Get Crazy #5 (one by one)


“sepertinya mereka belum pulang. Mau kutemani mencari mereka?”


Napas Hyo Jin langsung tercekat, ia tak lagi bisa menarik napas dan hanya mampu balik menatap Minho dengan mata berkaca-kaca. Di tengah-tengah orang jahat di atas bumi, ternyata Tuhan menyisihkan orang baik juga untuknya. Hyo Jin nyaris menangis jika saja ia tidak menggigit bibirnya.



“eotte? Mau kutemani?” Hyo Jin tersadar dan langsung mengangguk. Ia tersenyum tak percaya dengan mata yang masih tak berkedip menatap Minho. Minho meraih tangannya. Hyo Jin senang bukan main. Ada kembang api disekujur tubuhnya, dan Hyo Jin benar-benar tidak sanggup menahan semua letupan kebahagiaan itu. Tapi ternyata semua hal baik selalu tidak bertahan lama…….. ia baru merasakan kebahagiaan selama kurang lebih 5 detik saat…………….


“ei…. Park Hyo Jin! Dari mana saja kau?” teriak seseorang dari arah belakangnya.  Minho dan Hyo Jin yang belum sempat berjalan barang selangkahpun berbalik. Hyo Jin terlalu mengenal suara itu hingga ia tak berani membuka mata. L.Joe tengah berdiri tiga meter didepannya dengan tangan yang bersedekap didepan dada. “heh…. Park Hyo………….. eh… Sunbae, anyyeong” L.Joe membungkuk dan langsung mengganti nada bicaranya menjadi lebih ramah saat ia menyadari namja disebelah Hyo Jin sekarang adalah SHINee Minho.


“aku…. mau mengambil yeoja ini” L.Joe tersenyum canggung sambil menarik Hyo Jin hingga gadis itu kini berdiri di sebelahnya. Mengambil? Tch… Kalau kau lupa, aku ini manusia, bukan barang.


“ah.. ne, kami juga bermaksud mencarimu tadi” Balas Minho. “kalau begitu, aku masuk. Jaga dia, jangan sampai hilang lagi” Lanjutnya sambil tersenyum. Member SHINee yang lain sudah masuk ke ruang tunggu mereka sebelum L.Joe datang, dan kini Minho pun sudah menghilang masuk ke ruangan yang sama.


Dan bertepatan dengan pintu yang Minho tutup, Hyo Jin menghempas tangan L.Joe yang tengah memegangi lengannya.


“jangan menyentuhku!” teriak Hyo Jin.
“ah.. oke… mian” keduanya melempar pandang canggung ke arah yang berlawanan.
“yang lain sudah di dalam van, ayo pulang” lagi-lagi L.Joe mengulurkan tangan dan hendak menyentuh pergelangan tangan Hyo Jin. Namun…..


“Kubilang jangan menyentuhku” Hyo Jin memekik dan menghindarkan tangannya secepat kilat.
“tch…. Waee???? Kau marah padaku?”
“ani… tanganku habis dipegang Minho oppa. Jangan sentuh aku! aku tak akan mencuci tangan seumur hidup”


“apa?” L.Joe menatap gadis didepannya tak habis pikir, lantas menggeleng sembari tersenyum takjub pada Hyo Jin yang masih memandangi lengannya sendiri dengan senyum lebar.


“Ya Terserah! Sekarang kau ikut aku!” tanpa prikemanusiaan, ia menarik ujung leher belakang jaket yang dipakai Hyo Jin. Hyo Jin yang terkejut tak mampu melawan saat tubuhnya diseret-seret dari belakang. Ah.. baiklah. Setidaknya ia tidak memegang lenganku.



***********



19:08 KST
TEEN TOP’S Dorm



Bunyi keran air dari arah dapur menjadi background percakapan enam orang namja di ruang tengah.
“Jadi malam ini mau makan apa?”
“PIZZA”
“Ani…… kemarin malam kita sudah makan Pizza, Ricky~aaaa” protes Niel.
“ayam saja! Ayam! Aku mau ayam!!!!” Changjo berteriak-teriak seperti supporter bola. “Bulgogi!!!!” Chunji tak mau kalah.


“ah.. YaTuhan! Bagaimana bisa setiap malam keinginan kalian berbeda semuaa??? Tidak bisa lebih kompak sedikit huh?”  seru C.A.P sembari bersedekap dengan wireless digenggamannya. Ia sudah bersiap menelfon restoran siap saji untuk makan malam, tapi seperti malam-malam sebelumnya, pasti akan ada perdebatan menu makanan dulu selama kurang lebih dua puluh menit sebelum ia benar-benar bisa memesan.


“jadi mau makan apa?” seru pria itu sekali lagi, dan dalam waktu yang bersamaan beragam jawaban terdengar.


“PIZZA”


“BULGOGI”


“AYAM”


C.A.P mengusap mukanya frustasi. Dan didetik berikutnya, semua namja itu kembali berdebat dan bicara tanpa henti.


“untuk apa memesan diluar? Kita kan sekarang punya assistant!” suara L.Joe terdengar dari kejauhan. Semua member menghentikan perdebatan dan menoleh padanya. L.Joe berjalan mendekat dan berhenti tepat dihadapan mereka semua.


“kita harus berhemat! Hampir setiap hari kita memesan makanan diluar! Sekarang kan kita punya assistant yang bisa diandalkan”



***********



At Kitchen, Teen Top’s dorm
Hyo Jin POV



Aku mematikan keran air sembari menggeleng tak percaya. Apa mereka benar-benar serepot itu setiap ingin makan malam? Benar-benar sulit dipercaya. Sebenarnya berapa umur mereka? Aku mendengus lalu berjalan keluar dapur, dan tepat saat itu…………..


“iya kan, Park Hyo Jin?” L.Joe berseru, berbarengan dengan lima namja lain yang ikut menoleh padaku yang tidak tahu apa-apa.


“iya apa?”
“kau bilang kau bisa masak, kan? kurasa ini waktu yang tepat untuk membuktikan perkataanmu!”
“apa?”
“jangan pura-pura tuli! Kau mau benar-benar tidak bisa mendengar?”
“tapi aku…………..”
“sekarang kau kembali ke dapur dan masakkan sesuatu untuk kami” aku benar-benar ingin meledak mendengar perintah seenak jidatnya. Kenapa namja ini? Kenapa dia selalu memperlakukanku seperti ini?


“YAAA!!! Kenapa kalian tidak masak sendiri saja sih?” jeritku tak tahan. Besok aku kuliah, tidak bisakah mereka memberikan sedikit kelonggaran dalam pekerjaanku? Aku sudah dari pagi disini. Apa mereka belum puas juga melihatku?


“terakhir kami masuk dapur, Chunji hyung dan Niel hyung muntah-muntah dan masuk rumah sakit” ucap Ricky.


“nde?” syok, aku menelan ludah. separah itukah masakannya? Aku memandangi mereka berenam tanpa bisa berkata-kata, lalu seolah menyerah, aku memutar langkah dan berjalan kembali ke dapur dengan kaki yang sengaja kuhentak-hentak. Baiklah….. Untuk saat ini mungkin ‘lebih cepat lebih baik’ adalah slogan yang tepat. Ayo Park Hyo Jin! Himne! Kalau perlu buatkan saja racun dan hidangkan pada mereka!



***********



19:40 KST
Author POV



Selesai memasak, Hyo Jin langsung beranjak meninggalkan dorm. Yang dapat ia pikirkan sekarang hanyalah kembali ke flatnya sesegera mungkin. Hyo Jin baru saja menginjakkan kakinya di luar gedung apartemen saat seseorang berteriak memanggilnya “YAA!!! Park Hyo Jin! Changkaman”


Langkah kaki Hyo Jin terhenti seketika. Keningnya berkerut, tak mengerti kenapa namja itu senang sekali memanggilnya. Tanpa menolehpun ia sudah tahu siapa sang pemilik suara. Ia sudah kelewat kenal dengan suara berisik yang tak berhenti berteriak-teriak ‘Park Hyo Jin’ sejak tadi pagi.  Cih… Jangan bilang ia masih ingin mengurungku didalam sana. Hyo Jin belum berbalik. Bahkan sama sekali tak punya niat untuk berbalik. Hingga akhirnya L.Joe –pria yang berteriak memanggilnya- berhasil menghampiri Hyo Jin dan berdiri dihadapannya.


Hyo Jin memberikan tatapan jengah pada L.Joe yang tersengal-sengal didepannya. Ia menatap Hyo Jin sebentar lalu langsung bergerak sibuk merogoh saku mantelnya, masih dengan napas putus-putus. Hyo Jin memperhatikan L.Joe dengan raut tak mengerti. Hingga sebuah amplop terulur tepat dihadapannya.


“ige mwoya?”
“gajimu”
“APA?”
“Kau tak mau?”
“b..bu..bukan begitu! tapi aku baru….. sehari…… di….si….. jangan bercanda! Ini benar-benar gajiku?”
“ne.. ini gajimu untuk beberapa hari ke depan……. Lalu ada sedikit bonus tambahan dariku…… dan…….”
“apa? bonus?” L.Joe mengusap tengkuk sambil memperhatikan amplop yang masih belum disambut oleh Hyo Jin.


“Don’t take me wrong! It’s your first day and……… “ L.joe menghembuskan napas, membuang muka dari Hyo Jin lalu menatapnya lagi dengan gerakan yang sangat canggung. “ I think it’s good enough”  Sambungnya pelan. Hyo Jin tersenyum geli begitu mendengar jawaban L.Joe, terlebih melihat sikap kikuk namja yang tengah menyembunyikan wajahnya itu. “just good enough and you gave me all of this?” Hyo Jin akhirnya menerima amplop yang masih L.Joe sodorkan padanya, lalu bicara sambil menggerakkan amplopnya di depan muka L.Joe yang agak tertunduk.


“walaupun aku masih belum paham kenapa kau memberikan uang sebanyak ini padaku, aku tetap ingin berterima kasih. Gomawo” L.Joe mengangkat kepalanya perlahan. Menatap Hyo Jin yang tengah tersenyum lembut padanya, lalu dalam sekejap mengubah ekspresinya menjadi dingin kembali. Ia sadar, ia sudah kehilangan image-nya selama beberapa detik belakangan. Entah kenapa ia merasa kehilangan kata, gugup, malu, canggung atau apalah saat memberikan uang itu pada Hyo Jin. Ia malu saat ketahuan terlalu perduli pada gadis itu.


“jangan gunakan uang itu untuk sesuatu yang tidak penting” L.Joe bahkan tak menatap Hyo Jin dan langsung melewati gadis itu kembali ke gedung apartemennya. Hyo Jin yang tak mengerti dengan sikap L.Joe hanya melirik namja itu penuh tanya.



***********



Hyo Jin baru saja mengecek isi amplop yang L.Joe beri padanya saat berada di dalam bus. Dan seketika gadis itu tercengang, membatu, terdiam, membeku sampai-sampai tak dapat berkedip. “namja ini gila” desis Hyo Jin dengan kesadaran yang tersisa setengah. Bagaimana tidak? di amplop tipis itu, ada berlembar-lembar uang kertas senilai 350.000 Won. Bayangkan! Dia baru bekerja setengah hari dan sudah mendapat uang sebanyak ini. Aku memang tak tahu menahu soal berapa banyak gaji yang diterima oleh assistant artis, tapi untuk hal ini kurasa aku tahu kalau uang yang ia berikan padaku itu terlalu banyak. Ayolah…. Aku baru assistant! Bukan manager!


Ia menghembuskan napas berat sambil menoleh ke samping, dan tepat saat itu matanya menangkap sesuatu yang langsung membuatnya berdiri. Toko CD. “Changkaman……. Aku turun di halte ini! ahjussi tolong hentikan bus-nya” teriak Hyo Jin. Bus yang rodanya baru kembali berputar setelah berhenti itu mendadak kembali berhenti. Hyo Jin bergegas ke luar bus, dan setengah berlari menuju toko tersebut tanpa sempat berpikir ulang.


“selamat datang” sambut pramuniaga toko CD itu dengan sangat ramah.
“TEEN TOP aseyo (kau tahu teentop?)” tanya Hyo Jin tanpa basa-basi.
“geuraeyo….. ada yang bisa saya bantu?”
“bagus! Sekarang berikan aku semua album TEEN TOP yang kau jual” Hyo Jin tak bisa menahan senyum yang terus mengembang di wajahnya saat gadis berambut pirang itu bilang ia mengenal TEEN TOP. Ia mengikuti sang pramuniaga yang berjalan kearah kasir. Hyo Jin berdiri didepan meja pembatas dan memperhatikan sang pramuniaga berkutat dengan komputer didepannya.


“mianhae…… untuk album ‘Come Into The New World’ dan ‘Transform’ sudah tidak lagi diproduksi dan kami pun sudah kehabisan stok” ujar sang pramuniaga dengan raut menyesal.


“jadi berapa yang kau punya? Mereka punya album lain selain yang kau sebut tadi kan?”
“kami masih punya ‘Roman’, ‘It’s’, ‘Artist’, ‘Summer Special’ dan yang terbaru TEEN TOP 1st album ‘NO.1’” Pramuniaga itu tersenyum, sedangkan Hyo Jin melongo dihadapannya. “agasshi? Eotte? Anda jadi beli?”


“ah….. aku….. YA! YA! Tentu saja! aku beli semuanya” dengan nada ragu yang begitu kentara, Hyo Jin mengangguk-angguk. Pramuniaga didepannya pun melesat mengambilkan semua album yang ia sebutkan tadi.


