THE SERIES OF UNDERGROUND: Forced Marriage - 정직 (Honesty)




Park Jimin  <  >  Lim Chaerin


- Adult Romance -
(AU - Alternate Universe)



o   O   O   O   o





Ketuka Sehun sudah tidak terlihat lagi, Jimin lantas menatap Chaerin yang membisu dengan tajam. Rasanya ia ingin menarik wanita itu untuk dibawa ke apartemennya, lalu memaksanya masuk ke kamar, dan menjadikan wanita itu sebagai miliknya seorang. Namun ia tidak bisa. Ia tidak seberengsek itu. Ia bukan seorang penjahat kelamin yang hanya menginginkan tubuh wanita sekali pun ia suka bermain dengan banyak wanita.



Terlebih ini adalah Lim Chaerin. Sosok yang telah dengan lancangnya menginvasi dirinya hingga tidak ada hari tanpa memikirkan wanita itu. Membuat ia begitu bersemangat setiap kali akan menjalani harinya.



Jimin berdeham. Mencoba menarik atensi Chaerin yang entah berada dimana. Apakah ia tengah memikirkan pria pucat itu atau tengah memikirkan alasan pertemuannya dan tindakan pria itu? Itulah yang ada dipikiran Jimin.



Chaerin tersentak. Kepalanya terangkat dan matanya langsung bertemu dengan obsidan hitam Jimin yang terasa mengintimidasinya.



“Sepertinya kamu lupa apa yang telah aku katakan pada mu Nona Lim?”



Jimin menyunggingkan senyum miring bersamaan dengan kakinya yang melangkah mendekat. Kepalanya perlahan menunduk agar matanya dapat sejajar dengan milik Chaerin.



“Bagaimana ciuman yang ia berikan? Apakah kamu menikmatinya? Bagaimana jika dibandingkan dengan yang kamu terima kemarin? Dan ‘princess’, apakah kamu menyukai panggilan itu?”



Ucapan bernada sindirian itu disampaikan Jimin dengan berbisik agar tidak ada yang mendengar selain dirinya dan tentunya Chaerin. Tiba-tiba tangannya terangkat dan menyentuh pipi Chaerin dimana Sehun mendaratkan bibirnya. Mengusapnya dengan ibu jari hingga membuat Chaerin merasakan gelenyar aneh yang menyerang seluruh saraf tubuhnya. Membuat tubuhnya terasa meremang, dan semakin meremang saat Jimin terus memangkas jarak antara wajah mereka hingga hidung mereka hampir bertemu dan ia dapat merasakan hembusan hangat dari sana.



Chaerin takut. Lantas memejamkan matanya rapat-rapat karena tidak berani melihat apa yang akan dilakukan Jimin padanya.



Di lain sisi, Jimin semakin melebarkan senyum miringnya saat melihat Chaerin menutup mata kencang dengan tubuh yang bergetar. Ketakutan Chaerin tidak menghentikan Jimin untuk semakin menghilangkan jarak di antara mereka. Tangannya yang bebas lantas menarik pinggang wanita itu hingga tubuh mereka menempel tanpa celah. Wajah yang memang sudah dekat semakin ia majukan. Tidak mengarah pada permukaan wajah Chaerin, tetapi sisi kanan wajahnya.



“Apakah aku harus memberikan hukuman untukmu yang telah mengabaikan ucapanku?” Bisiknya ditelinga Chaerin.



Chaerin segera membuka matanya. Ia juga langsung mendorong tubuh Jimin menjauh. Dengan sedikit kesusahan –karena gugup– ia menelan salivanya. Menatap ragu-ragu Jimin yang terlihat begitu menikmati ketakutannya dengan aura yang tetap mengintimidasi.



“A-Aku ingin bicara.”



Jimin menaikkan sebelah alisnya. “Bicaralah. Memang itu yang harus kamu lakukan sekarang, babe. Ah.. atau haruskah aku memanggilmu princess seperti dia?”



Chaerin menghela kasar. Kesadarannya akhirnya kembali setelah berulang kali mendengar kalimat sindiran yang dilayangkan Jimin. Ia mendengus sebelum menatap Jimin lekat. Tatapan yang beberapa saat lalu lenyap dari dirinya hanya karena kemunculan pria itu yang tiba-tiba di tengah perbincangan penting dirinya dengan Sehun.



Oh.. ada apa dengan tatapanmu? Apakah princess marah?”



Lagi, Jimin menyindirnya. Membuat ia menjadi muak karena terus disudutkan seperti pencuri yang tertangkap basah sedang mencuri.



“Berhenti Park!” Chaerin memperingati. Namun Jimin malah tertawa sinis.



“Ternyata princess benar-benar marah.”



“Park Jimin!” Chaerin memekik tertahan. Matanya berkilat marah. Tangannya sudah terkepal dengan kencang di sisi tubuhnya. Bersiap untuk melayangkan tinju ke wajah Jimin untuk membuat Jimin berhenti menunjukkan ekspresi seakan ia berselingkuh di belakangnya.



“Kita cari tempat lain untuk bicara. Di sini terlalu ramai.” Putus Chaerin.



Dengan tanpa menunggu jawaban Jimin, Chaerin segera mengambil tas dan ponselnya yang berada di atas meja. Memutar sedikit tubuhnya agar tidak bertabrakan dengan Jimin. Dan melangkah pergi meninggalkan tempat pertemuannya dengan Sehun.



“Ikuti aku dari belakang.” Ujar Chaerin kelewat dingin tanpa menatap Jimin yang berada di belakangnya. Ia lantas membuka pintu mobilnya sebelum kembali ditutup oleh Jimin.



“Kita pergi bersama dengan mobilku.”



Chaerin memutar tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan. Berbeda dengan sebelumnya, tatapan Chaerin terlihat lebih dingin dengan wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Membuat Jimin sedikit terkejut dengan perubahan drastis Chaerin.



“Kita membawa mobil masing-masing, Tuan Park! Aku tidak akan meninggalkan mobilku. Jadi pakai mobil masing-masing, dan kau ikuti aku dari belakang.” Putus Chaerin tetap dengan suaranya yang terkesan dingin.



Sabar Chaerin. Kamu hanya perlu menahannya sedikit lagi dan meledaklah nanti., batinnya.



Chaerin memutar tubuhnya. Lagi, tangannya terulur membuka pintu mobil dan akhirnya ia bisa masuk. Ia menutupnya dan menghidupkan mesin mobil. Dirinya bersiap untuk pergi tetapi tertahan sebentar untuk menunggu Jimin yang baru saja memasuki mobilnya. Setelah dirasa Jimin telah siap, ia mulai melajukan kendaraan roda empatnya itu. Berkendara ke sebuah tempat yang menjadi tempat kesukaannya.



Perjalanan untuk sampai di tempat tujuan Chaerin yang tidak diketahui Jimin berlangsung cukup lama. Mobil putih Chaerin segera berhenti pada salah satu titik terbaik yang ia temukan di area parkir. Sementara Jimin memarkirkan mobilnya selang dua mobil dari Chaerin.



Chaerin menutup pintu mobilnya dan merajut langkah menuju jalan setapak yang tidak jauh dari mobilnya terparkir. Ia pergi tanpa menunggu Jimin yang baru saja mengunci mobilnya dan dengan langkah lebar dan cepat mengikuti dirinya. Tidak jauh dari jalan setapak itu, terdapat sebuah kursi taman yang diapit pohon besar dengan pemandangan danau di depannya. Chaerin segera menghampiri kursi tersebut dan duduk di sana.



Suara cicitan burung langsung menyapa pendengarannya bersamaan dengan angin yang berhembus dan menyapu permukaan wajahnya hingga rambutnya sedikit berterbangan. Chaerin memejamkan mata menikmati keindahan alam di hadapannya. Hingga suara derit terdengar dan ia merasakan hawa panas tubuh lain di sampingnya. Chaerin membuka matanya perlahan dan menjatuhkan fokusnya pada danau di depannya.



Jimin dan Chaerin sama-sama diam. Keduanya tengah menikmati alam yang asri yang jarang sekali mereka rasakan. Namun Jimin tidak bisa begitu menikmatinya karena pikirannya masih terganggu dengan wajah Sehun yang ingin sekali ia habisi dengan tangannya.



Ugh.. sampai kapan harus diam? Aku lelah!, gerutunya dalam hati.



Jimin melirik sejenak pada Chaerin yang tampak begitu menikmati angin yang berhembus dan teduhnya tempat mereka karena pohon besar. Kemudian ia berdeham untuk menarik atensi wanita itu sekaligus membuka pembicaraan.



“Apakah kamu tidak akan berbicara?”



Chaerin menoleh kepada Jimin sebelum kembali melayangkan tatapannya pada danau.



“Apa yang ingin kamu tahu? Cepat tanyakan.”



Jimin berdecih. “Kamu berhutang penjelasan padaku, Chaerin. Jadi cepat jelaskan sebelum aku benar-benar akan memberikan hukuman untukmu!”



Chaerin menghembuskan napasnya yang terasa berat dan sesak di dada. Kenyataan baru saja menghantam ingatannya. Ia yang mengajak pergi karena tadi dia ingin bicara dengan Jimin tanpa ada gangguan. Kenapa dirinya bisa lupa?



“Aku yang mengajaknya bertemu. Aku ingin meminta pendapat sekaligus saran darinya. Lalu tiba-tiba kau datang.”



“Jadi kamu menyalahkan aku yang datang dan mengganggu pertemuan kalian?”



Chaerin akhirnya menoleh. Ia melihat Jimin tengah tersenyum sinis padanya. “Aku tidak mengatakan hal itu dan tidak berpikiran seperti itu. Kau yang mengatakannya sendiri, Park. Jadi jangan salahkan aku.”



Oke.. kali ini Chaerin benar. Dirinya tidak mengatakan apa pun selain kedatangan pria itu. Dia tidak menyalahkan atau menuduh Jimin. Yang berpikiran hal itu kan pria itu sendiri.



Kini Jimin yang menghela napasnya. Namun tatapan sinisnya tetap bertahan untuk Chaerin. “Lalu apa yang kalian bicarakan? Kenapa meminta bantuanya? Kenapa tidak kepadaku yang-”



Chaerin mengerang frustasi. Membuat Jimin berhenti berkata dan menatapnya terkejut.



“Karena ini tentangmu Park! Bagaimana bisa aku berbicara mengenai dirimu pada dirimu sendiri?! Aku tidak gila Park Jimin.” Teriaknya bersama emosi yang ia pendam sejak di restoran.



Jimin mengerjap cepat. Ia tidak menyangka dengan jawaban Chaerin. Wanita itu membicarakan mengenai dirinya?



“Apakah kau juga ingin tahu apa yang aku bicarakan dengan Sehun?” Tanya Chaerin masih dengan emosi yang menggebu.



Jimin diam. Ia masih terkejut sehingga tidak tahu harus menjawab apa.



Karena tidak mendapat jawaban, Chaerin menyimpulkan bahwa pria itu memang ingin mengetahuinya. Lagi pula kenapa tidak diberitahu sekalian. Toh ia sudah tahu bahwa Chaerin baru saja membicarakan tentang dirinya bersama dengan pria lain, yang notabene-nya adalah sahabatnya sendiri.



“Baik, aku akan memberitahumu.” Chaerin mengusap rambutnya ke belakang. “Aku meminta pendapat Sehun mengenai sifat berengsekmu. Aku tidak bisa lagi memikirkannya sendiri. Aku butuh orang lain yang bisa mendengarkan dan memberikan pendapatnya secara objektif. Dan Sehun adalah orang yang tepat. Dia sahabatku, dia bisa menjaga rahasia, dan yang terpenting adalah dia seorang pria sama sepertimu.”



Chaerin tertawa remeh saat akan melanjutkan kembali penjelasannya.



“Dan kau tahu saran apa yang ia berikan padaku untuk masalah keberengsekanmu itu, Park Jimin?” Tanya Chaerin sinis dengan nada yang menyindir, sama seperti yang pria itu lakukan saat di restoran tadi.



Lagi, Jimin tidak memberikan jawaban. Ia hanya diam dan menatap Chaerin.



Chaerin tergelak sinis. “Dia menyarankan untuk langsung bertanya kepadamu, kenapa kau menjadi pria berengsek? Kenapa kau bermain wanita? Kenapa kau... Argghh!” Chaerin berteriak frustasi, tidak dapat melanjutkan ucapannya lagi.



Tiba-tiba Chaerin menoleh. Mempertemukan manik dirinya dengan milik Jimin. Mencoba mencari tahu isi pikiran pria itu setelah mendengar penjelasannya, karena hingga detik itu Jimin sama sekali tidak memberikan reaksi apa pun. Hal itu membuat Chaerin semakin frustasi. Pasalnya ia semakin larut dalam kebingungannya sendiri.



Tangannya kembali terangkat ke udara. Menyentuh rambutnya yang berterbangan karena angin dan mengusapnya ke belakang.



“Sekarang berikan jawaban mengenai sifat berengsekmu itu, Park! A-Aku..”



Chaerin tiba-tiba tercekat. Ia tidak dapat melanjutkan ucapannya. Memori masa lalu membuat dirinya kehilangan semua kekuatannya. Membuat air mata yang tidak pernah lagi mengalir dipipinya kini memaksa ingin keluar. Chaerin tidak ingin itu terjadi! Ia tidak ingin Jimin melihatnya menangis karena hal yang bukan kesalahannya. Ia tidak ingin pria berengsek di sampingnya mengasihani atau bahkan memanfaatkan kelemahannya.



Namun sayang seribu sayang, cairan bening yang memenuhi pelupuk matanya begitu banyak hingga sulit sekali bagi Chaerin untuk mengendalikannya agar tidak jatuh dan membentuk genangan di pipinya. Akhirnya satu tetes air mata jatuh. Ia buru-buru menyekahnya dengan kasar dan berharap Jimin tidak melihatnya. Tapi tidak bertahan lama, bulir kristal lainnya jatuh bahkan semakin banyak, saat kesedihan masa lalu kembali memenuhi relung dadanya. Menimbulkan rasa sesak yang membuat Chaerin tanpa sadar memukul dadanya.



Jimin tentu saja terkejut dengan Chaerin yang tiba-tiba menangis. Padahal wanita itu sebelumnya terlihat begitu marah.



Namun sifat ingin pelindung yang ia miliki membuat Jimin secara cepat menarik lengan Chaerin. Menarik tubuh wanita itu ke dalam rengkuhannya. Membenamkan wajahnya pada dada bidangnya. Memeluknya dengan erat hingga ia dapat merasakan getaran karena tangisan itu.



Chaerin memberontak. Tidak ingin berada dalam rengkuhan siapa pun, termaksud Jimin. Ia tidak butuh siapa pun. Ia biasa sendiri dan lebih baik sendiri. Namun Jimin tidak serta merta melepaskannya. Ia sama kerasnya dengan Chaerin. Tetap bersikukuh untuk merengkuh Chaerin hingga wanita itu tenang. Membiarkan kemejanya basah oleh air mata Chaerin.



Pada akhirnya ia menyerah. Pasrah dan membiarkan dirinya menangis dalam diam di dada pria itu. Kepalanya mulai terasa pening karena terus berusaha untuk membendung tangisnya. Biarlah kali ini ia terlihat lemah di depan orang lain. Biarkan ini menjadi yang pertama dan tentunya terakhir. Setelah ini Chaerin bersumpah pada dirinya dan langit di atas bahwa ia tidak akan menangisi masa lalunya di hadapan siapa pun, termaksud sang Ayah.



Chaerin adalah wanita yang tidak akan menangis lama sekali pun rasa sakitnya terlalu besar. Ia menangis hanya untuk mengeluarkan sedikit rasa sakitnya sebelum melakukan hal yang lebih berguna dibandingkan menangis. Karena menangis hanya akan membuat kepalanya sakit, matanya perih dan membengkak, pipinya basah, dan wajahnya menjadi berantakan.



Begitu pun dengan hari itu, ia hanya meminjam dada Jimin selama 5 menit sebelum akhirnya menjauh dari tubuh yang memberikan kehangatan untuknya. Sedikit tidak terima untuk kehilangan kehangatan itu, tetapi ia juga tidak ingin berlama-lama dalam pelukan Jimin karena dirinya tidak ingin terjerumus pada keadaan yang lebih buruk dari pada saat ini.



Ia menarik napasnya, dalam dan semakin dalam. Menghembuskannya berkala. Kemudian menarik lagi dan menghembuskannya lagi hingga dirinya merasa tenang. Setelah merasa matanya sudah tidak dipenuhi air mata. Setelah denyutan kepalanya perlahan sirna. Ia berdeham untuk mempersiapkan tenggorokannya. Kepalanya perlahan berputar guna melihat wajah Jimin yang masih diam menunggunya.



“Maaf..” adalah kata pertama yang dapat terpikirkan oleh Chaerin setelah menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Jimin, pria berlebel berengsek dihidupnya.



“Tidak apa. Tapi, apakah-”



“Jangan pedulikan. Aku hanya ingin kau menjawab, kenapa kau menjadi pria berengsek dan suka bermain wanita? Jawab dengan jujur karena ini akan menjadi pertimbanganku. Karena aku tahu, semua usahaku tidak akan bisa menghentikan rencana gila Ayahku dan Ayahmu.” Selaknya sebelum Jimin selesai dengan kalimatnya yang terdengar khawatir ditelinga Chaerin. Khawatir atau kasihan? Itulah yang Chaerin pikirkan.



Bagian terdalam hatinya, ia masih belum bisa tenang setelah melihat Chaerin menangis. Begitu pun sisi terpencil diotaknya yang kini dipenuhi dengan pertanyaan ‘mengapa Chaerin menangis?’. Sayang Chaerin yang sebelumnya lemah kini telah kembali menjadi sosok kuat yang keras kepala. Hingga tidak memungkinkan untuk Jimin mencari tahu mengenai tangisan Chaerin sekali pun ia sangat ingin mengetahuinya. Biar, ia bisa menanyakannya nanti atau mencari tahu sendiri. Ia bisa meminta bantuan anak buahnya untuk hal itu.



Jimin memalingkan pandangannya. Menatap danau dan menikmati angin yang masih berhembus ringan. Napasnya tertarik dan dihela pelan.



“Sebenarnya apa yang aku lakukan tidak seburuk yang Ayah katakan. Aku akui kalau aku memang suka bermain wanita, menikmati setiap sentuhan mereka yang meningkatkan gairah seksku, tapi itu semua tidak seburuk yang Ayah pikir dan katakan. Termaksud yang kamu yakini, karena kamu mengamini ucapan Ayah siang itu.”



Hening sejenak saat Jimin mengatupkan mulutnya dan menatap ke depan seakan menerawang apa saja yang ia lalui selama ini.



“Kenapa aku bilang aku tidak seburuk seperti yang kamu pikirkan, karena memang selama ini aku tidak pernah melakukan seks dengan wanita mana pun. Yang aku lakukan hanya sebatas making out tidak lebih.”



Kepalanya menoleh untuk menemukan Chaerin yang menatapnya kesal.



“Itu sama saja berengsek!” Desisnya pelan tetapi masih dapat Jimin dengar.



Jimin menyunggingkan senyum kecilnya. “Aku tahu. Tapi aku hanya pria biasa. Aku memiliki nafsu yang perlu kusalurkan. Dan jalan satu-satunya adalah dengan bermain wanita. Beruntung self control-ku tidak buruk, jadi aku tidak melakukan seks bebas.”



Chaerin mendecakkan lidahnya. Kesantaian Jimin dalam berkata membuat Chaerin kesal, sangat kesal! Kenapa Jimin bisa sesantai dan sebiasa itu saat menceritakan semua keburukannya? Apakah ia tidak punya malu? Ah.. mungkin karena itu. Atau memang karena dia sudah ditakdirkan untuk menjadi pria berengsek, karena itu dia sangat biasa saja.



Dasar bajingan!, makinya dalam hati.



“Kemudian setelah menikah nanti?”



Jimin menaikkan sebelah alisnya. Menatap manik Chaerin yang langsung diputus begitu saja oleh sang pemilik. Senyum miring pun terukir saat ia mengerti maksud dari pertanyaan itu. Semua itu karena sang calon istri yang langsung memalingkan kepalanya saat ia tatap.



“Menurutmu bagaimana?”



Chaerin kembali memutar kepalanya. Menatap sengit Jimin yang malah balik bertanya.



“Mana aku tahu!”



Kekehan lembut terdengar dari Jimin.



“Untuk apa aku bermain wanita jika sudah menikah. Bukankah ada istri yang bertugas untuk melayani suami, hm.”



Jimin sengaja menggunakan nada yang menggoda karena ingin membuat wanita di depannya bersemu merah. Wajah Chaerin yang memerah itu lucu. Dan Jimin menggilainya sejak pertama kali melihatnya di ruangan Chaerin malam itu.



“Ayolah Park, kau harus serius sekali ini saja. Sekarang aku tidak ingin mendengar omong kosongmu.” Sahut Chaerin jengah.



“Aku tidak bercanda babe. Aku serius, bahkan keseriusanku melebihi saat mencoba memenangkan proyek besar.” Balas Jimin dengan menggeser duduknya mendekat pada Chaerin.



Masih dengan menatap lekat obsidan Chaerin. Ia semakin menarik salah satu sudut bibirnya dan berkata. “Aku tidak akan bermain wanita lagi, dan itu janjiku padamu.” Ia menjedanya. Sengaja untuk memberikan sedikit waktu kepada Chaerin. Ia lantas meraih tangan Chaerin untuk digenggam.



“Aku tidak akan mengingkari janji kepada Tuhan. Karena itu adalah tindakan pengecut dan aku bukan pengecut. Dan seperti yang aku katakan, aku sudah memilikimu, untuk apa bersama wanita lain yang tidak kukenal. Selain itu...” Jimin kembali memberikan jeda yang membuat dahi Chaerin mengerut bingung.



Lantas ia mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Chaerin. “Aku yakin kamu bisa memuaskanku di ranjang kamar kita nanti, Lim Chaerin.” Bisiknya seduktif.



Mendengar suara berat yang dibarengi dengan hembusan hangat ditelinganya dan tak lupa kalimat ajaib Jimin membuat tubuhnya meremang. Chaerin menatap nyalang Jimin dan menarik paksa tangannya dari genggaman pria itu. Tubuhnya seketika berdiri tegak.



“Kau memang Park Fucking Jimin, Park!”



“Hei.. tapi aku serius!” Teriak Jimin dengan kekehan saat Chaerin melenggangkan kakinya pergi.



“Iya.. aku serius Chaerin. Aku serius kepadamu dan tidak akan melakukan sesuatu yang akan menyakitimu, termaksud bermain wanita. Karena... aku menyayangimu.” Gumamnya sembari terus memerhatikan Chaerin yang mulai berjalan jauh meninggalkannya. Bibirnya terkembang membentuk senyum tulus yang tidak pernah bahkan ia sangka akan terbentuk.



Chaerin buru-buru membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Kemudian menyandarkan tubuhnya dengan telapak tangan yang memegangi dadanya.



“Kenapa kencang sekali?”



Ia memejamkan matanya. Berusaha untuk menormalkan debaran didadanya yang seperti habis lari jauh. Ini sungguh gila! Ia tidak pernah merasakan debaran secepat itu. Tapi hanya karena seorang Park Jimin, akhirnya ia merasakan debaran anomali tersebut. Sungguh, apa yang telah terjadi dengan dirinya?



Apakah yang Sehun katakan benar? Apa ia sudah mulai memiliki rasa untuk pria berengsek itu? Tapi kenapa? Kenapa ia bisa menyukai pria yang sudah ia ketahui sifat buruknya?



“Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?” Keluh Chaerin masih dengan memukuli dadanya.



Lim Chaerin.. apakah kau benar-benar menyukainya? Ayolah hati bantu aku!, batinnya.



To be continued



Hihihi aku enggak tau nih mau ngomong apa.
I already talked too much on the last updated story.
As I know, I wanna say thanks for all of you and sorry for the very late update.
Hope I can come back very soon with Jimin hehe..
Be patient guys because Forced Marriage only has 2 last episodes and we can see how Jimin's and Chaerin's love life.
So here is the last, see ya
감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts