[Two-Shoot] Second Marriage
cast :
- Han Hyo Joo
- Park Yoochun
- Park Gyuri
- Kim Hyun Joong
āchukhae Yoochun-ah....ā
ucap ku memberikan selamat pada sosok namja yang tengah berdiri membelakangi
ku.
ānde?ā
āHyojoo-ah....ā sergahnya
saat ia melihat ku.
āchukhae atas pernikahan
mu..ā
āgomawoyo....ā Balasnya
sembari memeluk ku. Tak lama, ia melepaskan pelukannya dari ku.
āoh iya, kenapa kau bisa
ada disini? bukankah kau akan pergi ke Amsterdam?ā
āem....ā
āapakah kau tidak jadi
kesana? wah.... ini adalah kabar baik.ā Potongnya begitu terlihat senang.
āannio. aku akan tetap
menyusul appa dan eomma kesana. hanya saja, aku mengundurkan jam keberangkatan
ku.ā
āmwo? jadi kau akan tetap
pergi? ya! Hyojoo-ah. bagaimana bisa? kau satu-satunya sahabat ku. kalau kau
pergi, aku tinggal sendiri disini.ā Rajuknya membuat ku terkekeh pelan.
āmwoya? kau sudah menikah
Yoochun-ah. kau telah memiliki Park Gyuri sebagai istri mu. dan dia yang akan
selalu menemani mu.ā
āannio... arraseo. tapi
kalau kau pergi aku tak memiliki sahabat lagi.ā rengeknya lagi yang membuat ku
mendaratkan sebuah pukulan keras keatas kepalanya.
āaaa..... sakit!!!ā
rintihnya yang membuat ku kembali terkekeh geli.
āaku harus pergi
sekarang. satu jam lagi pesawat ku akan lepas landas. jaga diri mu baik-baik.
Dan......... semoga kau bahagia denagnnya.ā Ucap ku sembari memeluknya untuk yang
terakhir kali. Segera ku lepaskan pelukan ku dan berjalan meninggalkannya.
āsampai jumpa.....ā Ujar
ku tanpa menghentikan langkah ku.
------- ^,^ -------
Pesawat yang ku tumpangi
baru saja lepas landas dari Incheon airport. Berat rasanya untuk meninggalkan
negara ini. Negara dimana aku dilahirkan dan tumbuh besar. Tetapi..... ini
merupakan jalan yang paling baik. Dia kini telah menjadi milik orang lain. Dan
aku tak mungkin memilikinya. Dan lagi pula, dia adalah sahabat ku. Sahabat yang
tak akan pernah berubah statusnya menjadi apa pun. Mungkin aku sudah gila, menyukainya yang jelas-jelas
hanya menganggap ku sebagai sahabatnya. Tetapi apa daya... rasa ini tumbuh
begitu saja, seiring dengan kebersamaan yang kami jalani.
Ku helakan nafas ku,
mencoba untuk menenangkan diri. Tetapi, semakin aku melakukannya semakin aku
merasakan rasa sakit yang amat dalam. Rasa sakit yang timbul karena perasaan ku
ini. Sebuah perasaan yang tak pernah atau bahkan tidak akan pernah aku
beritahukan kepadanya. Rasa sakit yang berhasil membuat ku selalu menitihkan
air mata, ketika rasa itu menyergap ku. Rasa sakit yang selalu harus aku tutupi
ketika kami bertemu.
Ku rasakan air bening itu
kembali mengalir. Aku pun kembali menyekahnya dengan punggung tangan ku. Aku mulai
merasakan darah ku yang mengalir dengan derasnya saat melihat layar ponsel ku sendiri.
Sebuah foto yang menggambarkan kedekatan diantara kami yang ku jadikan sebagai
wallpaper ku.
ājoahae Yoochun-ah....ā
Segera ku tekan option
delete yang tertera disana. Dan dalam sekejap, tak ada lagi foto-foto ku
dengannya, dengan Yoochun. Park Yoochun.
Author POV
>>>>>>>>>> five years later
Seorang namja baru saja
berjalan keluar pengadilan dengan seorang yeoja yang sudah tak menjadi ane nya
lagi. Mereka berjalan dengan jarak yang tak terlalu dekat antara satu dengan
yang lainnya, seperti telah dibangun sebuah tembok penghalang diantara mereka.
Mereka sama sekali tak melakukan komunikasi selama menuruni anak tangga. Hanya
kebisuan yang ada diantara mereka. Disaat itu juga, sang yeoja lebih memilih
berlalu menaiki taxi yang sepertinya telah ia pesan. Sepeninggal sang yeoja
yang hilang bersamaan dengan taxi yang ia tumpangi, sang namja pun juga berlalu
pergi dengan mengendarai kendaraannya.
Hari terus berlalu. Sudah
tiga hari pasca percerainnya, tetapi tak ada yang berubah dari kehidupanya.
Hanya saja ia terlihat lebih nyaman denagn kehidupannya sekarang.
Senin pagi. Seperti hal
nya namja-namja lain seumurannya, ia telah bersiap untuk pergi bekerja. Dengan
mengenakan kemeja biru dan setelan jas berwarna putih, namja itu berjalan
menuju mobilnya, dan mulai mengendarai mobil tersebut meninggalkan sebuah rumah
nan simple tetapi tetap terlihat elegance yang menjadi tempat tinggalnya.
-o- Office
-o-
Ia berjalan dengan
santainya menuju sebuah ruangan yang hanya ia sendiri pemiliknya. Setiap
karyawan yang berpapasan dengannya, selalu merunduk memberikan salam. Parasnya
mampu membuat karyawan-karyawan wanita nya takjub, bahkan hingga membuat mereka
tak mampu melepaskan pandangannya dari sosok namja yang merupakan pemimpin
mereka itu. Seorang direktur muda pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Dan
lagi, ia merupakan seorang namja tampan yang sukses saat usianya yang baru
menginjak dua puluh tujuh tahun, dan lagi pula ia juga baru bercerai. Dan itu membuat mereka berharap bahwa suatu saat nanti mereka dapat
menjadi pendamping namja itu, walau mereka tahu bahwa hal itu sulit untuk terjadi.
tokā¦ tokā¦ tokā¦
Terdengar suara ketukan disela-sela
pekerjaanya. Namun suara ketukan itu tak langsung membuatnya berpaling dari
tumpukan map serta kertas dihadapannya.
tokā¦ tokā¦
tokā¦
Suara ketukan pun kembali ia dengar. Dan
kali ini sepertinya ketukan itu berhasil membuyarkan konsentrasinya terhadap
berkas-berkas dihadapannya. Ia pun langsung menutup berkas itu, sebuah berkas
yang ia sedang pelajari demi memajukan perusahaanya.
āmasukā¦ā Balasnya atas ketukan yang ia dengar.
āapa sajangnim sedang sibuk?ā
ānde?ā
āhyung! kapan kau sampai?ā Sambungnya histeris saat ia melihat sosok orang
yang mengetuk pintu ruangannya.
āsejak tadi hyung.ā
āmwo? kau juga datang?ā
āne. bukan hanya kami berdua saja, hyung.
Junsu hyung dan Yunho hyung juga datang.ā
āne. annyeong uri sajangnimā¦ā Ujar dua orang namja lain
dari baik pintu.
-o-
Sea Resto -o-
āhyung, bagaimana keadaan mu sekarang?ā
āyahā¦ seperti yang kalian lihat. aku lebih baik, bahkan
sangat baik.ā
āoh iya, mengenai perceraian mu. mianhae, kami tak bisa
datang.ā
āoh mengenai hal itu. tak apa Jaejoong hyung,
lagi pula persidangan itu berjalan dengan sangat cepat.ā
ājinjja?ā
āne. Gyuri tidak menuntut
apa pun atas perceraian kami. dan mianā¦..ā
āmian? untuk apa?ā Tanya
Junsu bingung.
āmianhae atas ketidak
percayaan ku pada kalian.ā
āketidak percayaan mu?ā
āne, Yunho hyung. ketidak
percayaan ku atas apa yang kalian ungkapkan mengenai Gyuri sehari sebelum hari
pernikahan ku dengannya.ā
āehm.. mengenai itu. sebenarnya hyung, kami
mengetahui itu semuaā¦ dariā¦ ehm.. dariā¦.ā
ānde? maksud mu apa Changmin-ah?ā
āehm.. ituā¦ sebenarnya, bukan kami yang pertama
kali mengetahui hal itu. tetapi kami mengetahui hal itu dariā¦ dariā¦..ā
ādari siapa Changmin-ah?ā
āehm.. dariā¦ dari Hyojoo noona.ā
ābo? Hyojoo?ā Ujar Yoochun terkejut. Ia
tak mampu menangkap dengan baik apa yang baru saja diungkapkan Changmin.
āne. Hyojoo yang mengatakannya kepada kami,
hingga membuat kami memutuskan untuk mengikutinya. dan tepat, semua yang ia
ucapkan benar adanya.ā Tutur namja berkulit putih layaknya susu itu.
āehm.. ngomong-ngomong mengenai Hyojoo,
apakah kau sudah menemuinya?ā
āmwo? menemuinya? kau gila Junsu-ah. Hyojoo kan sedang berada di
Amsterdam.ā
ānde? jadiā¦ kau belum mengetahuinya. apakah ia tak member tahu mu?ā Tanya namja berkulit putih
itu yang diketahui bernama Jaejoong.
āannie.ā
āha? jadi kau sama sekali tak tahu kalau ia telah
kembali?ā
ābo? kembali kata mu hyung?ā
āne. kalau tak salah dua hari yang lalu.
em.... ya, dua
hari yang lalu kepulangannya.ā Ujar namja lain yang dipanggil Yunho hyung oleh Yoochun itu.
āapakah kau benar-benar tidak tah hyung?ā
tanya Changmin dengan nada suara yang
tak percaya.
āannie.ā
Yoochun POV
Memang, sekarang belum waktunya mengakhiri kegiatan ku di
kantor. Tetapi aku harus mengakhirinya sendiri. Fikiran ku kacau. Aku tak bisa
memfokuskan fikiran ku pada tumpukan berkas-berkas yang tengah tergeletak dengan sangat manisnya disini. Dan karena deadline yang semakin dekat, aku pun harus membawa
tumpukan ini ke rumah. Yah..
setidaknya aku dapat kembali mempelajarinya ketika aku berada di rumah.
Walaupun aku tak dapat memastikan apakah aku bisa melakukannya.
Huhā¦ aku masih bingung. Sebenarnya apa yang
terjadi dengan Hyojoo. Kenapa ia tak member tahu ku mengenai kepulangannya. Ia malah
lebih memilih memberi tahu keempat teman ku dibandingkan aku yang jelas-jelas
merupakan sahabatnya sejak dulu.
Apakah aku harus menemuinya? Tetapi.. apa
yang akan aku katakan padanya? Dan, dimana aku bisa bertemu dengannya? Huhā¦
sungguh. Hal ini membuat kepala ku ingin pecah. Aku tak pernah merasakan hal
ini sebelumnya. Tetapi kenapa sekarang aku merasakannya? Sungguh aku bingung.
Sangat bingung. Aku tak dapat mengungkapkan seberapa kecewanya aku pada nya.
Ku hentikan mobil ku sebelum aku
menghilangkan nyawa ku sendiri. Aku mulai tertimpa rasa gundah. Bagaimana bisa?
Aku ingin sekali bertemu dengannya, tetapi aku bingung harus menemuinya dimana.
Dan aku masih mearsa kecewa atas tindakannya yang tak memberi tahu ku. Apa yang harus aku
lakukan sekarang? Apakah aku harus berdiam diri sampai ia member tahu ku? Atau
aku yang bergerak terlebih dahulu? Argghhhā¦. rasanya aku ingin melepaskan
kepala ku ntuk beebrapa saat.
Ku senderkan tubuh serta kepala ku.
Berharap ada sebuah jalan keluar yang d apat membantu ku. Lima menitā¦ sepuluh menitā¦
lima beas menitā¦ aku masih dalam posisi ku, memejamkan kedua mata serta
mendinginkan saraf-saraf otak yang telah bekerja
denagn sangat kerasnya. Namun usaha ku sia-sia. Sudah
nyaris tiga puluh menit aku seperti ini, tetapi aku belum juga menemukan jalan
keluar yang akan membantu ku, otak ku saja belum dapat bekerja dengan baik
sperti apa yang aku harapkan. Bahkan sekarang datak jantung ku berdetak dengan
sangat cepatnya, serta aku dapat merasakan aliran darah ku megalir begitu
cepatnya. Sungguh.. perasaan apa ini? Kenapa aku bisa merasakannya.
Nareul dalma gaseumane gadeugcha kojyoganeun INNOCENCE
Bulkochun balge
taoreuge majimagi chanlanhan noulcheoreom
Waiting for Rising
Sun
āyeoboseoā¦ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āne
hyung, aku pulang lebih dulu. oh iya, ada apa hyung?ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āgwaencana.ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āehmā¦
hyung,ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āaku
ingin menanyakanā¦ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āmwo?
bagaimana hyung bisa tau?ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āoh..
begitu, hyung.. menurut mu, haruskah aku menemuinya?ā
āā¦ā¦ā¦.ā
ālaluā¦
menurut mu dimana aku bisa ememuinya?ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āya. hyung. tak usah berteriak kepada
ku.ā
āā¦ā¦ā¦.ā
āarraseo..
arraseoā¦ baiklah aku akan mengakhirinya.ā Jawab ku
cepat secepat aku mengakhir sambungan telephone nya.
Huh.. apa yang harus aku lakukan? Aku
benar-benar bingung. Haruskah aku bertemu dengannya? Atau biarkan saja hingga
ia yang meminta ku untuk bertemu. Tetapi aku benar-benar ingin bertemu. Banyak yang
ingin aku tanyakan kepadanya, terlebih mengenai perihal kepulangannya. Tetapi, rasa kecewa ku
masih dapat aku rasakan. Dan Jaejoong hyung. Namja yang baru saja menghubungi
ku tadi. Ia juga menyarankan ku untuk menemuinya. Tetapi jika aku bertemu dengannya, apa yang akan aku katakan?
Dan ketika aku bertanya padanya mengenai tempat yang memungkinkan untuk aku
bertemu dengan Hyojoo, ia malah membentak ku dan mengatakan bahwa pertanyaan ku
merupakan pertanyaan terbodoh yang pernah ia dengar. Huh.. sungguh, Jaejoong
hyung tak memberikan bantuan apa pun pada ku. Ia malah semakin membuat
kegundahan dibenak ku.
Aku kembali mengendarai mobil sport ku.
Entah kemana aku akan membawa diri ku serta mobil ku. Yang terpenting sekarang,
aku harus mengendarai mobi ku sebelum aku mendapatkan surat tilang dari polisi
akibat terlalu lama menghentikan mobil.
Setelah berkutat dengan padatnya jalanan
Seoul, aku pun mulai mengendarai mobil ku memasuki sebuah tempat pemarkiran
yang entah aku sendiri bingung. Bagaimana bisa aku mengendarai mobil ku menuju
tempat ini. Tempat yang menyimpan banyak kenangan antara aku dengannya, yah..
sahabat ku. Aku menuruni mobil ku, dan mulai menyusuri sebuah jalan kecil yang
akan membawa ku menuju sebuah tempat yang sangat indah. Sebuah tempat diaman
aku dan ia pertama kali mengatakan bahwa kami akan selalu bersama disaat apa
pun. Huhā¦ sungguh, kenangan itu berhasil membuat sebuah lengkungan kecil dibibir muncul
seketika.
Aku malai mengedarkan pandangan ku. Mencari
sesuatu yang dulu aku dan ia gunakan sebagai tempat beristirahat setelah
seharian bermain. Sungguh, tempat ini masih sama seperti saat terakhir aku dan
ia mengunjungi tempat ini. Kalau tak salah, itu ketika kami lulus dari sekolah
menengah akhir, dan itu merupakan saat terakhir kami bersama. Karena setelah
itu, kami mulai disibukkan dengan tugas-tugas kami sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi
baru.
Aku kembali melangkahkan kaki ku dengan
pandangan yang masih ku edarkan. Hingga aku menghentikan langkah ku saat mataku
mendapati sosoknya. Sosok yeoja yang berhasil membuat ku layaknya orang gila
hari ini. Sosok yeoja yang memiliki kenangan indah yang sama dengan ku di
tempat ini.
Aku masih mematung. Kaki ku tak dapat aku
gerakan dengan
leluasa. Rasanya seperti terikat oleh sebuah jangkar besar yang siap menarik ku
kedalam laut yang amat dalam. Fikiran ku mulai kalut. Aku kembali merasakan
kegundahan yang amat dalam. Haruskah aku menemuinya? Ataukah aku hanya berdiam
ditempat ini memperhatikannya dari jarak yang bisa dikatakan tidak terlalu jauh
ini? Tetapi, ini merupakan kesempatan ku. Kapan kesempatan seperti ini datang dua kali. Aku tak
usah lagi pusing-pusing memikirkan tempat yang memungkinkan untuk kami bertemu.
āArgghhhhā¦.ā rutuk ku kesal.
Tanpa ku sadari, rutukan ku berhasil
membuat beberapa orang yang berada tak jauh dari ku menatap ku dengan tatapan
aneh mereka. Dapat diartikan bahwa tatapan mereka seperti mengatakan āorang gila, bagaimana bisa ia berteriak di tempat
umum seperti iniā. Karena merasa tak enak atas perbuatan ku, segera aku
merundukkan
badan meminta maaf. Setelah ku rasa cukup, aku mulai melangkahkan kaki ku
menghampri yeoja yang tadi sempat menjadi objek penglihatan ku untuk beberapa
saat. Baru saja aku akan melangkah maju, ku dapati yeoja itu tengah menatap
kearah ku. Tetapi, tatapannya tak dapat ku artikan. Beberapa saat kami bagaikan
patung satu sama lain. Aku hanya bisa terdiam menatapnya, begitu juga
dengannya. Hingga aku kembali terfokuskan dan akan melangkah menghampirinya.
Baru satu langkah kaki ku melangkah, ia telah pergi meninggalkan tempat ini.
Aku merasakan
kebingungan yang teramat. Hingga
aku tak dapat mengontrol diri ku, dan mulai mengejarnya.
Author POV
Yoochun mulai mempercepat langkah kakinya
mengimbangi Hyojoo. Terbesit difikirannya bahwa ia tak mungkin membiarkan
Hyojoo lari begitu saja. Banyak hal yang harus ia dengar langsung dari mulut
yeoja itu.
āHyojoo-ahā¦ā Teriak Yoochun saat langkahnya nyaris mengimbangi
jarak antara
ia dan Hyojoo.
Sayang, teriakannya tak mendapatkan respon dari sang pemilik
nama. Malah hal itu membuat Hyojoo semakin mempercepat larinya, dan membuat Yoochun
harus kembali menambah kecepatannya hingga nyaris membuat Yoochun kehilangan
nafas.
Tak terlalu lama bagi Yoochun untuk dapat
menyeimbangkan jarak diantara dirinya dengan sahabatnya itu. Hingga ketika
tangannya dapat meraih lengan Hyojoo dan membuat langkah mereka terhenti, dan
tentunya dengan nafas yang tak beraturan.
āchangkkaman.ā Ucapnya dengan nafas yang
tersenggal.
-o- Park -o-
ābagaimana kabar mu?ā Tanya Yoochun mengawali
pembicaraan diantara mereka.
āemā¦ baik. bagaimana dengan mu? oh iya, Gyuri? bagaimana keadaannya?ā
ākeadaan ku baik. dan mengenai
Gyuriā¦., kami telah berpisah.ā Jawabnya singkat tanpa menatap lawan bicaranya.
Kini Yoochun lebih memilih menatap lurus kedepan tanpa menghiraukan sosok
Hyojoo yang terlihat sangat terkejut setelah mendengar jawaban yang terlontar
dari mulutnya.
āberpisah? maksud muā¦..ā
āne, kami telah bercerai.
tepatnya seminggu yang lalu.ā Ucap Yochun tanpa membiarkan Hyojoo menyelesaikan
kalimatnya.
Mereka kembali terdiam. Tak ada satu pun dari mereka yang membuka mulutnya.
Hanya ada kesunyian yang menyertai keberadaan mereka. Dan sesekali, suara
hembusan angin yang meramaikan keberadaan mereka.
āehmā¦. Hyojoo-ah..ā Ucap Yoochun lagi untuk
kesekian kalinya mengawali pembicaraan.
ānde?ā
āehmā¦ mengenaiā¦ kepulangan mu.eemmm.... kenapa kau tak
memberitahu ku? kau malah memberitahu Jaejoong hyung.ā
āoh itu. eemm..ā¦ sebenarnya, aku tak memberitahu muā¦
karenaā¦ā¦.. karenaā¦.. akuā¦ tak mau.. merepotkan mu. terlebih kau sudah bersama
dengan Gyuri.ā Tutur Hyojoo dengan agak terbata-bata.
Suasana kembali menjadi hening. Entah sudah
berapa kali suasana hening menyergapi dua anak manusia itu. Namun nampaknya, mereka lebih menyukai
suasana seperti itu dibandingkan melakukan kontak antara satu dengan yang lainnya.
Terbukti dengan raut wajah mereka yang nampak terlihat lebih
releks dibandingkan saat mereka tengah berbincang.
Yoochun POV
Apa yang harus aku katakan padanya? Sejak tadi kami hanya
terdiam satu sama lain. Aish.. sungguh, ini sangat menyusahkan. Tak bisakah aku
kembali seperti dulu. Kembali menjadi Park Yoochun yang mudah bergaul dan tak
kehabisan kata-kata seperti ini. Huhā¦.. otak ku rasanya sudah ingin pecah. Otak
ku sudah tak sanggup lagi untuk merangkai kata-kata.
āHyojoo-ahā¦ā
Nde? Suara siapa itu? Kenapa disaat seperti
ini ada saja yang mengganggu. Tetapi tunggu, sepertinya aku pernah mendengar
suara itu. Tetapi dimana? Dan siapa peilik suara itu?
āHyojoo-ahā¦ā
āoh.. Hyunjoong-ahā¦ā
BUYA? Hyunjoong? Hyunjoong, teman satu
jurusannya?
ākau sudah sampai. oh iya, kau masih
ingatkan. ini
Yoochun sahabat ku. dan Yoochun, ini Hyunjoong, kau juga masih mengingatnya kan?ā Ucap Hyojoo sembari
memukul pelan pundak u.
ānde? ah ne, aku ingat. annyeongā¦ā
āne. annyeong Yoochun-ssi. sudah lama ya kita tak
berjumpa.ā
āne..ā Ucap ku singkat. Entah kalimat apa lagi yang harus
aku ucapkan kepadanya. Aku sudah
sangat bingung. Bagaimana bisa ia berada di tempat ini.
Setau ku, yang mengetahui tempat ini hanya aku dan Hyojoo. Yaā¦ walau aku tahu tempat ini
merupakan
tempat umum. Tetapi maksud ku, bagaimana ia bisa tahu tempat ini. Tempat yang
menjadi tempat favourite ku dan Hyojoo.
āYoochun-ah.. mianhae. kita lanjutkan
perbincangan kita lain kali ya, ehm.. ada hal yang harus aku dan Hyunjoong kerjakan. annyeongā¦ā
āannyeong Yoochun-ssiā¦ā
āne, annyeong..ā
Hyojoo POV
āhuhā¦ sungguh melelahkan.ā
Ku hempaskan tubuh letih ku keatas sofa.
Rasanya aku ingin melepaskan tulang ku untuk beberapa saat. Hari ini
benar-benar menghabiskan seluruh tenaga ku. Mulai dari berkutat dengan
computer, menemui beberapa client, dan bertemu denganā¦ā¦
ānamja itu.. tak ada yang berubah darinya.ā
Gumam ku dengan sebuah lengkungan kecil di bibir. Sungguh, aku sendiri tak
menyangka bahwa lengkungan ini akan menghiasi bibir ku.
Tunggu.. tungguā¦ kalau tak salah, tadi ia
mengatakan kalau ia telah berpisah dengan Gyuri. Apa maksudnya kalau ia telah
bercerai dengan Gyuri. Bagaimana bisa? Setahu ku ia sangat mencintai Gyuri, dan
sosok Gyuri adalah sosok yeoja idamannya.
āaishā¦ Hyojoo-ah. kau memang pabo. kenapa kau tadi langsung
pergi tanpa meminta penjelasan darinya. arghh.. pabo.. paboā¦.ā
Author POV
Hari terus berganti. Waktu terus berputar.
Mentari dan sang rembulan pun terus bergantian menerangi bumi dengan sinarnya. Seorang
namja yang tengah disibukkan dengan berbagai macam berkas pun, tak bosan-bosannya menghabiskan
waktunya hanya unuk berada di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai
macam map yang memang di peruntukkan untuknya. Namun fikirannya tak pernah ikut serta dengan fisiknya yang
tiada hentinya membuka lembaran berkas itu satu per satu. Fikirannya terus
terbang melayang tiada henti menjauh dari semua berkas yang seharusnya ia
pelajari
untuk meeting hari itu. Namun nihil, tak ada satu pun berkas yang ia pahami. Ia hanya
terus memikirkan sosok yeoja yang hingga kini belum bertemu dengannya sejak
pertemuan pertama mereka di taman.
tokā¦ tokā¦
tokā¦
āmasuk.ā Ucap namja itu saat sebuah ketukan
terdengar olehnya.
āmian sajangnim, sekarang waktunya anda rapat.ā
Ucap lembut seorang yeoja yeppeo yang tak lain adalah sekertarisnya.
āne. aku akan segera keluar.ā
------- ^,^ -------
Waktu terus berputar, tak terasa kini rapat
hampir berakhir. Tetapi tak ada satu pun dari hasil rapat yang mampu diolah
oleh otak sang namja. Walau ia terus memperhatikan beberapa bawahannya maju
untuk mempresentasikan beberapa rencana mereka, namun tatapan yang ia tunjukkan merupakan tatapan
kosong.
āsajangnimā¦ā Panggil seseorang saat namja itu akan melangkah
masuk kedalam ruagannya.
Mendengar bahwa ada seseorang yang
memanggilnya, ia pun langsung membalikkan tubuhnya menghadap kearah suara itu berasal.
ānde?ā
āsajangnim, bisakah kita bicara?ā
āne.ā
-o- Directoreās Room -o-
āwaeyo?ā
ānde?ā
āsudahlah, kau tak usah menutupinya lagi. disini sudah tak ada
orang. cepat
kau katakan.ā
āaku tak mengerti maksud kalian.ā
āapa perlu kami perjelas ha? baiklah kalau itu mau mu.
Yoochun-ah, ada apa dengan mu? kenapa kau tak berkonsentrasi dengan rapat kali ini? padahal
kau tahu kalau rapat kali ini merupakan rapat puncak untuk mencapai impian mu terhadap
perusahaan mu sendiri. tapi lihat, kau sama sekali tak terlihat seperti seorang Park Yoochun
yang biasanya.ā Tutur seorang namja berkulit putih susu dengan sangat jelasnya.
āituā¦ā¦.ā
āapa karena Hyojoo noona.ā Celetuk namja
lain yang tak lain adalah Changmin.
āehmā¦.. ituā¦ā¦..ā
ākau diam, berarti itu benar. wae? malhaebwa.ā
āehmā¦ ituā¦ā¦.ā
Yoochun kembali terdiam untuk beberapa
saat. Hingga akhirnya ia kembali membuka mulut nya untuk menjelaskan apa yang
sebenarnya tengah melanda fikiran nya.
ābegini sebenarnyaā¦ā¦ā¦ā¦.ā
Yoochun mulai menceritakan semuanya. Semua
yang ia rasakan, dan semua yang ia alami. Entah dari cara ia menuturkannya, ia seperti
merasakan ketakutan akan kehilangan sosok Hyojoo yang notabane nya merupakan
sahabatnya.
Keheningan pun pecah
karena sosok namja yang tiba-tiba saja mengeluarkan suara kegeliannya akan
cerita yang baru saja ia dengar. Dan tak hanya ia saja yang mengeluarkan suara
seperti itu, seluruh orang yang berada di ruangan itu pun ikut menyumbangkan
suara mereka menertawai tersangka utama yang membuat mereka tertawa dengan
gelinya.
āYA! kenapa kalian
tertawa?! apakah ini lucu, ha?ā Ketus sosok namja yang menjadi penyebab mengapa
empat orang namja lain yang berada di ruangannya mengeluarkan suara-suara
kegelian mereka.
āķķķ... habis kau lucu hyung.
kau ini seorang direktur perusahaan besar, tetapi kau tak mengetahui hal
sekecil ini? ckckck....ā
āChangmin-ah! bisakah kau
diam! aku tak butuh ocehan mu.ā
āya Yoochun-ah... kenapa
kau malah membentaknya. apa yang Changmin ucapkan benar...ā bela sosok namja
yang tengah mengenakan kacamata itu.
ābo?ā
āaish... anak ini. kau
memang seorang direktur perusahaan besar, tapi kau juga seorang direktur yang
buta akan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. apalagi jika perasaan itu
masuk kedalam kategori tersirat. kau bagaikan anak kecil yang tersesat diantara
kerumunan orang banyak.ā
Yoochun POV
ā kau tak rela ia bersama denagn namja lain,
berarti kau menyukainya!ā
āingat! hati tak akan pernah salah dan tak akan
pernah menjerumuskan mu ke dalam sesuatu hal yang tak baik!ā
āhyung, kalau kau tak menyadarinya sekarang kau
akan terlambat. dan semua akan menjadi sia-sia.itu kan yang hyung ajarkan pada
kuā
Argghhhh.... kenapa aku
terus memikirkannya? Kenapa ucapan mereka terus saja terngiang-ngiang? Aku
ingin terbebas dari semua ini!!
āARRGGGHHHHHHH.....................ā
To Be Continued ^^,
hi.... this is my first fanfiction with the main cast from member of TVXQ! so i hope readers like with this story.
by the way, today is Chanyeol oppa's birthday, let's we sing 'happy birthday' song for him *preparing myself and standing in front of readers*
saengil chukha hamnida saengil chukha hamnida saranghaneun Chanyeol oppa.... saengil chukhae hamnida........ *comeback to my position*
happy birthday Chanyeol oppa, we hope oppa still to be happy virus for us and always make us proud of you :)
em.. i don't think i can talk many in here, so before this is change to be crazy, i think i must go. but i still hope readers didn't feel dissapointed after read this story.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
by the way, today is Chanyeol oppa's birthday, let's we sing 'happy birthday' song for him *preparing myself and standing in front of readers*
saengil chukha hamnida saengil chukha hamnida saranghaneun Chanyeol oppa.... saengil chukhae hamnida........ *comeback to my position*
happy birthday Chanyeol oppa, we hope oppa still to be happy virus for us and always make us proud of you :)
em.. i don't think i can talk many in here, so before this is change to be crazy, i think i must go. but i still hope readers didn't feel dissapointed after read this story.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment