Broken Sinner: Comeback (Part 12)



Drama, Family, Hurt

(AU - Alternate Universe)


.

.

.

.

.


Embusan angin dengan matahari yang tidak bersinar terik membawa kehangatan bersama kesejukan bagi perempuan dengan koper yang ditarik di belakangnya. Ia memejamkan mata. Menghirup dalam-dalam udara bandara dimana ia tinggal sebelum memutuskan untuk pergi guna melanjutkan pendidikan. Saat kelopaknya kembali dibuka, obsidian kecoklatan itu mulai memindai sekelilingnya. Senyum kecil terukir kala pikirannya menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan signifikan antara sekarang dan lima tahun yang lalu saat kepergiannya.


“Hei Chaerin!”


Chaerin menoleh. Sudut bibirnya semakin tertarik hingga membentuk lengkungan yang lebih besar.


“Menyebalkan. Kenapa kamu meninggalkan ku?”


“Maaf, aku terlalu merindukan Korea Jung.” Balasnya yang diikuti kekehan kecil. Melihat sosok di depannya cemberut, rasanya ia ingin mencubit pipi tembam itu.


Sosok itu mendengus. “Apa kamu lupa jika aku juga warga Korea yang merantau seperti dirimu? Aku juga merindukan kampung halamanku, tidak hanya kamu Lee! Tapi aku tidak meninggalkan mu sekali pun aku ingin segera pulang.”


Mendengar gerutuan tersebut membuat Chaerin semakin berusaha untuk menahan gelak tawanya. Wajah laki-laki di depannya begitu lucu dan semakin lucu saat ia berusaha terlihat marah dan kesal. Pipi yang sedikit berisi dengan mata yang bulat dan jangan lupakan dua gigi depannya yang seperti kelinci. Tidak salah jika ia menjuluki saudara sahabatnya itu sebagai bunny guy.


“Maafkan aku Jeon Jungkook. Aku hanya terlalu bersemangat.” Chaerin menjeda sejenak. Terkekeh pelan sebelum bibirnya kembali berucap, “Bagaimana kalau kita pergi? Aku lelah, dan aku tahu kamu juga lelah. Dan sebagai permintaan maaf, aku akan memasakkan makanan untuk mu.”


Matanya berbinar. Bibirnya lantas ikut mengembang saat mendengar tawaran Chaerin.


“Baiklah, aku menerima permintaan maaf mu. Kalau begitu ayo kita pulang sekarang!”



*  *  *  *



Rasanya sulit sekali menghirup oksigen saat tubuh mungilnya di dekap erat oleh sosok laki-laki tinggi berbadan kekar ini. Dadanya terhimpit oleh tubuh besar itu sementara kepalanya hanya dapat menempel pada dada bidang laki-laiu itu. Ia memejam kuat saat merasakan pasokan udara di paru-parunya sudah mulai menipis. Memukul pelan punggung laki-laki itu guna memberitahukan ketidakmampuannya untuk bernapas akibat pelukan yang diterimanya.


Sosok laki-laki itu perlahan mengendurkan rengkuhan tangannya. Membawa tubuhnya sedikit menjauh dan sedikit menunduk guna melihat wajah Chaerin yang tengah meraup oksigen ke dalam paru-parunya.


“Kamu hampir membunuh ku, Kim Taehyung!” Desisnya bergetar. Ia pikir, dirinya akan mati karena kehabisan napas. Konyol! Jika besok pagi berita kematiannya disebarkan dengan judul Seorang Gadis Muda Meninggal di Apartemennya Setelah Mendapatkan Pelukan Penuh Rindu dari Sahabatnya. Tsk.. tidak lucu sama sekali!


Taehyung terkekeh. Tapi ia kembali menarik tubuh Chaerin ke dalam dekapannya. Membenamkan wajah gadis itu di dadanya sementara kepalanya bertengger di atas bahu sempit Chaerin.


“Aku merindukan mu, sahabat kecil.”


Chaerin tersenyum. Tangannya kembali melingkari pinggang Taehyung.


“Aku jua merindukan mu.”


“Jangan pergi lagi dan tetaplah di sini. Aku tidak bisa jauh-jauh dari mu. Kita sudah bersama sejak kecil, kamu sudah seperti adikku Chae.”


Ia semakin mengeratkan pelukannya. Membawa kepalanya semakin menempel pada dada Taehyung dan mendengarkan detakan normal dari jantung laki-laki itu.


“Aku tidak akan kembali ke Jepang lagi. Aku sudah lulus dan juga sudah menemukan pekerjaan baru di Seoul.”


Taehyung mengendurkan pelukannya. Memundurkan sedikit tubuhnya guna melihat wajah sang sahabat.


“Benarkah?”


Chaerin menangguk. Anggukan tersebut langsung menghadirkan senyum merekah di bibir Taehyung. Membuat tangan besar Taehyung kembali menarik tubuh mungil Chaerin ke dalam dekapannya. Mengusap kepala sahabatnya itu pelan.


“Akhirnya...”


Chaerin sendiri tidak bisa untuk tidak menyunggingkan senyum di balik dada bidang Taehyung. Rasanya perasaannya kembali menghangat hanya karena seorang Kim Taehyung. Sahabat yang selalu memenuhi janjinya. Sahabatnya yang tidak pernah lelah menemani dan menyemangatinya sekali pun dunia tidak berpihak kepadanya. Serta satu-satunya sosok yang berhasil memberikan payung perlindungan untuknya yang rapuh itu.


Syukurnya selalu terucap kepada Tuhan karena telah menghadirkan Taehyung di hidupnya. Andai saja tidak ada Taehyung, mungkin ia sudah menyerah sejak lama. Memutuskan untuk meninggalkan dunia dengan harapan bisa segera menemui sang Ibu karena hanya wanita yang melahirkannya itu yang selalu memberikan rasa terlindungi serta disayangi.


Kebersamaan penuh suka cita itu harus terusik saat suara bell apartemennya berbunyi. Taehyung melepaskan pelukannya. Menolehkan kepalanya pada pintu di lorong belakangnya sebelum kembali menatap Chaerin.


“Itu pasti mereka.”


Taehyung mengernyit, tidak mengerti.


“Mereka, yang ingin aku perkenalkan pada mu.” Jawab Chaerin sebelum berlalu untuk membukakan pintu.


Taehyung yang penasaran lantas mengikuti Chaerin dari belakang. Berhenti di perbatasan lorong saat Chaerin terus melangkah mendekati pintu. Ketika daun pintu putih itu terbuka, dua orang –satu perempuan dan satu laki-laki– berdiri di sana. Laki-laki dengan senyum seperti kelinci serta perempuan berambut hitam panjang dengan senyum manis. Melihat perempuan itu jantungnya tiba-tiba saja berdetak cepat. Matanya ikut mengerjap cepat saat mata perempuan itu melihat ke arahnya.


Shit Kim Taehyung! Jangan bodoh., umpatnya dalam hati.


“Tae...” Panggilan tersebut kembali menyadarkan Taehyun dari pikirannya. Ia menatap Chaerin yang masih berdiri di dekat pintu sembari tersenyum.


“Ini Jeon Jungkook dan Song Hyemi. Mereka temanku selama kuliah di Jepang.”



*  *  *  *



Taehyung menyandarkan punggunnya di sofa sedangkan Chaerin merapihkan meja makan. Jungkook dan Hyemi baru saja pulang setelah kegiatan makan malam bersama mereka. Itu adalah rencana yang Chaerin buat bersama Hyemi saat mereka masih di Jepang, dan Jungkook, ia mengikut sertakan dirinya karena tawaran Chaerin sebagai bentuk permintaan maaf atas insiden meninggalkan di bandara.


Chaerin menempatkan tubuhnya persis di samping Taehyung. Ia ikut bersandar dengan kepala yang ia rebahkan di atas pundak sang sahabat.


“Jadi bagaimana Hyemi?”


Taehyung mengernyit bingung. Ia menegakkan duduknya hingga membuat Chaerin harus menggeser kepalanya ke sandaran sofa.


“Aku tahu kamu tertarik dengan Hyemi, terlihat dari wajahmu Tae. Apalagi saat kamu tahu jika Hyemi dan Jungkook adalah saudara walaupun tiri, napas yang tidak sadar telah kamu tahan akhirnya terembus.”


Taehyung menoleh kemudian menghela pelan.


“Terlihat sekali ya?”


“Hmm!”


Kemudian hening menyergap mereka. Taehyung tidak berkata lagi sedangkan Chaerin cenderung memperhatikan sang sahabat. Keduanya sama-sama menutup mulut dan membiarkan dentingan jam dinding menjadi satu-satunya suara yang ada.


“Aku mendukung mu. Hyemi adalah gadis yang baik dan sepertinya ia juga tertarik padamu.”


Mata Taehyung membulat saat mendengar penuturan Chaerin. Kepalanya seketika tertoleh dan membawa pandangannya langsung pada mata sang sahabat.


“Jangan membuat aku melambung ke awan, Lee.”


Chaerin menggeleng. “Tidak, aku serius. Selama ini setiap kali kita bertukar kabar atau aku menceritakan mengenai kita, Hyemi selalu saja memujimu. Ia juga beberapa kali menanyakan kabarmu. Dan tadi, saat pertmuan pertama kalian, aku bisa melihat bagaimana pandangan penuh kagumnya diberikan kepada mu.”


Sama-sama terdiam untuk kedua kalinya, baik Chaerin maupun Taehyung terlarut dalam pikiran masing-masing. Membawa keduanya terjun ke dalam ingatan serta euforia yang dirasakan. Menghadrikan afeksi tersendiri bagi keduanya.


“Aku akan selalu mendukung mu. Hanya, tolong jangan sakiti Hyemi. Jika itu terjadi, sama saja kamu menyakiti ku.”


Taehyung menganggukkan kepalanya. Ucapan Chaerin bagaikan pintu gerbang sekaligus penyemangat untuknya. Entah mengapa ia merasa perlu mendapatkan persetujuan dari sahabatnya itu mengingat Hyemi dan Chaerin berteman baik, sebelum memulai rencananya untuk mendapatkan hati gadis yang telah berhasil mengusik hatinya.


“Jangan tersenyum seperti itu, kamu terlihat seperti orang bodoh.” Ledek Chaerin yang membuat Taehyung menatapnya tajam seakan ingin membunuh dirinya.


“Kenapa kamu suka sekali menghancurkan mood-ku, Lee Chaerin!” Kesal Taehyung.


“Itu keahlianku, Kim. Apa kamu lupa?”


Taehyung yang ingin balas mengerjai Chaerin karena telah menertawakannya menjadi urung saat matanya melihat bagaimana mata gadis di depannya melengkung sempurna dengan gelak tawa riang yang keluar dari bibirnya. Ini adalah kali pertama setelah sekain lama ia tidak melihat Chaerin sesenang ini. Sangat langka baginya melihat Chaerin bisa tertawa selepas itu. Biasanya tawa yang muncul terdengar tidak tulus dan cenderung terasa suram. Dan dirinya tahu mengapa hal itu bisa terjadi.


“Aku senang melihat mu senang.”


Chaerin seketika menolehkan kepalanya. Tawanya ikut mereda berganti dengan senyum manis.


“Ini semua karena mu, Tae. Terima kasih sudah menepati janjimu.”


“Aku sahabatmu. Sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan mu.”



*  *  *  *



Kembali ke Korea setelah menyelesaikan studinya di bidang seni grafis serta menjadi bagian tim kreatif di salah satu unicorn terbesar adalah salah satu mimpi yang akhirnya dapat terwujud. Dan sudah satu bulan Chaerin mulai menjalani kewajibannya sebagai anggota tim kreatif perusahaan. Merencanakan dan membuat gambar sesuai dengan kriteria yang diberikan.


Selama satu bulan ini bohong jika tidak ada kesulitan yang dihadapi. Proses adaptasi yang dilaluinya pun tidak berlangsung mulus. Banyak hal terjadi yang membuat Chaerin harus kembali memikirkan bagaimana cara dia untuk menempatkan dirinya. Namun beruntungnya ia tidak sendiri. Hyemi temannya semasa kuliah juga berada di sana, menjadi karyawan hanya saja tidak pada tim yang sama dengannya. Setidaknya ia tidak akan merasa canggung di setiap saat.


Keduanya biasa menghabiskan waktu bersama. Di mulai saat makan siang hingga pulang bersama. Hanya saja untuk hari itu, Chaerin harus berjalan sendiri menuju halte saat akan pulang karena Hyemi harus menemui Jungkook dan sang Ayah di rumah sakit karena jadwal praktek mereka. Ia tidak masalah. Toh.. jarak kantor dan halte tujuannya tidak terlalu jauh. Lagi pula hari belum larut. Jalanan masih dipenuhi kendaraan dan juga orang-orang yang lalu lalang.


Tidak lama menunggu, bus yang menjadi tujuannya tiba. Chaerin segera meninggalkan kursi tunggu menuju pintu. Ketika terbuka, kaki berbalut sepatu putih itu melangkah masuk menuju kursi kosong yang berada di dekat kaca paling belakang. Duduk di sana dengan earphone  yang terpasang di telinga. Memandang jalanan yang penuh sesak oleh manusia yang akan menghabiskan malam menuju akhir pekan dengan orang terdekat.


Sebenarnya Chaerin masih harus berada di dalam bus hingga tiga halte di depan. Namun saat bus yang ditumpanginya melewati kawasan Hongdae –tempat dimana banyak anak muda yang melakukan busking–, ia segera menanggalkan kursi dan bergegas mendekati pintu untuk turun di halte terdekat. Rasa penasarannya terhadap suasana malam di daerah tersebut begitu besar. Terlebih selama ini ia hanya satu kali mengunjungi kawasan tersebut, dan itu pula karena ajakan Taehyung. Jika saja sahabatnya itu tidak berinisiatif mengajaknya, maka malam itu akan menjadi kali pertama baginya.


Sebenarnya kawasan yang dekat dengan salah satu universitas itu tidak jauh beda dengan kawasan lainnya yang selalu ramai kala malam. Hanya yang membuat rasa tertariknya meningkat adalah banyak aktris jalanan dengan kemampuan luar biasa yang kerap menunjukkan bakat mereka di sana. Melihat penampilan mereka menjadi hiburan tersendiri untuk dirinya. Ia sangat mengagumi para busker tersebut dan dikali pertama dirinya datang, Taehyung sampai harus menarik tangannya karena tidak ingin pulang. Padahal hari telah larut dan bisa berakibat fatal jika dirinya pulang terlalu larut.


Kakinya terus dilangkahkan hingga semakin dalam. Kepalanya menoleh ke kanan – kiri untuk mencari pusat para busker itu beraksi. Ketika dirinya tiba disebuah putaran kecil, matanya bisa menangkap keberadaan para busker yang sudah mulai menunjukkan aksi mereka. Dengan senyum yang mengembang, ia kembali melangkah untuk mendekat. Namun langkahnya harus terhenti saat samar-samar telinganya mendengar seseorang yang memanggil namanya. Suaranya berat dan dalam. Walau di tengah keramaian malam Hongdae, ia masih bisa mengenali suara itu.


Ia terdiam. Kaki maupun anggota tubuh lainnya tidak ada yang bergerak sedikit pun. Tetap berada pada posisinya yaitu memunggungi sang pemilik suara yang ia yakini tengah berdiri di belakangnya. Sebuah peringatan untuk segera pergi telah berbunyi nyaring di dalam otaknya. Namun tubuhnya seakan tidak menuruti sang pemilik kendali. Memutuskan untuk tetap diam walaupun kendali utama telah memerintahkan untuk bergerak.


Sampai sebuah lengan kekar melingkari tubuhnya. Punggung kecilnya menempel sempurna pada tubuh pemilik lengan tersebut. Kehangatan tubuh itu menjalar pada punggungnya hingga ke tubuh bagian dalamnya. Menghangatkan hatinya yang telah lama mendingin walaupun terasa perih akibat luka sayatan yang masih bersemayam.


“Chaerin..”


Chaerin tidak mengira akan kembali mendengar suara itu. Bukan, lebih tepatnya akan secepat ini. Sejak awal ia sadar, jika cepat atau lambat ia akan kembali dihadapkan dengan masa lalunya. Tapi dirinya tidak menyangka jika pertemuan ini terjadi karena rasa penasarannya. Sialkah? Sepertinya begitu. Karena ia sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa lalunya yang begitu menyakitkan.


Suara berat itu kembali mengalun ke dalam telinganya. Menyebutkan namanya dengan pelan dan bergetar.


Tunggu! Bergetar?


Tidak lama Chaerin merasakan pundaknya basah. Kemudian telinganya mendengar isakan kecil yang dibarengi dengan semakin eratnya lengan itu merengkuh tubuhnya. Perlahan ingatan mengenai pembicaraannya dengan Taehyung malam itu kembali muncul. Diikuti rasa sesak yang menyerang dada.

 


“Lalu bagaimana dengan mu?”


Chaerin terdiam. Menatap lekat Taehyung yang ternyata juga tengah menatap dirinya.


Sahabatnya itu mengembuskan napas.


“Ini mengenai Jimin. Aku mengatakan ini bukan karena membelanya. Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat tetapi tidak kamu lihat.”


Chani mendapatkan donor sumsum tulang belakang sehari setelah ia masuk dan di rawat di ICU. Tuan Lim senantiasa menemani anak perempuannya itu. Jimin dan Taehyung juga ikut menemani Tuan Lim selama proses pencangkokan dilakukan. Saat lampu yang berada di atas pintu mati, ketiganya serempak berdiri. Menunggu dokter yang menangani Chani keluar.


Sebuah kabar baik ketiganya dapatkan. Sang dokter mengatakan jika operasi Chani berhasil. Tubuh Chani tidak menolak donor yang diterimanya. Dan dokter tersebut juga mengatakan jika perlahan kondisi gadis itu akan membaik. Mungkin tidak sekuat orang lain, tapi dirinya tidak akan selemah sebelum melakukan tindakan operasi.


Mendengar kabar baik tersebut membuat wajah Tuan Lim sedikit berubah. Gurat khawatir yang bersemayam di sana mulai menghilang berganti dengan syukur dan kelegaan. Tubuhnya yang tegang berubah rileks saat seorang suster keluar dan mengatakan jika pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan.


Hari itu menjadi awal baru untuk mereka. Semua berubah setelah proses operasi tersebut. Chani tetap menjalani perawatan paska operasinya dengan Tuan Lim yang mendampingi. Selama proses itu tidak jarang gadis tersebut menanyakan kepada sang Ayah siapa sosok baik yang mau mendonorkan sumsum tulang belakang kepadanya. Namun Tuan Lim tidak tahu menahu. Saat dokter yang menangani Chani di ruang gawat darurat mengatakan untuk segera melakukan operasi, keesokan harinya dokter yang menangani operasi Chani datang mengatakan jika ada seseorang yang bersedia menjadi pendonor dan memiliki tingkat kemiripan yang sangat mirip dengan tubuh Chani. Sayangnya dokter tersebut tidak bersedia mengatakan siapa pendonor tersebut atas permintaan sang pendonor.


Lain halnya dengan Jimin. Laki-laki Park itu benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Ia tidak lagi mendampingi Chani. Karena dipikirnya, Chani telah membaik dan tidak butuh pendampingan apa pun dari dirinya. Tidak hanya itu saja, pikirannya juga tidak pernah lepas dari sosok Chaerin. Setiap saat yang ia pikirkan hanya gadis itu. Mengenai keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Ia tidak lagi terlihat ceria seperti sebelumnya. Selalu ada raut sedih diwajah yang tidak bisa ia tutupi.


Taehyung yang melihat itu merasa kasihan. Ingin rasanya ia menghampiri mantan sahabatnya itu dan mengatakan yang sebenarnya. Tetapi hati kecilnya tidak mengizinkan. Bagaimana pun keadaannya, yang berhak untuk mengizinkan hanya Chaerin. Ia telah berjanji pada sahabatnya itu untuk merahasiakan keberadaannya. Termaksud dengan penggantian nama yang ia lakukan untuk benar-benar meninggalkan kehidupan masa lalunya. Menggunakan nama sang Ayah tidak-lah baik jika terus dipertahankan. Ia hanya akan membuat Ayahnya malu dan karena itu dirinya memutuskan untuk menggunakan nama sang Ibu. Jika di masa depan hidupnya hancur, setidaknya tidak berdampak buruk pada kehidupan sang Ayah.


Bukan berarti ia melupakan sang Ayah. Tidak, tidak seperti itu! Hanya saja ia tidak ingin terus terikat dengan keluarganya dan membuat kehancuran bagi kehidupan sang Ayah dan kakaknya. Ia tidak akan melakukan itu, dan tidak setega itu untuk melakukannya.


Kembali kepada laki-laki Park itu. Sepeninggal Chaerin, hidupnya menjadi kacau. Bahkan Nyonya Park beberapa kali datang menemui Taehyung hanya untuk menanyakan apa yang terjadi pada anak semata wayangnya itu. Jimin mengalami perubahan drastis. Tidak ada lagi Jimin yang ceria. Senyum yang membuat matanya membentuk sabit bahkan tidak pernah muncul. Setiap kali sang Ibu atau Ayahnya mengajak untuk bicara, Jimin selalu memberikan jawaban yang singkat. Matanya sama sekali tidak menunjukkan akan sebuah kehidupan. Kerlap semangat yang selalu terlihat di sana telah ditutupi dengan kabut penyasalan dan kesedihan yang mendalam.


Nyonya Park tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk mengembalikan sang anak. Ia sudah kehabisan cara hingga berakhir pada pertemuannya dengan Taehyung untuk meminta bantuan.


Taehyung sendiri juga tidak tahu harus melakukan apa walau ia tahu apa yang akan mengembalikan Jimin ke kondisi sebelumnya. Tapi dirinya tidak bisa mengatakan hal tersebut dan memilih untuk bungkam. Membiarkan dirinya harus kembali dipusingkan dengan usaha untuk mengembalikan Jimin seperti permintaan Nyonya Park.


Namun semua usaha yang ia lakukan tetap berakhir pada penyataan Jimin yang mengatakan jika hidupnya memang telah mati setelah kepergian Chaerin. Tidak ada yang bisa mengembalikannya selain Chaerin. Mendengar itu membuat Taehyung terdiam. Ia seakan ditampar oleh kenyataan bahwa mantan sahabatnya ini juga sama terlukanya dengan sang sahabat kecil. Hanya saja kehancurannya terjadi lebih lama dibandingkan Chaerin.



T . B . C



Hi semua..

Maaf ya untuk sebulan lebihnya. Ada hal-hal penting yang harus aku pikirkan dan selesaikan. Jadi untuk keamanan mental, ada yang harus ditunda pengerjaannya. Dan itu certa ini..

Bukan karena enggak penting, tapi prioritas saat ini ada di tempat lain. Kalau maksain semuanya, bisa-bisa aku yang tepar..

Jadi maaf.... aku bener-bener minta maaf

Oke, kembali ke certa ini.

Gimana sama part yang ini? Chaerinnya udah lulus tuh, terus akhirnya pulang

Udah tau juga kan Chaerin kemana dan apa yang dia lakukan. Nah dari bab ini, mungkin 3/4 part lagi kisah Chaerin akan menemukan ahirnya.

Di tunggu ya...

Dan karena udah enggak tau lagi mau bilang apa aku pamit aja, see you guys

감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts