Before Marriage part 3 (behind that smile)
Tersenyum
bukan berarti tak punya masalah. Terkadang justru dibalik senyuman itu ada luka
dalam yang sulit disembuhkan. Berusaha terlihat kuat diluar namun dibalik
ituā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. siapa yang tahu?
Seung Hoās Home,
Seodaemun-gu Seoul
17:12 KST
Author POV
āAku harus bicara apa didepan ibumu?ā tanya Suzy cemas.
ātidak usah memikirkan itu. Jika sudah berhadapan langsung,
kau pasti bisa bicara dengan baikā jawab Seung Ho tenang. Tchā¦ā¦ bicara dengan
baik apanya? Saat berhadapan langsung Suzy justru tak bisa bernafas. Mau mati.
Mau mati. Suzy berdecak pelan. Saat ini dia merasa sendirian. Calon suaminya
sama sekali tidak membantu.
āeomoonaaaā¦ā¦ā¦ sudah datang rupanya?ā tiba-tiba saja dari
arah ruang keluarga, seorang wanita yang cantik nan elegan keluar sambil tersenyum
hangat. Layaknya instruksi, Seung Ho dan Suzy segera bangkit dari sofa, memberi
salam.
āahā¦ Seungieā¦.. tck,ā¦. Apa bisnismu benar-benar tak bisa
ditinggal? Kenapa baru mengunjungi ibu sekarang? masih sama-sama berada di
Seoul saja sudah jarang bertemu. Apalagi jika kau tinggal diluar kota? Kau tak
merindukan eomma huh?ā ibu Seung Ho mengeluh setelah memeluk anak satu-satunya
itu lama. Lalu melirik Suzy yang masih tertunduk lemas.
āehā¦ calon menantu? Aigooā¦ā¦ cantik sekali. Hmm.ā¦. Siapa
namamu?ā ibu Seung Ho mengerutkan kening. Mengeluarkan ekspresi seolah sedang
berpikir keras.
āSuzy, eomonimā Jawabnya takut-takut.
āahh!!! Iya! Kenapa
sulit sekali diingat ya? Padahal itu nama yang sederhanaā wanita itu terkekeh
lalu mengelus-elus bahu Suzy yang justru malah merasa ketakutan. Seperti
hawa-hawa aneh tengah bergentayangan disekitarnya. Suzy menahan nafas,
mengeluarkan senyum penuh paksaan yang terlihat seperti sebuah ringisan.
Memohon-mohon dalam hati agar wanita itu segera membebaskan tangannya dari
bahunya. Dia takut. Takut.
āayo duduk!ā
ā Seung Ho, pasti kau mau minum kopi kan? dan hmmā¦ā¦ Mau
dibuatkan apa, calon menantu?ā Suzy langsung menegapkan badan. Lalu menoleh
menatap Seung Ho minta pertolongan. āa..apa saja, eomonimā
āapa saja? Aigooā¦. jawaban macam apa itu? apa saja? Sudah
ditawari bukannya menjawab dengan benar
malah membuat pusingā ibu Seung Ho mengomel sambil memegangi kepalanya.
Seolah-olah Suzy baru saja membuat kesalahan yang berdampak besar bagi
kelangsungan hidup manusia. Cihā¦. Kenapa semuanya selalu dibesar-besarkan?
Kenapa senang sekali mencari-cari kesalahan orang lain?
āeommaā¦ā¦ Suzy menyukai teh. Ia kan?ā Seung Ho langsung
merangkul Suzy, mencoba membuat suasana tak nyaman ini menghilang. Namun sayangnya
belum cukup untuk membuat Suzy lebih tenang.
ākalau begitu, ayo bantu ibu membuatnya di dapurā hanya
dalam waktu beberapa detik, ibu Seung Ho yang tadinya terlihat kesal langsung
tersenyum hangat pada Suzy. Seperti bunglon. Setengah mati Suzy menahan hasratnya
untuk mengeluarkan ekspresi semacam mendelik sinis. Menekan rasa muaknya
dalam-dalam dan menahan mulutnya untuk bicara. Ya.. lebih baik ia tidak bicara
dulu sekarang. Bagaimana kalau dia salah bicara? Bagaimana? Jadiā¦.. yang harus
ia lakukan malam ini adalahā¦ā¦ā¦.. menurut. Ya.. menurut saja jika masih mau
hidup.
Dengan kepala yang tertunduk dalam, Suzy berdiri. Belum punya
cukup keberanian untuk mengangkat kepala itu dan bertatapan langsung dengan
wanita didepannya. ākajjaā Ibu Seung Ho bicara dengan ramah sambil meletakkan
tangannya dipunggung Suzy. Gadis itu langsung panik, merasa terintimidasi
dengan keberadaan tangan itu. Namun, akhirnya tetap berjalan walau ragu.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Chanyeolās Apartment
Chanyeol menatap seorang wanita di ruang tamu apartemennya
dengan ekspresi getir, lalu mengalihkan tatapannya pada Joon Myeon yang sedang
meletakkan segelas air dimeja tengah.
āChanyeol~aā panggil wanita itu sambil berdiri, menatap
Chanyeol dengan senyum lega.
āhalmeoni?ā Chanyeol mencoba tersenyum. Lalu mendekat
perlahan dan memeluk halmeoninya yang sudah mengulurkan tangan. Namja itu
mengeratkan pelukannya dengan lembut, seiring dengan matanya yang terasa perih.
Mati-matian ia menahan air matanya yang siap bergulir, dan seperti yang sebelum-sebelumnyaā¦ā¦ā¦ā¦..
pria itu berhasil. Berhasil membuat cairan itu seolah hilang tak berbekas,
sebelum berhasil turun. Ok! Dia punya keahlian mengagumkan untuk yang satu itu.
āsaengil chukha hamnida. Saengil chukha hamnida.
Saranghaneun uri Chanyeol. Saengil chukha hamnidaā suara nyanyian langsung
terdengar begitu Chanyeol melepas pelukannya. Wanita itu bertepuk tangan sambil
menatap Chanyeol yang terpaku ditempat. Ya.. dia mengeluarkan senyum itu lagi,
senyum tulus yang menenangkan. Kemudian, Joon Myeon yang sedari tadi hanya memperhatikan dibelakang akhirnya
ikut bernyanyi dan bertepuk tangan untuk Chanyeol.
āakuā¦ā¦ā¦ā¦.. ulang tahun?ā tanya Chanyeol ragu. Baiklah,
ingatannya soal ulang tahun benar-benar buruk. Seperti tahun-tahun lalu, ia tak
pernah mengingat hari ulang tahunnya. Ia biasanya baru akan tahu setelah
halmeoninya yang tinggal di Daejeon menelfon atau malah datang langsung ke
apartemen.
ānenek juga membawakan kue untuk kalian berduaā tanpa
meminta persetujuan, wanita itu segera menggandeng Chanyeol. Menggiringnya ke
ruang tengah dan menyuruhnya duduk di sofa.
ākau? Habis darimana? Nenekmu menunggu nyaris dua jamā bisik
Joon Myeon yang baru saja mengambil posisi duduk tepat disamping Chanyeol.
āaku menonton pementasanmu. Dan kau!!! Bagaimana bisa cepat
sekali?ā
āaku juga baru datang. Kau tak lihat bajuku masih yang tadi?
Tadi saat aku pulang, nenekmu sedang berdiri di luar. Aishā¦. Cucu durhakaā
āaku tidak tahu nenek akan datangā
āharusnya kau mengantisipasi. Nenekmu kan selalu datang tiap
kau ulang tahunā
āitu masalahnya. Aku tak tahu kalau hari ini aku ulang tahunā
āahā¦ bodohā
āaishā¦. Kau juga tidak ingat kan?ā
āuntuk apa aku mengingatnya?ā acara bisik-bisik sinis yang
baru saja dua pria itu lakukan akhirnya terhenti begitu nenek Chanyeol menyuruh
cucunya memotong kue. āayo! Potong kuenyaā Chanyeol menggenggam pisau yang
disodorkan halmeoninya, lalu segera memotong kue. Tersenyum tipis lalu
menyuapkannya pada wanita itu.
ānek, kenapa tak bilang akan datang?ā ucap Chanyeol.
ākalau bilang, namanya bukan kejutan. Tapi maafā¦ā¦ā¦ nenek
mengganggu ya? ā
ābukan begitu. Aku yang harusnya minta maaf. Maaf telah
membuat nenek menunggu lamaā
āIya. Maaf nek,ā tambah Joon Myeon, ikut menyesal.
āaigooā¦.. tidak apa-apa. Kalian berdua tidak usah merasa
bersalah beginiā ucapnya sambil buru-buru mengibaskan tangan. āeiā¦.. hampir
lupa. Nenek bawa kadoā Chanyeol dan Joon Myeon saling bertukar pandang, kurang
lebih tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Wanita itu membuka tasnya dan mengeluarkan tiga kotak kado.
āini dari halmeoni, ini dari eomma-mu dan yang ini dari Heebyulā serunya
semangat. Dengan cepat, menyodorkan ketiganya ke hadapan Chanyeol yang tidak mampu
berkata apa-apa. Ia menatap lurus ke arah halmeoninya, tanpa sedikitpun merubah
ekspresi wajah. Ekspresi yang sama sekali tak menyiratkan kebahagiaan,
terbilang nyaris datar.
āaku sudah 23 tahun, halmeoniā Chanyeol tersenyum tipis,
mengalihkan pandangannya ke kado-kado itu lalu menghela napas berat.
āiniā¦ā¦. dari halmeoniā pria itu mengambil satu kotak kado,
mengacungkannya, lalu meletakkannya dipangkuannya. ādan yang iniā¦ā¦.. juga dari
halmeoniā ia mengambil kotak kado yang lain lalu melakukan hal yang sama.
ālalu, yang ini juga dari halmeoniā Chanyeol mengambil kotak terakhir lalu
mengacungkannya, setengah meringis saat meletakkan kotak itu ditempat yang
sama.
āhalmeoni,ā¦ā¦ā¦ eomma tidak perduli lagi padaku sejak 8 tahun
yang lalu, dan Heebyul, walaupun aku tau ia menyayangiku, tapi ia tidak mungkin
memberikanku kado. Dia cuma hewan piaraan, cuma anjing. Tak usah terus-menerus
begini, ini malah membuatku merasa sangat bodoh. Aku tidak apa-apa halmeoni,
sungguh. Aku sudah bisa menerima semuanyaā
āChanyeol~aaā wanita itu menggigit bibir bawahnya, perlahan
duduk karena kakinya yang mendadak lemas.
ākauā¦. Sudah besar. Yeol kecil sudah besarā ujarnya
tertahan. Dan dalam hitungan detik, bahu wanita itu bergetar kencang, menangis
tiba-tiba.
āhalmeoniā¦ā¦.ā Chanyeol segera berdiri, berlutut didepan
neneknya yang sedang menangis. Jelas merasa bersalah, tapi disisi lain juga
lelah. ākaulah yang terbaik. Terimakasih karena selalu memperdulikanku,
menyayangiku, membuatku merasa sempurna walau tanpa orang tuaā
ākau punya orang tuaā ralat wanita itu cepat.
ātapi aku tak pernah merasa begituā jawab Chanyeol tak kalah
cepat. Sukses membuat halmeoninya membatu, menatap cucu satu-satunya itu dengan
tatapan terluka.
āistirahatlah halmeoni. Kau membutuhkan ituā
āChanyeol~aā
āJoon Myeon..ā¦.. siapkan kamar untuk nenekā
āChanyeol~aā
āaku mencintaimu, nekā
pria itu segera mencium puncak kepalanya, pura-pura tak mendengar suara
neneknya yang sedari tadi memanggil. Ia tak mau mendengar apa-apa dulu.
Sungguh.
āChanyeol~a, buatlah harapan duluā
ātidakā tolaknya halus.
āChanyeol~aā¦.. ini
hari ulang tahunmuā Chanyeol mengembuskan nafas, akhirnya mengalah
begitu mendengar neneknya merajuk.
āaku sudah tak terbiasa berharapā
āwaeyo?ā
āuntuk apa berharap jika tak mungkin terwujud? Aku tak mau
melakukan hal yang sia-siaā
āberharap tak membuatmu rugi, kan?ā
ātapiā¦ā¦ā¦ā¦ā
ābuatlah satu harapanā
āaku tak punya. Nenek mau aku berharap seperti apa?ā
āayolahā¦ā¦ kau pasti punya keinginan. Jika benar-benar tidak
punya, kau bisa meminta harapan yang sama seperti tahun laluā ucapnya hati-hati.
Sejak tadi menggunakan nada memohon agar cucu keras kepalanya itu mau
mendengar.
āberharap bisa seperti dulu? Bisa bercanda dengan eomma dan
appa lagi? Apa menurut nenek itu mungkin?ā wanita itu tak mampu menjawab. Hanya
diam. Tersentak mendengar pertanyaan Chanyeol yang menegaskan kepesimisannya. Apakah itu mungkin?
ātchā¦.. baiklah. Kali ini kubuat lebih sederhana.
Kuharapā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.ā Chanyeol mengalihkan tatapannya ke arah wanita itu. Wanita dengan
cahaya mata jernih yang selalu melindunginya. ākuharapā¦ā¦ā¦ā¦.. eomma bisa memanggilku.
Bisaā¦.. menyebut namaku. Bisa bilang āChanyeolā sekaliā¦.. sajaā pria itu
merasakan sesak didadanya. Kian menyakitkan saat mendapati neneknya semakin terpaku
ditempat, bergeming dengan bola mata yang bergetar. Berusaha menyembunyikan
kedua tangannya yang gemetaran disamping badan. Seolah tak percaya. Sebegitu
pesimisnyakah dia? Hanya berani berharap ibunya menyebut namanya? Apaā¦ā¦. Itu
bisa disebut harapan?
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Seung Hoās Home,
Seodaemun-gu Seoul
17:56 KST
āaigooā¦ā¦ā¦.. bukan begitu! Masa mengaduk kopi saja tidak
bisa?ā ibu Seung Ho segera menyenggol Suzy hingga gadis itu sedikit terdorong
ke belakang. Menggantikannya mengaduk-aduk cairan kental di dalam cangkir
sambil mendumel. Suzy tak bicara apa-apa, ia hanya diam dan menatap calon
mertuanya itu dengan tatapan pasrah. Padahal sepertinya apa yang ia lakukan
tadi sama persis dengan yang dicontohkan wanita paruh baya itu. Lalu? Bagian mananya
yang salah?
āfiuh~ā¦ā¦.. kalau begini saja tak bisa, bagaimana mau
diterima dengan baik coba? Apa yang bisa dibanggakan?ā Keluh ibu Seung Ho
sambil meletakkan secangkir kopi di nampan. Suzy langsung mendekat, berniat
mengambil nampan itu dan segera membawanya ke ruang tengah. Ingin cepat-cepat
pergi dan terbebas dari sini. Dapurā¦.. atau nama lainnya ruang penyiksaan. Yahā¦. Ditempat apapun, jika hanya berdua dengan
ibu Seung Ho, maka bisa dipastikan itu adalah NERAKA.
āChangkaman. Ada yang harus dibicarakanā
ādenganku?ā
āmemangnya ada orang lain di ruangan ini?ā seru wanita itu
sinis. Sukses membuat Suzy mengurungkan niatnya untuk pergi. Ternyata nerakanya
belum selesai, bahkan bisa dibilang baru dimulai. Yang tadi itu baru pembukaan.
Dan Suzy sama sekali tak siap. Ia bergerak gelisah didepan ibu Seung Ho,
meremas-remas tangannya, berharap segalanya cepat berakhir.
ākehidupan rumah tangga itu tidak hanya mengandalkan cinta.
Kau harus bisa melayani Seung Ho dengan baik, bisa menjadi istri yang baik,
bisa menjadi menantu yang pintar. Yang bisa ibu banggakan didepan banyak orangā
Suzy menghela nafas. Lagi-lagi diceramahi soal ini. Ia bisa menebak, pada
akhirnya wanita itu akan menyuruhnya untuk belajar menjadi istri yang baik. Ia
sudah belajar kok. Sudah. Tapiā¦.. mungkin ia memang tidak punya bakat untuk
menjadi seorang istri. Atauā¦.. jangan-jangan, ibu Seung Ho saja yang terlalu
berbakat mencari-cari kesalahan.
ātidak menjadi gadis manja yang selalu ketakutan dalam
segala hal. Ahā¦. Kau! Melakukan hal-hal kecil seperti membuat kopi saja tidak
bisa. Apalagi menjadi seorang istri? Aigooā¦..... dari awal ibu tidak menyetujui
pernikahan kalian. Ini terlalu cepat. Kau tidak bisa apa-apa. Bagaimana bisa
menjadi istri? Aduhā¦. 1 bulan lagiā ibu Seung Ho memegangi kepalanya. Lalu menatap
Suzy sambil menggeleng prihatin. Ishā¦ jika bisa, gadis itu juga ingin ikut
menggeleng-geleng prihatin melihat kerumitan pikiran ibu Seung Ho. Kalau mau
calon menantu sempurna, nikahkan saja putramu dengan bidadari, malaikat atau
apalahā¦ā¦..
ātckā¦. Bagaimana bisa kau tak khawatir? Kenapa malah ibu
yang khawatir? Tchā¦ā¦ calon menantu yang tidak bisa diandalkanā Suzy tidak bisa
berkata apa-apa, terlalu terkejut dengan pilihan kata yang digunakan calon
mertuanya. Kenapa terdengar kasar sekali sih? Apa ia tak tahu kalau gadis
didepannya itu punya hati?
āharusnya kau bisa membuat calon mertuamu senang. Bawakan
sesuatu saat berkunjung. Aduhā¦.. haruskah semuanya ibu yang ajari? Kau sudah
lulus kuliah kan? kenapa masih begini? Eomoonaaaā¦ā¦. Harusnya Seung Ho bicara
dulu sebelum melamarmu. Tiba-tiba pulang ke rumah dan membawa seorang gadis.
Mengatakan dua bulan lagi akan menikah. Ibu mana yang tidak gila coba?ā ibu mau tau tidak? aku juga sudah nyaris
gila menghadapi ibu. Padahal dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, aku baru bertemu
ibu empat kali. Bagaimana dengan Seung Ho ya?
āckā¦ā wanita itu mengakhiri ceramahnya dengan decakan kesal.
Berbalik badan mengambil nampan lalu segera beranjak dari dapur. Meninggalkan
Suzy sendirian. Ahā¦ baguslah! Berdua memang lebih baik, tapi jika berduanya
dengan ibu Seung Ho, lebih baik ia sendirian. Lagipula ia sama sekali tak
mengerti kenapa ibu Seung Ho setega itu padanya. Maksudnyaā¦ā¦. Ia bahkan masih
menjadi calon menantu. Ahā¦ bahkan Suzy tak berani membayangkan bagaimana jika
ia benar-benar menjadi menantunya.
Suzy masih enggan melangkah, ia justru menyandarkan tubuhnya
di tembok sambil berpikir. ābelajar
menjadi istri yang baikā bagaimana caranya? Teman-temannya belum ada yang
menikah. Ibunya sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Lalu belajar dari siapa?
Ahh.. sial. Kenapa dia harus kuliah di jurusan sains? Mendapat gelar sarjana
sains. Itu kan tidak ada hubungannya sama sekali dengan menjadi istri yang
baik. Lalu? Sekarang dia harus bagaimana?
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Chanyeolās private
room, Apartment
21:27 KST
Chanyeol POV
āheh! Bisa lebih tenang sedikit tidak?ā
āahā¦ iya..iyaā¦ hahahahahaā apa-apaan itu? bahkan belum ada
setengah detik bilang āiyaā, pria itu sudah tertawa lagi. Bahkan lebih kencang
dari yang tadi. Ayolahā¦.. itu hanya komik. Aku juga pernah membaca benda itu sebelumnya,
tapi tak ada yang benar-benar lucu hingga harus ditertawakan sebegitunya. Cihā¦
mungkin memang pada dasarnya pria itu mau menggangguku. Tak mengizinkanku untuk
mendapatkan ketenangan. Aku ingin sekali mengusirnya dari kamarku, tapiā¦ā¦ā¦ā¦..
apa boleh buat? Aku sudah menyuruh nenek beristirahat di kamarnya untuk malam
ini. yaā¦ hanya malam ini, besok pagi sudah mau pulang katanya. Eomma sendirian
di Daejeon.
Kuakui nenek benar-benar hebat. Sendirian dari Daejeon ke
Seoul hanya untuk merayakan ulang tahunku. Ini gila. Hanya untukku? Aku pindah
ke Seoul sejak 6 tahun yang lalu, dan selama 6 tahun itu nenek tidak pernah
absen mengunjungiku. Eumā¦.. masalah keluargaku? Baiklah. Aku akan bercerita
sedikit.
Aku. Park Chanyeol. Besar di Daejeon, lebih tepatnya
disebuah desa kecil yang menyenangkan. Tinggal bersama di rumah sederhana
dengan appa, eomma dan halmeoni. Rumah yang dikelilingi hamparan rumput hijau
dan udara yang segar. Walaupun rumahku disana tidak begitu besar, tapi
kupastikan siapapun yang kesana akan betah berlama-lama.
Saat usiaku 9 tahun, appa dan eomma mendapat pekerjaan di
luar kota. Aku tak tahu apa pekerjaannya, tak tahu dan tak mau tahu lebih
tepatnya. Yang pasti pekerjaan itu mengharuskan mereka tidak pulang untuk waktu
yang sangat lama, namun sekalinya pulang akan membawa uang yang sangat banyak.
Aku tidak banyak bertanya. Sejak kecilpun aku sudah terbiasa menahan semua rasa
ingin tahuku. Kenapa? Itu semua karena appa yang sering marah tanpa alasan jika
aku bertanya. Itu membuatku belajar dari pengalaman dan tidak berani bertanya
yang macam-macam lagi.
Semua itu membuatku terbiasa hanya bersama nenek. Seorang
Park Chanyeol yang ceria berubah menjadi namja kecil kesepian dalam sekejap. Awalnya
itu sulit, namun lama kelamaan, semua seolah menjadi rutinitas. Seorang anak
laki-laki yang punya orang tua tapi seperti tak punya orang tua. Mungkin akan
sama seperti yatim piatu. Dan saat ulang tahunku yang ke-15, appa dan eomma
berjanji akan pulang, tapiā¦.. ternyata tidak. Setiap kutanya, nenek selalu bilang
padaku bahwa mereka dalam perjalanan dan akan segera sampai, namunā¦ā¦ā¦ā¦. Aku
tidak sebodoh itu untuk ukuran anak berusia 15 tahun. Diam-diam aku mendengar
pembicaraan eomma dengan halmeoni lewat telfon di lantai atas. Dan
ternyataā¦ā¦ā¦ā¦.. Bahkan ia lupa hari ulang tahunku, bagaimana mungkin bisa
datang? Intinya nenek berbohong. Nenek selalu mengucapkan hal-hal manis
didepanku. Membuatku membayangkan orang tua sempurna yang sedang bekerja keras
untuk masa depan anak satu-satunya. Sialnya, bayangan indah itu telah berakhir.
Beberapa bulan setelahnya eomma kembali di Daejeon, tapiā¦.. hanya sendirian. Walaupun
tanpa appa, aku tetap girang bukan main.
Memeluk eomma dengan senyum lebar yang seolah-olah membuat wajahku kaku. Terasa
sakit saking senangnya. Tentu saja yang aku harapkan waktu itu adalah sebuah
pelukan hangat dari eomma, berharap eomma mau tertawa dan bercanda bersamaku.
Tapiā¦ā¦ā¦ā¦ yang aku terima justru ekspresi datar. Ia menatapku tanpa ekspresi
lalu berjalan begitu saja masuk ke rumah, mengunci diri di kamar dan
mengacuhkanku. Kalian tau seberapa menyakitkannya itu? rasanya seperti
ditenggelamkan di laut, dilempar ke luar angkasa, atau bahkan dikubur didalam
tanah tapi tak diizinkan untuk mati. Dipaksa untuk menikmati rasa sakit itu
tanpa berkesudahan. Dan begitulahā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ setelah itu aku tak pernah melihat
appa, dan tak pernah mendengar eomma bicara. Karena sudah tak kuat, selepas SMA
aku segera pindah ke Seoul. Menjauh dari rasa sakit, melepaskan diri dari semua
masalah yang nyaris membuatku gila. Orang tuaā¦ā¦ aku sama sekali tak tahu
bagaimana caranya menggambarkan mereka. Orang yang meninggalkan anaknya
bertahun-tahun? Orang yang selalu absen dihari ulang tahun anaknya? Orang yang
mengacuhkan dan tidak mau bicara dengan anaknya? Atauā¦ā¦ā¦ā¦..siapa?
Drrrtttā¦ā¦. Drrttttā¦ā¦..
Seketika lamunanku buyar. Beruntung karena jika aku terdiam
sedikit lagiiiiii saja, kupastikan genangan air dipelupuk mata ini akan jatuh. Dengan
cepat aku mengusap mata, menghapusnya sebelum sempat turun. Kemudian, mengambil
handphone dan segera membuka pesan. Suzy? Semalam ini?
Calon mertua yang
jahat >___< . Huhuhuā¦ā¦ aku tak kuat lagi T____T
Aku tersenyum, mengubah posisi tubuhku yang sebelumnya
sedang tertidur diranjang menjadi setengah berbaring. Menyandar dikepala tempat
tidur. Membalas pesan itu sambil tersenyum.
Memangnya apa yang dia lakukan? Menjambak rambutmu? Menyuruhmu
makan-makanan basi? Atau mendorongmu sampai tersungkur dilantai?
Aku tak tau bagaimana cara dia melakukannya, tapi kemampuan
mengetiknya benar-benar mengagumkan. Kini balasan pesannya sudah sampai. Hanya
berselang 30 detik setelah pesanku terkirim.
Aishā¦. Susah ya kalau
bicara dengan seorang PENULIS NASKAH. Pasti segalanya dibesar-besarkan. Ckā¦..
tidak sampai menjambak atau mendorong begitulah. Hanya kata-katanya sajaā¦ā¦. Dia
bilang, aku calon menantu yang tidak bisa diandalkan. Tidak bisa apa-apa.
Haaaā¦...... apa calon mertua selalu begitu? heiā¦ā¦. beri aku masukan! Apa yang
harus kulakukan?
Aku tidak tahu. Aku belum pernah bertemu calon mertua.
Aishā¦.. jawaban model
apa itu? setidaknya beritahu aku bagaimana cara menghadapinya. Begini, anggap
aku adalah calon istrimu, menurutmu apa yang harus kulakukan untuk menarik
perhatian ibumu?
Ibu? Ibuku? Mana aku tahu? Bagaimana rasanya memiliki
seorang ibupun aku tak tahu. Dengan perasaan yang aku sendiri tak mengerti, aku
berjalan ke lemari buku, mencari-cari novel atau buku bacaan bertemakan
āmenarik perhatian mertuaā sampai-sampai menyalakan komputer dan browsing di
internet. Demi Tuhan, aku sama sekali tak mengerti. Kenapa harus ibu sih?
Setelah kurang lebih 20 menit aku membaca buku sana-sini,
membuka berbagai artikel di internet dan berkeluh-kesah pada Joon Myeon
(walaupun ia sepertinya tak benar-benar mendengarku, ā¦ā¦ sibuk dengan komiknya)
tiba-tiba saja handphoneku berdering. Pasti Suzy. Aku yang sedang duduk di depan
meja segera memutar kursi dan mengulurkan tanganku ke kasur, meraih ponsel dan
segera mengangkatnya. Benar, kan?
āYeoboseoā
ākenapa tak dibalas sih?ā tanpa basa-basi ia langsung
merajuk.
ābegini yaā¦. Menurut
novel āMarry Meā karangan Yoo Ji Hyo, kau harus bisa memasak makanan yang calon
suami dan calon mertuamu suka, dengan begituā¦ā¦ā¦ā¦ kau bisa merebut hatinya. Suasana
kekeluargaan biasanya tercipta di meja makan. Laluā¦ā¦ dari artikel di internet tertulis ..ā¦. selain sikap sopan santun, kau
juga harus mengetahui apa yang calon mertuamu suka dan tidak suka. Buatlah
perbincangan menarik dari apa yang ia suka. Sering-sering melakukan aktivitas
yang menyenangkan berdua, seperti shopping dan lain-lain. Sering-sering
melontarkan pujian. Danā¦ā¦ masih banyak lagi. Ahā¦. Sudah kan? mengerti kan?
disini ada banyak sekaliā¦ā¦ā¦ā¦ aku tak mau membacakan semuanyaā
āaigooā¦.. jadi dari tadi kau membuka internet?ā simpulnya
takjub.
ātidak. Aku tidak
hanya membuka internet, aku juga membulak-balik koleksi bukuku. Ahhhā¦ā¦ ini
melelahkaaaaannnnnā ringisku sambil meregangkan sebelah tangan. Ahā¦. Pegal
juga. 20 menit penuh membaca. Aku
merasa seperti seorang profesor sekarang.
āishā¦. Kan aku menanyakan pendapatmu!ā
āpendapatku? Apa ya?
mungkin menyebalkan adalah sifat wajib seorang mertua kepada menantu
perempuannya?ā jawabku tak jelas. Sambil menggaruk tengkuk dan menaikkan
sebelah alis. Bahkan diriku sendiripun sangsi dengan jawaban itu.
āah jinjja? Jadi dengan kata lain, ibumu juga akan bersikap
menyebalkan kepada calon istrimu kelakā aishā¦.. kenapa membahas ibuku lagi sih?
Dengan dongkol, aku memutar kursiku dan mendapati Joon Myeon sedang
senyum-senyum sendiri, berleha-leha di kasur dengan mata yang lurus menatap
komik. Ah.. aku dapat mangsa.
āheiā¦.. mau bicara
dengan Joon Myeon tidak?ā
ān..ne?ā Suzy tergagap. Terdengar tak percaya dengan
pendengarannya. āMyeonieā¦ā¦ā panggilku, dan begitu pria itu menoleh, aku segera
melemparkan ponselku padanya. Membuat namja yang sebelumnya tengah fokus
menatap komik itu segera menangkap ponselku sigap dan mengerutkan kening tak
mengerti. āfansmuā jelasku singkat, lalu segera keluar. Entahlah. Moodku sedang
benar-benar anjlok malam ini.
30 minutes laterā¦ā¦ā¦ā¦.
Setelah puas berbincang dengan
nenek, memasak mie instan dan menonton acara membosankan entah apa di tv, aku
kembali ke kamar. āsudah?ā tanyaku sambil menutup pintu, lalu mendekat ke
kasur.
āapanya?ā
āSuzyā
āoh.. sudahā jawab Joon Myeon singkat.
ābicara apa saja?ā tanyaku, jelas
penasaran. Kira-kira perbincangan macam apa yang mungkin dibicarakan oleh dua
orang yang tak pernah bertatapan langsung?
ātidak ada yang benar-benar
penting. Biasalahā¦ā¦ pujian-pujian ringan seorang fans kepada idolanyaā ujarnya
sok. Cihā¦.. dasar.
ādia tak bertanya soal ibu lagi?ā
āibu?ā ulang Joon Myeon. Segera
menutup komiknya dan menoleh padaku.
ātadi dia menanyakan bagaimana
caranya memikat hati seorang calon mertua padaku. Mana aku tahu coba? Punya
mertua saja tidak.ā
āohā¦.. tidak. Dia tidak menanyakan
hal itu sama sekali. Eh ia.. besok, kau tidak ada acara kan? oā¦ iaā¦ pertanyaan
bodoh. Sejak kapan Chanyeol punya acara?ā
āada apa?ā tanyaku malas. Dasar
menyebalkan, bicara seolah aku benar-benar tidak ada kerjaan. Apa dia tak tahu
menulis adalah pekerjaan yang sangat menyibukkan? Kau harus duduk berjam-jam di
depan komputer, jari yang bergerak kesana-kemari dan otak yang terus menerus memeras
inspirasi. Berpikir keras, memutar balik otak sampai pusing. Itu sulit.
ādia mengajakmu makan siang.
Dikafe katanya. Nanti lengkapnya dia smsā
ākau diajak?ā
ātentu saja. Malah mungkin
sebenarnya ia hanya ingin mengajakkuā
āaishā¦.. tidak usah
melebih-lebihkan. Intinya kau ikut tidak?ā
āahā¦ kau lupa? Besok kan hari
kerja. Sebagai karyawan sebuah perusahaan besar, aku tidak boleh tidak hadirā
dengan bangganya pria itu tersenyum.
ācihā¦. Baru jadi karyawan sajaā¦ā¦ ā
āitu lebih baik daripada seharian
dikamarā
āheiā¦.. lihat yaā¦ dalam beberapa
tahun lagi, aku akan menjadi seorang penulis naskah terkenal. Akan banyak
sutradara yang melirikku dan berlomba-lomba mendapatkan naskahku. Aku akan
menjadi sangat terkenal, Joon Myeon~aā¦.. lebih baik kau minta tanda tanganku
sekarang. Jangan sampai terlambatā ujarku memperingatkan. Ya.. jika sudah
waktunya, aku akan mengirimkan naskah-naskahku pada banyak sutradara.
Setidaknya pasti akan ada beberapa yang diterima. Yahā¦. Maksudku semoga.
āBermimpilah yang indah Park
Chanyeol. Satu film saja belum. Sadarlah! Kemampuanmu cuma sebatas teater
sekolahā
ākalau naskahku ada yang
difilmkan, aku tak akan ada disiniā
āmaksudmu?ā
āaku akan kembali ke Daejeon.
Kasihan nenek! Merawat wanita itu sendiriā
āibumuā
ādia bukan ibukuā ujarku langsung.
Sukses membuat Joon Myeon mendecak tak suka. ābagaimanapun dia ibumu. Wanita
yang melahirkanmu. Setidaknya hargailah dia untuk ituā aku segera memiringkan
tubuhku. Membelakanginya. Entah cukup setuju atau sama sekali tidak. Jika bisa
memilih, aku lebih memilih tidak usah dilahirkan.
āsejak kecil ia tak pernah
merawatku. Begitu aku besar dia tak memperdulikanku. Belasan tahun aku tak
pernah mendengarnya memanggilku. Menurutmu, apa wanita itu bisa disebut ibu?ā
ābisa. Sangat bisa. Kau tak tau
apa yang terjadi hingga membuatnya berubah kan? pasti ada sesuatu yang membuat
ibumu trauma parah. Dan aku yakin ada hubungannya dengan appamu. Maksudkuā¦ā¦ apa
yang membuat appamu tak pulang? Pasti sesuatu yang besar sudah terjadi.
Seharusnya kau menghibur ibumu, merawatnya dengan tulus, bukannya malah
membencinyaā Joon Myeon menasehati.
ādia tak mau bicara dengan
siapapun. Bagaimana aku merawatnya?ā
ākau anaknya. Kau pasti tau apa
yang harus dilakukanā sejenak kami berdua sama-sama terdiam. Bergeming.
Sama-sama berpikir. Hinggaā¦.. ākenapa kau bicara seperti tadi didepan nenekmu?ā
ābicara apa?ā
āberharap ibumu memanggilmu.
Kenapa malah mengatakan harapan seperti itu?ā
āaku tak tahu harus bicara seperti
apa lagiā
ānenekmu jauh-jauh kesini bukan
untuk semakin terluka, Yeol~aā¦.. kalau aku jadi kau, aku akan membuat harapan
yang normal saja, seperti āsemoga diberi kesehatanā atau apalahā¦. Bukan harapan
seperti tadi. Kau lihat nenekmu langsung membatu saat kau bicara begitu? ahā¦.
Jarangkan nenekmu, aku saja syokā
āaku lelah..ā¦.. kau tak akan
pernah mengerti. Aku mau tahu rasanya punya orang tua. Aku merindukan orang
tuakuā
āaku juga jauh dari orang tua. Aku
juga mengerti apa yang kau rasakanā
āaniyaā¦ā¦ setidaknya saat kau
pulang ke Mokpo, kau bisa bertemu mereka. Sedangkan akuā¦ā¦? mau aku pulang ke
Daejeon-pun ibuku tak akan perduli. Dan ayahku?...........................
entah dimana. Entah masih hidup atau tidakā
ātckā¦. sudahlah. Pembicaraan malam
ini terlalu berat sepertinya, heiā¦. bagaimana dengan Suzy?ā
āapa?ā
ākau menyukainya?ā tanya Joon
myeon, dengan nada setengah menggoda.
ādia akan menikah bulan depan. Kau
gila?ā
āeiā¦.. aku bertanya kau
menyukainya atau tidak. Bukan kapan ia akan menikah. Lagipula jika kau sudah
tau bulan depan ia akan menikah, apa itu artinya kau bisa mengendalikan
perasaanmu untuk tidak menyukainya?ā
āaku tidak menyukainyaā tegasku
sambil bangkit dari posisi tidur dan menatapnya geram.
ābaik. Mungkin sekarang memang
belum. Cinta itu diluar kontrol,ā¦ā¦ kalau kau tak mau benar-benar
jatuh cinta padanya. Lebih baik jangan terlalu dekat. Cinta itu kebiasaan. Jika
kau terbiasa bersamanya, bukan sesuatu yang mustahil jika cinta itu benar-benar
datangā
ākau kenapa sih? Malam ini
ucapanmu ituā¦ā¦ aigooā¦ā¦ darimana kau mendapatkan kata-kata itu? apa didalam
komik ada kata-kata semacam itu?ā
āaku juga tidak tahu. Sudahlah,
besok aku harus bekerja, jadi harus cepat tidur. Dan kauā¦ā¦. Besok juga kau ada
kencan. Cepatlah tidurā
āYAAAAKKKKKK!!!!! KIMM JOON
MYEEEOOONNNNNā
TBC
Comments
Post a Comment