Snap On The Plan - Part 1 ( Who We Are )







Cast : Lee Donghae
          Zhang Yixing
          Im Yoon Ah
          Han Eun Ri
PREVIOUS STORY : Prologue



Hari ini Donghae bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terbangun begitu indera penciumannya terusik dengan aroma sedap makanan. Pria itu sangat berantakan, dengan rambut yang acak-acakan, kaos yang melekat di tubuhnya benar-benar terlihat lecak dan jangan lupakan wajah bangun tidurnya yang mengenaskan. Sambil menggaruk kepalanya, Donghae menyipitkan matanya. Ia menegaskan penglihatannya. Ia tidak salah lihat kan? Ada seorang pria tengah memasak di dapurnya.




Kepalanya menggelang bersamaan dengan suara deheman kecil yang lolos dari mulutnya. Hal itu membuat seorang pria dengan apron hello kitty menoleh ke arah Donghae yang masih sibuk menguap. 


“ Hai hyung…tunggulah di meja makan.” Ia kembali menggerakkan spatulanya.



Seperti anak kecil yang mematuhi seluruh perintah orang tuanya, Donghae menunggu makanan datang dengan duduk manis. Tangannya terlipat di atas meja, persis seperti anak TK yang menunggu gurunya datang. Tak lama pria berapron Hello Kitty datang dengan membawa dua piring nasi goreng yang terlihat menggoda selera. Donghae menyambut piringnya dengan antusias, kalau menilai dari aromanya, menu sarapannya kali ini sepertinya lezat.


“ Gomawo.” Ucap Donghae sebelum menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. sementara Donghae benar-benar serius mengisi perutnya, pria berapron…hmmm maksudnya Lay melepas apron bergambar tokoh kartun yang sama sekali tidak ia sukai. Tadi begitu ia masuk ke dapur, hanya apron itu yang ada.



Ruang makan kecil yang menyatu dengan ruang tamu itu terlihat lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Biasanya apartemen itu hanya ditinggali oleh Donghae, tapi setelah pertemuan kemarin, kini Lay tinggal di sana untuk sementara waktu.


Pagi yang menyenangkan menurut Donghae. Ia tak perlu repot-repot menghancurkan dapurnya demi sebuah sarapan, ia hanya perlu duduk manis dan dalam sekejap sepiring nasi goreng lezat sudah tersedia di depan matanya. Seperti inikah rasanya jika ia memiliki istri? Tapi…oh bukannya ia bermaksud untuk memperistri Lay, yah…setidaknya ia masih sangat normal untuk memahami bahwa Lay memiliki orientasi seksual yang sama dengannya.



Sepertinya anak ini tahu bagaimana caranya berterimakasih pada pemilik rumah yang ia tumpangi. Donghae meneguk air putihnya hingga habis, ia kemudian merapatkan kedua tangannya, meletakkannya di dekat dagu. “ Bagaimana kalau semuanya dimulai hari ini.” ujar Donghae serius.



Lay menatap Donghae sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Ia pikir juga akan lebih baik jika pekerjaannya lebih cepat selesai setidaknya ia tidak perlu berlama-lama di negara yang paling tidak ingin ia datangi. Lay memiliki catatan kelam tersendiri tentang Korea, ia bahkan tak mau mengingat apapun yang berhubungan dengan masa lalunya meski sebenarnya ingatan itu tak bisa ia lupakan.



Kembali dengan pekerjaannya dan Donghae yang sedang membicarakan rencana-rencana yang akan pria itu lakukan. “ –bergerak perlahan, tapi kita harus terus mengawasi Yoona.” Perhatian Lay tercurah begitu nama Yoona disebut. Menurutnya Yoona merupakan sosok gadis mandiri dan pintar, walau sedikit bawel. Tapi dia manis. Tanpa sadar bibir Lay tersungging, senyuman kecil mengembang di bibirnya. “ Kau tahu dia itu sangat keras kepala dan tidak sabaran. Memang kecekatannya sangat menguntungkan, tapi kadang itu menjadi kendala tersendiri. Gadis itu sangat sulit dikendalikan.” Lanjut Donghae, pria itu menghela nafasnya. Hanya dengan memberi penjelasan singkat tentang gadis itu saja sudah benar-benar membuatnya lelah.


“ Ku pikir dia mengerti apa yang harus dia lakukan. Dia cukup cerdas untuk mengatasinya.” Donghae kembali menghela nafasnya. Apa dia tidak salah dengar? Baru saja ia mendengar sebuah pembelaan terhadap Im Yoon Ah. astaga…bocah ini belum tahu saja betapa merepotkannya si cempreng itu.





**** 




Jika saja pemutar musiknya tidak rusak mungkin sekarang Yoona tengah tenggelam dengan segudang pekerjaannya ditemani alunan lagu-lagu favoritnya. Tapi sekali lagi, itu hanya jika saja dan bila pengandaiannya bisa terwujud ia akan meminta pada tuhan agar tidak pernah dipertemukan dengan Lee Donghae si tangan penghancur.



Sekelumit masalah, berbagai situs yang mesti ia buka secara ilegal, membuatnya nyaris gila. Ia tak tahu kapan ini akan berakhir yang jelas tidak sekarang, karena ini baru permulaan, ia yakin akan ada setumpuk hal-hal yang memberatkannya.



Ia bernafas lega begitu mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan, ia segera keluar dari ruang perpustakaan kampusnya. Ia tak lupa mematikan komputer yang hampir satu jam ini menemani waktu menegangkannya. Beberapa lembar kertas hasil cetakan filenya kembali ia lihat, ia ingin memastikan jika semua printed out yang ia pegang sudah benar-benar lengkap.


Semuanya sudah lengkap, sekarang waktunya menemui teman diskusinya. Si tangan penghancur dan Lay. Seperti yang sudah dijanjikan, dua pria itu menunggunya di taman belakang. Sebelum Yoona sampai di sana, dua pria itu sedang bergelut dalam frustasi. Sebuah laptop masih beroperasi di atas pangkuan Donghae, pria itu sudah kehilangan akal untuk mencari data-data yang ia butuhkan, begitu juga dengan Lay. Pria itu sudah berulang kali menyarankan beberapa trik untuk mengakali kata kunci yang memagari situs-situs yang mereka kunjungi.



Dan inilah yang membuat Yoona memutuskan untuk menggunakan komputer perpustakaan, selain karena ia tak membawa laptonya, menggunakan komputer perpustakaan memudahkan pekerjaannya. Jangan panggil dirinya Yoona tanpa alasan. Ia mengerti dan memahami segala seluk beluk mengenai dunia maya, internet dan hacking. Dengan menggunakan jaringan internet dari kampusnya, situs yang ia buka akan mudah terbuka dalam arti kata lain situs itu lemah di mata lembaga pendidikan.



“ Ini. semuanya sudah ku cetak, seperti yang sudah ku duga mereka melemahkan perlindungannya di kalangan mahasiswa. Itu taktik mereka untuk menarik lebih banyak massa masuk ke dalam kelompok mereka.” Yoona duduk di samping Lay.



Donghae membaca sekilas kertas-kertas yang Yoona berikan kemudian bergantian dengan Lay yang sama seriusnya dengan dirinya. Donghae menajamkan matanya begitu menemukan serangkaian kata yang menurutnya akan memudahkan pekerjaannya.



Dalam lembar itu, lembar yang memuat sebuah postingan mengenai perkembangan demokrasi di negaranya sudah meninggalkan beberapa tanggapan dari pengunjung situs. Dan dari semuanya, ia menemukan sesuatu yang menarik.



Kondisi pemerintahan benar-benar kacau, sepertinya kita para pemuda mesti ikut ambil bagian untuk menurunkan Han Jung suh.





Matanya kemudian beralih terus ke tulisan selanjutnya, otaknya seperti mendapat angin segar begitu. Segala teka-teki dan permasalahan yang tengah ia hadapi seolah menemui titik terang. “ Kita mendapatkannya.” Donghae menunjukkan kertasnya pada Lay dan Yoona. Dua orang itu kemudian menatapnya. “ Kita akan beranjak ke rencana selanjutnya. Dia adalah kunci dari penyelidikan ini.” jelas Donghae yang mengacu pada pemilik akun yang sama dengan akun yang sebelumnya meninggalkan tanggapan.



Jangan biarkan ini terus terjadi! kita tidak boleh diam saja, kita harus melakukan sesuatu karena kita bisa melakukan apapun demi sebuah perubahan.





Seperti yang sudah Donghae katakan, mereka bertiga akan melanjutkan misi berikutnya. Menyelidiki pemilik akun mencurigakan yang sedang dilakukan dengan sangat baik oleh Yoona. Gadis itu membobol sejumlah situs, seperti yang ia lakukan di perpustakaan tadi, aksinya benar-benar melelahkan dan menguras emosi.



Sementara Yoona masih berjibaku dengan segala kata sandi, Lay dan Donghae terpaku dengan lembaran kertas yang belum mereka baca tuntas. Kedua pria itu sama-sama tenang, lebih tepatnya berusaha untuk tenang karena harus membaca tumpukan kertas dengan deretan kata yang membuat mereka pusing. Beginilah serangkaian kegiatan membosankan, melelahkan, dan menguras emosi serta akal sehat yang dijalani oleh Donghae, Yoona dan Lay. Tak ada yang tahu jika ketiga orang itu merupakan agen sewaan yang ditugaskan untuk melacak keberadaan kelompok revolusi. Pekerjaan mereka begitu rahasia dan memiliki banyak resiko, jadi lebih sedikit orang yang tahu tentang mereka itu akan lebih baik.





****  





Menyembunyikan identitas memang hal paling mudah untuk dilakukan orang sekelas Lay, dia seorang detektif terlatih yang memiliki banyak pengalaman dalam hal memanipulasi data dirinya. Ini bukan masalah pembohongan publik, tapi yang ia lakukan adalah bagian dari serangkaian misinya. Diutus ke Korea untuk membantu dua rekannya melacak keberadaan putri presiden memang menjadi misi paling besar yang pernah ia lakukan. terakhir kali ia menjalankan tugasnya, ia ditugaskan untuk membongkar misteri kematian salah seorang jaksa di China.



Hari-harinya memang penuh misteri dan teka-teki, tapi tak masalah karena ia memang menyukainya. Walau begitu bukan berarti Lay adalah seorang penggila kerja yang tidak bisa menikmati hidupnya, ia sama seperti pria berumur dua puluh satu tahun lainnya. Ia pergi kemanapun yang ia mau, menikmati secangkir kopi hangat, serta menjadi bagian dari dunia malam. Walau kenyataannya Lay bukan seseorang yang bisa berkompromi dengan alkohol, tapi gemerlap lampu disko serta irama musik yang terdengar membuatnya tak bisa meninggalkan klub tempatnya berada sekarang.



Seperti yang biasa ia lakukan, ia turun ke lantai dansa, menari dengan segenap hasratnya, megikuti irama musik yang menggoda seluruh sel tubuhnya. Tak lama kemudian, Lay menjadi bintang dalam kegerlapan malam. Orang-orang memutuskan untuk beranjak dari tempatnya, dan memilih untuk memperhatikan betapa seksinya seorang Zhang Yixing.



“ Wanita jalang!”



Seorang pria bertubuh besar menghempaskan seorang gadis muda ke lantai begitu saja. tindakannya begitu kasar hingga keramaian yang awalnya menikmati penampilan Lay kini beralih pada pria bengis yang sedang menyeret gadis berwajah malang. Tak peduli dengan seluruh pengunjung club yang menjadikannya pusat perhatian, pria itu terus menyeret gadis itu dengan menjambak rambutnya.



Rasa ngeri dan mencekam dirasakan oleh pengunjung lainnya. Melihat seorang gadis muda dengan kondisi wajah lebam, diseret-seret layaknya sekantung sampah, siapa yang tidak akan merasa iba?.



Suasana semakin menegang begitu Lay yang menghampiri pria bertubuh besar itu. tak peduli tubuhnya hanya sekitar setengah dari tubuh pria itu, Lay berdiri dengan penuh percaya diri. “ Kau benar-benar keterlaluan tuan.” Ujarnya dengan nada datar.



Sekejap suasana dalam klab hening, seluruh mata seolah dibuat ketar-ketir dengan tindakan gegabah Lay. Seorang pria berkaca mata yang merupakan seorang DJ di tempat itu berusaha untuk menyelematkan Lay, ia berusaha untuk menghentikan Lay yang mulai kehilangan akal sehatnya. Namun sayang, niat baiknya hanya ditanggapi dengan tatapan santai Lay. Oke…mungkin pria sok keren ini mau membunuh dirinya sendiri.



Tarikan nafas cemas jelas terdengar dari hampir seluruh mata yang menyaksikan semurka apa pria raksasa yang kini menatap Lay. Pria itu terganggu, sangat terganggu dengan tingkah pria kecil, sok keren di depannya.



“ Berusaha menjadi pahlawan, pecundang?” tanya pria itu. ia menatap Lay dengan sinis. menurutnya makhluk sekecil Lay bisa ia singkirkan hanya dengan jentikan jarinya, bukan perkara sulit untuk mengirimkan jasad pria di depannya ke pemakaman umum.



Lay memiringkan kepalanya, ia kemudian menarik ujung bibirnya. “ Pecundang? Bukankah kau yang pecundang, tuan besar?”



Orang itu mendengus kasar. Ia langsung menarik baju Lay dengan erat. Ia benar-benar ingin mematahkan leher pria di depannya, kemudian menjadikannya sebagai salah satu menu makan malam.



“ Hey…hey…kau main kasar! Kau mau apa? Mau berkelahi denganku?” pria itu semakin geram begitu Lay menantang dirinya. Darahnya mendidih saat melihat wajah mengejek Lay.
“ Kau akan menyesal kerdil!” pria itu baru saja hendak melancarkan tinjunya, namun gerakannya terhenti spontan begitu Lay menendang selangkangannya.



Keadaan di dalam klab semakin kacau saat para pengunjung berlarian dengan panik begitu pria raksasa itu mengejar Lay. Selangkangannya benar-benar sakit dan ia tidak bisa berlari mengejar Lay yang sudah membawa lari gadis sewaannya. Sial! Bahkan aku belum meniduri gadis brengsek itu!.



Entah malaikat atau setan macam apa yang merasuki diri Lay hingga ia memutuskan untuk melarikan diri bersama gadis lemah yang kini terus berlari dengannya. Saat menghindari amukan pria besar tadi, ia langsung menarik lengan gadis itu. Entah untuk tujuan apa atau alasan apa. tidak ada alasan tertentu yang membuatnya harus menyelamatkan gadis itu, setidaknya ia harus membawa pergi gadis itu ke tempat yang aman.



Ia terus berlari, menyusuri jalan-jalan sempit sambil memikirkan ide lain. di belakangnya ada segerombolan orang yang masih mengejarnya, sepertinya orang-orang itu suruhan pria besar di klab tadi. 



Lay melirik gadis di sebelahnya yang terlihat sangat gelisah. Gadis itu sangat kacau, lelah, dan ketakutan. Kondisi wajahnya begitu mengenaskan, sudut bibir yang berdarah dengan bercak kemerahan di pipinya. Sesekali gadis itu melenguh kesakitan  begitu Lay mencengkram lengannya terlalu keras. Entah penyiksaan macam apa yang telah didapatkan gadis itu sebelumnya.



Aksi kejar-kejaran seperti ini memang bukan hal asing lagi untuk Lay, sebelumnya ia sering berlari lebih cepat dari ini. Ia sudah biasa berada dalam suasana menegangkan yang memacu adnenalinnya. Biasanya ia justru beraksi sambil menembakkan besi panas dari pistolnya, tapi tidak dengan sekarang. Ia tidak sedang dalam misinya, ia bukan sedang kabur dari kawanan mafia yang hendak menangkapnya. Ia hanya sedang melarikan diri bersama gadis malang yang sama sekali tidak ia kenal.



Matanya melirik ke belakang dengan hati-hati. Ia melihat gerombolan orang-orang itu mengejarnya ke arah yang berlawanan. Hembusan nafas lega lolos dari mulutnya. sekarang tak perlu berlari seolah ia akan ditembak mati. Bersyukur orang-orang itu cukup bodoh hingga berhasil terkecoh dengan taktiknya.




****





Donghae menolehkan kepalanya begitu suara pintu apartemennya terdengar. Ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan begitu sosok yang datang ternyata bukan Lay yang semalaman tidak pulang. Bukannya ia menghawatirkan pria itu, ia hanya sedikit penasaran kemana perginya pria itu.



Suara kantong plastik yang dibawa oleh sosok yang baru saja memasuki apartemennya, tidak membuat Donghae mengalihkan pandangannya dari berita pagi yang sedang ia saksikan di televisi. Setidaknya ia tidak akan merasa terganggu sebelum tepukan hangat dan perih menerjang kulit lengan atasnya yang telanjang. Ia menatap kesal sosok yang tengah berdiri di depannya sambil menyilangkan kedua tangan.



“ Kau benar-benar harus meneraktirku!” suara cempreng itu menggema ke seluruh penjuru ruangan. Donghae hanya menghela kasar begitu sosok itu menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah dirinya.


Tanpa menghiraukan Donghae yang sedang mengubah posisi duduknya dan memerhatikan dirinya dengan wajah polos. Tangannya merebut remot tv yang sedang digenggam Donghae, dengan cekatan ia mengganti saluran lainnya. Ternyata tontonan paginya Donghae sangat membosankan.



“ Kau sudah mendapatkan semua data-data pemilik akun itu?”



Ia masih diam memerhatikan program tv kesukannya. Tak peduli Donghae mulai kehilangan kesebarannya, ia tak mengalihkan pandangannya atau sedikit mencurahkan perhatiannya pada pria yang bersiap menarik rambutnya.



“ Im Yoon Ah! Kau tuli? Bisu? Jawab aku bodoh!”



Ia memutar bola matanya dengan kasal. Bisakah Donghae tidak berteriak? Pria ini harusnya bersabar, bukan berteriak-teriak seperti orang kehilangan akalnya.



“ Ya bawel! Sesuai yang kau janjikan, kau harus meneraktirku.”



Lagi-lagi Donghae mendengus setelah sebelumnya sudah mendengus berulang kali. Rupanya Donghae mirip banteng saat pagi hari.



Suasana akhirnya tenang kembali. Donghae memutuskan untuk menekan letupan-letupan amarahnya dan mencoba mengalihkannya dengan menyaksikan kartun pagi. Kenapa si cempreng ini memindah salurannya?!.



Yoona tertawa cekikikan, matanya menyipit begitu aksi lucu karakter kartun kesukaannya mengundang tawa. Sesekali ia menepukkan tangannya ke lengan Donghae yang terlihat hampir mati kebosanan. Lee Donghae adalah sosok pria dewasa dan ia tidak menyukai film kartun, berbeda dengan Yoona yang tertawa terpingkal, hingga ia  berpikir jika wanita itu mengidap suatu gejala kelainan pada salah satu bagian dalam otaknya.



Tawa Yoona mulai mereda saat iklan menggantikan tontonan paling seru dalam hidupnya. Ia menolehkan kepalanya, menilik keberadaan seseorang yang baru saja melintas di pikirannya. Ia kembali menatap Donghae yang tengah memainkan ponsel dengan bosan.


“ Lay kemana?” 


“ Entahlah dia tidak pulang semalam.” Jawab Donghae tak acuh.


“ Yak!! Harusnya kau menelponnya!”



Donghae tersenyum kecut, ia ingin sekali tertawa di depan wajah Yoona kalau perlu. Tapi membaca pesan singkat dari Hani, si primadona kampus lebih berharga dari pada meladeni si cempreng itu.



“ Untuk apa? Kalau kau mau menghubunginya, hubungi saja!”

“ Aisshh…bagaimana kalau dia dalam bahaya? Kau ini benar-benar tidak loyal!” decak Yoona. Ia kembali memalingkan perhatiannya ke layar televisi.



“ Sekalipun dia dalam bahaya, ia pasti bisa mengatasinya. Ia laki-laki. Ckk…sepertinya kau mulai menyukai bocah cina itu.” tuduh Donghae yang masih belum mengalihkan perhatiannya dari ponsel hitamnya.


“ Memangnya kenapa? Setidaknya dia tidak menyebalkan dan suka merusak barang-barangku!”






**** 





Lay POV




Mataku terbuka begitu terdengar sebuah suara gaduh yang berasal dari pintu. Kepalaku langsung menoleh ke arah ranjang dimana gadis malang itu beristirahat semalaman. Kosong. Aku langsung beranjak kemudian berlari ke arah pintu hingga menemukan seorang gadis dengan keadaan menyedihkan tengah berusaha membuka pintu kamar ini. 



Semalam itu adalah hari yang melelahkan, walau aku tidak begitu lelah, tapi ku yakin ia sangat amat lelah. lihatlah penampilannya sekarang, ia berantakan, wajahnya penuh dengan ketakutan serta beberapa luka dan memar di lengannya. Jadi ku putuskan untuk membawanya bermalam di sebuah motel terdekat.



“ Ehemm…” aku mencoba untuk menarik perhatiannya dan tentu saja berhasil. Ia langsung membalikkan tubuhnya, ia menghadap ke arahku dengan mata yang terbuka lebar walau sepersekian detik kemudian ia kembali dengan wajah datar dan dinginnya.



Ia kembali menatapku dengan waspada, gadis ini terlihat seperti ketakutan dan merasa terancam. Begitu aku mendekat ia berjalan mundur hingga tubuhnya menabrak pintu. Matanya terlihat tidak tenang dan deru napasnya terdengar kian kacau.



“ Mau apa kau?” jeritnya. Ia masih menatapku, kali ini dengan tatapan penuh ketakutan serta panik.



Aku berusaha untuk membuatnya lebih tenang dengan mendesis pelan, memerintahnya agar tidak berteriak. Tapi ia justru menggeleng cepat dengan kedua tangan yang gemetaran.



“ Hei…kau tidak perlu berteriak.” Ujarku.



“ Tidak! Jangan mendekat! Ku bilang jangan mendekat!” ia mengacung telunjuknya, menunjuk ke tempat dimana aku berdiri. Aku pun berhenti di tempat yang ia maksud dan kembali menatapnya. Ayolah…aku hanya tidak ingin semua penghuni di motel ini datang kemari karena ia terus berteriak.



“ Sekarang apa maumu? Kau mau meniduriku? Apa? sebutkan saja!” ucapnya dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.



Ia benar-benar kelihatan seperti orang kesurupan. Ia terus berteriak hingga urat-urat di lehernya terlihat jelas. Tangannya yang mencengkram kuat pintu di belakangnya seolah ia bisa merobohkan benda itu dan melemparkannya ke arahku. 



Pandanganku beralih pada posisi kedua kakinya yang terlihat sangat waspada, ia sudah siap untuk berlari menerjangku kemudian benar-benar menyerangku. Aku kembali menatap wajahnya yang masih kelihatan ketakutan serta sorot matanya yang tak berhenti memancarkan aura menyeramkan. Aku tak mengerti apa yang ada di dalamnya, hanya saja itu terlihat begitu kelam dan penuh penderitaan.



“ Nona berhentilah menuduhku. Kalau aku memang ingin melakukannya, aku sudah melakukannya dari semalam.” Tuturku. 



Sikap waspadanya membuatku ikut terbawa suasana yang jauh dari kesan pagi indah yang damai. Gadis berambut panjang di depanku ini terus menatapku dalam ketidakpercayaannya. Entah apa yang pernah ia lalui sebelumnya, tapi tak mudah untukku untuk sekedar berjalan menghampirinya. Aku hanya bisa mencuri langkah-langkah kecil selagi ia menatapku.



“ Lalu apa yang kau inginkan?”



“ Aku terbangun setelah mendengar suara kegaduhan. Ku kira hal buruk terjadi, terlebih aku tidak melihatmu di ranjang. Aku hanya ingin memastikan keadaanmu itu saja.” paparku dengan nada rendah. Bisa dibilang aku berusaha untuk merengkuh kepercayaannya, setidaknya aku ingin memastikan kalau gadis yang berada di ruangan yang sama denganku ini tidak akan menusuk perutku tiba-tiba.



Nafasnya berhembus lambat seiring dengan tangan kurusnya yang bergerak menelusupkan rambut-rambut yang menghalangi pandangannya. “ Katakan! Siapa kau sebenarnya?” suaranya tak terdengar asing menurutku. Caranya berbicara terdengar sangat tegas dan sedikit dominan.



“ Lay.” Spontan tangan kananku menjulur ke arahnya. Ia tak menanggapi tanganku, justru ia menatapku dengan mengintimidasi. 



Aku menggaruk kepalaku yang lambat laun terasa gatal. “ Baiklah..namaku Zhang Yixing. Lay hanya nama panggilan saja.” tambahku. Ia sama sekali tidak kelihatan puas, ia justru terlihat semakin mencurigaiku.



“ Oh..baiklah! Tunggu sebentar di sini!”



Dengan cepat aku bertolak ke sofa dimana aku tidur semalam. Setelah itu kuraih jaket berwarna biru dongker yang tergelatak lemas diantara bantal-bantal kecil. Tanganku bergerak cepat merogoh beberapa saku hingga aku menemukan dompet hitamku. Setelah itu, aku langsung kembali kepada gadis itu.



Ia terlihat lebih waspada begitu aku kembali, ia terlihat mempertajam tatapannya. Wajahnya yang dingin menyiratkan betapa ia menaruh prasangka-prasangka buruk terhadapku. Oh..Goshh!!! Inikah sikapnya pada orang yang telah menyelamatkannya dari si raksasa brengsek semalam?. 



Sepertinya ia tak suka menunggu dan aku mengerti hal itu. Jadi aku langsung meretangkan lipatan dompet hitamku kemudian mengambil sebuah kartu dari salah satu selipan. Aku menatap sejenak pada lembar kaku berukuran kecil tersebut, pandanganku beralih padanya yang masih menatap dengan rasa ingin tahu. Huft…baiklah.



Aku langsung membalikkan kartu itu, menunjukkan padanya apa yang tertulis di atas kartu itu. Matanya beralih menatapku sejenak sebelum akhirnya ia melangkah ke depan dan mengambil kartu itu.



Kedua tangannya memegang masing-masing sisi dengan erat. Matanya yang selalu memancarkan rasa ketakutan kini terlihat bergerak sesuai dengan letak huruf yang tercetak di atas kertas itu. Ia kembali menatapku. Kali ini hanya ada seorang gadis polos yang terlihat tak cukup yakin dengan apa yang telah dilihatnya. Ia kembali melirik kartu itu kemudian melirikku lagi dan begitupun seterusnya.



“ Jadi kau….”



“ Ya..asal kau tahu harusnya aku tidak boleh menunjukkan kartu agen-ku kepada sembarang orang. Tapi…ku kira kau cukup bisa diandalkan untuk menjaga rahasia itu.”



Mungkin jika Donghae hyung atau Yoona mengetahui hal ini, mereka berdua akan memakiku, menghinaku atau mungkin memberi khutbah pagi yang super panjang hingga aku merasa mengantuk dan akhirnya tertidur. Aku baru saja menunjukkan kartu agen-ku, dimana di situ tertulis jelas bahwa Zhang Yixing adalah seorang detektif dari badan intelegen yang mengawasi seluruh kawasan asia. Kalau saja Tuan Murong mengetahui hal ini, ia pasti akan memecatku. Pasti. Karena hal yang harus kalian tahu tentang kami adalah ‘bergeraklah seperti kau tidak melakukan apapun dan biarkan orang lain tak pernah melihatmu’ dan sekarang she’s definitely see me.










TBC

Hello readers!! Woi…aku balik lagi nih!!! Pada kangen gak?? Well…sebenrnya part ini udh jadi dari kapan tau cuma disimpen aja, dan beberapa hari yg lalu dapet ide untuk nambahin beberapa kejadian. Hingga….akhirnya jadilah part 1 ini. pendek kan??? Ya dong….*jangan digabung ya* dan kayaknya ff ini juga gak bakal panjang-panjang kok.

Maksudnya ff ini gak bakal beralur rumit yang bikin kalian pusing, gak tau deh…untuk sekarang ini sih aku emg gak mau bikin ceritany belibet kaya sinetron Indonesia, tapi liat aja deh nanti. Oke deh…buat siapapun yg nungguin ff ini atau yg terdampar ke halaman ini semoga gak nyesel udh nyempetin baca…

Baiklah…aku harus balik lagi ke alam, oh ya jangan lupa komen yawww…


Thanks.

GSB

Comments

  1. keren ffnya aku suka .....yoonhae kerjanya beratem terus....
    next partnya dtunggu thor

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo chingu:)
      next partnya ditunggu aja ya..

      Delete

Post a Comment

Popular Posts