Before Marriage part 2 (blue wedding day)


Suzyā€™s room
Author POV
19:35 KST



Suzy baru bergerak beberapa langkah menuju kamar mandi saat tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. ā€œSeung Ho oppaā€ lirihnya. Dengan terburu-buru, gadis itu memutar langkah kembali ke tempat tidur dan meraih ponsel yang ia letakkan asal disana. Suzy langsung mengernyit begitu membuka flip ponsel dan menemukan belasan panggilan tak terjawab ditambah dengan 5 pesan masuk dari orang yang sama. Yoo Seung Ho.



Tanpa membuang waktu, gadis itu mencoba balik menghubunginya, namun kalah cepat karena tiba-tiba saja handphone yang saat ini ia genggam berbunyi nyaring. Suzy tersentak saat melihat siapa yang tengah menghubunginya sekarang. Sejujurnya ia tidak terlalu kaget, hanya sajaā€¦.. kenapa bisa kebetulan sekali? Apa pria itu membayar seseorang untuk memata-matainya?


Suzy menatap layar ponselnya sebentar, menarik nafas gugup, lalu setelah itu baru menekan tombol answer.


ā€œYeoboseoā€ ucapnya pelan.
ā€œSuzy~aā€¦ā€¦ sudah pulang?ā€
ā€œiyaā€¦ maaf aku lupa menelfonmuā€ ujar gadis itu menyesal. Tangannya meremas seprai dengan kuat. Dia gugup. Benar-benar gugup. Tapiā€¦ā€¦. kenapa harus segugup ini? Ia sedang bicara dengan calon suaminya! Seharusnya tidak segugup ini! Tidak secanggung ini! Mereka sudah pacaran 3 tahun, tapi kenapa masih gugup juga? Kenapa pria itu selalu membuatnya merasa sangat salah? Perasaan yang sama. Perasaan yang tak pernah hilang walau sudah sering bersama.


ā€œkau kemana saja tadi? Kata eomonim, kau sampai di rumah jam 5 soreā€ Suzy tersenyum kecil, kenapa tadi pria itu bertanya ā€˜sudah pulang?ā€™ padahal ia sendiri tau jawabannya?


ā€œkau tau aku sudah pulang? Lalu kenapa bertanya lagi?ā€
ā€œaku ingin kau yang menjawab langsung. Dengan begitu aku bisa tenang. Sekarang, jawab pertanyaanku, kau kemana dulu sebelum pulang?ā€ tanya Seung Ho, dengan nada datar seperti biasa.


Suzy memejamkan mata, lalu tersenyum mengingat kejadian tadi. Ternyata, kalau dipikir-pikir, yang tadi itu menyenangkan juga. ā€œBeginiā€¦ā€¦ā€ Suzy mulai membuka mulut dengan semangat, bersiap menceritakan apa yang dialaminya siang ini. ā€œtadi saat aku sedang berada di taksi, ada seorang pria aneh yang datang tiba-tiba. Ia menggedor-gedor kaca taksi lalu masuk begitu saja. Kemudianā€¦ā€¦ā€¦


[Tut tut~~~]
ā€œada panggilan lain ya?ā€ tanya Suzy hati-hati. Wajah yang tadinya terlihat begitu antusias langsung berubah muram dalam sekejap.


ā€œlanjutkan saja!ā€ jawab Seung Ho tenang. Suzy tak terlalu ambil pusing. Ia kembali menarik nafas lalu mulai melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda, ā€œkemudian setelah beberapa saat, ia baru menyadari keberadaanku didalam taksi itu. Ia benar-benar aneh, oppa. kau tau tidak? Ia mengancam supir taksinya juga. hahahaā€¦ā€¦ laluā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€


[Tut tut~~~]
ā€œah.. sebentar!ā€ suara keluhan Seung Ho terdengar diseberang telfon. Nada sela itu lagi. Kenapa setiap Suzy mulai merasa nyaman selalu ada yang menginterupsi? Apa alam ini tak mengizinkannya untuk merasa nyaman dengan calon suaminya sendiri? Suzy kehilangan moodnya untuk bicara. Ia menunggu dengan bosan sambil beranjak dari posisinya. Ia berjalan kesana kemari. Namun Seung Ho belum juga kembali, sepertinya panggilan masuk yang barusan ia terima sangatlah penting hingga harus membuat calon istrinya menunggu nyaris 10 menit.


ā€œSuzyā€¦..ā€ Suara itu kembali terdengar.
ā€œlama sekali. Yang menelfon tadi pasti sangat penting ya?ā€ sindirnya.
ā€œmaaf. Tadi ceritamu sampai dimana?ā€
ā€œtchā€¦ aku tak ingat!ā€
ā€œbaiklah. Sekarang, kau istirahatā€
ā€œiyaā€ jawab Suzy cepat, dan tanpa basa-basi lagi segera menutup flip ponselnya. Mengakhiri sambungan secara sepihak. Ia benar-benar kesal, tapi tak benar-benar tau penyebabnya. Karena Seung Ho menyela telfonnya dan lebih memilih menjawab panggilan lain? Kalau benar begitu, seharusnya ia sedikit tahu diri. Namja itu adalah CEO muda dari perusahaan telekomunikasi besar, dan dipastikan ia akan sangat sibuk setiap harinya. Kalau tidak mau diperlakukan begitu, lebih baik ia tak menerima lamaran Seung Ho sejak awal. Kalau ia mau diperhatikan setiap saat, seharusnya ia mencari namja yang tidak terlalu sibuk saja. Kalau perlu pengangguran. Suzy merasa begitu menderita saat ini. Apa menerima lamaran Seung Ho adalah kesalahan? Tapiā€¦ā€¦.. Jika ia berpikir ia semenyedihkan itu, bisa dipastikan ia adalah orang tolol yang tak tahu diri. Sebenarnya, tidak seburuk itu. Tidak semenyedihkan itu.


Jika Suzy merasa Seung Ho itu sangat sibuk, maka bisa dipastikan bahwa pria itu adalah orang sibuk paling perhatian di dunia. Coba bayangkan, diantara jadwal kerjanya yang mencekik, namja itu masih dengan sabarnya menelfon Suzy dan memastikan keadaannya. Masih sempat mengirimi pesan singkat ā€˜selamat tidur Suzy~a. Aku mencintaimuā€™ setiap malamnya. Masih sempat datang dan menemui keluarga yeoja itu setiap minggu. Faktanya, Seung Ho mencintai gadis yang sebentar lagi akan menjadi istri sahnya itu sepenuh hati. Cinta tulus yang berusaha ia berikan ditengah pekerjaannya yang melelahkan dan membuatnya tercekik. Dan saat iniā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦. gadis yang ia cintai setengah mati itu malah berani merasa sedih. Keterlaluan.



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦



13:20 KST
Gwang-Mun University



Pukul 1 siang di musim panas yang benar-benar panas. Seorang gadis dengan kaus denim hitam berpadukan blazer merah cerah benar-benar menjadi pusat perhatian. Ia berdiri di depan sebuah gedung universitas besar sambil mengedarkan mata ke sekeliling. Sesekali sepatu flat hitamnya ia ketuk-ketukkan di aspal yang panas. Ia sedang menunggu seseorang. Dan seseorang itu belum datang juga sampai sekarang. Sial. Gadis itu bisa terpanggang jika begini terus.


Ia menoleh keatas, menatap matahari yang balik menyorotnya dengan terik. Kepalanya jadi terasa pusing. Ia segera menunduk sambil menghalangi sinar panas itu dengan lengannya, bertepatan dengan seorang pria yang memanggilnya dengan keras. ā€œSUZY~AAAā€ Suzy memaksakan kepalanya yang pusing untuk menoleh. Ia menyipitkan mata, menepis cahaya menyilaukan dari matahari yang nyaris membuatnya tak bisa melihat apa-apa.


ā€œSUZY~AAAā€ pria itu kembali memanggil. Kali ini sambil berlari mendekat dan mengibaskan tangan dengan antusias. Terlihat begitu gembira. Suzy yang baru melihat jelas siapa pria berisik yang daritadi menyerukan namanya itu segera tersenyum. Akhirnya, orang yang sudah ia tunggu-tunggu datang juga. Suzy mendesah lega sambil menunggu pria yang masih berlari itu tiba dihadapannya.


ā€œkau telat tujuh menit, Chanyeol-Ssiā€
ā€œah.. Jinjja? Padahal rencananya aku ingin telat delapan menitā€ Chanyeol tersenyum.
ā€œlucuā€ ucap Suzy datar. Tidak mungkin. Tidak mungkin ada orang normal yang merencanakan sebuah keterlambatan.


ā€œaku tidak sedang bercanda. Aku serius. Bahkan aku sudah mengatur jam tangankuā€ suara Chanyeol terdengar seperti teriakan histeris seorang supporter bola ditelinga Suzy. Ia menunjukkan jam tangannya pada gadis itu dengan sungguh-sungguh, berusaha setengah mati membuat gadis didepannya percaya. Suzy mengarahkan tatapannya pada jam tangan itu selama setengah detik, lalu mendecak sambil menatap lorong gedung teater yang mulai sepi.


ā€œHeiā€¦ sepertinya pertunjukkannya sudah dimulaiā€
ā€œmemang sudah. Pertunjukkannya dimulai 5 menit yang laluā€
ā€œah.. jeongmal? Aishā€¦. Kalau begitu, ayo cepat!ā€
ā€œtenang saja, selama 8 menit pertama, hanya ada perkenalan karakter dan musik yang panjang. Aku tidak bohong, 8 menit pertama adalah yang paling membosankanā€


ā€œoh.. jadi karena itu kau berusaha telat?ā€
ā€œiyaā€¦.. padahal aku sudah berusaha dengan sungguh-sungguh. Tadi aku memasuki bus dengan pelan sampai-sampai dimarahi sopirnyaā€ Chanyeol berkeluh kesah mengenai kegagalan keterlambatannya. Namun Suzy sama sekali tak terlihat perduli, justru yang sekarang ia khawatirkan adalah gedung teater yang ramai dan tak ada kursi kosong tersisa untuk mereka.


ā€œbisakah kita masuk sekarang? kurasa 8 menit membosankan yang kau bilang sudah selesaiā€ ujar Suzy malas. Chanyeol mengecek arlojinya dengan serius, memastikan keakuratan waktu sampai-sampai sibuk dengan angka-angka yang melayang bebas dikepalanya. Suzy yang sudah tidak sabar akhirnya mengerang sebal, lalu menarik kaus biru elektrik longgar yang dikenakan pria itu. Sukses, membuat Chanyeol tercekik dan akhirnya mengikuti langkah Suzy yang besar.



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦



Sambil mengikuti Chanyeol, Suzy mengedarkan pandangan ke sekeliling. Gedung universitas yang besar ini tetap terasa menyenangkan walau dihujani dengan sinar matahari yang terik. Siang yang membakar di gedung universitas yang megah. Gedung fakultas yang berjejer di kanan kiri dan juga taman-taman hijau saling berlomba menarik perhatiannya. Gadis itu mengulum senyum, ia merasakan pancaran keceriaan dari benda-benda disekitarnya. Tchā€¦.. dia jadi ingin kuliah lagi.


Tapiā€¦.. mengingat bulan depan ia sudah harus melakukan rutinitas monoton sebagai seorang istri, gadis itu harus menahan hasratnya. Ckā€¦ dia sudah sarjana. Kuliah untuk apa lagi? Mau gelar macam apa lagi? Sebenarnya, ia hanya ingin menghabiskan waktu di luar. Sebenarnya, ia hanya ingin jalan kesana-kemari. Tipe gadis aktif yang bisa mati bosan jika tidak melakukan kegiatan di luar. Tipe gadis yang tak mungkin bisa mendekam di rumah.


Chanyeol menoleh. Perhatiannya tertuju pada Suzy yang sedang tersenyum sendiri. ā€œkau? Masih sehat kan?ā€ tanya namja itu hati-hati. Suzy langsung tersadar dan menatap Chanyeol bingung. ā€œkau bicara apa sih?ā€


ā€œkenapa senyum-senyum sendiri?ā€
ā€œgedung universitasmu bagusā€
ā€œtentu saja. Sebuah kebanggaan besar bagiku pernah berkuliah disiniā€ Chanyeol tersenyum lebar sambil menepuk dadanya.


ā€œapa? Pernah? Jadi kau sudah lulus?ā€
ā€œmemangnya aku tidak terlihat seperti namja berpendidikan yang sudah lulus kuliah?ā€ spontan Suzy menggeleng. Sejak kemarin, gadis itu mengira bahwa Chanyeol hanyalah seorang mahasiswa gila yang bersikeras minta dipanggil oppa. Ia juga mengira bahwa umur Chanyeol jauh dibawahnya. Tapiā€¦. ternyata tidak, umur mereka tak berbeda jauh. Kurang lebih sama. Mereka adalah dua orang yang hampir seumuran dengan pemikiran yang bertolak belakang. Ya.. benar.



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..



Keduanya segera menduduki kursi kosong yang untungnya tersisa tepat ditengah. Baguslah! Ternyata posisi sestrategis itu malah tidak ditempati. Mereka beruntung. Suzy yang sudah duduk nyaman mulai mengarahkan matanya ke depan, lebih tepatnya ke sosok muda-mudi yang tengah berbincang didepan sebuah latar malam hari yang romantis.


ā€œkita tidak terlambat. Ini scene pertama. Yang wanita namanya Young In dan yang pria Jin Seok. Mereka sudah pacaran dan sekarang, Jin Seok sedang melamar Young Inā€


Suzy mengangguk. Ia membiarkan telinganya mendengar penjelasan Chanyeol dan matanya menangkap semua adegan didepan. Menyenangkan juga. Maksudnyaā€¦ā€¦ā€¦.., saat ini ia tengah menonton pementasan teater secara gratis. Tidak hanya ituā€¦. Ia juga duduk langsung disamping penulis naskahnya dan diberikan penjelasan-penjelasan tambahan olehnya. Ia juga bisa langsung bertanya atau mengajukan protes jika ada adegan yang ia tidak suka kepada penulis naskah itu. Eksklusif sekali bukan?


Tak lama, latar berganti. Jalanan kota yang padat menjadi background berikutnya. Suzy menoleh, mengharapkan penjelasan dari si penulis naskah. Namun, Chanyeol hanya tersenyum. ā€œlihat saja!ā€ ucapnya pelan. Suzy mendecak lalu mengarahkan fokusnya kembali ke panggung. Dan saat itulah sebuah motor melaju disana. Sebuah adegan klasik saat pertemuan pertama tersuguh sempurna dihadapannya. Ya.. nyaris tertabrak. Peran utama wanitanya, Young In, nyaris tertabrak oleh motor pria yang masih memakai helm itu.


ā€œBODOH! KAU BISA MENYETIR TIDAK??ā€ Young In berteriak geram pada pria didepannya. Namun pria itu diam saja. Nampak tak perduli. Cukup berhasil membuat si pemeran wanita dan bahkan Suzy ~yang hanya penonton~ merasa geram. Suzy mengetuk-ngetukkan jemarinya di sanggahan tangan yang terletak disisi kursi. Jika ia yang berada di atas panggung, ia berjanji akan memukul helm pria bisu itu dengan keras. Kalau perlu sampai isi helm itu lepas.


PLAAKK
Suzy langsung menoleh pada Chanyeol.
ā€œkau! Membaca pikiranku?ā€ seru Suzy tak terima.
ā€œhah? apa?ā€ tanya Chanyeol bingung
ā€œeh.. anioā€ Suzy merasa bodoh sendiri lalu kembali memutar kepalanya ke depan. Ternyata si pemeran wanita itu benar-benar melakukan apa yang otaknya pikirkan. Ia memukul helm pria itu dengan keras. Sayangnya, tak sampai membuat isi helm itu lepas.


Suzy tercekat saat pria itu melepas helmnya. ā€œeomeoooā€¦ā€¦. Meotjyeoyoā€ desis Suzy, nyaris tak bisa bernafas.


ā€œpria itu berperan sebagai Dae Hyun. Dia yang akan menjadi orang ketiga diantara hubungan Young In dan Jin Seok. Nantinyaā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€


ā€œnama aslinya! Nama aslinya siapa? Beritau aku nama aslinya!ā€ seru Suzy kesetanan.
ā€œheh! Ingat calon suamimu! Aishā€¦.. dimana-mana wanita sama saja!ā€ keluh Chanyeol sambil menggeleng maklum.


ā€œah.. berisik! Aku cuma mau tanya namanya sajaā€ Suzy menghela napas, lalu kembali menatap ke depan dengan tatapan terpukau.


ā€œKim Joon Myeon! Nama aslinya Kim Joon Myeonā€ Dengan cekatan, Suzy memutar kepalanya kembali. ā€œkau mengenalnya?ā€


ā€œteman satu apartemenkuā€
ā€œohā€¦ yang kau bilang otaknya tertinggal itu?ā€
ā€œne..! dialah yang kemarin membuatku harus bangun pagi-pagi dan mengantar laptopnya ke kantorā€
ā€œapa? Pagi? Hehā€¦ā€¦ kemarin kita bertemu jam 2 siangā€
ā€œitu masih termasuk pagi kan?ā€
ā€œpagi apanya? Cihā€¦ā€¦ā€ Suzy mendelik sinis pada Chanyeol, lalu kembali memperhatikan panggung dengan suka cita. Eh.. apa dia lupa bilang? Judul pementasan teater hari ini adalah Blue Wedding Day. Dari judulnya, cerita ini terdengar benar-benar keren. Tapiā€¦. gadis itu belum bisa menyimpulkan. Ya.. dia baru melihat dua scene. Dan adegan favoritnya sejauh ini adalah saat Joon Myeon, eh.. maksudnya, Dae Hyun melepas helmnya dengan gaya cool. Aigoooā€¦ā€¦ jika dia menyaksikan teater ini sendirian, ia pasti sudah berteriak-teriak heboh. Beruntung ia masih bisa menahan diri dan hanya menggigit bibir bawahnya.



Suzy POV



Setengah jam berlalu, aku yang sedari tadi menyaksikan teater dengan serius kini menatap Chanyeol sambil berpikir. Mungkin karena aku pernah merasakan bagaimana sulitnya menulis naskah, saat ini yang sedang kupikirkan justru bukan bagaimana jalan cerita selanjutnya? Tapi malah apa yang dipikirkan si penulis saat membuat cerita ini?  


ā€œkau! Apa yang kau pikirkan saat menulis ini?ā€ pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Membuat Chanyeol yang sedang menatap lurus ke depan mengerutkan kening lalu menatapku dengan tampang heran. ā€œini tulisan pertamaku. Aku belum benar-benar tahu apa yang kuinginkan saat menulisnyaā€ pria itu menarik nafas, lalu tersenyum. ā€œaku hanya ingin merasa puasā€ kali ini, gantian aku yang mengerutkan kening.


ā€œmerasa puas?ā€
ā€œsebelum memuaskan orang lain, seharusnya kau bisa memuaskan dirimu sendiri dulu kan?ā€
ā€œbukankah saat kau berhasil memuaskan orang lain kau memuaskan dirimu juga?ā€
ā€œitu kuanggap bonus tambahanā€
ā€œapanya?ā€
ā€œsaat orang lain puas dengan tulisanku, maka aku akan ikut puas. Itu bonus tambahan. Maksudkuā€¦.. aku tak begitu perduli bagaimana orang lain menilai tulisanku disaat aku merasa apa yang kutulis sudah membuatku puasā€


ā€œheiā€¦. tapi tanggapan orang lain itu penting untuk membuat tulisanmu lebih baikā€
ā€œish! Aku bilang aku tak begitu perduli, bukannya sama sekali tak perduli. Aku tetap menerima kritik kok! Asal itu bisa membangun dan membuatku lebih baik, aku akan menerimanyaā€


ā€œeummā€¦..  tapiā€¦ā€
ā€œbisakah kau diam dan saksikan teaterku? Apa begini rasanya jika mengajak seorang penulis menonton teater karya orang yang duduk disebelahnya?ā€ Suzy langsung tersenyum lebar, menahan hasrat bicaranya yang menggebu-gebu. Di otaknya, ratusan pertanyaan tentang ā€˜MENULIS NASKAHā€™ sudah tersusun rapi menunggu giliran untuk keluar.


ā€œPark Chanyeol-ssi! Aku bukan penulis! Aku hanya sempat bermimpi menjadi penulis. Imajinasiku tak setinggi penulis-penulis lainā€


ā€œkau tak perlu imajinasi yang tinggi untuk menulis. Kau bisa menulis pengalaman hidupmu sendiri dengan sedikit improvisasi agar lebih menarik. Eumā€¦. Pemilihan adegan. Kau juga harus mempertimbangkan itu. Cerita percintaan umum bisa menjadi tak terlupakan saat kau memilih adegan yang benarā€


ā€œwaaaā€¦.. aku benar-benar merasa sedang diberi kuliah singkatā€ Chanyeol menyedekapkan tangannya dengan bangga. Ia sendiri juga tak percaya bahwa ia baru saja mengeluarkan kata-kata keren dari mulutnya.


ā€œChanyeol~aā€¦ā€¦ā€¦ā€¦. kenapa kau buat Young In menjadi sangat bodoh? Kenapa dia harus bimbang begitu? Ia tinggal memilih Dae hyun dan meninggalkan Jin Seok.ā€


ā€œmana bisa begitu huh?ā€
ā€œDae Hyun bisa membuatnya merasa nyaman sedangkan Jin Seok tidak. Seharusnya ini menjadi pilihan yang sangat mudahā€


ā€œJin Seok sudah melamar Young In dan Young In menerimanya. Kau pikir Young In tak punya hati?ā€
ā€œtapiā€¦ā€¦ Jin Seok selalu membuat Young In merasa gugup. Selalu membuat Young In merasa bersalah. Selalu membuat Young In merasa tak nyaman. Ia menerima lamaran Jin Seok hanya karena mereka sudah lama pacaran danā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€ Ucapanku langsung terhenti. Cih,ā€¦. Aku merasa ada yang ganjil dengan ucapanku tadi. Seperti sudah tidak asing. Tungguā€¦ā€¦ā€¦ rasanya aku baru saja mendikte semua perasaan yang timbul saat bersama Seung Ho. Saat bersama tunanganku. Calon suamiku. Si pria sempurna yang selalu membuat calon istrinya gugup dan tidak nyaman.


ā€œcoba rasakan jika itu terjadi dalam kehidupan nyatamu. Kau juga pasti tak akan bisa memilih. Lagipulaā€¦.. kau belum tau akhirnya bagaimana kan? Jadiā€¦. Sekali lagi kuminta kau untuk diam dan saksikan teaternya sampai habisā€ sesaat aku tak bisa membalas ucapan Chanyeol. Saat ini aku malah memikirkan Seung Ho. Kalau diperhatikan dengan baik, sebenarnya cerita ini memiliki banyak persamaan dengan kisah hidupku. Hanya sajaā€¦.. aku belum bertemu dengan sosok Dae Hyun. Entah belum atau memang tak akan pernah bertemu. Kalau tak akan pernah bertemu, maka aku memang tak punya pilihan lain selain melanjutkan hidupku dengan Seung Ho sampai akhir. Yahā€¦ semoga saja lama-kelamaan rasa nyaman itu muncul. Memperkuat rasa cinta yang sekarang kupunya. Tapiā€¦ā€¦ apakah rasa cinta dan rasa nyaman itu terpisah? Maksudkuā€¦ā€¦ā€¦ bukankah jika aku mencintai Seung Ho harusnya aku juga merasa nyaman dengannya? Ah.. mungkin tidak. Mungkin rasa nyaman dan cinta adalah hal yang berbeda. Kau bisa saja merasa nyaman dengan seseorang, tapi belum tentu mencintainya. Ya.. benar Suzy. Benar.


Satu setengah jam berlalu dan saat ini para pemain teater tengah membungkuk sebagai tanda hormat diatas panggung. Bukannya bertepuk tangan atau melontarkan kalimat-kalimat pujian pada Chanyeol, aku malah diam sambil menatap nanar ke depan. Kalian tau akhir ceritanya? Ya.. seperti yang kuduga sejak awal. Pada akhirnya, Young In bersatu dengan Dae Hyun. Harusnya ini menjadi akhir yang bahagia bukan? Tapiā€¦. kenapa aku malah merasa sedih? Demi Tuhan, aku berani jamin tak akan ada orang seperti Jin Seok di dunia ini. Ya.. ini memang hanya sebuah karangan. Hanya karangan. Tidak mungkin ada orang yang memiliki hati sebesar itu. Bukannya mengucapkan janji pernikahan, Jin Seok malah menatap Young In lembut dan meminta gadis itu untuk memilih. Dan bodohnya, Young In malah menangis tertahan sambil menggeleng-geleng meminta pria itu melanjutkan pernikahannya saja. Tapi Jin Seok bukanlah orang bodoh. Sejak awalpun ia tahu. Sejak Dae Hyun masuk ke kehidupan mereka, saat itulah Young In mulai sadar dan tahu apa yang sebenarnya ia inginkan. Jin Seok berjalan mundur, meraih lengan Dae Hyun dengan tenang lalu mengaitkannya di lengan Young In. Sial! Aku menangis keras saat itu. Membuat Chanyeol terbengong hebat sambil berkali-kali menanyakan keadaanku. Ia juga menyuruhku keluar karena sesenggukan akibat menangis. Katanya aku benar-benar mengganggu dan ia berjanji tak akan mengajakku menonton teater lagi. Menyebalkan bukan? Harusnya ia menghiburku bukan malah menyuruhku keluar. Sial. Chanyeol sialan.


Ahā€¦ kembali ke Jin Seok. Pria baik itu hanya bisa tersenyum sakit saat melihat Dae Hyun menggantikannya didepan altar dan Young In yang menangis-nangis tak tahan. Membiarkan kedua keluarga mereka tersentak tak percaya, namun tak bisa melakukan apa-apa. Aku juga memikirkan bagaimana kehidupan mereka selanjutnya, mungkin lebih tepatnya kehidupan Jin Seok. Aku yakin pria itu jugalah yang akan menerima malu dan menanggung semua kekecewaan keluarga. Tragis sekali bukan? Selain menerima rasa sakit hati yang luar biasa parah, ia juga harus menanggung semuanya.


ā€œSuzyā€¦ā€¦.. ā€œ aku yang masih menatap lurus kedepan dengan pikiran yang melayang-layang kini tersadar dan segera menoleh menatap Chanyeol yang tengah kebingungan memperhatikanku.


ā€œkau baik-baik saja kan?ā€
ā€œjika baik-baik saja dipikiranmu sama dengan rasa sakit, lemas, mau marah dan mau menangis sampai mati. Maka jawabannya adalah iyaā€¦ aku baik-baik sajaā€ ucapku datar tanpa ekspresi.


ā€œapa? Mau menangis sampai mati? Ayolahā€¦ā€¦. Ini hanya fiksi! Jangan terlalu dianggap serius! Lagipula itu bukan akhir yang buruk. Tidak ada yang mati kan?ā€ Gurau Chanyeol.


ā€œlebih baik Jin Seoknya dibuat mati saja. Setidaknya, ia tak harus menanggung rasa sakit seumur hidupā€
ā€œaishā€¦. Kau bicara apa sih! Ayo keluar! Gedung ini sudah kosong. Kau diam seperti orang bodoh selama 10 menit penuh. Apa waktu 10 menit belum cukup untuk membuatmu lebih tenang?ā€


ā€œkauā€¦.. ja-hat se-ka-liā€¦ā€¦. Hiksā€¦.. kasihan Jin Seokā€¦ā€¦ kasihanā€ dan dengan mudahnya, tangisku kembali pecah. Aku segera menutupi wajahku, menenggelamkannya ditelapak tangan. Aishā€¦. Memalukan.



Author POV



ā€œkauā€¦.. ja-hat se-ka-liā€¦ā€¦. Hiksā€¦.. kasihan Jin Seokā€¦ā€¦ kasihanā€ tiba-tiba, tangis Suzy kembali pecah. Ia segera menenggelamkan wajahnya yang basah ditelapak tangan. Cukup berhasil membuat Chanyeol mengerang tak tahu harus apa sambil memelantingkan tubuhnya di kursi dengan raut frustasi.


Selang beberapa detik, suara dering ponsel terdengar, menginterupsi tangisan Suzy. Dengan cekatan, keduanya memeriksa ponsel masing-masing. ā€œkau sedang apa?ā€ tanya Suzy saat melihat Chanyeol ikut-ikut mengambil ponsel miliknya. ā€œnada dering kita samaā€


ā€œjinjja? Kalau begitu, cepat ganti punyamuā€ suruh Suzy sambil membuka flip ponselnya. Mengabaikan Chanyeol yang kini telah mengeluarkan gumaman-gumaman penolakan, ā€˜enak saja! Kenapa tidak dia saja yang ganti nada deringnya?ā€™


ā€œYeoboseoā€
ā€œkenapa suaramu? Kau menangis?ā€ tanya orang diujung telfon tajam.
ā€œiyaā€¦. Aku habis menonton teater. Ceritanya benar-benar sedih. Penulis naskahnya benar-benar tak punya otakā€ adu Suzy. Ia berbicara dengan kesal sambil melirik Chanyeol yang tengah mencibirnya dengan sinis.


ā€œhahaā€¦. Jadi yang salah penulis naskahnya?ā€
ā€œkeoreomā€
ā€œSuzy~aā€¦.. sebutkan alamatmu sekarang dan aku akan menjemputmuā€
ā€œa..apa? tidak. tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok. Benarā€
ā€œmalam ini aku mau mengajakmu bertemu ibu. Sebutkan kau dimana sekarangā€ Badan Suzy menjadi kaku seperti papan setelah mendengar perkataan Seung Ho. Rasanya ia ingin berteriak pada pria itu, ā€˜BISAKAH KAU BERTANYA DULU PADAKU APA AKU BISA ATAU TIDAK?ā€™ Seung Ho selalu seenaknya sendiri. Selalu memutuskan apa-apa sendiri. Tidak bertanya dulu padanya. Tidak bilang dulu sebelumnya. Ya Tuhanā€¦ā€¦. Gadis itu harus menyiapkan diri. Bertemu ibu Seung Ho lebih menyeramkan daripada bertemu ular. 1000 kali lebih menyeramkan. Dan sekarang, Seung Ho dengan mudahnya bicara bahwa malam ini gadis itu harus bertemu dengan calon mertua yang menyeramkan? Sial. Seung Ho, mengapa begini? Kau ingin membuat calon istrimu mati ketakutan?


ā€œapa harus malam ini?ā€
ā€œkau dimana sekarang?ā€ Suzy menelan ludah. Bahkan pria itu mengabaikan ucapannya. Sepertinya, Seung Ho sama sekali tak membutuhkan persetujuannya. Mau ia setuju atau tidak, Seung Ho tetap akan mengajaknya menemui calon ibu mertua.


ā€œaku di gedung Universitas Gwang-Munā€ Ujar Suzy pasrah
ā€œbaiklah. Aku kesana sekarangā€ Perlahan, gadis itu menutup flip ponselnya, lalu mendesah sambil memejamkan mata. Malam ini, nerakanya akan dimulai. Seburuk itukah? Ya.. bahkan lebih buruk. Masih terlalu jelas diingatannya bagaimana pertemuan terakhir mereka. Bagaimana si calon ibu mertua yang memakai topeng. Yang bersikap baik padanya dihadapan Seung Ho lalu menghinanya seperti binatang jika tak ada Seung Ho.


ā€œkau mau pergi ya?ā€ tanya Chanyeol, segera setelah ponsel yang daritadi Suzy genggam dimasukkan kembali ke dalam tasnya.


ā€œiya. Bertemu calon mertuaā€ Suzy bergumam sambil mengancingkan tas tangannya dengan telaten. Kemudian mengikuti Chanyeol yang sudah lebih dulu berdiri.


ā€œdijemput?ā€ Chanyeol bertanya sambil berjalan keluar gedung. Diikuti Suzy yang berubah menjadi sedikit aneh dibelakangnya.


ā€œiyaā€ Suzy mengelus lengan atasnya sendiri. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi begitu mereka keluar gedung teater. Hawa udara luar menjadi begitu mencekam. Sial. Musim panasnya yang terik berubah menjadi musim dingin yang beku gara-gara berita duka ini.


Setelah beberapa menit dihantui rasa canggung, Chanyeol yang tak terbiasa merasa canggung akhirnya mengambil inisiatif untuk membeli minuman. ā€œpasti haus kan? Aku belikan minuman ya!ā€ namja itu menoleh pada Suzy sambil tersenyum. Suzy yang sedang malas melakukan kegiatan apapun hanya bisa membalas tatapan pria itu tanpa ekspresi lalu membuang muka ke arah gerbang universitas yang terbuka lebar. Dipikirannya, bayangan mobil Seung Ho yang sedang membunyikan klakson dengan menuntut terlihat jelas. Membuatnya ingin menangis untuk kesekian kalinya.


ā€œDiam artinya iya! Tunggu disiniā€ Suzy melirik sekilas Chanyeol yang sudah berlari entah kemana. Lagi-lagi ia mendesah, meratapi hidupnya yang semakin kelabu, lalu berjalan pelan-pelan ke pintu gerbang. Ia harap ia tak pernah sampai. Ia harap Seung Ho tak akan datang. Ia harap tak ada calon ibu mertua yang jahat. Ia harap, ia harap dan ia harap. Aishā€¦. Teruslah berharap Bae Suji. Kau pikir siapa yang mau mengabulkan harapanmu huh?


Setelah sampai di gerbang. Ia baru sadar, inilah saatnya untuk berhenti berharap dan menjalani kenyataan. Ya.. kenyataan. Kenyataan bahwa Seung Ho sudah datang dan siap membawanya ke neraka. ā€œmasuklahā€ seru Seung Ho dari balik kaca mobil yang terbuka setengahnya, membuat gadis itu semakin sadar bahwa ini benar-benar kenyataan. Begitu Suzy nyaris menyentuh pintu mobil, ia teringat sesuatu. Park Chanyeol. Pria itu masih membeli minuman untuknya. Pria itu belum mendengar kata ā€˜terimakasihā€™ darinya. Pria itu belum mendengar ā€˜aku duluan Chanyeol~aā€™ dari mulutnya. Ia tak mungkin meninggalkan namja itu begitu saja.


Suzy segera membuka pintu lalu membungkuk menatap Seung Ho ā€œbisa tunggu temanku sebentar? Ia masih membeliā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€


ā€œtelfon sajaā€ jawab Seung Ho pendek, lalu mengalihkan tatapannya ke depan. Lebih tepatnya ke arah jalan raya yang sudah mulai macet. Sindiran halus untuk membuat gadis itu lebih cepat mengambil keputusan dan segera masuk ke mobilnya. Suzy mengerti. Ia menghela nafas lalu masuk mobil dengan berat hati.


Aku belum menyelesaikan ucapanku Yoo Seung Ho. Aku mau bilang padamu bahwa temanku masih membeli minuman. Aku mau bilang padamu bahwa aku mau mengatakan terima kasih dulu padanya. Sampai kapan kau akan menyela ucapanku? Sampai kapan aku harus melanjutkan ucapanku dalam hati? Kalau begini, apa kau bisa dengar? Aku mau bicara padamu, tapi kau terus-menerus membuatku harus melanjutkan ucapanku sendiri didalam hati. Apa ucapan yang keluar dari mulutku tak ada yang berguna ditelingamu? Ini menyakitkan, Yoo Seung Ho.



Author POV



Suzy menatap layar ponselnya tanpa ekspresi. Beberapa menit yang lalu ia baru saja mengirimi Chanyeol pesan, ā€˜Chanyeol~aā€¦ā€¦ā€¦ā€¦. aku duluan. Maaf tidak menunggumu. Terimakasih untuk hari ini. Jika ada teater lagi, ajak aku untuk menonton. Arasseo?ā€™ Suzy membaca sms itu sekali lagi. Tidak ada yang salah kan? Lalu kenapa pria itu belum menjawab juga? apa dia marah?


Seung Ho yang sedang berkonsentrasi menyetir akhirnya menoleh pada Suzy yang sedang melamun. ā€œbagaimana teaternya?ā€ Suzy menghela napas, lalu menoleh sambil tersenyum. ā€œaku banyak menangisā€


ā€œbenarkah?ā€
ā€œiyaā€¦. Ceritanya benar-benar menyedihkanā€ tambah Suzy. Ia melirik pria disampingnya sebentar, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya ā€œeumā€¦.. oppa, kenapa tiba-tiba mengajakku menemui eomonim?ā€


ā€œeomma bilang mau bertemuā€



Drrtttā€¦ā€¦ Drrtttā€¦ā€¦..
Layar kecil di flip ponsel Suzy berkedip-kedip seiring dengan bunyi getaran yang terdengar samar. Tanpa membuang waktu, Suzy membuka flip ponselnya dan segera membuka pesan. ā€˜kalau kau berjanji tidak akan menangis selama menonton, aku akan mempertimbangkannya. Heiā€¦.. Bae Suji. Bagaimana dengan minumanmu huh? Kau hutang 1000 won padakuā€™ Suzy terkekeh pelan sambil memperhatikan layar ponselnya. Apaā€¦. Apa katanya? Berhutang? Padahal gadis itu sama sekali tak minta dibelikan minum.


Dengan gerakan cepat, Suzy membalas pesan Chanyeol. Gadis itu tak bisa berhenti tersenyum sambil menggerakkan jemarinya dengan riang ā€˜aku tidak akan menangis kalau ceritanya tidak membuatku jengkel begitu. Soal hutangku, baiklah! Atur saja waktu kita untuk bertemu lagi dan aku akan membayar hutangku dua kali lipatā€™ ia kembali terkekeh. Membayangkan ekspresi Chanyeol yang selalu terlihat lucu dimatanya. Sesaat lupa kemana tujuan mereka saat ini.


ā€œbahagia sekaliā€ Seung Ho tersenyum tipis sambil memperhatikan jalan. Suzy yang merasa kalimat itu untuknya, segera menoleh dan menatap Seung Ho dengan kikuk. ā€œtidak! aku hanya sedang membalas pesan teman. Benarā€ ujar Suzy sambil mengacungkan ponselnya. Berusaha meyakinkan bahwa ia tidak sedang berbohong.


ā€œiyaā€¦. Aku senang melihatmu senyum begituā€ gadis itu tak bisa membalas ucapan Seung Ho. Ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu kembali fokus menatap jalan. Ya.. memang begini. Memang seperti ini. Tak ada percakapan, mereka berdua sudah seperti dua orang asing yang dipaksa masuk ke mobil yang sama. Sebenarnya, Suzy ingin bicara, tapi tak tahu apa yang harus dibicarakan. Sementara Seung Ho sendiri memang bukan tipe pria yang senang bicara. Namja itu lebih senang diam sambil mendengarkan musik yang tenang dari tape. Jauh berbeda dengan Suzy yang senang bicara sampai mulutnya sakit. Tapiā€¦. entah kenapa, jika bersama Seung Ho, gadis itu selalu merasa gugup dan takut untuk bicara. Ia takut salah. Takut sekali. Ia tak mau tampak memalukan dihadapan seorang pria sempurna yang tak pernah salah. Tidak mau.


TBC


Anyyeong readers^_^ *salaman satu-satu*


Part ini yahā€¦. Udah dikit trus datarnya kebangetan. Jadiā€¦. Mending akunya juga g banyak ngomong. Semoga part selanjutnya bisa jauuuuuuuuuuuuuuh lebih baik.


Wait the next part yooo!!!!


Comments

Post a Comment

Popular Posts