukan apa saja untuk membantumu. Jadi bersiaplah, ikuti apa yang sudah
kurencanakan.” Tutur gadis itu ditutup dengan senyum mempesona. gadis itu
melangkah menjauhi Tao, sembari mengajak tujuh orang yang sebelumnya masih tak
mengetahui rencananya. Ia menuntun orang-orang itu menepi, membiarkan Tao
berdiri seorang diri di tengah.
Tao semakin bingung, ia
menoleh ke belakang, tepatnya melempar pertanyaan lewat kontak mata pada salah
seorang gadis di sana. Sora maksudnya. Namun pria jangkung itu hanya bisa
mengerang kesal saat gadis itu hanya tersenyum mengangkat bahunya. Kemudian
pria itu menundukkan kepalanya, memikirkan sesuatu yang harus ia lakukan. Tidak
mungkin kan, kalau ia hanya diam dan membiarkan begitu banyak orang
mempertanyakan maksud keberadaannya? Tentu ia harus melakukan sesuatu.
Menyadari kebingungan Tao,
Sora langsung menyenggol orang sebelahnya. “ Apa lagi?” tanya Cheonsa kesal. “
Bertingkahlah seolah-olah kau pembawa acaranya.” Jawab Sora sambil terus
mendesak gadis di sebelahnya. Firasat-firasat buruk yang dari tadi
menggerayangi benak Cheonsa kini terjawab sudah, dan membiarkan gadis itu
pasrah dan melakukan apa yang baru saja diperintahkan temannya barusan.
Gadis itu maju ke depan,
kira-kira sepuluh langkah dari tempatnya. Kini ia bersiap untuk memulai
perkataannya, namun terhenti sejenak. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan
berhenti tepat di sampingnya. Gadis bernama Cheonsa itu tersenyum senang,
setidaknya ia merasa bahwa tugasnya tidak seberat apa yang ia pikirkan
sebelumnya. kini ada Ji Eun di sebelahnya.
“ Baiklah..setelah tadi
disuguhkan dengan penampilan yang begitu memukau dari Gyuri-ssi, kini kita akan
menyaksikan sebuah atraksi hebat dari namja misterius. Ini dia petarung hebat
dari negeri tirai bambu…” ucap Cheonsa panjang lebar persis dengan seorang
pembawa acara yang tengah memperkenalkan seorang kontestan pada ajang pencarian
bakat.
“ HUANG ZITAO!!.” Ucap
Cheonsa dan Ji Eun serempak.
Sontak sorak-sorai pun pecah.
Gadis-gadis yang duduk di kursi penonton, kini berteriak histeris setelah
sebelumnya mereka telah melakukan hal yang sama. Tapi tentunya yang ini lebih
heboh dari sebelumnya.
“ Ayo Tao!! Kau pasti bisa!!”
dari sekian banyak teriakan kurang lebih semua mengumandangkan hal yang sama,
sama-sama memberi semangat untuk Tao.
“ Kau yakin dia bisa
melakukannya?” bisik Nayoung pada Sora, gadis yang masih fokus pada sosok pria
di tengah yang dari tadi belum bergeming.
“ Entahlah..ku harap ia
bisa.” Jawab Sora tak begitu mempedulikan respon dari lawan bicaranya.
Kini harapan semua orang di
dalam ruangan itu hanya satu, yaitu bisa melihat Tao melakukan apa yang memang
seharusnya ia lakukan. Tapi untuk mewujudkan harapan kecil dari orang-orang itu
terlampau sulit untuk Tao. Sosok itu malah semakin diam, ia seperti membeku
atau mungkin melumpuh. Saraf-sarafnya gemetar sering dengan teriakan yang terus
mengumandangkan namanya. Teriakan yang sedang menyemangatinya itu justru
terdengar seperti ancaman yang begitu mengerikan untuknya.
Sosok jangkung itu
mengedarkan pandangannya, mencari sebuah celah agar ia bisa mengakhiri kondisi
mencekam ini. tapi sayangnya tidak, semua sisi bahkan sudut teraman di ruangan
ini sudah terlihat menakutkan untuknya, yang ada hanya dirinya yang masih
tersiksa dengan rasa takut serta panik. Memacu aliran darahnya semakin cepat,
membuat sekujur tubuhnya gemetar bak orang sekarat.
Detakan jantungnya entah
kenapa terasa begitu cepat, hingga membuat dadanya terasa sesak. Begitupun
dengan nafasnya yang amat tersengal, ia bahkan hampir kehabisan nafas di saat
persedian oksigen di dunia masih banyak. Tapi ia merasa sedang berada dalam
ruangan sempit yang kedap udara tanpa pencahayaan sedikitpun. Ia menelan
ludahnya saat perasaan takut itu mulai menjalar ke seluruh organ tubuhnya.
Perlahan ia menjatuhkan dirinya, Ia jatuh berlutut dengan kepala tertunduk.
Tangannya mengepal, memukuli lantai ruangan itu.
Desah khawatir tentu langsung
terdengar, desisan heboh yang mempertanyakan keadaan Tao tak hanya terdengar
dari gadis-gadis yang duduk di kursi penonton, namun Sora serta juga
teman-temannya.
Mereka langsung berlari
menghampiri sosok yang kini terduduk menundukkan kepalanya. namun dari sekian
banyak orang itu, Sora-lah yang lebih cepat sampai, membuat orang-orang itu
menghentikan pergerakan mereka. memberi kesempatan pada gadis berkuncir kuda
itu.
“ Gwenchanayo?” tanya Sora
khawatir. Ia mengguncangkan raga Tao dengan panik, sambil berusaha menemukan
wajah tertunduk itu.
“ Aku tidak bisa
melakukannya.” Lirih Tao. Sungguh sangat lirih jauh dari kesan Tao yang
maskulin.
Sora mengulum bibirnya,
menahan rasa sedihnya. “ Kau bisa. Kau hanya butuh waktu.” Ucap gadis itu agar
sosok di depannya tak menyerah. Namun percuma, pria itu sedang merasa tidak
berdaya. Ia butuh ketenangan sekarang.
“ Percaya padaku.” Tao
menatap Sora dengan tatapan lemahnya. Sora mengangguk pasti membiarkan pria itu
mengerti bahwa ia akan selalu berusaha untuk membantunya. Tak lama, sebuah
sentuhan lembut perlahan menjadi sebuah kehangatan tersendiri menyelimuti area
sekitar tangan Tao. Bahkan rasa nyaman itu menjalar hingga ke relung hatinya.
Sora menggenggam tangan Tao, berharap pria di depannya bisa merasakan dukungan
yang ia berikan.
“ Berdirilah.” Sora membantu
Tao dengan memapah tubuh pria itu, melihat kesusahan Sora, Chanyeol dan Ki Hoon
langsung bergegas membantu gadis itu.
Kelima teman Sora pun ikut
menghampiri Tao, mereka memandangi pria itu dengan tatapan prihatin. Dalam
benaknya, mereka berharap agar Tao dapat terbebas dari perasaan takutnya.
Yah…tentu bukan hanya mereka saja yang berharap begitu, tapi semua orang, tak
terkecuali Tao sendiri.
Satu persatu gadis-gadis yang
duduk di kursi penonton, meninggalkan tempatnya lantas menghampiri Tao yang
kini menjadi pusat perhatian dalam ruangan itu. “ Aku akan selalu mendukungmu
Tao, percayalah! Aku akan selalu ada, tenang saja.” ucap Kihyun dengan percaya
diri, gadis itu mempersembahkan senyum termanis yang ia miliki, sebelum
akhirnya ia melesat pergi diikuti teman-temannya. Tao terdiam, ia mencoba
menenangkan dirinya serta memikirkan ucapan yang baru saja Ia dengar.
“ Tao…kau tahu? Aku tidak
peduli sebanyak apa aku harus datang kemari, asalkan itu bisa membantumu. Aku
tak keberatan.” Tak lama ucapan manis kembali terdengar dari seorang gadis
cantik bernama Maeri.
Melihat banyaknya gadis yang
menyemangati Tao, Cheonsa melirik Chanyeol. Ia melirik pria jangkung di sampingnya, karena pria itulah yang
mengundang gadis-gadis tadi. “ Apa?” merasa risih terus diperhatikan, Chanyeol
mengeluarkan protesnya.
“ Siapa gadis yang pertama
itu?”
“ Kihyun. Dia teman sekelas
Sora, apa kau tidak mengenalnya?” Cheonsa menggelang cepat.
“ Terus kenapa semua yang kau
suruh kemari, semuanya yeoja?” tanya Cheonsa belum puas.
“ Oh..itu. mereka semua
menyukai Tao, jadi tak salahkan kalau aku menyuruh mereka.?”
******
Tao POV
Aku terus menunduk memandangi
rerumputan hijau yang mendominasi sebagian besar tanah di taman sekolah ini.
sedari tadi tak banyak hal yang kulakukan selain diam dan berpikir. Begitu
banyak hal yang sedang berlalu lalang dalam pikiranku, tapi setidaknya sekarang
aku sudah lebih tenang. Setelah tadi aku gagal, dan jatuh seperti seorang
pecundang. Benar-benar memalukan.
Dan sebagai hukumannya, kini
aku menyendiri, duduk sendiri di taman tanpa ada tujuan khusus. Selain
menyembunyikan wajah ini dari orang-orang. Setelah mata kuliah terakhir tadi
selesai aku langsung keluar kelas, tak menghiraukan ucapan Sora yang memintaku
untuk berhenti melangkah.
Beginikah rasanya menjadi
orang tidak berguna? Merasa begitu sensitif dengan orang-orang di sekitar? Dan
bertingkah angkuh untuk menutupi segala ketidak berdayaan yang kita miliki?
Begitukah? Jika iya, berarti aku memang termasuk orang tidak berguna, bukan,
lebih tepatnya benar-benar tidak
berguna.
Kepalaku yang tadi hendak
menoleh ke arah kiri, kini terurung begitu mata ini menangkap sesosok yang
sudah sangat ku kenal. Yah…meski bukan kenal dalam harfiah sebenarnya. hanya
mengenal wajahnya, yah…tidak terlalu dekat.
Sosok itu menyunggingkan
senyumnya kemudian melangkah pasti menghampiri segerombol gadis yang tengah
asik berbincang disela-sela langkahnya. gadis-gadis itu pun menyadari
keberadaan sosok yang berjalan ke arah mereka. merekapun terlibat dalam
perbincangan, entah apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas salah satu
gadis dari gerombolan itu langsung berjalan meninggalkan kawan-kawannya dan
mengikuti sosok itu.
Aku membuang pandanganku dari
dua sosok yang tak lain adalah Sora dan Jongdae. Kini tersisa pikiran-pikiran
aneh dalam benak ini, entah apa artinya. Yang jelas aku merasa sangat
terganggu, benar-benar membuatku tidak nyaman.
Tapi…sekuat apapun tekad ini
menghentikan segala prasangka yang muncul, tetap saja aku tak bisa memungkiri
bahwasanya aku terus mempertanyakan status hubungan dua orang itu. mungkin ini
bukan hakku, tapi bisakah mereka tak berhubungan lebih dari sekedar teman.
Yah..maksudku, jangan sampai mereka itu terlalu dekat. Misalnya sampai jadi
sahabat, atau yang paling buruk jika mereka berdua menjadi sepasang kekasih.
******
Author POV
Akhir pekan tiba, setelah
enam hari sebelumnya telah disibukkan dengan segala aktivitas sehari-hari,
akhirnya hari liburpun datang. membawa kesenangan tersendiri bagi banyak orang.
Ada yang memutuskan untuk menghabiskan
seharian penuh dengan bersantai ria di dalam rumah, ada juga yang menghabiskan
waktunya dengan pergi keluar bersama orang-orang tecinta. Begitupun dengan Sora
yang sekarang sedang menemani adik tercintanya, Kim Soobin, pergi ke sebuah
pusat perbelanjaan. Yah…dua gadis muda yang saling menyayaingi itu menghabiskan
waktu berharga mereka dengan pergi bersama.
Raut kesal, jauh dari citra
bahagia yang mestinya nampak, jelas tak terlihat pada wajah Sora. gadis itu
terus menekuk wajahnya. Jika sudah begini, tentu kalian sudah mengerti mengapa
gadis itu bertingkah demikian. Jelas karena ia terpaksa mengikuti kemauan
adiknya. Memang awalnya Sora berencana untuk menghabiskan waktu seharian di
rumah, tapi tiba-tiba saja ibunya menyuruh dirinya untuk menemani sang adik
pergi. Tentu jika sudah sang ibu yang meminta, Sora tak bisa menolak.
Jadilah sekarang ia hanya
mengikuti kemanapun adiknya pergi, jika adiknya ke kiri ia pun kiri dan
begitupun seterusnya. Hah…benar-benar membosankan, tapi untung saja ia tak lupa
membawa benda kesayangannya, ponsel. Ponsel layar sentuh itu tak ia biarkan
mati, terus ia mainkan, membuat mood-nya sedikit membaik.
“ Kenapa lama sekali?” suara
keluhan seorang laki-laki terdengar, membuat gadis muda yang berdiri paling
depan tersenyum jahil.
“ Tunggu…kau membawa
kakakmu?” tanya pria itu sembari melirik ke belakang, melirik sosok Sora yang
masih asik dengan dunianya sendiri.
“ Ne…aku kasihan dengannya,
ia pasti sangat bosan jika hari libur hanya di rumah seharian. Makanya aku
mengajaknya.” Jawab Soobin dengan lancar, yah…sepertinya gadis itu sudah
menyusun kalimatnya sebelum sampai disitu.
“ Soobin-aa!” dua orang gadis
berlari dari kejauhan sambil menyerukan nama Soobin, tentu gadis yang merasa
namanya dipanggil langsung menoleh pada dua temannya yang baru saja datang.
bahkan Sora-pun ikut menoleh, padahal jelas-jelas yang dipanggil tadi Soobin
bukan dirinya.
Ia menghela, sekarang ia
semakin frustasi saat melihat dua orang teman adiknya. Dalam pikirannya sudah
terbayang keadaan dirinya nanti, pasti ia akan seperti obat nyamuk di
tengah-tengah pergemulan adiknya bersama teman-temannya. Tapi batinnya yang
mulai melemas, tersentak hebat ketika bola matanya berputar hingga mendapati
sosok pria yang bediri tak jauh dari adiknya. Sama sepertinya, pria itu juga
sedang menatap dirinya, cuma bedanya pria itu tak kaget seperti dirinya.
“ Baiklah..karena
teman-temanku sudah datang, jadi sekarang aku pergi onnie.” Ujar Soobin
diangguki teman-temannya.
“ Yak! Lalu bagaimana
denganku?” protes Sora tak terima ditelantarkan begitu saja.
“ Aku sudah mendatangkan Tao oppa, jadi terserah kau mau melakukan apa. arraseo? Oh.. ya satu lagi. Jangan berusaha untuk mengikutiku. Carilah tempat lain untuk kau kunjungi.” Sora mengerang kesal, saat adiknya dengan santai berlalu meninggalkan dirinya dan pastinya bersama Tao. Yah…pria itu. memang jauh sebelum hari ini tiba, Soobin telah merencanakannya dengan baik.
Sekarang hanya canggung yang
mendominasi, dua orang yang tercatat sebagai pelajar di sebuah universitas
terkemuka di negeri ginseng itu, seperti dua idiot yang dijadi satu.
“ Ah…lebih baik aku pulang.”
Belum sempat Sora berbalik, Tao langsung menangkap lengan gadis itu.
“ Yak! Lalu bagaimana
denganku? Aku baru saja sampai dan sekarang aku harus pulang. Benar-benar
menyebalkan.”
“ Itu bukan urusanku! Lagipula siapa yang menyuruhmu datang kesini? Bukan aku kan?”
“ Terserah! Aku tidak mau tahu,
yang jelas aku tidak mau pulang, dan kaupun tidak boleh pulang.” Sora menganga
kesal, terlebih ia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Kini lengannya telah
ditarik paksa oleh sosok di depannya. Sungguh…ia benar-benar akan mencekik
adiknya sampai di rumah nanti.
TBC
Hola semua!!!!!
Cieecieeciee…ketemu lagi sama aku, si pelabuhan terakhirnya abang
Sehun. Wah…udah part lima aja ya ders…gak kerasa. Gimana masih pada penasaran
ama cerita selanjutnya? kalau gitu, ditunggu yang sabar yah….
Tapi..untuk part ini ada yang ngerasa bosenkah? Soalnya part ini aku
bikin lebih panjang dari part-part sebelumnya. yah…sedatar apapun ff ini,
semoga gak pada bosen yah bacanya. Amien…
Oh ya, karena ff ini dibikin sampe part 6, jadi next part jadi final
part buat ff ini. cihuyyy….dikit lagi abis. Baiklah aku lagi gak mau banyak
ngomong, soalnya aku lagi batuk*terus hubungannya apa?* hehehe…pokoknya itu aja
deh.
Salam damai
GSB
Comments
Post a Comment