Tak lama kemudian pramuniaga itu kembali datang dengan tangan penuh. Hyo Jin lekas membuka amplop 350.000 won-nya. “bisa kau tulis semua lagu yang ada di dua album yang sudah tak diproduksi itu?” pinta Hyo Jin dengan nada memohon. Pramuniaga yang sedang menghitung harga semua album yang dibeli gadis itu tampak bingung.


“ne..” angguk sang pramuniaga setelahnya.



***********



Hyo Jin’s Apartment
21:02 KST



Hyo Jin menghentikan langkahnya sepuluh meter didepan flat. Ia sama sekali tak dapat mempercayai penglihatannya. Entah bagaimana, flat yang seharusnya gelap karena listrik yang sedang diputus kini justru malah terang benderang seperti tak terjadi apa-apa. Hyo Jin tak  berani mendekat. Ia masih diam ditempat dengan otak yang berputar-putar mencari jawaban. Hingga akhirnya ia sampai pada satu nama ‘L.Joe’. Satu-satunya namja yang bisa jadi membantunya untuk saat ini hanyalah L.Joe. Atau kalau bukan L.Joe, mungkin ada malaikat salah alamat yang tak sengaja membantunya.


Akhirnya setelah sekian lama membatu ditempat, kaki gadis itu melangkah juga. Ia memandangi lampu flatnya selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk masuk. Siapapun yang sudah membayar tagihan listrikku! Terimakasih! Terimakasih! Terimakasih! Aku tak tahu apa lagi yang bisa kulakukan selain berterimakasih.


Tanpa membuang waktu, ia menyiapkan radio dan meletakkannya di atas meja. Ya,.. gadis itu berencana mendengarkan semua lagu TEEN TOP malam ini. Entah kenapa ia merasa tidak enak saat melihat banyaknya isi amplop yang L.Joe berikan. Ayolah…… setidaknya gadis itu harus punya lebih banyak pengetahuan sebagai seorang assistant.


Lagu pertama mulai mengalun, Hyo Jin meraih ponselnya dan langsung menjatuhkan kepala ke atas bantal. Telinganya mendengarkan lagu sementara jarinya sibuk berkutat dengan ponsel. Ia baru saja mengoperasikan aplikasi internet dan membuka profil TEEN TOP. Ia memang sempat membukanya tadi pagi untuk mengetahui tanggal ulang tahun L.Joe. cih… 23…. Namja sial itu lahir di tanggal 23. Sampai mati aku tak akan lupa. Angka pembawa petaka bagi Park Hyo Jin adalah 23. Tapi ia tak sempat melihat tulisan-tulisan lain selain tanggal-bulan-tahun lahir namja itu, dan sekarang ia memutuskan untuk benar-benar membacanya.


Satu lagu berakhir dan bacaannya sudah sampai pada member terakhir yang diperkenalkan di artikel itu. Changjo. Kemudian bersamaan dengan berputarnya track list kedua di album yang sama, Hyo Jin bangkit dari posisi berbaringnya dengan mata terbelalak “DIA MAKNAEEEE?????”



***********



Park Hyo Jin! Kau tidak boleh terlambat! Jika kubilang ke dorm ya ke dorm!


Kau dimana? Aku menelfonmu barusan! Kenapa tidak diangkat? Kau mau gajimu dipotong?


YAA!! Assistant! Angkat telfonku!



Hyo Jin mendengus kasar melihat belasan sms bertubi-tubi dari nomor yang sama, ia benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepala pria itu. Nugu? Cih.. memangnya pria mana lagi yang bersedia membunuh Hyo Jin pelan-pelan selain dia? Selain L.Joe? Hyo Jin yang sedang mengerjakan ujian di ruang kelasnya mendadak kehilangan konsentrasi begitu melihat layar ponselnya menyala 5 menit sekali.


Dalam hati, Hyo Jin sudah mengutuk Manager pria itu yang sudah berani-beraninya mengembalikan ponsel yang disita kepada sang pemilik. Tak lupa ia juga mengutuk dirinya sendiri yang sudah dengan mudahnya memberikan nomor ponselnya kepada si princey face, Chunji. Ia yakin, L.Joe yang baru dikembalikan ponselnya langsung meminta nomor Hyo Jin pada Chunji. Lalu setelahnya, tanpa menimbang sama sekali, ia langsung merusuh sesuka hati di hidup gadis itu dengan mengiriminya sms bertubi-tubi, ditambah dengan panggilan-panggilan yang Hyo Jin yakini hanya akan berisi omelan tak jelas. Yang benar saja! ini pertama kalinya aku diomeli tanpa alasan oleh seseorang yang entah berasal dari planet mana.


Hyo Jin nyaris merobek kertas jawabannya saat layar ponsel miliknya kembali menyala-nyala. Tak tahan lagi, gadis itu berdiri tiba-tiba dengan gerakan yang sangat kasar, sukses membuat orang-orang di sekitarnya terkejut dan langsung menoleh pada Hyo Jin. Gadis itu tak perduli. Ia mengabaikan semua tatapan heran orang-orang dan langsung merapikan tas. Hyo Jin berjalan mendekati dosennya dengan langkah yang sangat emosional, lalu tanpa bicara apa-apa segera menyerahkan kertas ulangan dan berlalu dari sana.


Langkah kaki gadis itu berhenti tepat di depan gerbang. Ia memijit dahinya dengan lemas, bahkan aku tak ingat apa-apa saja yang sudah kutulis di kertas jawabanku. Apa ada soal yang kujawab? Apa aku menulis nama? Apa aku sempat mencoretkan sesuatu disana? L.Joe, NEO NAPPEUN NAMJA. Awas kalau aku sampai di dorm-mu dan ternyata tidak ada hal penting yang harus kukerjakan.


Semalam, Hyo Jin tidur jam 12 malam karena sibuk mendengarkan lagu dan membaca banyak sekali artikel tentang idol group yang satu itu. Dan sekarang ia benar-benar sudah bisa menyebutkan nama membernya satu persatu. Namja yang ia kira maknae itu adalah Ricky, dan namja yang sama sekali tak ia duga-duga ternyata adalah maknae sebenarnya.



***********



Teen Top’s dorm
11:50 KST



L.Joe kembali mendengus saat menoleh ke arah jam dinding. Manager-nya sudah berteriak-teriak menyuruh mereka untuk segera bersiap-siap, sedangkan L.Joe masih duduk di ruang tengah tanpa melakukan apapun. Hari ini jadwal TEEN TOP untuk mengisi acara Hong Jingyeong’s 2.00 Radio, acara radio pertama selama promosi ‘Miss Right’.


Suara ketukan pintu sontak membuat L.Joe berdiri. Ia setengah berlari, dengan antusias namja itu membuka pintu dan didetik selanjutnya langsung menghembuskan napas jengah saat melihat Hyo Jin. Kamuflase sempurna dari L.Joe. Ia menutupi rasa leganya dengan raut seolah gadis itu sudah berbuat kesalahan besar. Hyo Jin balik menatap L.Joe dengan tatapan jengah yang persis sama.


“apa? aku harus apa sekarang huh?”
“sebagai assistant kau seharusnya tahu jadwal kami! Hari ini TEEN TOP ada jadwal siaran radio”
“lalu? Apa urusannya denganku? Aku harus apa?”
“tentu saja kau harus memilihkan pakaian untuk kugunakan”
“APA? KAU…….. APA?” Hyo Jin benar-benar kehilangan kata dan langsung mengepalkan tangan. Ia merasa ada bom atom yang tengah meledak di jantungnya. Tangannya gatal ingin menampar L.Joe, tapi gadis itu merasa tak punya kekuatan untuk melakukannya sekarang.  Rasanya ingin menangis. Aku meninggalkan ulangan yang sangat penting hanya untuk memilihkan baju untuknya?


“HEH,….. you have this?” Hyo Jin menempelkan telunjuk di bagian kanan kepalanya, “USE IT! FOOL”


Kali ini gantian L.Joe yang kehilangan kata, ia terbelalak didepan pintu sementara Hyo Jin sudah mendorongnya dan masuk ke dalam dorm.


Hyo Jin melewati C.A.P dan Niel yang sedang duduk di ruang tengah begitu saja, lantas berjalan mendekati kamar L.Joe. Bertepatan dengan tangannya yang terulur hendak menyentuh kenop pintu, pintu itu terlebih dulu terbuka dari dalam. Changjo keluar dari sana dengan mantel tebal. Melihat wajah namja itu, Hyo Jin tiba-tiba teringat fakta yang baru ia temui semalam.


“kau maknae?” Hyo Jin bicara tanpa sadar, langsung saja disambut tatapan ‘memangnya kenapa?’ yang sangat sinis dari Changjo. Hyo Jin menggeleng pelan lalu masuk ke dalam kamar tanpa bicara apa-apa lagi.


L.Joe yang baru saja mendapat sindiran tajam dari Hyo Jin ahirnya berhasil mengendalikan rasa syoknya. Ia masuk ke dalam kamar dan langsung tercengang begitu melihat apa yang sedang Hyo Jin lakukan. “YAA!! YEOJA GILA! Apa yang kau lakukan?” ia langsung menarik  tangan gadis itu untuk menghentikan kelakuannya. Tapi tenaga Hyo Jin ternyata lebih besar dari apa yang ia kira. Gadis itu menghempas tangan L.Joe dengan mudah, lalu kembali mengambil baju-baju yang masih tersisa di lemari dan membuangnya ke belakang tanpa perduli.


L.Joe bukanlah tipe pria yang bersedia mengalah dengan mudah, ia kembali mendekati Hyo Jin. Namun gadis itu mengambil gerakan cepat dan langsung melempari L.Joe dengan baju. “HENTIKAN! PARK HYO JIN! Kau ini kenapa heh?” dengan sigap ia menangkap baju-baju yang dilempar ke arahnya.


“aku? kenapa? Kau yang kenapa! Pria sial! Kau membuatku tidak mengerjakan ulangan dengan baik. Nilaiku yang biasa saja sudah pas-pasan, sekarang ditambah lagi dengan kejadian ini. Aku baru sehari bekerja padamu tapi jujur saja aku sudah benar-benar tak tahan” Hyo Jin menghentikan gerakannya dan bicara terisak-isak. Gadis itu menangis, benar-benar menangis seperti anak kecil. “HUWAAAAAA” Kali ini ia berteriak, sukses membuat L.Joe semakin panik. “yaya….. diam! Pelan-pelan saja kalau mau menangis. Ada manager hyung dilu…….”


“YA TUHAN” teriakan seseorang tepat diambang pintu membuat Hyo Jin dan L.Joe menoleh secara serempak. Manager Ahn tengah berdiri memperhatikan ruangan yang sangat berantakan itu dengan mulut terbuka.


“LEE BYUNGHUN! Apa yang kau lakukan?”
“ani…. Aniyeo (bukan aku)” namja itu menggeleng dengan ketakutan.
“aku sudah menyuruhmu bersiap dari sejam yang lalu, dan sampai detik ini kau masih memakai pakaian itu? Kau mau hukuman seperti apa lagi, huh? Dan…………………………………. Siapa dia?” mata Manager Ahn berhenti pada Hyo Jin, keningnya berkerut. Ini pertama kalinya ia melihat gadis itu. Hyo Jin menghapus air matanya dengan punggung tangan, lalu balik menatap Manager Ahn tanpa ekspresi.


“dia assistant baru kami” L.Joe buru-buru berdiri dihadapan Hyo Jin dan mencoba menjelaskan. Ini salahnya. Ia bahkan tak minta izin sama sekali untuk mempekerjakan Hyo Jin disini.


“assistant? Siapa yang bilang kalian butuh assistant tambahan? Andy hyung?”
“eh…. Itu…… aku yang sebenarnya…………..”
“hah….. sudah kau ganti baju saja sana! Dan jangan lupa rapikan ini semua! Lalu kau nona, ikut aku” Hyo Jin menoleh pada L.Joe sebentar lalu kembali menatap manager Ahn dan berjalan keluar mengikuti pria itu.


L.Joe tak mampu mencegah. Ia sudah pasrah pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan sangat berat hati, ia memungut baju didepannya lalu mendengus. Gara-gara Hyo Jin ia jadi disuruh merapikan sesuatu yang sama sekali bukan salahnya. Ia menoleh dan berbalik ke segala penjuru ruangan, dan yang dapat ia lihat hanya baju yang bertebaran dimana-mana. L.Joe menggaruk kepalanya frustasi. Kalau tahu begini lebih baik ia tidak menyuruh Hyo Jin datang.



***********



Tak lama kemudian, L.Joe keluar dari kamarnya. Ia sudah mengganti baju dan memakai mantel. Semua member yang sejak tadi menunggunya di ruang tengah kontan berdiri. L.Joe melihat Hyo Jin dan Manager Ahn diantara mereka. Pria itu mengirimkan tatapan ‘apa yang terjadi?’ pada Hyo Jin tapi gadis itu sama sekali tak menggubrisnya. Ia malah membuang muka dan langsung mengekor di belakang manager Ahn.



***********



“ih! Lepas tanganku! Dasar pria kasar”
“apa yang kau bicarakan dengan manager hyung?” tanya L.Joe tanpa basa-basi. Ia menghempas tubuh Hyo Jin begitu saja di lorong yang sepi. Mereka sudah sampai di gedung radio Hong Jingyeong dan ternyata masih tersisa 10 menit sebelum siaran dimulai. L.Joe tak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menyeret Hyo Jin mengikutinya.


Bukannya menjawab, gadis itu malah tersenyum tenang. Matanya menatap santai pada L.Joe yang tengah menuntut jawaban darinya. “kau tahu?” senyum gadis itu semakin melebar. “Manager-mu…..”


“wae? wae? kenapa manager-ku?”
“managermu baru saja mengangkatku sebagai Manager kedua”
“APA?” L.Joe tak bisa menutupi rasa terkejutnya. “bagaimana bisa?” lanjutnya dengan sangat lirih.
“dia bilang dia butuh bantuanku. Dia juga bilang sangat sia-sia jika aku yang seorang mahasiswi hukum di sebuah universitas terkenal hanya dipekerjakan sebagai assistant” L.Joe tertawa pendek dengan raut putus asa. Ia mengusap wajahnya lalu memandang Hyo Jin lagi. “kau? jadi manager? Bencana macam apa ini? manager seharusnya mengetahui semua tentang artisnya, bahkan sampai ke hal-hal terkecil, tapi kau….”


“hei,…. Jangan meragukan kemampuanku ya”
“siapa namaku?” tanya L.Joe dengan nada datar.
“L.Joe. aku tidak sebo………….”
“nama asliku”
“………..”
“aku akan mengajukan protes pada manager hyung!”
“YAAA!!!! ANDWAEEEE!!!” dengan sigap Hyo Jin menarik lengan L.Joe. “aku akan belajar. Semua butuh proses kan? lagipula aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh kok” L.Joe menarik lengannya dari Hyo Jin, lalu memandangi gadis itu dengan ekspresi tak terbaca. Dan bertepatan dengan itu, seorang staff memanggilnya untuk siaran.


“percaya padaku. Aku bisa menjadi manager yang baik” Gadis itu masih mencoba meyakinkan L.Joe yang sudah berjalan melewatinya. L.Joe tak berhenti, bahkan sepertinya tak mendengarkan teriakan Hyo Jin sama sekali. Ia berjalan dengan langkah cepat-cepat kemudian menghilang di balik pintu.



***********



Changjo nyaris saja membuka pintu penumpang vehicle bagian depan saat Hyo Jin datang dan merebut posisinya. “YAA!!” teriak namja itu.


“aku duduk di depan. Kau dibelakang” ucap Hyo Jin seraya menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya, lantas cepat-cepat membuka pintu dan duduk sebelum sang maknae sempat bereaksi.


“YAA… itu tempatku! Bukankah tadi kau ikut mobil staff, eh?” tak mau kalah, Changjo segera membuka kembali pintu yang baru Hyo Jin tutup.


“geumanhe! Kau naik saja! mau cepat kembali ke dorm kan?”
“tch…”
“kenapa kau disini noona? Kemana manager Ahn?” tanya Ricky begitu mobil yang mereka naiki mulai melaju. Hyo Jin setengah berbalik dan tersenyum bangga menatap sekumpulan namja penasaran dibelakangnya –kecuali L.Joe yang terus-menerus menampakkan ekspresi tidak senang-


“manager Ahn ada urusan lain untuk sekarang” Hyo Jin mengawali ucapannya dengan tenang.
“dan ada pengumuman lain” lanjut gadis itu, kali ini mulai tersenyum.
“mulai detik ini….. panggil aku Manager Park”
“MWO?”
“ah.. ani…. Manager noona….. manager noona terdengar lebih keren, tapi……. ah… tapi aku juga ingin dipanggil dengan margaku. Manager Park…..manager Park…. Ya. Panggil aku manager Park saja” Hyo Jin nampak tak perduli pada keterkejutan namja-namja dibelakangnya dan malah sibuk menggumamkan sesuatu yang sama sekali tak penting.


“tapi….. kenapa…… bagaimana bisa…… eh…?” Niel menoleh ke kanan kiri menatap member lain yang sama tak percaya dengannya.


“sekarang aku disuruh manager Ahn untuk membawa kalian ke Top Media building” Hyo Jin berusaha mengabaikan semua gumaman keraguan dari namja dibelakangnya dan membuka lipatan kertas yang sebelumnya diberikan manager Ahn.


“ara.. kami memang ada jadwal latihan hari ini” sahut Chunji. Hyo Jin mengangguk tak perduli lalu menyenderkan badannya, bersiap-siap untuk memejamkan mata. Sebenarnya ia tidak merasa sangat kelelahan hingga harus tidur, tapi karena tak ada hal lain yang harus ia kerjakan, mungkin tidur adalah kegiatan paling bermanfaat.


“Hyo Jin noona….. ayo main! Jangan tidur!”


“eh… noona! Siapa yang memperbolehkanmu tidur?”


“Ayo main sesuatu, noona!”


“Cih…. Kalian kan harus latihan nanti! Jadi lebih baik tidur saja” walaupun tidak benar-benar mengantuk, Hyo Jin tetap merasa terganggu mendengarnya. Setelah beberapa detik mencoba mengabaikan, batas kesabaran gadis itu mulai jebol. Ia langsung membalik setengah badan ke belakang dengan ekspresi ‘APA YANG KALIAN INGINKAN?’ saat tiga orang di jok tengah tak kunjung berhenti merengek minta diajak main.


“tebak-tebakan, eo?”
“heuh! Yang benar saja! aku merasa sedang bekerja di taman kanak-kanak sekarang” desis Hyo Jin sambil memegangi kepalanya.


“Shireo! Noona kau berikan pertanyaan saja kepada kami! Berhubung sekarang kau kan manager, seharusnya kau mengenal kami lebih dalam. Iya kan?” usul Changjo.


“panggil aku manager park” ralat Hyo Jin.
“ara…. Tapi sebelum itu kita bermain dulu, oke?” Ricky mengubah posisi duduknya dan menatap Hyo Jin antusias. Gadis itu menghembuskan napas berat, lalu mau tak mau mengangguk.


“sekarang apa?” tanya gadis itu, masih belum mengerti pertanyaan macam apa yang harus ia lontarkan.
“tanyakan apa saja! Walaupun pertanyaan itu aneh dan tak masuk akal, kami berjanji akan menjawabnya” seru Niel, langsung disetujui oleh Ricky dan Changjo. Untuk kesekian kalinya, Hyo Jin mendesah, lalu menatap ketiga orang antusias di jok tengah itu dengan ekspresi ‘dosa apa aku?’


“kalian janji seaneh apapun pertanyaanku, kalian akan menjawabnya?”
“JANJI” Seru ketiganya serempak. Hyo Jin mulai berpikir, hingga akhirnya satu pertanyaan terlintas dikepalanya “jika kalian diberi kesempatan untuk memutar waktu, kalian akan kembali ke umur berapa?”


“14 tahun, saat dimana aku memiliki waktu yang menyenangkan bersama teman-temanku”


“16”


“sebenarnya aku ingin segera berumur 20 tahun”


Niel, Ricky dan Changjo menjawab bergantian. Lalu tiba-tiba Chunji ikut menjawab “aku ingin kembali ke sekolah dasar. Tepatnya kelas 6”


“memangnya ada apa dengan masa sekolah dasarmu?” tanya Hyo Jin penasaran. “rahasia” namja itu tersenyum penuh misteri. Lalu pria disebelahnya ikut menjawab, “1 SMA, aku ingin kembali ke saat-saat itu” ucap C.A.P dengan nada yang sangat datar, seolah ia sama sekali tidak tertarik dengan permainan ini. Tapi masalahnya, siapa yang mengajak pria itu bermain dan siapa yang menyuruhnya ikut-ikut menjawab?


“giliranmu!” Chunji menyikut L.Joe yang tengah memejamkan mata. Pria itu melirik Chunji dengan ekspresi yang menyatakan kalau ia merasa terganggu, lalu kembali memejamkan mata. “ah.. itu sudah jelas, hyung! Dia pasti akan kembali ke umur 7 tahun dan meminum susu sampai overdosis” Changjo bersuara dan langsung disetujui dengan sangat heboh oleh member lain. Hyo jin ikut tertawa, sementara L.Joe langsung menegakkan badan dan berseru tidak terima. Mendadak, hanya karena satu pertanyaan, kondisi vehicle menjadi sangat berisik. Semua orang ingin berbicara dan menyerukan opininya. Sementara Hyo Jin terus tertawa mendengar kesaksian member lain dan pembelaan L.Joe yang sangat dramatis. Ia bahkan memukul-mukul sopir vehicle disebelahnya tanpa sadar.


“kau tahu noona? L.Joe sangat pandai dalam memainkan matanya. Saat tidak ada fans dan kamera, matanya akan terlihat tidak bernyawa…. tapi saat ia sudah melewati pintu…. Matanya akan ia ubah menjadi tatapan mata berair yang keren…… dia benar-benar licik” seru Niel sambil menggeleng memandangi L.Joe.


“ne.. aku benar-benar ingin memberitahu semua Angel kalau L.Joe tak sekeren yang mereka kira. Dia hanya terlalu pandai beracting. Aku yang lebih keren. Bagaimana bisa orang-orang lebih mengidolakannya?” Chunji bicara dengan ekspresi tak terima.


“dia benar-benar sok manis didepan fans, tapi sangat menyeramkan jika tidak ada mereka” tambah Ricky.


“ah.. kudengar dia paling sering membully kalian, tapi kenapa sekarang namja tukang bully itu justru tak berkutik?” Hyo Jin malah ikut mempermainkan L.Joe yang sudah lelah berteriak-teriak.


“aku membully mereka hanya untuk mengisi waktu luang” jawab L.Joe ketus.
 “begini, jika ada yang sedang membully L.Joe, semua member akan bergabung dan membully-nya bersama. Tentu saja ia kalah telak” jelas sang leader, Hyo Jin mengangguk-angguk.


Tanpa terasa, kendaraan mereka sudah masuk ke area parkir Top Media building.



***********


Hyo Jin POV
Practice Room



Ini kali pertama aku melihat langsung bagaimana seorang idol group saat berlatih. Dan jujur saja, aku kagum melihat ini semua. Mereka benar-benar memperhatikan setiap gerakan hingga hal-hal terkecil. Bahkan mereka juga menyamakan tinggi lompatan dan waktu saat kaki kembali menyentuh lantai. Dan setiap ada yang salah, mereka akan mengulangnya lagi dari awal. Tadi mereka juga sempat mencoba berlatih sembari menggunakan penutup mata untuk menjaga kesinkronisasian gerakan.


Aku duduk bersila di pinggir ruang latihan, menemani mereka berenam sambil menjaga botol-botol minuman. Sebenarnya aku tak tahu, apakah hal ini termasuk tugas manager juga? Tapi manager Ahn menyuruhku mengawasi mereka di ruang latihan sampai ia datang. Dan entah kapan namja itu akan datang.


Bersamaan dengan kepalaku yang menoleh kearah jam, pintu ruang latihan terbuka dari luar. Dan munculah seseorang yang tadi baru saja kusebut, Manager Ahn. Ia mengulurkan tangannya, menginterupsiku yang nyaris berdiri untuk membungkukkan badan. Pria itu lalu mengambil posisi duduk yang sama tepat di sampingku.


“sudah berapa lama mereka latihan?”
“hampir setengah jam” jawabku, menoleh lagi ke arah jam dinding. Kemudian tiba-tiba saja “bagaimana?”


“apanya?” tanyaku tak mengerti.
“menjadi manager mereka. Bagaimana?”
“aku baru beberapa jam menjadi manager. Jadi apanya yang bagaimana?”
“mereka semua merepotkan, ya?”
“ani… aku tidak berpikir begitu….. hanya saja…..”
“apa?”
“aku belum terlalu mengenal TEEN TOP. Jadi semuanya masih terasa asing” jawabku jujur.
“ah..itu wajar….. sekarang kau dengarkan aku” aku menoleh pada Manager Ahn. Ia sedang memberi isyarat padaku untuk mengikuti arah pandangnya, dan ternyata Ricky-lah yang sedang ia lihat. Si namja yang kukira maknae. “diantara member TEEN TOP, dialah yang pertama kali menjadi trainee di perusahaan” aku mengangguk mengerti, lalu mengarahkan fokus sepenuhnya pada Manager Ahn yang sudah kembali bercerita. “dia mendapat line menyanyi paling sedikit dibanding yang lain, kau tahu apa alasannya?” aku memandangi manager Ahn dengan serius, menanti kalimat berikutnya.


“sebelum diumumkan kalau  ia akan menjadi member TEEN TOP, suaranya berubah”
“maksudmu….. menjadi lebih berat? Bukankah remaja memang umumnya mengalami hal itu? semacam proses menuju kedewasaan kan?”


“ini berbeda. Dia sampai dibawa ke rumah sakit untuk memeriksakan tenggorokannya”
“jadi perubahannya benar-benar serius, ya?”
“ne..  dan karena itu, karena ia tahu ia mungkin tak akan bisa berbagi banyak part bernyanyi dengan member lain, ia mulai fokus pada dance. Sebelum memulai debut, ia mengalami waktu-waktu yang sulit dan harus berlatih lebih banyak dari member lain” Manager Ahn memberi jeda dalam ucapannya dan kembali melanjutkan “Sampai detik ini banyak fans-fans mereka yang mengeluhkan itu, ‘kenapa line Ricky sangat sedikit?’ ‘apa setelah dua tahun debut Ricky masih bisa dibilang belum siap?’ ‘Ricky bisa bernyanyi. Jangan buat bagiannya seperti sebuah lelucon’ dan Niel menyanyikan separuh dari lagu dan Ricky hanya membisikkan beberapa kata. Apa yang dipikirkan agensinya?” hah…. Aku benar-benar menyesal karena tidak mendengar suara Ricky dengan baik semalam. Aku tidak menyadari kalau bagiannya sangat sedikit.


“kemudian, dancing king Changjo”
“ah… si giant maknae” desisku pelan.
“dia mengikuti audisi terbuka dan lolos mengalahkan beribu-ribu orang. Dari awal dia masuk, kemampuan dance-nya memang sudah diatas rata-rata. Saat itu dia masih SMP, dan ia mencari tahu segala sesuatu tentang audisi sendirian. Ia namja yang sangat mandiri”


“ya.. dia sangat manly, sama sekali tidak punya sisi seorang maknae”
“ ah.. tidak juga. Bagaimanapun dia tetap maknae, maknae yang takut tidur sendirian, maknae yang takut terpisah dari ibunya. Maknae yang paling dilindungi oleh hyung-hyungnya”


“ah.. jinjjayo?” Manager Ahn mengangguk dengan sangat yakin. “kau akan tahu nanti”
“lalu Niel…. “ mataku secara refleks beralih dari Changjo ke Niel saat manager Ahn bicara. “Saat itu di taman, ibunya melihat audisi terbuka tengah berlangsung dan tanpa berpikir mendaftarkan Niel kesana. Karena tak ada persiapan, terlebih karena saat itu Andy yang langsung menjadi jurinya, Niel merasa sangat gugup, penampilannnya kacau dan akhirnya tereleminasi begitu saja”


“hah? Kalau begitu bagaimana bisa ia bergabung di perusahaan?”
“Andy menyukai warna suara Niel yang unik dan akhirnya memanggil pria itu kembali untuk dilatih sebagai trainee. Intinya dia tidak terlahir dengan kemampuan menyanyi seperti sekarang, ia butuh latihan untuk menjadi seorang TEEN TOP Niel. Semua tidak semudah apa yang terlihat”


Aku menghela napas pelan, lalu kembali menatap Manager Ahn, meminta namja itu melanjutkan ke member selanjutnya “seperti Niel dan Changjo, pria itu juga ikut audisi terbuka. Dan dia lolos dengan sangat mudah karena kemampuan rap-nya”  kali ini yang menjadi objek pembicaraan kami adalah sang leader. C.A.P


“kedua orang tuanya bekerja, dan kedua kakaknya adalah seorang perempuan. Karena memiliki banyak waktu sendiri, ia merasa kesepian dan mulai menyebabkan masalah di SMA-nya. Ia sangat keras kepala dan memiliki jiwa pemberontak yang kuat. Tapi begitu memasuki perusahaan, sikap keras kepalanya perlahan-lahan menghilang”


“cih… sulit dipercaya! Ia masih terlihat sangat keras kepala, dan jangan lupa! Ia menyebalkan” Manager Ahn terkekeh mendengar dumelanku. Lalu setelah itu menghembuskan napas sebentar dan….. “Chunji” aku langsung memperhatikan Chunji yang sedang menari begitu mendengar namanya disebut.


“dia baru bergabung saat Ricky, C.A.P, Changjo dan Niel menjadi trainee……. saat itu dia datang ke perusahaan dengan wajah yang cerah dan seragam sekolah yang rapi. Sebenarnya dia mendapat rekomendasi dari sekolah vokalnya untuk private auditon di Top Media”


“private audition?” Manager Ahn mengangguk. “dan yang terakhir masuk ke perusahaan……”
“L.Joe” sambungku, setengah mendesis.
“maja. Kau tahu? Saat audisi ia mengenakan jumper tebal dan menampilkan hasil rap karangannya sendiri. Saat itu bahasa Koreanya sangat kaku”


“kaku?"
"ne..dia tinggal di California sejak SD, kalau tidak salah ia pindah saat masih 12 tahun. Karena sulit beradaptasi, ia menjadi sangat pendiam”


“lalu?”
“Setelah 5 tahun, dia kembali ke Korea untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang penyanyi. Sekalipun ditentang oleh ibunya, ia tetap kembali ke Korea. Ia melakukan segala sesuatunya sendiri, termasuk mencari sekolah pindahan dan mengurus segala formulir kepindahannya. Dia bolak-balik korea-amerika untuk mengurus itu semua” aku memperhatikan L.Joe dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Merefleksikan semua perkataan Manager Ahn dalam bentuk bayangan.


“dia sudah berkali-kali ikut audisi, tapi berkali-kali juga ditolak. Pernah sekali ia pergi audisi ke perusahaan besar, ia menyiapkan rap untuk audisinya tapi mereka malah menyuruh L.Joe bernyanyi. Karena ia tak punya persiapan apa-apa, akhirnya ia menyanyikan lagu kebangsaan” pftt~….. Dasar namja aneh! Tapi bagus! Berarti dia punya semangat nasionalisme yang tinggi kan? haha


“jadi intinya dia gagal di audisi itu?”
“mereka melakukan audisi selama dua jam, bahkan mereka juga menyuruhnya memakai stiker double eyelid”
“apa? benar-benar keterlaluan. L.Joe tidak memakainya kan?” ujarku keras.
“tentu saja tidak! dan setelah semua audisi itu, barulah ia mengikuti audisi terakhirnya di Top Media” tersenyum. Ya… spontan aku tersenyum menatap si California boy itu saat mendengar kalimat terakhir manager Ahn. Entah kenapa aku benar-benar setuju.


“Manager Park. Lemparkan botolnya padaku” teriak seseorang. Aku terlonjak diposisiku dan baru sadar kalau musik yang  mengiringi mereka sudah berhenti. Latihannya selesai dan kini keenamnya tengah berkumpul di tengah sembari membicarakan sesuatu dengan santai. Aku menoleh kearah Chunji –pria yang barusan memanggilku- dan melemparkan botol air mineral sesuai permintaannya.


Tepat setelah itu, Manager Ahn berdiri dan menghampiri mereka berenam. Aku yang tak tahu harus apa akhirnya ikut berdiri dan memutuskan untuk pulang, namun entah bagaimana L.Joe tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapanku. “hei” sapaku asal.


“belum mau pulang kan?”
“memangnya kenapa?”
“ayo jalan-jalan” ucap L.Joe dengan sangat antusias, membuatku cukup terkejut.
“eh… eng maksudku… aku butuh udara segar. Sebagai manager, kau seharusnya memahami kondisi artisnya” L.Joe mengganti nada bicaranya menjadi dingin, tapi ayolah……. Dia pikir aku sebodoh apa? aku memperhatikan ekspresi super kikuknya sambil tersenyum geli.


“YA… Berhenti menatapku seperti itu” pekiknya tak suka. Dan itu malah membuatku tak bisa berhenti menahan senyumku. Dia benar-benar tak punya bakat untuk beracting. Dia mau terlihat cool didepanku? Sadarlah…. Kau justru terlihat sangat aneh, L.Joe~aa….


“geumanhae….. kau mau atau tidak?”
“ne..aku mau”



***********



Author POV



Lonceng di atas pintu masuk sebuah kafe berdenting nyaring, bersamaan dengan masuknya sepasang muda-mudi. Mereka duduk berhadapan tepat di meja kayu berbentuk persegi di samping jendela.  Malam itu, L.Joe tidak menggunakan penyamaran apapun. Selain karena INI SUDAH MALAM, mereka juga hanya berjalan ke kafe kecil di dekat Top Media building.


Sebuah lagu klasik ringan terdengar pelan menyelimuti suasana kafe yang tenang. Pengunjung disana tidak banyak, hanya L.Joe-Hyo Jin dan sepasang muda-mudi lain yang duduk selisih dua meja darinya. Seorang pelayan pria datang dan menanyakan pesanan.


“aku mau sesuatu yang hangat” L.Joe melihat ke papan menu besar yang tertempel di dinding.
“hot bubble tea, eo?” seru Hyo Jin pelan, lebih terlihat seperti menanyakan pendapat.
“oke… hot bubble tea… dua” putus L.Joe akhirnya. Sang pelayan mengangguk paham sembari tersenyum ramah, lalu hendak berbalik menuju dapur. Namun “changkaman” seru Hyo Jin, membuat pria itu kembali berbalik. “ada lagi agashi??”


“pastikan ada 23 bubble di minumannya”
“nde?”
“ingat! 23” tekan gadis itu dengan ekspresi final. Sang pelayan yang kebingungan hanya bisa tersenyum paksa sambil mengangguk dengan sangat berat. Lantas cepat-cepat berlalu dan menghilang di balik kain berwarna hijau lumut yang terhubung langsung dengan dapur.


“kau tidak benar-benar percaya kalau aku harus meminum bubble tea yang jumlahnya 23 kan?”
“tentu saja tidak. kau pikir aku sebodoh apa? aku hanya ingin mengerjai pelayan itu”
“dasar!”
“sekali saja tidak apa-apa kan?” L.Joe tertawa pendek sambil menggeleng.


“oh iya…. aku minta maaf” ucap L.Joe tiba-tiba. Hyo Jin mengerutkan keningnya. “untuk?”
“aku tidak tahu kalau tadi pagi kau ada ujian”
“ah.. gwaenchana…. Sebenarnya kau hanya membuatku keluar dari kelas lebih cepat saja. Aku yakin walaupun aku tetap berada di kelas sampai bel sekalipun, nilaiku tidak akan bertambah banyak. Memangnya sejak kapan seorang Park Hyo Jin dapat nilai diatas rata-rata?” Hyo Jin terkekeh pada dirinya sendiri. Seolah sedang menghina kemampuan intelektualnya yang seakan jalan di tempat.


“belajar dengan benar. Kau pasti bisa”
“ne.. gomawo” ujar Hyo Jin tanpa semangat.
“kalau sampai nilaimu turun setelah bekerja menjadi managerku, bersiap-siaplah cari pekerjaan lain. Ara?” Hyo Jin tersenyum menatap L.Joe yang juga sedang menatapnya dengan serius. Lantas mengangguk. Dan bertepatan dengan itu, pelayan yang tadi datang dan membawakan minuman pesanan mereka. Hot bubble tea dengan jumlah bubble 23 tersaji didalam gelas berwarna putih susu dengan asap yang mengepul ringan di atasnya.


“jumlahnya 23 kan?” tanya L.Joe super serius. Langsung saja disambut oleh anggukan cepat oleh sang pelayan. “bagus” sahut Hyo Jin dengan raut yang sama seriusnya. Pelayan itu pergi dengan ekspresi yang jelas menyatakan kalau ia sedang sangat kebingungan. Dan tepat saat pelayan itu menghilang, keduanya langsung tertawa dengan sangat gembira.


“kau lihat ekspresi wajahnya? Dia sangat tertekan! Apa dia benar-benar menghitung jumlah bubble-nya?” Hyo Jin tertawa sambil mengaduk minumannya.


“molla…. Kau berniat menghitungnya, eh?”
“tidak, terima kasih. Aku pernah melakukannya dan aku tak akan mengulanginya” Hyo Jin memberikan ekspresi jengah yang dibuat-buat lalu kembali tertawa bersama L.Joe.


Keduanya lalu menyesap minuman masing-masing dan membiarkan suasana menjadi hening untuk sejenak. “ah.. L.Joe~aa”


“wae?”
“kau yang membayar tagihan listrikku ya?” L.Joe tak menjawab dan hanya memperhatikan Hyo Jin sambil menghela napas.


“terimakasih” sambung Hyo Jin lagi. “tapi jangan begini! Jangan terlalu royal padaku. Aku tidak semelarat itu kok. Aku masih bisa membayar semuanya dengan tenagaku sendiri. Tapi bagaimanapun juga, terimakasih”


“memangnya siapa yang bilang semuanya gratis?” sahut L.Joe, membuat Hyo Jin mengangkat kepalanya dan menatap pria itu dengan tatapan ‘apa maksudmu?’


L.Joe tersenyum licik dan menatap jendela di sebelahnya, lantas kembali menoleh pada Hyo Jin. “aku belum memikirkan imbalan yang sesuai, tapi yang pasti semuanya tidak gratis, ara?”


“tck…. Sebenarnya apa rencanamu, hah? Membantu itu seharusnya dengan hati yang tulus, tidak mengharap imbalan. Aigoo…”



***********



Hyo Jin’s class, Seoul University
Hyo Jin POV



Dosenku yang sangat menyebalkan itu baru saja masuk kelas dengan setumpuk kertas ditangannya. Tanpa ditebakpun aku sudah tahu kalau kertas yang ia bawa adalah kertas ujian kemarin. Oke… aku memang bukan tipe gadis yang pasrah, tapi untuk kali ini, aku memang tak punya pilihan lain selain pasrah. Berapapun nilai yang akan kudapat nantinya, aku berjanji akan menerimanya dengan lapang dada.


Pria yang berdiri di depan papan tulis itu tengah membagikan kertas ulangan, ia memanggil nama kami satu-satu dan memberikan kertas ulangan yang sudah dibumbuhi nilai plus parafnya. Dengan bosan, kurebahkan kepalaku di atas meja. Tak butuh waktu lama, rasa kantuk yang sebelumnya sama sekali tidak kurasa tiba-tiba saja datang. Aku berusaha menahan mataku untuk tidak memejam, namun suara dosen yang sedang memanggil nama muridnya satu persatu itu terasa seperti nyanyian pengantar tidur yang sangat damai di telingaku. Kemudian dengan mudahnya mataku memejam.


Satu detik


Dua detik


Tiga detik


“L.Joe?” kontan kepalaku terangkat, mataku langsung tertuju ke depan. Lebih tepatnya pada sang dosen yang baru saja menyebut nama L.Joe. Ini mimpi, kan? ada apa dengan dosenku? Dia…. KENAPA? L.Joe tidak sedang disini kan??


TBC

Comments

  1. hmmm ljoe kau sungguh pria yg baik,. :D
    Hyojin semangat ne,. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts