Broken Sinner: Panic Attack (Part 14)

 




Drama, Family, Hurt

(AU - Alternate Universe)


.

.

.

.

.




Tubuh bergetar itu mulai melemas kala tenaga telah menguar bersama tangis yang pecah. Meninggalkan isakan pilu bersama sisa air mata yang perlahan mengering. Beruntung tubuh kekar Jimin menyanggahnya. Jika tidak, sudah dapat dipastikan jika ia kini terduduk di atas aspal.


Usapan lembut dan teratur pada punggungnya membawa mata indah itu terpejam. Mengalihkan ketakutan yang ia pikir telah membaik itu pada rasa aman dan terlindungi yang selama ini hilang dari hidupnya. Cukup lama dirinya berada dalam dekapan hangat Jimin sampai ia sendiri yang menjauhkan tubuh mereka.


Jimin menggerakkan ibu jarinya untuk menyekah jejak air mata yang tercipta. Matanya menatap sendu. Bibir yang membentuk lengkungan penuh pesona itu bahkan berubah datar dan membuat wajahnya terlihat sedih.


“Chae...” Panggil Jimin dengan suara pelan.


Chaerin tidak menjawab. Kedua bibirnya masih setia mengatup dan kepalanya tertunduk tanpa berniat untuk diangkat.


Jimin mengembuskan napas. “Chaerin..” Panggilnya lagi. Namun Chaerin masih tidak menggubrisnya. Hingga akhirnya ibu jari dan telunjuknya mengapit dagu Chaerin guna mengangkat kepalanya dan membawa pandangan mereka bertemu.


“Apa yang terjadi?”


Chaerin tetap diam. Tetapi matanya tidak berhenti menatap manik hitam Jimin.


“Kamu tahukan kamu bisa menceritakan apa pun padaku?” Ujar Jimin lagi. Namun Chaerin masih saja diam.


Jimin tidak menyerah. Ia tetap berusaha membujuk wanita itu tetapi tidak memaksa. Jimin berusaha menunjukkan lagi dirinya yang bisa Chaerin percayai  kembali. Menunjukkan dirinya sebagai tempat berkeluh kesah wanita itu. Serta dirinya yang menjadi sandaran wanita tercintanya itu.


“Duduk dulu.”


Jimin menarik pelan pergelangan Chaerin hingga keduanya terduduk di pinggir jalan. Tangannya tidak melepaskan genggaman pada tangan Chaerin. Jimin begitu nyaman lagi pula Chaerin sendiri tidak menolak.  Ibu jarinya perlahan mengusap punggung tangan Chaerin. Sementara matanya tetap memandang wajah sang wanita.


“Chaerin..” Panggil Jimin untuk kesekian kalinya.


“Apa kamu masih belum bisa bercerita seperti dulu kepadaku? Apa kamu masih marah denganku?” Sambungnya sedih.


Pertanyaan Jimin seperti sebuah bongkahan besar yang menghantam tepat didadanya. Mendengar kesedihan dari suara pria di depannya serta raut sesal diwajahnya membuat hati Chaerin seperti diiris. Rasa sakit yang baru saja timbul seakan menyadarkannya jika hatinya masih belum berubah. Sang hati masih berlabuh pada Jimin. Chaerin kira dirinya sudah berhasil terlepas dari jerat seorang Park Jimin. Ternyata tidak! Dirinya masih sama seperti Chaerin dimasa lalu. Chaerin yang masih membutuhkan Jimin dihidupnya. Dan bodohnya lagi Chaerin baru menyadarinya setelah berbagai cara yang telah ia lakukan untuk melupakan pria itu.


“J-Jimin..”


Chaerin kembali terisak. Matanya kembali memproduksi cairan bening seperti sebelumnya. Tubuhnya pun ikut bergetar karena mencoba menahan emosi yang mulai tak terkendali. Dirinya kembali kacau. Semua rasa yang ada di dalam hatinya kini seperti berlomba untuk dikeluarkan. Sesak. Itulah yang Chaerin rasakan hingga membuat dirinya sulit berkata. Suaranya tersendat bersama dengan emosi yang membuncah.


“Ji-Jim..in..” Panggilnya tersendat. Napasnya memburu kala ketakutan masa lalu mulai menutupi realitas yang ada.


“Chaerin dengar. Buka matamu.” Seru Jimin panik.


Chaerin masih tidak mendengarnya. Matanya masih saja terpejam bersama dengan linangan air mata yang membasahi kedua pipi. Serangan paniknya mulai datang kala masa lalunya kembali menghantui.


“Ja-ngan per-gi..” Lirihnya nyaris berbisik yang menyebabkan Jimin semakin dirundung cemas. Buru-buru ia membawa tubuh gemetar itu ke dalam pelukannya. Mendekap dengan erat serta memberikan usapan lembut dan beraturan dikepala Chaerin.


“Aku tidak akan pergi. Aku akan selalu menemanimu apa pun yang terjadi. Aku janji.”


Mendengar kata janji membuat hantaman kembali Chaerin rasakan dihati. Kepalanya kembali diserang rasa sakit kala masa lalu kembali terputar bagaikan film tanpa cacat. Kejadian masa lalunya kembali bermain-main di dalam pikirannya. Entah mengapa otaknya selalu saja bekerja tanpa memikirkan hatinya. Keduanya seperti kutub utara dan selatan, berada dalam satu naungan tetapi berbeda tarikan.


Chaerin beringsut mundur. Kedua tangannya menutup telinga serta kepala yang menggeleng kuat.


“Tidak jangan katakan janji! Jangan kumohon!” Lirihnya.


Kekacauan Chaerin membuat Jimin yang kini seperti ditampar kenyataan. Chaerin-nya trauma akan janji yang ia ucapkan. Chaerin-nya hancur karena janji yang ia ingkari. Chaerin-nya menderita karena kebodohan dirinya yang melupakan janji yang ia ikrarkan.


Park Jimin bodoh! Tolol! Berengsek! Bajingan!


Bagaimana bisa kau menyakiti hati wanita yang paling kau cintai?


Kenapa kau tega melukai wanita yang sudah rapuh?


“Tidak Chae.. tolong kali ini percaya padaku. Tolong maafkan aku yang berengsek ini. Tolong Chae...” ucap Jimin tersendat, “Aku tidak akan mengingkari janjiku lagi. Apa pun yang terjadi aku akan selalu ada di sampingmu. Kamu bisa meminta Taehyung untuk membunuhku jika aku ingkar lagi. Sungguh percaya padaku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku sangat menyayangimu Chaerin.”


Jimin ikut menangis. Pedih melihat Chaerin, membuat air matanya tidak bisa bertahan. Pelupuk matanya pada akhirnya menyerah dan membiarkan cairan bening itu menciptakan aliran panjang dipipi.


“Percaya padaku.. aku sudah berubah.” Lirih Jimin dengan menggenggam erat kedua tangan Chaerin.


Chaerin sendiri masih terbelenggu dalam masa lalunya. Ia kalut dan bingung secara bersamaan. Masa lalu dan kenyataan di hadapannya belum bisa ia bedakan. Semua seperti berantakan di dalam otaknya. Membuat dirinya sendiri semakin jatuh terjerembab dalam ketakutan yang membawa kembali kepanikannya.


Napasnya semakin tidak beraturan. Bola matanya bergerak liar. Dan kedua tangannya mengepal di dalam genggaman hangat Jimin.


Jimin yang menyadari serangan panik Chaerin semakin buruk kembali mendekap erat tubuh Chaerin. Bilah bibirnya berucap kalimat-kalimat penenang di samping telingan wanita itu. Sementara tangannya tidak berhenti bergerak teratur dipunggung Chaerin. Ia bertahan dengan usahanya hingga merasakan tubuh Chaerin yang mulai tenang. Debaran jantungnya masih belum kembali normal tetapi lebih baik dari sebelumnya. Napasnya mulai teratur walau tetap berat. Serta tubuh yang tadi bergetar sudah tidak lagi.


“Chaerin..” Panggilnya pelan.


Tangannya masih setia mengusapi punggung Chaerin. Berharap dapat memberikan afeksi untuk semakin menenangkan wanita itu.

“Saat aku tahu kamu pergi, aku langsung mengakhiri semuanya dengan Ayahmu dan Chani. Kamu tahu sendiri jika kedekatan kami karena aku pikir Paman Han akan berubah baik padamu. Tapi saat kamu pergi, buat apa lagi aku mengikuti keiinginan Paman Han. Aku tahu aku telah jahat pada Paman Han dan Chani, tapi aku tidak bisa bertahan dengan mereka saat tahu kamu pergi. Aku tidak bisa memaafkan mereka dan terlebih diriku karena tidak berada disisimu, melanggar janjiku, dan melukai dirimu Chae.”


Jimin menarik napasnya dalam dan mengembuskan berkela.


“Chaerin, aku sudah berjanji di hadapan Taehyung kalau aku akan kembali menjagamu. Aku tidak akan mengulangi kebodohanku dan menyakitimu lagi. Aku menyayangimu Chaerin, sungguh percaya padaku.”


“J-Jimin.” Chaerin berucap sendu setelah bungkam cukup lama.


Ia sedikit membuat jarak walau masih membiarkan tubuhnya berada dalam lingkaran tangan kekar Jimin. Mendongakkan kepalanya hingga matanya menatap Jimin.


“Tolong jangan hancurkan aku lagi. Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan jika kamu kembali mengingkari janjimu.”


Seketika mata Jimin melebar saat mendengar lirihan Chaerin. Dadanya bergemuruh hebat ditambah seperti ikatan didadanya terlepas. Kelegaan menyerang dirinya bersama hatinya yang dipenuhi dengan euforia. Senyumnya tersungging hingga membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit.


Salah satu tangannya bergerak mengusap pipi Chaerin. Menyekah air mata wanita itu sekaligus menunjukkan afeksinya.


“Kamu bisa pegang janjiku kali ini. Kamu bisa melakukan apa pun jika aku berkhianat.” Jimin kembali menarik tubuh Chaerin. Meletakkan kepalanya di atas pundak Chaerin dan menghirup aroma tubuh wanita itu yang selalu membuat ia merasa tenang. Pelukannya mengerat seiring dengan buncah kebahagiaan yang ia rasakan.


“Aku menyayangimu, sangat sangat menyayangimu Chae.”



*  *  *  *



Hubungan antara Jimin dan Chaerin semakin membaik. Chaerin sedikit demi sedikit mulai menguatkan hatinya. Meyakinkan sang pemilik perasaan jika keputusannya untuk memberikan Jimin kesempatan adalah yang terbaik. Sedangkan Jimin sendiri, ia juga tidak berhenti menunjukkan keseriusan dirinya. Ia tidak ingin kembali kehilangan belahan jiwanya dan terjerumus pada gelapnya kesendirian.


Hidup Chaerin semakin membaik kala orang-orang terkasihnya kini hadir menghiasi hidupnya tanpa ia minta. Taehyung yang sejak dulu memang selalu berada di sampingnya begitu pun dengan keluarga pria itu. Jungkook dan Hyemi yang selalu mendukungnya sejak pertama mereka bertemu di Jepang. Yoori dan Bora, dua sahabatnya yang akhirnya kembali bertemu setelah berpisah lama. Serta Park Jimin, pria yang kini kembali mengisi dan menguasai hatinya. Pria yang tengah berjuang membawa kebahagiaan untuk dirinya.


Chaerin sangat bersyukur. Ia tidak menyangka jika akhirnya bahagia akan kembali ia rasakan. Bahkan kebahagiaannya bertambah saat tahu jika perasaan sahabat kecilnya ternyata terbalas oleh sang pujaan hati. Tanpa Taehyung tahu, Hyemi sempat menceritakan jika dirinya merasa nyaman dengan keberadaan Taehyung. Membuat hati Chaerin bersorak girang tanpa bibirnya berucap. Cukup mendengarkan dan sedikit memberikan isyarat, dirinya tidak ingin terlalu mencampuri urusan Taehyung dan Hyemi. Biarkan mereka menemukan cara sendiri untuk sampai pada hati masing-masing. Chaerin hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kedua orang yang ia cintai itu.


Sore itu, Chaerin telah siap dengan dress biru muda yang mengikat manis lekuk tubuhnya. Duduk dengan tenang di sofa menunggu kedatangan Jimin yang telah berjanji ingin menjemputnya. Keduanya berencana untuk berangkat bersama memenuhi undangan makan malam dari Taehyung. Katanya Taehyung merindukan sang sahabat kecil yang telah sibuk dengan pekerjaannya. Kedua orang tua Taehyung pun sangat setuju karena sudah lama juga mereka tidak makan malam bersama.


Ketenangan Chaerin terusik saat intercom apartemennya berbunyi. Ia segera berdiri untuk membuka pintu tanpa melihat layar intercom. Saat pintu terbuka Chaerin tidak terkejut melihat sosok di depannya karena ia tahu jika Jimin-lah yang datang.


“Sudah siap?”


Chaerin mengangguk. “Iya, tapi sebentar aku ambil tas dulu.” Ia segera berlari masuk dan mengambil tas yang berada di sofa.


Ia kembali menuju pintu dan memakai sepatunya sebelum menghampiri Jimin yang setia menunggu di depan. Berdiri tepat di depan pria itu dengan senyum manis yang terukir. Jujur, Jimin tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Chaerin. Wanita di hadapannya ini begitu cantik dengan pakaian yang ia kenakan. Jimin semakin dibuat jatuh ke dalam rasa cintanya kepada Chaerin.


“Kamu cantik.” Puji Jimin yang berhasil melahirkan semburat merah dipipi Chaerin. Wanita itu seketika menunduk tidak berani menatap manik Jimin yang seperti tengah menguliti dirinya.


“A-Ayo kita be-rang-kat.” Chaerin berucap gugup. Karena terlalu malu, ia melangkah lebih dulu meninggalkan Jimin yang tersenyum melihat dirinya tersipu. Untuk kesekian kalinya Jimin mensyukuri keberadaan Chaerin dihidupnya. Ia tidak bisa membayangkan jika Chaerin tidak lagi ada dalam hidupnya.


Rasa malu masih menggelayut dibenak Chaerin. Membuat ia tidak berani menatap Jimin bahkan untuk waktu yang sebentar saja. Ketika berbicara pun Chaerin lebih memilih memandangi jalan dibandingkan wajah tampan pria Park itu. Ia takut jika Jimin melihat wajah merahnya dan menjadikannya sebagai lelucon. Jimin itu menyebalkan, apa pun bisa dijadikan bahan leluconnya termaksud Chaerin yang berubah malu karena pujiannya.


Jimin sendiri tidak ambil pusing. Ia justru menikmati sisi malu Chaerin. Sudah sangat lama sisi itu menghilang dari diri Chaerin dan jujur saja Jimin merindukannya. Ia rindu melihat pipi Chaerin yang memerah hanya karena ucapannya. Ia juga rindu melihat bola mata Chaerin yang membola tidak menentu hanya untuk menghindari tatapannya. Dan yang paling ia rindukan adalah dirinya yang kemudian akan memeluk tubuh mungil itu dan mendekapnya dengan erat sembari berucap manis ditelinganya.


Jimin benar-benar merindukan kebersamaannya dengan Chaerin!


“Akhirnya kalian datang!” Seru Taehyung saat membukakan pintu pagar.


 Chaerin segera keluar dan langsung memeluk Taehyung dengan erat.


“Aku merindukanmu.”


Taehyung melerai pelukannya dengan mata yang membulat.


“Wow! Apakah aku tidak salah dengar? Kamu merindukanku?” Seru Taehyung tak percaya.


Chaerin mencebik mendengar jawaban sang sahabat. Padahal ia sudah susah payah menguatkan mentalnya hanya untuk mengungkapkan kerinduannya pada Taehyung. Tapi reaksi pria itu justru membuatnya jengkel.


“Aku hanya bercanda. Jangan merajuk seperti itu..” Kekeh Taehyung.


“Tsk.. sudahlah aku akan bertemu Bibi Yoo dan Paman Kim saja.” Rajuk Chaerin. Ia bergegas pergi meninggalkan Taehyung dan Jimin di luar dengan kaki yang dihentakkan keras. Membuat kedua pria itu tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat sikap kekanakan Chaerin.


“Hai Tae!”


“Jadi bagaimana kau dengan Chaerin?” Tanya Taehyung dengan alis yang sengaja ia naikkan.


Jimin tersenyum senang. “Sangat baik dan semua itu berkat bantuanmu juga. Terima kasih Taehyung!”


“Ya ya.. aku ikut senang. Tapi kau harus ingat, jangan sakiti Chaerin lagi kalau tidak aku akan mengahbisimu Jim!”


Di tengah pembicaraan ringan itu, obsidian Taehyung menemukan keberadaan sosok lain yang mengusik kesenangannya. Matanya mengamati pergerakan sosok tersebut sampai ia bergumam kasar yang beruntung tidak terdengar Jimin.


“Jim kau masuk saja dulu, aku ada urusan sebentar.”


Jimin pun meninggalkan Taehyung di sana tanpa merasa aneh. Pria Park itu memasuki rumah Taehyung tanpa tahu jika sosok yang tadi diamati Taehyung kini telah berdiri di hadapan pria Kim itu.


“Mau apa kau kemari?”


“Aku ingin bertemu Chaerin! Aku tahu adikku ada di dalam.”


Taehyung mencegatnya. Ia menghalangi jalan Chani yang berniat masuk ke dalam.


“Jangan ganggu Chaerin! Biarkan dia yang datang menemuimu.”


“Kapan Taehyung? Kapan? Sudah satu bulan tetapi apa yang kamu katakan tidak pernah terjadi! Aku merindukan adikku Kim Taehyung!”


Taehyung menghelas dengan kasar. “Tunggu saja! Jangan paksa Chaerin terus-menerus. Kalau sampai saat ini dia belum menemui kalian itu berarti Chaerin belum siap! Berhentilah memikirkan dirimu sendiri! Pikirkan juga perasaan Chaerin!” Serunya setengah membentak.


“Tidak! Aku ingin menemui adikku sekarang. Minggir! Jangan halangi aku Kim!”


Chani berteriak frustasi saat berusaha untuk melewati tubuh tegap Taehyung. Sementara Taehyung, ia tidak tinggal diam. Dirinya berusaha untuk menghentikan Chani dan menghalangi wanita itu untuk masuk menemui Chaerin. Sampai keributan pun tercipta karena keduanya yang saling berteriak dan tidak mau mengalah.


“Taehyung ada ap-”


Chaerin berhenti di tempatnya. Tubuhnya kaku saat matanya menemukan presensi Chani. Hanya dengan melihat Chani, pikirannya kembali bekerja bak pemutar film. Semua kejadian dimasa lalunya terputar dengan lancar seperti sebuah tayangan yang telah direkam. Menumbuhkan kembali gelenyar menakutkan yang selama ini ia rasakan. Sesak pun ikut hadir bersama dengan rasa sakit dan kecewa yang selama ini dirasakan.


“Chaerin..”


Chani berusaha untuk mendekat tapi Chaerin secara spontan bergerak mundur. Mata Chaerin pun telah dipenuhi genangan air mata yang siap jatuh kapan saja. Tubuhnya menjadi bergetar saat dirinya sudah tidak mampu menampung memori kelam yang masih terputar di dalam otaknya.


Hingga Jimin datang dan langsung memeluknya. Pria itu awalnya bingung, tetapi saat melihat keberadaan Chani ia langsung mengerti. Tanpa berpikir panjang, Jimin mulai menenangkan Chaerin yang tengah terisak kecil dengan deru napas yang berat. Jimin sadar jika Chaerin tengah terkena serangan paniknya.


“Tenang Chae. Tidak akan ada yang menyakitimu. Aku janji.” Bisiknya tepat ditelinga Chaerin.


Jimin terus mengucapkan kalimat-kalimat penenang untuk wanita terkasihnya itu setidaknya sampai ia tahu jika kepanikan yang Chaerin rasakan sudah menghilang.


“Chaerin, aku merindukanmu. Kenapa kamu tidak pulang menemui aku dan Ayah? Apakah kamu tidak merindukan kami? Chaerin tolong berikan kami kesempatan. Kami sangat menyayangimu. Kita keluarga Chaerin. Chaerin tolong. Ayo pulang bersamaku. Kita mulai lagi dari awal. Kita lupakan semua yang sudah terjadi. Kita kembali lagi menjadi keluarga seperti sebelumnya. Chaerin kenapa kamu menjadi seperti ini? Kenapa kamu semarah ini pada kami? Aku tahu aku salah karena tidak jujur, tapi aku kakakmu Chaerin. Tidak sepantasnya kamu seperti ini padaku dan juga Ayah. Chaerin, kami sudah memaafkanmu dan seharusnya kamu juga bisa melakukan itu. Ayo pulang, Ayah pasti akan senang karena kita bisa berkumpul lagi.”


Chani terus saja membujuk Chaerin. Mengatakan semua yang ia pikir bisa mengubah hati dan pikiran Chaerin hingga adiknya itu mau kembali bersamanya. Semua yang dikatakannya terucap tanpa tahu jika perkataannya membuat amarah kini melingkupi Taehyung dan juga Jimin, sedangkan Chaerin ia semakin dibuat terjatuh ke dalam memori masa lalu yang menyebabkan hatinya terasa sangat sakit.


Jimin yang dirundung emosi akhirnya melepaskan pelukannya. Ia melangkah maju lalu berdiri di depan Chaerin, menyembunyikan tubuh wanita itu di belakangnya. Tangannya tidak melepaskan tangan gemetar Chaerin dari genggamannya.


“LIM CHANI APA KAMU SUDAH GILA? APA KAMU TIDAK BERPIKIR JIKA YANG KAMU KATAKAN TELAH MENYAKITI CHAERIN? KAMU TIDAK PUNYA OTAK CHANI. KENAPA KAMU MENGATAKAN SEOLAH CHAERIN YANG SALAH KARENA TELAH PERGI?! PADAHAL KAMU TAHU SENDIRI ALASAN CHAERIN PERGI ADALAH KARENA KEEGOISANMU DAN JUGA KETIDAKADILAN YANG CHAERIN TERIMA DARI AYAHMU, KARENA PRIA ITU TIDAK BISA MENERIMA KEHADIRAN ANAKNYA SENDIRI DI DALAM KELUARGANYA!” Jimin membentak Chani dengan mata yang menyalang penuh amarah. Kemarahan yang selama ini ia pendam dan coba dihilangkan ternyata lepas dari kendalinya hingga berakhir menjadi ledakan hebat yang tidak ia duga.


Di lain sisi, Chani terkejut dan menangis saat mendengar suara meninggi dan penuh kebencian dari Jimin. Ini adalah kali pertama Jimin berperilaku dan berkata sangat kasar kepadanya. Ia tidak menyangka kalau Jimin bisa melakukan hal itu karena selama ini Jimin tidak pernah berlaku seperti itu padanya. Jujur saja, Chani merasa sakit diperlakukan seperti itu oleh Jimin. Walaupun Jimin sudah pernah mengatakan jika pria itu tidak menyukai dirinya, tapi Chani masih belum bisa melupakan Jimin dan semua kenangan pria itu termaksud menghapus perasaannya. Hal itulah yang akhirnya membuat rasa sakit itu semakin menyakitkan untuk Chani.


 “Kenapa kamu membantakku Jim? Kamu tidak pernah seperti ini? Tapi kenapa sekarang kamu kasar? Apa karena Chaerin makanya kamu berubah? Kenapa Jim? Jawab aku?!” Teriak Chani sambil nangis.


Chaerin yang ngedenger namanya kembali disebut oleh Chani perlahan memunculkan dirinya dari balik tubuh Jimin. Ia menatap Chani terluka. Chaerin tidak menyangka kalau Chani bisa berkata seperti itu padanya. Ia pikir setelah kepergiannya Chani akan berubah, tapi ternyata tidak. Chani masih sama seperti Chani yang dulu. Dan Chaerin sadar, jika keiinginan Chani untuk membawanya pulang adalah hanya karena status saja. Chani tidak benar-benar menyayanginya sebagai adik.


Dan mungkin juga selama ini Chani selalu mengatakan jika ia adalah kakak Chaerin hanya untuk menunjukkan status keluarga saja. Tidak pernah ada rasa cinta dan sayang dalam diri Chani untuk Chaerin. Jika benar, Chaerin benar-benar bodoh. Chaerin tidak menyangka jika sosok yang ia pikir masih menyayanginya setelah sang Ibu ternyata tidak pernah tulus. Semua yang ditunjukkan Chani hanya sebuah kepalsuan.


Taehyung semakin naik pitam begitu mendengar ucapan Chani yang memojokkan Chaerin. Matanya berkilat marah dan tangannya terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya.


“Jimin bawa Chaerin masuk. Biar aku yang mengurus ini.”


Jimin mengangguk dan langsung merangkul Chaerin masuk.


“Jimin jangan pergi. Park Jimin!”


Chani berusaha mengejar tapi Taehyung mencegatnya dan  mengalangi langkahnya. Taehyung menggenggam lengan Chani dengan kuat lalu menarik wanita itu. Ia menghempaskan genggamannya begitu saja saat mereka telah berdiri di luar pagar.


“Kau masih belum sadar kalau Jimin hanya mencintai Chaerin begitu pun sebaliknya, HA?! Kau bilang kau adalah kakaknya tapi kenapa kau begitu egois?!” Bentak Taehyung dengan kilatan amarah dimatanya.


Chani balas menatap Taehyung tak kalah tajam dengan matanya yang memerah.


“Aku memang kakaknya tapi aku tidak bisa melepaskan Jimin. Aku juga mencintai Jimin, Kim!”


Taehyung tertawa sinis.


“Egois.” Geramnya dengan suara rendah. “Kau dan Ayahmu sama-sama gila Lim Chani! Kalian sama-sama tidak tahu diri!”


“Apa maksudmu?!” Tanya Chani tak terima.


“Kau mau tahu apa maksudku?” Taehyung menatap sinis, lantas kembali bertanya. “Kau tahu alasan kenapa kau bisa sembuh Lim Chani?”


“Karena aku mendapatkan donor sumsum tulang belakang. Lalu apa hubungannya?”


Taehyung tersenyum sinis. Matanya menatap rendah sosok Chani yang terlihat bingung tetapi berusaha menutupinya karena ego wanita itu yang tinggi.


“Apa kau tahu siapa yang mendonorkannya?”


Chani diam. Karena hingga detik itu ia tidak pernah tahu siapa orang baik yang telah mendonorkan sumsum tulang belakang untuknya. Dokter yang menanganinya berkata jika pendonor itu tidak ingin diungkapkan identitasnya.


Melihat keterdiaman Chani membuat Taehyung semakin melebarkan senyum dibibirnya. Bukan sebuah senyum manis seorang Kim Taehyung, tetapi senyum remeh yang mampu membuat Chani merasa rendah.


“Ayah bilang dia adalah teman dari anak Dokter Jeon.”


Jawaban Chani membuat senyum Taehyung semakin bertambah lebar dan membuat perasaan terintimidasi kini menggelayut dibenaknya. Apa lagi saat Taehyung manaikkan sebelah alisnya, Chani semakin dibuat merasa kecil dihadapan Taehyung.


“Dan kau mau tahu siapa teman dari anak dokter yang menanganimu itu?”


Kerut di dahi Chani semakin terlihat. Namun harga dirinya membuat Chani tidak ingin menunjukkan kebingungannya dan memilih balik bertanya untuk menutupi rasa bingung tersebut. Sorot matanya pun kembali dibuat tajam.


“Memang apa hubungannya denganku? Aku sudah meminta bantuan Dokter Jeon untuk menyampaikan ucapan terima kasih karena orang itu sendiri yang tidak mau kutemui.”


“Tentu ada hubungannya. Kau tidak lupakan dengan kriteria pendonor untukmu yang harus berasal dari keluarga terdekat dan jika bukan, perlu dilakukan pemeriksaan kecocokan dan pemeriksaan kesehatan lainnya. Apakah menurutmu dengan waktu yang sangat singkat itu cukup untuk melakukan semua rangkain pemeriksaan jika pendonormu adalah orang asing?”


Perkataan Taehyung semakin membuat Chani bingung sekaligus kesal. Ia merasa Taehyung sedang mempermainkan dan membuang waktunya. Pria Kim itu terlalu bertele-tele.


“Jangan banyak bicara Kim Taehyung! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?!”


Taehyung tertawa kecil mendengar emosi Chani. Ia melipat tangannya di depan dada lalu menatap Chani pongah.


“Pendonor yang telah menyelamatkan nyawamu dan memberikan kehidupan untukmu tidak lain adalah Chaerin, adikmu yang kau manfaatkan Lim Chani!”


Chani terkesiap. Tangannya menutup mulut sementara matanya membulat. “Ja-Jangan ber-can-da Tae-hyung!”


“Aku tidak bercanda. Saat kau masuk rumah sakit aku langsung memberitahu Chaerin. Kami lalu berdiskusi dengan Dokter Jeon, dan setelah diskusi selesai akhirnya beliau mau membantu dan Chaerin bisa mendonorkan sumsum tulang belakangnya untukmu dengan syarat Dokter Jeon tidak diizinkan memberitahu identitas Chaerin kepada siapa pun. Kalau kau tidak percaya, kau bisa pergi kembali ke rumah sakit dan tanyakan pada doktermu. Bilang kalau aku yang menyuruhmu.” Ungkap Taehyung.


Mendengar fakta yang begitu mengejutkan untuk otak dan jantungnya pada akhirnya membuat kerja otak Chani melemah. Ia bungkam dalam keterkejutannya. Pikirannya menjadi kacau karena kenyataan yang tidak pernah ia duga baru saja terungkap.


Sedangkan Taehyung yang melihat keterdiaman mantan temannya, memanfaatkan keadaan wanita itu untuk kembali mengungkapkan kebenaran lain yang selama ini ditutupinya.


“Kau tahu, jika tidak ada Chaerin aku tidak yakin kau bisa berdiri di sini. Membuat keributan di rumahku dan menyakiti Chaerin yang telah rela mendonorkan satu bagian dari tubuhnya untuk kakaknya yang tidak tahu diri ini! Sungguh Chani, jika aku yang menjadi Chaerin sudah pati aku tidak akan melakukan itu. Aku akan membiarkan kau berjuang sendiri melawan penyakitmu itu karena kau pantas! Kau orang jahat.”


Taehyung menarik napasnya. Rautnya seketika berubah dingin.


“Sekarang kau sudah tahu bukan pengorbanan apa yang telah adikmu lakukan untukmu setelah segala keburukan yang diterimanya! Jika kau masih tetap menganggap dirimu sebagai kakak maka berhenti menyakitinya. Berhenti menjadi egois! Lepaskan Jimin. Biarkan Jimin bersama Chaerin dan jangan usik lagi kehidupannya. Kau dan Paman Han sudah bukan lagi keluarganya sejak dia memutuskan untuk pergi.” Ucap Taehyung final. Ia menatap Chani selama beberapa detik untuk terakhir kali sebelum membawa tungkainya pergi. Namun tubuhnya kembali berputar kemudian matanya menatap Chani menghunus.

“Kau berhutang  nyawa pada sahabat kecilkku Chani! Karena itu tahu dirilah! Jika bukan karena Chaerin aku tidak yakin jika kau masih berada di sini, hidup dengan Ayahmu yang sama buruknya denganmu, melupakan Chaerin dan saat kembali kalian mengusiknya.” Sarkas Taehyung.


Satu sudut bibirnya tertarik hingga senyum miring kini menghiasi wajah tampannyanya. Dengan mendengus pelan Taehyung membawa kakinya untuk kembali melangkah. Meninggalkan Chani yang masih terkejut dengan kenyataan yang baru saja dipaparkan Taehyung yang langsung menampar dirinya hingga wanita itu sama sekali tidak bergerak diposisinya walau air mata telah jatuh membasahi pipi.



T . B . C



Hai.. maaf yang kalian nunggu lamaaaaaa banget untuk part ini. Semoga lamanya bisa terbayar sama cerita yang ada di part ini

Semoga kalian suka

Oh iya, sisa 1 part terakhir
Tungguin yahhh

Oke deh, udah gitu aja.
Sampai bertemu di last part, byee

감사합니다 ^^


Comments

Popular Posts