TO MANY BAD PEOPLE THE SERIES: Minhyo's Diary - Part 1


 

 Cast: Kang Minhyo (OC)


Genre: Ori-Fic, Daily Life

 

*

*

*

 

Usiaku kini baru menginjak dua puluh tahun. Namun di awal usia kepala duaku ini, aku sudah harus dihadapkan dengan kenyataan yang begitu menyakitkan. Dan inilah  kisahku...

 

 

 

*   *   *   *

 

 

 

Aku tidak tahu harus memulai ini dari mana. Kenyataan yang tadi baru kuketahui sangat membuat aku terkejut. Rasanya ingin sekali untuk pergi sejauh mungkin agar tidak ada lagi kenyataan-kenyataan lain yang akan membuatku menjadi semakin terlihat menyedihkan.

 

Ini dimulai saat aku menaruh simpatik pada sosok benama Park Junsu. Dia adalah teman sekelasku. Selama tiga tahun kami sekelas. Tapi aku baru menaruh simpatik padanya saat kami duduk di bangku kelas tiga.

 

Awalnnya semua berjalan biasa saja. Tali pertemanan yang kami jalani sama seperti orang-orang pada umumnya. Hanya saja, saat ia sering berkunjung ke rumahku dengan maksud untuk menghilangkan rasa penat karena tugas-tugasnya, perasaanku ini malah berubah menjadi yang sedemikian rupa.

 

Aku berusha untuk meredam perasaan yang selalu bergejolak setiap kali kami bersama. Tapi semakin aku menahannya, semakin dahsyat rasa suka yang kurasakan pada Junsu.

 

Namun semua itu berakhir saat tiba-tiba saja ia menjauhi diriku. Aku tidak tahu kenapa ia bertindak seperti itu. Seingatku, aku tidak pernah melakukan hal-hal yang membuatnya marah bahkan menyinggung perasaannya –sedikit pun aku tidak pernah.

 

Tapi entah kenapa hari itu dia berubah. Ia tidak pernah lagi berbalas pesan denganku. Bahkan sekedar untuk membaca pesanku saja tidak. Tak hanya itu saja, ia juga tidak lagi berkunjung ke rumahku. Ia lebih memilih menghilangkan penatnya disalah satu kedai yang dekat dengan sekolah.

 

Keadaan itu  terus berlanjut hingga kami lulus dan memasuki bangku perkuliahan. Kami memang tidak berada di kampus yang sama, dan itu sangat membuat kusenang. Setidaknya aku tidak perlu melihat wajahnya yang hanya akan membuat kukesal. Tetapi masalahnya adalah, setiap kali aku bertemu dengan teman-temanku, pasti mereka akan menanyakan Junsu padaku.

 

Oh Tuhan... rasanya ingin kuteriaki mereka bahwa aku bukanlah baby sitter pria itu!

 

Tapi kenyataannya, aku hanya tersenyum dan kemudian berlalu pergi.

 

Dan kini sudah dua tahun aku dan Junsu tak bertemu. Itu terjadi karena aku selalu menghindari pria itu dan sepertinya Junsu juga melakukan hal yang sama. Namun sepertinya Tuhan tak sependapat dengan aku. Karena kemarin, saat aku pergi menemani Jinsil, pria itu muncul di hadapanku dengan tersenyum seperti tak pernah terjadi apa-apa.

 

Bingung?

 

Tentu saja! Bahkan aku tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapnnya. Apakah aku harus bersikap seperti dulu? Atau aku boleh bersikap dingin padanya?

 

Dan jawabannya adalah.. aku memilih untuk menjauhi Junsu. Tidak bertatap muka dan tidak berbicara dengannya. Biarkan saja Jinsil yang meladeni pria itu. Toh mereka memang juga sudah dekat sebelumnya.

 

Namun bukan itu yang membuat aku terkejut. Bukan karena pertemuan pertama kami setelah dua tahun tidak bertemu. Tapi karena sebuah pesan singkat antara Jinsil dan Junsu yang kubaca melalui ponsel Jinsil.

 

Pesan yang membuat hatiku seperti tertusuk benda tajam. Pesan yang membuat aku hampir menjatuhkan ponsel Jinsil karena tidak percaya. Dan pesan yang akhirnya membuat aku sadar bahwa Junsu memang bukan pria yang baik.

 

Kalian tahu apa isi pesannya?

 

Isi pesan tersebut adalah mengenai perasaan tidak suka Junsu padaku! Ya.. pria itu tidak menyukaiku!

 

Lalu kenapa ia tetap dekat denganku??

 

Itu karena Junsu merasa tak enak hati dan terlalu nyaman saja dengan keadaan. Ia takut aku marah dan memusuhi dirinya kemudian menjauh saat ia tengah dalam zona terbaiknya. Dan saat kami lulus, itulah saat yang tepat menurutnya untuk menjauhi diriku.

 

Oh Tuhan... seharusnya aku mendengarkan ucapan teman-temanku. Seharusnya aku tidak seegois ini. Apa yang mereka katakan benar! Junsu hanya memanfaatkanku untuk kesenangannya. Dan kini aku menyesal. Sangat menyesal karena tidak mendengarkan mereka, terlebih Eun Ra yang selalu kubuat kesal karena cerita-ceritaku mengenai Junsu.

 

 

Tanpa sadar helaan lolos begitu saja dari bibirku. Rasanya beban berat yang kupikul selama menulis  ini terembus bersamaan dengan napasku yang kukeluarkan. Dan aku harap beban yang masih bersarang di dalam hati ini akan segera menghilang bersama dengan tekad bulat untuk berhenti memikirkan Junsu.

 

Bukankah masih banyak pria di muka bumi ini? Jadi untuk apa aku terpaku pada satu pria yang hanya memanfaatkanku saja. Seperti yang dikatakan Seulbin, jika satu pria pergi maka akan datang ribuan pria ke hadapanmu.

 

Aku lantas menutup buku diary-ku. Hari ini masih begitu panjang. Dan tak seharusnya aku hanya berdiam diri di kamar. Lebih baik aku mengunjungi rumah Seulbin. Siapa tahu disana aku  bisa mendapatkan hal menarik untuk tugas desainku yang tak berkesudahan ini.

 

 Fin.

 

 

 감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts