Marry Me - Chapter 4 ( Let's Make Up )





 

Cast : Jang Hyunra
          Bang Min Soo
        
Genre : romance, married life

Rating : PG 13




PREVIOUS CHAPTER








Sebelumnya Hyunra pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang. Jantungnya akan berdegup kencang hanya karena sepasang mata menatap tepat pada biji bola matanya. Darahnya akan berdesir hebat begitu keberadaan sosok itu dapat terjangkau matanya dan ia tak mengerti kenapa napasnya tertahan hanya karena berpegangan tangan. Ia pernah merasakan semuanya dan kini rasa itu kembali menghinggapinya. Ini konyol. Kalau sebelumnya ia merasakan hal seperti itu pada seorang kakak kelas di SMA-nya dan kini ia merasakannya saat Min Soo berada di dekatnya. Min Soo…suaminya.  Orang asing yang sekejap menjadi bagian hidupnya. Tapi benarkah itu yang ia rasakan? Atau mungkin hanya tipuan belaka? Mungkin sebenarnya ia tidak merasakan semua itu. Entahlah.





Ia juga merasa aneh ketika perasaan itu datang mengejutkan dirinya. Sama mengejutkannya dengan kedatangan Min Soo ke kafe tempatnya bekerja. Pria itu menjemputnya, meraih tangannya dan menggenggamnya erat-erat. Hal seperti itu terus terjadi selama tiga hari belakangan ini, tepatnya setelah wanita tua itu ada di rumahnya.





Hyunra mengerti maksud dari perlakuan istimewa Min Soo padanya. Ia tahu kalau hal itu dilakukan untuk mengurangi kecurigaan halmeoni terhadap hubungan mereka berdua. Jadi sebelum memendam prasangka aneh yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan, Hyunra sudah bertindak cepat dengan mewanti-wanti dirinya sendiri.





Untungnya keberadaan halmeoni membuat fokusnya beralih. Pikirannya tidak hanya tercurah pada perasaannya terhadap Min Soo, karena sebagian pikirannya yang lain bersarang pada kelakuan ajaib wanita paruh baya menyebalkan yang ingin membunuhnya pelan-pelan. Huft…cucu dan nenek yang menyusahkan.





Ia benar-benar ingin berteriak dan menarik wanita tua itu pergi, apalagi saat tubuhnya mulai menggigil. Sepanjang hari ini ia menemani halmeoni pergi berbelanja ke pasar, membeli banyak bahan makanan untuk kebutuhan di rumah. Mereka terus bersama sampai Hyunra merasa muak karena wanita tua itu terus menyudutkannya yang lelah karena membawa banyak jinjingan. Tapi semenjak beberapa menit yang lalu, halmeoni tak lagi di sampingnya. Wanita tua itu sedang buang air kecil di toilet umum.






Awalnya Hyunra ingin meninggalkan wanita itu, namun ia teringat dengan pesan halmeoni sebelum pergi ke toilet.






Kau diam-diam di sini! Tunggu aku! Jangan tinggalkan aku! Mengerti?






Setelah berulang kali terlibat pergulatan batin dengan hatinya, Hyunra memutuskan untuk terus menunggu di depan toko klontong. Dari beberapa menit beranjak menjadi setengah jam. Ia merasa resah, apalagi tubuhnya sudah bergetar karena angin musim dingin yang menusuk hingga ke tulangnya. Langit mulai menguning dan suhu udara semakin rendah.






Hyunra mengembuskan napasnya yang mengepul. Ia menggosok kedua telapak tangannya hingga ia merasa sedikit hangat. Berulang kali suara desisan kecil akibat menahan dingin terdengar dari mulutnya. Perhatiannya teralih pada ponselnya yang berdering, dengan cekatan Hyunra langsung menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.





Yeobseyeo…aku ada di pasar, kenapa? Mwo? Keurae…” Hyunra mendecak, kali ini ia tak hanya kesal. Ia marah.





Orang yang tadi menelponnya adalah Min soo. Pria itu menanyakan keberadaan dirinya, dan setelahnya pria itu melemparinya beragam tuduhan tidak menyenangkan. Dengan nada kesal pria itu memprotes tindakannya. Pria itu bilang Hyunra membiarkan neneknya tersesat di pasar hingga wanita tua itu pulang sendiri ke rumah. Hei…bukankah itu terbalik?





**** 







Begitu sampai di rumah, Hyunra langsung meletakkan semua plastik belanjaannya di atas meja makan. Ia lelah dan sangat kesal. Ia tak lagi mempedulikan tatapan Min Soo yang menuntut penjelasannya, ia melewati pria itu dan langsung masuk ke dalam kamar.







Baru saja ia selesai mengganti bajunya dengan sebuah piyama hangat, Min Soo tiba-tiba masuk. Pria itu tak mendekat padanya, dia tetap berdiri di depan pintu. Hyunra sudah tahu hal macam apa yang akan Min Soo katakan, tapi ia tidak mau mendengar. Tubuhnya lemas dan kepalanya terasa. Hyunra pun berbaring, ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.





Hyunra hampir saja berteriak atau menendang Min Soo yang menyingkap selimutnya. Pria itu duduk di atas ranjang, dekat dengan kakinya. Min Soo tak mengatakan apapun, ia hanya menatap Hyunra dengan tatapan menyelidik.  






Detik  demi detik terlalui dalam suasana yang membingungkan, Hyunra memilih untuk memalingkan wajahnya. Kalau tidak begitu, sepanjang malam ia tidak akan bisa tidur karena terus memandangi Min Soo. Namun tubuhnya dibalik paksa oleh sepasang tangan kekar yang mencengkram kedua sisi tubuhnya. Hyunra menahan napasnya. Ia benar-benar tak tahu kalau wajah Min Soo sedekat ini dengan wajahnya.





“ Kau benar-benar menunggu Halmeoni?” suara itu terdengar, memecah keheningan di antara keduanya.






Min Soo memperhatikan kondisi gadis yang tengah terbaring lemah di atas ranjangnya. Matanya menelusuri wajah lesu Hyunra, bibirnya yang pucat dan matanya yang sayu. Tanpa banyak berpikir, Min Soo menempelkan telapak tangannya di kening Hyunra. Ia bisa menebak bagaimana kondisi tubuh gadis itu dari suhu tubuhnya. Gadis itu demam.






“ Harusnya kau tinggalkan saja! Dia tidak akan tersesat hanya karena kau tinggal di pasar,” Ujar Min Soo yang masih menjadikan Hyunra sebagai satu-satunya objek perhatiaannya.





Sentuhan lembut tangan Min Soo benar-benar membuat kepala Hyunra hangat. Entahlah…tapi ia merasa sangat nyaman saat pria itu mengusap kepalanya.

 



“ Bukankah akan lebih baik kalau ia tersesat dan tidak kembali ke sini lagi?” celetukkan Min Soo akhirnya mencairkan suasana yang membuat Hyunra rikuh.






Gadis itu tersenyum, sedikit terkekeh. Sebenarnya ia ingin sekali menimpali ucapan Min Soo, tapi keadaan tubuhnya membatasi dirinya untuk bereaksi. Ia merasa sangat lemas dan ngilu di sekujur tubuhnya.






****







Kepalanya masih terasa berat, namun sudah lebih baik dari yang ia rasakan semalam. Alisnya terangkat begitu merasakan ada yang aneh di atas keningnya. Sebuah handuk kecil berada di sana. Rupanya handuk kompresan yang terus diganti begitu mengering, dan itu semua dilakukan oleh seorang pria yang sedang sibuk memasukkan beberapa kertas ke dalam ransel hitamnya.





Hyunra menatap pria itu, Min Soo dengan perhatian. Matanya mengikuti setiap perpindahan Min Soo yang terlihat sangat kacau. Ia baru tahu kalau Bang Min Soo bisa bertingkah sepanik itu.





“ Bukankah seharusnya kau sudah sampai di tempat kerjamu? Kenapa masih di sini?” suara lemah Hyunra membuat Min Soo menghentikan kegiatannya dan berbalik.





Tanpa diminta, pria itu menghampiri Hyunra kemudian mengambil handuk di kening gadis itu. tangannya yang lebar ia tangkupkan di atas kening mulus itu, ia terdiam sambil mengira-ngira suhu tubuh Hyunra.




“ Istirahatlah…hari ini tidak usah bekerja. Aku akan memberitahukan kondisi-mu pada si botak genit itu,” ucap Min Soo.





Pria itu kemudian beralih, ia meletakkan handuk ke dalam baskom kecil yang semalaman ini menemaninya. Tangannya kemudian mengambil sebuah cangkir putih besar berisi minuman cokelat hangat.





“ Seharian ini kau akan bersama halmeoni. Ingat…kalau dia meminta yang macam-macam, abaikan saja! Mengerti?” Hyunra mengangguk patuh kemudian menyesap cokelatnya.






****





Hyunra POV






Rasanya sangat bosan berada di dalam kamar terus menerus maka dari itu aku memutuskan untuk keluar. Namun tak ada siapapun di dalam rumah kecuali diriku.





Kakiku terus melangkah walau sangat pelan. Kepalaku masih terasa berat dan pusing. Astaga…kenapa rasanya seperti melayang? Selangkah demi selangkah terpijaki, aku berniat menghampiri meja makan. Aku ingin minum air putih.






Aku langsung membalikkan sebuah gelas bening yang awalnya berdiri dengan posisi terbalik.  Setelah menuangkan air ke dalam gelas, aku segera menenggaknya. Begitu selesai, kepalaku menoleh ke arah pintu dimana halmeoni muncul. Ia datang dengan beberapa tas belanjaan di kedua tangannya.





Ia berjalan semakin dekat, semakin jelas jika ia akan menghampiriku. Benar saja. Ia berhenti tepat di sebelahku. Sepasang tangan keriput yang sialnya masih sangat kuat itu tengah meletakkan empat kantung belanjaan dengan cekatan ke atas meja. Ia tak menatapku, ia masih sibuk memastikan isi kantong belanjaannya. Aku heran kenapa ia belanja sebanyak ini padahal kemarin kami baru saja belanja. 





Tapi tak peduli apapun alasannya, itu tidak penting untukku. Lebih baik aku kembali ke kamar, melakukan hal-hal yang lebih berguna di dalam sana. Misalnya membaca buku penunjang untuk kegiatan kuliahku atau mungkin hanya sekedar untuk membaringkan tubuh. Aku bisa melakukan apa saja di dalam kamar dan rasanya itu pilihan terbaik daripada berdiri di tempat yang sama dengan orang tua menyebalkan ini.






Tanpa meninggalkan pesan apapun, aku beranjak dari tempat. Langkahku cukup santai walau sebenarnya aku ingin cepat-cepat melenyap darinya.






“ Maaf..aku sudah terlalu kekanakan kemarin.”






Langkahku berhenti begitu suara halmeoni terdengar tak terlalu kencang. Aku lantas membalikkan tubuhku, menghadapnya yang tengah memandang ke arahku. Tak seperti orang yang meminta maaf pada umumnya, wanita tua itu tak menampakkan wajah memelas atau pura-pura menyesal. Walau begitu aku tahu jika dia sungguh-sungguh dengan ucapannya.





Lama kami bersitatap tanpa mengatakan apapun. Kemudian ia mengangkat bahunya. Ia berjalan mendekatiku lalu meneruskan langkahnya hingga ia berhenti di depan sofa ruang tengah kemudian menghenyakkan tubuhnya di sana.





Aku memperhatikannya, masih belum tahu apa yang harus kulakukan. Apa aku harus bergabung duduk di sofa bersamanya? Atau berlalu begitu saja dan masuk ke dalam kamar? Lagipula aku tidak terlalu akrab dengannya dan iapun tidak menyukaiku. Untuk apa aku membuang waktu untuk duduk bersama orang yang ingin sekali mencekikku?






“ Banyak orang mengatakan, orang yang sudah tua akan berubah menjadi orang yang sangat menyebalkan dan kekanakan. Aku tahu itu dan tak berusaha mengelak kenyataan tersebut. Aku sungguh menikmati bisa menjadi bagian dari realita tersebut,”  ujarnya begitu saja.





Aku tak mengerti apa maksud dari ucapannya. Aku pun tak tahu kemana perbincangan ini akan membawa kami. Aku membiarkan dia meneruskan celotehannya yang terinterupsi dengan helaan panjang napas beratnya.





Ia terkekeh pelan. Aku tak tahu bagaimana ekspresi wajahnya. Yah…berhubung dia duduk memunggungiku, aku tak bisa melihat ekspresi menyebalkan yang membuatnya sangat identik dengan seorang nenek sihir yang suka mengutuk orang.






“ Kabar pernikahan kalian membuat siapapun terkejut. Ayahnya, ibunya, aku, keluarga kami, bahkan tetangga di sekitar rumah kami sangat terkejut dengan kenyataan itu-“ ia berhenti, entah untuk apa. Entah untuk mempertimbangkan kembali apa yang akan diucapkannya atau memang ceritanya sudah selesai.






Namun sebuah tarikan napas panjang yang terdengar cukup keras dari dirinya membuatku yakin bahwa masih banyak hal yang akan ia ungkapkan. Yah…mungkin sangat banyak hingga berpotensi membuat paru-paru tuanya kelelahan, dan akhirnya membuat dirinya kesulitan bernapas.






“ –Minsoo keluar dari rumah sejak usianya dua puluh tahun. Ia dan ayahnya berselisih hebat. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal. Sebagai seorang pemilik perusahaan, yah…walau tidak sebesar Hyundai atau Lotte, anakku memaksa Minsoo untuk meneruskan usahanya. Sesungguhnya perusahaan itu milik keluarga, siapapun dari keluarga kami bisa memimpin perusahaan. Namun harga diri Hyuk Gu terlalu tinggi, ia ingin putranya meneruskan tahtanya.”







Kuakui aku cukup terkejut dengan penuturan halmeoni barusan. Aku tidak menyangka jika si Tuan tenang yang terlihat sangat santai itu merupakan seorang pewaris perusahan-yah-walau-tidak-sebesar-Hyundai-atau-Lotte. Tunggu! Lalu apa yang dilakukannya selama ini jika ia kabur begitu saja dari rumahnya? Ckk..bahkan sampai detik inipun aku belum tahu apa pekerjaan Bang Minsoo sebenarnya. Ya Tuhan…menyedihkan sekali aku!







Dan berkat rasa ingin tahuku yang entah kenapa bertambah besar, aku pun melangkah lalu berhenti di belakang sofa yang tengah ditempati halmeoni.





Aku duduk di sampingnya, yah…walau tak begitu dekat. Aku masih belum lupa kalau hubunganku dengan wanita tua ini tidak baik.





“ Minsoo dengan keras menolak semua keinginan ayahnya. Waktu itu ia begitu muda dan tak terkendali. Yah, setidaknya begitulah yang orang-orang katakan. Tapi terlepas dari itu, aku juga tak membenarkan Hyuk Gu yang selalu memaksakan kehendaknya. Pria itu selalu mengekang, membatasi kebebasan Minsoo. Dan malangnya, tak ada yang membela Minsoo, sekalipun ibunya. Menantuku itu terlalu takut pada suaminya, ia bahkan hanya bisa menangis begitu Hyuk Gu membiarkan Minsoo meninggalkan rumah. Bahkan ia melarang semua orang untuk mencari keberadaan Minsoo.”






“ Sesungguhnya aku sangat kecewa dengan segala masalah yang Minsoo timbulkan. Ia sangat tidak terkendali saat itu, tapi aku tak pernah membiarkannya sendiri. Aku memang tak mencegahnya pergi, tapi bukan berarti aku tak menginginkan keberadaannya-“ ia menoleh ke arahku. Menatapku dengan tatapan bijak dan penuh pertimbangan.






“ –aku membiarkannya karena kutahu bahwa pergi dari rumah adalah solusi terbaik untuknya. Aku mendukung apapun yang ia lakukan. Ia ingin masuk sekolah desain dan aku membiarkannya, karena aku tahu ia tak akan mau melakukan apa yang ayahnya inginkan. Minsoo memiliki mimpinya sendiri, dan aku senang begitu melihatnya berhasil dengan mimpinya. Ia menjadi seorang animator, persis seperti yang ia bayangkan selama ini.” senyum kecil tersungging di tengah rangkaian katanya.






Setelah semua ini aku jadi berpikir. Dan akhirnya aku terus berpikir. Bagaimana Bang Minsoo sebenarnya? Seperti apa dia di masa lalu?






“ Namun ayahnya yang keras kepala itu tak pernah mau mengalah. Tepat di hari kedatangan Minsoo setelah tiga tahun meninggalkan rumah, ayahnya mengatakan bahwa cepat atau lambat Minsoo tetap akan menggantikannya. Minsoo akan tetap memimpin perusahaan selama ia belum menikah, dan-“





Matanya menatapku lebih dalam. Meski sejak pertemuan pertama kami, halmeoni selalu menatapku dengan sepasang mata yang mengintimidasi, tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu yang berbeda. Bukan kebencian atau kesombongan seperti biasanya.






“-kami semua dibuat terkejut begitu mendapati salinan akta pernikahan kalian. Semua orang terkejut dan orang yang paling terkejut adalah Hyuk Gu. Dia begitu marah. Setelah kejadian itu tak seorangpun berani mengungkit Minsoo di depannya, mereka semua tutup mulut dan membiarkan masalah ini tenggelam begitu saja. Tapi tidak denganku.”





“ Itukah sebabnya kau berada di sini?” tanyaku spontan.






Ia mengangguk. “ Walau aku mendukung apapun yang Minsoo lakukan, tapi aku sedikit tidak setuju dengan pernikahan kalian.” Benar yang kuduga. Ia memang tak pernah bisa menyukaiku. Lihat saja mata elangnya yang kini menatapku dengan tegas.







Namun kurang tepat rasanya jika aku menyebut perasaan yang tengah kurasakan saat ini adalah rasa sakit hati. Ini tak seperti aku ditolak oleh keluarga suamiku. Bahkan aku tak berpikir seperti itu. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam dada ini begitu mendengar pernyataan halmeoni. Rasanya seperti aku telah melakukan kesalahan yang besar.






“ Aku memang tak menyukaimu, tapi bukan karena hal itu aku tidak menyetujui pernikahan ini. Aku sadar dan sangat paham bahwa sesuatu yang tengah kalian jalani saat ini bukanlah sebuah hal kecil, pernikahan itu hal yang sangat serius. Dan kabar pernikahan kalian terdengar tidak wajar. Aku tidak bisa membiarkannya, pernikahan bukan sesuatu yang sepele.” Suaranya terdengar semakin akrab, nadanya kian terdengar menghangatkan.






Meski tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi mendengarnya bicara seperti itu membuatku merasakan kasih sayang. Halmeoni sangat menyayangi Minsoo hingga aku merasa sedikit iri. Namun terlepas dari itu, pernyataannya membuatku menyesali apa yang telah kulakukan. Yah…seperti yang dikatakannya, pernikahan bukan sebuah permainan, tapi kenapa aku melakukannya padahal aku sendiri tak memiliki alasan yang masuk akal? Hanya karena ingin mendapatkan tasku kembali? Hanya itu? konyol sekali bukan alasanku?







“ Minsoo dan dirimu adalah dua anak muda yang memiliki pola pikir yang bebas. Kalian tidak sekolot aku, dan itulah yang membuatku semakin khawatir. Karena kalian orang muda rasanya tidak mustahil jika kalian melakukan pernikahan untuk alasan tertentu. Dan aku benar untuk yang satu itu.”





Aku menutup mulutku rapat-rapat. Tak sadar bahwa pernyataannya membuatku sedikit gemetar. Aku bukan takut padanya, aku hanya malu pada apa yang telah kulakukan.






“ Aku tahu jika ada sesuatu yang tidak beres pada pernikahan kalian. Walau begitu aku tak akan berusaha mencari tahu. Aku cukup cerdas untuk tak mencampuri urusan orang lain. Dan aku yakin, kalian memiliki solusi yang bijak untuk semua yang telah terjadi.”






**** 







Selepas terlibat perbincangan dengan halmeoni pagi tadi, aku mengurung diri di dalam kamar. Resah dengan berbagai pikiran yang datang begitu saja. Ini dan itu. Semuanya memenuhi kepalaku. Halmeoni mengetahuinya, namun aku masih tidak mengerti kenapa amarahnya tak meledak. Ia terlihat tenang, meski sebelumnya ia sudah mengutarakan rasa tidak sukanya padaku.






Tubuhku berjengit pelan, ranjang yang sempat surut mengembang kembali begitu aku bangkit. Aku menatap waspada ke arah pintu kamar yang terdorong pelan.






Huh..ternyata hanya Minsoo.






Ia meletakkan ranselnya ke atas meja kerja yang penuh peralatan tulis miliknya. Ia tak menghiraukan keberadaanku, ia hanya terus mengeluarkan sebuah map serta beberapa kertas dari ranselnya.





“ Sepertinya halmeoni menghawatirkanmu,” ucapnya tanpa melihatku.







Aku tak menghiraukan ucapannya. Kepalaku sudah penuh kecemasan, jadi aku memilih untuk tak memikirkan ucapannya dengan serius. Aku masih memperhatikannya. Ia sedang membuka mapnya, mengambil sebuah kertas sketsa tokoh animasi tanpa warna dari dalamnya. Ia menatap kertas dalam genggamannya selama beberapa detik hingga akhirnya meletakknya ke atas meja. Ia berbalik, menautkan alisnya.





“ Kau kelihatan–“ ia mengamati ekspresiku. Orang bodoh saja yang tak menyadari kecemasan di wajahku.







“ –jadi apa yang terjadi selama aku pergi? Nenekku berulah lagi?” Ia bersedekap, berdiri santai dengan menyandarkan punggungnya di depan meja.





Aku menggeleng, kemudian ia terlihat semakin penasaran. “ Halmeoni sudah minta maaf padaku,” lontarku.






Matanya yang sipit itu menyorotku dengan lebih dalam, kerut-kerut di keningnya kian jelas setelah mendengar pernyataanku barusan. Ia terlihat menganggukkan kepalanya, namun terlihat semakin tak mengerti dengan alasan dari kecemasanku.






“ Lalu apa yang membuatmu kelihatan sekacau itu?”





“ Sepertinya ia tahu kalau pernikahan kita ini tidak seperti pernikahan yang ia pikirkan. Ia–“





“ Jadi itu yang mengganggu pikiranmu?” selaknya.





Aku terdiam sebentar sebelum menggangguk. Aku terus menatapnya yang tengah memikirkan sesuatu.







“ Halmeoni selalu mendukungku walau yang kulakukan kali ini tidak cukup baik untuk mendapat dukungannya. Tapi ia tak akan melakukan apapun, percaya padaku.” Ia meyakinkanku, dan sialnya memang terdengar sangat meyakinkan.






Memang tidak sulit mempercayai ucapannya, karena akupun tak pernah berpikir halmeoni akan melakukan sesuatu yang akan menyulitkanku di kemudian hari. Aku percaya ia tak memiliki niat jahat apapun, walau baru kemarin ia meninggalkanku di pasar.  Tapi aku percaya. Namun bukan itu yang kutakutkan. Aku hanya, aku hanya merasa malu. Ucapan halmeoni tadi membuatku begitu malu.






“ Sekalipun ia membencimu, ia tidak akan menyakitimu dengan cara apapun,”






Aku mengalihkan pandanganku yang sejak beberapa detik lalu jatuh ke lantai, aku menatap Minsoo yang masih kelihatan tenang. Oh…kapan wajahnya yang tenang itu akan terlihat kacau?





“ Ia tidak seperti karakter antagonis di drama.”






*****   






Author POV






Setelah berbicara dengan Minsoo, Hyunra keluar dari kamar. Ia melangkah menuju dapur, menghampiri halmeoni yang sedang sibuk dengan masakannya. Wanita tua itu terlihat mondar-mandir. Sebentar membuka tutup panci berisi supnya, kemudian beralih menengok nasinya yang belum tanak.






“ Ada yang bisa kubantu?” tanya Hyunra begitu sampai di penghujung dapur.






Wanita tua itu menatapnya sejenak sebelum melemparkan celemek berwarna merah muda ke arahnya.





“ Awasi sup ini,” perintahnya sambil mengarahkan wajahnya pada panci berisi kuah sup yang tengah bergejolak.






Hyunra segera melaksanakan tugasnya. Ia membuka tutup panci yang berembun, ia kemudian mengambil sebuah sendok untuk mencicipi rasa kuah sup itu. Ditiupnya cairan tersebut sebelum mengecap rasanya, ia terdiam sejenak. Kurang garam, pikirnya. Dengan cekatan tangannya menambahkan sejumput garam kemudian mengaduk sup tersebut.






“ Bisa membantuku membersihkan ikan di dalam plastik itu?”







Hyunra lantas mengarahkan pandangannya pada plastik hitam yang berada tak jauh dari keberadaan halmeoni. Ia mengangguk, kembali melakukan pekerjaannya tanpa mengeluh. Ia mengeluarkan ikan yang sudah dipotong dan dibersihkan isi perutnya dari dalam plastik kemudian meletakannya ke dalam sebuah mangkuk plastik. Ia berpindah lagi menuju wastafel untuk mencuci ikannya.





Kesibukan di dalam dapur terus berlangsung hingga semua hidangan makan malam matang. Hyunra terlihat sibuk menuangkan sup ke dalam mangkuk, sementara halmeoni sibuk dengan ikan panggangnya.





“ Biar bagaimanapun, terimakasih,” ucap halmeoni.





Hyunra mengalihkan pandangannya sekilas, menatap wanita tua itu sejenak kemudian kembali memperhatikan pekerjaannya.




“ Aku memang bukan tipe yang mudah akrab dengan orang baru, tapi aku berharap bisa berhubungan baik denganmu,” Tukas halmeoni yang membuat  Hyunra menoleh dan mengulas senyum.









TBC

Akhirnya…aku publish ini!!!!!
Publishan pertama di tahun ini!!! oke…
Eumm…ini emg bukan sesuatu yg ditunggu bgt..plis,,part ini tuh pendek bgt..but, inilah yg harus kutulis buat part empat yg kehadirannya aja ampe makan waktu banyak. Gak banyak yg dibahas di part ini, tapi di part ini udh mulai kebongkar siapa minsoo sebenernya. Dia itu animator, anak orang kaya, dan anak bermasalah semasa remajanya. Walaupun part ini suck to the max, aku harap kalian memaklumi. Aku bakal ngebongkar satu persatu ceritanya minsoo entah itu di masa lalu atau di masa sekarangnya. Aku juga bakal mulai ngebahas perasaannya hyunra ke minsoo, terus hubungan mereka ke depan dan blabla.. But I will make it slow. Aku enggak mau alurnya kecepetan dan terkesan maksa.

Say the truth, aku bingung gimana ngelanjutin ff ini. sumpah…ff ini udh aku tinggal ckup lama. Dan aku bikin ff ini tuh pas lagi keranjingan CAP, aku tuh kya ksurupan pas nulis part 123. Gimana sih pas lagi gila-gilanya suka ama idol? Nulis gitu aja pdhl ga mikir gimana alurnya atau bakal ngebahas apa di ff ini. Pas aku baca ulang, akhirnya aku nyesel bgt udah publish ff ini. Dan aku udah ga tau ini harus digimnain lagi, akhirnya aku tinggal. Terakhir kali aku update ff ini tanggal 13 desember 2013. Berarti udah setahun.

Aku makin bingung ini ff harus digimanain.. Apa aku harus bikin Hyunra berantem ama neneknya minsoo tiap hari, terus minsoo belain ampe akhirnya minsoo-hyunra suka satu sama lain, terus aku bikin adegan dewasa mumpung mereka sekamar, terus akhirnya mereka cinta beneran. Tapi nenek sama keluarganya minsoo nentang mereka, sampe akhirnya mrka berjuang buat dapet restu and blabla…just like the other drama.. tapi enggak, aku enggak mau kayak gitu..

Aku emg gak yakin juga bisa bikin ff ini lebih berkembang lg alurnya, karena dri awal ff ini udh ngaco. Tapi, aku bakal nyoba lebih baik lagi. mungkin gak bkl terlalu wah, tpi I will save the rest.. Tapi kayak tujuan awal ff ini dibuat, ff ini tuh bakal beralur ringan dan menyenangkan. Tenang…ff ini ga bakal selebay another Cinderella story atau se-mainstream we got married-kalo ini aku ga yakin, hehehe-

Pokoknya ff ini ttp bkl beralur kya tujuan awalnya, tpi mungkin scene-scene bikin muntah ala we got married joo-hyuk couple bkl minim bgt di ff ini. Oke…pokoknya itu aja. Maaf buat siapapun yg udh nungguin ff ngaco ini, sumpah bukannya mau merendah biar ga dibilang sombong, tpi ff ini emg enggak bgt..makasih juga buat yg udh baca..makasih!!! muah-muah deh buat kalian…I’ll try ma best^^..

Thx,

GSB

Comments

Popular Posts