Memories ( LNE Side Story )










Masih ada yang bingungkah? Hmmm..sini biar aku jelasin, FF ini itu sub unit dari Love Need Effort, jadi ini gak kehitung sebagai part 3, karena FF ini tuh kayak flashback yang isinya cuma So Eun ma Ki bum. Kalian udah baca LNE part 2 kan? Nah…inilah penjelas kenapa So Eun itu benci sama Ki bum ( walau sebenernya suka ). Ya udah biar gak makin bingung, mending langsung baca aja deh…*hehehe…author bawel*. Happy Reading…..







Seoul, 2001


So Eun POV



Hari ini adalah hari pertamaku menjejakkan kakiku di kota Seoul, yah…aku baru saja pindah dari Busan ke Seoul, sesungguhnya aku juga tak mau pindah ke kota ini, karena aku tak ingin berpisah dengan halmoeni dan harabojiku di Busan. Tapi mau bagaimana lagi? Eomma dan appa sudah memaksaku untuk ikut, dan appa juga bilang kalau appa tidak bisa bekerja dengan baik di Seoul, kalau anaknya sendiri tak ikut tinggal juga bersamanya. Akupun mengalah dan mengikuti mereka dalam rangka pemindahan appa-ku dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat yang terletak di Seoul.





“ Bagaimana chagi, rumah baru kita bagus kan?” tanya appa padaku. Setelah perjalanan jauh yang sudah kami tempuh, akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang bisa terbilang sangat besar untuk ditempati 3 orang. Aku suka sekali rumah ini, rumah yang memiliki halaman luas yang ditumbuhi banyak pepohonan, serta bermacam-macam bunga.
“ Ne, appa! Aku suka!”jawabku girang. Belum selesai aku terpukau dengan halaman rumah baruku, aku kembali dia buat terpana oleh kondisi bagian dalam rumahku. Aigoo…aku rasa aku akan nyaman tinggal disini.



Kedua orang tuaku masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing, appa sedang bertelpon ria yang bisa kutebak dari para sanak saudara yang juga tinggal di kota ini, sedangkan eomma, entah kegiatan seperti apa yang sedang ia lakukan. Merasa kebosanan, akupun memutuskan untuk bermain di pekarangan rumah barukuku bersama Teddy, boneka kesayanganku.




“ Eomma..aku main di luar dulu ya!” pamitku pada eomma yang sedang membuat kopi di dapur.
“ Ne…tapi jangan jauh-jauh ya! Kau kan belum tahu jalan sekitar sini.” Jawab eomma sambil menoleh ke sosok kecilku, akupun mengangguk kecil, menandakan kalau aku tidak akan main jauh-jauh.



Aku berjalan menyusuri halaman rumahku, yang lebih mirip dengan taman indah yang begitu menyenangkan. Aku bergegas menuju sebuah ayunan, aku duduk di atas permukaan ayunan itu, sambil sesekali menghentakkan kakiku untuk membuat ayunan itu mengayun yang menciptakan semilir angin yang begitu lembut saat menerpa kulitku.



“ Teddy, apa kau senang tinggal disini?” tanyaku pada Teddy yang berada dalam dekapanku.
“ Aku harap juga begitu! Aku harap aku bisa nyaman tinggal disini.”meskipun aku tahu Teddy-ku itu hanyalah sebuah boneka, benda mati yang tak mungkin bisa bicara, tapi aku senang menceritakan segala peluhku padanya. Yah…setidaknya untuk sekarang, hanya Teddy-lah temanku disini.




Lama-lama aku bosan juga hanya duduk di ayunan ini, akhirnya aku putuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan. Ku lihat sepedaku masih tersimpan manis di dalam bagasi mobil yang terbuka, dengan sekuat tenaga aku mengeluarkan sepeda kesayanganku itu. Nah…akhirnya bisa! Aku ini kan kuat, mana mungkin mengangkat sepeda saja tidak bisa.




“ Eomma…Appa… aku main sepeda dulu ya!!!” teriakku tanpa masuk dulu ke dalam rumah. Ku kayuh pedal sepedaku berjalan keluar dari halaman rumah. Tak lupa aku juga mengajak Teddy, aku menaruhnya dalam keranjang yang berada di depan stang sepedaku. Saat ku susuri jalanan yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku, kulihat banyak sekali anak-anak seumuranku sedang bermain bersama.




“ Hai…nan..Kim So Eun imnida!! Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Aku menepikan sepedaku dekat anak-anak yang sedang bermain itu, lalu memperkenalkan diriku pada mereka. Entah apa ada yang aneh dariku, tapi mereka menatapku enggan dan kembali melanjutkan permainan mereka, tanpa mau menerima uluran tanganku.




“ Apa aku boleh gabung bersama kalian?” tanyaku pada mereka, sambil memperkecil jarak diantara kami. Bocah laki-laki yang menurutku paling besar diantara yang lainnya, berjalan menghampiriku.
“ Kau mau main bersama kami?” tanyanya padaku yang langsung ku jawab dengan antusias, “ Ne!!” jawabku sambil menganggukkan kepalaku. Ternyata usaha kerasku tak sia-sia.
“ Baiklah teman-teman, ayo kita main bersamanya!” ujar bocah itu yang langsung diikuti semua anak. Tapi tunggu! Mereka bukan menghampiriku, mereka malah menghampiri sepedaku. “ Kawan-kawan! Ayo kita main!” seru bocah itu lagi. Mereka menendang sepedaku sampai jatuh, mereka juga menggeret sepedaku, membiarkan badan sepedaku tergores oleh aspal. Tapi dimana Teddy-ku? Tunggu! Bukankah itu Teddy-ku?




“ Yak!!! Apa yang kalian lakukan, hah?” teriakku sudah tak tahan menahan emosiku, rasanya airmata-ku sudah menumpuk di pelupuk mata, tapi aku tidak ingin terlihat lemah di depan gerombolan bocah-bocah ini. Ku dorong mereka yang sedang ingin menghancurkan sepedaku, ku tarik baju mereka satu persatu untuk menjauh dan menghentikan ini semua.




“ Tadi kau bilang mau main bersama,kan? Nah…inilah permainannya!” ujar si cungkring yang benar-benar menyebalkan, tanpa memandang aku ini hanyalah anak perempuan umur 12 tahun, ia mendorongku hingga aku tersungkur ke aspal.

“ Aisshh… aw…” darah segar mengucur di permukaan lututku, akibat gesekan yang membuat kulitku terkelupas. Rasanya sangat sakit dan perih, tenanglah So Eun, kata Halmoeni, kau adalah anak perempuan yang tangguh, jadi jangan menangis hanya karena luka sekecil ini.



“ Mau kalian apakan Teddy-ku?”teriakku seraya bangkit dari posisiku. Ku hampiri beberapa anak perempuan yang juga salah satu kawannya si bocah gendut dan cungkring itu, mereka sedang melempar-lempar Teddy-ku. Tak hanya itu, mereka juga menarik-narik badan Teddy, sampai-sampai beberapa kapas penyusun tubuh Teddy keluar karena sobek.




Kesabaranku habis, ku hampiri dan kudorong mereka, sama seperti saat si cungkring itu mendorongku. Mereka semua terlihat amat marah mendapatkan perlakuan seperti itu, dan beberapa diantara mereka kembali bangkit dan berjalan ke arahku. Mereka mendorongku bersamaan dan mengambil Teddy yang berada dalam dekapanku.




“ Berhenti!”teriak seseorang, aku juga tidak tahu dia siapa, yang pasti dia seorang namja kecil yang mungkin seumuran atau bisa jadi lebih tua dariku. Mendengar teriakannya, sontak mereka semua menoleh ke arah yang sama denganku, ke arah namja itu. Setelah menemui sosok namja itu, mereka semua langsung tertunduk, bahkan anak yang tadi merampas Teddy-ku langsung memberikannya lagi padaku.


Sebenarnya siapa anak laki-laki itu? Apa dia ketua dari kelompok anak-anak berandalan ini?.  Dia berjalan mendekat ke arahku, dia menjongkokkan tubuhnya dengan lututnya yang bertumpu di atas aspal, sedangkan tanganya terjulur ke hadapanku.



“ Gwenchanayo?” tanyanya sambil berusaha melihat wajahku, yang kusembunyikan di antara dua lututku. Jujur aku sangat takut, takut kalau dia akan berbuat jahat padaku.
“ Kalian! Apa kalian akan selalu mencari masalah, hah?” kini namja di hadapanku mulai berinteraksi dengan gerombolan bocah sadis itu.
“ Wae?? Kau tidak suka? Lagipula anak ini yang meminta kami main bersamanya.” Jawab si cungkring yang tadi mendorongku. Namja di depanku ini bangkit dan menghampiri si cungkring dan si gendut.




“ Inikah cara kalian bermain? Yang kalian lakukan itu bukan bermain, tapi menyiksanya!”dengan nada tinggi tapi terkesan tenang, namja itu bisa dibilang membentak dua bocah tengil itu.
“ Hahahahahhh..memang apa peduli kami? Dan satu hal lagi, kau tidak usah ikut campur Kim Ki Bum!!”balas si gendut dengan nada mengejek. Jadi nama namja itu Kim Ki Bum, tapi siapa dia? Ku kira dia ketua dari gerombolan bocah ini.
“ Seunjong-ah! Sudahlah!” ujar si cungkring sambil mencengkram bahu si gendut.
“ Tap..” tiba-tiba ada dua security yang menarik baju si gendut dan membawa mereka semua pergi.




“ Maaf atas ketidaknyamanannya! Kami akan mengamankan anak-anak ini! Permisi!” ujar salah satu security itu, mereka pun membawa paksa kawanan bocah yang amat brutal itu pergi dari hadapanku.
Setelah mereka semua pergi, kudekap Teddy-ku dan menatap nanar ke arahnya yang sudah sobek karena ulah anak-anak itu. Ada tangan terjulur dihadapan wajahku, kudongakkan kepalaku untuk melihat siapa pemilik tangan itu, ternyata itu tangannya. Kulihat tangan kirinya terulur ke arahku, sedangkan tangan kanannya sedang menopang…sepedaku?.





Dia menganggukkan kepalanya, seolah menyuruhku untuk meraih tangannya itu. Dengan ragu, ku raih tangannya untuk berdiri, tapi aw…sakit sekali! Lutut serta siku tanganku luka. “ Ayo naik!” dia menepuk-nepuk jok belakang sepedaku, aku pun menurutinya saja, karena ku rasa dia bukan bocah gila seperti bocah-bocah tadi. Dia mengayuhkan sepedaku, membawaku pergi ke sebuah taman.




“ Aku pinjam sepedamu dulu ya? Kau…tunggu saja aku disini! Jangan kemana-mana.” Aku hanya mengangguk pelan, kulihat dia langsung pergi lagi dengan membawa sepedaku. Apa dia itu pencuri? Apa dia ingin mengambil sepedaku?. Tak ingin pusing dengan anak laki-laki itu, aku terus menatap Teddy-ku yang sekarang benar-benar dalam kondisi kacau. Tak terasa airmata yang dari tadi ku tahan, akhirnya jatuh juga. Bagaimana tidak? Boneka Teddy ini adalah pemberian dari haraboji dan ia memintaku untuk terus menjaga boneka ini. Tapi sekarang lihat! Boneka ini sudah setengah rusak.




“ Kenapa menangis?” omona…apa anak ini makhluk halus? Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Aku tak menjawab pertanyaanya, karena yang terpenting untukku sekarang adalah bagaimana Teddy-ku ini bisa kembali utuh seperti semula.
“ Aw…yak! Appo!!” tanpa ku perintah, anak ini menempelkan sebuah kapas yang sudah dibasahi dengan cairan alcohol di lututku. “ Mian…aku akan pelan-pelan.”jawabnya yang masih sibuk dengan kapas dalam genggamannya. Dia beralih ke siku-ku yang juga terluka. “ Eomma!!!!” kali ini aku berteriak lebih keras dari sebelumnya.



“ Rumahmu dimana?” tanya yang masih terus mengobati lukaku. Oh..ya, aku sendiri juga tidak tahu alamat rumahku, yang aku tahu hanyalah bentuk rumahku saja.
“ Molla…yang aku ingat hanya bentuk rumahku saja.”jawabku yang masih menahan perih karena cairan alcohol dan betadine yang ia oleskan di lukaku.
“ Apa kau baru pindah ke sini?” sekarang dia tatapannya beralih menatapku, aigooo…ternyata namja ini tampan sekali, dia tidak begitu hangat, tapi dia lembut dan juga baik.



“ Ne..”jawabku singkat. “ Sudah selesai! Baiklah ayo aku antar kau pulang!” setelah dia setelah menempelkan plester pada lukaku, dia langsung berdiri dan berjalan menuju sepedaku. Tunggu! Tadi dia bilang apa? Dia mau mengantarku pulang? Aku saja tidak hafal jalan menuju rumahku.



………………………………………………………………………………….





“ inikan rumahmu?” tanyanya saat sepedaku berhenti di sebuah rumah yang baru saja aku tempati beberapa yang lalu. “ Ne..” jawabku seraya mengangguk kecil.




Seoul 2004



Author POV



“ So Eunie! Makan dulu sarapanmu!” teriak seorang wanita usia sekitar 40 tahun-an pada seorang yeoja muda berseragam sekolah.
“ Sudahlah eomma..aku sudah terlambat!”jawab gadis muda itu yang langsung beranjak setelah selesai mengikat tali sepatunya. “ Eomma..aku berangkat dulu ya!” pamit yeoja itu pada sang eomma sambil mengecup pipi kanan sang eomma.



Dengan langkah cepat yeoja itu, tepatnya Kim So Eun kini sedang berlari menuju halte bus, tempat dimana ia selalu menunggu bus yang mengantarnya ke sekolah. Sebenarnya jika Ia mau, appanya bisa saja menyediakan fasilitas motor ataupun supir pribadi untuk dirinya, terlebih So Eun termasuk anak yang berasal dari kalangan keluarga yang berkecukupan. Tapi ia lebih memilih terburu-buru dan selalu berlari setiap harinya untuk mendapatkan bus. 




Itupun bukan tanpa alasan, ia memilih pilihan seperti itu agar ia bisa bertemu dengan pangeran impiannya, siapa lagi kalau bukan seorang namja kecil yang kini mulai beranjak dewasa, namja yang pernah menyelamatkan dirinya dari gerombolan bocah bengis tiga tahun yang lalu, namja tampan yang juga sunbae-nya di sekolah, namja yang tepatnya bernama Kim Ki Bum.


~ ~ At Bus Stop ~ ~



Telah berdiri seorang namja yang masih fokus dengan buku yang sekarang menjadi bahan bacaanya. Melihat namja itu berada di hadapannya perasaan So Eun senang tak terkira karena biasanya tak jarang, ia terlambat dan pada akhirnya ia tak bertemu dengan Ki bum di sini.



“ Seharusnya jangan memaksakan dirimu seperti ini. Harusnya kau tak boleh meninggalkan sarapanmu.”ujar namja itu tanpa mengalihkan fokus matanya pada buku yang berada dalam genggamannya. Sekejap So Eun langsung menoleh ke arah Ki bum, yah…memang inilah nasihat yang selalu ia dengar setiap kali bertemu di halte bus. Dan memang nyatanya So Eun memaksakan dirinya untuk bisa bertemu Ki bum.




Kini halte bus mulai ramai, setiap orang yang datang dan menunggu pasti akan bercengkramah satu sama lain. Menanyakan kabar, tujuan, atau bahkan hanya sekedar mengucapkan selamat pagi..itulah yang dilakukan beberapa orang yang sedang menunggu di halte ini. Tapi hal ini malah berbanding terbalik dengan apa yang sedang terjadi antara Ki bum dan So eun. Mereka hanya tenggelam dalam diam dengan dunia mereka masing-masing. Keheningan pun pecah saat sebuah bus berhenti tepat di depan halte, yang membuat mereka bergeming dan melangkahkan kaki memasuki sebuah kendaraan yang dari tadi mereka tunggu. 




………………………………………………………………………….




So Eun POV



~ ~ At Jungsang High School ~ ~



Setelah menempuh perjalanan selam kurang lebih 25 menit, akhirnya aku sampai juga di sekolahku. Seperti biasanya hari ini aku berangkat bersama Ki bum, yah itupun karena hari ini aku sedang beruntung karena tidaak terlambat. Aku menyusuri jalan menuju kelasku, tadinya aku ingin terus mengikuti Ki bum, tapi berhubung kelas kami yang tak searah, jadi aku harus mengurungkan niatku.



Kelas X A, nah inilah kelasku!. Yah..aku adalah siswi kelas X semester dua, aku juga aktif di ekskul jurnal dan juga teater. Kalian masih ingatkan saat pertama kali aku pindah ke kota ini? Yaph…aku tidak memiliki seorang temanpun, tapi tidak untuk sekarang, kini aku memiliki tiga sahabat yang amat kusayangi. Jooyeon, Mi ran, dan Sora, itulah nama ketiga sahabatku.



Baiklah sekarang kembali lagi padaku. Kalian masih ingat kan seorang namja kecil yang menyelamatkanku dari kawanan bocah sadis saat aku baru saja pindah ke kota ini? Ki bum…yah dia memang dua tahun lebih tua dariku, tapi karena aku sudah terbiasa memanggilnya seperti itu, jadi aku tidak memanggilnya sunbae.



Ini sudah kedua kalinya aku satu sekolah dengannya, jadi sebelumnya saat aku memasuki SMP, ayahku yang ternyata kolega bisnis dari ayahnya Ki bum, mendaftarkanku di sekolah yang sama dengan Ki bum. Alasannya adalah saat itu aku belum mempunyai banyak teman, jadi ayahku berharap Ki bum bisa menjagaku dan menjadi teman baikku. Tapi sepertinya appa salah besar! Dia, maksudku Ki bum sepertinya tak menyukai keberadaanku, yah… meskipun dia tak pernah mengatakan kalau dia tak menyukaiku, tapi nampak sekali kalau dia seperti membuat benteng pemisah antara dirinya dengan diriku.



Kim Ki bum memang bukan seorang namja berhati hangat ataupun mudah akrab dengan orang lain. Dia malah cenderung penyendiri dan lebih suka diam. Dan semua yang ada pada dirinya adalah kebalikan dari diriku. Aku pun heran kenapa aku bisa menyukai orang seperti dia. Menyukai orang yang selalu terganggu dengan keberadaanku, orang yang selalu menyuruhku untuk tak menunggunya di halte bus, ataupun orang yang hanya tersenyum setiap kali aku menceritakan hal-hal lucu padanya. Tapi itu tak berpengaruh apapun untukku, karena walau bagaimanapun perasaanku sudah tak bisa kuelak lagi.



“ So Eun-ah cepatlah kemari!” kudengar seorang yeoja dengan rambut dikuncir kuda melambaikan tangannya ke arahku saat aku baru saja memasuki kelasku. Kupercepat langkahku menuju segerombolan yeoja tempat dimana yeoja kuncir kuda yang tak lain dan tak bukan adalah Jooyeon.
“ Wae?” tanyaku, perlahan wajah Jooyeon beserta dua sahabatku yang lain menjadi bingung. Isshh…kenapa jadi mereka yang bingung? Harusnya kan aku yang bingung.
“ Hmmm…ehemmm…Kim So Eun kau harus tahu ini!”ujar Mi ran yang berlagak misterius yang disambut tatapan heran oleh kedua orang di sampingnya.




“ Kau tahu? Saera sunbae menyukai Ki bum sunbae..” bisik Sora dengan nada khas seorang pembawa acara infotainment. Tapi siapa katanya? Saera sunbae? Aigoo….bukankah dia yeojachingunya Sanghyun sunbae?.
“ Tapi bukankah dia sudah memiliki namjachingu? Apa berarti dia akan melancarkan aksinya seperti yang sudah-sudah?”tebakku yang disambut anggukan kecil dari ketiga sahabatku berbarengan. Omona….Kenapa harus Ki Bum yang jadi targetnya kali ini? Baiklah sepertinya aku harus menceritakan dulu siapa itu Saera sunbae.



Dia adalah salah satu senior yang paling cantik dan populer diantara teman-temannya. Ku akui wajahnya memang cantik tanpa cacat sedikitpun, tapi tahukah kalian kalau hatinya begitu menyeramkan?. Yaph…dia itu sombong karena memiliki semuanya, seperti kekayaan, kecantikan,dan juga kepopuleran. Tak hanya itu, dia juga suka melabrak yeoja yang menurutnya bisa menyaingi pamornya. Selain itu dia juga suka mendiskriminasi junior-junior yang tak menghormatinya. Ya...aku bisa bicara seperti itu, karena dulu aku pernah mengalaminya.





Dan apa kalian mengerti maksudku bicara ‘melancarkan aksinya seperti yang sudah-sudah?’ Baiklah…ku jelaskan sedikit, jadi karena kesempurnaan yang ia miliki, Saera sunbae bisa dengan mudah bergonta-ganti namjachingu dengan namja manapun yang ia mau. Biasanya namja yang menjadi targetnya adalah namja yang juga sempurna sepertinya. Namja dengan segudang prestasi, kepopuleran, dan tentunya dibalut dengan fisik yang sempurna.




Contohnya Sanghyun sunbae, dia adalah anak basket yang dikagumi banyak yeoja, dia juga pemenang speaking contest beberapa bulan lalu yang membuat pamornya meningkat tajam. Nah….pada saat itu Saera sunbae yang notabenenya masih berstatus sebagai yeojachingu dari Yunho sunbae, segera memutuskan Yunho sunbae demi mendapatkan Sanghyun sunbae.



Semua usaha ia kerahkan untuk mendapatkan Sanghyun sunbae, termasuk menindas setiap yeoja yang tengah dekat dengan Sanghyun sunbae. Dan semua usahanya itu ia lakukan agar bisa mendapatkan Sanghyun sunbae. Dan kali ini…Ki bum? Kenapa dari sekian banyak namja di sekolahku harus Ki bum yang ia pilih? Aigoo…lalu bagaimana dengan nasibku? Ku akui aku memiliki perasaan pada Ki bum. Tenanglah So Eun…Ki bum adalah namja berhati dingin, jadi tidak mungkin Saera sunbae bisa mendapatkannya.



“ Sepertinya kau dalam bahaya nona So Eun!”ucap Miran yang membuatku bergidik ngeri. Jujur aku juga merasa takut, bagaimana tidak? Setiap kali melihat wajah cantik Saera sunbae, terlintas berbagai kebengisan dan kesadisannya di pikranku. Kalian tahukan kalau sampai Saera sunbae tidak bisa mendapatkan namja yang ia sukai maka tidak seorangpun juga yang bisa dan berarti akupun begitu. Omona…ini tak boleh sampai terjadi!!.




“ Tenanglah kami akan terus mendukung dan membantumu! Kalau Saera sunbae sampai mengganggumu akan ku kerahkan semua pegawai appa-ku untuk memberikan serangan balik padanya!”ucap Jooyeon dengan yakin. Yah…terang saja dia akan membawa pegawai appa-nya, karena semua pegawai appa-nya itu adalah buruh pekerja di tempat pemotongan daging. Bayangkan saja seperti apa bentuk Saera sunbae nanti, kalau Jooyeon sampai benar-benar mengerahkan pegawai appa-nya itu. Tidakkah Saera sunbae akan berbentuk seperti gilingan daging yang bentuknya sudah tak karuan?.






“ Yak kembali ke tempat masing-masing, Jinhye songsaenim sebentar lagi datang.”seru Sora yang baru saja mengintip dari ruas pintu yang terbuka. Hana, dul, set…..pintu kelasku terbuka dan menampakkan sosok wanita usia sekitar 30 tahun-an yang memasuki kelasku. Dia adalah Jinhye songsaenim, guru fisika terbaik sepanjang masa. Bayangkan saja, setiap ia sedang menerangkan pelajaran, bisa kujamin semua murid akan diam tak bergeming karena terlarut dalam mimpi indah masing-masing.




“ Baik…sekarang semuanya keluarkan selembar kertas.” perintah Jinhye songsaenim yang masih sibuk mengeluarkan beberapa barang dari dalam tasnya.
“ Mwo? Untuk apa?” sontak seisi kelas menjadi gaduh karena kebingungan, tapi tidak denganku karena aku sudah sangat hafal gelagat guru yang satu ini. Kalau dia sudah datang dengan muka ditekuk sembilan dan langsung menyuruh untuk mengeluarkan kertas lembar, bisa kupastikan dia akan mengadakan ujian dadakan seperti yang ia sering lakukan.



“ Kita akan pre-test, sebentar lagi kalian akan menghadapi ujian semester. Jadi hitung-hitung ini adalah persiapan kalian untuk menghadapi ujian semester nanti, arachi?” BINGO!!! Dugaanku tepat dan sangat akurat. Untung saja aku selalu sedia payung sebelum hujan, maksudku aku selalu membahas pelajaran saat malam, yah walaupun hanya sejenak, tapi setidaknya aku mengulas kembali pelajaran yang telah ku pelajari.




……………………………………………………………………………………..



Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu datang juga. Yaph…waktu istirahat! Setelah berpeluh-peluh saat menghadapi fisika dan matematika, akhirnya aku bisa menghirup udara segar juga. Kriukkk…aigoo…perutku lapar sekali!!.



“ Kalian…ayo cepat kita ke kantin!” seruku pada tiga sahabatku yang masih sibuk bergosip ria membincangkan Rain aktor favorit mereka.
“ Yak…So Eunie! Kau ke kantin sendiri saja, kalau kau tak sabaran seperti ini!”sahut Miran kesal. Aigoo..kenapa jadi dia yang kesal? Harusny kan aku yang kesal, karena mereka telah membuang waktu istirahatku. Merekapun melanjutkan ‘aktivitas’ mereka tanpa menghiraukanku sedikitpun. Aku tak kehabisan akal, aku langsung mencolek punggung Sora pelan, sambil memasang puppy eyes dengan maksud agar dia mau menemani ku ke kantin. Tapi saat ia menoleh ke arahku, dia hanya mengulas senyum yang dipaksakan.




“ Untuk kali ini aku tidak bisa, kau pergi sendiri saja ya..” ucapnya sambil membalikkan badannya lagi.

Baiklah…aku pergi sendiri! menyebalkan! Hanya karena sebuah majalah yang memuat berita tentang Rain, mereka bertiga mengabaikanku? Andai saja aku tahu siapa yang menulis majalah itu, kalau aku tahu akan ku suruh dia untuk tak menulis Rain lagi dalam artikelnya. Aku terus saja menggerutu kesal, masalahnya aku paling benci sendirian. Aku sangat suka bicara dan sekarang aku harus ke kantin sendiri? dan itu berarti tak ada teman untuk ku ajak bicara, aishh..jinjja!!.



BRUUKKK



Karena langkahku yang terburu-buru dan juga emosiku yang belum stabil, aku menabrak sosok manusia di depanku. Ku jelajahi sosok itu dari ujung sepatu dan lama kelamaan beralih ke bagian atasnya. Omona….bu..bukankah dia Saera sunbae? Tamatlah riwayatku hari ini!. Dia menatapku dengan tatapan sinis yang mampu membuat setiap orang yang ditatap akan merasa direndahkan. Kalau saja ini bukan sekolahan, bukan tempat yang memiliki aturan, sudah ku habisi atau paling tidak sudah kujambak orang di hadapanku ini.




Tapi sayangnya aku masih tahu diri, aku juga tak mau cari masalah. Sehelai rambut saja aku menyakiti yeoja ini, itu berarti aku mengakhiri pendidikanku di sekolah ini. Yah…jelas Saera sunbae adalah putri dari pemilik yayasan sekolah ini.




“ Hei…Neo babo yeoja! Kenapa masih disitu, HAH? Minggir dari jalanku, kajja!” teriaknya yang mampu membuat semua orang disini terkapar masuk ruang THT. Baiklah…aku mengalah, lebih baik aku menyingkir daripada harus berusan dengan yeoja ini. Kulangkahku untuk memberinya jalan, meski disisi kanan kiri masih terhampar jalan yang kupikir masih sangat cukup untuk ia lalui. Dengan angkuhnya ia berjalan melewatiku dengan membusungkan dadanya sambil menyedekapkan tangannya dan tak lupa di ikuti dua dedengkotnya yang selalu setia menemani. Siapa lagi kalau bukan dua penjilat paling handal sedunia, bernama Jiyoung dan Soobin sunbae.




Baiklah persetan dengan tiga makhluk menyebalkan itu, yang terpenting sekarang aku harus segera ke kantin untuk melepaskan hasrat makanku yang makin menggebu seiring dengan menipisnya cadangan makanan di dalam tubuhku.




~ ~ At School Cafetaria ~ ~




Kini aku berdiri di tengah-tengah orang yang sedang berlalu lalang, aku bukan sedang ingin melakukan pose-pose pemotretan, hanya saja aku masih bingung mau makan apa. Baiklah sepertinya sepiring nasi goreng kimchi cukup untuk melepaskan laparku. Setelah mengantri cukup lama, akhirnya aku mendapatkan pesananku juga. Dan sekarang waktunya untuk mencari tempat yang tepat untuk aku makan.




“ Sedang mencari tempat? Bagaimana kalau kita makan bersama?” tanya seseorang yang kurasa berada di belakangku. Benar…ternyata dia di belakangku dan dia adalah Seunghoon, teman sekelasku. Makan bersama? sepertinya bukan ide yang buruk, lagipula hampir semua tempat disini sudah penuh. Akupun mengangguk dan mengikuti jalannya yang sepertinya sedang memanduku.




“ Makanlah dengan perlahan, kau bisa tersedak kalau makan seperti itu!” ucap Seunghoon yang mungkin terperangah dengan gaya makanku. Tapi aku tak bisa menahan ini, sungguh perutku sangat lapar.
“ Oh..ya, kau tahu kalau Saera sunbae telah bergabung dalam ekskul jurnal?” sumpah demi apapun pernyataannya kali ini membuatku tersedak. Apa aku tak salah dengar? Kenapa nenek sihir itu tertarik pada ekskul jurnal? Bukankah lebih baik dia tetap mengikuti ekskul cheerleader?. Aigoo…my nightmare will coming as soon as I open my eyes.





“ Minum..minum.”suruh Seunghoon sambil menyodorkan sebotol air mineral miliknya. Hah…lega! Tapi tetap saja hatiku tak tenang. Rasanya aku sudah kehilangan nafsu makanku karena mendengar berita buruk itu. “ Gomawo…aku bawa ya!” aku beranjak dari dudukku sambil mengangkat botol air mineral itu sebagai sinyal kalau aku mau membawanya.




“ Kau mau kemana? Makananmu belum habis.” Racau Seunghoon yang sudah tak ku pedulikan karena dia juga berperan dalam perusakan mood makan-ku tadi. Ottakhae? Bagaimana kalau nenek sihir itu membuat kekacauan?. Aku terus saja menggerutu sepanjang perjalanan. Tapi aku tak ingin kembali ke kelas, karena aku hanya kan menjadi lalat di sana. Pasti ketiga temanku itu sedang sibuk membahas actor pujaannya dan akan menjadikanku sebagai pajangan antik. Dan pasti mereka juga sedang sibuk mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi remedial biologi.




…………………………………………………………………………………………




Akupun terus berjalan hingga tak terasa aku sampai di hamparan rumput nan hijau yang di tumbuhi beraneka ragam tumbuhan dan juga pohon-pohon besar yang menjadikan tempat ini begitu menenangkan. Tunggu kalau tempat ini begitu tenang, pasti ditempat ini jugalah Ki bum berada. Aku memang suka datang ke sini, karena aku tahu aku bisa menemukan sosoknya di tempat ini.


I don’t know why I like it

I just do

I been hearing your heartbeat inside of me

I keep your photograph beside my bed

Livin’ in a world of fantasies

I can’t get you out my head

I’ve been waiting for the phone to ring all night

Why you wanna make me feel so good

I got a love on my own

I shouldn’t  get so hung up on you

I remember that the way we touch

I wish I didn’t like it so much


Ku dengar petikan senar gitar serta suara indah di sela-sela permainan gitar akustik yang begitu memikat pendengaranku, terdengar samar-samar dari balik pohon besar yang tak jauh dari tempat aku berdiri sekarang. Ku langkahkan kakiku menghampiri pohon itu untuk mengetahui siapa pemilik suara yang sepertinya sudah tak asing lagi untukku. Dekat semakin dekat suaranya makin terdengar jelas serta permainan gitarnya juga begitu harmonis. Benar! Ternyata pemilik suara itu memang dia, sudah kuduga!.

Krekk

Tanpa sengaja aku menginjak beberapa ranting yang membuatnya tersadar kalau ada orang yang sedang memperhatikannya yang tak lain adalah aku. Sebelum dia melihatku, aku langsung membalikkan badanku, tapi sial belum juga aku lari.

DUG

Ternyata ada batu sialan yang tak sengaja ku sandung yang membuatku tersungkur ke hamparan rerumputan hijau ini. Aduh bagaimana ini? Bagaimana kalau dia tahu?.


“ Makanya hati-hati!” sebuah tangan menjulur ke arahku. Ku raih tangan itu, tangan yang membantuku berdiri. Omona! Ternyata tangan itu miliknya!.


Aku membereskan bajuku yang sedikit kotor tanpa sedikitpun mengangkat kepalaku. Aku sudah tak punya muka lagi, setelah tertangkap basah sedang mengintipnya bernyanyi. Ku lihat kakinya melangkah pergi meninggalkanku, tapi suara dedaunan akibat injakan kaki itu perlahan berhenti.


“ Sepertinya lututmu terluka, lebih baik kau segera ke UKS untuk mengobati lukamu itu!” ujarnya dingin tapi aku merasa hangat. Meski dia menggunakan nada dingin seperti biasanya, aku tetap saja merasa senang apalagi dia memperhatikanku. Ku dengar suara dedaunan yang tadi terhenti kini kembali terdengar, sepertinya dia sudah meninggalkan tempat ini.  Ku balikkan badanku dapat kulihat punggungnya yang kian lama kian menjauh dan lama-kelamaan menghilang dari pandanganku.


TENG TENG TENG TENG


Aku pun bergegas kembali ke kelas setelah mendengar bel sudah berbunyi. Ternyata ada untungnya juga pergi ke kantin seorang diri, coba bayangkan saja kalau ketiga temanku yang tak setia itu ikut, pasti aku sudah dijadikan bahan olok-olokkan karena telah berbuat bodoh seperti tadi.



……………………………………………………………………………………………………



Pelajaran biologi telah usai itu berarti telah usai juga kelasku untuk hari ini, aigoo…aku harus segera bergegas. Dengan cekatan ku masukkan semua barang-barang yang masih tergeletak di atas meja ke dalam tasku. Sedetik saja aku terlambat, pasti aku tak bisa pulang bersamanya. Setelah kupastikan tak ada satupun barangku yang tertinggal, aku segera berangsut dari tempat dudukku.


“ Aku duluan ya..” pamitku pada ketiga temanku yang masih sibuk membereskan barang-barang mereka. “ Ne..hati-hati ya!” ucap Jooyeon.
“ Ku doakan semoga hari ini kau berhasil!”lanjut Miran dengan senyum jahil.
“ So Eun-ah hwaiting!” seru Sora sambil mengangkat kepalan tangannya. Aigoo…memang dia pikir aku ini mau pergi sebagai relawan di palestina apa?.


Aku memang biasa tak pulang bersama ketiga temanku itu karena rumahku berlainan arah dengan rumah mereka. Dan karena itulah setiap harinya aku pulang bersama Ki bum, meski tak jarang aku pulang seorang diri. Yah…Ki bum memang tak pernah mengajakku pulang bersamanya, hanya saja aku yang selalu mengikutinya atau terkadang menunggunya di halte bus. Walaupun setiap bertemu tak banyak yang kami bicarakan, tapi tak tahu mengapa, aku sangat senang berada di dekatnya. Walau ku tahu kenyataannya dia tidak suka dengan keberadaanku yang selalu mengganggu ketenangannya.



“ Ki bum-ah..hari ini biar aku yang antar kau pulang ya?” terdengar suara lembut nan manja dari orang yang berada di jarak kira-kira sepuluh langkah di depanku. Kulihat Saera sunbae dan dua dedengkotnya sedang mengerumuni sesuatu. Ku langkahkan kami maju ke depan yang membuatku bisa melihat dengan jelas, sosok yang tengah menjadi pusat perhatian tiga yeoja menyebalkan itu.


Kibum? aigoo…apa ini artinya rumor yang ku dengar dari temanku itu benar adanya? Ternyata Saera sunbae tak main-main. Lihat saja sekarang! Dia sedang menggenggami tangan Ki bum sambil sesekali berlagak manja, sedangkan Ki bum sendiri hanya diam tak menanggapi apa-apa. Bagaimana dia bisa diam saja, sedangkan tangannya sedang dipegang-pegang seperti itu?. Aigooo…pemandangan ini sungguh membuatku kesal.


Baiklah untuk pertama kalinya, aku tak menginginkan pulang bersama Ki bum. Jelas aku tak mau, aku sudah kesal. Dengan langkah kesal ku hentakkan kakiku keras-keras meninggalkan sekolahku. Tak peduli apa Ki bum akan bersama Saera sunbae atau tidak.



~ ~ At Bus Stop ~ ~


Setelah berjalan hampir 7 menit akhirnya aku sampai juga di halte bus. Dengan setia kutunggu bus yang sedari tadi tak kunjung datang. Kuputuskan untuk duduk di sebuah bangku panjang, ku keluarkan ponselku. Ku mainkan game di ponselku sembari mengusir penat.



“ Kau masih disini?” kuangkat kepalaku mengarah ke asal suara yang tadi kudengar. Kudapatkan seorang namja memakai seragam yang sama denganku tengah berdiri tak jauh dari bangku tempat ku berada sekarang. Aku tak tahu siapa orang itu, karena orang itu berdiri memunggungiku. Tak lama bus yang kutunggu akhirnya datang, kulihat namja tadi sudah masuk ke dalam bus lebih dulu.



Aigoo…penuh sekali! Ku edarkan pandanganku menjelajahi ruangan bus ini, dan tak satupun tempat kosong tersisa untukku. Baiklah memang ini nasibku harus berdiri hingga sampai. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku yang masih berpegangan pada gantungan yang ada di langit-langit bus ini. Kutolehkan wajahku dan kulihat si empunya tangan itu yang tak lain adalah Ki bum? Aku tak bereaksi apapun saat ia menarik tanganku untuk mengikuti arah langkahnya.



Dia mempersilahkanku duduk di bangku dekat kaca jendela sedangkan dia duduk di sampingku seperti biasa, seperti saat aku berangkat sekolahnya dengannya itupun kalau aku tidak terlambat. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela menatap arus lalu lintas yang tak begitu ramai. Walaupun kondisinya sama, tapi biasanya tidak akan membosankan seperti ini. Biasanya aku selalu mengoceh menceritakan apapun yang bisa ku ceritakan, meski aku yakin dia tak pernah menghiraukan semua itu. Kenapa terlarut dalam diam seperti ini malah membuat hatiku sakit. Sungguh…aku takut, takut menghadapi kenyataan kalau benar Ki bum tak menyukaiku.

“ Bagaimana dengan wanita berwajah Sembilan tekukan itu, apa hari ini dia kembali menekuk wajahnya?” celetuknya diselingi tawanya. Cihhh…setelah bertahun-tahun mengacuhkanku, kini dia malah bicara padaku. Entah karena perasaanku yang sedang tak karuan atau ada alasan lain, aku tak menghiraukan dirinya. Aku terus menikmati pemandangan di luar jendela, meski hati dan pikiranku sedang melayang entah kemana.



…………………………………………………………………………………………………….


Akhirnya bus berhenti, akupun turun mengekori Ki bum yang berada di depanku. Anak tangga demi anak tangga kususuri dengan perlahan. Akupun berjalan memasuki komplek perumahan tempat dimana rumahku dan juga Ki bum berdiri. Seperti biasa aku selalu di belakangnya, memandang punggungnya yang bisa saja menghilang kalau aku tak mengikuti langkahnya. Kejadian di sekolah tadi, menyadarkanku kalau Ki bum tak pernah melihatku. Dia tak pernah menganggapku lebih, bahkan mungkin dia tak menganggapku sebagai temannya.



“ Masuklah…dan ingat, besok jangan tinggalkan sarapanmu lagi!” serunya sambil tersenyum ringan sebelum ia membalikkan badannya. Setelah itu kulangkahkan kaki untuk membuka pagar rumahku.
“ Aku pulang!” setelah mengganti sepatu dengan sandal rumah, segera kumasuki ruangan keluarga. Aneh…kenapa rumah jadi sepi begini? Kemana eomma?


“ Ah…So Eunie! Kau sudah pulang!” seru Hong ahjumma asisten rumah tangga di rumahku. Ya walaupun begitu, aku sudah menganggapnya seperti ibu keduaku. Dia sangat baik jadi kupinta dia untuk tidak memanggilku dengan embel-embel agasshi.
“ Eomma mana?” tanyaku sambil mengedarkan pandanganku.
“ Ah…itu! Eomma sedang menemani appa ke Ulsan, mungkin mereka baru pulang besok!” tukas Hong ahjumma.
“ Ah..ya sudah aku masuk ke kamar dulu ya.”ujarku lesu dan dengan langkah gontai, ku seret kaki ini memasuki kamar tidurku.



……………………………………………………………………………………………..



~ ~ At School Cafetaria ~ ~


Semenjak kejadian Saera sunbae dan Ki bum itu, aku sudah tak berangkat sekolah bersamanya lagi. Seperti yang selalu dia pinta padaku untuk tidak memaksakan diriku. Mungkin ini memang berlebihan, tapi karena kejadian itu aku sadar, sadar kalau Ki bum memang hanya menganggapku semilir angina yang bertiup ataupun riakan air yang terdengar begitu saja. Kini aku berpikir, tidakkah aku terlalu berlebihan selama ini? Aku selalu mengikutinya, selalu mengajaknya bicara, suka memandanginya walau nyatanya dia tak pernah menganggapku ada.



Dalam waktu dua minggu ini pula bisa ku saksikan perjungan Saera sunbae yang makin gigih mendekati Ki bum. Aku tak tahu bagaimana perasaan Ki bum pada Saera sunbae, tapi yang jelas Ki bum bersikap lebih baik pada Saera sunbae daripada aku. Baiklah…So eun, mulai dari sekarang kau harus belajar kuat, kuat dalam menghadapi kenyataan yang akan kau terima nanti.



“ So Eunie!”sapa Sora seraya menepuk punggungku. Sudah ada dua gelas milkshake dalam genggamannya.

“ Kau kenapa?” tanyanya yang sudah duduk dihadapanku. Dia menatapku heran, mungkin karena beberapa hari belakangan ini begitu murung dan lebih banyak diam.

“ Eobseyo!” elakku sambil mengibaskan tanganku.


“ Apa ini ada hubungannya dengan Ki bum sunbae?” tanyanya yang membuat hatiku kembali bergejolak. Aku sangat bingung dengan perasaan ini yang jelas aku sangat membenci keadaanku sekarang. Aku hanya diam tanpa memberi jawaban. Aku begini bukan sepenuhnya karena Ki bum hanya saja ada masalah lain yang sedang kupikirkan.


“ Baiklah kalau kau tidak mau cerita, tapi aku mohon padamu untuk tidak seperti ini terus! Aku dan yang lain jadi bingung kalau kau terus seperti ini.”racaunya sambil menatapku tegas.
“ Apa kalian tak keberatan kalau aku…”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tapi kedatangan Miran dan Jooyeon yang begitu heboh mengalahkan suaraku. Mereka menghampiri kami dengan begitu terburu-buru serta dibalut dengan wajah panik.



“ Yak…kalian tahu? Saera sunbae…” ucap Miran terengah-engah.
“ Saera sunbae habis mendamprat Eunri sunbae.” Lanjutnya setelah nafasnya kembali normal.
“ Maksud kalian?” Tanya Sora dengan penuh perhatian. Jujur aku juga penasaran dengan alasan apa yang membuat Saera sunbae melakukan hal konyol seperti itu.



“ Ya…tadi tiba-tiba saja, Saera sunbae mendatangi kelas Eunri sunbae. Di sana dia memaki Eunri sunbae bersama dua temannya yang penjilat itu. Bahkan dia  melempari Eunri sunbae dengan telur. Dan itu semua karena beberapa hari belakangan ini…Eunri sunbae selalu berdekatan dengan Ki bum sunbae.”jelas Jooyeon sambil melirik ke arahku. Aku tahu benar apa maksud dari lirikannya, aku tahu pasti dia khawatir dengan nasibku, tapi jujur aku sudah jarang sekali bertemu dengan Ki bum sekarang.



“ Lalu bagaimana kalian bisa mengetahui hal itu?” tanyaku penasaran.
“ Tadi saat kami mau ke sini kami tak sengaja melihat kejadian itu saat melewati kelas Eunri sunbae.”jawab Jooyeon yang ku respon dengan anggukan kecil. Setidaknya aku masih memberikan reaksi atas apa yang telah ku dengar dari mereka. Jujur aku takut, takut kalau Saera sunbae sampai tahu tentang perasaanku pada Ki bum.



“ Hmmm..aku duluan ya.” Pamitku yang langsung beranjak meninggalkan mereka bertiga yang masih heran dengan tingkahku. Tapi mau bagaimana lagi? Beribu kali aku berusaha tenang beribu kali juga aku teringat akan semua itu. Haruskah aku memutuskan untuk pergi? Pergi bersama kakak sepupuku menimba ilmu di New York? Yah…hal itulah yang sedang menggangguku belakangan ini.


Seminggu yang lalu appa menawariku pindah sekolah ke New York dan pergi lebih awal dari appa dan eomma. Kemudian 2 bulan yang akan datang appa dan eomma menyusul dan kami sekeluarga akan menetap di sana. Tapi aku belum memutuskannya, aku masih bimbang dan ragu. Aku ingin pergi, aku ingin melupakan hal yang sia-sia ini. Tapi disisi lain, hati kecilku tak bisa pergi begitu saja dan melupakan Ki bum.
~ ~ At School Garden ~ ~


Tempat biasa dimana aku biasa mencari ketenangan dan disini pula aku sedang berada sekarang. Ku hela nafasku panjang, seakan mengeluarkan beban dalam hatiku. Mencari ketenangan di ruas-ruas hatiku yang sedang tak karuan. Hanya duduk dan terdiam sambil menerawang lurus ke depan, meski aku tak yakin kalau aku benar-benar sedang memperhatikan objek di depan sana. Semilir angin kurasa begitu lembut menerpa kulitku, tak jarang dia juga menyibakkan rambut panjangku.


Kembali pikiranku melayang mencari sebuah kejelasan. Aku tak ingin gegabah dengan keputusan yang akan ku ambil nanti. Aku hanya tak ingin menyesal dalam sebuah keputusan yang tak akan bisa kuubah.


“ Kau disini lagi.” Terdengar suara yang membuyarkan lamunanku. Ku arahkan kepalaku ke asal suara. Ku temukan sosok namja yang sedang menyunggingkan senyumnya seperti biasa yang bisa saja membuat orang salah paham. Dia menghampiriku dan duduk di sampingku.


“ Kemana perginya Kim So Eun? Kenapa sekarang malah kau yang ada disini?” tanyanya lagi tanpa memandangku, dia masih saja menatap lurus ke depan. Dia tanya pa tadi? Kemana perginya So Eun? Bukankah orang yang sedang disebelahnya itu Kim So Eun? Ckk…dasar aneh!.


“ Apa kau buta? Orang disebelahmu ini Kim So Eun, orang yang selalu mengganggumu.” Jawabku sekenanya.


“ Aku tahu, lagipula mataku masih cukup awas untuk menyadari sosok seorang Kim So Eun.” Balasnya sambil kembali tersenyum. Apa setelah bertahun-tahun mengabaikanku, kini dia mau mempedulikanku? Tapi tunggu! Bukankah dia selalu seperti ini saat berkomunikasi denganku? Selalu mengatakan ucapan yang begitu sulit untuk kupahami.


“ Apa kau bisa kembali menjadi Kim So Eun?” tanyanya dengan posisi yang masih sama.
“ Aku tidak pernah berubah, aku masih Kim So Eun sama seperti saat aku baru saja dilahirkan.”
“ Tapi mungkin aku tak akan kembali menjadi Kim So Eun yang selalu mengganggumu lagi.” Ucapku sebelum akhirnya meninggalkan dia sendirian. Aku tak tahu apa yang akan dia pikirkan atas ucapanku barusan. Yang pasti kalimat itu merupakan bentuk kelelahan ku selama ini.

 Author POV

Di satu sisi ada seseorang yang sedang menyeringai puas melihat pemandangan di taman sekolah kemarin. Seakan mendapat kemenangan dia meninggalkan taman sekolah dengan begitu bangga. Sepertinya apa yang telah dilihatnya tadi akan membawa banyak keuntungan untuknya.


“ Benarkah itu?” respon Saera setelah mendengar apa yang baru saja Jiyoung ceritakan tentang Ki bum dan So Eun. Memang bukan baru kali ini dia menyimpan rasa curiga pada hubungan Ki bum dan So Eun. Maka dari iru, dia menyuruh dua temannya, Jiyoung dan Soobin untuk menyelidiki itu semua.


Sambil melipat kedua tangannya di bawah dada, Jiyoung mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan temannya yang sudah tersulut amarah. “ Apa kau akan diam saja saat kau tahu kau akan kehilangan pangeranmu?” pancing Jiyoung yang membuat Saera semakin bergejolak.



Melihat respon temannya yang makin kacau, Jiyoun tertawa dalam hatinya karena selalu bisa mengendalikan emosi temannya yang satu ini. Senyum mengembang yang lebih mirip dengan seringaian terpampang jelas di wajah Jiyoung. Jelas dia senang, karena apa yang telah dia perbuat, mempermudahnya mendapatkan Sanghyun kembali, yang notabenenya mantan pacar Saera yang memang dulunya kekasih Jiyoung.


Jiyoung memang sudah dekat dengan Sanghyun jauh sebelum Saera mengenal Sanghyun. Dia merahasiakan hubungannya karena menurutnya bicara pada Saera bukanlah hal yang penting. Tapi semua itu malah membawa petaka untuknya. Tanpa disangka Saera memutuskan Yunho dan mengincar Sanghyun yang saat iotu masih berhubungan dengannya.


Takut mendapatkan perlakuan yang sama dengan yeoja-yeoja sebelumnya, Jiyoung memutuskan hubungannya dengan Sanghyun. Tapi tak terpikir olehnya, kalau Saera kembali mengincar namja lain setelah dia rela melepaskan Sanghyun. Maka dari itu tumbuh rasa dendam di hatinya untuk Saera.
“ Kau pikir aku wanita bodoh yang akan diam saja? Aku pasti akan bertindak hari ini juga.” Jawab Saera dengan yakin.
“ Apa kali ini butuh bantuanku dan Soobin lagi?”tanya Jiyoung.
“ Anni..kali ini aku akan melakukan dengan cara baru, lihat saja nanti.” Jelas  Saera sambil menyeringai puas dengan ide yang baru saja terlintas di pikirannya.


So Eun POV


Aku benci appa!! Belum juga aku memberikan keputusanku, tapi dia sudah mengurus surat-surat kepindahanku dan hari ini adalah hari terakhir ku berada di Jungsang. Aigoo…rasanya berat sekali meninggalkan sekolah ini!. Apa aku akan mendapatkan teman seperti Jooyeon, Miran, dan Sora di New York?. Apa di New York ada orang seperti Seunghoon yang selalu jadi panutanku karena kecerdasannya? Dan apa….Ki bum…, ARGHHHHH…..terus bagaimana aku mengatakannya pada teman-temanku. Haruskah aku bilang pada mereka atau lebih baik aku diam dan pergi begitu saja?


Tapi aku tak punya waktu lagi, satu jam lagi bel pulang akan berbunyi dan saat itu makin sulit aku mengatakannya pada mereka. Baiklah…sepertinya aku harus mengatakannya sekarang, mumpung ada waktu dan pelajaranku kosong karena semua guru disini sedang rapat.


“ Kalian…temani aku jalan-jalan keluar ya?” pintaku yang membuat mereka menatapku keheranan.
“ Baiklah! Sepertinya itu bukan ide yang buruk.” Setuju Jooyeon yang langsung beranjak dari duduknya yang diikuti Sora serta Miran.
“ Yak ada denganmu? Kenapa kau bertingkah manis seperti ini? Tak biasanya kau menggandeng tangan kami?” tanya Jooyeon saat aku menggandeng tangannya serta tangan Sora.

“ Yak…kenapa kau hanya menggandeng tangan mereka? Kenapa aku tidak? Apa kau hanya menyayaingi mereka saja?” protes Miran sambil mengerucutkan bibirnya.


“ Tanganku kan hanya ada dua Choi Miran!! Lagipula kau tak usah khawatir karena setiap saat kau selalu berada dalam hatiku.” Balasku sambil terkekeh sendiri dengan ucapanku barusan.
“  Apa kau salah minum obat?” tanya Jooyeon sambil membulatkan matanya. Aigooo..apa kalimat seperti itu begitu aneh terlontar dari mulutku?.


Kami berempatpun berjalan keluar dari kelas, menyusuri lorong-lorong yang memhubungkan ruang satu dengan yang lainnya. Bisa dilihat banyak sekali para murid yang keluar dari kelasnya, dan bercanda ria bersama temannya. Tapi banyak sekali orang yang menabrak kami dari belakang dan setiap kami menoleh mereka akan bilang ‘maaf…tapi aku tak bisa melewatkan momen berharga seperti ini’. Entah apa yang mereka maksud dengan momen berharga itu, yang pasti momenku bersama ketiga sahabatku ini lebih penting.



“ Sebenarnya ada apa ya?” gumam Jooyeon yang masih sangat bisa terdengar oleh samping kiri kanannya.
“ Ne…mereka amat antusias sepertinya.” Tambah Sora sambil menaik turunkan kepalanya.
“ Hmmm…jangan-jangan sedang ada pembagian makanan gratis?” tebak Miran yang sontak membuat aku, Jooyeon, dan Sora menoleh ke arahnya secara bersamaan.
“ Wae?”tanya Miran saat tiga pasang mata sedang memperhatikannya dengan serius. Aigoo…sampai kapan dia berhenti bertingkah sepolos itu.


“ Tapi apa salahnya kalau kita juga ke sana, jangan-jangan benar yang Miran katakana tadi.” Ucap Sora yang membuat Jooyeon menghela nafasnya.  Baiklah…hari ini aku sedang baik, jadi tak masalah kan, kalau aku turuti kemauan mereka?.

“ So Eun…kau benar-benar mau kesana?” tanya Jooyeon berulang-ulang setelah sebelumnya sudah bertanya dua kali.
“ Ne…lagipula kita bisa segera pergi kalau ternyata disana tak ada yang penting.” Jelasku.


Tempat ini ramai sekali! Apa semua makhluk dari kelas 10, 11, dan 12 berpindah kesini, tepatnya di aula sekolah. Untung saja aula sekolahku sangat luas untuk menampung mereka semua. Entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, tapi saat aku memasuki ruangan ini, beberapa orang melihatku begitu lekat dan setelah itu berbisik pada orang sebelahnya.

Sebenarnya ada apa? Tapi sejauh aku melangkah tak ada suatu yang penting, yang aku lihat hanyalah banyak manusia yang berada di ruangan ini. Tapi tunggu sepertinya magnet yang menarik mereka semua ke sini ada di tengah sana?.


“ Lalu kenapa?” suara seseorang yang menggema di seluruh ruangan ini. Suara ini mampu membuat keadaan yang tadinya riuh, menjadi hening.
“ Jadi benar kau menyukai Kim So Eun?” suara yang sama kembali terdengar, tapi kenapa namaku disebut?.


“ So eun..sepertinya kau dalam masalah!” bisik Jooyeon. Sedangkan Sora makin mengeratkan genggamannya pada lenganku dan Miran yang berdiri dihadapanku, menatapku dengan penuh minat. Aku semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa harus aku  yang dibawa-bawa?. Dengan usaha yang cukup kuat kami menyelip diantara banyaknya orang, sampai setidaknya kami mendapatkan posisi yang tepat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan jelas.

Ki bum? Saera sunbae? Jadi mereka berdua yang dari manjadi pusat perhatian? Ketiga temanku langsung menoleh ke arahku, seolah memberiku peringatan serta mengkhawatirkanku. Kenapa ini? Kenapa hatiku berdebar begitu cepat? Jujur aku takut..takut mendengar jawaban yang akan dilontarkan Ki bum nanti.

“ Hhhh…kau pikir aku menyukai anak kecil seperti dia? Apa kau perlu mencurigainya? Ku pikir kau hanya membuang waktuku saja!” Bagai ditusuk seribu jarum, bahkan lebih. Mataku mulai memanas, tapi ku coba untuk bertahan agar tak setetes airmatapun jatuh di tempat ini.


“ Benarkah? Terus kenapa kau ingin meninggalkan tempat ini begitu saja?” tanya Saera sunbae sambil melipat kedua tangannya, perlahan dia berjalan menghampiri Ki bum yang sudah memunggunginya.


“ Sudahlah ayo kita kembali ke kelas!” ajak Jooyeon sambil mencengkram lenganku dan menatap tajam Miran serta Sora untuk mengikutinya. Baiklah…mungkin cukup sampai disini, dan aku akan pergi tanpa penyesalan sedikitpun.

“ WHOAAAAAA..” riuh semua orang disini terdengar begitu saja, ku balikkan badanku yang tadinya akan beranjak pergi. JEDDERRR…seperti mendapatkan sambaran petir yang tak hanya mengejutkan tapi juga mebuat efek sakit. Kulihat…kulihat Saera sunbae mencium bibir Ki bum, sedangkan Ki bum hanya mematung tanpa adanya penolakan dan mungkin memang ini yang dia inginkan. Airmata yang sedari tadi kucoba bendung kini meluap begitu saja tanpa bisa ku kendalikan. Akupun berlari menerobos banyaknya orang sambil menyeka airmataku dengan kasar.




Ki bum POV

Entah kenapa saat usai latihan drama di aula sekolah, ada tiga orang yeoja menghampiriku. Dan setelah kedatangan mereka itu, kini orang yang berkumpul di aula semakin banyak. Sebenarnya ada apa ini. Saera salah satu dari tiga yeoja tadi menghampiriku dan menarik lenganku, hingga aku dan dia kini berada di tengah-tengah pusat perhatian semua orang disini.


“ Ki bum, saranghaeyo!” ucap Saera dengan menyunggingkan senyumnya. Tak ada reaksi apapun dariku, karena aku tidak menyukainya dan apa kalian pikir aku ini jahat, yang mengatakan kalau aku tidak menyukainya?.


“ Kenapa? Kenapa kau hanya diam?” kini dia mulai berteriak dan mulai emosional.
“ Eobseyeo..” jawabku datar.
“ Lalu kenapa?” dan benar semakin lama dia makin histeris.
“ Jadi benar kau menyukai Kim So Eun?” kini dia kembali berteriak dan dia..dia menyebut nama So Eun? Apa maunya? Apa dia mau aku mengatakan yang sebenarnya? Tapi tunggu…



Flashback



“ Sepertinya Saera sangat tertarik padamu.” Ucap Yunho sambil menyiku bahuku.
“ Bukankah dia memang seperti itu, paling sebentar lagi dia akan bosan.” Tanggapku tanpa mengalihkan konsentrasiku dari buku.
“ Hhhhh…aku tahu kau tidak tertarik padanya, tapi kau harus tahu dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkanmu!”balasnya dengan serius.


“ Sepertinya kau amat mengerti dirinya, tapi bagaimana bisa kau putus dengannya!” ledekku.
“ Yak…aku serius! Lagipula aku pacaran dengannya hanya agar dia berhenti menyakiti Chaeri.”protesnya.
“ Ku harap kau juga begitu! Ku harap kau bisa melindungi So Eun.” Lanjutnya lagi dengan nada suara yang semakin lirih.
“ Dia itu yeoja kuat, untuk apa aku yang melindunginya!”
“ Sudahlah…tidak usah berpura-pura! Lagipula aku sudah tahu kalau kau menyukainya.”

End Flashback


Tidak boleh! Aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya atau tidak, So Eun akan jadi bulan-bulan yeoja ini. Aku tak mau So Eun merasakan apa yang dirasakan Eunri kemarin. Cukup satu saja Eunri di dunia ini, So Eun tidak boleh.


“ Hhhh…kau pikir aku menyukai anak kecil seperti dia? Apa kau perlu mencurigainya? Ku pikir kau hanya membuang waktuku saja!” ku coba untuk mengatakannya dengan sedingin mungkin, aku tak mau dia menyadari kalau yang aku katakan adalah bohong belaka. Aku sudah melihatnya, lebih baik aku keluar dari tempat ini sekarang juga. Tapi dia kembali bersuara yang membuatku menghentikan langkahku.



“ Benarkah? Terus kenapa kau ingin meninggalkan tempat ini begitu saja?” tanya Saera  sambil melipat kedua tangannya dan berjalan menghampiriku. Dia menarik lenganku yang membuatku berbalik. Dia berjinjit dan mendekatkan wajahnya dan kemudian menempelkan bibirnya pada bibirku. Shock! Itulah yang kurasakan. Aku lumpuh, tapi bukan karena aku menikmatinya hanya saja amarahku semakin memuncak. Apa dia ini gila?.

“ WHOAAAAA” kudengar suara riuh memenuhi ruangan ini. Setelah semua amarahku bisa ku kendalikan, aku segera mendorongnya menjauh dariku.


“ Hhhh…aku pikir kau masih dalam batas wajar, tapi ternyata kau sudah keterlaluan! Apa kau wanita murahan? Ckkk…mulai dari sekarang jangan pernah hadir di hadapanku! Arasseo?” bentakku yang membuatnya tertunduk sambil meremas kedua tangannya. Akupun meninggalkan tempat ini dengan amarah yang masih tersisa. 



……………………………………………………………………………………………………………


Setelah kejadian kemarin, kini wanita itu tak berani menampakkan dirinya di hadapanku lagi. Tapi…dari tadi pagi hingga sore ini aku tak melihat So Eun. Biasanya saat pulang dia akan pulang bersamaku, walau tidak setiap hari. Bukankah itu teman-temannya? Tapi dimana So Eun? Ku hampiri mereka bertiga yang tengah bersenda gurau. Mereka menatapku seakan menatap musuh yang enggan mereka tatap atau lebih tepat mereka tak sudi.


“ So Eun..Eoddiso?” tanyaku pada mereka. Mereka hanya melempar pandangan satu sama lain. Sampai salah satu diantara mereka maju memperkecil jarak denganku. Kalau tidak salah namanya Jooyeon.


“ Setelah menyiksa teman kami begitu lama, kini kau mencarinya?”

“ Ne…bukankah harusnya kau bersyukur karena pengganggumu sudah enyah?” timpal Sora.

“ Oh ya…apa kisseu-mu kemarin sangat menyenangkan?” tambah Miran.

“ Sudahlah teman-teman! Sepertinya taka da gunanya bicara dengan pria bodoh dan tak berhati ini!” seru Jooyeon diikuti kedua temannya meninggalkanku. Kenapa ini? Kenapa mereka menyerangku begitu? Tapi tunggu,,,tadi mereka bilang kisseu? Apa kemarin…So Eun melihatnya? Aigoo…ottakhae?


~ ~ In The Front Of So Eun House ~ ~


Dengan sedikit ragu, ku tekan tombol bel rumahnya. Tak lama pintu terbuka dan muncul Yoohee ahjumma.

“ Annyeong ahjumma!”
“ Ki bum…ah, ayo silahkan masuk!” akupun masuk dan duduk di ruang tamu seperti yang diminta Yoohee ahjumma. Kini aku dan dia duduk dalam satu ruangan, tapi anehnya dia tak memanggil So Eun.

“ Apa So Eun tidak cerita padamu?” setelah lama diam, akhirnya Yoohee ahjumma melayangkan pertanyaan padaku.
“ Ne..?”
“ Dia tidak cerita padamu kalau dia pindah?”
“ Pindah…pindah kemana ahjumma?”
“ Aigoo…ada apa dengan anak itu!”ucap ahjumma dengan sedikit frustasi yang membuatku semakin bingung.


“ Sebenarnya ada apa ahjumma?”
“ So Eun…dia sudah pindah ke New York, keberangkatannya tadi pagi pukul 09.15, apa dia benar-benar tak memberitahumu?” entah kenapa hatiku remuk, kenapa dia pergi begitu jauh tanpa bilang apapun dan yang paling menyedihkan aku belum pernah mengatakan perasaanku padanya. Lidahku kelu bahkan untuk sekedar mengatakan ‘oh’ saja. Rasanya persendian ku sudah mati sekarang. Apa aku begitu bodoh? Kenapa aku baru menyadari semuanya? Kenapa aku tak menyadarinya dari dulu. Akankah dia kembali dan mau mendengarkanku?.




END


Tiring………………………selesai juga!!!! END? Kok END? Tenang guys….kan ada bacaannya diatas ini side story tentang flashback. Ini tuh Cuma penjelas doang…jadi gak keitung part 3, arasseo?..huft….mianhae…Karena publish terlalu lama, tapi gak apakan? Ini kan masih bulan maret…heheheheh….

Thanks buat readers yg setia baca LNE, bagi yg bru nemu ff ini, aku saranin buat baca Love need effort dulu deh…apalagi yah? Thanks…buat dua seniorku yang selalu memotivasi, mendukung, mendorong, serta menyindir aku biar segera publish. Buat yg nantiin part 3-nya mhn kesabarannya, aku juga sebenernya gak mau nunda-nunda, tapi balik lagi, karena aku males jadi kdg suka terbengkalai…

Ya udahlah sekian disini yawww cuap-cuapnya, aku udh ngantuk..




Thanks

GSB

Comments

  1. wahhhhhhhhh.............ceritanya bener2 seru....mantap dan ok punya.....hehehehe...
    top deh, dapet banget feelnya pas bc ceritanya...
    akhirnya tau jg napa so eun benci ama namja yg bernama kim ki bum, pokoknya ceritanya...ehm...the best deh...good job buat author....and semangat terus...
    untuk selanjutnya di tunggu ya lanjutan ff LNE-nya, dah penasaran nih ama kisah mereka....
    gomawo, buat ceritanya....seru...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih chingu...
      ok...part 3-ny ditunggu aja

      Delete
  2. aaa sedih ceritanya :(
    feelnya dapet sampe aku nangis baca nih ff hehe
    lanjutin kak ff nya aku penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah gomawo saeng...
      sip...pasti dilanjut kok!

      Delete
  3. Annyeong thor...

    Gag sbar liat yg part 3nya nie thor.....
    Btw...enaj bnget tuh cew,asal cium-cium aja... ;>

    thor usul Backgroundnya d ganti boleh???soalnya klw kpanjangan bca dri hp ff smpi ke backgroundnya gag di ijo-ijonya (?) mksudnya ff yg d awal sma akhir cerita susah ke bca...
    Gtu thor...

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo...
      ngomong" kamu bacanya di komp atau di hp?
      makasih ya...usulnya...
      part 3nya ditunggu aja

      Delete
  4. woooooooah seruuuuuu bangeet aku makin suka sama couple ini....
    ceritanya makin jelas... ternyata kibum sama sso lum jadian??? ccckckck saya pikir udah..
    sumpaaaaaah kereeen banget dah..
    gak bosen baca fanfic di GSB
    makin gmn gt... jadi gk sabar baca LNE part3 x... sudh lma bgt aku tunggu...!!!
    seceptnya aku tggu ff love need effort x chinguya fightiiiiiiiiiiiiing....!!!

    ReplyDelete
  5. Keren thor cerita'a :D

    Aku sampai sedih baca'a :(

    Aku tunggu part 3'a ya thor????

    Aduh kibumppa kau telat, knpa baru menyadari klau kau menyukai eonni ku???

    ReplyDelete
  6. Keren thor cerita'a :D

    Aku sampai sedih baca'a :(

    Aku tunggu part 3'a ya thor????

    Aduh kibumppa kau telat, knpa baru menyadari klau kau menyukai eonni ku???

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo:) ditunggu ya part tiganya. mudah-mudahan author bisa cepet publish.
      sekali lagi jinja gomawo *author bow*

      Delete
    2. Ceonman thor :)

      Pkok'a aku tunggu deh part 3'a....

      Delete

Post a Comment

Popular Posts