Your New Face - part 10 (Do I Worry?)






Sepasang kaki jenjang telah siap untuk melakukan aktivitasnya. Sang pemilik kaki telah mengenakan heels santai berwarna tan yang sangat cantik pada kakinya. Memandang sekilas pada dirinya di cermin dan lalu tersenyum singkat.


“jadilah hari yang baik untuk ku..” Gumamnya sesaat sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang disebut kamar itu.


Dengan pasti kakinya melangkah menuruni anak tangga hingga ia tiba di lantai satu bangunan yang menjadi tempat tinggalnya. Tanpa memperdulikan sekitarnya, ia terus saja melangkah dengan arah pandang yang entah sejak kapan telah mengarah kepada benda berbentuk persegi panjang yang kini berada di genggamannya.


“apakah pesan itu dari namja bernama Xi Luhan itu?” Tanya seseorang yang membuat sang pemilik kegiatan itu menoleh sejurus dengan arah suara itu berasal. Alisnya bertaut saat tubuh orang itu tengah membelakanginya, membuat ia tak dapat mengetahui dengan pasti siapa orang tersebut.


“nugusaeyo? kenapa kau tahu Luhan?” Tanya yeoja itu dengan tetap berdiri di tempatnya.


Sosok tersebut tak lantas membalas pertanyaan yeoja itu. Ia hanya mendengus dan diam, membuat yeoja tersebut sedikit bingung dan tentunya kesal.


“kalau kau tak menjawab, lalu untuk apa kau bertanya. cihh… dasar manusia aneh. lebih baik aku pergi dari pada meladeni orang aneh yang tak ku kenal seperti mu.” Cibir yeoja itu. Baru saja ia akan melangkah pergi namun suara sosok itu kembali terdengar dan membuatnya harus mengurungkan niatnya. Ia putar tubuhnya kembali kearah sosok tersebut yang juga telah menghadap kearahnya.


“tak ku sangka kau lupa dengan ku. apakah ini karena namja bernama Xi Luhan itu, eo?”


Sontak yeoja itu membulatkan kedua matanya saat mengetahui siapa sosok yang ia katakan sebagai manusia aneh itu. Wajahnya terlihat tak percaya akan apa yang kini ada dihadapannya. “n-neo… neo Do-Dong… hae??”


Sosok tersebut hanya menyunggingkan senyum penuh artinya, yang membuat yeoja dihadapannya terlihat sulit untuk menelan air liurnya.


“apakah aku benar Yoona-ah?” Tanyanya sembari melangkah maju mendekati yeoja yang ia panggil Yoona itu.


“be-be… benar a-apa?”


“mengenai Xi Luhan. karena namja itu kau melupakan teman masa kecil mu ini.” Ucapnya dengan tersenyum bagaikan seorang malaikat. Senyum yang tulus dan tak terlihat mengerikan.


“y-ya. y-ya. bu-bukan… begitu. i-itu.. aishh itu karena kau mengubah potongan rambut mu, dan kau juga memunggungi ku. mana mungkin aku bisa mengenali mu jika seperti itu.” Protes Yoona.


“jinjja? hanya karena aku mengubah gaya rambut ku?” Tanya Donghae seakan-akan ia mengetahui bahwa ada hal lain yang mendasari kenapa Yoona tak mengenalinya.


Yoona hanya terdiam. Ia tak menyangka bahwa apa yang ia katakan akan menjadi boomerang tersendiri untuk dirinya. Terdesak. Terpojok. Ya… kini begitulah keadaannya. Tak tahu kenapa. Tetapi itulah yang kini ada dibenaknya.


“sudahlah. untuk apa aku berbicara dengan mu, tak ada gunanya. lebih baik aku pergi.” Kesalnya dan kemudian berjalan meninggalkan sosok Donghae yang tak diduga tengah tersenyum dibelakangnya.


“ya Yoona changkkaman.” Teriak Donghae sembari mengejar Yoona yang kini telah berdiri diambang pintu rumahnya.


Namun Yoona tak menghiraukannya. Ia terus bergerak dan hendak membuka pintu tersebut. Namun lagi-lagi ia harus menghentikannya karena cengkraman yang ia dapat dari Donghae.


“sudah ku bilang tunggu kan?”


“ya lepaskan.” Ia tepiskan tangan kekar milik Donghae yang tengah menggenggam pergelangan tangannya. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat tangan tersebut tak lagi mencengkram pergelangannya.


“aku akan mengantar mu.” Ujar Donghae yang tak memperdulikan Yoona yang tengah mengelus-elus tangannya akibat cengkramannya tadi.


“tak usah. kau tak usah repot-repot untuk mengantar ku. karena aku telah dijemput seseorang.” Tukas Yoona. Ia kembali menggerakkan tangannya untuk menekan gagang pintu, namun untuk kesekian kalinya ia harus mengurungkan niatnya itu.


“nugu?”


“nugu? untuk apa kau tahu. apakah itu penting bagi mu tuan muda Lee Donghae? sudahlah aku harus segera pergi, jadi lepaskan tangan mu dari tangan ku sekarang!”


“annie. sebelum kau memberitahu ku siapa orang itu.” Tolak Donghae yang semakin mengeraskan genggamannya pada tangan Yoona. Merasa kesal? Tentu saja. Siapa pun akan merasakan hal yang sama jika berkali-kali ia harus mengurungkan niatnya, dan berkali-kali juga ia harus menghadapi manusia tak berotak seperti Donghae.


“kau akan tahu jika kau melepaskan tangan mu dan membiarkan ku pergi. jadi singkirkan tangan mu sekarang!” Bentaknya dengan kembali menepiskan tangan Donghae dari tangannya.


Melihat penolakan Yoona, mau tak mau Donghae harus dengan rela melepaskan tangan Yoona dari genggamannya. Membiarkan yeoja itu melakukan apa pun yang ingin ia lakukan.


“kalau begitu aku pergi. annyeong…” Pamit Yoona. Ia langsung berhambur keluar rumah dan menghampiri sesosok namja yang tengah berdiri menunggunya didepan mobil mewah berwarna putih yang sepertinya mobil miliknya.


Donghae manautkan kedua alisnya saat melihat sosok tersebut yang tengah berdiri diluar pagar rumah Yoona. Ia juga menyipitkan kedua matanya saat memperhatikan sosok itu. Wajah yang imut, kulit putih, serta rambut yang kecoklatan. Membuatnya teringat akan seseorang namun ia tak dapat mengingatnya dengan jelas. Namun saat mobil yang ditumpangi Yoona telah melaju pergi, sebuah senyuman terukir pada bibirnya. Senyuman yang tak dapat dideskripsikan maksud dan tujuannya.


sepertinya aku harus mengawali permainan ini secepatnya. welcome in my game Xi Luhan……..”



***** ^,^ *****



Rentetan penjelasan terus saja mengalun sepanjang kelas yang entah sejak kapan telah membuat sebagian dari penghuninya kehilangan semangat mereka. Menggunakan tangan mereka sebagai topangan untuk kepala adalah hal yang paling baik untuk kelangsungan hidup mereka saat itu. Namun tak sedikit pula dari mereka yang langsung mengistirahatkan kepala mereka diatas meja. Yoona, yeoja yang termaksud kedalam bagian kelompok manusia yang tak bersemangat itu masih terus memperhatikan dosennya dengan sesekali menghembuskan nafasnya berat. Ia tak mengira sebelumnya bahwa hari ini Kim seosangnim akan memberikan teori kepada kelasnya, bukan sebuah praktek seperti biasanya.


Berkali-kali ia menguap dan menyekah air yang tiba-tiba muncul dipelupuk matanya. Mencoba menahan rasa kantuknya hingga kelas berakhir. Merasa waktu tengah berpihak pada dosennya, berkali-kali Yoona melirik jam tangan putih yang mengikat dipergelangan kirinya. Lima belas menit lagi, namun terasa seperti tiga jam untuknya. Hingga tanpa ia sadari, ketika matanya nyaris terpejam suara nyaring yang sejak lama ia harapkan tiba-tiba saja berdering hingga membuat matanya kembali terbuka dengan sangat lebar.


Tangannya dengan cepat merapihkan barang-barangnya yang tergeletak diatas meja. Pikirannya kini tengah melayang-layang menuju salah satu tempat yang akan selalu ia kunjungi setelah bel akhir kelas berbunyi. Tak memperdulikan sepasang mata yang tengah menatapnya dengan lengkungan pada bibirnya, Yoona segera bangkit dari kursinya dan berjalan pergi. Tetapi sesaat sebelum tubuhnya menghilang dari ruangan itu, sosok itu membuka mulutnya memanggil nama Yoona. Membuat sang pemilik nama refleks menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menatap sosok tersebut.


Sosok itu berlali kecil menghampiri Yoona, tersenyum dan langsung menarik tubuh yeoja itu pergi tanpa berkata apa pun lagi. Membuat dua pasang mata yang langsung menghentikan aktivitas mereka saat sosok itu memanggil Yoona sontak saling melempar pandang satu sama lain.


“apa yang telah terjadi pada mereka?” Tanya sesosok yeoja yang masih memandang kearah pintu kelas dengan bingung.


“entahlah. mereka berdua benar-benar telah membuat ku bingung.”




~ S.A Cafétaria ~



Tawa renyah mereka berhasil membuat dua orang manusia yang duduk di belakang mereka merasa tak dipedulikan. Kedua anak manusia itu hanya dapat mendengarkan apa yang tengah diperbincangkan tanpa bisa bergabung kedalam pembicaraan itu. Kesal. Sedih. Bingung. Bahkan bodoh. Semua itu membaur menjadi satu dan itulah yang dirasakan kedua anak manusia itu. Disatu sisi mereka ingin sekali bergabung kedalam pembicaraan yang sepertinya cukup menyenangkan, namun disisi lainnya, mereka merasa bingung. Tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengawalinya. Namun semua itu berubah saat seorang namja yang bukan bagian dari universitas itu datang dan duduk disalah satu kursi yang kosong. Namja itu ikut memandang kearah yang sama dengan kedua anak manusia tersebut. Senyum penuh artinya langsung terpampang jelas pada wajahnya begitu melihat apa yang tengah menjadi perhatian bagi kedua manusia didepannya.


“aku akan mengurusnya.” Bisik namja itu yang langsung membuat kedua manusia yang sebelumnya masih memandang kebelakang kini berbalik kedepan. Keterkejutan melanda mereka ketika mendapati sosok namja yang baru saja melontarkan kalimat yang membuat otak mereka harus kembali bekerja setelah kelas berakhir.


“sejak kapan kau berada disini?” Tanya Eunhyuk, namja yang sedari tadi hanya mampu mendengarkan perbincangan tersebut dari belakang.


“baru saja. kalian saja yang terlalu fokus dengan kedua manusia itu, sampai-sampai aku datang pun kalian tak tahu.” Jawabnya santai sembari mengambil alih segelas juice strawberry yang berada di depan Eunhyuk.


Mereka kembali terdiam saat tawa itu kembali terdengar bahkan kian terdengar mengasyikan, hingga mampu membuat kedua anak manusia yang tadi sempat berbalik kedepan kini kembali mengubah arah pandangnya kembali kebelakang. Mereka menatap miris kepada sosok-sosok tersebut, terkecuali sosok namja yang baru saja bergabung di meja yang tengah dihuni oleh Eunhyuk itu. Ia malah tersenyum saat mendengar tawa dari seorang yeoja yang berada dimeja yang bersampingan dengan meja yang tengah ia tempati.


Eunhyuk mengubah posisinya. Ia hembuskan nafasnya, begitu pula dengan yeoja yang berada disampingnya. Sooyoung, ya yeoja tinggi itulah yang sedari tadi duduk bersama Eunhyuk dengan perasaan yang tak kalah samanya dengan apa yang Eunhyuk tengah rasakan. Melihat itu, sosok namja tadi kembali tersenyum. Namun berbeda dengan sebelumnya, kini senyumnya terlihat lebih manusiawi.


“sejak kapan mereka menjadi sangat akrab seperti itu?” Tanya Eunhyuk pelan.


“hhhuuuuuhhhhh… mollayo. aku tak pernah melihat Yoona tertawa selepas itu. bahkan mungkin ini pertama kalianya aku melihatnya seperti itu.”


“aku merasa bahwa aku bukanlah teman yang baik untuknya. ia tak pernah tertawa seperti itu saat bersama ku. namun, karena seorang Luhan, namja yang notabane nya baru ia kenal beberapa hari lalu, ia bisa tertawa seperti itu.” Ucap Eunhyuk yang terdengar seperti keluhan dari hatinya yang terdalam.


Melihat dua anak manusia yang terlihat semakin menyedihkan itu, namja tadi kini mengubah posisi duduknya. Ia mantap intens pada kedua manusia tersebut.


“tenang saja. aku akan mengurusnya.” Ujarnya yang membuat Eunhyuk dan Sooyoung langsung menautkan alis mereka bingung. Ini kali keduanya untuk hari itu mereka mendengar kalimat yang membuat mereka harus kembali memutar otak dari seseorang yang sama.


“maksud mu?” Tanya Sooyoung.


“kajja aku tunjukkan.” Ucap namja itu diiringi dengan tubuhnya yang bangkit menghampiri meja dimana Yoona tengah berada, dan tentunya diikuti oleh Sooyoung dan juga Eunhyuk.



*****



“n-neo!!!!” Ucap Yoona terkejut saat mendapati sosok namja tadi yang kini tengah berdiri dihadapnnya. Matanya membulat serta telunjuknya yang ia arahkan menunjuk wajah namja tersebut.


“waeyo? apakah kau merindukan kehadiran ku sampai-sampai kau terkejut?” Ia dudukkan tubuhnya tepat didepan Yoona. Membiarkan tubuhnya menguasai tempat itu tanpa membiarkan Yoona atau Luhan mempersilahkan dirinya untuk bergabung di tempat tersebut.


“m-mwoya? kau bilang aku merindukan mu? cihhh… tak pernah terbesit dipikiran ku bahwa aku merindukan devil seperti mu!” Tukas Yoona yang hanya mendapat senyuman dari sosok yang ia bilang devil itu.


terserah… tetapi yang jelas, nanti pada akhirnya kau akan mengatakan yang sebenarnya nona Im.”


Yoona nampak terlihat terkejut. Sekuat tenaga ia mencoba untuk tak masuk kedalam perangkap yang tengah dibuat namja itu. “terserah apa kata mu. lalu mau apa kau kesini tuan muda Lee Donghae?” Tanya Yoona dengan menekankan kata-kata terakhir pada kalimatnya.


“mau ku, emmmm….” Donghae menggantungkan kalimatnya sejenak. Dan tersenyum samar sebelum kembali melanjutkannya. “ aku hanya ingin mengajak mu bergabung dengan kami berlibur di Muju Resort. itu pun kalau kau bersedia.”


“oh iya satu lagi, kau juga boleh ikut. em….” Donghae kembali terdiam. Wajahnya terlihat tengah mengingat sesuatu.


“oh iya, Luhan imnida. bangapseumnida…” Ujar namja imut bernama Luhan itu saat melihat Donghae yang sepertinya berbicara kepadanya.


“oh ne. Luhan-ssi. kau juga boleh ikut. semakin banyak bukankah semakin menyenangkan, iyakan Eunhyuk-ah?”


“nde? aahh.. n-ne. semakin banyak yang ikut akan semakin menyenangkan.” Timpal Eunhyuk.




Yoona POV


Aku langsung menekan tombol on pada music player ku sesaat setelah aku mengunci pintu kamar. Ku letakkan tas ku diatas meja dan langsung beralih menuju ranjang king size milik ku. Ku lemparkan tubuh ku keatasnya sembari memejamkan mata.


Sesaat rasanya tubuh ku menjadi panas saat bayang-bayang menyeramkan itu tiba-tiba kembali muncul dipikiran ku. Membuat aku tak dapat merilekskan tubuh ku setelah seharian ini terus berkutat dengan guru-guru yang sangat mengerikan. Belum juga saat itu datang, aku telah lebih dulu merasakan hawa buruknya. Aaaaarrrgggghhhhhh manusia terkutuk itu benar-benar telah membuat hidup ku menjadi berantakkan! Tidak bisakah ia membuat ku merasa tenang setidaknya satu hari saja?! Apakah mengganggu ku merupakan hobinya??!



“ aku hanya ingin mengajak mu bergabung dengan kami berlibur di Muju Resort. itu pun kalau kau bersedia.”


“oh iya satu lagi, kau juga boleh ikut. em….”

“oh iya, Luhan imnida. bangapseumnida…”
 
“oh ne. Luhan-ssi. kau juga boleh ikut. semakin banyak bukankah semakin menyenangkan, iyakan Eunhyuk-ah?”

“nde? aahh.. n-ne. semakin banyak yang ikut akan semakin menyenangkan.”



“aaaaaarrrrrrrggggggghhhhhhhhhh………………..” Teriak ku  begitu bayangan menyeramkan itu kembali mengusik pikiran ku. Sesaat rasanya ingin sekali ku layangkan benda tajam ke wajahnya, namun mengingat aku tinggal di negara yang memiliki peraturan akan hal bejad seperti itu, semua menjadi pupus begitu saja.


“aku tak akan membiarkan kau menjadi tuan muda lagi LEE DONGHAE!!!!”



***** ^,^ *****



     Bomi oneun sori teu-llimyeon (Ggoti pin gil ttara keo-reoyo)
     Bi naerineun yeoreumi omyeon (Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo)
     Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
     Sone jeonhaejineun ongiro  (Ttaseuhameuro)
     Hamkke keo-reo-gayo
     How great is your love



Aish… suara apa itu? Kenapa berisik sekali? Aku sedang tidur. Tidak bisakah suara itu menghilang? Setidaknya beri aku waktu untuk tidur untuk beebrapa saat lagi.



     Bomi oneun sori teu-llimyeon (Ggoti pin gil ttara keo-reoyo)
     Bi naerineun yeoreumi omyeon (Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo)
     Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
     Sone jeonhaejineun ongiro  (Ttaseuhameuro)
     Hamkke keo-reo-gayo
     How great is your love



Tsk… apakah pemilik suara itu tak memiliki perasaan sedikit pun, eo? Aku baru saja tidur. B-A-R-U! Tidak bisakah ia matikan suara yang mengganggu itu?!



    Tok… tok… tok…..



Mwoya? Suara apa lagi itu? Ya Tuhan…. tidak bisakah kau membuat suara-suara itu enyah dari pendengaran ku, setidaknya untuk beberapa saat saja. Annie annie satu jam saja. Setidaknya aku ingin……



“Yoona cepat bangun. sudah jam berapa ini? bukankah kau akan pergi bersama dengan Donghae? dan satu lagi, cepat matikan suara ponsel mu itu. suara ponsel mu membuat kepala eomma menjadi pusing.”



Eomma? Eomma siapa? Kenapa orang itu menyebut dirinya eomma? Aaaiiihhhh… siapa pun dia, tidak bisakah ia tak mengganggu ku? Aku ingin tidur. Apakah kata-kata ku kurang jelas? Apakah aku perlu menjelaskannya lagi? Tsk. Aku hanya ingin tidur. T-I-D-U-R. Tidak lebih. Jadi bisakah me…..


“mwoya? eomma? apakah aku tak salah dengar? orang yang barusan berteriak adalah eomma?”


Seketika aku langsung bangkit dari ranjang ku dan berjalan menuju pintu kamar. Ku hembuskan nafas ku kasar sebelum membuka pintu tersebut. Dan betapa terkejutnya aku saat ku dapati seorang wanita yang sekarang sudah tak muda lagi tengah berdiri dengan wajah kesalnya didepan kamar ku. Dan itu berarti adalah, telinga ku akan menjadi panas karena ucapannya yang akan sangat panjang.


“sudah bangun putri tidur?” Tanya nya sinis. Sungguh dapat ku pastikan kali ini aku akan benar-benar habis ditangan eomma. Mungkin kali ini tak hanya mobil ku saja yang akan diambilnya, tetapi seluruh fasilitas yang ku miliki akan hilang dalam sekejap hanya karena aku tak segera bangun dan membukakannya pintu.


“hehehe… mian eomma.” Ucap ku pelan sembari menggaruk tengkuk ku yang tak gatal ini. Sungguh rasanya ingin sekali aku memundurkan waktu kembali ke saat sebelum eomma membangunkan ku.


“yasudah, eomma tak ingin berdebat dengan mu. cepatlah kau mandi, Donghae sudah menunggu mu.”


“Do-Donghae? dia ada disini eomma?” Tanya ku terkejut. Ia benar-benar sudah gila.


“annie.”


“lalu?” Tanya ku. Kini selain terkejut, aku juga merasa bingung dengan kalimat eomma. Annie. Apa maksudnya?


“ia tadi menghubungi mu tetapi kau tak kunjung membalasnya, jadi dia menghubungi eomma. katanya kau akan pergi bersamanya, dan sekarang ia tengah menunggu mu di rumahnya.”


“nde?”


“aish.. kau tak tuli kan. ia menunggu mu di rumahnya. sudahlah, cepat kau mandi.”Eomma langsung mendorong tubuh ku kedalam kamar dan menutup pintunya. Beberapa saat aku hanya terdiam dan tak melakukan apa pun. Aku masih terus memikirkan apa yang dikatakan eomma barusan.


Devil itu menghubungi ku? Ia menunggu ku di rumahnya? Semua itu terus memenuhi otak ku. Namun tak lama kemudian, aku kembali tersadar dan langsung mengambil benda berbentuk persegi panjang yang berada diatas ranjang. Ku gerakkan jari ku diatas layar benda tersebut. Dan benar saja. Baru saja aku membuka kuncinya, dua pesan singkat sudah tertera disana. Dan kalian tahu siapa pengirimnya? Ya… Lee Donghae. Tuan muda paling menyebalkan di muka bumi ini. Devil yang terkutuk itu. Dialah yang mengirimkan pesan-pesan itu.




Author POV


Ia melangkah begitu cepat dengan menarik koper berukuran sedang dibelakangnya. Nafasnya yang telah terengah tak membuatnya menghentikan langkah cepatnya yang kini telah berganti menjadi sebuah larian. Dan kini pun, ia juga sudah tak memperdulikan lagi tatapan penuh tanya dari beberapa orang yang berpapasan dengannya.


“aaaiiihhh kenapa disaat seperti ini eomma masih sempat-sempatnya mengambil kunci mobil ku???!!!!” Gerutu yeoja itu. Kakinya terus berlari hingga sampai didepan sebuah rumah dengan pagar tingginya yang menjadi tujuannya. Ia segera berjalan memasuki pekarangan rumah tersebut yang nyatanya masih membuatnya harus sedikit berlari untuk sampai kedalam pekarangan rumah bagian dalam.


Setelah beberapa saat yang ia anggap seperti beberapa tahun, akhirnya ia sampai didalam sebuah pekarangan yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga berwarna-warni yang ditata dengan begitu apiknya hingga membentuk sebuah bentuk angsa. Ia menghentikan langkahnya sejenak, menarik nafasnya dalam dan kembali menghembuskannya pelan. Beberapa kali ia mengulanginya sampai nafasnya benar-benar telah kembali teratur. Setelah ia pastikan bahwa semua telah dalam keadaan baik-baik saja, barulah ia kembali melangkah memasuki sebuah rumah nan besar yang berdiri kokoh disana.


Baru saja kakinya melangkah masuk kedalam rumah tersebut, sambutan yang mampu membuat siapa pun yang menerimanya menjadi bergetar takut telah menyambutnya. Melihat hal itu mau tak mau ia harus memutar otaknya agar tak terjadi hal buruk yang akan menimpanya. Mungkin karena otaknya sudah tak mampu lagi berpikir karena rasa letih yang ia rasakan, akhirnya ia lebih memilih untuk tak mengindahkan tatapan itu dan berlaga seperti tak terjadi apa-apa.


“kenapa kau baru datang Yoong?” Tanya salah seorang namja yang sedari tadi terus saja duduk sembari menatap layar ponselnya dengan gusar.  Ia telah memperhitungkan bahwa kejadian ini akan terjadi jauh sebelum saat ini datang.


“em.. itu karena eomma mengambil kunci mobil ku. mianhae…” Jawabnya menyesal. Namun nampaknya penyesalan dari yeoja itu tak mampu membuat salah seorang namja yang kini langsung berdiri menjadi prihatin atau bahkan luluh. Ia malah terlihat begitu dingin bahkan terlihat tengah merendahkan sosok yeoja itu.


“eomma mu mengambil kunci mobil mu bukankah karena kesalahan mu! bukankah kau sendiri yang membiarkan eomma mu menunggu cukup lama didepan pintu kamar mu, eo?” Ujar sosok itu dengan nada yang sanggup membuat sosok yeoja itu tersulut dengan emosinya. Bahkan kini yeoja itu terlihat begitu marah atas perkataan yang baru saja terlontar untuknya.


“yak! n-neo!”


“sudahlah Donghae-ah, tak usah dipermasalahkan. toh sekarang Yoona sudah datang. kenapa kita tak berangkat sekarang saja? bukankah lebih cepat lebih baik.”


“benar apa yang dikatakan Eunhyuk. kenapa kita tak segera berangkat?” Sambung seorang yeoja yang menyetujui usulan sosok namja bernama Eunhyuk itu.


“baiklah, kalau tak mengingat sudah jam berapa ini aku tak akan dengan mudahnya mengakhirinya. tapi ingat! ini belum selesai nona Im.”


“cihh…. siapa juga yang menganggap ini selesai. lihat saja aku akan membalas perkataan mu!” Tukas Yoona.


“em.. Yoona-ah.” Panggil seorang namja imut yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikan pertengkaran kecil yang terjadi dihadapannya. Namun panggilan itu berhasil menarik perhatian tak hanya Yoona saja tetapi tiga orang manusia lain yang juga berada di tempat tersebut. Refleks mereka memutar kepala mereka kearah sosok namja tersebut.


“bagaimana kalau kau ikut bersama dengan ku?”


“nde?”


“ne. kau ikut dengan mobil ku?” Ucapnya lagi yang kembali memperjelas ucapan sebelumnya.


“em… guereo………” Belum sempat Yoona menyelesaikan apa yang ingin ia katakan, kembali sosok bernama Donghae itu datang dan langsung menarik lengan Yoona pergi. Membuat sosok namja imut itu tertegun sesaat sebelum kembali tersadar akibat kalimat yang terlontar dari Donghae sebelum ia benar-benar menghilang dari balik pintu.


“Yoona akan bersama ku. jadi kau bersama Eunhyuk dan Sooyoung saja.”



>>>>>>>>> in Donghae’s car


Sunyi dan diam. Adakah kata lain yang lebih pantas untuk menjelaskan keadaan dua anak manusia tersebut? Sepertinya tidak. Karena dua kata itulah yang paling tepat bahkan sangat tepat untuk menerangkan apa yang tengah terjadi didalam mobil mewah yang tengah melaju menembus jalan-jalan besar ibukota tersebut.


Sepasang insan manusia itu terus saja mengatupkan bibir mereka. Tak ada yang berbicara, bahkan tak terdengar suara dehaman sekali pun setelah insiden penarikan secara paksa oleh sosok namja yang masih terfokuskan dengan kendali mobilnya. Walaupun sebelumnya sosok yeoja yang duduk disebelahnya sudah berkali-kali bertanya dan mengungkapkan kekesalannya, tetapi lagi-lagi namja tersebut tak sekali pun meresponnya. Marah? Kesal? Ya. Kini kedua hal itulah yang tengah dirasakannya, hingga membuatnya langsung mengatupkan kedua bibirnya dan menguncinya rapat-rapat.


Namun semua itu tak bertahan lama. Pertahanan yang telah dibuatnya hancur begitu saja manakala sosok yang menariknya pergi terlihat begitu tenang dan menikmati perjalanan yang tengah mereka lakukan.


“yak. bisakah kau tak diam? setidaknya berbicaralah satu kata saja. tsk…” Geram yeoja itu.


Sekilas ia tatap sosok namja disampingnya yang masih diam tak bergeming, namun semakin melihatnya semakin membuat amarahnya membakar akal sehatnya. Merasa moodnya semakin memburuk, segera ia palingkan pandangannya. Menatap jalan sepertinya lebih baik dibandingkan menatap sosok namja itu, pikirnya.


“siapa dia?”


“nde?”


“Xi Luhan, nugu?” Ulang namja itu lagi namun masih tetap tak menatap sosok yeoja yang ia ajak bicara.


“buat apa kau bertanya? itu bukan urusan mu.” Tukas yeoja itu.




~ Muju Resort ~



Semilir angin yang berhembus pelan, serta mentari yang tak bersinar dengan terik terasa seperti menyambut dengan senang atas kedatangan lima orang anak muda ke tempat itu. Cuaca yang begitu baik juga semakin menjelaskan bahwa mereka sangat dinanti kedatangannya. Sesaat mereka nampak terkejut. Dan mereka semakin dibuat terkejut tatkala melihat pemandangan yang telah disajikan. Saling melempar pandang dan tersenyum, itulah reaksi yang mereka tunjukan atas tempat yang akan mereka tempati untuk beberapa hari kedepan.


“Donghae-ah….” Panggilan seorang yeoja berhasil membuat kelimanya memalingkan pandangan mereka. Tak ada yang bergeming atau bahkan menunjukan ekspresi lain selain bingung dan terkejut.


Donghae melambaikan tangannya pada sosok yeoja yang memanggilnya. Dan bersamaan dengan itu, sosok tersebut langsung memeluk Donghae dengan erat. Seperti rasa rindu yang tengah menyelimuti keduanya, mereka berpelukan tanpa menghiraukan sosok-sosok yang masih terus memperhatikan mereka.


Menyadari bahwa mereka tengah berada di temat umum, buru-buru sosok yeoja itu melepaskan pelukannya. Ia langsung memutar tubuhnya dan menyunggingkan sebuah senyuman kepada empat anak muda lain yang masih diam tertegun.


“annyeonghasaeyo…..” Yeoja itu merundukkan badan. Begitu pula dengan empat anak muda itu, mereka ikut merundukkan badan membalas salam dari yeoja tersebut.


“nan Tiffany Hwang imnida. bangapseumnida….”




Yoona POV


Ranjang king size didepan ku benar-benar menggugah selera. Sejak tadi rasanya ingin sekali ku baringkan tubuh ku diatasnya, tapi urung ku lakukan saat melihat sebanyak apa barang yang ku bawa. Jadi mau tak mau aku harus merapihkan barang-barang ku dulu dan barulah kini saatnya aku untuk meremajakan seluruh tubuh ku.


Dan disaat hanya tinggal hitungan detik saja aku bisa merasakan betapa empuk dan nyamannya kasur ini, mata ku berhasil menangkap suatu kejadian yang nyaris membuat ku terlonjak bahkan hendak melempar bantal yang ku pegang saat ini. Tanpa berbasa-basi aku langsung berjalan menuju pintu kaca yang langsung berhubungan dengan balkon kamar ini.


Tak pernah sekali pun aku melihat ekspresi semacam itu dari iblis menyebalkan itu. Rasanya berbeda sekali saat ia bersama ku atau dengan Eunhyuk. Sebenarnya apa hubungan mereka?  Kenapa rasanya aku kesal melihat mereka? Aaarrgghhhhh... Im Yoon Ah. Sadarkan diri mu. Ingat! Iblis tetaplah iblis dan tak akan pernah berubah menjadi dewa atau peri! Jadi hilangkan pikiran-pikiran menjijikan mu itu sekarang!!



     Bomi oneun sori teu-llimyeon (Ggoti pin gil ttara keo-reoyo)
     Bi naerineun yeoreumi omyeon (Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo)
     Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
     Sone jeonhaejineun ongiro  (Ttaseuhameuro)
     Hamkke keo-reo-gayo
     How great is your love



“apakah kau sudah selesai Deer Princess?”

                     

To  :  Yoona



Ku sunggingkan senyum ku saat membaca pesan singkat yang baru saja ku dapatkan. Deer Princess. Dia benar-benar memanggil ku seperti itu. Tsk.. ada apa ini? Kenapa rasanya menjadi aneh?



“selesai? membereskan barang-barang maksud mu? emm.. kalau itu sudah. waeyo?”

                         

From  :  Yoona



“aku ingin mengajak mu bermain ski. sepertinya hari belum terlalu petang.”

                     

To  :  Yoona



“em ski? boleh. kalau begitu sampai bertemu di lobby.”

                         

From  :  Yoona



Ku tatap sekilas manusia menyebalkan itu sebelum beralih keluar kamar. Tak lupa ku raih jaket ku yang tergeletak diatas kursi. Benar-benar menyebalkan! Kenapa rasanya ingin sekali ku cakar wajah yeoja itu dan juga devil keparat itu?!! Bagaimana bisa ia menampakkan wajah seperti itu??!!!




Author POV


Yoona terus saja menghentakkan kakinya sepanjang jalan. Membuat beberapa orang yang tak sengaja bertemu dengannya menatap bingung. Kejadian yang ia lihat dari balkon kamarlah yang membuatnya menjadi seperti itu. Setengah kesal hingga membuatnya tak menyadari bahwa kini ia telah berada di lobby hotel. Beberapa saat ia masih terus saja menggumam tak jelas. Namun sepersekian detik setelah itu ia mengutuki dirinya sendiri. Seperti urat malunya baru kembali tersambung, Yoona merundukkan kepalanya. Ia merasa tak sanggup menatap sosok dihadapannya yang ia yakini melihat apa yang baru saja ia lakukan.


“aisshhh.. paboya pabo!!” Rutuknya dalam hati.


“kau kenapa? apakah kau baik-baik saja.” Sosok itu merundukkan kepalanya guna mencari alat penglihatan lawan bicaranya.


“a-an.. annio.” Jawab Yoona gugup sembari menggaruk bagian leher belakangnya yang tak terasa apa-apa.


“em.. kalau begitu, kita pergi sekarang. kajja...”


Sosok itu langsung menggenggam tangan Yoona. Menuntunnya agar berjalan mengikuti dirinya. Ya.. Xi Luhan. Seorang laki-laki yang berasal dari negeri tirai bambu, yang belakangan ini tengah dekat dengan Yoona. Bahkan dihari pertama mereka saling mengenal, mereka telah memiliki nama panggilan khusus bagi masing-masing. Deer Princess dan Lulu Deer. Nama yang terlalu imut untuk seorang laki-laki dan perempuan yang tak memiliki hubungan lebih dari sebuah pertemanan.



***** ^,^ *****



Perlahan tapi pasti, sang surya mulai bergerak turun hingga hanya menyisakan warna kemerehan di langit. Warna tersebut terlihat sangat cantik hingga membuat beberapa orang rela merasakan hawa dingin yang menusuk demi menyaksikan tenggelamnya sang surya. Tapi semakin lama hembusan angin tersebut kian menusuk kedalam tulang, membuat siapa saja yang masih berdiri di luar, secepat mungkin berlari kedalam demi mendapatkan kehangatan yang berasal dari pemanas ruangan. Hembusan nafas mereka terdengar mengisi ruangan tersebut saat rasa hangat mulai menjalar kesekujur tubuh. Membuat tubuh yang sempat membeku kini mulai dapat kembali mereka gerakkan.


Yoona masih terus menatap langit yang kian lama kian berubah hitam dari dalam kamarnya. Tak jarang ia abadikan langit tersebut oleh camera yang sengaja ia bawa. Namun lagi-lagi matanya menangkap sesuatu yang kembali membuat ia merasa kesal. Dahinya mengernyit bingung saat mendapati sosok tersebut berlari menuju kedalam hotel seorang diri.


“dimana dia?” Gumam Yoona yang masih terus memperhatikan sosok tersebut walau kini matanya sudah tak lagi melihat sosok tersebut.


Langit kian berubah menjadi gelap. Angin yang berhembus pun kian lama kian kencang dan dingin. Hal tersebut membuat tak banyak dari pengunjung resort yang harus merelakan waktu libur mereka hanya untuk terkurung didalam hotel. Melihat betapa gelapnya langit dari dalam kamar. Begitu juga dengan Yoona, ia terus saja berdiri didepan pintu balkon kamarnya tanpa berpindah satu centi pun. Seperti tengah menantikan kemunculan bintang di langit. Namun saat itu, bukan bintang yang tengah dinantinya. Tetapi seseorang yang tak ia jumpai saat melihat sosok yang tadi sore tengah berlari menuju kedalam hotel.


Entah apa yang tengah ia rasakan kini? Semua terasa seperti aneh baginya. Ia merasa kesal, namun ia juga merasa senang, tetapi kini rasa kekhawatirannya juga ikut muncul memenuhi relung hatinya. Yoona menghembuskan nafasnya gusar. Menatap kembali arloji hijau muda yang mengikat manis dipergelangan kirinya.


“kemana perginya dia? apa jangan-jangan ia sudah kembali? ah annie annie. kalau pun iya, pasti ia tengah mengomeli ku karena terus saja menghubunginya. aaarrrgggghhhhhh sebenarnya kemana namja manja itu??????” Yoona mengacak rambutnya frustasi. Sangat frustasi. Bahkan mungkin ini kali pertamanya ia merasakan kefrustasian seperti itu.


Untuk kesekian kalinya ia melirik aroji hijau miliknya. Entah sudah berapa kali ia melakukan hal itu tapi ia tetap tak merasa puas juga. Bahkan ia juga ikut memastikan melalui ponselnya demi meyakinkan bahwa waktu yang ditunjukkan arloji nya benar. Ia kembali menghembuskan nafasnya frustasi. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam tetapi ia belum juga kembali, pikir Yoona.


Ia mendudukan tubuhnya diatas ranjang. Mencoba untuk menenangkan pikirannya agar tak membayangkan hal-hal aneh. Namun semua itu hanya membuat satu buah butiran kristal melesat jatuh dari matanya. Dengan cepat ia menyekahnya. Pikiran-pikiran aneh yang sempat ia hilangkan kini malah menempel kuat dan telah berhasil menyetir logika serta alam sadarnya. Membuatnya tak dapat berpikir secara benar hingga ia memutuskan untuk mencari sosok tersebut sendiri.



*****



Yoona terus melangkahkan kakinya. Menerpa hembusan angin yang berhembus dingin dengan hanya berbalutkan satu lembar pakaian hangat nan tebal. Tapi setebal apa pun pakaian yang ia pakai, rasa dingin tetap saja menyeruak masuk bahkan nyaris membuatnya menggigil dan kehilangan kesadarannya.


Yoona terus berlari menyusuri gundukan salju yang semakin menebal karena salju yang terus saja turun. Mulutnya terus terbuka meneriaki satu buah nama tiada henti. Matanya terus berputar mencari-cari keberadaan tubuh sang pemilik nama.


“Donghae!! Lee Donghae!!!” Teriak Yoona. Ia memutar tubuhnya, berlari tiada henti mencari keberadaan sosok bernama Donghae. Ya Donghae, namja muda yang selalu ia anggap sebagai musuh terbesarnya itu. Seorang namja yang kini tengah dikhawatirkannya.


Yoona masih terus berlari meneriaki nama Donghae. Nafasnya yang mulai terengah tak membuat Yoona lantas menghentikan aksi gilanya. Gila? Ya bagaimana tidak gila, berlari di tengah badai salju dengan hanya mengenakan satu buah mantel sembari berteriak. Tetapi walaupun begitu, ia tetap melakukannya.


Langkahnya mulai melambat. Deru nafasnya semakin jelas terdengar. Jari-jari tangannya mulai mengaku karena dinginnya angin yang berhembus. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia kembali melangkahkan kakinya mengitari tempat yang sudah sangat jauh dari hotel yang ia tempati.


Ditengah langkahnya, tubuhnya ambruk. Kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuhnya. Nyaris saja ia menyerah, andai saja sesuatu yang aneh tak tertangkap oleh indera penglihatannya. Ia segera bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati hal aneh itu. Yoona berharap bahwa apa yang ia lihat saat itu adalah tubuh Donghae, seorang namja yang membuatnya harus menahan rasa takutnya akan kegelapan.


Kakinya terus melangkah hingga membuatnya kini tepat berada dibelakang sesuatu yang ternyata tubuh manusia itu. Ia mengguncang pelan tubuh itu dengan kembali menyebutkan satu nama, Donghae. “Donghae-ah...”


Bukan tanggapan berupa jawaban yang didapatkannya, melainkan sebuah erangan yang tanpa harus melihat wajahnya pun Yoona telah tahu tubuh siapa itu. Ia segera membalikkan tubuh tersebut. Mengguncangnya dengan kasar dan kembali menyebutkan nama yang sama.


“Donghae!! Lee Donghae. sadarlah!!!”


Donghae tak menjawabnya. Ia hanya terus mengerang pelan dengan matanya yang terus tepejam. Melihat itu Yoona langsung membawa tubuh Donghae. Dengan susah payah ia memapah tubuh namja itu. Tubuh yang besarnya dua kali lipat dari tubuhnya. Tubuhnya yang sudah melemah tak membuat Yoona menyerah. Ia terus saja memapah Donghae dengan sisa-sisa tenaganya yang tak banyak lagi.


“sabarlah Donghae-ah.. aku akan segera menolong mu.” Ucap Yoona masih dengan memapah tubuh besar Donghae.


Yoona terus saja melangkahkan kakinya menembus dinginnya angin dengan tubuh Donghae yang semakin menambah bebannya. Hampir saja ia berniat untuk mengakhiri usahanya karena sampai sejauh ia melangkah matanya sama sekali tak menemukan tempat yang layak untuk ia dan Donghae, namun semuanya sirnah begitu saja saat matanya menemukan satu buah rumah kecil didepannya. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menghampiri rumah tersebut.


Ia menyenderkan tubuh Donghae pada dinding kayu rumah tersebut. Melepaskan mantelnya dan mengenakannya pada tubuh Donghae yang telah menggigil.


“annie. kau saja yang pakai..” Tolak Donghae dengan suara yang gemetar. Ia kembali memberikan mantel itu pada Yoona, namun bukan Yoona namanya bila ia mengambil kembali apa yang telah diberikannya atau dipinjamkannya.


“kau gila! kau sedang sakit Donghae-ah! lupakan ego mu dan pakai mantel ku!!” Tegas Yoona. Ia kembali mengenakan mantelnya pada tubuh Donghae.


“tunggu sebentar. aku ingin mencari sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh mu.” Ucap Yoona dan langsung beranjak pergi.


Gemertak gigi serta hembusan nafas yang tak teratur memperlihatkan bahwa tubuh Donghae saat itu benar-benar dalam keadaan tak baik. Bibirnya juga pucat dan sebagian tubuhnya mulai mengaku akibat terus menerus berada diluar saat badai salju tengah terjadi. Hal itu semakin membuat Yoona kalut. Ia bagaikan tersihir dengan kondisi buruk Donghae. Air mata mengalir membentuk genangan disepanjang pipinya.


Yoona terus mengedarkan matanya. Mencari sesuatu yang dapat membuat api untuk membakar beberapa bongkahan kayu yang tak sengaja ia temukan di tempat itu. Ia sedikit mengerang frustasi saat matanya tak berhasil menemukan satu buah pematik api disana. Sedikit menyesali kebodohan masa lalunya yang tak pernah serius dalam mengikuti camping sekolah, setidaknya jika pada waktu itu ia serius menjalankan kegiatan itu ia bisa menghidupkan api walau tanpa menggunakan pematik. Namun nasi telah menjadi bubur. Tak ada gunanya bagi Yoona kini untuk merutuki kebodohan masa lalunya. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah bagaimana membuat api agar tubuh namja itu tak lagi kedinginan.


Satu menit...


Dua menit...


Tiga menit...


Empat menit...


Lima menit...


Lima menit telah Yoona gunakan hanya untuk mencari satu buah pematik. Namun lima menit itu bagaikan lima jam bagi dirinya. Selama lima menit itu ia terus saja mencari benda berbentuk persegi itu diseluruh penjuru rumah. Memeriksa setiap laci, bahkan hingga kesela-sela antar benda. Hingga pada akhirnya ia berhasil menemukan benda itu. Ia bergegas menghampiri Donghae dan mulai membakar bongkahan demi bongkahan kayu tersebut.


“apakah sudah terasa hangat?” Tanya Yoona saat api yang ia hidupkan telah membakar kayu-kayu tersebut.


“se.. sedi-kit....” Jawab Donghae lemah.


Mendengar itu Yoona berinisiatif untuk mengusapkan kedua tangannya dan meletakkannya dikedua pipi Donghae. Ia terus mengulanginya sampai tangan Donghae terangkat dan melepaskan tangan Yoona dari wajahnya. Donghae menatap Yoona dengan wajah yang masih pucat. Sesaat ia tersenyum. Tersenyum dengan senyuman yang tak pernah ia tunjukkan dihadapan yeoja lain selain Yoona.


“yak! kenapa kau malah tersenyum?”


Yoona memalingkan wajahnya. Berusaha menutupi semburat merah yang tiba-tiba muncul saat matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Donghae. Entah apa yang ia pikirkan saat itu hingga membuatnya tak mampu menatap sosok Donghae yang entah sejak kapan telah mengenakan kembali mantel yang diberikan Yoona kepada Yoona.


“Donghae-ah apa yang kau lakukan? kau sedang sakit.”


“nan gwaenchana.” Donghae mengusap lembut puncak kepala Yoona. Membuat gadis itu terkejut dan langsung menundukkan wajahnya. “gomawo kau sudah mau datang mencari ku, dan.....” Donghae menghentikan ucapannya. Entah sengaja atau tidak, yang jelas Yoona refleks mengangkat kepalanya saat Donghae tak kunjung melanjutkannya.


“nde? dan apa..?”


“sa.......................”




To Be Continue...





before i tell about this part, firstly i wanna say 'sorry, really really sorry' for readers who waited this part. aaahhh~ because there are many barriers, so i can't publish this part fast. but now, i fulfill my promise to update this part in this May, although in the end of month.

oke back to the story. em~ what readers think about part 10? still amused or  not? and because this is part 10, may be the next part will be the last part. so.. i hope readers still wait and like "Your New Face"

i don't know what should i say again. so i'd better go now.
see you guys.....감사합니다 ^^

Comments

  1. akhirnya muncul jg part 10 nya..
    krennn...
    lnjuttt

    ReplyDelete
  2. akhirnya dipost juga ni ff .....sebencinya yoona pada donghae tapi sebenernya yoona mencintainnya....
    donghae mau bilang saranghaeyo ke yoona kan ....i hope ...
    please thor next partnya jgn lama

    ReplyDelete
  3. penantiannya ff mu lama thorr
    tp terbayar klo sebelum tbc
    ada saranghaeyo.....
    :D

    ReplyDelete
  4. yoona udh mlai ska ma donghae ya..??
    trz donghae mw bilang pa tu? saranghae?
    dtunggu next part, jgn lma" ya...

    ReplyDelete
  5. waah brrt kurang 1 part lg yaa?
    lanjutt

    ReplyDelete
  6. jinjja gomawoyo chingudeul udah baca dan comment :)
    dan mian karena aku update part 10-nya lama.
    semoga part terakhirnya bisa memuaskan chingudeul semua ya *deep bow*
    sekali lagi terima kaish banyak^^,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts