Before Marriage part 7 (make me sick again)





Kitchen, Suzy’s home
11:13 KST
Suzy POV



Begitu ibu Seung Ho duduk di ruang tengah, Hyun Mi mendapat panggilan dari atasannya. Katanya ia harus segera ke butik dan mengantarkan beberapa pakaian. Sepertinya tukang antar yang biasa sedang ada urusan lain, dan sebagai gantinya Hyun Mi lah yang harus mengantar itu semua. Bagus. Sekarang tinggal aku dan wanita itu. Maksudku nyonya Yoo, hmmm……… maksudku calon mertuaku….. begitulah.



Appa sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali, sementara bibi yang biasa bekerja di rumahku sedang pergi entah kemana. Mungkin membeli keperluan rumah atau apalah. Saat ini aku sedang menambahkan sesendok kecil gula ke dalam teh wanita tadi, maksudku calon mertuaku. Aish…. Kenapa susah sekali menyebutnya ibu mertua? Selain dengan fakta ia tak pantas menjadi ibuku, wanita itu sepertinya juga tak sudi menerimaku sebagai anaknya.


Setelah selesai membuat teh, aku tak langsung membawanya ke ruang tengah. Selama setengah menit, aku diam dulu di konter dapur. Menarik napas panjang dan menyiapkan mental. Setelah insiden mengaduk kopi beberapa minggu lalu, aku jadi semakin takut dan kebingungan untuk bersikap didepan wanita itu. Aish…. Untuk apa bersikap benar? Bukankah tidak ada gunanya? Toh apapun yang kulakukan selalu salah dimatanya. Ingat Bae Suji! Kata calon mertuamu sendiri, kau itu calon menantu yang tak bisa diandalkan. Tidak baik. Sama sekali tidak baik.


“Tuhan…… selamatkan aku” gumamku sambil mengangkat cangkir teh tadi. Berjalan menuju ruang tengah dengan jantung yang bertalu-talu hebat, kemudian meletakkan cangkir itu persis didepan ibu Seung Ho. Aku terus menunduk, tak berani melihat raut seperti apa yang tengah ditunjukkan olehnya.


“aduh……. Seharusnya kau membawa nampan juga! kalau langsung cangkir begini tidak sopan namanya” perlahan aku mengangkat kepala, melihat bagaimana frustasinya wanita itu terhadapku. Eomeo…… jadi aku salah lagi? salah lagi? dan kali ini karena nampan?


“Mianhae. Aku akan lebih memperhatikan itu” jawabku menyesal.
Nyonya Yoo menggelengkan kepalanya dengan prihatin, kemudian mengangkat cangkir teh itu dan meminumnya sedikit. Biar kutebak, rasanya terlalu manis ya? Atau malah kurang manis? Apa jangan-jangan rasanya tidak seperti teh? Kalau begitu rasanya seperti apa? Air cucian piring? Terus saja, terus! Hina aku sampai puas.


Tepat saat pikiranku tengah memutar kalimat-kalimat sinis itu, ibu Seung Ho mendesah, sukses membuatku langsung menegakkan badan dengan pikiran yang mendadak buyar. “Suzy…… jadi lusa ya?” aku mengangguk perlahan. Dalam hati kagum karena wanita itu bisa mengingat namaku bahkan melafalkannya dengan benar. Baiklah.. ini namanya kemajuan.


“ne.. lusa” jawabku setelahnya. Ibu Seung Ho lalu meletakkan cangkir tehnya dimeja, kemudian menatapku serius, benar-benar menjadikanku sebagai fokusnya. Seketika aku merasa mau pingsan, sudah ketakutan duluan sebelum mendengar apa yang akan dibicarakan olehnya.


“Seung Ho benar-benar mencintaimu” kalimat pembuka yang digunakan wanita itu benar-benar membuatku merasa terhentak. Apa yang membuatnya bicara begitu?


“setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya kan?” Tanyanya. Membuat kepalaku langsung tertunduk dalam. Tiba-tiba saja merasa sesak saat mendengar nada rendah yang digunakan wanita itu. Nada suaranya terdengar pilu. Membuatku merasa amat bersalah.


“maaf jika selama ini aku keras padamu. Aku hanya ingin putraku mendapat yang terbaik untuk masa depannya. Bukankah menikah sama saja dengan kontrak seumur hidup?” nyonya Yoo tersenyum tipis, tapi tak seperti biasanya. Senyuman tipis yang terlihat elegan dan meremehkan itu tak terlihat, berganti dengan senyum tulus yang secara otomatis membuatku ikut tersenyum.


“Seung Ho adalah satu-satunya anak yang kukandung dirahimku sendiri. Melepasnya jauh lebih berat daripada melepas Seung Na” ucapnya setelah sebelumnya menghela nafas. Aku memfokuskan pandanganku kepada ibu Seung Ho yang nyaris mengeluarkan air mata.


“ini bukan berarti aku tidak menyanyangi Seung Na, walaupun ia hanya anak adopsi, aku tetap memperlakukannya seperti anakku sendiri. Tapi Seung Ho………….  Seung Ho” Suara wanita itu melemah saat mengucapkan nama Seung Ho, lengkap dengan isakan tertahan yang tak sengaja terdengar disela-sela suara anggunnya. “Walaupun ia sudah 25 tahun dan menjadi pimpinan perusahaan, ia tetap saja seperti namja kecilku yang dulu” ujarnya disertai senyum. Aku tak tahu harus merespon seperti apa. Yang aku rasakan saat ini hanyalah  perasaan sesak. Aku sesak. Aku merasa seperti sedang dititipkan sesuatu yang tak mungkin bisa kujaga. Sesuatu yang sangat berharga.


“Suzy……”
“ne?”
“jika kalian sudah menikah nanti…………………………., tolong perlakukan Seung Ho dengan baik ya?” nada meminta. Wanita itu menggunakan nada meminta yang sukses membuatku terenyuh. Dalam hati sudah khawatir, akankah aku bisa memenuhi permintaan sederhana itu?


“Suzy”
“ne… aku akan melakukan sebaik yang kubisa”



………………………………………………………………………………………..



In front of Suzy’s home
11:57 KST
Author POV



Suzy mengantar calon mertuanya sampai depan rumah. Perbincangan mereka tidak lama, bahkan tidak sampai satu jam. Tapi untungnya perbincangan singkat itu sudah  mampu membuat Suzy sedikit merasa nyaman. Tadinya ibu Seung Ho memang ingin menginap, tapi ternyata ada urusan lain yang harus ia lakukan. Dan terpaksa membatalkan rencana menginapnya.


“mulailah membiasakan diri memanggilku ibu” pesan ibu Seung Ho sambil tersenyum lembut kearah Suzy.


“arasseo” jawab Suzy pelan.
“cincin yang tadi kuberikan padamu……. Dijaga baik-baik ya” Suzy hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Gadis itu berusaha tersenyum, tapi sayangnya tak bisa. Dadanya sesak bukan main. Ia takut mengecewakan ibu Seung Ho, ia takut susunan rencana gila di otaknya benar-benar terealisasi di hari pernikahannya nanti. Rasanya ia ingin berlari ke kamarnya, mengambil cincin yang dimaksud wanita itu lalu memberikannya kembali. Ia tak siap diberikan barang seberharga itu. Terlebih itu adalah perhiasan turun-menurun keluarga Yoo. Ia merasa tak pantas.


“aku pergi dulu! Kirimkan salamku pada appa-mu ya..”
“ne… hati-hati”
Ibu Seung Ho mulai melangkah mendekati mobilnya. Seorang pria berseragam rapi yang berdiri tegap disamping pintu penumpang segera membukakan pintu mobil, mempersilakan ibu Seung Ho masuk lalu menutupnya kembali. Ia kemudian setengah berlari menjangkau pintu kemudi.


“Seung Na akan datang besok pagi. Perlukah Seung Na kusuruh kesini untuk menemanimu?” tanya ibu Seung Ho lewat kaca yang setengah turun.


“tidak perlu. Hyun Mi akan menemaniku sampai hari pernikahan nanti”
“begitu ya?”
“percaya padaku. Aku bisa mengurus semuanya dengan baik.”
“baiklah. Sampai jumpa besok lusa. Di gereja”
“ne.. di gereja” jawab Suzy lemah. Ibu Seung Ho tersenyum sambil mengangkat tangannya kearah Suzy yang balik mengangkat tangannya, kemudian mobilpun melaju. Suzy tetap bergeming diposisinya. “di gereja. Bertemu di gereja. Entah pertemuan seperti apa” gumam gadis itu sambil menarik napas.


Ia merasakan tambahan beban dipundaknya, tapi disisi lain ia juga merasa hatinya menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Ia merasa terbebani dengan semua obrolannya dengan ibu Seung Ho tadi, ia merasa seolah kebahagiaan Seung Ho ada ditangannya dan jika ia tak berhasil membuat Seung Ho bahagia maka ia akan berhadapan dengan masalah besar. Ia sudah banyak mengutarakan janji-janji. Ia berjanji akan menjadi istri yang baik, ia berjanji akan memperlakukan Seung Ho dengan baik dan parahnya ia juga berjanji akan menjaga cincin keluarga Yoo sebaik mungkin. Dan sekarang ia menyesal setengah mati. Kenapa harus menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa ditepati?


Tapi selain semua beban itu, hari ini pula ia merasakan ketenangan dihatinya. Ternyata ibu Seung Ho tidak seburuk apa yang dia pikirkan, tidak semenakutkan apa yang dia kira. Wanita itu tidak membencinya. Ia hanya menginginkan yang terbaik untuk putranya, ia hanya ingin memastikan bahwa perempuan yang akan bersama dengan anak laki-lakinya seumur hidup adalah anak yang baik. Suzy senang dengan fakta itu, tapi ia juga ketakutan dengan semua pemikiran ibu Seung Ho terhadapnya. Lebih baik wanita itu jangan memikirkan hal-hal yang baik dulu tentangnya, karena bisa jadi ia tak sebaik itu. Bisa jadi ia malah melakukan hal yang mengecewakan. Untuk saat ini, lebih baik jangan menilai siapa-siapa dulu.



……………………………..



21:10 KST
Suzy’s home
Suzy POV



“mau teh? Gratis loh!” dengan riang gadis itu menyodorkan secangkir teh hangat padaku. “Kau ini! tentu saja gratis. Ini kan memang milikku” aku mencibir sembari menerima cangkir teh itu. Hyun Mi terkekeh pelan, kemudian memutar badannya dan duduk dikursi kayu persis disebelahku. Kami berdua sedang  berada diteras rumah, menikmati keindahan malam kota Seoul yang damai, makin lengkap dengan adanya bulan purnama yang bulat mengagumkan.


“lalu? Bagaimana?” pelan-pelan aku menarik napas, kemudian memejamkan mata dengan resah. “kau ini kenapa, Suzy~a? berbaikan dengan calon mertua seharusnya menjadi berita bagus! Kenapa kau malah gelisah begini sih? Aku tak mengerti dengan jalan pikiranmu”


“iya.. aku paham. Aku juga merasa senang kok! Tapi…………..” aku menatap Hyun Mi yang tengah menatapku intens. “ada yang mengganjal”


“apa lagi? apa masalahnya?”
“aku kehilangan keyakinanku. Aku tak yakin bisa meneruskan pernikahan ini” terdengar decakan bosan dari bibir gadis itu. Seolah aku sudah terlalu sering mengatakan hal ini. “aku ingin berhenti saja Hyun Mi~a….. aku tak mau menikah dengannya”


“huft…….. bodoh. Kau pernah dengar wedding sickness?” aku menggeleng, kemudian menatapnya setengah hati. “itu saat dimana seorang calon pengantin merasakan keraguan ketika tanggal pernikahan semakin dekat. Sudahlah! Jangan terlalu dipikirkan! Nanti keraguanmu itu juga hilang sendiri”


“bukan. Aku yakin ini bukan karena itu”
“aish…… berhentilah meracuni pikiranmu sendiri”
“aku mulai merasa aku menyukai Chanyeol”
“eh… hentikan!”
“bukan sekedar suka, aku bahkan sudah sampai dalam tahap ingin memiliki”
Hyun Mi yang sedari tadi mencoba menghentikan perkataanku kini langsung berdiri dengan kesal. Ia menatapku tak percaya, menggelengkan kepalanya dengan putus asa, kemudian meninggalkanku masuk ke dalam. Baiklah. Anak itu sama sekali tak membantu. Jelas saja, dia tak tahu rasanya. Dia tak tahu betapa menderitanya aku saat ini. Selama berpuluh-puluh tahun hidup, ini pertama kalinya aku merasakan kebingungan yang amat sangat. Jika bisa, aku ingin dibuat hilang ingatan saja. Setidaknya aku tak punya apapun untuk dikenang, tak punya apapun untuk dipikirkan. Sial. Lusa aku menikah, memangnya apa lagi yang bisa kuperbuat? Tak ada lagi yang bisa diubah. Tak ada lagi yang bisa diperbaiki.



………………………………………………………………………



Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang sudah jam setengah sebelas malam dan aku baru saja beranjak masuk kedalam rumah. Udara malam yang segar benar-benar membuatku betah berlama-lama disana. Setidaknya hanya itulah yang mampu kuperbuat ditengah-tengah kelimbunganku sekarang.


Saat masuk, suasana didalam rumah sudah sangat lengang. Sepertinya Hyun Mi memang sudah tidur. Akhirnya, dengan langkah berat akibat mengantuk, aku masuk ke dalam kamar. Menumbangkan diri di ranjang dengan posisi menelungkup. Hanya sekitar tiga puluh detik aku bertahan dalam posisi seperti itu, selanjutnya aku berbaring miring, berhadapan langsung dengan meja kecil berbentuk setengah lingkaran. Diatasnya terdapat lampu tidur mini, sebuah novel yang belum selesai kubaca, handphone dan kotak beludru berwarna perak. Tck,…… Aku nyaris menangis begitu melihat kotak itu lagi. Padahal aku sudah hampir lupa kalau baru saja diberikan cincin tadi.


Dengan gerakan cepat, aku mengambil kotak itu, membuka laci mejanya, kemudian menyurukkan benda itu ke dalam sana, lantas menutupnya cepat. Sebuah antisipasi ringan untuk melenyapkan cincin itu dari jangkauan pandangku. Melenyapkan perasaan takut untuk sesaat.


Mataku beralih pada ponsel yang sudah dua jam terakhir tak kusentuh. Apa ada pesan? Atau malah panggilan tak terjawab? Langsung saja kuraih benda itu, membuka flip ponselnya dan terdiam begitu melihat kata ‘1 Pesan masuk’ disana. Aku yakin 100.000% kalau yang mengirimiku pesan itu adalah Seung Ho. Dia memang begitu, kalau dalam sehari kami tidak bertemu, biasanya ia akan mengirimiku pesan selamat malam. Pesan penuh perhatian, atau sebut saja pesan basa basi.



From = Seung Ho



Selamat tidur Suzy~a. Aku mencintaimu.



Soal yang kemarin, aku minta maaf. Maaf sudah mengacaukan makan malammu. Maaf sudah membentakmu. Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh. Mianhae Suzy~aa



Setelah membaca pesannya, aku meletakkan ponsel itu kembali. Sama sekali tak berniat untuk memberikan pesan balasan. Mungkin hatiku memang sudah semakin keras. Sampai-sampai tak terenyuh saat mendapat pesan seperti itu. Ia bahkan meminta maaf duluan. Meminta maaf atas apa yang bukan salahnya. Ayolah….. memang apa salahnya? Ini murni kesalahanku. Seharusnya aku lebih menjaga perasaannya. Bukannya malah teriak-teriak tak jelas dan membuatnya malu. Seharusnya aku lebih bisa mengontrol emosiku. Ish…. Ini gara-gara Chanyeol. Kenapa ia tak datang? Dan kenapa malah Seung Ho yang datang? Ini pasti ulah manusia itu.



………………………………………………………………



Suzy’s private room
11:31 KST
Author POV



Pukul setengah dua belas siang. Matahari memancarkan cahayanya yang terik, membuat siang itu menjadi seperti neraka. Semua orang sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, para pekerja kantoranpun sudah ada yang bersiap untuk makan siang. Berbeda dengan seorang gadis yang masih terkapar diatas ranjang, terlihat sama sekali tak punya tenaga.


Suzy mengerjap dalam tidurnya, perlahan mulai merasakan kain dingin menempel di keningnya. “Kau panas sekali Suzy~aa….. ottokachi? Ke dokter saja ya!” suara keluhan seorang perempuan terdengar samar ditelinganya. Suzy mencoba membuka mata, tapi kesulitan sendiri karena kelopak matanya terasa lebih berat. “Hyun Mi” panggil gadis itu serak, dengan mata yang hanya mampu terbuka setengahnya. “kepalaku pusing” adu Suzy sambil memegangi kepalanya, membuat kain basah dikening gadis itu terjatuh ke bantal yang ia pakai.


“aduh! Lihat akibat perlakuanmu! Siapa suruh melawan angin malam?”
“salahku?” ulang Suzy lemah. “aku salah lagi?”
“tck…. Suzy….besok kau menikah! Kenapa malah demam begini?”
“aku sakit ya? Kalau begitu, bisakah pernikahannya diundur? Tunggu aku sembuh dulu, bagaimana?”
“eh… dasar gila! Kau pikir menyiapkan pernikahan itu mudah?” walaupun cerewet dan terus-menerus mengomel, Hyun Mi tetap meletakkan kembali kain basah diatas kening sahabatnya itu. Dengan penuh perhatian mengecek suhu tubuh Suzy yang terlihat menyedihkan.


“kutelfon Seung Ho saja ya…”
“untuk apa menelfonnya?”
“mungkin kedatangannya bisa membuatmu lebih baik” jawab Hyun Mi. Tanpa menunggu persetujuan, gadis itu menyambar ponsel flip Suzy, lantas mencari nomor Seung Ho dengan semangat.


“bisa telfon Chanyeol saja, tidak?” tangan Hyun Mi berhenti bergerak. Ia memicingkan matanya kearah Suzy. “kau itu ya… benar-benar” geram Hyun Mi.


“aku mau bertemu dengannya. Sudah lebih dari seminggu kami tak bertemu”
“aniya…. Kau tidak boleh bertemu dengannya” tandas Hyun Mi dengan nada final.
“Hyun Mi…….. jebal. Aku janji akan sembuh” dengan susah payah Suzy mengubah posisinya menjadi terduduk. Ia menatap Hyun Mi sungguh-sungguh, sebagai cara untuk meminta izin kepada sahabat yang sudah seperti pengasuhnya itu.


“Hyun Mi………… aku merindukannya”
“tck. Kubilang tidak boleh”
“kumohon” isak Suzy akhirnya. Karena sudah tak kuat, air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya tumpah begitu saja. Membuat perempuan didepannya menghela nafas gusar. Dengan berat hati ia meletakkan ponsel itu kembali di meja, kemudian melirik Suzy dengan tatapan ‘terserah kau saja’ lantas berjalan menuju pintu keluar. “awas kalau sampai kau tak sembuh” ancamnya saat membuka pintu. Suzy yang baru saja meraih ponselnya langsung mengangguk pasti.



………………………………



Chanyeol’s apartment
12:00 KST



Pria itu tersenyum begitu melihat layar laptopnya. Satu buah e-mail masuk dari penerbit.




Cerita yang kau kirimkan beberapa waktu lalu sudah kami baca. Kami sungguh tertarik untuk membuatnya dalam bentuk novel. Tolong kirimkan data dirimu segera, termasuk nomor yang bisa kami hubungi.


Chanyeol mengembuskan nafasnya dengan lega. Mata namja itu terpejam, kepalanya yang menghadap keatas ia sanggah dengan kedua tangannya. Senyuman tipispun ikut meramaikan ekspresi keberhasilannya. Ia benar-benar sudah merasa tenang. Dalam seminggu ini, ia sudah bisa memanen hasil kerja kerasnya beberapa tahun terakhir. Nominal uang di rekeningnya terus bertambah. Pemasukan itu ia dapat mulai dari teater kampus, penjualan novel, hingga film pertamanya. Ya.. filmnya memang belum selesai digarap, tapi namja itu sudah bisa mendapatkan uang dari naskah buatannya. Belum terbayang dibenak pria itu apabila filmnya mulai diputar secara massal di bioskop-bioskop, pastilah pemasukannya akan semakin besar.


Sekarang memang sudah waktunya mengatakan selamat tinggal untuk kegagalan dan mengatakan selamat datang untuk keberhasilan. Ya.. pria itu sudah sampai dipintu pagar keberhasilan. Bagaimana tidak? bahkan sebuah perusahaan penerbitan besar sekelas sunset-pun sudah siap menerbitkan novelnya. Sejak awal pria itu memang punya tekad kuat untuk bisa sampai pada tahap ini. Ia berusaha keras, menawarkan naskahnya kesana-sini. Berkali-kali ia ditolak, namun pria itu tetap tak putus asa. Jika ditolak, ia selalu membaca ulang naskahnya, mencari letak kesalahannya dan menjadikan kesalahan itu sebagai pelajaran untuk lebih baik.


Namja itu mulai menulis saat lulus SMA. Dan saat itu pula ia mulai mengirimkan ceritanya ke penerbit. Memang nyaris semua orang tak mengindahkan karyanya. Dipikiran mereka, anak baru lulus SMA, memangnya bisa menulis sebagus apa? Lantas karyanya yang memang masih butuh banyak perbaikan itupun terombang-ambing tanpa kejelasan. Karya pertamanya adalah Blue Wedding Day, ia menawarkannya pada teater kampus dan diterima. Bahkan Blue Wedding Day dijadikan pementasan bulanan di kampusnya sejak Chanyeol masih berkuliah disana hingga sekarang. Dan saat ini, naskah pertamanya itu bahkan difilmkan. Blue Wedding Day memang hanya kisah picisan biasa, hanya saja mungkin Chanyeol terlalu hebat dalam pemilihan adegan. Ia bisa mengubah karya dengan tema biasa menjadi sesuatu yang terkemas menarik.


Chanyeol baru saja mematikan laptop saat suara dering ponselnya menggema diseluruh ruangan. Namja itu terdiam begitu melihat nama yang tertulis dilayarnya, ‘SUZY’ Haruskah ia angkat? Setelah sekitar tiga detik tak bergerak, namja itu pun memutuskan untuk mengangkatnya.


“yoboseo”
“ne.. Suzy. Ada apa?”
“kau dimana? Sedang sibuk tidak?” Suzy bertanya dengan lemah.
“suaramu serak. Sedang sakit ya?”
“datang ke rumahku. Aku mau bertemu denganmu”
“kau sedang sakit ya?” Chanyeol tak bisa menutupi nada khawatirnya. Ia kembali mengulang pertanyaan ‘sedang sakit, ya?’ namun lagi-lagi gadis itu tak menjawab. Namun tanpa jawabanpun, ia sudah yakin kalau gadis itu memang sedang sakit. Terdengar jelas dari suaranya.


“kumohon datang” 
“kenapa aku harus datang? Eh…. Suzy…… Suzy….. Bae Sujiiiiii…… “ Chanyeol mendecak. Setelah bilang ‘kumohon datang’, gadis itu langsung memutuskan sambungannya. Seolah permintaannya memang harus dipenuhi. Namja itu tak ingin membuang waktu. Ia langsung berdiri dan meraih jaketnya. Tiba-tiba saja pria itu mengerang. Meringis memaki kepalanya yang mendadak terasa sakit luar biasa. Selain kepala, badannya pun ikut lemas. Mungkin karena terlalu lama duduk, tubuhnya menjadi lemas saat berdiri. Ia beberapa kali kehilangan keseimbangan hingga harus berpegangan pada dinding.


Chanyeol melirik jam dindingnya. Jam dua belas siang, inilah saat dimana ketajaman penglihatannya mengalami penurunan hingga ke level terendah.  Ia tak bisa bertatapan langsung dengan matahari siang yang amat terik. Matanya menjadi sensitive dan tak bisa melihat jauh. Namun, namja itu tetap tak mengurungkan niatnya. Ia tetap memaksakan diri untuk keluar ditengah guyuran sinar matahari yang membuatnya hanya mampu melihat semuanya serba samar. Tetap memaksakan tubuhnya yang bisa ambruk kapan saja itu untuk berjalan. Tetap memaksakan tangannya yang sering lemas tiba-tiba untuk menggenggam stang motor milik Joon Myeon. Ya.. kemarin malam Joon Myeon membawa motor, entah milik siapa, tapi bukankah apapun milik Joon Myeon adalah miliknya juga?


Tanpa mengulur waktu, kendaraan beroda dua itu melaju. Turut memperamai jalanan Seoul yang cukup lancar. Hanya mampu berharap jika ia bisa sampai di rumah Suzy hidup-hidup, dan kembali ke apartemennya sebelum Joon Myeon pulang kantor.



……………………….



Dari tempat ia berbaring sekarang, Suzy bisa mendengar percakapan dua orang di depan pintu kamarnya. Seperti suara Hyun Mi dan Chanyeol. Gadis itu tidak langsung percaya pada pendengarannya. Ia tak terburu-buru untuk menyimpulkan. Dengan susah payah, ia menahan gejolak bahagia yang berdentum-dentum keras didadanya. Ini gila. Hanya dengan fakta kalau bisa jadi orang didepan pintu kamarnya sekarang adalah Chanyeol, gadis itu bisa sebahagia ini. Bukankah itu adalah masalah besar untuk seorang perempuan yang sebentar lagi akan menikah?


Tiba-tiba saja gagang pintunya terputar dan terdorong perlahan. Suzy langsung menahan napas. Menantikan dengan sabar sampai pintu itu terbuka sepenuhnya.


“hei” seorang pria muncul dari balik pintu itu. Seorang pria yang begitu familiar dimatanya. Chanyeol. Pria itu masuk dengan sapaan renyah yang membuatnya luar biasa bahagia.


Suzy tak bersuara. Namun ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya yang meluap-luap. Padahal baru 9 hari mereka tak bertemu, tapi kenapa rasanya sudah lama sekali? Suzy membalas senyum Chanyeol. Tulus. Tak pernah setulus ini sebelumnya.


“Mau minum apa?” tanya Hyun Mi diambang pintu.
“aku mau sesuatu yang dingin. Di luar panas sekali” Chanyeol menjawab seolah sudah sangat akrab dengan Hyun Mi. Gadis itu mengangguk, setuju akan betapa panasnya keadaan luar. “yang dingin ya? Es batu saja bagaimana?” dengan tampang innocent, gadis didepan pintu itu menyerukan pendapatnya.


“kalau es batunya kau masukkan ke gelas lalu ditambahkan minuman bersoda, aku mau” Chanyeol mengangguk serius. Hyun Mi tersenyum, terlihat cukup terhibur dengan ulah pria yang mengimbangi gurauannya dengan gurauan lain yang menyegarkan. Ia lantas melirik Suzy, seolah paham dengan apa yang ia suka dari namja ini. Sesuatu yang sulit ditemukan dalam pria sekelas Seung Ho.


Suzy tersenyum ragu kearah Hyun Mi yang sedang menutup pintu kamarnya sambil tersenyum simpul. Ia lantas mengalihkan tatapannya pada Chanyeol yang sudah mengambil posisi duduk disisi ranjangnya.


“perempuan sepertimu bisa sakit juga ya?” Chanyeol memulai percakapannya dengan pertanyaan ringan.


“keoreom. Aku manusia biasa tau”
“kenapa bisa sakit?” ada nada khawatir yang terselip disana.
“mungkin karena stres memikirkanmu”
“memangnya siapa yang menyuruhmu memikirkanku?”
“tak ada yang menyuruh. Hanya saja aku tak bisa menghentikan akal sehatku yang mulai tak sehat” Chanyeol terkekeh mendengar jawaban abstrak dari gadis didepannya.


“Chanyeol~a….”
“hmm?”
“besok aku menikah” Suzy bicara dengan nada mengadu.
“aku tau. Kenapa kau senang sekali mengulang-ngulangnya sih? Kau ingin pamer karena sebentar lagi menjadi pengantin, eh?” Chanyeol mencoba bersikap senormal mungkin. Seolah baik-baik saja. Seolah ia sama sekali tak punya perasaan lebih pada gadis itu.


“aku serius” keluh Suzy.
“ne.. aku juga serius. Aku tau kau akan menikah. Dan aku hanya bertanya kenapa kau mengatakan hal itu terus?”


“waeyo? Kau tak suka aku mau menikah?”
“kenapa aku harus suka jika kau mau menikah?” Pria itu membalik pertanyaan Suzy dengan mulus. Sukses membuat gadis itu tertegun untuk beberapa saat. Keadaan masih terus hening hingga akhirnya Chanyeol kembali bersuara “bisa sebutkan kenapa?”


“tidak. Aku tidak bisa menyebutkan kenapa. Memang seharusnya kau tak usah suka dengan pernikahanku. Toh yang menikah saja tidak suka”


“kau bicara apa, sih?”
“apa kau memang sebodoh itu hingga tak mengerti perasaanku huh?”
“dan kau! Apakah kau sejenius itu hingga kebingungan untuk menentukan prioritas?” Chanyeol menyambung ucapan Suzy dengan cepat. Dengan nada kesal yang sama seperti yang digunakan Suzy sebelumnya. Chanyeol menatap gadis itu tepat di bola matanya yang bergetar, jelas tengah menahan tangis. “aku juga punya perasaan Suzy~aa……….. tapi setidaknya aku paham akan situasi ini”


“jadi maksudmu, kau juga…………………….. menyukaiku?”
“terserah kau menafsirkannya seperti apa. Yang pasti aku lebih senang mengorbankan perasaan satu orang daripada harus melukai banyak perasaan”


“jadi kau menyerah sebelum berjuang? Kau tau? Itu namanya pengecut”
“aku hanya tak mau menjadi pengacau hubungan orang. Kau tau Seung Ho mencintaimu sebesar apa? Bisa jadi rasaku tak akan bisa lebih dari rasanya padamu?”


“kenapa kau malah mengucapkan itu padaku? Kenapa kau malah membesar-besarkannya dihadapanku?” tanya Suzy tak suka. Ia mendengus sembari meloloskan matanya kearah lain. Mulai tidak nyaman dengan tema pembicaraan mereka sekarang.


“aku hanya bicara fakta. Bisakah kau menatap lurus ke depan? Kau akan disandingkan dengan seorang pria tampan, kaya raya, penuh perhatian dan yang terpenting mencintaimu dengan tulus. Harusnya kau bersyukur sedikit”


“tampan dan kaya bukan jaminan bahagia”
“lantas apa yang kau harapkan dariku? Jika dibanding dengannya aku tak punya apa-apa”
“setidaknya kau bisa membuatku tersenyum setiap hari. Bisa membuatku nyaman. Bukannya gugup dan khawatir tiap saat”


“sudahlah. Sejak awal ini memang bukan pilihan. Kita berdua punya hidup sendiri yang harus dijalani”
“Chanyeol. Kau tidak mengerti. Semuanya tidak semudah apa yang kau bilang. Ini…….” Suzy mulai menggunakan nada tingginya yang terdengar begitu emosional. Matanya sudah berair dan nyaris menangis.


“coba pikir bagaimana masa depanmu bila denganku? Aku cuma penulis naskah dengan penghasilan tak tetap, mungkin sekarang aku memang sedang mendapat banyak pemasukan, tapi siapa yang bisa menjamin masa depanku? Lalu…… aku hanyalah namja yang berasal dari keluarga kecil yang rusak tanpa kutahu sebabnya, keluarga kecil dipelosok Daejeon. Kau akan terluka bila denganku” Chanyeol menatap Suzy sungguh-sungguh. Berusaha memberi penjelasan kepada gadis yang kini sudah menangis tanpa suara itu.


“tolong hapus semua bayangan masa depanmu tentangku. Aku berani bertaruh tak akan ada aku disana” Namja itu menyiratkan maksud ucapannya, namun Suzy tak mengerti. Bisa saja ia bicara ‘sebentar lagi aku mati’ tapi tentu saja tak ia lakukan. Ia paham dengan siapa ia bicara sekarang.


“maksudmu kau akan meninggalkanku? Kau akan menetap di Daejeon selamanya?” itulah yang Suzy tangkap dari ucapan Chanyeol tadi. Dengan suara serak dan mata sembap, gadis itu terlihat begitu menyedihkan.


“cepat sembuh ya.. aku harus pulang sekarang” Chanyeol berdiri. Sudah enggan untuk melanjutkan obrolan mereka.


“kenapa? Kau baru sebentar disini” keluh Suzy.
“cepat sembuh ya.. besok kita bertemu lagi” sambil tersenyum namja itu menepuk-nepuk kepala Suzy. Berusaha menempatkan dirinya sebagai seorang sahabat, tak lebih.


“bisakah aku minta satu hal darimu?” tanya Suzy dengan nada rendah. “sebutkan saja!” ucap Chanyeol langsung.


“Peluk aku”
“huh?” seru Chanyeol spontan. “kau gila!”
“kumohon”
“aniya. Apa-apaan kau ini!” tolak namja itu tegas.
“ Besok aku menikah. Aku tak akan meminta apapun lagi darimu. Kumohon Chanyeol~a” pinta Suzy, dengan nada memohon yang belum pernah ia keluarkan sebelumnya. “aniya Bae Suji. Sebenarnya kau kenapa sih?”


“kumohon” lirih gadis itu.
“hey….. dengarkan aku………”
“aniya…. Kau yang dengarkan aku!” sela Suzy sambil mengangkat telunjuknya kearah Chanyeol. “kau tau kan kalau aku sedang sakit? Kau tega mengacuhkanku begitu? lagipula aku cuma minta dipeluk. Anggap saja ini salam perpisahan kita. Kehidupanku setelah pernikahan pasti akan berbeda” ucap Suzy dengan nada bicara yang memelan.


Chanyeol menghembuskan nafasnya pasrah, kemudian menatap balik gadis yang sudah sejak tadi menatapnya duluan itu. Keputusan yang entah akan ia sesali atau tidakpun terambil. Pria itu mendekat kearah Suzy, lalu membungkuk dihadapannya. Seolah memberi izin dengan isyarat. “ini kali pertama ada seorang gadis yang meminta kupeluk” gumam Chanyeol tepat didepan Suzy.


Suzy tersenyum kecil, lalu melingkarkan lengannya dileher Chanyeol. Menariknya lebih dekat, hingga namja itu terpaksa duduk di sisi ranjang. Untuk beberapa saat ia hanya diam, tak tahu harus bersikap seperti apa. Dipikirannya, jutaan rasa bersalah telah berlalu lalang. Seharusnya ia tak melakukan ini, seharusnya ia sedikit tahu diri. Yang pantas melakukan ini pada Suzy bukanlah dia, tapi Seung Ho.


“badanmu sudah tidak panas, Suzy~a” Chanyeol berusaha menghiraukan perasaannya yang mulai bergejolak dengan mengatakan sesuatu yang sama sekali tak berdasar. Dengan suara tercekat yang lolos tanpa kontrol. Membuat namja itu panik sendiri untuk menentukan sikap. Apa jantungnya berdegup terlalu cepat? Apa suara detakannya terlalu kencang? Apa Suzy mendengarnya?


“ne… aku merasa lebih baik” jawab Suzy tanpa beban.
“kalau begitu, sudah tak ada gunanya lagi aku disini kan?”
“eung??”
“sekarang lepaskan tanganmu dan biarkan aku keluar!” Chanyeol meraih lengan Suzy yang berada dibahu kirinya, mencoba menarik tangan itu hingga pelukannya terlepas.


“wae? Hyun Mi bahkan belum datang dan membawakan minumanmu”
“kau mau dia melihat kita dengan posisi seperti ini?” sinis Chanyeol dengan gerakan tangan yang masih sama.


“baiklah” ucap Suzy sembari melepaskan pelukannya.
“cepat sembuh……… dan……….. jangan menangis! Aku tak mau melihat pengantin perempuannya bermata sembap, aratsoyo?”


Suzy tersenyum kecil, “arasseo”
“kalau begitu, anyyeong”
“sampai jumpa besok” Suzy membenarkan. Chanyeol hanya tersenyum lalu entah kerasukan setan apa, pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Suzy dan mencium kening gadis itu kilat. Membuat Suzy langsung terpaku kaget. Jelas tak percaya akan apa yang baru saja ia alami. Tadi namja itu susah sekali disuruh memeluknya, dan sekarang…….. dengan entengnya ia menciumnya. Sebenarnya namja itu kenapa?


Tepat saat Chanyeol berbalik dan hendak membuka pintu, Hyun Mi juga mendorongnya dari luar. “minumannya datang……………… lama sekali ya? maaf”


“gomawo, tapi minumannya buatmu saja. Aku sudah harus pulang”
“sudah mau pulang? Kenapa buru-buru sekali?” dengan bingung, Hyun Mi melemparkan pandangannya kearah Suzy.


“annyeong” Chanyeol keluar begitu saja.



……………………



Seung Ho POV
12:38 KST



Hari ini aku sengaja tidak masuk kantor. Niatnya ingin menghabiskan waktu seharian dengan Suzy. Pertemuan terakhirku dan Suzy sangatlah buruk, kami  sedang terlibat pertengkaran waktu itu. Aku sudah mencoba minta maaf lewat sms, tapi ia tak membalasnya. Ne… aku tau. Minta maaf lewat sms itu adalah tindakan seorang pengecut. Seharusnya aku bertemu langsung dengannya dan mengatakan permohonan maafku.


Tadinya aku mau datang pagi ke rumah Suzy, tapi Seung Na noona dan suaminya baru datang dari Kanada dan aku harus menjemput mereka di bandara. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan noona dan kakak iparku itu, jadi nyaris tiga jam kami hanya menghabiskan waktu dengan berbincang. Mereka banyak menanyakan soal Suzy, bahkan tadinya Seung Na noona mau ikut saat kubilang siang ini akan ke rumah Suzy. Tapi kurasa, untuk hari ini lebih baik aku menyelesaikan masalahku dan Suzy dulu.


Dan sekarang disinilah aku. Di dalam mobil, menyaksikan seorang pria yang cukup kukenal tengah keluar dari rumah perempuanku. Tck…. Kenapa dia lagi? kenapa harus Park Chanyeol lagi? apa yang dia lakukan dengan Suzy?






Tau betapa sakitnya? Rasanya aku benar-benar mau melajukan mobilku ke daerah pantai, ke gurun pasir, atau ke luar angkasa kalau bisa, lalu berteriak sekencang-kencangnya. Meneriakkan segala kata makian yang sudah menggunung di kepalaku. Aku memang bukan tipe namja yang bisa mengumpat dengan mudah. Untuk mengeluarkan satu kata umpatan saja, aku harus berpikir dan menimbang-nimbang dulu. Tapi untuk kali ini, aku benar-benar sudah tak kuat lagi. Bisakah kubilang calon istriku tengah berselingkuh? Yup….. selingkuh. Brengseknya dihadapanku. 


Aku merasa seperti seorang anak kecil cacat yang lemah, yang tak bisa melakukan apa-apa. Mungkin aku terlalu baik.  Atau malah……..terlalu bodoh. Ayolah,…… untuk sekedar tegas pada Suzy saja aku kesulitan.


Kendaraan beroda dua itu mulai menjauh dari rumah Suzy. Ya.. pergilah. Seharusnya kau memang tidak datang kesini. Apa kau lupa kalau besok aku akan menikahi gadis yang tinggal disana? Apa kau ingin gadis itu benar-benar berubah pikiran dan memilihmu? Kalau sudah begitu, aku bisa apa?



…………………………………………………….



Suzy’s private room
Author POV



Sudah pukul setengah satu siang. Matahari yang tadinya bersinar tanpa kenal ampun itu sudah tak lagi terasa, tertutup awan besar yang membuat panasnya tak seterik tadi. Beberapa pedestrian beramai-ramai mengucapkan terima kasih kepada sang awan sembari mempercepat jalannya. Setidaknya, untuk beberapa menit mereka bisa berjalan nyaman tanpa tersengat panasnya matahari yang membuat pusing. Suzy berbaring miring di ranjangnya, menatap lurus kearah jendelanya yang terbuka. Ia bisa merasakan semilir angin memasuki kamar, tanpa permisi membelai wajahnya.


Chanyeol baru saja pergi, sementara Hyun Mi yang daritadi mengomelinya karena merengek minta jendelanya dibiarkan terbuka-pun juga baru saja pergi. Suzy tak perduli dengan semua omelan Hyun Mi tadi, tak perduli jika saja demamnya tak kunjung turun, tak perduli jika besok tiba-tiba ia pingsan karena sakit.


Tok tok tok
Ketukan pintu itu tak merubah posisi Suzy sedikitpun. Gadis itu hanya melirik pintu dibelakangnya tanpa ketertarikan, lalu kembali menatap kosong kearah jendela.


Tok tok tok
Pintu itu kembali diketuk. Membuat ia mau tak mau mengalah dengan berat hati. Sambil meringis, Suzy mengganti posisinya menjadi setengah berbaring, “masuk” serunya.


Perlahan-lahan pintu itu terbuka. Suzy yang sudah yakin kalau orang yang akan ia lihat dari balik pintu kamarnya adalah Hyun Mi itu langsung tercekat begitu melihat sosok yang lain. “oppa?” gumamnya tak percaya.


“boleh aku masuk?” tanya pria diambang pintu itu.
“k..ke..keoreom”
Pria itu, Seung Ho, langsung mendekat kearah ranjang yang ditempati Suzy. Keningnya berkerut begitu melihat  wajah pucat pasi gadisnya. “kau sakit?” tanya namja itu sembari menempelkan punggung tangannya di kening Suzy.


“badanmu agak hangat. Sudah minum obat?”
“tadi pagi sudah kok”
“ini sudah siang, Suzy~a….. Ayo minum obatnya lagi” Mata Seung Ho berpencar ke sekeliling kamar Suzy. Hingga akhirnya matanya tertuju tepat kearah botol obat dimeja kecil disamping ranjang. Tanpa basa-basi, ia berjalan kearah meja itu. Meraih botol obatnya dan mulai sibuk membaca petunjuk pemakaian.


“Seung Ho oppa, ada perlu apa kesini?” tanya Suzy hati-hati.
“jadi aku harus punya alasan dulu baru boleh bertemu calon istriku?” jawab Seung Ho dingin. Amarahnya mulai naik lagi dan dia berusaha mati-matian untuk tidak meledak didepan gadis itu. Akhirnya Seung Ho berhasil mengetahui takarannya, ia mulai membuka tutup botol obat itu lalu menuangkannya ke sendok takar.


“ayo buka mulutmu” Suzy mengikuti arahan Seung Ho dengan patuh.
“kau sendirian di rumah?” tanya Seung Ho sembari meletakkan kembali botol obat digenggamannya.
“tidak, aku bersama Hyun Mi kok. Memangnya tadi yang membukakanmu pintu bukan Hyun Mi?”
“Bukan. Pintunya memang tidak dikunci. Sepertinya Chanyeol lupa menutup pintu” sindiran tajam itu sukses membuat tenggorokan Suzy tercekat. Dengan cepat, ia meloloskan matanya dari tatapan tenang Seung Ho yang begitu mengintimidasi.


“aish….. kenapa jendelanya dibiarkan terbuka begini? Kau tidak boleh kena angin luar dulu” Seung Ho berjalan menuju jendela dan menutupnya rapat-rapat. Sementara Suzy masih terpaku di posisinya, masih gugup dan ketakutan setengah mati. Ia tak tahu harus berbicara dan bersikap bagaimana sekarang. Tch… sudah berapa kali ia tertangkap basah?


“jika kau memang benar-benar menginginkan alasan kenapa aku datang kesini, baiklah aku akan beritahu” selama Seung Ho bicara, Suzy terus menunduk. Keberaniannya mendadak lenyap, hilang bersamaan dengan sindiran tajam Seung Ho tadi.


“sebenarnya aku kesini mau minta maaf. Maaf sudah membentakmu tempo hari”  suasana hening setelahnya. Hanya ada suara detakan jam dinding yang terdengar. “tapi apakah aku salah jika aku cemburu?”


“ne?”
“sudahlah…… lupakan saja” Seung Ho mengibaskan tangannya, lalu mendekat dan duduk di sisi ranjang Suzy.


“apa yang Chanyeol lakukan disini?” tanya namja itu dengan nada rendah. Suzy langsung terlihat gugup, dan seolah mengerti, Seung Ho langsung meletakkan telapak tangannya dikepala Suzy. Dengan penuh perhatian, mengelusnya pelan-pelan. Upaya ringan untuk membuat gadis itu merasa lebih nyaman dan mau menjawab pertanyaannya.


“aku yang memintanya datang” jawab Suzy jujur.
“untuk apa?”
“eobso… aku cuma mau bertemu” Seung Ho mengangguk paham dan suasana kembali hening.
“selain rasa nyaman, apa yang Chanyeol bisa berikan padamu sedangkan aku tidak?” tanya Seung Ho dengan tatapan menerawang. Seolah sedang mencoba mengoreksi diri sendiri.


“mollayo. Kurasa tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“anio……………… aku hanya…….” Seung Ho menggantungkan kalimatnya dan menatap Suzy miris, “lelah”
Suzy menggigit bibir bawahnya saat mendengar jawaban dan suara Seung Ho yang begitu lemah. Merasa amat bersalah tepatnya. “setidaknya mungkin akan terasa lebih baik jika aku tahu apa kurangku” Seung Ho menghembuskan nafasnya. Lama-lama ia merasa sesak juga. Lama-lama ia bisa jadi pihak yang ingin menghentikan semuanya.


Suzy yang kebingungan dengan perasaannya malah menangis dalam diam. Tiba-tiba air matanya mengalir. Entah karena perasaan sejenis apa. Apakah ini bagian dari cintanya untuk Seung Ho yang nyaris punah itu? atau apakah ini rasa kasihan kepada calon suaminya yang justru tak mendapat cinta darinya?


“Suzy”
“………..n..ne, oppa?” jawab Suzy serak.
“besok……. Kau mau datang atau tidak……………………….., aku serahkan padamu” Suzy langsung terisak begitu mendengar ucapan Seung Ho itu. Ada rasa sakit yang menyembul. Rasa sakit yang tak ia mengerti. Tch…. Begini. Apakah itu masuk logika jika calon suamimu membebaskanmu untuk datang atau tidak ke acara pernikahan kalian? Ayolah….. omong kosong macam apa lagi ini.


Suzy yang berada pada posisi berbaring dengan cepat memeluk lengan Seung Ho yang hampir berdiri. Memaksa namja itu untuk  tetap disebelahnya, setidaknya lebih lama dari ini.


“diam disini sebentar” pinta Suzy. Ia mengeratkan pelukannya dilengan Seung Ho kemudian memejamkan mata. Hanya ingin memejam didekat pria itu sebentar saja.



……………………………..



Begitu jendela itu dibuka, udara dingin segera saja masuk, saling berlomba menyerbu menusuk tulang seorang gadis yang langsung bergidik memeluk tubuhnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore, sementara langit luar masih terlalu cerah untuk disebut petang. Gadis itu, Hyun Mi, membalik tubuhnya, menghadap seorang gadis yang tengah berbaring lemah diranjangnya.


Ia mendekat kesana. Sebenarnya Hyun Mi tak tega untuk membangunkannya, hanya saja…………….. tidakkah tidur siang hampir 5 jam itu terlalu lama?


“Suzy” Hyun Mi menyentuhkan tangannya ke lengan atas Suzy. Menggerakkannya pelan-pelan.
Tidak butuh waktu lama, gadis itu langsung menggeliat. Matanya yang sebelumnya tertutup rapat itu mulai mengerjap, mulai menyesuaikan dengan cahaya luar yang masuk menyerbu matanya.


“Seung Ho? Eoddiso?” tanya gadis itu begitu kesadarannya mulai terkumpul.
“sudah pulang dari tadi”
Suzy tak merespon. Ia terlihat masih sangat pusing saat ini. “ini pertama kalinya aku melihat kalian berdua semesra tadi” ujar Hyun Mi dengan nada menggoda.


“aku cuma tidur”
“iya tidur…. Tapi sambil memeluk  lengannya kan?” dengan jahil, Hyun Mi menyenggol lengan Suzy.
“aish…… tidak seperti itu. Aku bisa je……………”
“sudahlah! Aku senang kok melihat kalian mesra begitu. Setidaknya aku tidak perlu mencemaskan acara besok”


“maksudmu?”
“eung….. jujur saja, aku takut kalau kau melakukan hal yang tidak-tidak besok”
“hal tidak-tidak bagaimana maksudmu?”
“ya… seperti kabur sebelum acaranya dimulai, membatalkan pernikahan didepan altar, atau apalah……… terkadang gadis penurut bisa jadi sangat liar saat berhadapan dengan kesempatan terakhir.”


“kau tetap harus mengantisipasinya” jawab Suzy dengan nada bercanda. “awas kau!”



………………………………………………………………



A day later…………..



Suzy POV
Suzy’s private room
07:42 KST



“Suzy~aa……. Setelah mandi, kau langsung pakai gaunnya ya……….”
“tadi kau bilang pakai di gereja saja” aku meliriknya sebentar, kemudian kembali melihat pantulan bayanganku dicermin. Semalaman aku tidak bisa tidur, jadinya saat ini wajahku terlihat lelah.


 “iya…… tapi tadi ibunya Seung Ho menelfonku, katanya dia akan datang menjemputmu. Jadi lebih baik langsung dipakai saja gaunnya. Supaya tidak repot disana”


“menjemputku? Aku kan pergi bersama appa”
“nah…… itu yang harusnya kubilang sejak awal. Sekitar 10 menit yang lalu appamu pergi, katanya harus menjemput halmeoni dulu. Setelah itu langsung berangkat ke gereja. Jadinya kita dijemput oleh ibunya Seung Ho. Sekarang sudah mengerti kan? cepat sana mandi”


“Hyun Mi~aa…………… acaranya berapa jam lagi? apa aku masih punya waktu untuk pergi sebentar?”
“aish…… mau pergi kemana huh? Sudah. Jangan kemana-mana. Acaranya memang masih 3 jam lagi, tapi pokoknya kau sudah harus sampai digereja setidaknya satu jam lagi. Banyak persiapan yang harus dilakukan sebelumnya. Kumohon Bae Suji, jangan membantah dan masuklah ke kamar mandi” Hyun Mi terus menerus bicara sambil berkacak pinggang. Sementara aku hanya memperhatikannya dengan tatapan lesu. Aku lelah. Benar-benar lelah. Dan rasa lelah itu makin parah dengan adanya rasa ragu yang besar.


Begini……. Jika aku benar-benar menikah sekarang, maka kesempatanku untuk mendapatkan kehidupan yang kumau juga hilang. Tck…… eottokhae? Aku masih membutuhkan waktu untuk memilih. Walau sebenarnya aku tak punya hak untuk memilih, tapi tetap saja aku tak mau menikah dengan orang yang tak kuinginkan. Bukankah itu yang semua orang harapkan? Menikah dengan orang yang benar-benar dia cinta.


Kata ibu Seung Ho, pernikahan adalah kontrak seumur hidup. Maka dari itu, aku ingin mengontrak seseorang yang benar. Seseorang yang aku inginkan untuk menjalani hidup bersama. Seseorang yang bisa membuatku nyaman dan tidak bisa membuatku bosan. Dan Seung Ho jelas tak memenuhi persyaratan itu. Lantas apa lagi yang harus kupertimbangkan? Semuanya sudah terlalu jelas. Aku tak menginginkan Seung Ho.


Tapi walaupun jawaban itu selalu sama, aku tetap saja tak bisa melakukannya. Apakah aku sesadis itu? kalau mau, seharusnya aku melakukan ini sejak lama, bukan begini. Tidakkah aku sangat jahat jika pergi begitu saja? Tapi……………….. akankah kubiarkan hatiku retak seumur hidup?



……………………………………



Author POV
08:42 KST



Suara nyaring ujung heels yang lancip itu menggema di ruang tamu rumah Suzy. Suaranya terdengar seiring dengan langkah seorang gadis yang tak kunjung berhenti.


Tangannya terulur ke samping telinga, sedang berusaha memasang anting perak berbentuk rantai itu seorang diri. Sementara mulutnya tak berhenti memanggil-manggil satu nama, SUZY.


“YAAA…… SUZY~AA….. kau sudah siap belum? Sebentar lagi ibunya Seung Ho datang. Cepatlah sedikit!” Hyun Mi yang sedang memastikan penampilanya didepan cermin setengah berteriak. “Suzy” teriaknya sekali lagi, kali ini sambil berjalan mendekati kamar gadis itu dengan mulut yang menggerutu. “Bae Su……………..ji…,,,,, kosong?” raut wajah Hyun Mi langsung berubah panik saat tak mendapati seorangpun di kamar Suzy. Ia mulai berteriak dan segera berlari kearah kamar mandi. Namun hasilnya nihil, Suzy tak ada disana. Benar-benar tak ada.


“BAE SUJIIIIIIII!!!!!! AKU TIDAK BERCANDA! KAU DIMANA SEKARANG?”


TIN TIN…..


Tepat saat Hyun Mi selesai berteriak, suara klakson mobil terdengar. Sukses membuat gadis itu langsung lemas. “ah…. Ya Tuhan……….. bunuhlah aku. ah tidak…. Bae Suji kubunuh kau!”



TBC



Anyyeong^^ pujaan hati encung balik (?) //abaikan/


Udah part berapa ini? *amnesia* hmmm……….. gimana ya? Part  ini tuh apa banget ya..  Masa 95% setting tempatnya di rumah Suzy. Beneran deh akunya ga nyadar, pas baca ulang baru bingung sendiri *jedotin kepala*


Ya udahlah, udah jadi begini mau di apain lagi? lebih baik kita syukuri apa yang ada *panggil dmasiv*


Trus….. kenapa Suzy-nya jadi agresif gitu ya? Minta peluk-peluk lagi. eomoooo….. bukan muhrim…. Gabolehgabolehgaboleh. Pokoknya part ini udah aku resmiin jadi THE WORST PART IN BEFORE MARRIAGE. *soraksorai*///-______-authornya kenapa?////


Yep…. Jadinya part 8 nanti bakalan jadi part terakhir (kemungkinan). Tapi ya.. kl misalnya tiba-tiba aku dapet ide laen, trus mau aku bikin makin belibet, paling juga nanti nasib BM sama kaya WTL. Part akhirnya jadi sangat amat panjang. Tapi g apa-apa kan ya? Yang penting kita semua senang (?)


Oke……. sebelum note g danta ini aku akhirin, I wanna say HAPPY BIRTHDAY to my cutest thing ever, YOO CHANGHYUN. Semoga singing line-nya makin banyak. Makin kyeopta. Makin waras. Tapi……. jangan dewasa dulu. Masih belom rela ngeliat ricky jadi dewasa. Tetep perjuangkan predikat maknae palsumu itu. tenang aja…… Ricky itu lebih maknae daripada si maknae *ditebas changjo*


Dan yang terakhir……. MAKASIH buat nandita al  yang udah bikinin poster buat part ini. makasimakasimakasi^^ ni poster sebenernya udh ada dr berbulan-bulan yg lalu…. Tp baru aku keluarin sekarang….


Sip….. segini aja. Makasih buat yg udah bca. Jangan sampe ngelewatin part akhirnya. Ayo…. Sekarang maen tebak-tebakan, suzy nanti ama siapa???? Ayo ayo ayo!!!! Wait the next part yo
  

Comments

Post a Comment

Popular Posts