Memories ( LNE Side Story )
Masih ada yang bingungkah? Hmmm..sini biar aku jelasin, FF ini itu sub
unit dari Love Need Effort, jadi ini gak kehitung sebagai part 3, karena FF ini
tuh kayak flashback yang isinya cuma So Eun ma Ki bum. Kalian udah baca LNE
part 2 kan? Nahā¦inilah penjelas kenapa So Eun itu benci sama Ki bum ( walau
sebenernya suka ). Ya udah biar gak makin bingung, mending langsung baca aja
dehā¦*heheheā¦author bawel*. Happy Readingā¦..
Seoul, 2001
So Eun POV
Hari ini adalah hari pertamaku menjejakkan kakiku di kota
Seoul, yahā¦aku baru saja pindah dari Busan ke Seoul, sesungguhnya aku juga tak
mau pindah ke kota ini, karena aku tak ingin berpisah dengan halmoeni dan
harabojiku di Busan. Tapi mau bagaimana lagi? Eomma dan appa sudah memaksaku untuk
ikut, dan appa juga bilang kalau appa tidak bisa bekerja dengan baik di Seoul,
kalau anaknya sendiri tak ikut tinggal juga bersamanya. Akupun mengalah dan
mengikuti mereka dalam rangka pemindahan appa-ku dari perusahaan cabang ke
perusahaan pusat yang terletak di Seoul.
ā Bagaimana chagi, rumah baru kita bagus kan?ā tanya appa
padaku. Setelah perjalanan jauh yang sudah kami tempuh, akhirnya kami sampai di
sebuah rumah yang bisa terbilang sangat besar untuk ditempati 3 orang. Aku suka
sekali rumah ini, rumah yang memiliki halaman luas yang ditumbuhi banyak
pepohonan, serta bermacam-macam bunga.
ā Ne, appa! Aku suka!ājawabku girang. Belum selesai aku
terpukau dengan halaman rumah baruku, aku kembali dia buat terpana oleh kondisi
bagian dalam rumahku. Aigooā¦aku rasa aku akan nyaman tinggal disini.
Kedua orang tuaku masih sibuk dengan kegiatannya
masing-masing, appa sedang bertelpon ria yang bisa kutebak dari para sanak
saudara yang juga tinggal di kota ini, sedangkan eomma, entah kegiatan seperti
apa yang sedang ia lakukan. Merasa kebosanan, akupun memutuskan untuk bermain
di pekarangan rumah barukuku bersama Teddy, boneka kesayanganku.
ā Eomma..aku main di luar dulu ya!ā pamitku pada eomma yang
sedang membuat kopi di dapur.
ā Neā¦tapi jangan jauh-jauh ya! Kau kan belum tahu jalan sekitar
sini.ā Jawab eomma sambil menoleh ke sosok kecilku, akupun mengangguk kecil,
menandakan kalau aku tidak akan main jauh-jauh.
Aku berjalan menyusuri halaman rumahku, yang lebih mirip dengan
taman indah yang begitu menyenangkan. Aku bergegas menuju sebuah ayunan, aku
duduk di atas permukaan ayunan itu, sambil sesekali menghentakkan kakiku untuk
membuat ayunan itu mengayun yang menciptakan semilir angin yang begitu lembut
saat menerpa kulitku.
ā Teddy, apa kau senang tinggal disini?ā tanyaku pada Teddy
yang berada dalam dekapanku.
ā Aku harap juga begitu! Aku harap aku bisa nyaman tinggal
disini.āmeskipun aku tahu Teddy-ku itu hanyalah sebuah boneka, benda mati yang
tak mungkin bisa bicara, tapi aku senang menceritakan segala peluhku padanya.
Yahā¦setidaknya untuk sekarang, hanya Teddy-lah temanku disini.
Lama-lama aku bosan juga hanya duduk di ayunan ini, akhirnya
aku putuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan. Ku lihat sepedaku
masih tersimpan manis di dalam bagasi mobil yang terbuka, dengan sekuat tenaga
aku mengeluarkan sepeda kesayanganku itu. Nahā¦akhirnya bisa! Aku ini kan kuat,
mana mungkin mengangkat sepeda saja tidak bisa.
ā Eommaā¦Appaā¦ aku main sepeda dulu ya!!!ā teriakku tanpa
masuk dulu ke dalam rumah. Ku kayuh pedal sepedaku berjalan keluar dari halaman
rumah. Tak lupa aku juga mengajak Teddy, aku menaruhnya dalam keranjang yang
berada di depan stang sepedaku. Saat ku susuri jalanan yang jaraknya lumayan
jauh dari rumahku, kulihat banyak sekali anak-anak seumuranku sedang bermain
bersama.
ā Haiā¦nan..Kim So Eun imnida!! Aku harap kita bisa berteman
dengan baik.ā Aku menepikan sepedaku dekat anak-anak yang sedang bermain itu,
lalu memperkenalkan diriku pada mereka. Entah apa ada yang aneh dariku, tapi mereka
menatapku enggan dan kembali melanjutkan permainan mereka, tanpa mau menerima
uluran tanganku.
ā Apa aku boleh gabung bersama kalian?ā tanyaku pada mereka,
sambil memperkecil jarak diantara kami. Bocah laki-laki yang menurutku paling
besar diantara yang lainnya, berjalan menghampiriku.
ā Kau mau main bersama kami?ā tanyanya padaku yang langsung
ku jawab dengan antusias, ā Ne!!ā jawabku sambil menganggukkan kepalaku.
Ternyata usaha kerasku tak sia-sia.
ā Baiklah teman-teman, ayo kita main bersamanya!ā ujar bocah
itu yang langsung diikuti semua anak. Tapi tunggu! Mereka bukan menghampiriku,
mereka malah menghampiri sepedaku. ā Kawan-kawan! Ayo kita main!ā seru bocah
itu lagi. Mereka menendang sepedaku sampai jatuh, mereka juga menggeret
sepedaku, membiarkan badan sepedaku tergores oleh aspal. Tapi dimana Teddy-ku?
Tunggu! Bukankah itu Teddy-ku?
ā Yak!!! Apa yang kalian lakukan, hah?ā teriakku sudah tak
tahan menahan emosiku, rasanya airmata-ku sudah menumpuk di pelupuk mata, tapi
aku tidak ingin terlihat lemah di depan gerombolan bocah-bocah ini. Ku dorong
mereka yang sedang ingin menghancurkan sepedaku, ku tarik baju mereka satu
persatu untuk menjauh dan menghentikan ini semua.
ā Tadi kau bilang mau main bersama,kan? Nahā¦inilah
permainannya!ā ujar si cungkring yang benar-benar menyebalkan, tanpa memandang
aku ini hanyalah anak perempuan umur 12 tahun, ia mendorongku hingga aku
tersungkur ke aspal.
ā Aisshhā¦ awā¦ā darah segar mengucur di permukaan lututku,
akibat gesekan yang membuat kulitku terkelupas. Rasanya sangat sakit dan perih,
tenanglah So Eun, kata Halmoeni, kau adalah anak perempuan yang tangguh, jadi
jangan menangis hanya karena luka sekecil ini.
ā Mau kalian apakan Teddy-ku?āteriakku seraya bangkit dari
posisiku. Ku hampiri beberapa anak perempuan yang juga salah satu kawannya si
bocah gendut dan cungkring itu, mereka sedang melempar-lempar Teddy-ku. Tak
hanya itu, mereka juga menarik-narik badan Teddy, sampai-sampai beberapa kapas
penyusun tubuh Teddy keluar karena sobek.
Kesabaranku habis, ku hampiri dan kudorong mereka, sama
seperti saat si cungkring itu mendorongku. Mereka semua terlihat amat marah
mendapatkan perlakuan seperti itu, dan beberapa diantara mereka kembali bangkit
dan berjalan ke arahku. Mereka mendorongku bersamaan dan mengambil Teddy yang
berada dalam dekapanku.
ā Berhenti!āteriak seseorang, aku juga tidak tahu dia siapa,
yang pasti dia seorang namja kecil yang mungkin seumuran atau bisa jadi lebih
tua dariku. Mendengar teriakannya, sontak mereka semua menoleh ke arah yang
sama denganku, ke arah namja itu. Setelah menemui sosok namja itu, mereka semua
langsung tertunduk, bahkan anak yang tadi merampas Teddy-ku langsung memberikannya
lagi padaku.
Sebenarnya siapa anak laki-laki itu? Apa dia ketua dari
kelompok anak-anak berandalan ini?. Dia
berjalan mendekat ke arahku, dia menjongkokkan tubuhnya dengan lututnya yang
bertumpu di atas aspal, sedangkan tanganya terjulur ke hadapanku.
ā Gwenchanayo?ā tanyanya sambil berusaha melihat wajahku,
yang kusembunyikan di antara dua lututku. Jujur aku sangat takut, takut kalau
dia akan berbuat jahat padaku.
ā Kalian! Apa kalian akan selalu mencari masalah, hah?ā kini
namja di hadapanku mulai berinteraksi dengan gerombolan bocah sadis itu.
ā Wae?? Kau tidak suka? Lagipula anak ini yang meminta kami
main bersamanya.ā Jawab si cungkring yang tadi mendorongku. Namja di depanku
ini bangkit dan menghampiri si cungkring dan si gendut.
ā Inikah cara kalian bermain? Yang kalian lakukan itu bukan
bermain, tapi menyiksanya!ādengan nada tinggi tapi terkesan tenang, namja itu
bisa dibilang membentak dua bocah tengil itu.
ā Hahahahahhh..memang apa peduli kami? Dan satu hal lagi,
kau tidak usah ikut campur Kim Ki Bum!!ābalas si gendut dengan nada mengejek.
Jadi nama namja itu Kim Ki Bum, tapi siapa dia? Ku kira dia ketua dari
gerombolan bocah ini.
ā Seunjong-ah! Sudahlah!ā ujar si cungkring sambil
mencengkram bahu si gendut.
ā Tap..ā tiba-tiba ada dua security yang menarik baju si
gendut dan membawa mereka semua pergi.
ā Maaf atas ketidaknyamanannya! Kami akan mengamankan
anak-anak ini! Permisi!ā ujar salah satu security itu, mereka pun membawa paksa
kawanan bocah yang amat brutal itu pergi dari hadapanku.
Setelah mereka semua pergi, kudekap Teddy-ku dan menatap
nanar ke arahnya yang sudah sobek karena ulah anak-anak itu. Ada tangan
terjulur dihadapan wajahku, kudongakkan kepalaku untuk melihat siapa pemilik
tangan itu, ternyata itu tangannya. Kulihat tangan kirinya terulur ke arahku,
sedangkan tangan kanannya sedang menopangā¦sepedaku?.
Dia menganggukkan kepalanya, seolah menyuruhku untuk meraih
tangannya itu. Dengan ragu, ku raih tangannya untuk berdiri, tapi awā¦sakit
sekali! Lutut serta siku tanganku luka. ā Ayo naik!ā dia menepuk-nepuk jok
belakang sepedaku, aku pun menurutinya saja, karena ku rasa dia bukan bocah
gila seperti bocah-bocah tadi. Dia mengayuhkan sepedaku, membawaku pergi ke sebuah
taman.
ā Aku pinjam sepedamu dulu ya? Kauā¦tunggu saja aku disini!
Jangan kemana-mana.ā Aku hanya mengangguk pelan, kulihat dia langsung pergi
lagi dengan membawa sepedaku. Apa dia itu pencuri? Apa dia ingin mengambil
sepedaku?. Tak ingin pusing dengan anak laki-laki itu, aku terus menatap
Teddy-ku yang sekarang benar-benar dalam kondisi kacau. Tak terasa airmata yang
dari tadi ku tahan, akhirnya jatuh juga. Bagaimana tidak? Boneka Teddy ini
adalah pemberian dari haraboji dan ia memintaku untuk terus menjaga boneka ini.
Tapi sekarang lihat! Boneka ini sudah setengah rusak.
ā Kenapa menangis?ā omonaā¦apa anak ini makhluk halus? Kenapa
tiba-tiba dia ada di sini? Aku tak menjawab pertanyaanya, karena yang
terpenting untukku sekarang adalah bagaimana Teddy-ku ini bisa kembali utuh
seperti semula.
ā Awā¦yak! Appo!!ā tanpa ku perintah, anak ini menempelkan
sebuah kapas yang sudah dibasahi dengan cairan alcohol di lututku. ā Mianā¦aku
akan pelan-pelan.ājawabnya yang masih sibuk dengan kapas dalam genggamannya.
Dia beralih ke siku-ku yang juga terluka. ā Eomma!!!!ā kali ini aku berteriak
lebih keras dari sebelumnya.
ā Rumahmu dimana?ā tanya yang masih terus mengobati lukaku.
Oh..ya, aku sendiri juga tidak tahu alamat rumahku, yang aku tahu hanyalah
bentuk rumahku saja.
ā Mollaā¦yang aku ingat hanya bentuk rumahku saja.ājawabku
yang masih menahan perih karena cairan alcohol dan betadine yang ia oleskan di
lukaku.
ā Apa kau baru pindah ke sini?ā sekarang dia tatapannya
beralih menatapku, aigoooā¦ternyata namja ini tampan sekali, dia tidak begitu
hangat, tapi dia lembut dan juga baik.
ā Ne..ājawabku singkat. ā Sudah selesai! Baiklah ayo aku
antar kau pulang!ā setelah dia setelah menempelkan plester pada lukaku, dia
langsung berdiri dan berjalan menuju sepedaku. Tunggu! Tadi dia bilang apa? Dia
mau mengantarku pulang? Aku saja tidak hafal jalan menuju rumahku.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
ā inikan rumahmu?ā tanyanya saat sepedaku berhenti di sebuah
rumah yang baru saja aku tempati beberapa yang lalu. ā Ne..ā jawabku seraya
mengangguk kecil.
Seoul 2004
Author POV
ā So Eunie! Makan dulu sarapanmu!ā teriak seorang wanita
usia sekitar 40 tahun-an pada seorang yeoja muda berseragam sekolah.
ā Sudahlah eomma..aku sudah terlambat!ājawab gadis muda itu
yang langsung beranjak setelah selesai mengikat tali sepatunya. ā Eomma..aku
berangkat dulu ya!ā pamit yeoja itu pada sang eomma sambil mengecup pipi kanan
sang eomma.
Dengan langkah cepat yeoja itu, tepatnya Kim So Eun kini
sedang berlari menuju halte bus, tempat dimana ia selalu menunggu bus yang
mengantarnya ke sekolah. Sebenarnya jika Ia mau, appanya bisa saja menyediakan
fasilitas motor ataupun supir pribadi untuk dirinya, terlebih So Eun termasuk
anak yang berasal dari kalangan keluarga yang berkecukupan. Tapi ia lebih
memilih terburu-buru dan selalu berlari setiap harinya untuk mendapatkan bus.
Itupun bukan tanpa alasan, ia memilih pilihan seperti itu agar ia bisa bertemu
dengan pangeran impiannya, siapa lagi kalau bukan seorang namja kecil yang kini
mulai beranjak dewasa, namja yang pernah menyelamatkan dirinya dari gerombolan
bocah bengis tiga tahun yang lalu, namja tampan yang juga sunbae-nya di
sekolah, namja yang tepatnya bernama Kim Ki Bum.
~ ~ At Bus Stop ~ ~
Telah berdiri seorang namja yang masih fokus dengan buku
yang sekarang menjadi bahan bacaanya. Melihat namja itu berada di hadapannya
perasaan So Eun senang tak terkira karena biasanya tak jarang, ia terlambat dan
pada akhirnya ia tak bertemu dengan Ki bum di sini.
ā Seharusnya jangan memaksakan dirimu seperti ini. Harusnya
kau tak boleh meninggalkan sarapanmu.āujar namja itu tanpa mengalihkan fokus
matanya pada buku yang berada dalam genggamannya. Sekejap So Eun langsung
menoleh ke arah Ki bum, yahā¦memang inilah nasihat yang selalu ia dengar setiap
kali bertemu di halte bus. Dan memang nyatanya So Eun memaksakan dirinya untuk
bisa bertemu Ki bum.
Kini halte bus mulai ramai, setiap orang yang datang dan
menunggu pasti akan bercengkramah satu sama lain. Menanyakan kabar, tujuan,
atau bahkan hanya sekedar mengucapkan selamat pagi..itulah yang dilakukan
beberapa orang yang sedang menunggu di halte ini. Tapi hal ini malah berbanding
terbalik dengan apa yang sedang terjadi antara Ki bum dan So eun. Mereka hanya
tenggelam dalam diam dengan dunia mereka masing-masing. Keheningan pun pecah
saat sebuah bus berhenti tepat di depan halte, yang membuat mereka bergeming
dan melangkahkan kaki memasuki sebuah kendaraan yang dari tadi mereka tunggu.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
So Eun POV
~ ~ At Jungsang High School ~ ~
Setelah menempuh perjalanan selam kurang lebih 25 menit,
akhirnya aku sampai juga di sekolahku. Seperti biasanya hari ini aku berangkat
bersama Ki bum, yah itupun karena hari ini aku sedang beruntung karena tidaak
terlambat. Aku menyusuri jalan menuju kelasku, tadinya aku ingin terus
mengikuti Ki bum, tapi berhubung kelas kami yang tak searah, jadi aku harus
mengurungkan niatku.
Kelas X A, nah inilah kelasku!. Yah..aku adalah siswi kelas
X semester dua, aku juga aktif di ekskul jurnal dan juga teater. Kalian masih
ingatkan saat pertama kali aku pindah ke kota ini? Yaphā¦aku tidak memiliki
seorang temanpun, tapi tidak untuk sekarang, kini aku memiliki tiga sahabat
yang amat kusayangi. Jooyeon, Mi ran, dan Sora, itulah nama ketiga sahabatku.
Baiklah sekarang kembali lagi padaku. Kalian masih ingat kan
seorang namja kecil yang menyelamatkanku dari kawanan bocah sadis saat aku baru
saja pindah ke kota ini? Ki bumā¦yah dia memang dua tahun lebih tua dariku, tapi
karena aku sudah terbiasa memanggilnya seperti itu, jadi aku tidak memanggilnya
sunbae.
Ini sudah kedua kalinya aku satu sekolah dengannya, jadi
sebelumnya saat aku memasuki SMP, ayahku yang ternyata kolega bisnis dari
ayahnya Ki bum, mendaftarkanku di sekolah yang sama dengan Ki bum. Alasannya
adalah saat itu aku belum mempunyai banyak teman, jadi ayahku berharap Ki bum
bisa menjagaku dan menjadi teman baikku. Tapi sepertinya appa salah besar! Dia,
maksudku Ki bum sepertinya tak menyukai keberadaanku, yahā¦ meskipun dia tak
pernah mengatakan kalau dia tak menyukaiku, tapi nampak sekali kalau dia
seperti membuat benteng pemisah antara dirinya dengan diriku.
Kim Ki bum memang bukan seorang namja berhati hangat ataupun
mudah akrab dengan orang lain. Dia malah cenderung penyendiri dan lebih suka
diam. Dan semua yang ada pada dirinya adalah kebalikan dari diriku. Aku pun
heran kenapa aku bisa menyukai orang seperti dia. Menyukai orang yang selalu
terganggu dengan keberadaanku, orang yang selalu menyuruhku untuk tak
menunggunya di halte bus, ataupun orang yang hanya tersenyum setiap kali aku
menceritakan hal-hal lucu padanya. Tapi itu tak berpengaruh apapun untukku,
karena walau bagaimanapun perasaanku sudah tak bisa kuelak lagi.
ā So Eun-ah cepatlah kemari!ā kudengar seorang yeoja dengan
rambut dikuncir kuda melambaikan tangannya ke arahku saat aku baru saja
memasuki kelasku. Kupercepat langkahku menuju segerombolan yeoja tempat dimana
yeoja kuncir kuda yang tak lain dan tak bukan adalah Jooyeon.
ā Wae?ā tanyaku, perlahan wajah Jooyeon beserta dua
sahabatku yang lain menjadi bingung. Isshhā¦kenapa jadi mereka yang bingung?
Harusnya kan aku yang bingung.
ā Hmmmā¦ehemmmā¦Kim So Eun kau harus tahu ini!āujar Mi ran
yang berlagak misterius yang disambut tatapan heran oleh kedua orang di
sampingnya.
ā Kau tahu? Saera sunbae menyukai Ki bum sunbae..ā bisik
Sora dengan nada khas seorang pembawa acara infotainment. Tapi siapa katanya?
Saera sunbae? Aigooā¦.bukankah dia yeojachingunya Sanghyun sunbae?.
ā Tapi bukankah dia sudah memiliki namjachingu? Apa berarti
dia akan melancarkan aksinya seperti yang sudah-sudah?ātebakku yang disambut
anggukan kecil dari ketiga sahabatku berbarengan. Omonaā¦.Kenapa harus Ki Bum
yang jadi targetnya kali ini? Baiklah sepertinya aku harus menceritakan dulu
siapa itu Saera sunbae.
Dia adalah salah satu senior yang paling cantik dan populer
diantara teman-temannya. Ku akui wajahnya memang cantik tanpa cacat sedikitpun,
tapi tahukah kalian kalau hatinya begitu menyeramkan?. Yaphā¦dia itu sombong
karena memiliki semuanya, seperti kekayaan, kecantikan,dan juga kepopuleran.
Tak hanya itu, dia juga suka melabrak yeoja yang menurutnya bisa menyaingi
pamornya. Selain itu dia juga suka mendiskriminasi junior-junior yang tak
menghormatinya. Ya...aku bisa bicara seperti itu, karena dulu aku pernah
mengalaminya.
Dan apa kalian mengerti maksudku bicara āmelancarkan aksinya
seperti yang sudah-sudah?ā Baiklahā¦ku jelaskan sedikit, jadi karena kesempurnaan
yang ia miliki, Saera sunbae bisa dengan mudah bergonta-ganti namjachingu
dengan namja manapun yang ia mau. Biasanya namja yang menjadi targetnya adalah
namja yang juga sempurna sepertinya. Namja dengan segudang prestasi,
kepopuleran, dan tentunya dibalut dengan fisik yang sempurna.
Contohnya Sanghyun sunbae, dia adalah anak basket yang
dikagumi banyak yeoja, dia juga pemenang speaking contest beberapa bulan lalu
yang membuat pamornya meningkat tajam. Nahā¦.pada saat itu Saera sunbae yang
notabenenya masih berstatus sebagai yeojachingu dari Yunho sunbae, segera
memutuskan Yunho sunbae demi mendapatkan Sanghyun sunbae.
Semua usaha ia kerahkan untuk mendapatkan Sanghyun sunbae,
termasuk menindas setiap yeoja yang tengah dekat dengan Sanghyun sunbae. Dan
semua usahanya itu ia lakukan agar bisa mendapatkan Sanghyun sunbae. Dan kali
iniā¦Ki bum? Kenapa dari sekian banyak namja di sekolahku harus Ki bum yang ia
pilih? Aigooā¦lalu bagaimana dengan nasibku? Ku akui aku memiliki perasaan pada
Ki bum. Tenanglah So Eunā¦Ki bum adalah namja berhati dingin, jadi tidak mungkin
Saera sunbae bisa mendapatkannya.
ā Sepertinya kau dalam bahaya nona So Eun!āucap Miran yang
membuatku bergidik ngeri. Jujur aku juga merasa takut, bagaimana tidak? Setiap
kali melihat wajah cantik Saera sunbae, terlintas berbagai kebengisan dan
kesadisannya di pikranku. Kalian tahukan kalau sampai Saera sunbae tidak bisa
mendapatkan namja yang ia sukai maka tidak seorangpun juga yang bisa dan
berarti akupun begitu. Omonaā¦ini tak boleh sampai terjadi!!.
ā Tenanglah kami akan terus mendukung dan membantumu! Kalau
Saera sunbae sampai mengganggumu akan ku kerahkan semua pegawai appa-ku untuk
memberikan serangan balik padanya!āucap Jooyeon dengan yakin. Yahā¦terang saja
dia akan membawa pegawai appa-nya, karena semua pegawai appa-nya itu adalah buruh
pekerja di tempat pemotongan daging. Bayangkan saja seperti apa bentuk Saera
sunbae nanti, kalau Jooyeon sampai benar-benar mengerahkan pegawai appa-nya
itu. Tidakkah Saera sunbae akan berbentuk seperti gilingan daging yang
bentuknya sudah tak karuan?.
ā Yak kembali ke tempat masing-masing, Jinhye songsaenim
sebentar lagi datang.āseru Sora yang baru saja mengintip dari ruas pintu yang
terbuka. Hana, dul, setā¦..pintu kelasku terbuka dan menampakkan sosok wanita
usia sekitar 30 tahun-an yang memasuki kelasku. Dia adalah Jinhye songsaenim,
guru fisika terbaik sepanjang masa. Bayangkan saja, setiap ia sedang
menerangkan pelajaran, bisa kujamin semua murid akan diam tak bergeming karena
terlarut dalam mimpi indah masing-masing.
ā Baikā¦sekarang semuanya keluarkan selembar kertas.ā
perintah Jinhye songsaenim yang masih sibuk mengeluarkan beberapa barang dari
dalam tasnya.
ā Mwo? Untuk apa?ā sontak seisi kelas menjadi gaduh karena kebingungan,
tapi tidak denganku karena aku sudah sangat hafal gelagat guru yang satu ini.
Kalau dia sudah datang dengan muka ditekuk sembilan dan langsung menyuruh untuk
mengeluarkan kertas lembar, bisa kupastikan dia akan mengadakan ujian dadakan
seperti yang ia sering lakukan.
ā Kita akan pre-test, sebentar lagi kalian akan menghadapi
ujian semester. Jadi hitung-hitung ini adalah persiapan kalian untuk menghadapi
ujian semester nanti, arachi?ā BINGO!!! Dugaanku tepat dan sangat akurat.
Untung saja aku selalu sedia payung sebelum hujan, maksudku aku selalu membahas
pelajaran saat malam, yah walaupun hanya sejenak, tapi setidaknya aku mengulas
kembali pelajaran yang telah ku pelajari.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu datang juga. Yaphā¦waktu
istirahat! Setelah berpeluh-peluh saat menghadapi fisika dan matematika,
akhirnya aku bisa menghirup udara segar juga. Kriukkkā¦aigooā¦perutku lapar
sekali!!.
ā Kalianā¦ayo cepat kita ke kantin!ā seruku pada tiga
sahabatku yang masih sibuk bergosip ria membincangkan Rain aktor favorit
mereka.
ā Yakā¦So Eunie! Kau ke kantin sendiri saja, kalau kau tak
sabaran seperti ini!āsahut Miran kesal. Aigoo..kenapa jadi dia yang kesal?
Harusny kan aku yang kesal, karena mereka telah membuang waktu istirahatku.
Merekapun melanjutkan āaktivitasā mereka tanpa menghiraukanku sedikitpun. Aku
tak kehabisan akal, aku langsung mencolek punggung Sora pelan, sambil memasang
puppy eyes dengan maksud agar dia mau menemani ku ke kantin. Tapi saat ia
menoleh ke arahku, dia hanya mengulas senyum yang dipaksakan.
ā Untuk kali ini aku tidak bisa, kau pergi sendiri saja
ya..ā ucapnya sambil membalikkan badannya lagi.
Baiklahā¦aku pergi sendiri! menyebalkan! Hanya karena sebuah
majalah yang memuat berita tentang Rain, mereka bertiga mengabaikanku? Andai
saja aku tahu siapa yang menulis majalah itu, kalau aku tahu akan ku suruh dia
untuk tak menulis Rain lagi dalam artikelnya. Aku terus saja menggerutu kesal,
masalahnya aku paling benci sendirian. Aku sangat suka bicara dan sekarang aku
harus ke kantin sendiri? dan itu berarti tak ada teman untuk ku ajak bicara,
aishh..jinjja!!.
BRUUKKK
Karena langkahku yang terburu-buru dan juga emosiku yang
belum stabil, aku menabrak sosok manusia di depanku. Ku jelajahi sosok itu dari
ujung sepatu dan lama kelamaan beralih ke bagian atasnya. Omonaā¦.bu..bukankah
dia Saera sunbae? Tamatlah riwayatku hari ini!. Dia menatapku dengan tatapan
sinis yang mampu membuat setiap orang yang ditatap akan merasa direndahkan.
Kalau saja ini bukan sekolahan, bukan tempat yang memiliki aturan, sudah ku
habisi atau paling tidak sudah kujambak orang di hadapanku ini.
Tapi sayangnya aku masih tahu diri, aku juga tak mau cari
masalah. Sehelai rambut saja aku menyakiti yeoja ini, itu berarti aku
mengakhiri pendidikanku di sekolah ini. Yahā¦jelas Saera sunbae adalah putri
dari pemilik yayasan sekolah ini.
ā Heiā¦Neo babo yeoja! Kenapa masih disitu, HAH? Minggir dari
jalanku, kajja!ā teriaknya yang mampu membuat semua orang disini terkapar masuk
ruang THT. Baiklahā¦aku mengalah, lebih baik aku menyingkir daripada harus
berusan dengan yeoja ini. Kulangkahku untuk memberinya jalan, meski disisi
kanan kiri masih terhampar jalan yang kupikir masih sangat cukup untuk ia
lalui. Dengan angkuhnya ia berjalan melewatiku dengan membusungkan dadanya
sambil menyedekapkan tangannya dan tak lupa di ikuti dua dedengkotnya yang
selalu setia menemani. Siapa lagi kalau bukan dua penjilat paling handal
sedunia, bernama Jiyoung dan Soobin sunbae.
Baiklah persetan dengan tiga makhluk menyebalkan itu, yang
terpenting sekarang aku harus segera ke kantin untuk melepaskan hasrat makanku
yang makin menggebu seiring dengan menipisnya cadangan makanan di dalam
tubuhku.
~ ~ At School
Cafetaria ~ ~
Kini aku berdiri di tengah-tengah orang yang sedang berlalu
lalang, aku bukan sedang ingin melakukan pose-pose pemotretan, hanya saja aku
masih bingung mau makan apa. Baiklah sepertinya sepiring nasi goreng kimchi
cukup untuk melepaskan laparku. Setelah mengantri cukup lama, akhirnya aku
mendapatkan pesananku juga. Dan sekarang waktunya untuk mencari tempat yang tepat
untuk aku makan.
ā Sedang mencari tempat? Bagaimana kalau kita makan
bersama?ā tanya seseorang yang kurasa berada di belakangku. Benarā¦ternyata dia
di belakangku dan dia adalah Seunghoon, teman sekelasku. Makan bersama?
sepertinya bukan ide yang buruk, lagipula hampir semua tempat disini sudah
penuh. Akupun mengangguk dan mengikuti jalannya yang sepertinya sedang
memanduku.
ā Makanlah dengan perlahan, kau bisa tersedak kalau makan
seperti itu!ā ucap Seunghoon yang mungkin terperangah dengan gaya makanku. Tapi
aku tak bisa menahan ini, sungguh perutku sangat lapar.
ā Oh..ya, kau tahu kalau Saera sunbae telah bergabung dalam
ekskul jurnal?ā sumpah demi apapun pernyataannya kali ini membuatku tersedak.
Apa aku tak salah dengar? Kenapa nenek sihir itu tertarik pada ekskul jurnal?
Bukankah lebih baik dia tetap mengikuti ekskul cheerleader?. Aigooā¦my nightmare
will coming as soon as I open my eyes.
ā Minum..minum.āsuruh Seunghoon sambil menyodorkan sebotol
air mineral miliknya. Hahā¦lega! Tapi tetap saja hatiku tak tenang. Rasanya aku
sudah kehilangan nafsu makanku karena mendengar berita buruk itu. ā Gomawoā¦aku
bawa ya!ā aku beranjak dari dudukku sambil mengangkat botol air mineral itu
sebagai sinyal kalau aku mau membawanya.
ā Kau mau kemana? Makananmu belum habis.ā Racau Seunghoon
yang sudah tak ku pedulikan karena dia juga berperan dalam perusakan mood
makan-ku tadi. Ottakhae? Bagaimana kalau nenek sihir itu membuat kekacauan?.
Aku terus saja menggerutu sepanjang perjalanan. Tapi aku tak ingin kembali ke
kelas, karena aku hanya kan menjadi lalat di sana. Pasti ketiga temanku itu
sedang sibuk membahas actor pujaannya dan akan menjadikanku sebagai pajangan
antik. Dan pasti mereka juga sedang sibuk mempersiapkan diri mereka untuk
menghadapi remedial biologi.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Akupun terus berjalan hingga tak terasa aku sampai di
hamparan rumput nan hijau yang di tumbuhi beraneka ragam tumbuhan dan juga
pohon-pohon besar yang menjadikan tempat ini begitu menenangkan. Tunggu kalau
tempat ini begitu tenang, pasti ditempat ini jugalah Ki bum berada. Aku memang
suka datang ke sini, karena aku tahu aku bisa menemukan sosoknya di tempat ini.
I donāt know why I like it
I just do
I been hearing your heartbeat inside
of me
I keep your photograph beside my bed
Livinā in a world of fantasies
I canāt get you out my head
Iāve been waiting for the phone to
ring all night
Why you wanna make me feel so good
I got a love on my own
I shouldnāt get so hung up on you
I remember that the way we touch
I wish I didnāt like it so much
Ku dengar
petikan senar gitar serta suara indah di sela-sela permainan gitar akustik yang
begitu memikat pendengaranku, terdengar samar-samar dari balik pohon besar yang
tak jauh dari tempat aku berdiri sekarang. Ku langkahkan kakiku menghampiri
pohon itu untuk mengetahui siapa pemilik suara yang sepertinya sudah tak asing
lagi untukku. Dekat semakin dekat suaranya makin terdengar jelas serta
permainan gitarnya juga begitu harmonis. Benar! Ternyata pemilik suara itu
memang dia, sudah kuduga!.
Krekk
Tanpa
sengaja aku menginjak beberapa ranting yang membuatnya tersadar kalau ada orang
yang sedang memperhatikannya yang tak lain adalah aku. Sebelum dia melihatku,
aku langsung membalikkan badanku, tapi sial belum juga aku lari.
DUG
Ternyata
ada batu sialan yang tak sengaja ku sandung yang membuatku tersungkur ke
hamparan rerumputan hijau ini. Aduh bagaimana ini? Bagaimana kalau dia tahu?.
ā Makanya
hati-hati!ā sebuah tangan menjulur ke arahku. Ku raih tangan itu, tangan yang
membantuku berdiri. Omona! Ternyata tangan itu miliknya!.
Aku
membereskan bajuku yang sedikit kotor tanpa sedikitpun mengangkat kepalaku. Aku
sudah tak punya muka lagi, setelah tertangkap basah sedang mengintipnya
bernyanyi. Ku lihat kakinya melangkah pergi meninggalkanku, tapi suara dedaunan
akibat injakan kaki itu perlahan berhenti.
ā
Sepertinya lututmu terluka, lebih baik kau segera ke UKS untuk mengobati lukamu
itu!ā ujarnya dingin tapi aku merasa hangat. Meski dia menggunakan nada dingin
seperti biasanya, aku tetap saja merasa senang apalagi dia memperhatikanku. Ku
dengar suara dedaunan yang tadi terhenti kini kembali terdengar, sepertinya dia
sudah meninggalkan tempat ini. Ku
balikkan badanku dapat kulihat punggungnya yang kian lama kian menjauh dan
lama-kelamaan menghilang dari pandanganku.
TENG TENG TENG TENG
Aku pun
bergegas kembali ke kelas setelah mendengar bel sudah berbunyi. Ternyata ada
untungnya juga pergi ke kantin seorang diri, coba bayangkan saja kalau ketiga
temanku yang tak setia itu ikut, pasti aku sudah dijadikan bahan olok-olokkan
karena telah berbuat bodoh seperti tadi.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Pelajaran biologi telah usai itu berarti telah usai juga
kelasku untuk hari ini, aigooā¦aku harus segera bergegas. Dengan cekatan ku
masukkan semua barang-barang yang masih tergeletak di atas meja ke dalam tasku.
Sedetik saja aku terlambat, pasti aku tak bisa pulang bersamanya. Setelah
kupastikan tak ada satupun barangku yang tertinggal, aku segera berangsut dari tempat
dudukku.
ā Aku duluan ya..ā pamitku pada ketiga temanku yang masih
sibuk membereskan barang-barang mereka. ā Ne..hati-hati ya!ā ucap Jooyeon.
ā Ku doakan semoga hari ini kau berhasil!ālanjut Miran
dengan senyum jahil.
ā So Eun-ah hwaiting!ā seru Sora sambil mengangkat kepalan
tangannya. Aigooā¦memang dia pikir aku ini mau pergi sebagai relawan di
palestina apa?.
Aku memang biasa tak pulang bersama ketiga temanku itu
karena rumahku berlainan arah dengan rumah mereka. Dan karena itulah setiap
harinya aku pulang bersama Ki bum, meski tak jarang aku pulang seorang diri.
Yahā¦Ki bum memang tak pernah mengajakku pulang bersamanya, hanya saja aku yang
selalu mengikutinya atau terkadang menunggunya di halte bus. Walaupun setiap
bertemu tak banyak yang kami bicarakan, tapi tak tahu mengapa, aku sangat
senang berada di dekatnya. Walau ku tahu kenyataannya dia tidak suka dengan
keberadaanku yang selalu mengganggu ketenangannya.
ā Ki bum-ah..hari ini biar aku yang antar kau pulang ya?ā
terdengar suara lembut nan manja dari orang yang berada di jarak kira-kira
sepuluh langkah di depanku. Kulihat Saera sunbae dan dua dedengkotnya sedang
mengerumuni sesuatu. Ku langkahkan kami maju ke depan yang membuatku bisa
melihat dengan jelas, sosok yang tengah menjadi pusat perhatian tiga yeoja
menyebalkan itu.
Kibum? aigooā¦apa ini artinya rumor yang ku dengar dari
temanku itu benar adanya? Ternyata Saera sunbae tak main-main. Lihat saja
sekarang! Dia sedang menggenggami tangan Ki bum sambil sesekali berlagak manja,
sedangkan Ki bum sendiri hanya diam tak menanggapi apa-apa. Bagaimana dia bisa
diam saja, sedangkan tangannya sedang dipegang-pegang seperti itu?.
Aigoooā¦pemandangan ini sungguh membuatku kesal.
Baiklah untuk pertama kalinya, aku tak menginginkan pulang
bersama Ki bum. Jelas aku tak mau, aku sudah kesal. Dengan langkah kesal ku
hentakkan kakiku keras-keras meninggalkan sekolahku. Tak peduli apa Ki bum akan
bersama Saera sunbae atau tidak.
~ ~ At Bus Stop ~ ~
Setelah berjalan hampir 7 menit akhirnya aku sampai juga di
halte bus. Dengan setia kutunggu bus yang sedari tadi tak kunjung datang.
Kuputuskan untuk duduk di sebuah bangku panjang, ku keluarkan ponselku. Ku
mainkan game di ponselku sembari mengusir penat.
ā Kau masih disini?ā kuangkat kepalaku mengarah ke asal
suara yang tadi kudengar. Kudapatkan seorang namja memakai seragam yang sama
denganku tengah berdiri tak jauh dari bangku tempat ku berada sekarang. Aku tak
tahu siapa orang itu, karena orang itu berdiri memunggungiku. Tak lama bus yang
kutunggu akhirnya datang, kulihat namja tadi sudah masuk ke dalam bus lebih
dulu.
Aigooā¦penuh sekali! Ku edarkan pandanganku menjelajahi
ruangan bus ini, dan tak satupun tempat kosong tersisa untukku. Baiklah memang
ini nasibku harus berdiri hingga sampai. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang
menggenggam tanganku yang masih berpegangan pada gantungan yang ada di
langit-langit bus ini. Kutolehkan wajahku dan kulihat si empunya tangan itu
yang tak lain adalah Ki bum? Aku tak bereaksi apapun saat ia menarik tanganku
untuk mengikuti arah langkahnya.
Dia mempersilahkanku duduk di bangku dekat kaca jendela
sedangkan dia duduk di sampingku seperti biasa, seperti saat aku berangkat
sekolahnya dengannya itupun kalau aku tidak terlambat. Ku alihkan pandanganku
ke luar jendela menatap arus lalu lintas yang tak begitu ramai. Walaupun
kondisinya sama, tapi biasanya tidak akan membosankan seperti ini. Biasanya aku
selalu mengoceh menceritakan apapun yang bisa ku ceritakan, meski aku yakin dia
tak pernah menghiraukan semua itu. Kenapa terlarut dalam diam seperti ini malah
membuat hatiku sakit. Sungguhā¦aku takut, takut menghadapi kenyataan kalau benar
Ki bum tak menyukaiku.
ā Bagaimana dengan wanita berwajah Sembilan tekukan itu, apa
hari ini dia kembali menekuk wajahnya?ā celetuknya diselingi tawanya.
Cihhhā¦setelah bertahun-tahun mengacuhkanku, kini dia malah bicara padaku. Entah
karena perasaanku yang sedang tak karuan atau ada alasan lain, aku tak
menghiraukan dirinya. Aku terus menikmati pemandangan di luar jendela, meski
hati dan pikiranku sedang melayang entah kemana.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
Akhirnya bus berhenti, akupun turun mengekori Ki bum yang
berada di depanku. Anak tangga demi anak tangga kususuri dengan perlahan.
Akupun berjalan memasuki komplek perumahan tempat dimana rumahku dan juga Ki
bum berdiri. Seperti biasa aku selalu di belakangnya, memandang punggungnya
yang bisa saja menghilang kalau aku tak mengikuti langkahnya. Kejadian di
sekolah tadi, menyadarkanku kalau Ki bum tak pernah melihatku. Dia tak pernah
menganggapku lebih, bahkan mungkin dia tak menganggapku sebagai temannya.
ā Masuklahā¦dan ingat, besok jangan tinggalkan sarapanmu
lagi!ā serunya sambil tersenyum ringan sebelum ia membalikkan badannya. Setelah
itu kulangkahkan kaki untuk membuka pagar rumahku.
ā Aku pulang!ā setelah mengganti sepatu dengan sandal rumah,
segera kumasuki ruangan keluarga. Anehā¦kenapa rumah jadi sepi begini? Kemana
eomma?
ā Ahā¦So Eunie! Kau sudah pulang!ā seru Hong ahjumma asisten
rumah tangga di rumahku. Ya walaupun begitu, aku sudah menganggapnya seperti
ibu keduaku. Dia sangat baik jadi kupinta dia untuk tidak memanggilku dengan
embel-embel agasshi.
ā Eomma mana?ā tanyaku sambil mengedarkan pandanganku.
ā Ahā¦itu! Eomma sedang menemani appa ke Ulsan, mungkin
mereka baru pulang besok!ā tukas Hong ahjumma.
ā Ah..ya sudah aku masuk ke kamar dulu ya.āujarku lesu dan
dengan langkah gontai, ku seret kaki ini memasuki kamar tidurku.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
~ ~ At School
Cafetaria ~ ~
Semenjak kejadian Saera sunbae dan Ki bum itu, aku sudah tak
berangkat sekolah bersamanya lagi. Seperti yang selalu dia pinta padaku untuk
tidak memaksakan diriku. Mungkin ini memang berlebihan, tapi karena kejadian
itu aku sadar, sadar kalau Ki bum memang hanya menganggapku semilir angina yang
bertiup ataupun riakan air yang terdengar begitu saja. Kini aku berpikir,
tidakkah aku terlalu berlebihan selama ini? Aku selalu mengikutinya, selalu
mengajaknya bicara, suka memandanginya walau nyatanya dia tak pernah
menganggapku ada.
Dalam waktu dua minggu ini pula bisa ku saksikan perjungan
Saera sunbae yang makin gigih mendekati Ki bum. Aku tak tahu bagaimana perasaan
Ki bum pada Saera sunbae, tapi yang jelas Ki bum bersikap lebih baik pada Saera
sunbae daripada aku. Baiklahā¦So eun, mulai dari sekarang kau harus belajar
kuat, kuat dalam menghadapi kenyataan yang akan kau terima nanti.
ā So Eunie!āsapa Sora seraya menepuk punggungku. Sudah ada
dua gelas milkshake dalam genggamannya.
ā Kau kenapa?ā tanyanya yang sudah duduk dihadapanku. Dia menatapku
heran, mungkin karena beberapa hari belakangan ini begitu murung dan lebih
banyak diam.
ā Eobseyo!ā elakku sambil mengibaskan tanganku.
ā Apa ini ada hubungannya dengan Ki bum sunbae?ā tanyanya
yang membuat hatiku kembali bergejolak. Aku sangat bingung dengan perasaan ini
yang jelas aku sangat membenci keadaanku sekarang. Aku hanya diam tanpa memberi
jawaban. Aku begini bukan sepenuhnya karena Ki bum hanya saja ada masalah lain
yang sedang kupikirkan.
ā Baiklah kalau kau tidak mau cerita, tapi aku mohon padamu
untuk tidak seperti ini terus! Aku dan yang lain jadi bingung kalau kau terus
seperti ini.āracaunya sambil menatapku tegas.
ā Apa kalian tak keberatan kalau akuā¦ā
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tapi kedatangan
Miran dan Jooyeon yang begitu heboh mengalahkan suaraku. Mereka menghampiri
kami dengan begitu terburu-buru serta dibalut dengan wajah panik.
ā Yakā¦kalian tahu? Saera sunbaeā¦ā ucap Miran terengah-engah.
ā Saera sunbae habis mendamprat Eunri sunbae.ā Lanjutnya
setelah nafasnya kembali normal.
ā Maksud kalian?ā Tanya Sora dengan penuh perhatian. Jujur
aku juga penasaran dengan alasan apa yang membuat Saera sunbae melakukan hal
konyol seperti itu.
ā Yaā¦tadi tiba-tiba saja, Saera sunbae mendatangi kelas
Eunri sunbae. Di sana dia memaki Eunri sunbae bersama dua temannya yang
penjilat itu. Bahkan dia melempari Eunri
sunbae dengan telur. Dan itu semua karena beberapa hari belakangan iniā¦Eunri
sunbae selalu berdekatan dengan Ki bum sunbae.ājelas Jooyeon sambil melirik ke
arahku. Aku tahu benar apa maksud dari lirikannya, aku tahu pasti dia khawatir
dengan nasibku, tapi jujur aku sudah jarang sekali bertemu dengan Ki bum
sekarang.
ā Lalu bagaimana kalian bisa mengetahui hal itu?ā tanyaku
penasaran.
ā Tadi saat kami mau ke sini kami tak sengaja melihat
kejadian itu saat melewati kelas Eunri sunbae.ājawab Jooyeon yang ku respon
dengan anggukan kecil. Setidaknya aku masih memberikan reaksi atas apa yang
telah ku dengar dari mereka. Jujur aku takut, takut kalau Saera sunbae sampai tahu
tentang perasaanku pada Ki bum.
ā Hmmm..aku duluan ya.ā Pamitku yang langsung beranjak
meninggalkan mereka bertiga yang masih heran dengan tingkahku. Tapi mau
bagaimana lagi? Beribu kali aku berusaha tenang beribu kali juga aku teringat
akan semua itu. Haruskah aku memutuskan untuk pergi? Pergi bersama kakak
sepupuku menimba ilmu di New York? Yahā¦hal itulah yang sedang menggangguku
belakangan ini.
Seminggu yang lalu appa menawariku pindah sekolah ke New
York dan pergi lebih awal dari appa dan eomma. Kemudian 2 bulan yang akan
datang appa dan eomma menyusul dan kami sekeluarga akan menetap di sana. Tapi
aku belum memutuskannya, aku masih bimbang dan ragu. Aku ingin pergi, aku ingin
melupakan hal yang sia-sia ini. Tapi disisi lain, hati kecilku tak bisa pergi
begitu saja dan melupakan Ki bum.
~ ~ At School Garden ~
~
Tempat biasa dimana aku biasa mencari ketenangan dan disini
pula aku sedang berada sekarang. Ku hela nafasku panjang, seakan mengeluarkan
beban dalam hatiku. Mencari ketenangan di ruas-ruas hatiku yang sedang tak
karuan. Hanya duduk dan terdiam sambil menerawang lurus ke depan, meski aku tak
yakin kalau aku benar-benar sedang memperhatikan objek di depan sana. Semilir
angin kurasa begitu lembut menerpa kulitku, tak jarang dia juga menyibakkan rambut
panjangku.
Kembali pikiranku melayang mencari sebuah kejelasan. Aku tak
ingin gegabah dengan keputusan yang akan ku ambil nanti. Aku hanya tak ingin
menyesal dalam sebuah keputusan yang tak akan bisa kuubah.
ā Kau disini lagi.ā Terdengar suara yang membuyarkan
lamunanku. Ku arahkan kepalaku ke asal suara. Ku temukan sosok namja yang
sedang menyunggingkan senyumnya seperti biasa yang bisa saja membuat orang
salah paham. Dia menghampiriku dan duduk di sampingku.
ā Kemana perginya Kim So Eun? Kenapa sekarang malah kau yang
ada disini?ā tanyanya lagi tanpa memandangku, dia masih saja menatap lurus ke
depan. Dia tanya pa tadi? Kemana perginya So Eun? Bukankah orang yang sedang
disebelahnya itu Kim So Eun? Ckkā¦dasar aneh!.
ā Apa kau buta? Orang disebelahmu ini Kim So Eun, orang yang
selalu mengganggumu.ā Jawabku sekenanya.
ā Aku tahu, lagipula mataku masih cukup awas untuk menyadari
sosok seorang Kim So Eun.ā Balasnya sambil kembali tersenyum. Apa setelah
bertahun-tahun mengabaikanku, kini dia mau mempedulikanku? Tapi tunggu!
Bukankah dia selalu seperti ini saat berkomunikasi denganku? Selalu mengatakan
ucapan yang begitu sulit untuk kupahami.
ā Apa kau bisa kembali menjadi Kim So Eun?ā tanyanya dengan
posisi yang masih sama.
ā Aku tidak pernah berubah, aku masih Kim So Eun sama
seperti saat aku baru saja dilahirkan.ā
ā Tapi mungkin aku tak akan kembali menjadi Kim So Eun yang
selalu mengganggumu lagi.ā Ucapku sebelum akhirnya meninggalkan dia sendirian.
Aku tak tahu apa yang akan dia pikirkan atas ucapanku barusan. Yang pasti
kalimat itu merupakan bentuk kelelahan ku selama ini.
Author POV
Di satu sisi ada seseorang yang sedang menyeringai puas
melihat pemandangan di taman sekolah kemarin. Seakan mendapat kemenangan dia
meninggalkan taman sekolah dengan begitu bangga. Sepertinya apa yang telah
dilihatnya tadi akan membawa banyak keuntungan untuknya.
ā Benarkah itu?ā respon Saera setelah mendengar apa yang
baru saja Jiyoung ceritakan tentang Ki bum dan So Eun. Memang bukan baru kali
ini dia menyimpan rasa curiga pada hubungan Ki bum dan So Eun. Maka dari iru,
dia menyuruh dua temannya, Jiyoung dan Soobin untuk menyelidiki itu semua.
Sambil melipat kedua tangannya di bawah dada, Jiyoung
mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan temannya yang sudah tersulut amarah. ā
Apa kau akan diam saja saat kau tahu kau akan kehilangan pangeranmu?ā pancing
Jiyoung yang membuat Saera semakin bergejolak.
Melihat respon temannya yang makin kacau, Jiyoun tertawa
dalam hatinya karena selalu bisa mengendalikan emosi temannya yang satu ini.
Senyum mengembang yang lebih mirip dengan seringaian terpampang jelas di wajah
Jiyoung. Jelas dia senang, karena apa yang telah dia perbuat, mempermudahnya
mendapatkan Sanghyun kembali, yang notabenenya mantan pacar Saera yang memang
dulunya kekasih Jiyoung.
Jiyoung memang sudah dekat dengan Sanghyun jauh sebelum
Saera mengenal Sanghyun. Dia merahasiakan hubungannya karena menurutnya bicara
pada Saera bukanlah hal yang penting. Tapi semua itu malah membawa petaka
untuknya. Tanpa disangka Saera memutuskan Yunho dan mengincar Sanghyun yang
saat iotu masih berhubungan dengannya.
Takut mendapatkan perlakuan yang sama dengan yeoja-yeoja
sebelumnya, Jiyoung memutuskan hubungannya dengan Sanghyun. Tapi tak terpikir
olehnya, kalau Saera kembali mengincar namja lain setelah dia rela melepaskan
Sanghyun. Maka dari itu tumbuh rasa dendam di hatinya untuk Saera.
ā Kau pikir aku wanita bodoh yang akan diam saja? Aku pasti
akan bertindak hari ini juga.ā Jawab Saera dengan yakin.
ā Apa kali ini butuh bantuanku dan Soobin lagi?ātanya
Jiyoung.
ā Anni..kali ini aku akan melakukan dengan cara baru, lihat
saja nanti.ā Jelas Saera sambil
menyeringai puas dengan ide yang baru saja terlintas di pikirannya.
So Eun POV
Aku benci appa!! Belum juga aku memberikan keputusanku, tapi
dia sudah mengurus surat-surat kepindahanku dan hari ini adalah hari terakhir
ku berada di Jungsang. Aigooā¦rasanya berat sekali meninggalkan sekolah ini!.
Apa aku akan mendapatkan teman seperti Jooyeon, Miran, dan Sora di New York?.
Apa di New York ada orang seperti Seunghoon yang selalu jadi panutanku karena
kecerdasannya? Dan apaā¦.Ki bumā¦, ARGHHHHHā¦..terus bagaimana aku mengatakannya
pada teman-temanku. Haruskah aku bilang pada mereka atau lebih baik aku diam
dan pergi begitu saja?
Tapi aku tak punya waktu lagi, satu jam lagi bel pulang akan
berbunyi dan saat itu makin sulit aku mengatakannya pada mereka.
Baiklahā¦sepertinya aku harus mengatakannya sekarang, mumpung ada waktu dan
pelajaranku kosong karena semua guru disini sedang rapat.
ā Kalianā¦temani aku jalan-jalan keluar ya?ā pintaku yang
membuat mereka menatapku keheranan.
ā Baiklah! Sepertinya itu bukan ide yang buruk.ā Setuju
Jooyeon yang langsung beranjak dari duduknya yang diikuti Sora serta Miran.
ā Yak ada denganmu? Kenapa kau bertingkah manis seperti ini?
Tak biasanya kau menggandeng tangan kami?ā tanya Jooyeon saat aku menggandeng
tangannya serta tangan Sora.
ā Yakā¦kenapa kau hanya menggandeng tangan mereka? Kenapa aku
tidak? Apa kau hanya menyayaingi mereka saja?ā protes Miran sambil
mengerucutkan bibirnya.
ā Tanganku kan hanya ada dua Choi Miran!! Lagipula kau tak
usah khawatir karena setiap saat kau selalu berada dalam hatiku.ā Balasku
sambil terkekeh sendiri dengan ucapanku barusan.
ā Apa kau salah minum
obat?ā tanya Jooyeon sambil membulatkan matanya. Aigooo..apa kalimat seperti
itu begitu aneh terlontar dari mulutku?.
Kami berempatpun berjalan keluar dari kelas, menyusuri
lorong-lorong yang memhubungkan ruang satu dengan yang lainnya. Bisa dilihat
banyak sekali para murid yang keluar dari kelasnya, dan bercanda ria bersama
temannya. Tapi banyak sekali orang yang menabrak kami dari belakang dan setiap
kami menoleh mereka akan bilang āmaafā¦tapi aku tak bisa melewatkan momen
berharga seperti iniā. Entah apa yang mereka maksud dengan momen berharga itu,
yang pasti momenku bersama ketiga sahabatku ini lebih penting.
ā Sebenarnya ada apa ya?ā gumam Jooyeon yang masih sangat
bisa terdengar oleh samping kiri kanannya.
ā Neā¦mereka amat antusias sepertinya.ā Tambah Sora sambil
menaik turunkan kepalanya.
ā Hmmmā¦jangan-jangan sedang ada pembagian makanan gratis?ā
tebak Miran yang sontak membuat aku, Jooyeon, dan Sora menoleh ke arahnya
secara bersamaan.
ā Wae?ātanya Miran saat tiga pasang mata sedang
memperhatikannya dengan serius. Aigooā¦sampai kapan dia berhenti bertingkah
sepolos itu.
ā Tapi apa salahnya kalau kita juga ke sana, jangan-jangan
benar yang Miran katakana tadi.ā Ucap Sora yang membuat Jooyeon menghela
nafasnya. Baiklahā¦hari ini aku sedang
baik, jadi tak masalah kan, kalau aku turuti kemauan mereka?.
ā So Eunā¦kau benar-benar mau kesana?ā tanya Jooyeon
berulang-ulang setelah sebelumnya sudah bertanya dua kali.
ā Neā¦lagipula kita bisa segera pergi kalau ternyata disana
tak ada yang penting.ā Jelasku.
Tempat ini ramai sekali! Apa semua makhluk dari kelas 10,
11, dan 12 berpindah kesini, tepatnya di aula sekolah. Untung saja aula
sekolahku sangat luas untuk menampung mereka semua. Entah hanya perasaanku saja
atau bagaimana, tapi saat aku memasuki ruangan ini, beberapa orang melihatku
begitu lekat dan setelah itu berbisik pada orang sebelahnya.
Sebenarnya ada apa? Tapi sejauh aku melangkah tak ada suatu
yang penting, yang aku lihat hanyalah banyak manusia yang berada di ruangan
ini. Tapi tunggu sepertinya magnet yang menarik mereka semua ke sini ada di
tengah sana?.
ā Lalu kenapa?ā suara seseorang yang menggema di seluruh
ruangan ini. Suara ini mampu membuat keadaan yang tadinya riuh, menjadi hening.
ā Jadi benar kau menyukai Kim So Eun?ā suara yang sama
kembali terdengar, tapi kenapa namaku disebut?.
ā So eun..sepertinya kau dalam masalah!ā bisik Jooyeon.
Sedangkan Sora makin mengeratkan genggamannya pada lenganku dan Miran yang
berdiri dihadapanku, menatapku dengan penuh minat. Aku semakin penasaran dengan
apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa harus aku yang dibawa-bawa?. Dengan usaha yang cukup
kuat kami menyelip diantara banyaknya orang, sampai setidaknya kami mendapatkan
posisi yang tepat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan jelas.
Ki bum? Saera sunbae? Jadi mereka berdua yang dari manjadi
pusat perhatian? Ketiga temanku langsung menoleh ke arahku, seolah memberiku
peringatan serta mengkhawatirkanku. Kenapa ini? Kenapa hatiku berdebar begitu
cepat? Jujur aku takut..takut mendengar jawaban yang akan dilontarkan Ki bum
nanti.
ā Hhhhā¦kau pikir aku menyukai anak kecil seperti dia? Apa
kau perlu mencurigainya? Ku pikir kau hanya membuang waktuku saja!ā Bagai
ditusuk seribu jarum, bahkan lebih. Mataku mulai memanas, tapi ku coba untuk
bertahan agar tak setetes airmatapun jatuh di tempat ini.
ā Benarkah? Terus kenapa kau ingin meninggalkan tempat ini
begitu saja?ā tanya Saera sunbae sambil melipat kedua tangannya, perlahan dia
berjalan menghampiri Ki bum yang sudah memunggunginya.
ā Sudahlah ayo kita kembali ke kelas!ā ajak Jooyeon sambil
mencengkram lenganku dan menatap tajam Miran serta Sora untuk mengikutinya. Baiklahā¦mungkin
cukup sampai disini, dan aku akan pergi tanpa penyesalan sedikitpun.
ā WHOAAAAAA..ā riuh semua orang disini terdengar begitu
saja, ku balikkan badanku yang tadinya akan beranjak pergi. JEDDERRRā¦seperti
mendapatkan sambaran petir yang tak hanya mengejutkan tapi juga mebuat efek
sakit. Kulihatā¦kulihat Saera sunbae mencium bibir Ki bum, sedangkan Ki bum
hanya mematung tanpa adanya penolakan dan mungkin memang ini yang dia inginkan.
Airmata yang sedari tadi kucoba bendung kini meluap begitu saja tanpa bisa ku
kendalikan. Akupun berlari menerobos banyaknya orang sambil menyeka airmataku
dengan kasar.
Ki bum POV
Entah kenapa saat usai latihan drama di aula sekolah, ada
tiga orang yeoja menghampiriku. Dan setelah kedatangan mereka itu, kini orang
yang berkumpul di aula semakin banyak. Sebenarnya ada apa ini. Saera salah satu
dari tiga yeoja tadi menghampiriku dan menarik lenganku, hingga aku dan dia
kini berada di tengah-tengah pusat perhatian semua orang disini.
ā Ki bum, saranghaeyo!ā ucap Saera dengan menyunggingkan
senyumnya. Tak ada reaksi apapun dariku, karena aku tidak menyukainya dan apa
kalian pikir aku ini jahat, yang mengatakan kalau aku tidak menyukainya?.
ā Kenapa? Kenapa kau hanya diam?ā kini dia mulai berteriak
dan mulai emosional.
ā Eobseyeo..ā jawabku datar.
ā Lalu kenapa?ā dan benar semakin lama dia makin histeris.
ā Jadi benar kau menyukai Kim So Eun?ā kini dia kembali
berteriak dan dia..dia menyebut nama So Eun? Apa maunya? Apa dia mau aku
mengatakan yang sebenarnya? Tapi tungguā¦
Flashback
ā Sepertinya Saera sangat tertarik padamu.ā Ucap Yunho
sambil menyiku bahuku.
ā Bukankah dia memang seperti itu, paling sebentar lagi dia
akan bosan.ā Tanggapku tanpa mengalihkan konsentrasiku dari buku.
ā Hhhhhā¦aku tahu kau tidak tertarik padanya, tapi kau harus
tahu dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkanmu!ābalasnya dengan serius.
ā Sepertinya kau amat mengerti dirinya, tapi bagaimana bisa
kau putus dengannya!ā ledekku.
ā Yakā¦aku serius! Lagipula aku pacaran dengannya hanya agar
dia berhenti menyakiti Chaeri.āprotesnya.
ā Ku harap kau juga begitu! Ku harap kau bisa melindungi So
Eun.ā Lanjutnya lagi dengan nada suara yang semakin lirih.
ā Dia itu yeoja kuat, untuk apa aku yang melindunginya!ā
ā Sudahlahā¦tidak usah berpura-pura! Lagipula aku sudah tahu
kalau kau menyukainya.ā
End Flashback
Tidak boleh! Aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya atau
tidak, So Eun akan jadi bulan-bulan yeoja ini. Aku tak mau So Eun merasakan apa
yang dirasakan Eunri kemarin. Cukup satu saja Eunri di dunia ini, So Eun tidak
boleh.
ā Hhhhā¦kau pikir aku menyukai anak kecil seperti dia? Apa
kau perlu mencurigainya? Ku pikir kau hanya membuang waktuku saja!ā ku coba
untuk mengatakannya dengan sedingin mungkin, aku tak mau dia menyadari kalau
yang aku katakan adalah bohong belaka. Aku sudah melihatnya, lebih baik aku
keluar dari tempat ini sekarang juga. Tapi dia kembali bersuara yang membuatku
menghentikan langkahku.
ā Benarkah? Terus kenapa kau ingin meninggalkan tempat ini
begitu saja?ā tanya Saera sambil melipat
kedua tangannya dan berjalan menghampiriku. Dia menarik lenganku yang membuatku
berbalik. Dia berjinjit dan mendekatkan wajahnya dan kemudian menempelkan
bibirnya pada bibirku. Shock! Itulah yang kurasakan. Aku lumpuh, tapi bukan
karena aku menikmatinya hanya saja amarahku semakin memuncak. Apa dia ini
gila?.
ā WHOAAAAAā kudengar suara riuh memenuhi ruangan ini. Setelah
semua amarahku bisa ku kendalikan, aku segera mendorongnya menjauh dariku.
ā Hhhhā¦aku pikir kau masih dalam batas wajar, tapi ternyata
kau sudah keterlaluan! Apa kau wanita murahan? Ckkkā¦mulai dari sekarang jangan
pernah hadir di hadapanku! Arasseo?ā bentakku yang membuatnya tertunduk sambil
meremas kedua tangannya. Akupun meninggalkan tempat ini dengan amarah yang
masih tersisa.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Setelah kejadian kemarin, kini wanita itu tak berani
menampakkan dirinya di hadapanku lagi. Tapiā¦dari tadi pagi hingga sore ini aku
tak melihat So Eun. Biasanya saat pulang dia akan pulang bersamaku, walau tidak
setiap hari. Bukankah itu teman-temannya? Tapi dimana So Eun? Ku hampiri mereka
bertiga yang tengah bersenda gurau. Mereka menatapku seakan menatap musuh yang
enggan mereka tatap atau lebih tepat mereka tak sudi.
ā So Eun..Eoddiso?ā tanyaku pada mereka. Mereka hanya
melempar pandangan satu sama lain. Sampai salah satu diantara mereka maju
memperkecil jarak denganku. Kalau tidak salah namanya Jooyeon.
ā Setelah menyiksa teman kami begitu lama, kini kau
mencarinya?ā
ā Neā¦bukankah harusnya kau bersyukur karena pengganggumu
sudah enyah?ā timpal Sora.
ā Oh yaā¦apa kisseu-mu kemarin sangat menyenangkan?ā tambah
Miran.
ā Sudahlah teman-teman! Sepertinya taka da gunanya bicara
dengan pria bodoh dan tak berhati ini!ā seru Jooyeon diikuti kedua temannya
meninggalkanku. Kenapa ini? Kenapa mereka menyerangku begitu? Tapi tunggu,,,tadi
mereka bilang kisseu? Apa kemarinā¦So Eun melihatnya? Aigooā¦ottakhae?
~ ~ In The Front Of
So Eun House ~ ~
Dengan sedikit ragu, ku tekan tombol bel rumahnya. Tak lama
pintu terbuka dan muncul Yoohee ahjumma.
ā Annyeong ahjumma!ā
ā Ki bumā¦ah, ayo silahkan masuk!ā akupun masuk dan duduk di
ruang tamu seperti yang diminta Yoohee ahjumma. Kini aku dan dia duduk dalam
satu ruangan, tapi anehnya dia tak memanggil So Eun.
ā Apa So Eun tidak cerita padamu?ā setelah lama diam,
akhirnya Yoohee ahjumma melayangkan pertanyaan padaku.
ā Ne..?ā
ā Dia tidak cerita padamu kalau dia pindah?ā
ā Pindahā¦pindah kemana ahjumma?ā
ā Aigooā¦ada apa dengan anak itu!āucap ahjumma dengan sedikit
frustasi yang membuatku semakin bingung.
ā Sebenarnya ada apa ahjumma?ā
ā So Eunā¦dia sudah pindah ke New York, keberangkatannya tadi
pagi pukul 09.15, apa dia benar-benar tak memberitahumu?ā entah kenapa hatiku
remuk, kenapa dia pergi begitu jauh tanpa bilang apapun dan yang paling
menyedihkan aku belum pernah mengatakan perasaanku padanya. Lidahku kelu bahkan
untuk sekedar mengatakan āohā saja. Rasanya persendian ku sudah mati sekarang. Apa
aku begitu bodoh? Kenapa aku baru menyadari semuanya? Kenapa aku tak
menyadarinya dari dulu. Akankah dia kembali dan mau mendengarkanku?.
END
Tiringā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦selesai juga!!!! END? Kok END? Tenang guysā¦.kan ada
bacaannya diatas ini side story tentang flashback. Ini tuh Cuma penjelas doangā¦jadi
gak keitung part 3, arasseo?..huftā¦.mianhaeā¦Karena publish terlalu lama, tapi
gak apakan? Ini kan masih bulan maretā¦hehehehehā¦.
Thanks buat readers yg setia baca LNE, bagi yg bru nemu ff ini, aku
saranin buat baca Love need effort dulu dehā¦apalagi yah? Thanksā¦buat dua
seniorku yang selalu memotivasi, mendukung, mendorong, serta menyindir aku biar
segera publish. Buat yg nantiin part 3-nya mhn kesabarannya, aku juga
sebenernya gak mau nunda-nunda, tapi balik lagi, karena aku males jadi kdg suka
terbengkalaiā¦
Ya udahlah sekian disini yawww cuap-cuapnya, aku udh ngantuk..
Thanks
GSB
wahhhhhhhhh.............ceritanya bener2 seru....mantap dan ok punya.....hehehehe...
ReplyDeletetop deh, dapet banget feelnya pas bc ceritanya...
akhirnya tau jg napa so eun benci ama namja yg bernama kim ki bum, pokoknya ceritanya...ehm...the best deh...good job buat author....and semangat terus...
untuk selanjutnya di tunggu ya lanjutan ff LNE-nya, dah penasaran nih ama kisah mereka....
gomawo, buat ceritanya....seru...
makasih chingu...
Deleteok...part 3-ny ditunggu aja
aaa sedih ceritanya :(
ReplyDeletefeelnya dapet sampe aku nangis baca nih ff hehe
lanjutin kak ff nya aku penasaran
wah gomawo saeng...
Deletesip...pasti dilanjut kok!
Annyeong thor...
ReplyDeleteGag sbar liat yg part 3nya nie thor.....
Btw...enaj bnget tuh cew,asal cium-cium aja... ;>
thor usul Backgroundnya d ganti boleh???soalnya klw kpanjangan bca dri hp ff smpi ke backgroundnya gag di ijo-ijonya (?) mksudnya ff yg d awal sma akhir cerita susah ke bca...
Gtu thor...
gomawo...
Deletengomong" kamu bacanya di komp atau di hp?
makasih ya...usulnya...
part 3nya ditunggu aja
woooooooah seruuuuuu bangeet aku makin suka sama couple ini....
ReplyDeleteceritanya makin jelas... ternyata kibum sama sso lum jadian??? ccckckck saya pikir udah..
sumpaaaaaah kereeen banget dah..
gak bosen baca fanfic di GSB
makin gmn gt... jadi gk sabar baca LNE part3 x... sudh lma bgt aku tunggu...!!!
seceptnya aku tggu ff love need effort x chinguya fightiiiiiiiiiiiiing....!!!
Keren thor cerita'a :D
ReplyDeleteAku sampai sedih baca'a :(
Aku tunggu part 3'a ya thor????
Aduh kibumppa kau telat, knpa baru menyadari klau kau menyukai eonni ku???
Keren thor cerita'a :D
ReplyDeleteAku sampai sedih baca'a :(
Aku tunggu part 3'a ya thor????
Aduh kibumppa kau telat, knpa baru menyadari klau kau menyukai eonni ku???
gomawo:) ditunggu ya part tiganya. mudah-mudahan author bisa cepet publish.
Deletesekali lagi jinja gomawo *author bow*
Ceonman thor :)
DeletePkok'a aku tunggu deh part 3'a....