Misunderstanding Love Part 2- End ( Sequel My Bad Brother )






Masih ada yang inget sama ff inikan? Kalau udah lupa coba obrak-abrik dan baca part 1-nya lagi deh..ini pertama kalinya aku bikin twoshoots, jadi semoga gak mengecewakan. Happy reading!!!




Yuri POV

Berulang kali aku mencoba untuk terus menekan segala kecurigaanku pada gadis itu dan mempercayai kalau hubungan mereka tak lebih dari sekedar sahabat. Tapi apa yang kudapat? Yang kudapat hanyalah guratan luka di hatiku karena melihat kebersamaan mereka yang begitu membahagiakan. Ditambah lagi Minho selalu tertawa lepas kala bersama Jiyeon, apakah aku harus melepaskannya dan membiarkannya bersama Jiyeon?. Bukankah aku akan menjadi orang yang paling jahat, kalau aku terus mempertahankan Minho dan menjadi penghalang hubungan antara mereka berdua?.


“ Yul…tolong dengarkan aku dulu!” kini nada bicaranya meninggi dan terkesan membentak, iapun menarik lenganku agar aku mau mendengarkan penjelasan darinya.


“ Sudahlah Minho! Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi! Ini semua sudah lebih dari cukup untuk membuatku mengerti!” ucapku sambil melepaskan tangannya yang masih menggenggam lenganku. Akupun berlalu dari arahnya, ya! Hanya berlalu dan terus berlalu tanpa adanya rasa ragu meski berkali-kali dia memanggil namaku untuk membuat langkahku terhenti dan menoleh ke arahnya.




Yoona POV


Menjengkelkan! Entah ada angin apa, kini Lee Donghae jadi perbicangan hangat di kelasku sekarang… Issshhh…benar-benar menyebalkan! apalagi saat Hara dengan centilnya memuji Donghae bersama temannya yang tak kalah centil, siapa lagi kalau bukan Gyuri?. Rasanya telingaku tak nyaman mendengar nama Donghae berulang kali disebut, apalagi saat kalimat pujian terlontar dari Minyoung, Jin Ah, Hye Mi dan yang lainnya saat Hara memperlihatkan beberapa lembar foto Donghae pada mereka.



“ Mereka berisik sekali sih? Tidak tahu apa kalau aku sangat terganggu? Menyebalkan!” gerutuku sambil mencoret-coret bukuku sebagai luapan ekspresi kekesalanku.

“ Sudahlah Yoong! Mungkin baru kali ini mereka melihat namja setampan Donghae!” ujar Sooyoung yang duduk di hadapanku. Apa-apaan? Tampan? Isssh…  aku rasa mereka saja yang terlalu berlebihan!.


“ Tapi apa harus berlebihan seperti itu?” tanyaku kesal.


“ Issshh…mereka seperti itu karena mereka semua NORMAL!” timpal Seohyun dengan penekanan di kata terakhir dari ucapannya. Apa maksudnya? Apa dia menyindirku tak normal?.


“ Ne…aku setuju! Lagipula mereka berlebihan atau tidak itu bukan urusanmu Yoong!” seru Tiffany dengan nada sedikit protes.


“ Kau ini pabo ya? Bagaimana bisa itu bukan urusannya? Sedangkan namja yang sedang para gadis itu bicarakan adalah pangerannya!” seru Sooyoung menanggapi ucapan Fany. Mwo? Apa yang dia bilang? Pangeranku? Isshhh… aku tidak sudi!!.


“ Yak!!! Apa maksudmu?” teriakku kesal sambil mendaratkan satu jitakan penuh hasrat tepat di kepala Sooyoung, si shikshin menyebalkan.


“ Appo…”ringisnya sambil terus mengelus kepalanya. Rasakan! Lagipula siapa suruh dia bicara seperti itu?.

“ Hmmm…Yoong?” tanya Tiffany yang kuyakin dengan sangat berhati-hati agar tak mendapat ‘hadiah’ dariku, seperti apa yang baru saja aku berikan untuk Sooyoung.


“ Wae?” sahutku tanpa memalingkan pandanganku dari buku yang sedang ku coret-coret.

“ Apa kau ….Isssh…Seo! Kau saja yang tanya padanya!” dari nada bicaranya dia nampak amat gugup, sampai-sampai dia harus menyuruh Seohyun. Sebenarnya apa sih yang ingin dia katakan?.
“ Yoong..”
“ Apa?”

“ Yoong! Lihat aku!” protes Seohyun yang membuatku mau tak mau membalikkan posisiku. Kulihat dia terlihat begitu gugup, meremas tangannya, menggigit bibir bawahnya, sebenarnya apa sih yang ingin mereka tanyakan?.

“ Yak! Seo lama sekali sih!” omel Sooyoung diikuti protes dari Seo yang merasa kesal.

“ Sabar dulu! Aku sedang merangkai kalimat yang tepat!”

“ Ishhh…sia-sia saja aku menyuruhmu! Kalau akhirnya tetap aku jua-lah yang harus bicara.” keluh Tiffany yang dari tadi berkacak pinggang melihat aksi temannya ini.

“ Yoong..Hmmm…apa benar kau pulang bersama Siwon semalam?” tanya Tiffany dengan sejuta penasaran yang tertumpuk di matanya. Ah..pantas saja mereka semua sangat gugup! Tapi kenapa Siwon? Aku kan pulang bersama Donghae.

“ Annie! Memangnya kenapa?” rasanya segala gundah di hati Tiffany menghilang setelah mendengar jawabanku tadi.

“Hmmm… Karena waktu itu Siwon yang menawarkan dirinya untuk mengantarmu pulang saat kau kembali ke rumah Jessica lagi. Maka dari itu kami putuskan untuk pulang karena waktu itu sudah sangat malam.” Jelas Seohyun.

“ Tapi kenapa kalian meninggalkanku? Kaliankan bisa tunggu sampai aku kembali!” gerutuku kesal mengingat perlakuan mereka yang tak setia kawan itu.

“ Isshhh…waktu itu sudah sangat malam Yoong! Lagipula sudah ada yang mengantarmu pulangkan!” timpal Sooyoung dengan entengnya. Apa mereka tak merasa bersalah padaku?

“ Tapi tunggu! kalau bukan Siwon, jadi siapa yang mengantarmu pulang?” tanya Tiffany penuh selidik. Mereka bertigapun mendekatkan wajahnya ke arahku menunggu satu nama terlontar sebagai jawabannya.

Diam, itulah yang kulakukan. Aku bingung harus bilang apa, kalau aku menyebut nama orang itu pasti mereka akan menganggap yang macam-macam, jadi lebih baik aku diam.

“ Yoona! Apa semalam Donghae mengantarmu pulang?” tanya seseorang yang kini menghampiriku.

Sontak ketiga temanku terlonjak kaget dengan mata yang terbelalak sambil terus mencerna apa yang baru saja Sicca katakan. Mereka pun saling melempar pandangan seakan melempar pertanyaan untuk menemukan kejelasan.

“ Ne…” jawabku sambil mengangguk pelan.
“ Ah…baguslah! Ternyata si ikan itu tak sebodoh yang aku pikirkan!” jawab Sicca sambil berlalu.
Seakan mengerti arti dari tatapan mereka , ku hela nafasku panjang mengumpulkan segala keberanian dan merangkai semua rangkaian cerita yang akan ku lontarkan pada mereka.


“ Apa benar Donghae yang mengantarmu pulang?” tanya Tiffany mengintrogasiku. Mereka manatapku lekat khas seorang penyidik yang sedang mengintrogasi seorang narapidana.



“ Ne..” jawabku sambil ku putar lagi posisi badanku jadi membelakangi mereka. Ku dengar suara hentakan kaki  dari belakangku, dan dua buah tangan merangkul bahu kanan dan kiriku. Kulirik siapa pemilik tangan itu yang tak lain adalah Tiffany dan Seohyun yang berada di samping kanan dan kiriku, sedangkan Sooyoung duduk di bangku samping meja ku.


“ Bagaimana bisa? Ayo ceritakan pada kami!” rengek Seohyun sambil mengguncang-guncang tanganku, ah…mereka ini mengganggu sekali sih!.



“ Hmmm…jadi….” Kuceritakan pada mereka, sampai ke bagian akhirnya Donghae mengantarku sampai pulang ke rumah. Mereka pun mengangguk kecil sambil sesekali menyerigai ‘aneh’ yang sudah ku ketahui artinya. Untung saja aku tidak menceritakan kalau sebelumnya aku pergi ke taman bersama Donghae, kalau saja aku menceritakannya pada mereka, tidak tahu apa jadinya nasibku nanti menjadi bahan ejekan mereka.

…………………………………………………………………………………….



Pulang sekolah



“ Sica…kenalkan aku pada si Donghae itu ya?” mohon Hyemi dan Na Young sambil memegangi tangan Jessica.


Apa mereka tidak punya malu? Mereka minta dikenalkan pada Donghae melalui Jessica, orang yang tak lain adalah orang sangat dan dilindungi atau bahkan orang yang Donghae cintai.  Entah kenapa hari ini aku sangat suka mengomentari setiap yang berhubungan dengan dirinya. Aku juga tak tahu kenapa, padahal sebelumnya aku sangat kesal padanya karena dia selalu meledekku yang pernah ia kalahkan saat tanding game.


“ WHOAAAAAAA”
“ HAAAHHHHHHH”

Tiba-tiba Jin Mi masuk kedalam dengan berlari dan berteriak begitu histeris, diapun langsung berlari menuju kawanan teman-temannya. Nafasnya terengah-engah saat ingin memulai ucapannya, terlihat dia sangat antusias meskipun di satu sisi dia masih sibuk mengontrol nafasnya.


“ Ada apa Jin Mi?” tanya Na Young.
“ Ad..ada..D..D..D..Donghae!”jawabnya sambil menunjuk ke arah pintu. Sontak semua pengagum bocah tengil itu berteriak histeris sembari berlari ke arah pintu untuk menemui sosok yang selama ini mereka kagumi.


Benar-benar sangat heboh suasana kelas saat Donghae  memasuki ruangan kelasku, apalagi saat ia menebarkan senyumannya yang sering kali membuat orang lain salah paham setelah melihatnya. Dia terlihat seperti mencari seseorang, dia celingak-celinguk mengedarkan pandangannya mencoba menemukan sosok yang menjadi tujuan dia datang kemari.Suasana makin berisik dan histeris yang membuatku makin kesal, jadi kuputuskan untuk tidur saja selagi menunggu Tiffany dan Sooyoung kembali dari toilet, karena aku telah muak melihat ini semua.


Author POV


“ Apa kau mencari Jessica?” tanya Hyemi dengan ekspresi manis.
“ Ne..Sicca eodiseo?” tanya Donghae tanpa henti-hentinya melayangkan senyumannya yang membuat semua yeoja disini memegangi pipi mereka dengan tatapan tak lepas dari wajah namja itu.
“ Dia sedang ke ruang teater,hmmm apa kau mau ku antar kesana?” tawar Na Young.
“ Issshhh biar aku saja yang mengantarnya!” ujar Jin Mi
“ Aku duluan!” teriak Hyemi tak terima.
“ Sudahlah! Donghae itu maunya bersamaku!” ujar Minyoung tak kalah centil.


CKLK


Pintu kelas terbuka, terlihat sosok Tiffany dan Sooyoung memasuki ruang kelas yang kini sudah lebih mirip dengan tempat obralan baju dimana setiap yeoja berusaha untuk mendapatkannya. Mereka begitu heran melihat teman-teman mereka berkerubungan melingkari satu objek sambil terus memperebutkan sesuatu.


Melihat dua sosok yang ia kenali Donghaepun merasa lega karena setidaknya Ia bisa terbebas dari kawanan yeoja yang dengan sekejap bisa saja menelannya hidup-hidup.

“ Fany..Youngie!” dengan segera Donghae keluar dari kerumunan orang-orang yang begitu menginginkannya.
“ Hae? Sedang apa kau disini?” tanya Sooyoung heran saat mendapati Donghae keluar dari kerumunan yang begitu rusuh.
“ Hmmm..aku mau menjemput Jessica.” Jawab Donghae yang disambut anggukan pelan Tiffany Dan Sooyoung.



“ Apa kalian tidak ingin mengajakku ke tempat duduk kalian?” tanya Donghae agar dia bisa terbebas dari yeoja-yeoja buas di belakangnya. Sambil memasang memelas dan memohon Donghaepun berhasil membuat Tiffany dan Sooyoung memenuhi permintaannya.

“ Ini tempat dudukku bersama Seohyun.” Ucap Tiffany menjelaskan.
“ Dan yang ini tempat duduknya Sooyoung dan Yoona.” Lanjut Tiffany menunjuk meja di belakang mejanya.
“ Isshhh…lelap sekali dia!” omel Sooyoung saat duduk di kursinya.
“ Sepertinya dia baru saja tidur jadi dia belum begitu lelap, coba bangunkan saja!” saran Seohyun.
“ Jangan! sepertinya dia sangat lelah, biarkan saja dia tidur.” Ujar Hae yang membuat Sooyoung dan Seohyun cekikikan.



“ Igo!” ujar Tiffany seraya menyeret sebuah bangku untuk Donghae.
“ Gomawo Fany-ah!” ucap Donghae yang langsung duduk.



Mereka berempatpun memulai pembicaraan dengan obrolan-obrolan ringan, kecuali Yoona yang masih menikmati alam bawah sadarnya. Tanpa sepengatahuan Donghae, Tiffany, dan Seohyun,  Sooyoung berencana  mencubit pinggang Yoona dengan tujuan agar temannya itu terbangun dan dapat melihat keberadaan Donghae. Meskipun Yoona selalu mengelak, tapi Sooyoung tahu kalau temannya itu menyukai Donghae, maka dari itu Sooyoung tidak ingin membiarkan Yoona melewatkan kesempatan langka ini.



“ Kelihatannya yeoja di kelas ini sangat menyukaimu!” celetuk Sooyoung sambil diam-diam mencubit pinggang Yoona.
“ ANDWAAEEEEEEEEEEEE!” pekik Yoona yang baru saja bangun dari tidurnya. Kaget, itulah yang ia rasakan. Bagaimana tidak? Sooyoung sengaja mencubitnya dengan sekuat tenaga agar dirinya bangun.


“ Aisshhh…jinjja! Sakit sekali!” gumam Yoona sambil mengelus-elus pinggangnya. Beda dengan Sooyoung sedang tertawa berkat keberhasilannya, Donghae, Tiffany, dan Seohyun keheranan dengan orang yang berada di hadapan mereka yang tiba-tiba bangun, berteriak, dan meringis kesakitan.
“ Gwenchanayo?” tanya Donghae khawatir seraya memegang bahu Yoona.
“ Gwenchana…” jawab Yoona yang belum menyadari siapa lawan bicaranya, karena nyawanya belum kumpul betul.


“Kau?  Apa kau yang mencubit pinggangku?” teriak Yoona sambil menatap lawan bicaranya dengan nada menuduh. Jari telunjuknya pun telah menunjuk orang itu. jadilah wajah Yoona dan Donghae menjadi begitu dekat, yang membuat Yoona mengerjapkan matanya sesekali. Dan saat barulah Ia menyadari, bahwa sosok yang ada dihadapannya adalah Donghae. 

Detakan jantungnya mulai kembali tak normal sama seperti saat ia dansa bersama orang dihadapannya. Kedua pasang mata saling bertemu yang seakan enggan untuk menyudahinya, sontak kedua orang itu menjadi bahan tontonan di tempat itu. Ketiga sahabat Yoona begitu bahagia melihat Yoona bisa sedekat itu dengan Donghae, sedangkan gerombolan yeoja penggemar Donghae sedang menggerutu kesal merutuki Yoona dalam hati mereka masing-masing.


Tak ingin jantungnya bermasalah lebih jauh, Yoonapun menjauhkan wajahnya dari wajah Donghae. Dia tak ingin ambil resiko, dia tak ingin mati di usia muda karena jantungnya seperti kehilangan kendali saat melihat wajah Donghae dalam jarak sedekat itu.

“ Hae!” seru Jessica saat baru saja masuk ke dalam kelasnya. Ia segera menghampiri Donghae yang masih terlihat kikuk akibat kejadian tadi. Menyadari orang yang ia panggil tak merespon Jessicapun menginjak kaki Donghae.


“ Aw!! Yak!” ringis Donghae dan menatap Jessica dengan kesal.
“ Lagian kau diam saja saat aku memanggilmu!” kilah Jessica sambil tertawa puas.
“ Kau itu benar-benar mengganggu!” ucap Donghae kesal.
“ Mian! Oh..ya mau apa kau ke sini?”tanya Jessica.


“ Apa kau lupa dengan janji kita kemarin?” tanya donghae sambil menatap Jessica yang masih mencoba untuk mengingat sesuatu.
“ Oh ya! Aku ingat!” seru Jessica sambil menarik lengan Donghae, yang membuat Donghae bangkit dari duduknya.
“ Kajja!” Jessica langsung menarik lengan Donghae tanpa memperhatikan wajah Donghae yang begitu keberatan. Memang rasanya berat untuk Donghae pergi meninggalkan sosok yang sangat ingin ia temui. Sosok yang sedari tidur dengan menenggelamkan wajahnya di atas permukaan meja. Tapi mau tak mau ia harus segera pergi, karena dia sudah tidak punya banyak waktu lagi.


Minho POV


Berulang kali aku menemui Yuri tapi berulang kali juga dia menolakku. Sebenarnya aku hanya ingin menjelaskan semuanya, tapi kenapa dia begitu keras kepala sih?. Apa semua yeoja seperti ini saat cemburu? Apa mereka akan berlarut dengan kecemburuan mereka dan terus tenggelam dengan kecemburuan yang kebenarannya belum bisa dipastikan?. Ah…makhluk bernama yeoja memang sangat sulit dimengerti, mereka lebih sering menggunakan hati mereka daripada penalaran yang mereka miliki.


Ah! Aku kan punya kakak perempuan! Lebih baik aku tanyakan saja padanya, mungkin dengan begitu dia bisa memberikan masukan padaku untuk menyelesaikan masalah kecil yang terkesan rumit ini. Ku datangi kamarnya, kulihat sesosok manusia sedang berada di atas kasur dengan memainkan handphone dalam genggamannya, serta dua buah headset menempel di kedua telinganya.



“ Noona!”
“ Noona!!” kali ini ku goncangkan tubuhnya juga agar ia menyadari kehadiranku ini. Dia terlihat kesal atas perlakuanku tadi, terlihat sekali wajahnya jadi menegang, dan sepertinya sebentar lagi telingaku akan menjadi korban dari cemprengnya suara Yoona noona.



“ Mau apa kau kesini? Bukankah kau punya kamar sendiri? Sudah sana! Aku sedang tidak ingin diganggu!” benarkan kataku! Sekarang ini dia mengomeliku dengan benar-benar kesal. Aku tahu aku memang mengganggunya, tapi mau bagaimana lagi? Sekarang ini aku benar-benar membutuhkan bantuannya.



“ Noona…bantu aku!! Yah…please!” bujukku pada dirinya yang masih sibuk dengan handphonenya. Sepertinya dia tidak tertarik untuk membantuku.
“ Bantu apa? Mengerjakan pr? Kalau itu kau kan bisa  minta bantuan appa ataupun eomma, Minho!” jawabnya tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dari layar handphonenya.
“ Annie… ini tentang Yuri dan aku!” jawabku memelas. Entah ada magnet apa dengan kalimatku barusan, Yoona noona langsung memalingkan pandangannya  dan menatapku.



“ Tck!! Masalah apa lagi Park Minho???? Bukankah dua hari yang lalu kau baru saja merayakan hari jadi kalian yang ke dua?” tanya Yoona noona kesal. Yah...bisa dikatakan dia adalah orang yang paling dirugikan kalau aku dan Yuri bertengkar, karena ujung-ujungnya aku akan merengek meminta bantuannya. Tak hanya itu, kalian tahukan kejadian 2 tahun yang lalu? Kejadian dimana hubungan backstreetku dengan Yuri terbongkar dan pada saat yang bersamaan ada Krystal yang terus menggangguku? Setelah mengetahui hal itu, tahukah kalian apa yang noona-ku lakukan? Dia mengomeliku terus menerus, memberiku nasihat dengan dalih aku itu masih terlalu kecil untuk pacaran, dan saat itu aku baru duduk di kelas 1 smp.



“ Noona…asal kau mau membantuku, terserah saja apa yang kau inginkan dariku!” rajukku tapi wajahnya tak berubah. Sepertinya dia benar-benar tak tertarik untuk membantuku.
“ Keurae! Ini terakhir kalinya aku akan membantumu dan besok-besok jangan harap aku mau membantu menyelesaikan masalahmu lagi!.” Entah kerasukan setan apa, noona akhirnya memenuhi permintaanku. Yah…meskipun dia menjawab dengan wajah masam tapi aku sudah cukup senang dengan keputusannya itu.



“ Jadi ada masalah apalagi antara kau dan Yuri? Sepertinya kalian banyak sekali masalah.” Tanyanya sambil membalikkan posisi badannya menghadapku, membuat aku sebagai fokus utamanya. Dia menopang dagunya dengan tangan kirinya yang menindih bantal kecil di pahanya.



“ Hmm…noona masih ingat Jiyeon kan? Nah…masalahku kali ini berhubungan dengan dia, dan…” belum juga jawabanku tuntas, noona sudah menyelaknya begitu antusias.
“ Pasti Yuri cemburu pada Jiyeon, ya kan? Aku benar, kan?” tebak Yoona noona.
“ Kenapa dia itu cemburuan sekali sih? Padahal dalam suatu hubungan itu kan perlu sebuah kepercayaan. Tapi sayangnya anak seusia kalian itu belum mengerti apa artinya kepercayaan jadi kalian cenderung menggunakan ego kalian.” lanjut noona lagi dengan panjang lebar. Aku memang tahu itu semua tapi aku juga tahu Yuri itu orang yang sensitive, jadi dia akan menilai sesuatu hanya dengan perasaannya saja.


“ Lalu menurutmu. Aku harus melakukan apa? Aku sudah kehilangan akal noona.” tanyaku penuh penasaran. Dia terlihat berpikir sejenak mencari beberapa penyelesaian untuk masalahku ini. Yah…noona-ku ini memang belum pernah pacaran, tapi dia punya otak yang cerdas, sehingga segala masalah terasa begitu mudah untuk dia hadapi.


“ Hmmm…bagaimana kau memberikan kejutan untuknya, setelah dia terpukau dengan kejutanmu, barulah kau menjelaskan segala kesalahpahaman diantara kalian itu.” sarannya sambil menggerakkan jari telunjuknya, layaknya seorang guru yang sedang menerangkan pelajaran pada muridnya.


“ Kejutan? Tapi kejutan apa?” tanyaku lagi. Jujur aku sudah tidak punya ide lagi untuk membuatnya tidak marah lagi padaku. Karena ku rasa segala usaha telah ku lakukan.
“ Kalau itu aku juga tidak tahu! Segala yang kau berikan padanya harus berdasarkan kata hatimu sendiri agar setidaknya hal itu bisa lebih istimewa untuknya.” Jawabnya sambil mengubah posisi duduknya.


“ Igo!”aku memberikan selembar voucher belanja di salah satu toko game untuknya. Matanya nampak begitu berbinar saat mendapatkannya. Aigoo…noona-ku memang selalu memanggilku anak kecil, tapi lihat! Kalau sudah berhubungan dengan game dia akan jauh lebih kekanak-kanakan daripada aku.
“ Gomawo saeng!” ucapnya sambil mengacak rambutku, ahhh…pasti dia sangat kegirangan mendapatkan hadiah ini dariku.


“ Yak! Kau mau membuat adikmu ini kehilangan ketampanannya, Hah?” ujarku kesal karena dia mengacak rambutku. Aku menatap dirinya dengan kesal, tapi tidak dengan noona-ku ini. Dia malah membalas tatapanku dengan tatapan girang yang meluap-luap.


Author POV



Seperti biasa, hari ini Yoona datang ke sekolah dengan rona bahagia. Dia memang selalu bahagia, terlebih semalam dia baru mendapatkan voucher belanja dari sang dongsaeng. Tapi tidak seperti biasanya, hari ini Yoona datang agak telat, karena dia bangun kesiangan ditambah hari ini dia berangkat sendiri tanpa diantar sang appa.


Langkah riangnya, rona bahagianya, perlahan memudar dan lama-kelamaan hilang dibawa pergi angin yang berhembus. Langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya sekarang.

“ Jangan lupa nanti sore aku akan menjemputmu! Jangan sampai pulang duluan! Tak tahu kah kau betapa menderitanya aku saat harus menghadapi teman-temanmu yang agresif itu!” ucap seorang namja yang masih duduk di jok motornya. Namja itu tak lain adalah orang yang biasa mengantar atau menjemput Jessica, namja itu Donghae.
“ Hahahahahahahahah!!!! Bukannya kau senang?” Jessica amat terkekeh melihat ekspresi Donghae yang begitu kusut.
“ Yak! Jangan seperti itu! wajahmu jelek sekali kalau kau begitu!” ujar Jessica seraya mengacak rambut Donghae, yang  membuat hati Yoona semakin bergejolak.



Rasanya cukup sudah ia melihat pemandangan yang makin lama makin menguras emosinya, tak ingin lebih jauh, Yoona mengumpulkan segala mentalnya untuk berlalu melalui dua orang yang menurutnya sangat mengganggu pemandangannya. Dengan langkah cepat, serta wajah yang ditundukkan Yoona berusaha untuk melalui Jessica dan Donghae tanpa ketahuan. Tapi sial, Chansung yang berada di belakang Yoona langsung menyalib dan tak sengaja membuat Yoona menabrak seseorang.



“ Mian, Yoong!! Aku buru-buru!” ujar Chansung sambil kembali berlari. Tubuh Yoona yang  doyong, kembali tegak karena ada sosok yang menahannya, menyanggahnya agar tubuh Yoona tak jatuh.
“ Hati-hati!” ujar orang yang masih menyanggah tubuh yoona dengan menahan tubuh Yoona dari belakang. Orang yang bisa di bilang tak sengaja tengah memeluk Yoona dari belakang. Yoona menolehkan kepalanya ke arah orang itu, betapa kagetnya dia, saat melihat sosok Donghae-lah yang sedang menyanggahnya.


Bukannya dia tak senang diperlakukan seperti itu, tapi perasaan kesalnya mengalahkan segala kebahagiaan yang ia rasakan sekarang. Perasaan kesal karena pemandangan yang tadi ia telah lihat, ditambah ia gengsi saat sosok Donghae-lah yang menolong dirinya yang hampir saja jatuh. 

Tapi entah kenapa saat Yoona menolehkan wajahnya ke arah Donghae, tanpa diperintah jantungnya kembali berdegup kencang. Begitupun Donghae, ia masih tak mau melepaskan tatapan ini, tatapan yang jarang sekali ia dapatkan, tatapan yang membuatnya enggan untuk menyudahinya.



Tapi canda tawa Donghae dan Jessica yang sebelumnya ia saksikan, kembali terbesit di benaknya. Rangkaian pemandangan yang sebelumnya ia lihat, tersusun rapi dan kembali terputar bak kilas balik di sebuah film. Rasa kesal itu semakin bertambah, hatinya kembali bergejolak, ada peperarangan batin di hatinya. Karena sesungguhnya Yoona tak ingin menyudahi hal indah ini, tapi di satu sisi, ia juga tak mau terlalu banyak berharap. Dengan mengumpulkan segala kekuatannya, Yoona langsung mendorong tubuh Donghae dengan kasar. Setelah ia berhasil, iapun kembali berjalan memasuki pekarangan sekolahnya dengan langkah yang dipercepat.

“ Yoona! Yoona!” merasa tak mengerti dengan sikap Yoona barusan, Donghae meneriaki nama Yoona, jauh dalam hatinya ingin sekali ia mengejar gadis itu, dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Tapi hal itu tak akan ia lakukan hari ini, karena sekarang ia juga harus pergi ke Sekolahnya yang jaraknya lumayan jauh dari sini.
“ Kenapa tidak kau kejar?” tanya Jessica saat melihat langkah Donghae yang diurungkan begitu saja.
“ Yak!! Aku ini juga harus sekolah! Kalau aku mengejarnya aku akan menjadi santapan para guru piket.” Jawab Donghae yang langsung menaiki motornya.


Minho POV


Seperti saran Yoona noona semalam, hari ini aku akan memberikan kejutan untuk Yuri dan ku harap usahaku kali ini berhasil, kalau tidak, aku tak tahu lagi harus bagaimana. Dengan dibantu Jiyeon, Onew, Taemin, Key, Jonghyun dan beberapa temanku yang lain, aku menyusun rencana sedemikian rupa.


Semuanya sudah siap dan akupun sudah menginstruksikan segalanya pada mereka, dan berhasil atau tidaknya rencanaku ini juga tergantung dari usaha teman-temanku ini. Aku menyuruh beberapa teman yeoja-ku untuk membully Yuri seharian. Sedangkan para namja, ku perintahkan mereka untuk membantuku menyiapkan segala persiapan.



Yuri POV


Genap satu minggu sudah aku bertengkar dengan Minho, rasanya sakit sekali, saat kita harus membohongi diri kita sendiri. Saat kita harus marah dan menghindari orang kita sayangi, tapi mau bagaimana lagi? Hatiku sudah terlanjur sakit. Hari ini, setiap kemanapun aku melangkah, maka banyak yeoja yang menatapku dengan tatapan sinis atau lebih tepatnya dengan tatapan jijik



Beberapa dari mereka juga banyak yang mengejekku, ada yang bilang ‘aku itu tak pantas untuk minho-lah, lebih putus saja dengan minho, aku ini jahat karena membuat Jiyeon merasa bersalah, ada juga yang bilang aku ini gadis cengeng dan ada juga yang bilang kalau aku harus mundur dan membiarkan Jiyeon bersama Minho. Hah…sungguh aku tak tahu kenapa ini, memang saat aku bertengkar dengan Minho, berita ini sudah menjadi perbincangan di sekolah. Maklum, Minho adalah salah satu anak populer dan banyak memiliki penggemar, jadi wajar saja kalau berita ini bak konsumsi umum. 



Saat aku bersiap-siap memberesi barang-barangku, ada segerombolan yeoja datang menghampiriku, ia bilang Kim seosangnim menyuruhku ke ruang teater sekarang. Mendengar hal itu, akupun langsung bergegas menuju ruang teater. Tapi sesampainya disana, tidak ada siapapun.


Krekkk


Apa ini? Apa mereka mengurungku dalam ruangan ini?. Berulang kali ku coba untuk membuka pintu itu, tapi hasinya nihil, pintu ini tetap tidak bisa terbuka.


BLAMMM



Ada apa lagi sekarang? Kenapa dalam situasi seperti ini, lampunya harus padam sih? Kurasakan ada hentakan kaki yang kian mendekat, situasi ini sungguh membuatku takut. Tiba-tiba satu persatu lampu di ruangan ini kembali menyala.


Took my hands, touched my heart

Held me close, you were always there

By my side, night and day

Thought it all, baby come what may

Swept away on a wave of emotion

On we’re caught in the eye of the storm

And whenever you smile I can hardly believe

That you’re mine. Believe that you’re mine


Ku tolehkan pandanganku ke asal paduan suara yang begitu indah, dapat kulihat sosok Minho dan beberapa temannya sedang bernyanyi. Aigoo…indah sekali!!! Jantungku berdegup kian tak menentu saat Minho menghentikan nyanyiannya dan berjalan menghampiriku. Ada apa ini? Kenapa aku jadi gugup begini? Park Minho! Aku peringatkan kau untuk tak mendekat!.


“ Yul…mian..jeongmal mianhae! Aku harap kau mau memaafkanku.” Ucapnya sambil menatap dalam mataku, kulihat teman-temannya juga sedang menyaksikan apa yang dilakukannya untukku dengan amat serius.
“ Sebenarnya aku dan Jiyeon hanyalah bersahabat jadi kau tak perlu marah lagi padaku, kau mau kan memaafkanku?.”


“ Yul…jawab aku! Apa kau mau memaafkanku?”tanyanya lagi tapi kali ini terdengar seperti memohon. Tak sepatah katapun keluar dari mulutku sebagai pertanyaan darinya, karena aku sendiri juga tidak tahu aku sudah memaafkannya atau belum. 


Tapi tiba-tiba aku teringat obrolanku dan Jiyeon sore yang lalu, ia menjelaskan semuanya, ia menceritakan semuanya padaku. Dan dia juga bercerita kalau hubungannya dan Minho memang lebih dari sahabat, karena sesungguhnya mereka adalah saudara sepupu. Ku lihat wajah Minho yang menegang dengan jawabanku, tak hanya dia, tapi semua teman yang lain juga, bahkan Jiyeon-pun ikut menegang.



“ Ne..” aku menganggukkan kepalaku. Nampak sekali rona bahagia terpancar di wajah Minho, bahkan setelah mendengar jawabanku, dia langsung berlari memeluk Taemin,Onew, Jonghyun, dan Key sambil bersorak ria.
“ Yul…” kutolehkan wajahku ke arah orang yang memanggilku tadi.
“ Jiyeon… gomawo..” ucapku sembari memeluknya, diapun juga membalas pelukan.
“ Ada sesuatu yang ingin Minho berikan padamu!” ujarnya saat melepaskan pelukan kami, aku menatapnya penasaran, tapi dia hanya mengerlingkan matanya sambil menarik lenganku.



“ Park Minho!” teriak Jiyeon memanggil nama Minho. Sontak Minho-pun menoleh ke arah Jiyeon, seolah diberi instruksi melalu kontak mata mereka, Minho berjalan menjauh dariku entah apa yang ingin dia lakukan.
“ JIyeon! Tolong tutup matanya!” perintah Minho yang disambut anggukan kecil dari Jiyeon. Jiyeonpun langsung menutup mataku dengan sehelai kain yang ia ikat di belakang kepalaku sambil menuntunku berjalan.
“ Hana, dul, set…tara….”



Kulihat panggung di ruang teater ini telah disulap menjadi sebuah taman penuh bunga yang berbentuk hati, serta dihias dengan lampu-lampu kecil yang biasa digunakan untuk menghias pohon natal yang berkelap-kelip, yang semakin menambah keindahannya. Sinar proyektor tiba-terpancar dari belakangku yang membentuk pantulan-pantulan gambar diriku, dan di akhir di slide-nya tertulis, That’s my yeojachingu, my love, my heart, -She is Kwon Yuri-.


Hatiku sangat senang dengan apa yang telah ia lakukan untukku dan rasanya ini tak kan pernah bisa ku lupakan sepanjang hidupku. Aku langsung menoleh ke arahnya yang berada di belakangku, kuhampiri dirinya yang tengah tersenyum melihatku. “ Gomawo..Minho-ya.” ucapku yang dibalas anggukan serta senyum darinya. “ Jadi kita baikkan?”tanyanya sambil menyodorkan jari kelingkingnya yang langsung ku tautkan dengan kelingkingku juga. Semua teman-teman yang ada di sini langsung bertepuk tangan sambil terus menggoda Minho.



Yoona POV

Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini namja itu masih menjadi topik hangat perbincangan bagi hampir semua yeoja disini. Rasanya aku ingin berteriak sekarang juga. Sebenarnya akupun tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku, yang pasti setelah melihat kejadian tadi pagi, sekarang aku menjadi tak bersemangat untuk mengerjakan apapun. Yak Park Yoon Ah! Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau marah Donghae dekat dengan Jessica? Padahal itukan bukan urusanmu, dan seharusnya kau juga tak usah peduli dengan hal itu!. Arghhh…rasanya bisa gila aku kalau terus mencari kepastian tentang apa yang sedang ku rasakan saat ini. 



“ Yoong..bagaimana kalau kita mampir ke café dekat sekolah dulu?” tanya Seohyun. Yah sekarang kami sedang berjalan keluar dari kelas, rencananya sepulang sekolah aku  tak ingin melakukan apapun. Tapi mendengar usulnya itu, hmmm…kurasa itu tak terlalu buruk, mungkin saja dengan pergi ke café, bisa membuatku sedikit lebih tenang.



“ Baiklah…lagipula kita sudah lama tidak ke sana.” Entah ada energy darimana, kini aku lebih bersemangat. Setidaknya kegundahan di hatiku sedikit berkurang, mungkin karena kehadiran ketiga sahabatku ini. Yah…sekacau apapun kondisiku, tapi kalau sudah bersama mereka, rasanya segala peluh hilang begitu saja seiring dengan kebersamaan dan canda tawa mereka. 



At Chimppa Café 



Seperti biasanya café ini selalu tenang dan nyaman, hal itu yang membuat aku dan ketiga sahabatku menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit kami. Dengan segera aku, Tiffany, dan Sooyoung mencari tempat duduk, sedangkan Seohyun kami tugaskan untuk menjalankan tugas rutinnya, tugas yang memang biasa dia kerjakan setiap datang ke Café ini, apalagi kalau bukan memesan minuman.

Kami duduk di bangku yang biasanya kami tempati setiap datang kemari, bangku yang terletak di pojok. Tak lama Seohyun menghampiri tempat kami dan duduk di samping Sooyoung yang tepatnya duduk berhadapan denganku.



“ Ah…kepalaku benar-benar pusing.”ujar Tiffany dengan wajah kusut, yah…dia memang selalu begitu, dia memang selalu kusut kalau sehabis mengikuti pelajaran bahasa jepang.
“ Nado… dan kalau tidak salah, minggu depan akan ada tes bahasa jepang, aisshh..Jinjja!!” timpal Seohyun yang tak kalah kusut.
“ Ini…4 cappuccino float dan paket mini happy-nya, silahkan agasshi” ucap sang pelayan, sambil menaruh semua pesanan kami di atas meja.
“ Gamsahamnida..” ucap Tiffany.



“ Oh ya, untuk tugas wawancara dari Mrs.Ji Eun , kita mau mewawancara siapa?” tanyaku setelah menyeruput sedikit minumanku.
“ Hmmm…bagaimana kalau kita wawancara Hong ahjumma saja!” jawab Sooyoung antusias dengan mulut masih penuh dengan makanan di mulutnya. Isshh..anak ini!.



“ Hong ahjumma? Siapa dia?” jujur aku sendiri juga tak tahu siapa Hong ahjumma itu.
“ Isssh..Hong ahjumma itu..” jawab Sooyoung terputus karena Seohyun menyelaknya. Entah siapa yang baru masuk ke Café ini, tapi setelah ke dengar pintu café ini terbuka, matanya mendadak tebelalak ditambah dengan mulutnya yang menganga lebar. Aku tak bisa melihat siapa yang baru datang karena posisiku membelakangi pintu. Aku tahu pintu itu terbuka, karena setiap pintu café ini terbuka pasti bunyi lonceng yang ada tepat diatas pintu itu akan berbunyi.



“ Bu…buk….bukankah itu Donghae?”
Apa? Donghae? Bagaimana ini? Yak!! Kenapa aku jadi bingung begini! Tenanglah Yoona…jangan gegabah, aku yakin kau bisa mengendalikan perasaanmu. Ku dengar lonceng pintu kembali berbunyi, menandakan ada orang yang masuk lagi ke dalam café ini.


“ Dan….bukankah itu Jessica? Kena…hmmmphhh” Seohyun segera membekap mulut Sooyoung, karena kalau tidak, ia akan terus meracau dan membuat Donghae dan Jessica menyadari keberadaan kami. Tapi tunggu, tadi siapa? Jessica? Jadi Donghae bersama Jessica?. Rasanya aku tak percaya, akhirnya ku putuskan untuk melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Ku balikkan posisi dudukku dan dapat ku lihat Jessica sedang duduk di bangku yang letaknya lumayan jauh dari bangkuku, sedangkan Donghae sedang memesan makanan di kasir. 



Untung saja Jessica duduk membelakangiku, jadi setidaknya dia tak akan melihat keberadaan kami. Tak lama, Donghae menghampiri Jessica, dia duduk berhadapan dengan Jessica. Kulihat ia sedang memerhatikan wajah Jessica begitu intens dan sangat dekat, kenapa lagi denganku sekarang?. Kenapa melihat ini semua membuatku ingin kembali berteriak dan pergi dari tempat ini?. Aku ingin mengalihkan pandanganku, tapi aku tidak bisa, karena aku penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.



Jessica yang tadinya duduk dengan tegak, perlahan berangsut dan menenggelamkan wajahnya di atas permukaan mejanya. Aku tak tahu tak pasti dia kenapa, tapi kurasa dia sedang menangis, dan saat itu Donghae mengangkat kepala Jessica, lalu mengusap permukaan wajah gadis di hadapannya. Karena sudah benar-benar tak kuat melihat ini semua, dengan segera ku ubah posisi dudukku seperti sebelumnya. kulihat ketiga temanku masih serius melihat pemandangan yang membuat hatiku tak karuan.



“ Sudahlah Sica!! Jangan menangis lagi, kau itu semakin jelek kalau menangis.” Ucap Donghae tanpa ku tahu bagaimana ekspresi wajahnya, karena aku sudah memutuskan untuk melihat kegiatan mereka bedua. 



“ Yak..Hae!! aku ini sedang menangis, kenapa kau malah mengejekku?” protes Jessica yang masih terisak, ku dengar Donghae terkekeh pelan.

“ Nah…lebih baik begitu, lebih baik kau marah-marah daripada menangis, ayolah marah! Aku akan selalu ada untuk mendengarkan semua omelanmu.” Ucap Donghae lagi.

“ Bagaimana bisa kau selalu mendengarkan omelan-omelanku?” tanya Jessica dengan nada yang agak kesal.
“ Dengan selalu ada disampingmu, dengan selalu menemanimu dan menjagamu, pabo!”

JLEB


Apa? Apa katanya? Sebenarnya apa hubungan mereka? Kenapa mereka begitu dekat? Kenapa Hae akan selalu di samping Sica? Kenapa? Apa mereka pacaran? Apakah selama ini aku hanya terlalu berharap?.



Author POV



“ Yah..itu karena kau ada maunya!”jawab Jessica menanggapi ucapan Donghae sebelumnya, mendengar itu Donghae langsung terkekeh pelan.
“ Ya..itu salah satu alasanku Ice princess!” jawab Donghae sambil mengacak rambut Jessica.
“ Yak…jangan acak-acak rambutku!” kesal Jessica karena rambutnya yang tertata rapih, langsung berantakan karena seorang Lee Donghae.


Remember me
I'm in Da-Da-Danger Pinocchio
Remember me
Eodiboja ilgeoboja nae mameul teoreoboja emeraldeu 
humchyeobwa geu nundongja seureukseureuk  
Meoributeo balkkeutkkaji seukaenhae


Tiba-tiba handphone milik Yoona berdering lumayan kencang yang membuat Donghae mengalihkan pandangan untuk mencari asal suara itu.


Dengan cepat Yoona mengangkat panggilan yang baru saja ia terima, tapi baru saja ia mengucapkan Yeobseyo, orang di ujung telepon sana sudah mematikan sambungannya. Dengan kesal Yoona meletakkan handphonenya kembali di atas meja.


“ Siapa Yoong?” tanya Tiffany.
“ Molla! Mungkin orang iseng.” Jawab Yoona seadanya.
“ Oh ya, tadi kau belum selesai bicara Soo! Sebenarnya siapa Hong ahjumma itu? seberapa  pentingnya dia, sampai dia orang yang harus kita wawancarai?” lanjut Yoona sambil mengunyah cupcake kesukaannya.
“ Jelas dia penting pabo! Hong ahjumma itu, pemilik café ini.”jawab Sooyoung sambil menyeruput minumannya.



“ Kalian? Jadi benar ini kalian!” keempat orang ini serempak menoleh ke asal suara yang sedang menyapa.
“ Sica? Ber..bersama siapa kau?” tanya Tiffany dengan pertanyaan yang sudah ia ketahui jawabannya.
“ Aku bersama Donghae.” Jawab Jessica sambil menunjuk ke arah Donghae yang masih duduk di bangkunya.
“ Oh ya, boleh aku dan Donghae gabung bersama kalian?” tanya Jessica yang membuat keempat gadis ini saling melempar pandangan.


Yoona POV

Kenapa Jessica bisa tahu kalau ada di sini? Argghhh…mana sekarang dia ingin bergabung bersama kami lagi. Dia mau pamer kemesraan di hadapan kami apa? Tak ada satupun yang menjawab pertanyaan Jessica tadi, kami hanya sibuk melempar pandangan seakan melempar kesempatan untuk menjawab pertanyaan itu. 



“ Boleh…silahkan.” Tiffany pun akhirnya buka suara, tapi apa yang ia lakukan? Kenapa ia membiarkan mereka gabung bersama?.
“ Hae..sini! kita di sini saja!” Jessica melambaikan tangannya menandakan ia menyurh Donghae untuk menghampirinya. Tak lama orang yang ia panggil datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi dua gelas minuman dan sepiring donnut di atasnya.


Berhubung setiap meja hanya berisi 4 bangku, dengan terpaksa mereka berdua harus menarik bangku dari meja lain. Mereka pun duduk bersebelahan, kenapa mereka akrab sekali?, sudahlah Yoona!! Bersikap biasa, dan anggap tidak ada yang terjadi.

“ Kalian sering kesini?”tanya Donghae dengan pertanyaan yang sebenarnya tak terlalu penting menurutku.
“ Ne…malah café ini memang sudah jadi tempat favorit kami.” Jawab Seohyun.
Remember me
I'm in Da-Da-Danger Pinocchio
Remember me
Eodiboja ilgeoboja nae mameul teoreoboja emeraldeu 
humchyeobwa geu nundongja seureukseureuk  
Meoributeo balkkeutkkaji seukaenhae


Tiba-tiba handphone-ku kembali berdering, ku lihat nama eomma tertera di layar handphoen-ku. Dengan segera ku angkat panggilannya.

“ Yeobeseyo, wae Eomma?”
“……….”
“ Aku sedang bersama teman-temanku.”
“……………..”
“ Oh ne..ya sudah sebentar lagi aku pulang.”
“ Ya sudah eomma, kututup ya.”


Akupun mengakhiri panggilannya, lalu segera ku raih tasku dan beranjak dari kursiku. Semuanya menatapku seolah bingung dengan diriku. “ Aku pulang duluan ya, tadi eomma menyuruhku untuk pulang cepat, gwenchanayo?”.


“ Keurae kau pulanglah! Hati-hati dijalan ya!” jawab Sooyoung yang diikuti anggukan kecil oleh dua temanku yang lain, sedangkan kulihat Jessica sedang membisikkan sesuatu pada Donghae. Memang ada untungnya juga eomma menyuruhku pulang, setidaknya dengan pulang lebih awal membuatku tak akan melihat kemesraan mereka lebih jauh lagi.


Aku berjalan keluar dari bangkuku, tapi ada yang meraih tanganku. Ishhh…mau apalagi dia? Kenapa dia malah menarik tanganku? Kulihat ketiga temanku ikut bingung dengan apa yang sedang Donghae lakukan.

“ Biar Hae yang mengantarmu pulang! Inikan sudah sore dan kau juga pulang sendiri kan?” ucap Jessica menjelaskan.


“ Tidak usah, aku bisa pulang sendiri.” Tolakku dengan halus sambil mencoba melepaskan genggaman Donghae. Tapi bukannya melepaskan, Donghae malah semakin mengeratkan genggamannya. Tanpa diperintah, Donghae yang tadinya duduk langsung berdiri dan menarik lenganku untuk mengikuti langkahnya. Melihat tingkahnya yang seperti ini aku jadi teringat peristiwa malam itu, dimana dia juga memaksaku untuk pulang bersamanya. Membayangkan hal itu, aku mengikuti saja apa yang dia lakukan.


At Out side of Café 


Ini tak benar, aku tak ingin pulang bersamanya, aku tak ingin terus begini. Dengan sekuat tenaga aku berontak agar dia melepaskan tanganku, akhirnya akupun berhasil melepaskan genggamannya. Ku lihat wajahnya mulai kehilangan kesabaran, apakah dia akan memakiku? Kenapa dia jadi sangat menyeramkan?. Tapi terserah apapun yang akan ia lakukan, yang terpenting aku bisa lepas darinya.


“ Yak! Kau mau kemana?” dia menarik lenganku lagi dengan paksa, membuat diriku yang tadi sudah berjalan memungginya, jadi terpaksa berbalik dan menghadapnya. Kulihat sejuta amarah kini menumpuk di matanya, omo!! Dia menyeramkan sekali!.


“ Aku kan sudah bilang, aku mau pulang! Dan aku juga sudah bilang kalau aku bisa pulang sendiri! Jadi kau tak usah repot-repot untuk mengantarku pulang!” jawabku setengah berteriak agar dia mengerti kalau aku benar-benar enggan pulang bersamanya.


“ Kata Jessica…” dengan segera ku selak ucapannya.

“ Kalau kau  membantu orang bukan dari hatimu melainkan perintah dari kekasihmu, lebih baik tidak usah! Lagipula aku ini bukan anak kecil yang tak bisa menjaga dirinya sendiri.”akupun melenggang meninggalkannya, tapi kurasakan dia berusaha mengejarku dari belakang.


“ Berhenti! Kalau kau berani melangkah lagi akan ku bunuh kau, Lee Donghae!” amarah yang dari tadi coba ku kendalikan, kini membludak dan meluap-luap. Diapun terlihat diam sambil terus menatap mataku, tapi aku tak peduli dengannya lagi sekarang. Ku balikkan badanku dan segera ku tempuh langkahku menuju halte pemberhentian bus.



…………………………………………………………………………………………………………………..



Author POV


Satu minggu berlalu sudah, tapi bagaikan benang kusut yang rumit untuk mencari dimana ujungnya, masalah Yoona dan Donghae tak jauh beda dengan keadaan benang kusut. Satu minggu berlalu, dan selama itu pulalah Yoona selalu melakukan peperangan batin dengan hati kecilnya sendiri.



Seperti hari-hari sebelumnya, selama satu minggu ini tak kurang dari 3 kali Yoona  bertemu dengan Donghae yang ingin menjemput Jessica. Mungkin hubungan mereka selama ini memang tak pernah akur, tapi setidaknya, hubungan mereka yang dulu masih terdapat interaksi satu sama lain.Tapi tak seperti kemarin, hari ini Donghae tak kelihatan datang menjemput Jessica, dan Jessicapun terlihat pulang bersama dua sahabatnya


“ Yoong…maaf ya, kami tidak bisa menunggumu sampai selesai latihan dance.” Ucap Tiffany yang sudah menenteng tasnya. Tak hanya Tiffany, tapi Sooyoung dan Seohyunpun telah siap untuk segera pulang.
“ Keurae! Kalian pulanglah!” jawab Yoona yang sebenarnya kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Dia tak bisa memaksa teman-temannya untuk tetap menunggunya sampai selesai latihan dance, yang waktu pulangnya juga tidak dapat dipastikan.


“ Kenapa masih disini? Sudah sana pulang!”teriak Yoona saat menyadari ketiga temannya masih berada di hadapannya dengan tatapan lekat ke arahnya.
“ Gwencahanayo?”tanya Seohyun hati-hati.
“ Ne..gwenchana!” yah…meskipun dipaksakan, Yoona berusaha untuk tetap meyakinkan kalau dirinya tidak masalah.


“ Ya sudah kalau begitu, kami pulang duluan ya Yoong!”pamit Sooyoung sambil melambaikan tangan ke arah Yoona yang diikuti dua temannya.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Yoona POV

At 16.31


Sesore ini latihan baru selesai,ah…untung saja ketiga temanku yang bawel itu ku biarkan pulang, andai saja aku memaksanya untuk tetap menungguku, pasti mereka ngomel-ngomel karena kebosanan menungguku terlalu lama. Kini sekolahku sudah tak seramai tadi pagi, sekarang hanya ada sebagian anak yang masih disini, itupun karena mereka harus mengikuti kegiatan tambahan, layaknya aku sekarang. 


Dengan terpaksa aku pulang sendiri, meskipun memang masih ada beberapa orang disini, tapi aku tak begitu akrab dengan mereka. Kulangkahkan kakiku keluar dari pintu gerbang sekolah, rasanya bosan sekali pulang tanpa ditemain teman. Biasanya aku pulang sambil bersenda gurau dengan ketiga temanku itu, tapi sekarang? Aku hanya bisa melangkah sambil menatap kebawah, menatap setiap jalan yang baru kutapaki.

“ Kenapa lama sekali? Aku hampir mati kebosanan menunggu disini!” entah siapa yang bicara barusan, aku tidak tahu siapa, karena wajahku masih menunduk. Tapi sepertinya dia orang bodoh, lagian mana mungkin orang bisa mati karena kebosanan.


“ Kau?” aku tersentak kaget saat menemukan sosoknya berada di hadapanku, kenapa dia ada di sini?.
“ Wae? Apa kau kaget?”
“ Jessica sudah pulang! Percuma saja kau menunggunya dari tadi.” Ucapku tak peduli sambil melengos pergi.
“ Aku tahu, lagipula aku bukan ingin menjemput Sica.” Jawabnya setengah berteriak.
“ Kau tak mau tahu aku ke sini mau menjemput siapa?” tanya dengan setengah berteriak.
“ Bukan urusanku!” jawabku sambil terus berjalan memunggunginnya.
“ Jelas itu urusanmu! Karena orang yang ingin ku jemput itu kau, Park Yoon Ah!” mwo? Apa katanya? Aku? Aku membalikkan badanku, dan melihatnya yang sedang terkekeh melihat diriku.



“ A..a..apa maksudmu?” tanyaku ketus ssat dirinya melangkah menghampiriku.
“ Yak!! Mau apa kau?” kenapa dia malah menarik lenganku? Ah…percuma aku berontak, semakin aku berontak dia semakin mengencangkan genggamannya.


“ Naik..” perintahnya menepuk jok belakang motornya.
“ Andwae!!!” teriakku sambil memalingkan wajahku.
“ Yak! Cepat naik!” dia menarik lenganku yang sedari tadi kusilangkan didepan dada. Akupun menurut saj, kunaiki motornya, akupun memberikan jarak agar tubuhku tak menempel dengan punggungnya.


Dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, rasa tak percaya, senang dan tak karuan memenuhi ruang di hatiku. Yak! Ingat Park Yoon Ah, dia sudah memiliki yeojachingu yang tak lain adalah Jessica, teman sekelasmu. Tapi seharusnya rumahku tak lewat sini! Sebenarnya dia mau membawaku kemana? Apa dia mau menculikku?.


CKKIIITTTT


Tiba-tiba saja motornya ngerem mendadak, yang membuatku lengser dan menabrak punggungnya. “ Yak bodoh! Kau sengaja ya!” omelku sambil menoyor kepalanya. “ Tadi ada kucing mau nyebrang, Yoong!” jawabnya dengan begitu enteng sambil melanjutkan perjalanan yang aku sendiri tak tahu tujuaannya kemana.

At Seoul International Hospital

Aku bingung kenapa dia mengajakku ke rumah sakit, tapi saat dia menyuruhku turun dari motornya, aku menurut saja. sampai akhirnya kami berada dalam lift, aku tak tahu sebenarnya apa tujuannya datang kemari. Tapi aku tak bertanya apapun, karena aku juga masih enggan banyak bicara dengannya. Tapi lama kelamaan aku benar-benar penasaran, persetan dengan gengsi yang sedang ku pertahankan baik-baik.

“ Kau sakit?” tanyaku memecah keheningan dalam lift yang hanya berisi aku dan namja gila ini.
“ Annie...” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannnya ke arahku.
“ Terus untuk apa kau mengajakku kesini?” tanyaku lagi.

TING

Belum juga dia menjawab pertanyaanku, tapi pintu lift sialan ini telah terbuka. Tak lama, ia pun keluar dari lift ini. Sebenarnya dia ini mau kemana sih?. Kamar 276? Siapa yang sakit? Eommanya? Appanya? Atau kakaknya?.


Ku telusuri kamar yang bernuansa putih nan tenang ini, kamar ini lumayan luas, karena kamar ini termasuk golongan kamar VIP. Kulihat ada seseorang terbaring dengan kaki yang digantung, sepertinya orang ini patah tulang. Tunggu! Apakah pria ini kakaknya?.


“ Hae!” seru orang itu saat Donghae duduk di kursi samping ranjangnya.
“ Siapa itu?” tanya orang itu sambil menunjukku dengan dagunya.
“ Dia…” belum juga Donghae menyelesaikan kalimatnya, tapi orang itu kembali meracau.
“ Apakah dia gadis itu? gadis yang bernama Yoona?  Ah…neomu yeoppeo!!” kata orang itu, akupun tersenyum padanya. Tapi kenapa orang itu bisa tahu namaku?.


“ Annyeong! Hhmm…tapi kenapa kau bisa tahu namaku?” tanyaku padanya, dia malah terkekeh sambil melirik Donghae sejenak.
“ Dari anak tengil inilah! Kau tak tahu ya, kalau dia ini sering sekali bicara tentangmu?” kini tawanya pecah yang membuatku makin bingung, sementara Donghae hanya menggaruk tengkuknya.


“ Mian…hahahahahhh..hahahhahh..mian…aku terlalu banyak tertawa! Kenalkan namaku Kim Jaejoong, aku kakak sepupunya ikan ini.”
“ Pasti beberapa waktu belakangan ini kau terganggu karena anak ini sering sekali datang ke sekolahmu untuk menjemput yeojachinguku?” lanjutnya lagi yang membuatku makin tak mengerti dengan ucapannya. Bukankah yang selama ini Donghae jemput itu Jessica? Apa? Apa Jessica itu yeojachingu orang ini?.


“ Benar! Yeojachinguku itu Jessica, kau kenal dia kan?” kenapa orang ini bisa tahu pikiranku? Apa dia bisa membaca pikiran orang lain.
“ Tapi kenapa Donghae yang menjemputnya?” tanyaku.


“ Yah…sekarang kau lihat saja keadaanku, diriku masih terbaring tak berdaya dengan kaki kiri patah dan luka-luka di beberapa bagian tubuhku, jadi mana bisa aku menjemput Sica, maka dari itu aku meminta anak ini untuk menjemput Jessica. Kau tahukan, Jessica itu hobi tidur? Maka dari itu aku tidak akan membiarkannya menggunakan transportasi umum, karena kalau tidak, dia akan tidur dan di bawa supir entah kemana.” Jelasnya panjang lebar. Aku pun mengangguk sambil membulatkan mulutku.

“ Jadi sudah puas tuan muda Lee Donghae?” tanya orang itu beralih pada Donghae.
“ Sudah hyung! Gomawo hyung! Sudah mau menjelaskan semuanya pada yeoja babo ini!” apa katanya yeoja babo? Maksudnya aku?.


“ Ya sudah selesaikanlah masalah kalian baik-baik! Yoona, kalau kau cemburu, lebih baik kau tanyakan langsung pada Hae.” Kenapa pembicaraan jadi semakin tak jelas arahnya, lagipula siapa yang cemburu?.
“ Hyung!” donghae langsung menatap tajam orang itu.


“ Ya sudah aku pulang dulu hyung!” pamit Donghae.
“ Aku juga! Semoga kau cepat sembuh Jaejoong-ssi.” Ucapku sambil membungkukkan badanku.
“ Yak..panggil aku oppa saja! lagipula sebentar lagi kau juga akan menjadi adikku.” Lagi-lagi dia terkekeh dan ucapannya kali ini makin ngelantur saja.


“ Sudahlah hyung! Jangan menggodanya terus!” entah marah atau kesal, tapi ucapan Donghae mampu menghentikan orang itu.
“ Ya sudah aku pamit pulang ya, op..oppa!” ucapku sambil membungkukkan tubuhku lagi.
“ Ne…hati-hati!”jawabnya sambil tersenyum, omo…ternyata dia tampan sekali.


……………………………………………………………………………………………………………………………………….


Donghae telah membuka pintu kamar itu yang langsung kuikuti dibelakangnya. Dia berjalan mendahuluiku, meski tertinggal tak begitu jauh, tapi aku enggan untuk menyamai langkahku dengannya. Jujur setelah keluar dari kamar Jaejoong oppa, mendadak atmosfir diantara kami jadi tak bersahabat. Sampai di lapangan parkir saja ia masih tak mau bicara,ahh…mau bagaimana lagi? Lebih baik aku pulang sendiri!. Ini merupakan kebiasaan yang ia lakukan setiap aku ingin melenggang pergi, apalagi coba kalau bukan menarik lenganku.


“ Mau kemana?” kenapa nada bicaranya dingin sekali, ditambah dia tak ingin memandangku.
“ Ya..pulanglah bodoh!”teriakku sambil mencoba melepaskan tangannya.
“ Siapa bilang kau boleh pulang sendiri? Aku yang akan mengantarmu, ayo cepat naik!” mendengar nada bicaranya seperti ini, aku tak bisa menolak ataupun memberontak.


At Han River

Tak terasa kini waktu telah menunjukkan 18.30 dan dia malah membawaku ke tempat ini, sebenarnya dia mau apa sih? Katanya dia mau mengantarku pulang?. Dia masih duduk dengan tatapan lurus menghadap aliran sungai yang begitu tenang, yang dihiasi pantulan-pantulan gemerlap lampu malam yang menambah keindahan tempat ini.

“ Jadi bagaimana?” tanyannya memecah keheningan diantara kami. Jujur aku tak mengerti arah pembicaraannya? Apanya yang bagaimana?.
“ Maksudmu, bagaimana apanya?” tanyaku balik, yah..aku sendiri juga bingung mau menjawab apa.
“ Aisshhh..bukankah kau sangat pintar? Kenapa hal seperti ini kau tak mengerti?” dia terlihat frustasi sambil mengacak rambutnya.


“ Yak!! Itu salahmu! Kenapa kau bicara tak jelas begitu!” teriakku kesal.
“ Huftt..keurae!” dia menghembuskan nafasnya panjang dan beranjak dari duduknya dan melangkah maju ke depan, aku hanya bisa terpaku penasaran dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.


“ Park Yoon Ah!!! Maukah kau menjadi yeojachingu-ku?” dia teriak begitu keras, untung saja di sini sudah sepi, kalau tidak, semua orang pasti akan melihat heran ke arahnya. Tapi apa yang barusan dia katakan? Dia memintaku untuk menjadi yeojachingu-nya? Apa aku tidak salah dengar? Atau aku sedang bermimpi?.


“ Yak! Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku? Apa suaraku kurang kencang?” dia mendecak kesal, dia membalikkan badannya dan berjalan menghampiriku. Kenapa ini? Kenapa jantungku mulai tak normal lagi? Omo!! Kenapa semakin dekat dia melangkah, kenapa detakan jatungku makin cepat?. Lee Donghae! Kalau kau menginginkan aku tetap hidup, kuperingatkan kau untuk tak mendekat.


“ Jadi…”tanyanya dari jarak yang begitu dekat, dia menaikkan satu alisnya, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutku nanti.
“ Hmmm?” sebenarnya pendengaranku masih sangat bagus, tapi aku hanya ingin mendengar pertanyaannya sekali lagi untuk memastikan kalau ucapannya itu sungguh-sungguh.
“ Isshhh..haruskah aku mengulangnya?” dia terlihat frustasi saat ingin mengucapkan hal itu.


“ Hmmm..Hufft…ma..maukah kau menjadi yeojachiguku?” tanyanya dengan gugup.
“ Andwae!!” jawabku singkat yang sontak membuatnya membulatkan matanya.
“ Terserah kau mau bilang apa! Karena meskipun kau menolak, kau tetaplah yeojachingu-ku mulai hari ini.” Dia langsung melenggang pergi setelah mengucapkan pernyataan sepihak itu.



“ Yak!! Itu namanya pemaksaan!” teriakku sambil berlari mengekorinya. Langkahnya terhenti, ia membalikkan badannnya mengahadapku, ia memperkecil jarak di antara kami, diapun mencengkram bahuku sambil menatap mataku lekat. Aku bisa mati kalau dia terus seperti ini! Ini tidak bisa! Aku harus cari akal agar ia menghentikan tingkahnya yang sukses membuatku tak karuan.



“ Yak!! Appo!!” ringsinya sambil memegangi kaki kirinya yang baru saja kuinjak.
“ Rasakan! Makanya jangan suka memaksaku!”
“ Kau keterlaluan! Kau menginjak lukaku!”dia meringis dan sekarang dia teduduk sambil membuka tali sepatunya.
“ Apa sakit sekali?” tanyaku sambil duduk di hadapannya, kusentuh sepatunya yang sudah terbebas dari ikatannya. Ku lihat dia sedang menahan sakit, apa rasanya sakit sekali?. Tapi bukannya menjawab , ia malah meraih tanganku, ia menggenggam tanganku.


“ Kau pura-pura?” tanyaku kesal tapi dia malah terkekeh, mungkin menurutnya aku ini sangat bodoh.
“ Jadi bagaimana kau maukan jadi yeojachinguku?” tanyanya tanpa mempedulikan pertanyaanku sebelumnya.


“ Andwae!” jawabku sambil berdiri dan melenggang meninggalkannya.
“ Kenapa? Padahal sudah jelas-jelas kau menyukaiku.” Dia berlari dan meraih tanganku.
“ Jangan sok tahu! Aku itu tidak suka padamu!”
“ Jangan mengelak lagi, aku tahu kau menyukaiku.”ucapnya enteng yang membuatku tercengang kaget mendengarnya.



“ Tidak! Memang siapa yang bilang, hah?”
“ Hatiku yang bilang! Yoona aku menyukaimu, bahkan sejak aku bertemu denganmu di Smp.” Kini nada bicaranya begitu serius, dia juga mencengkram bahuku. Dia menarikku masuk kedalam pelukannya, kepalaku bersandar pada dada bidangnya yang terasa amat nyaman dan hangat.
“ Jadi kau maukan?”tanyanya lagi.
“ Andwae!” jawabku dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya. Dia melepaskan pelukannya, dia menatapku lekat dengan tatapan yang sukses membuatku salah tingkah.


“ Wae? Apa kau tidak menyukaiku.” kini suaranya berubah jadi lirih.
“ Hmm..karena kecuali Seohyun, dua temanku yang lain belum ada yang berpacaran.” Jawabku polos yang sukses membuat matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar. Mungkin menurutnya aku gadis konyol atau apalah, tapi jujur aku tak mau pacaran sebelum Sooyoung dan Tiffany juga pacaran.


“ Kau pikir mereka itu belum pacaran? Sebenarnya mereka itu sudah punya pacar! Apa mereka tak memberitahumu?” apa ? jadi mereka berdua sudah punya pacar? Awas ya Choi Sooyoung, Tiffany Hwang, akan ku habisi kau nanti!.


“ Hahahahahahahhahh….pasti mereka merahasiakannya darimu karena diantara kalian berempat hanya kaulah yang belum pacaran, hahahahahha” tawanya pecah yang membuatku makin kesal.
“ Appo..” ringisnya saat ku jitak kepalanya menggunakan kepalan tanganku.
“ Kenapa hari ini kau senang sekali menyiksaku sih?” gerutunya sambil mengusap-usap kepalanya.


“ Terus siapa namjachingunya Soo dan Fany?” tanyaku tanpa peduli dengan keadaannya.
“ Fany pacaran dengan Siwon dan Soo dia pacaran dengan Changmin.”
“ Dan kau? Siapa namjachingumu?” tanyanya.


“ Tidak seperti namjachingunya Sooyoung atau Tiffany, namjachinguku itu pendek, jelek, dan juga bodoh. Ahh…malang sekali bukan nasibku?.”jawabku sambil melenggang meninggalkannya. Kenapa reaksinya begitu lama, maksudku itu kan dia, apa dia tak merasa kalau aku baru saja menyebutkan ciri-cirinya.
“ Apa? kenapa kau mau dengan orang seperti itu? lebih baik kau cari yang lebih baik darinya!” ah…benarkan! Pasti dia tak merasa kalau orang yang ku maksudku itu dirinya sendiri.



“ Entahlah! Terus aku harus bagaimana lagi? Beberapa menit yang lalu dia bilang, meskipun aku menolaknya, mulai hari ini aku resmi menjadi yeojachingunya. Dan barusan orang itu malah bilang untuk mencari orang yang lebih baik darinya. Ah…namjachinguku itu memang benar-benar bodoh!” kalau sampai dia tak mengerti lagi, akan ku hajar kepalanya itu.



“ Bukankah yang bicara seperti itu aku? Tapi tadi kau bilang orangnya itu pendek, jelek, dan bodoh. Tapi terserahlah, yang penting kau menerimaku.” Ucapnya yang langsung membawaku masuk kedalam pelukannya.
“ Saranghae..” ucapnya.
“ Nado…” balasku.
“ Mulai dari sekarang kalau ada yang bertanya padamu tentang siapa namjachingumu kau harus jawab kalau namjachingumu itu aku, Lee Donghae.” Ucapnya sambil melepaskan pelukannya.


“ Ne…aku akan menjawab Lee Donghae yang pendek, jelek, dan bodoh itu adalah namjachinguku.” Dia mengerucutkan bibirnya setelah mendengarkan kalimat yang baru saja keluar dari mulutku.
“ Yak! Itu salah! Jelas-jelas aku itu tampan, aku juga pintar, dan….” Langsung kuselak ucapannya.
“ Tapi satu yang benar, kau memang pendek Hae! Tinggimu itu dibawah rata-rata, hhehehehe.” Ucapku yang membuatnya makin cemberut, kenapa kalau seperti ini dia malah tampak menggemaskan?.


“ Yak…jangan cubit pipiku!”
“ Ayo kejar aku! Dasar namja pendek! Pasti kakimu terlalu pendek untuk bisa berlari cepat, weee!” ledekku sambil menjulurkan lidahku kearahnya yang sudah terlihat kesal.
“ Baik! Kalau itu yang kau mau!” diapun berlari mengejarku. Kejar-kejaran pun tak dapat dihindari, apalagi Hae terlihat gigih  sekali untuk menangkapku. Tapi lama-kelamaan aku jadi sangat lelah akupun berhenti sejenak untuk mengatur nafasku yang sudah tak beraturan.


“ Kena kau!” diapun menarikku ke dalam pelukannya, bisa kurasakan nafasnya juga sama denganku, masih tersengal-sengal dan tak beraturan.
“ H..hah..h…Saranghae.”ucapnya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
“ Aku tahu! Mau berapa kali kau mengatakan itu padaku?”
“ Kalau bisa sepanjang sisa hidupku sekarang, aku akan mengucapkan hal itu padamu.”



END

Gimana seru gak? Semoga seru ya, amin!! Tapi mian juga nih…kalau akhirnya jadi gaje plus jayus gini, jujur aku bikinnya aja sampe berkidik ngebayangin apa yang aku tulis.

Sebelumnya thanks buat para readers yang 90% adalah silent readers yang udah mau baca ff ini, yah…aku gak maksa komen, tapi aku berharap kalian mau komen. Dan yang terakhir thanks buat 2 seniorku, Kim Dhira dan juga Salsa. Aku kaget banget pas buka Gigsent, aku nemuin ff baru yg jdlnya best friend,,, wah bene” terkejut ngeliatnya, emg pling bisa bikin kjutan tuh si salsa.

Padahal pas aku tanya “ sal lu ada proyek lagi g, slain oh my teacher?”, trus dia jwb “ enggak…baru oh my teacher doing kok!”. Dan kenyataannya dia ngepost best friends,,, ahh…menyebalkan tuh senior yg satu itu! jangan ditiru yah….

Ya udah segitu aja…aku capek nulisnya, lagian aku juga bingung mau nulis apalagi.

Thanks

GSB

Comments

Popular Posts