Heartless chapter 3








“Donghae oppa.....” suara yeoja itu membuat seluruh mata langsung beralih kearahnya. Sosoknya berhasil membuat raut  bingung terpampang jelas pada wajah Eunhyuk, Leeteuk, Shindong, dan Tiffany. Yeoja itu sangat menarik perhatiann mereka, karena tiba-tiba saja ia datang dan langsung merangkul lengan Donghae. Namja yang notabane nya merupakan suami dari Yoona.


“Je... Jessi.. ca....”

“annyeonghasaeyo Eunhyuk oppa...”

“em.. sepertinya kami harus menemui beberapa client. kami permisi dulu. annyeong...” dengan segera Yoona menarik dirinya dan juga Tiffany dari kerumunan itu. Ia tak ingin semua ini berlanjut semakin lebih parah. Lebih baik hanya Tiffany saja yang akan menanyakan kejelasan semuanya pada dirinya.



“Yoong... changkkaman.”

“wae?”

“jangan berpura-pura lupa. sebenarnya apa yang terjadi? siapa yeoja itu? kenapa kau membiarkannya menggandeng Donghae oppa?” Tiffany mulai menanyakan semuanya yang sedari tadi terus bermain-main dibenaknya. Ia tak habis fikir dengan sikap sahabatnya itu. Ia bingung bagaimana bisa sahabatnya membiarkan namja yang merupakan suaminya digandeng dengan mesra oleh yeoja lain.

“kenapa kau diam? cepat jawab pertanyaan ku!!”

“em.. itu......”


“Yoong....” panggil seorang namja yang berhasil menyelamatkan Yoona dari pertanyaan yang Yoona sendiri bingung dengan jawaban yang akan ia berikan.

“Yoochun oppa? kenapa oppa ada disini? bukankah....”

“aku yang memberitahunya Yoong.”

“mwo? kau Fany-ah?” Yoona terlihat bingung dengan pengakuan sahabatnya itu. Baru saja sahabatnya itu mengintrogasinya dengan berbagai macam pertanyaan yang Yoona sendiri tak tahu harus menjawab apa.

“ne. aku memeberitahu Yoochun oppa karena ia juga mengambil andil dalam acara ini sebelumnya kan..”

“ne.. oh iya Yoong, ayo ikut aku...”

“tapi oppa, Tiffany...” Yoona sedikit ragu dengan ajakan Yoochun.

“sudah tak apa Yoong, kau pergilah dengan Yoochun oppa. toh Siwon oppa telah menunggu ku.”

“baiklah... ayo oppa. aku pergi dulu Fany-ah....”


************


“oppa, kenapa kau membawa ku kemari?” kesal Yoona. Ia bingung kenapa Yoochun membawanya kembali ke apartment nya.

“tenang Yoong, oppa tak akan menyuruh mu untuk kembali.” Yoochun mencoba menenangkan Yoona. Ia tahu bahwa kini emosi yeoja itu tengah tak stabil.

“lalu, kenapa oppa malah membawa ku kesini?”

“kau tak mungkinkan terus-terusan menggunakan pakaian yang ku beli waktu itu.. apa kata-kata client mu nanti, seorang designer muda nan sukses memakai pakaian yang sama secara terus-menerus. kau tak malu?”

Yoona hanya dapat menggelengkan kepalanya. Ia tak berfikiran sampai situ. Dan yang dikatakan Yoochun benar adanya, sudah nyaris tiga kali ia memakai pakaian yang sama dalam kurun waktu seminggu ini.

“nah, kalau begitu lebih baik kau masuk dan kemasi barang-barang mu. oppa akan menunggu mu.”

“tapi oppa, bagaimana kalau.....”

“tenang saja, oppa tak akan membiarkannya kembali menyakiti mu. arraseo?”

“hem....” Yoona menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya ia beranjak meninggalkan Yoochun.


************


Yoona menghentikan langkahnya saat ia telah berdiri tepat didepan pintu apartment nya. Ia terlihat gugup. Tangannya pun terlihat bergetar ketika ia akan memasukkan beberapa angka yang menjadi password apartmentnya. Sebelum ia benar-benar membuka pintunya, terlebih dulu ia menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali menghembuskannya. Berkali-kali ia melakukan hal itu hingga ia mulai membuka pintu itu dan melangkah masuk kedalam.

Ia mulai mengedarkan kedua matanya. Berharap ia tak menemukan sosok namja itu disini. Dan sepertinya Yoona mulai sedikit merasakan kelegaan, karena sejauh ia melangkah ia belum melihat atau bahkan bertemu dengan sosok namja itu. Dengan cepat ia melangkah menuju sebuah ruangan yang merupakan kamarnya dengan namja itu. Perlahan ia menekan gagang pintu tersebut dan membukanya. Jantungnya kembali berdetak kencang saat matanya menangkap sosok namja itu tengah berada diruangan yang hendak ia masuki. Nafasnya terasa tercekak seketika itu juga.

“Yoona.”

Yoona hanya diam. Ia tak menjawab atau bahkan melihat kearahnya. Ia malah melangkah menuju lemarinya dan meraih kopernya yang tersimpan didalamnya. Tanpa menggubris sosok namja yang terus memperhatikannya, Yoona mulai memasukkan pakaiannya  kedalam koper. Semua, tak ada satu pun yang ia tinggalkan disana. Make up dan seluruh design nya pun juga ikut ia masukan kedalam kopernya.

“kau mau kemana?” tanya Donghae yang tetap tak mendapatkan jawaban apa pun dari Yoona. Ia malah terus memasukkan seluruh barang-barangnya kedalam kopernya.

“jawab aku! kau mau kemana?” Donghae mulai naik darah. Suaranya mulai meninggi, membuat Yoona langsung menghentikan aktivitasnya.

“bukan urusan mu!” singkat dan tentunnya semakin membuat Donghae terbakar oleh amarahnya. Ia menarik lengan Yoona dan membalikkannya agar menghadapnya.

“lepaskan aku.”

“tidak. aku tidak akan melepaskan mu untuk kedua kalinya.”

“apa hak mu melarang ku? siapa kau?!” Yoona mulai meninggikan suaranya. Emosinya pun sudah benar-benar membuatnya teperdaya.

“AKU SUAMI MU!”

“cih.. persetan dengan itu semua. suami kata mu? adakah seorang suami yang membawa yeoja lain kedalam rumah mereka? adakah seorang suami yang bertemu secara diam-diam dengan yeoja lain? adakah seorang suami yang dengan tega memperlakukan istrinya dengan kasar? HA?”

Yoona mulai terbawa oleh emosinya. Sedikit demi sedikit air matanya kembali mengalir membasahi pipinnya. Tapi sayangnya, hal tersebut tak membuat Donghae luluh. Ia malah menatap Yoona dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan.

“oppa, apa yang terjadi?” panggil seorang yeoja yang langsung membuka pintu tersebut. Yeoja yang selalu dilihat oleh Yoona tengah bersama Donghae.

“kau tidak boleh keluar dari kamar ini!” ucap Donghae yang langsung melepaskan genggamannya dan beralih meraih kunci yang tergantung dipintu. Yoona yang menyadari hal tersebut, segera menahan pintu tersebut sebelum pintu itu benar-benar tertutup. Namun usahanya sangat sia-sia, kekuatan yang ia miliki tak sebanding dengan kekuatan Donghae. Dalam sekejap pintu itu tertutup dan telah terkunci dari luar.

“jangan kunci pintu ini.” teriak Yoona dari dalam. Ia terus mengetuk-ngetuk pintu itu.

“buka! aku ingin keluar!” pekiknya lagi dengan suara yang semakin berat.

“Donghae-ah buka pintunya!!”

“aku tak akan membukakannya.” balas Donghae dari luar kamar.

Yoona hanya dapat menangis. Kini tubuhnya pun telah jatuh terduduk di lantai. Air matanya pun semakin deras membasahi kedua pipinya.

“oppa... keluarkan aku. aku tak mau berada disini...” geramnya dalam tangis. Ia terus menangis tanpa henti. Sampai terdengar suara seorang namja yanng sangat ia harapkan kehadirannya.


“Yoona-ah.....”

“ya. siapa yang mengizinkan kau masuk?!”

“Yoong... dimana kau?”


“oppa... aku didalam. tolong keluarkan aku...” ia berteriak dengan suaranya yang berat. Ia terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya memberikan kode akan keberadaanya yang terkunci didalam.


“cepat berikan kuncinya!!”

“siapa kau? beraninya kau menyuruh....”


   Buukkk....


Sebuah pukulan keras berhasil mendarat dengan sempurna di wajah Donghae. Menyadari lawannya telah terhempas lebih dulu, Yoochun pun tanpa segan-segan melayangkan kembali pukulannya hingga nyaris membuat seluruh wajah Donghae penuh dengan darah.

“apa yang kau lakukan? kenapa kau memukulnya?!” seorang yeoja yang sedari tadi terus diam terpaku melihat perkelahian antara Donghae dan Yoochun akhirnya membuka mulutnya dan mencoba untuk menghentikan perkelahian itu.

“cih.. jangan ikut campur! seharusnya kau malu. bagaimana bisa ada seorang yeoja yang tinggal di rumah seorang namja yang telah memiliki seorag istri?!”

“dan kau! aku sudah memberikan peringatan kepada mu sebelumnya agar kau jangan menyakitinya lagi. tapi kau tetap menyakitinya! dan pukulan yang kau terima adalah peringatan terakhir untuk mu!!”

Dengan sangat terpaksanya, ia menghentikan pukulannya dan beralih meraih kunci yang ternyata diletakkan diatas meja. Dengan cepat ia membuka pintu kamar tersebut dan menarik lengan Yoona keluar dari tempat yang ia anggap neraka itu.


************


Yoochun menarik tubuh mungil Yoona kedalam pelukannya. Ia mencoba menenangkan Yoona yang sejak tadi terus saja menangis.

“tenanglah.. kau telah aman sekarang. oppa tak akan pernah membiarkan namja itu memperlakukan mu dengan buruk lagi.”



Yoona POV

Kebiasaan ku di pagi hari adalah menyilangkan satu demi satu angka yang ada di kalender. Setiap pagi aku selalu melakukannya, dan kini kali kesepuluhnya aku menyilangkan angka tersebut. Dan berarti sudah sepuluh hari setelah kepergian Yoochun oppa ke LA, dan sudah sepuluh hari pula aku tak tinggal di apartment ku. Tapi sepertinya sudah lebih dari sepuluh hari aku tinggal dia apartment Yoochun oppa. Mulai dari malam saat pertama kali ku dapati yeoja itu tengah berada di rumah ku, berarti nyaris satu bulan aku berada di apartment ini. Huh.... semoga eomma tak mengetahuinya. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan padanya jika ia sampai mengetahui hal ini.


      Naesarang ije-neun annyeong you’re the only one (you’re the only one)
      Ibyeorhaneun isunkanedo you’re the only one
      Apeu-go apeujiman pabo katjiman go-od bye
      Tashi neol mot bonda haedo you’re the only one
      Only one


Tiffany? Kenapa pagi-pagi ia menghubungiku? Aneh sekali anak ini...


“yeoboseyo.....”
“..........”
“em... wae?”
“..........”
“ANDWAE!!!!!”
“..........”
“em.. aku... aku... aku sudah mau berangkat. kau tunggu saja disana. aku akan menjemput mu.”
“..........”
“ya.. ya... mobil ku sudah kembali. tapi aku tak akan meminjamkannya lagi pada mu.”
“..........”
“ya.. ya.. terserah apa kata mu.”


   Tut... tut... tut......


Tanpa membiarkannya semakin banyak bicara, dengan cepat ku tekan tombol merah yang tertera dilayar. Dan segera ku raih tas serta kunci mobil yang berada diatas meja.


************


“kami sangat menyukai design mu Nona Im.”

“oh gamsahamnida... jadi kalian akan menggunakan gaun ini dalam pesta pernikahan kalian?”

Kini mungkin wajah ku terlihat seperti orang yang ambisius. Tentu saja, aku mengakuinya. Bagaimana tidak wajah ku tak terlihat seperti itu, sepasang kekasih yang akan menikah ini bukanlah orang biasa. Secara tak langsung mereka merupakan bagian dari pemerintahan. Sang yeoja merupakan putri presiden, sedangkan calon suaminya merupakan putra seorang menteri pertahanan. Aku benar-benar mengharapkan bahwa mereka akan memakai design ku. Ini merupakan salan satu impian ku, mendesign untuk orang penting di negeri ini.

“em... geure. kami sangat menyukai design mu Nona Im, mana mungkin kami tak mengambilnya..”

OMONA!? Apa yang baru ku dengar? Mereka.... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

“saya merasa tersanjung karena saya dapat berpartisipasi dalam pernikahan kalian.”

“kami juga merasa senang dengan kerja anda Nona Im. sepertinya kami harus pergi terlebih dahulu, kalau begitu sampai bertemu lusa...”

“ne.. gamsahamnida....” aku membungkukkan badan ku, begitu juga dengan Tiffany yang sedari tadi berada disamping ku.



Author POV

Senyuman manis terus saja tepasang diwajahnya. Sepanjang jalan yang ia lalui, senyuman itu terus saja menempel pada bibir mungilnya. Seorang yeoja yang duduk disampingnya hanya dapat tersenyum dengan disertai gelengan kepala, menunjukkan bahwa kini kelakuan temannya itu sangatlah aneh.

“ya. bisakah kau tak tersenyum seperti itu. senyum mu itu sangat menjijikan.”

“huh.... akhirnya, impian ku dapat ku wujudkan. seminggu lagi.. aaaaa Fany-ah....”

“ya. ya. ya. hentikan. aku tak mau mati muda..........” erang yeoja bernama Tiffany itu. Ia benar-benar merasa kesal. Bagaimana tidak, disaat sedang menyetir seperti ini Yoona masih saja menyempatkan diri untuk memegangi tangannya.

“arraseo.. arraseo nyonya Choi. hehehe aku benar-benar senang.................”



:’) Baeghab Boutique (‘:


Yoona beru saja memarkirkan mobilnya, ketika suara nyaring ponselnya terdengar oleh dirinya dan tentu saja Tiffany.


      Naesarang ije-neun annyeong you’re the only one (you’re the only one)
      Ibyeorhaneun isunkanedo you’re the only one
      Apeu-go apeujiman pabo katjiman go-od bye
      Tashi neol mot bonda haedo you’re the only one
      Only one


“kau masuk saja dulu...”

“baiklah Nona Im......” Tiffany turun lebih dulu meninggalkan Yoona sendiri dengan dering ponselnya.

Yoona terdiam. Ia hanya melihat layar ponselnya tanpa menggerakan jarinya menekan tombol berwarna hijau. Ia terus terdiam dengan raut wajah yang sangat berbeda dengan yang tadi. Tangannya pun terlihat bergetar. Ia mulai menggigit bibir bawahnya, memperlihatkan ketegangan yang kini sedang ia rasakan. Dengan tangannya yang bergetar, ia mengangkat sambungan telephone yang ia terima.


“yeo..bo..se..yo....” sapanya dengan gugup.
“eoddiseo?” terdengar suara seorang namja dari seberang sana. Suaranya yang keras semakin membuat Yoona terlihat gugup, dan takut.
“a..aku.....” belum sempat Yoona menyelesaikan perkataannya, lawan bicaranya itu telah lebih dulu memotongnya.
“sudahlah, aku minta kau pulang sekarang!”
“untuk apa? apakah untuk melihat mu bersama dengan yeoja bernama Jessica itu? Ha?!”
Emosinya mulai membakar akal sehatnya. Terlihat sekali bahwa kini ia benar-benar sedang marah. Suaranya yang awalnya pelan dan terdengar gugup pun kini berubah menjadi keras.
“ini tak ada hubungannya dengan Jessica.”
“lalu apa? apakah kau ingin menyiksa ku lagi?”
“eomma mu dan eomma ku akan menginap hari ini. satu jam lagi mereka akan sampai di rumah.”
“eomma? tsk... pasti ini hanya rencana mu untuk menyiksa ku lagi. untuk apa eomma menginap di rumah?”
Suaranya yang sinis, menunjukkan bahwa ia tak mempercayai apa yang lawan bicaranya katakan.
“terserah kau mau percaya atau tidak, yang pasti aku telah memberitahu mu. jika kau ingin eomma ku dan tentu saja eomma mu sedih karena hal ini, kau boleh tak pulang. itu terserah pada mu. aku tak memaksa mu.”


   Tut... tut... tut......


Lawan bicaranya mengakhiri pembicaraan mereka tanpa membiarkan Yoona mengeluarkan sepatah kata pun. Suaranya yang dingin nyaris tak berekspresi, membuat siapa pun yang mendengarnya menganggap bahwa apa yang ia katakan benar adanya. Begitu pula dengan Yoona. Wajahnya yang terlihat takut, menunjukan bahwa ia masih terus memikirkan apa yang diucapkan oleh orang itu.

“apakah yang ia katakan benar? atau ia hanya ingin menjebak ku? huuhh... apa yang harus aku lakukan sekarang?”


************


Mentari senja telah benar-benar tak terlihat lagi. Semirik angin yang berhembus pun semakin lama semakin kencang. Jalan-jalan mulai terlihat sepi, sedikit orang yang berlalu lalang disana. Cuaca yang sedikit berkabut semakin menambah suasana malam itu menjadi sedikit mencekam.


Dua orang wanita paruh baya yang baru saja sampai, segera beristirahat di sofa sembari menunggu seorang namja keluar dari salah satu kamar di rumah itu. Wanita itu tak henti-hentinya memperhatikan sekeliling rumah dimana ia akan menginap untuk beberapa hari.

“tak ada yang berubah? masih sama seperti saat kita menatanya. apakah mereka tak merapihkannya?”

“Donghae-ah.....” salah seorang wanita paruh baya itu memanggil seorang namja yang baru saja menutup pintu kamar yang akan digunakan dua orang wanita itu untuk beristirahat.

“nde?”

“dimana istri mu?” wanita itu seperti mengetahui apa yang sedang terjadi. Matanya megisyaratkan bahwa ia meminta penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan rumah tangga anaknya itu.

“em... Yoona......”


“aku pulang....” suaranya membuyarkan beribu-ribu pertanyaan yang berada dibenak dua orang wanita itu. Mereka benar-benar seperti tersihir begitu saja ketika didapati bahwa yeoja yang telah menikah dengan Donghae itu telah sampai di rumah. Rasa curiga yang bercampur dengan rasa khawatir  pun sirnah begitu saja ketika mereka melihat senyum manis dari yeoja itu.

“eomma... eommonim.... kapan kalian sampai?”

“kami baru saja sampai. kau dari mana Yoong?”

“em.. aku....”

“kau dari boutique mu kan...” seorang namja yang tak lain adalah Donghae itu berjalan menghampiri Yoona. Ia memasang sebuah lengkungan manis yang sebelumnya tak pernah Yoona lihat.

“ah.. ne. aku baru kembali dari boutique.”

“oh jinjja? sepertinya kau semakin sibuk Yoong. eommonim dengar kau akan menangani pernikahan putri presiden..”

“ne eommonim, doakan Yoona supaya semuanya bisa berjalan dengan lancar.”

“geure.. kami selalu mendoakan yang terbaik untuk mu dan Donghae.”

“eomma.. eommonim... lebih baik istirahat saja dulu. kami telah mempersiapkannya.”

“ne gomawo Hae-ah....”

Donghae mengantar dua orang wanita itu menuju kamar yang telah ia persiapkan. Ia mempersilahkan eomma nya dan eomma Yoona untuk beristirahat, karena hari yang telah malam. Tanpa mengindahkan sosok Donghae yang masih bersama dengan orang tua mereka, Yoona berjalan menuju kamarnya dan juga kamar Donghae. Kamar yang akan ia tempati berdua dengan Donghae selama eomma mereka menginap.



Yoona baru saja menutup pintu kamar mandi, dan matanya langsung mengunci keberadaan sosok Donghae di kamar itu. Sosok yang tengah berdiri memperhatikannya dengan tatapan yang selama ini selalu membuat Yoona merasa takut. Yoona mencoba untuk tenang, ia terus melangkahkan kakinya mencoba untuk tak menggubris keberadaan Donghae yang terus memperhatikannya.

Donghae yang sedari tadi terus memperhatikan Yoona, kini berjalan mendekati Yoona yang tengah berdiri memunggunginya. Yoona tak menyadarinya, karena ia nampak tengah menghilangkan rasa ketakutannya, dengan terus menghembuskan nafasnya tanpa memalingkan pandangannya dari bangunan-bangunan tinggi yang ia lihat dari kamarnya. Donghae terus berjalan, hingga ia tepat berdiri dibelakang tubuh yeoja yang empat bulan ini telah resmi menjadi istrinya itu.

Donghae merangkulkan tangannya pada pinggang yeoja nya itu. Entah apa yang ada difikirannya kali ini, ia benar-benar berperilaku seperti sebelumnya tak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Yoona. Yoona yang merasakan pelukan itu segera membalikkan tubuhnya. Ia mendapati bahwa benar Donghae lah yang melakukannya. Dengan cepat ia mendorong tubuh Donghae agar melepaskan pelukannya dan menajauh darinya. Tubuhnya yang mungil dan berbeda sekali dengan tubuh kekar Donghae membuat usahanya untuk terlepas dari Donghae pun hanya sia-sia. Donghae masih leluasa menguasai tubuhnya.

“lepaskan!” ujarnya dengan suaranya yang sedikit berbisik namun terdengar sangat tegas.

“wae? bukankah aku adalah suami mu..”

“cih... suami? aku tak peduli kau suami ku atau bukan, yang penting lepaskan aku!!”
Yoona menatap Donghae dengan tatapan yang penuh dengan amarah. Dari tatapan matanya pun mengisyaratkan bahwa ia sangat meminta Donghae untuk melepaskan pelukannya.

“aku tak mau. sudah ku bilangkan pada mu, kalau aku tak akan pernah melepaskan mu lagi!”

Donghae menarik tubuh Yoona mengikuti langkahnya. Ia menarik Yoona mendekati ranjang mereka. Donghae kembali mengeratkan pelukannya. Kini ia benar-benar terlihat seperti seseorang yang sangat tak mau kehilangan kesempatan yang ada didepan matanya.

“lepaskan..” Yoona kembali membuka suaranya. Suaranya yang mulai terdengar berat dan bergetar. Ia pun dengan sekuat tenaganya mencoba melepaskan diri dari Donghae yang kini mencoba untuk menciumnya.

“kau adalah milik ku!”

Donghae kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona. Memiringkan wajahnya agar dengan sempurna bibirnya menyentuh bibir Yoona. Ia mulai melumuti bibir mungil Yoona. Melumuti dengan nafsu yang berbeda saat pertama kali ia melakukannya. Ciuman yang dalam walau hanya sepihak yang merasakan ciuman itu. Namun, secara tiba-tiba Donghae melepaskan ciumannya. Ia menyadari bahwa yeoja yang berdiri tepat dihadapannya kini tengah menangis dengan tubuh yang bergetar.

 “waeyo? kenapa kau menangis?”
Donghae mengangkat wajah Yoona agar menatap matanya. Ia menatap lekat-lekat mata Yoona, yeoja yang ia anggap sebagai miliknya.

“jawab aku. kenapa kau menangis?”
Yoona hanya diam. Membisu dalam tangisnya.

Donghae berjalan mendekati jendela kamarnya. Membiarkan Yoona yang masih diam menangis. Kesunyian... hanya kata itulah yang dapat menggambarkan keadaan kamar mereka. Dan kebisuan... adalah kata yang pantas menggambarkan keadaan antara Donghae dan Yoona. Mereka berdiam diri satu dengan yang lainnya. Terlarut dalam fikiran mereka masing-masing.

“kau mau tahu alasan ku menyetujui perjodohan ini?” Donghae membuka suaranya. Membalikkan tubuhnya agar ia dapat melihat yeoja yang masih menangis karenanya. Sementara Yoona, ia masih tetap diam dalam tangisnya.

“ini semua karena Yoochun, Park Yoochun.” mendengar nama namja yang selama ini selalu mengisi hari-harinya, membuat Yoona langsung mengangkat kepalanya dan menatap Donghae. Menatap dengan tatapan yang meminta penjelasan yang jelas atas apa yang Donghae katakan.

“enam tahun yang lalu.. ya, ketika itu kami merupakan teman baik. namun itu semua tak lagi ketika ia merebut seseorang yang ku cintai begitu saja. Choi Sooyoung, seorang yeoja yang sangat aku sayangi pada saat itu. dan karena namja itu, Sooyoung mengakhiri hubungan kami begitu saja. mungkin kau akan menganggap ini tak adil untuk mu. kau pasti menganggap kenapa diri mu yang harus merasakan hal sekejam ini. tapi inilah yang ada difikiran ku, ketika aku tahu kalau yeoja yang dijodohkan dengan ku merupakan yeoja miliknya....”



   >>>>>>>>>> Six month later <<<<<<<<<<


      Naesarang ije-neun annyeong you’re the only one (you’re the only one)
      Ibyeorhaneun isunkanedo you’re the only one
      Apeu-go apeujiman pabo katjiman go-od bye
      Tashi neol mot bonda haedo you’re the only one
      Only one


“yeoboseyo.. oppa..”
“..........”
“gwaenchanayo. oppa sudah kembali? kenapa tak memberitahu ku?”
“..........”
“mianhae....”
“..........”
“em. aku juga ingin bertemu dengan mu oppa.”
“..........”
“ehm.. arraseo. sampai bertemu nanti oppa.”



Yoona POV

Segera ku buka pintu cafe ini. Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya. Ya... Yoochun oppa. Ia  telah kembali kemarin. Dan nyaris satu  tahun kami tak bertemu, walau begitu ia tetap memenuhi janjinya dan tetap menghubungi ku. Aku melangkahkan kaki ku mendekati sebuah meja yang berada didekat jendela. Disana telah duduk seorang namja yang sangat ku rindukan.

“oppa.....” aku berlari kearahnya, dan langsung memeluknya. Itulah yang selalu aku lakukan ketika aku dan dia bertemu.

“apakah oppa sudah lama? mian.. tadi aku harus bertemu dengan client.”

“arraseo. oppa tahu sekarang kau telah mejadi designer terkenal. chukhae Yoong....”

“ne oppa, cheonmanaeyo...”

“oh iya, oppa telah pesankan minuman kesukaan mu. sepertinya sebentar lagi akan datang..”

“gomawoyo oppa...”



“Yoong.....”
Ia menatap ku. Menatap dengan tatapan yang aku sendiri tak tahu apa artinya.

“nde? wae oppa?”

“em.. ada yang ingin oppa katakan pada mu. sebenarnya oppa.......”


“silahkan tuan.. nona..... maaf telah menunggu.”

“ah ne.. gamsahamnida....”
Aku kembali memfokuskan mata ku pada Yoochun oppa.
“oppa... tadi kau ingin bilang apa?”

“ah itu... em.. kau tinggal dimana? kenapa kau tak ada di rumah? semua barang mu pun juga tak ada.”


   Deg...


Rasanya ada sesuatu yang menghantam jantung ku dengan sangat kencangnya. Pertanyaannya, sungguh membuat ku harus berfikir. Berfikir dengan sangat keras melebihi saat aku harus menjawab soal-soal ujian masuk universitas.

“em..... sebenarnya oppa. ada yang ingin aku katakan pada mu.”

“em... aku.......”

“kau telah kembali kan?”

Datar... itulah  yang aku rasakan ketika oppa mengatakannya. Wae? Kenapa aku merasa aneh ketika oppa mengatakan hal itu? Ia juga tak marah. Arghh... Yoona, perasaan macam apa ini. Bukankah baik kalau Yoochun oppa tak marah pada mu.

“mianhae oppa....aku pergi tanpa mengatakannya terlebih dulu pada mu. aku.....”

“ya. kenapa kau harus meminta maaf pada ku Yoong. sudah saatnya dan seharusnya kau kembali. kau sudah menjadi istrinya. dan lagi........”

Ia menghentikan kalimatnya. Dan kenapa rasanya ada sesuatu yang sangat menggantung dari ucapannya. Perasaan macam apa ini? Kenapa aku merasakan perasaan yang aneh ini?

“oppa... wae?”

Ia diam. Diam tak menatap ku, dan...... tunggu, sepertinya ada sesuatu yang oppa ingin tunjukkan pada ku. Apa? Kenapa oppa terlihat enggan menunjukannya pada ku.

Aku terus menatapnya. Tanpa berniat sedikit pun memalingkan pandangan ku menatap kearah yang lain. Menunggu sesuatu  yang akan ia tunjukkan pada ku. Sesuatu yang ia simpan di balik jasnya. Tunggu... apakah itu kertas? Tapi..... kertas macam apa yang memilki tebal seperti itu? Lalu benda apa yang kini ia genggam?

“igeo......” ia meletakkan benda itu tepat didepan ku. Sebuah benda yang benar-benar membuat ku terkejut.

“ini......” segera aku meraihnya. Dan mata ku terasa perih sekali ketika ku dapati nama Yoochun oppa berada disini, bersanding dengan nama Kim Taeyeon. Nama yang terdengar seperti nama seorang yeoja. Tunggu bukan terdengar tetapi memang nama itu nama seorang yeoja.

Aku menatap matanya dalam, meminta penjelasannya. Sebenarnya apa maksudnya?

“sama hal nya dengan mu Yoong... itu juga terjadi pada ku. mereka merencanakan semua ini, dan mengatur pertemuan kami saat aku berada di LA.”

“mwo? maksud oppa?”

“ne, aku akan segera menikah dengan seorang yeoja yang telah dijodohkan dengan ku. ya.. Kim Taeyeon. yeoja itulah yang akan menjadi istri ku.”

Aku meraih tangannya. Menggenggam tangannya erat, berharap dengan ini aku sedikit membantunya. Walau ku tahu apa yang aku lakukan tak begitu membantunya.

“Yoong... apakah aku harus melakukannya?” ia menatap ku. Menatap dengan tatapan yang membuat mata ku semakin merasakan perih. Pertanyaan yang ia ajukan pun begitu membingungkan ku. Aku hanya bisa diam menatapnya. Menatap matanya, mencari jawaban yang sebenarnya ia ingin dengar dari ku.

“kau ingin mendengar jawaban ku kan? jawaban ku hanyalah satu, kau harus melakukannya oppa. jika kau melakukannya, ini adil untuk mu dan juga untuk ku. aku yang terlebih dulu meninggalkan mu, dan kini giliran mu...” aku menggantungkan ucapan ku. Beralih menatapnya yang kini tengah menatap ku. Tatapannya yang selama ini selalu menyejukkan ku pun masih dapat ku rasakan.

“oppa pasti mengira kalau aku mengatakan hal ini karena aku sudah tak menyayangi mu kan? tapi bukan itu alasan ku mengatakannya. aku mengatakannya demi kebaikan mu oppa. aku tak mau semakin membuat mu merasa sakit hati dengan pernikahan ku. jika kau menikah  dengan yeoja itu, mungkin perlahan namun pasti sakit hati mu karena ku akan memudar.  dan kau tak akan hidup sendiri lagi, akan ada orang yang akan berada disamping mu, menemani mu selamanya.” tutur ku dengan ucapan yang selembut mungkin. Berharap ia tak akan salah paham dengan ku.

“kau mungkin benar. mungkin dengan ini aku dapat benar-benar merelakan mu. aku merasa senang, karena hingga detik ini kau masih yeoja ku. yeoja yang sangat aku sayangi. mungkin tak ada yeoja lain yang sebanding dengan mu. tapi.. aku akan mencoba untuk membuka hati ku untuk yeoja selain diri mu. tetapi... aku sedikit menyesal..”

“menyesal?”

“ne.. kenapa dulu aku tak langsung melamar mu sebelum berita perjodohan mu kau ketahui...”  ungkapnya dengan senyum yang baru aku lihat lagi setelah berita perjodohan ku. Senyum tulus yang selalu ia tunjukkan pada ku. Dan mungkin senyum itu adalah senyum terakhirnya yang akan aku lihat.



Author POV

Sebuah ferrari putih baru saja menepi tepat didepan sebuah boutique yang sangat tak asing lagi baginya. Sang supir tak lantas turun dari mobilnya, ia masih setia berada didalam dan memperhatikan boutique itu dari dalam mobil mewahnya. Ia edarkan matanya yang tajam mencari seseorang yang ia tunggu. Baru saja ia akan menghubungi orang tersebut, matanya pun telah menangkap sosok itu yang tengah berjalan keluar dari boutique.

“Yoong......” panggilnya dari dalam mobil. Ia sama sekali tak berniat untuk turun dari mobilnya, ia hanya membuka kaca jendelanya dan memanggil sosok orang yang ia panggil Yoong itu.

Seorang yeoja yang mengenakan dress berwarna hijau dengan rambut panjangnya yang terurai, berjalan menghampiri sebuah mobil mewah yang terparkir tepat didepan boutique nya.

“apakah oppa sudah lama?” tanya sang yeoja saat ia telah berada didalam mobil tersebut.

“annie, aku baru saja sampai. oh iya, aku ingin mengajak mu kesuatu tempat..”

“mwo? tempat apa?”

“rahasia. yang penting kau harus menggunakan penutup mata ini dulu...” dengan cepat namja itu menutup kedua mata yeoja yang ia panggil Yoong itu dengan sehelai kain yang telah ia persiapkan.

“oppa... kenapa aku harus mengenakan ini?” protesnya saat namja itu telah menutup kedua matanya hingga membuat ia tak dapat melihat apa pun.

“sudahlah, kau diam dan ikut saja. arraseo?”
Namja itu dengan cepat mengendarai mobilnya menembus jalanan ibu kota yang selalu dipadati oleh mobil-mobil yang berlalu-lalang.


************


“sudah sampai.... kau tunggu sebentar, oppa akan membukakan pintu untuk mu dulu...”
Namja itu segera keluar dari mobilnya. Ia sedikit berlari mengitari mobilnya untuk mencapai salah satu pintu.

“aish... sebenarnya dia membawa ku kemana?”

“ayo...” namja itu mengulurkan tangannya, meraih tangan yeoja itu dan menuntunnya hingga sampai pada sebuah tempat yang sengaja ia persiapkan.



“nah, sudah sampai. oppa akan berhitung satu sampai tiga baru kau boleh membuka mata mu. arraseo?”

“arra...”

“hana..... dul..... set.....” namja itu membukakan kain yang menutupi mata yeoja tersebut.

“kau suka Yoong?” yah... yeoja itu tak lain dan tak bukan adalah Im Yoon Ah. Seorang designer muda nan sukses.

“oppa...... aku sangat suka. neomu yeoppta..” ucap Yoona girang. Ia tak menyangka bahwa namja tersebut akan mengajaknya ke tempat secantik itu. Tempat yang dipenuhi oleh berbagai bunga, dan juga banyak ilalang-ilalang yang tumbuh yang semakin mempercantik tempat tersebut.

“aku sengaja mengajak mu kesini, karena aku ingin meminta maaf pada mu. aku selalu menyakiti mu, aku egois pada saat itu. aku hanya memikirkan diri ku sendiri, aku tak berfikir bagaimana diri mu. mianhae.... jinjja mianhae.....” namja itu tertunduk. Ketara sekali pada wajahnya bahwa ia sangat merasa menyesal atas apa yang telah ia perbuat.

“annio.. oppa. aku juga bersalah pada mu. aku tak tahu kalau waktu itu kau bertemu dengan Yoochun oppa. dan aku juga tak tahu apa yang telah Yoochun oppa lakukan pada mu..”

“mwo? kau mengetahuinya?” namja itu terlihat terkejut. Ia tak menyangka bahwa kejadian yang sengaja ia rahasiakan telah diketahui oleh Yoona.

“ne. tadi aku bertemu dengan Yoochun oppa, ia mengatakan semuanya.”

“kau bertemmu dengannya?”

“ye, ia meminta ku bertemu untuk memberitahu  ku bahwa ia akan menikah. dan ia menikah dengan seorang yeoja yang telah dijodohkan olehnya. mianhae oppa.. aku tak memberitahu mu sebelumnya. aku takut kalau kau tak mengizinkan ku bertemu dengannya...”

“tak apa, kau tak perlu merasa bersalah Yoong. toh sepertinya pertemuan mu dengannya merupakan pertemuan terakhir mu.”



Flashback

Donghae berjalan mendekati jendela kamarnya. Membiarkan Yoona yang masih diam menangis. Kesunyian... hanya kata itulah yang dapat menggambarkan keadaan kamar mereka. Dan kebisuan... adalah kata yang pantas menggambarkan keadaan antara Donghae dan Yoona. Mereka berdiam diri satu dengan yang lainnya. Terlarut dalam fikiran mereka masing-masing.

“kau mau tahu alasan ku menyetujui perjodohan ini?” Donghae membuka suaranya. Membalikkan tubuhnya agar ia dapat melihat yeoja yang masih menangis karenanya. Sementara Yoona, ia masih tetap diam dalam tangisnya.

“ini semua karena Yoochun, Park Yoochun.” mendengar nama namja yang selama ini selalu mengisi hari-harinya, membuat Yoona langsung mengangkat kepalanya dan menatap Donghae. Menatap dengan tatapan yang meminta penjelasan yang jelas atas apa yang Donghae katakan.

“enam tahun yang lalu.. ya, ketika itu kami merupakan teman baik. namun itu semua tak lagi ketika ia merebut seseorang yang ku cintai begitu saja. Choi Sooyoung, seorang yeoja yang sangat aku sayangi pada saat itu. dan karena namja itu, Sooyoung mengakhiri hubungan kami begitu saja. mungkin kau akan menganggap ini tak adil untuk mu. kau pasti menganggap kenapa diri mu yang harus merasakan hal sekejam ini. tapi inilah yang ada difikiran ku, ketika aku tahu kalau yeoja yang dijodohkan dengan ku merupakan yeoja miliknya....”

Donghae membalikkan tubuhnya. Ia kembali menatap keluar. Ia benar-benar merasa bingung harus bagaimana sekarang, sedangkan Yoona nampaknya ia masih terkejut dengan penuturan Donghae. Ia masih menatap Donghae yang kini telah berdiri memunggunginya. Mereka pun terjebak dalam lingkaran kebisuan. Tak ada satu pun yang membuka suara. Mereka nampak masih menenangkan fikiran masing-masing.

“mungkin kau menganggap ku gila... tetapi nyatanya memang inilah yang ku rasakan. kau ingat hari dimana kau menangis karena hal yang sama seperti hari ini yang ku perbuat. aku merasakan sakit ketika aku melihat mu menangis. terlebih kau menangis karena ulah ku. aku sudah mencoba untuk tak mengindahkannya, tapi aku baru menyadari bahwa perasaan ini tumbuh begitu saja...”

“saranghaeyo Yoona......”

Flashback end



“oppa....”

“ne, wae Yoong?”

Yoona menatap mata Donghae dalam. Sejenak ia nampak menikmati tatapan teduh yang Donghae tunjukkan. Tangannya ia gerakkan meraih tangan Donghae. Ia masih tetap menatap namja itu. Memperhatikan lekuk wajahnya.

“ada yang ingin aku katakan pada mu..”
Yoona kembali diam. Ia memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat, dan kembali membukanya.

“aku merasa kesal ketika aku melihat mu bersama dengannya, dengan Jessica. awalnya bagi ku itu menguntungkan ku, tapi ketika aku tak sengaja melihat mu ingin menciumnya..... rasanya ada sesuatu yang menghantam ku dengan kerasnya. terlebih ketika ku melihat oppa tengah bersama dengannya di rumah kita. itu semkain menambah rasa sakit yang ku rasakan.....”

“mwo? jadi kau.......”

“ye oppa. aku telah jatuh cinta pada mu. aku tak ingin kau menjadi milik orang lain, terlebih Jessica..”

Donghae terdiam beberapa saat. Ia seperti tengah mencerna setiap kata yang diucapkan oleh  Yoona. Ia merasa apakah kini ia tengah bermimpi atau tidak. Namun, ketika ia telah benar-benar menyadari bahwa ini bukanlah mimpi, ia segera menarik Yoona kedalam pelukannya. Memeluknya dengan erat.

“saranghanda Yoong....” ucapnnya sedikit berbisik.

Yoona tersenyum. Kini ia benar-benar telah merasakan kebahagian yang sesungguhnya.

“na do oppa. neomu saranghaeyo Lee Donghae.....” balasnya dengan semakin mengeratkan pelukannya.




The End :)




woohoooo finally endddd~ *blow the trumpet* hooaaaa what readers think about the last chapter? is it satisfying? i don't expect much.

by the way, i wanna say Happy Valentine for all readers. i hope readers still loving us.

ehm... i don't know what should i say. so.. i think that's enough and i must go. but before that, i wanna say Thank You for readers who keep supporting me and also "Heartless".

annyeong...:)

Comments

  1. daebak ffnya akhirnya happy ending....dtunggu ff yh lainnya......

    ReplyDelete
  2. huaaa akhirnya yoonhae bersatu...
    Oh untung yoonhae eomma dtng kalo gak mereka gak bkal bersatu #maybe

    ditggu other ff yh ne

    ReplyDelete
  3. wuah kerennn,, happy ending dch
    dtungggu ff'a yg laen.. semangat

    ReplyDelete
  4. yeeyy,,, akhirnya happyend ceritanya. Akhirnya mrk ngakuin perasaan mrk msg2 kl mrk jg slg cinta, di tggu ff Yoonhae yg lain sm kelanjutan ff YNF-nya thor, gomawo :)

    ReplyDelete
  5. gomawo chingu udah dukung dan menunggu FF abal-abal ku ini.
    semoga chingudeul puas ya dengan keseluruhan ceritanya.
    sekali lagi terima kasih banyak *bow down*

    ne see you in the other yoonhae's story :)

    ReplyDelete
  6. Ak setujuny yoona sama yoochun, krn donghae ny jahat banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya sih Donghae oppa-nya jahat, tapi udah jadi baik kok.
      dan kalo Yoona eonni sama Yoochun oppa, kasian cewek yang dijodohin sama Yoochun oppa.
      tenang aja, Donghae oppa gak akan jahat lagi sama Yoona eonni, dia udah janji sama author kok *(?)*

      oke makasih udah nyempetin comment dan membaca karyaku ini:)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts