Before Marriage part 7 (make me sick again)
Kitchen, Suzyās home
11:13 KST
Suzy POV
Begitu ibu Seung Ho duduk di ruang tengah, Hyun Mi mendapat
panggilan dari atasannya. Katanya ia harus segera ke butik dan mengantarkan
beberapa pakaian. Sepertinya tukang antar yang biasa sedang ada urusan lain,
dan sebagai gantinya Hyun Mi lah yang harus mengantar itu semua. Bagus.
Sekarang tinggal aku dan wanita itu. Maksudku nyonya Yoo, hmmmā¦ā¦ā¦ maksudku
calon mertuakuā¦.. begitulah.
Appa sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali, sementara bibi
yang biasa bekerja di rumahku sedang pergi entah kemana. Mungkin membeli
keperluan rumah atau apalah. Saat ini aku sedang menambahkan sesendok kecil
gula ke dalam teh wanita tadi, maksudku calon mertuaku. Aishā¦. Kenapa susah sekali
menyebutnya ibu mertua? Selain dengan fakta ia tak pantas menjadi ibuku, wanita
itu sepertinya juga tak sudi menerimaku sebagai anaknya.
Setelah selesai membuat teh, aku tak langsung membawanya ke
ruang tengah. Selama setengah menit, aku diam dulu di konter dapur. Menarik
napas panjang dan menyiapkan mental. Setelah insiden mengaduk kopi beberapa
minggu lalu, aku jadi semakin takut dan kebingungan untuk bersikap didepan
wanita itu. Aishā¦. Untuk apa bersikap benar? Bukankah tidak ada gunanya? Toh
apapun yang kulakukan selalu salah dimatanya. Ingat Bae Suji! Kata calon
mertuamu sendiri, kau itu calon menantu yang tak bisa diandalkan. Tidak baik.
Sama sekali tidak baik.
āTuhanā¦ā¦ selamatkan akuā gumamku sambil mengangkat cangkir
teh tadi. Berjalan menuju ruang tengah dengan jantung yang bertalu-talu hebat,
kemudian meletakkan cangkir itu persis didepan ibu Seung Ho. Aku terus
menunduk, tak berani melihat raut seperti apa yang tengah ditunjukkan olehnya.
āaduhā¦ā¦. Seharusnya kau membawa nampan juga! kalau langsung
cangkir begini tidak sopan namanyaā perlahan aku mengangkat kepala, melihat
bagaimana frustasinya wanita itu terhadapku. Eomeoā¦ā¦ jadi aku salah lagi? salah
lagi? dan kali ini karena nampan?
āMianhae. Aku akan lebih memperhatikan ituā jawabku
menyesal.
Nyonya Yoo menggelengkan kepalanya dengan prihatin, kemudian
mengangkat cangkir teh itu dan meminumnya sedikit. Biar kutebak, rasanya
terlalu manis ya? Atau malah kurang manis? Apa jangan-jangan rasanya tidak
seperti teh? Kalau begitu rasanya seperti apa? Air cucian piring? Terus saja,
terus! Hina aku sampai puas.
Tepat saat pikiranku tengah memutar kalimat-kalimat sinis
itu, ibu Seung Ho mendesah, sukses membuatku langsung menegakkan badan dengan
pikiran yang mendadak buyar. āSuzyā¦ā¦ jadi lusa ya?ā aku mengangguk perlahan.
Dalam hati kagum karena wanita itu bisa mengingat namaku bahkan melafalkannya
dengan benar. Baiklah.. ini namanya kemajuan.
āne.. lusaā jawabku setelahnya. Ibu Seung Ho lalu meletakkan
cangkir tehnya dimeja, kemudian menatapku serius, benar-benar menjadikanku
sebagai fokusnya. Seketika aku merasa mau pingsan, sudah ketakutan duluan
sebelum mendengar apa yang akan dibicarakan olehnya.
āSeung Ho benar-benar mencintaimuā kalimat pembuka yang
digunakan wanita itu benar-benar membuatku merasa terhentak. Apa yang
membuatnya bicara begitu?
āsetiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya
kan?ā Tanyanya. Membuat kepalaku langsung tertunduk dalam. Tiba-tiba saja
merasa sesak saat mendengar nada rendah yang digunakan wanita itu. Nada
suaranya terdengar pilu. Membuatku merasa amat bersalah.
āmaaf jika selama ini aku keras padamu. Aku hanya ingin
putraku mendapat yang terbaik untuk masa depannya. Bukankah menikah sama saja
dengan kontrak seumur hidup?ā nyonya Yoo tersenyum tipis, tapi tak seperti
biasanya. Senyuman tipis yang terlihat elegan dan meremehkan itu tak terlihat,
berganti dengan senyum tulus yang secara otomatis membuatku ikut tersenyum.
āSeung Ho adalah satu-satunya anak yang kukandung dirahimku
sendiri. Melepasnya jauh lebih berat daripada melepas Seung Naā ucapnya setelah
sebelumnya menghela nafas. Aku memfokuskan pandanganku kepada ibu Seung Ho yang
nyaris mengeluarkan air mata.
āini bukan berarti aku tidak menyanyangi Seung Na, walaupun
ia hanya anak adopsi, aku tetap memperlakukannya seperti anakku sendiri. Tapi
Seung Hoā¦ā¦ā¦ā¦. Seung Hoā Suara wanita itu
melemah saat mengucapkan nama Seung Ho, lengkap dengan isakan tertahan yang tak
sengaja terdengar disela-sela suara anggunnya. āWalaupun ia sudah 25 tahun dan
menjadi pimpinan perusahaan, ia tetap saja seperti namja kecilku yang duluā ujarnya
disertai senyum. Aku tak tahu harus merespon seperti apa. Yang aku rasakan saat
ini hanyalah perasaan sesak. Aku sesak.
Aku merasa seperti sedang dititipkan sesuatu yang tak mungkin bisa kujaga.
Sesuatu yang sangat berharga.
āSuzyā¦ā¦ā
āne?ā
ājika kalian sudah menikah nantiā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦., tolong
perlakukan Seung Ho dengan baik ya?ā nada meminta. Wanita itu menggunakan nada
meminta yang sukses membuatku terenyuh. Dalam hati sudah khawatir, akankah aku
bisa memenuhi permintaan sederhana itu?
āSuzyā
āneā¦ aku akan melakukan sebaik yang kubisaā
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
In front of Suzyās
home
11:57 KST
Author POV
Suzy mengantar calon mertuanya sampai depan rumah.
Perbincangan mereka tidak lama, bahkan tidak sampai satu jam. Tapi untungnya
perbincangan singkat itu sudah mampu
membuat Suzy sedikit merasa nyaman. Tadinya ibu Seung Ho memang ingin menginap,
tapi ternyata ada urusan lain yang harus ia lakukan. Dan terpaksa membatalkan
rencana menginapnya.
āmulailah membiasakan diri memanggilku ibuā pesan ibu Seung
Ho sambil tersenyum lembut kearah Suzy.
āarasseoā jawab Suzy pelan.
ācincin yang tadi kuberikan padamuā¦ā¦. Dijaga baik-baik yaā
Suzy hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Gadis itu berusaha tersenyum, tapi
sayangnya tak bisa. Dadanya sesak bukan main. Ia takut mengecewakan ibu Seung
Ho, ia takut susunan rencana gila di otaknya benar-benar terealisasi di hari
pernikahannya nanti. Rasanya ia ingin berlari ke kamarnya, mengambil cincin
yang dimaksud wanita itu lalu memberikannya kembali. Ia tak siap diberikan
barang seberharga itu. Terlebih itu adalah perhiasan turun-menurun keluarga
Yoo. Ia merasa tak pantas.
āaku pergi dulu! Kirimkan salamku pada appa-mu ya..ā
āneā¦ hati-hatiā
Ibu Seung Ho mulai melangkah mendekati mobilnya. Seorang
pria berseragam rapi yang berdiri tegap disamping pintu penumpang segera
membukakan pintu mobil, mempersilakan ibu Seung Ho masuk lalu menutupnya
kembali. Ia kemudian setengah berlari menjangkau pintu kemudi.
āSeung Na akan datang besok pagi. Perlukah Seung Na kusuruh
kesini untuk menemanimu?ā tanya ibu Seung Ho lewat kaca yang setengah turun.
ātidak perlu. Hyun Mi akan menemaniku sampai hari pernikahan
nantiā
ābegitu ya?ā
āpercaya padaku. Aku bisa mengurus semuanya dengan baik.ā
ābaiklah. Sampai jumpa besok lusa. Di gerejaā
āne.. di gerejaā jawab Suzy lemah. Ibu Seung Ho tersenyum
sambil mengangkat tangannya kearah Suzy yang balik mengangkat tangannya,
kemudian mobilpun melaju. Suzy tetap bergeming diposisinya. ādi gereja. Bertemu
di gereja. Entah pertemuan seperti apaā gumam gadis itu sambil menarik napas.
Ia merasakan tambahan beban dipundaknya, tapi disisi lain ia
juga merasa hatinya menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Ia merasa terbebani
dengan semua obrolannya dengan ibu Seung Ho tadi, ia merasa seolah kebahagiaan
Seung Ho ada ditangannya dan jika ia tak berhasil membuat Seung Ho bahagia maka
ia akan berhadapan dengan masalah besar. Ia sudah banyak mengutarakan
janji-janji. Ia berjanji akan menjadi istri yang baik, ia berjanji akan memperlakukan
Seung Ho dengan baik dan parahnya ia juga berjanji akan menjaga cincin keluarga
Yoo sebaik mungkin. Dan sekarang ia menyesal setengah mati. Kenapa harus
menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa ditepati?
Tapi selain semua beban itu, hari ini pula ia merasakan
ketenangan dihatinya. Ternyata ibu Seung Ho tidak seburuk apa yang dia
pikirkan, tidak semenakutkan apa yang dia kira. Wanita itu tidak membencinya.
Ia hanya menginginkan yang terbaik untuk putranya, ia hanya ingin memastikan
bahwa perempuan yang akan bersama dengan anak laki-lakinya seumur hidup adalah
anak yang baik. Suzy senang dengan fakta itu, tapi ia juga ketakutan dengan
semua pemikiran ibu Seung Ho terhadapnya. Lebih baik wanita itu jangan
memikirkan hal-hal yang baik dulu tentangnya, karena bisa jadi ia tak sebaik
itu. Bisa jadi ia malah melakukan hal yang mengecewakan. Untuk saat ini, lebih
baik jangan menilai siapa-siapa dulu.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
21:10 KST
Suzyās home
Suzy POV
āmau teh? Gratis loh!ā dengan riang gadis itu menyodorkan
secangkir teh hangat padaku. āKau ini! tentu saja gratis. Ini kan memang
milikkuā aku mencibir sembari menerima cangkir teh itu. Hyun Mi terkekeh pelan,
kemudian memutar badannya dan duduk dikursi kayu persis disebelahku. Kami
berdua sedang berada diteras rumah,
menikmati keindahan malam kota Seoul yang damai, makin lengkap dengan adanya
bulan purnama yang bulat mengagumkan.
ālalu? Bagaimana?ā pelan-pelan aku menarik napas, kemudian
memejamkan mata dengan resah. ākau ini kenapa, Suzy~a? berbaikan dengan calon
mertua seharusnya menjadi berita bagus! Kenapa kau malah gelisah begini sih?
Aku tak mengerti dengan jalan pikiranmuā
āiya.. aku paham. Aku juga merasa senang kok! Tapiā¦ā¦ā¦ā¦..ā
aku menatap Hyun Mi yang tengah menatapku intens. āada yang mengganjalā
āapa lagi? apa masalahnya?ā
āaku kehilangan keyakinanku. Aku tak yakin bisa meneruskan
pernikahan iniā terdengar decakan bosan dari bibir gadis itu. Seolah aku sudah
terlalu sering mengatakan hal ini. āaku ingin berhenti saja Hyun Mi~aā¦.. aku
tak mau menikah dengannyaā
āhuftā¦ā¦.. bodoh. Kau pernah dengar wedding sickness?ā aku
menggeleng, kemudian menatapnya setengah hati. āitu saat dimana seorang calon
pengantin merasakan keraguan ketika tanggal pernikahan semakin dekat. Sudahlah!
Jangan terlalu dipikirkan! Nanti keraguanmu itu juga hilang sendiriā
ābukan. Aku yakin ini bukan karena ituā
āaishā¦ā¦ berhentilah meracuni pikiranmu sendiriā
āaku mulai merasa aku menyukai Chanyeolā
āehā¦ hentikan!ā
ābukan sekedar suka, aku bahkan sudah sampai dalam tahap
ingin memilikiā
Hyun Mi yang sedari tadi mencoba menghentikan perkataanku
kini langsung berdiri dengan kesal. Ia menatapku tak percaya, menggelengkan
kepalanya dengan putus asa, kemudian meninggalkanku masuk ke dalam. Baiklah.
Anak itu sama sekali tak membantu. Jelas saja, dia tak tahu rasanya. Dia tak
tahu betapa menderitanya aku saat ini. Selama berpuluh-puluh tahun hidup, ini
pertama kalinya aku merasakan kebingungan yang amat sangat. Jika bisa, aku ingin
dibuat hilang ingatan saja. Setidaknya aku tak punya apapun untuk dikenang, tak
punya apapun untuk dipikirkan. Sial. Lusa aku menikah, memangnya apa lagi yang
bisa kuperbuat? Tak ada lagi yang bisa diubah. Tak ada lagi yang bisa
diperbaiki.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang sudah jam setengah
sebelas malam dan aku baru saja beranjak masuk kedalam rumah. Udara malam yang
segar benar-benar membuatku betah berlama-lama disana. Setidaknya hanya itulah
yang mampu kuperbuat ditengah-tengah kelimbunganku sekarang.
Saat masuk, suasana didalam rumah sudah sangat lengang.
Sepertinya Hyun Mi memang sudah tidur. Akhirnya, dengan langkah berat akibat
mengantuk, aku masuk ke dalam kamar. Menumbangkan diri di ranjang dengan posisi
menelungkup. Hanya sekitar tiga puluh detik aku bertahan dalam posisi seperti
itu, selanjutnya aku berbaring miring, berhadapan langsung dengan meja kecil
berbentuk setengah lingkaran. Diatasnya terdapat lampu tidur mini, sebuah novel
yang belum selesai kubaca, handphone dan kotak beludru berwarna perak. Tck,ā¦ā¦
Aku nyaris menangis begitu melihat kotak itu lagi. Padahal aku sudah hampir
lupa kalau baru saja diberikan cincin tadi.
Dengan gerakan cepat, aku mengambil kotak itu, membuka laci
mejanya, kemudian menyurukkan benda itu ke dalam sana, lantas menutupnya cepat.
Sebuah antisipasi ringan untuk melenyapkan cincin itu dari jangkauan pandangku.
Melenyapkan perasaan takut untuk sesaat.
Mataku beralih pada ponsel yang sudah dua jam terakhir tak
kusentuh. Apa ada pesan? Atau malah panggilan tak terjawab? Langsung saja
kuraih benda itu, membuka flip ponselnya dan terdiam begitu melihat kata ā1 Pesan masukā disana. Aku yakin
100.000% kalau yang mengirimiku pesan itu adalah Seung Ho. Dia memang begitu,
kalau dalam sehari kami tidak bertemu, biasanya ia akan mengirimiku pesan
selamat malam. Pesan penuh perhatian, atau sebut saja pesan basa basi.
From = Seung Ho
Selamat tidur Suzy~a.
Aku mencintaimu.
Soal yang kemarin,
aku minta maaf. Maaf sudah mengacaukan makan malammu. Maaf sudah membentakmu.
Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh. Mianhae Suzy~aa
Setelah membaca pesannya, aku meletakkan ponsel itu kembali.
Sama sekali tak berniat untuk memberikan pesan balasan. Mungkin hatiku memang
sudah semakin keras. Sampai-sampai tak terenyuh saat mendapat pesan seperti
itu. Ia bahkan meminta maaf duluan. Meminta maaf atas apa yang bukan salahnya.
Ayolahā¦.. memang apa salahnya? Ini murni kesalahanku. Seharusnya aku lebih
menjaga perasaannya. Bukannya malah teriak-teriak tak jelas dan membuatnya
malu. Seharusnya aku lebih bisa mengontrol emosiku. Ishā¦. Ini gara-gara
Chanyeol. Kenapa ia tak datang? Dan kenapa malah Seung Ho yang datang? Ini
pasti ulah manusia itu.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Suzyās private room
11:31 KST
Author POV
Pukul setengah dua belas siang. Matahari memancarkan
cahayanya yang terik, membuat siang itu menjadi seperti neraka. Semua orang
sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, para pekerja kantoranpun sudah
ada yang bersiap untuk makan siang. Berbeda dengan seorang gadis yang masih
terkapar diatas ranjang, terlihat sama sekali tak punya tenaga.
Suzy mengerjap dalam tidurnya, perlahan mulai merasakan kain
dingin menempel di keningnya. āKau panas sekali Suzy~aaā¦.. ottokachi? Ke dokter
saja ya!ā suara keluhan seorang perempuan terdengar samar ditelinganya. Suzy
mencoba membuka mata, tapi kesulitan sendiri karena kelopak matanya terasa
lebih berat. āHyun Miā panggil gadis itu serak, dengan mata yang hanya mampu
terbuka setengahnya. ākepalaku pusingā adu Suzy sambil memegangi kepalanya,
membuat kain basah dikening gadis itu terjatuh ke bantal yang ia pakai.
āaduh! Lihat akibat perlakuanmu! Siapa suruh melawan angin
malam?ā
āsalahku?ā ulang Suzy lemah. āaku salah lagi?ā
ātckā¦. Suzyā¦.besok kau menikah! Kenapa malah demam begini?ā
āaku sakit ya? Kalau begitu, bisakah pernikahannya diundur?
Tunggu aku sembuh dulu, bagaimana?ā
āehā¦ dasar gila! Kau pikir menyiapkan pernikahan itu mudah?ā
walaupun cerewet dan terus-menerus mengomel, Hyun Mi tetap meletakkan kembali
kain basah diatas kening sahabatnya itu. Dengan penuh perhatian mengecek suhu
tubuh Suzy yang terlihat menyedihkan.
ākutelfon Seung Ho saja yaā¦ā
āuntuk apa menelfonnya?ā
āmungkin kedatangannya bisa membuatmu lebih baikā jawab Hyun
Mi. Tanpa menunggu persetujuan, gadis itu menyambar ponsel flip Suzy, lantas
mencari nomor Seung Ho dengan semangat.
ābisa telfon Chanyeol saja, tidak?ā tangan Hyun Mi berhenti
bergerak. Ia memicingkan matanya kearah Suzy. ākau itu yaā¦ benar-benarā geram
Hyun Mi.
āaku mau bertemu dengannya. Sudah lebih dari seminggu kami
tak bertemuā
āaniyaā¦. Kau tidak boleh bertemu dengannyaā tandas Hyun Mi
dengan nada final.
āHyun Miā¦ā¦.. jebal. Aku janji akan sembuhā dengan susah
payah Suzy mengubah posisinya menjadi terduduk. Ia menatap Hyun Mi
sungguh-sungguh, sebagai cara untuk meminta izin kepada sahabat yang sudah
seperti pengasuhnya itu.
āHyun Miā¦ā¦ā¦ā¦ aku merindukannyaā
ātck. Kubilang tidak bolehā
ākumohonā isak Suzy akhirnya. Karena sudah tak kuat, air
mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya tumpah begitu saja. Membuat
perempuan didepannya menghela nafas gusar. Dengan berat hati ia meletakkan
ponsel itu kembali di meja, kemudian melirik Suzy dengan tatapan āterserah kau sajaā lantas berjalan menuju
pintu keluar. āawas kalau sampai kau tak sembuhā ancamnya saat membuka pintu.
Suzy yang baru saja meraih ponselnya langsung mengangguk pasti.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Chanyeolās apartment
12:00 KST
Pria itu tersenyum begitu melihat layar laptopnya. Satu buah
e-mail masuk dari penerbit.
Cerita yang kau
kirimkan beberapa waktu lalu sudah kami baca. Kami sungguh tertarik untuk
membuatnya dalam bentuk novel. Tolong kirimkan data dirimu segera, termasuk
nomor yang bisa kami hubungi.
Chanyeol mengembuskan nafasnya dengan lega. Mata namja itu
terpejam, kepalanya yang menghadap keatas ia sanggah dengan kedua tangannya.
Senyuman tipispun ikut meramaikan ekspresi keberhasilannya. Ia benar-benar
sudah merasa tenang. Dalam seminggu ini, ia sudah bisa memanen hasil kerja
kerasnya beberapa tahun terakhir. Nominal uang di rekeningnya terus bertambah.
Pemasukan itu ia dapat mulai dari teater kampus, penjualan novel, hingga film
pertamanya. Ya.. filmnya memang belum selesai digarap, tapi namja itu sudah
bisa mendapatkan uang dari naskah buatannya. Belum terbayang dibenak pria itu
apabila filmnya mulai diputar secara massal di bioskop-bioskop, pastilah
pemasukannya akan semakin besar.
Sekarang memang sudah waktunya mengatakan selamat tinggal
untuk kegagalan dan mengatakan selamat datang untuk keberhasilan. Ya.. pria itu
sudah sampai dipintu pagar keberhasilan. Bagaimana tidak? bahkan sebuah
perusahaan penerbitan besar sekelas sunset-pun sudah siap menerbitkan novelnya.
Sejak awal pria itu memang punya tekad kuat untuk bisa sampai pada tahap ini.
Ia berusaha keras, menawarkan naskahnya kesana-sini. Berkali-kali ia ditolak,
namun pria itu tetap tak putus asa. Jika ditolak, ia selalu membaca ulang naskahnya,
mencari letak kesalahannya dan menjadikan kesalahan itu sebagai pelajaran untuk
lebih baik.
Namja itu mulai menulis saat lulus SMA. Dan saat itu pula ia
mulai mengirimkan ceritanya ke penerbit. Memang nyaris semua orang tak
mengindahkan karyanya. Dipikiran mereka, anak baru lulus SMA, memangnya bisa
menulis sebagus apa? Lantas karyanya yang memang masih butuh banyak perbaikan itupun
terombang-ambing tanpa kejelasan. Karya pertamanya adalah Blue Wedding Day, ia
menawarkannya pada teater kampus dan diterima. Bahkan Blue Wedding Day
dijadikan pementasan bulanan di kampusnya sejak Chanyeol masih berkuliah disana
hingga sekarang. Dan saat ini, naskah pertamanya itu bahkan difilmkan. Blue
Wedding Day memang hanya kisah picisan biasa, hanya saja mungkin Chanyeol
terlalu hebat dalam pemilihan adegan. Ia bisa mengubah karya dengan tema biasa
menjadi sesuatu yang terkemas menarik.
Chanyeol baru saja mematikan laptop saat suara dering
ponselnya menggema diseluruh ruangan. Namja itu terdiam begitu melihat nama yang
tertulis dilayarnya, āSUZYā Haruskah ia angkat? Setelah sekitar tiga detik tak
bergerak, namja itu pun memutuskan untuk mengangkatnya.
āyoboseoā
āne.. Suzy. Ada apa?ā
ākau dimana? Sedang sibuk tidak?ā Suzy bertanya dengan
lemah.
āsuaramu serak.
Sedang sakit ya?ā
ādatang ke rumahku. Aku mau bertemu denganmuā
ākau sedang sakit
ya?ā Chanyeol tak bisa menutupi nada khawatirnya. Ia kembali mengulang
pertanyaan āsedang sakit, ya?ā namun
lagi-lagi gadis itu tak menjawab. Namun tanpa jawabanpun, ia sudah yakin kalau
gadis itu memang sedang sakit. Terdengar jelas dari suaranya.
ākumohon datangā
ākenapa aku harus
datang? Ehā¦. Suzyā¦ā¦ Suzyā¦.. Bae Sujiiiiiiā¦ā¦ ā Chanyeol mendecak. Setelah
bilang ākumohon datangā, gadis itu
langsung memutuskan sambungannya. Seolah permintaannya memang harus dipenuhi.
Namja itu tak ingin membuang waktu. Ia langsung berdiri dan meraih jaketnya. Tiba-tiba
saja pria itu mengerang. Meringis memaki kepalanya yang mendadak terasa sakit
luar biasa. Selain kepala, badannya pun ikut lemas. Mungkin karena terlalu lama
duduk, tubuhnya menjadi lemas saat berdiri. Ia beberapa kali kehilangan
keseimbangan hingga harus berpegangan pada dinding.
Chanyeol melirik jam dindingnya. Jam dua belas siang, inilah
saat dimana ketajaman penglihatannya mengalami penurunan hingga ke level
terendah. Ia tak bisa bertatapan
langsung dengan matahari siang yang amat terik. Matanya menjadi sensitive dan
tak bisa melihat jauh. Namun, namja itu tetap tak mengurungkan niatnya. Ia
tetap memaksakan diri untuk keluar ditengah guyuran sinar matahari yang
membuatnya hanya mampu melihat semuanya serba samar. Tetap memaksakan tubuhnya
yang bisa ambruk kapan saja itu untuk berjalan. Tetap memaksakan tangannya yang
sering lemas tiba-tiba untuk menggenggam stang motor milik Joon Myeon. Ya..
kemarin malam Joon Myeon membawa motor, entah milik siapa, tapi bukankah apapun
milik Joon Myeon adalah miliknya juga?
Tanpa mengulur waktu, kendaraan beroda dua itu melaju. Turut
memperamai jalanan Seoul yang cukup lancar. Hanya mampu berharap jika ia bisa
sampai di rumah Suzy hidup-hidup, dan kembali ke apartemennya sebelum Joon
Myeon pulang kantor.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
Dari tempat ia berbaring sekarang, Suzy bisa mendengar
percakapan dua orang di depan pintu kamarnya. Seperti suara Hyun Mi dan
Chanyeol. Gadis itu tidak langsung percaya pada pendengarannya. Ia tak
terburu-buru untuk menyimpulkan. Dengan susah payah, ia menahan gejolak bahagia
yang berdentum-dentum keras didadanya. Ini gila. Hanya dengan fakta kalau bisa
jadi orang didepan pintu kamarnya sekarang adalah Chanyeol, gadis itu bisa
sebahagia ini. Bukankah itu adalah masalah besar untuk seorang perempuan yang
sebentar lagi akan menikah?
Tiba-tiba saja gagang pintunya terputar dan terdorong
perlahan. Suzy langsung menahan napas. Menantikan dengan sabar sampai pintu itu
terbuka sepenuhnya.
āheiā seorang pria muncul dari balik pintu itu. Seorang pria
yang begitu familiar dimatanya. Chanyeol. Pria itu masuk dengan sapaan renyah
yang membuatnya luar biasa bahagia.
Suzy tak bersuara. Namun ia tak bisa menyembunyikan rasa
bahagianya yang meluap-luap. Padahal baru 9 hari mereka tak bertemu, tapi
kenapa rasanya sudah lama sekali? Suzy membalas senyum Chanyeol. Tulus. Tak
pernah setulus ini sebelumnya.
āMau minum apa?ā tanya Hyun Mi diambang pintu.
āaku mau sesuatu yang dingin. Di luar panas sekaliā Chanyeol
menjawab seolah sudah sangat akrab dengan Hyun Mi. Gadis itu mengangguk, setuju
akan betapa panasnya keadaan luar. āyang dingin ya? Es batu saja bagaimana?ā
dengan tampang innocent, gadis didepan pintu itu menyerukan pendapatnya.
ākalau es batunya kau masukkan ke gelas lalu ditambahkan
minuman bersoda, aku mauā Chanyeol mengangguk serius. Hyun Mi tersenyum,
terlihat cukup terhibur dengan ulah pria yang mengimbangi gurauannya dengan
gurauan lain yang menyegarkan. Ia lantas melirik Suzy, seolah paham dengan apa
yang ia suka dari namja ini. Sesuatu yang sulit ditemukan dalam pria sekelas
Seung Ho.
Suzy tersenyum ragu kearah Hyun Mi yang sedang menutup pintu
kamarnya sambil tersenyum simpul. Ia lantas mengalihkan tatapannya pada Chanyeol
yang sudah mengambil posisi duduk disisi ranjangnya.
āperempuan sepertimu bisa sakit juga ya?ā Chanyeol memulai
percakapannya dengan pertanyaan ringan.
ākeoreom. Aku manusia biasa tauā
ākenapa bisa sakit?ā ada nada khawatir yang terselip disana.
āmungkin karena stres memikirkanmuā
āmemangnya siapa yang menyuruhmu memikirkanku?ā
ātak ada yang menyuruh. Hanya saja aku tak bisa menghentikan
akal sehatku yang mulai tak sehatā Chanyeol terkekeh mendengar jawaban abstrak
dari gadis didepannya.
āChanyeol~aā¦.ā
āhmm?ā
ābesok aku menikahā Suzy bicara dengan nada mengadu.
āaku tau. Kenapa kau senang sekali mengulang-ngulangnya sih?
Kau ingin pamer karena sebentar lagi menjadi pengantin, eh?ā Chanyeol mencoba
bersikap senormal mungkin. Seolah baik-baik saja. Seolah ia sama sekali tak
punya perasaan lebih pada gadis itu.
āaku seriusā keluh Suzy.
āne.. aku juga serius. Aku tau kau akan menikah. Dan aku
hanya bertanya kenapa kau mengatakan hal itu terus?ā
āwaeyo? Kau tak suka aku mau menikah?ā
ākenapa aku harus suka jika kau mau menikah?ā Pria itu
membalik pertanyaan Suzy dengan mulus. Sukses membuat gadis itu tertegun untuk
beberapa saat. Keadaan masih terus hening hingga akhirnya Chanyeol kembali bersuara
ābisa sebutkan kenapa?ā
ātidak. Aku tidak bisa menyebutkan kenapa. Memang seharusnya
kau tak usah suka dengan pernikahanku. Toh yang menikah saja tidak sukaā
ākau bicara apa, sih?ā
āapa kau memang sebodoh itu hingga tak mengerti perasaanku
huh?ā
ādan kau! Apakah kau sejenius itu hingga kebingungan untuk
menentukan prioritas?ā Chanyeol menyambung ucapan Suzy dengan cepat. Dengan
nada kesal yang sama seperti yang digunakan Suzy sebelumnya. Chanyeol menatap
gadis itu tepat di bola matanya yang bergetar, jelas tengah menahan tangis.
āaku juga punya perasaan Suzy~aaā¦ā¦ā¦.. tapi setidaknya aku paham akan situasi
iniā
ājadi maksudmu, kau jugaā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. menyukaiku?ā
āterserah kau menafsirkannya seperti apa. Yang pasti aku
lebih senang mengorbankan perasaan satu orang daripada harus melukai banyak
perasaanā
ājadi kau menyerah sebelum berjuang? Kau tau? Itu namanya
pengecutā
āaku hanya tak mau menjadi pengacau hubungan orang. Kau tau
Seung Ho mencintaimu sebesar apa? Bisa jadi rasaku tak akan bisa lebih dari
rasanya padamu?ā
ākenapa kau malah mengucapkan itu padaku? Kenapa kau malah
membesar-besarkannya dihadapanku?ā tanya Suzy tak suka. Ia mendengus sembari
meloloskan matanya kearah lain. Mulai tidak nyaman dengan tema pembicaraan
mereka sekarang.
āaku hanya bicara fakta. Bisakah kau menatap lurus ke depan?
Kau akan disandingkan dengan seorang pria tampan, kaya raya, penuh perhatian
dan yang terpenting mencintaimu dengan tulus. Harusnya kau bersyukur sedikitā
ātampan dan kaya bukan jaminan bahagiaā
ālantas apa yang kau harapkan dariku? Jika dibanding
dengannya aku tak punya apa-apaā
āsetidaknya kau bisa membuatku tersenyum setiap hari. Bisa
membuatku nyaman. Bukannya gugup dan khawatir tiap saatā
āsudahlah. Sejak awal ini memang bukan pilihan. Kita berdua
punya hidup sendiri yang harus dijalaniā
āChanyeol. Kau tidak mengerti. Semuanya tidak semudah apa
yang kau bilang. Iniā¦ā¦.ā Suzy mulai menggunakan nada tingginya yang terdengar
begitu emosional. Matanya sudah berair dan nyaris menangis.
ācoba pikir bagaimana masa depanmu bila denganku? Aku cuma
penulis naskah dengan penghasilan tak tetap, mungkin sekarang aku memang sedang
mendapat banyak pemasukan, tapi siapa yang bisa menjamin masa depanku? Laluā¦ā¦
aku hanyalah namja yang berasal dari keluarga kecil yang rusak tanpa kutahu
sebabnya, keluarga kecil dipelosok Daejeon. Kau akan terluka bila dengankuā
Chanyeol menatap Suzy sungguh-sungguh. Berusaha memberi penjelasan kepada gadis
yang kini sudah menangis tanpa suara itu.
ātolong hapus semua bayangan masa depanmu tentangku. Aku
berani bertaruh tak akan ada aku disanaā Namja itu menyiratkan maksud
ucapannya, namun Suzy tak mengerti. Bisa saja ia bicara āsebentar lagi aku matiā tapi tentu saja tak ia lakukan. Ia paham
dengan siapa ia bicara sekarang.
āmaksudmu kau akan meninggalkanku? Kau akan menetap di
Daejeon selamanya?ā itulah yang Suzy tangkap dari ucapan Chanyeol tadi. Dengan
suara serak dan mata sembap, gadis itu terlihat begitu menyedihkan.
ācepat sembuh ya.. aku harus pulang sekarangā Chanyeol
berdiri. Sudah enggan untuk melanjutkan obrolan mereka.
ākenapa? Kau baru sebentar disiniā keluh Suzy.
ācepat sembuh ya.. besok kita bertemu lagiā sambil tersenyum
namja itu menepuk-nepuk kepala Suzy. Berusaha menempatkan dirinya sebagai
seorang sahabat, tak lebih.
ābisakah aku minta satu hal darimu?ā tanya Suzy dengan nada
rendah. āsebutkan saja!ā ucap Chanyeol langsung.
āPeluk akuā
āhuh?ā seru Chanyeol spontan. ākau gila!ā
ākumohonā
āaniya. Apa-apaan kau ini!ā tolak namja itu tegas.
ā Besok aku menikah. Aku tak akan meminta apapun lagi darimu.
Kumohon Chanyeol~aā pinta Suzy, dengan nada memohon yang belum pernah ia
keluarkan sebelumnya. āaniya Bae Suji. Sebenarnya kau kenapa sih?ā
ākumohonā lirih gadis itu.
āheyā¦.. dengarkan akuā¦ā¦ā¦ā
āaniyaā¦. Kau yang dengarkan aku!ā sela Suzy sambil mengangkat
telunjuknya kearah Chanyeol. ākau tau kan kalau aku sedang sakit? Kau tega
mengacuhkanku begitu? lagipula aku cuma minta dipeluk. Anggap saja ini salam
perpisahan kita. Kehidupanku setelah pernikahan pasti akan berbedaā ucap Suzy
dengan nada bicara yang memelan.
Chanyeol menghembuskan nafasnya pasrah, kemudian menatap
balik gadis yang sudah sejak tadi menatapnya duluan itu. Keputusan yang entah
akan ia sesali atau tidakpun terambil. Pria itu mendekat kearah Suzy, lalu
membungkuk dihadapannya. Seolah memberi izin dengan isyarat. āini kali pertama
ada seorang gadis yang meminta kupelukā gumam Chanyeol tepat didepan Suzy.
Suzy tersenyum kecil, lalu melingkarkan lengannya dileher
Chanyeol. Menariknya lebih dekat, hingga namja itu terpaksa duduk di sisi
ranjang. Untuk beberapa saat ia hanya diam, tak tahu harus bersikap seperti
apa. Dipikirannya, jutaan rasa bersalah telah berlalu lalang. Seharusnya ia tak
melakukan ini, seharusnya ia sedikit tahu diri. Yang pantas melakukan ini pada
Suzy bukanlah dia, tapi Seung Ho.
ābadanmu sudah tidak panas, Suzy~aā Chanyeol berusaha menghiraukan
perasaannya yang mulai bergejolak dengan mengatakan sesuatu yang sama sekali
tak berdasar. Dengan suara tercekat yang lolos tanpa kontrol. Membuat namja itu
panik sendiri untuk menentukan sikap. Apa jantungnya berdegup terlalu cepat?
Apa suara detakannya terlalu kencang? Apa Suzy mendengarnya?
āneā¦ aku merasa lebih baikā jawab Suzy tanpa beban.
ākalau begitu, sudah tak ada gunanya lagi aku disini kan?ā
āeung??ā
āsekarang lepaskan tanganmu dan biarkan aku keluar!ā Chanyeol
meraih lengan Suzy yang berada dibahu kirinya, mencoba menarik tangan itu
hingga pelukannya terlepas.
āwae? Hyun Mi bahkan belum datang dan membawakan minumanmuā
ākau mau dia melihat kita dengan posisi seperti ini?ā sinis
Chanyeol dengan gerakan tangan yang masih sama.
ābaiklahā ucap Suzy sembari melepaskan pelukannya.
ācepat sembuhā¦ā¦ā¦ danā¦ā¦ā¦.. jangan menangis! Aku tak mau
melihat pengantin perempuannya bermata sembap, aratsoyo?ā
Suzy tersenyum kecil, āarasseoā
ākalau begitu, anyyeongā
āsampai jumpa besokā Suzy membenarkan. Chanyeol hanya
tersenyum lalu entah kerasukan setan apa, pria itu mendekatkan wajahnya ke
wajah Suzy dan mencium kening gadis itu kilat. Membuat Suzy langsung terpaku
kaget. Jelas tak percaya akan apa yang baru saja ia alami. Tadi namja itu susah
sekali disuruh memeluknya, dan sekarangā¦ā¦.. dengan entengnya ia menciumnya.
Sebenarnya namja itu kenapa?
Tepat saat Chanyeol berbalik dan hendak membuka pintu, Hyun
Mi juga mendorongnya dari luar. āminumannya datangā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ lama sekali ya? maafā
āgomawo, tapi minumannya buatmu saja. Aku sudah harus
pulangā
āsudah mau pulang? Kenapa buru-buru sekali?ā dengan bingung,
Hyun Mi melemparkan pandangannya kearah Suzy.
āannyeongā Chanyeol keluar begitu saja.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Seung Ho POV
12:38 KST
Hari ini aku sengaja tidak masuk kantor. Niatnya ingin
menghabiskan waktu seharian dengan Suzy. Pertemuan terakhirku dan Suzy
sangatlah buruk, kami sedang terlibat
pertengkaran waktu itu. Aku sudah mencoba minta maaf lewat sms, tapi ia tak
membalasnya. Neā¦ aku tau. Minta maaf lewat sms itu adalah tindakan seorang
pengecut. Seharusnya aku bertemu langsung dengannya dan mengatakan permohonan
maafku.
Tadinya aku mau datang pagi ke rumah Suzy, tapi Seung Na
noona dan suaminya baru datang dari Kanada dan aku harus menjemput mereka di
bandara. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan noona dan kakak iparku itu,
jadi nyaris tiga jam kami hanya menghabiskan waktu dengan berbincang. Mereka
banyak menanyakan soal Suzy, bahkan tadinya Seung Na noona mau ikut saat kubilang
siang ini akan ke rumah Suzy. Tapi kurasa, untuk hari ini lebih baik aku
menyelesaikan masalahku dan Suzy dulu.
Dan sekarang disinilah aku. Di dalam mobil, menyaksikan
seorang pria yang cukup kukenal tengah keluar dari rumah perempuanku. Tckā¦. Kenapa
dia lagi? kenapa harus Park Chanyeol lagi? apa yang dia lakukan dengan Suzy?
Tau betapa sakitnya? Rasanya aku benar-benar mau melajukan
mobilku ke daerah pantai, ke gurun pasir, atau ke luar angkasa kalau bisa, lalu
berteriak sekencang-kencangnya. Meneriakkan segala kata makian yang sudah
menggunung di kepalaku. Aku memang bukan tipe namja yang bisa mengumpat dengan
mudah. Untuk mengeluarkan satu kata umpatan saja, aku harus berpikir dan
menimbang-nimbang dulu. Tapi untuk kali ini, aku benar-benar sudah tak kuat
lagi. Bisakah kubilang calon istriku tengah berselingkuh? Yupā¦.. selingkuh. Brengseknya
dihadapanku.
Aku merasa seperti seorang anak kecil cacat yang lemah, yang
tak bisa melakukan apa-apa. Mungkin aku terlalu baik. Atau malahā¦ā¦..terlalu bodoh. Ayolah,ā¦ā¦ untuk
sekedar tegas pada Suzy saja aku kesulitan.
Kendaraan beroda dua itu mulai menjauh dari rumah Suzy. Ya..
pergilah. Seharusnya kau memang tidak datang kesini. Apa kau lupa kalau besok
aku akan menikahi gadis yang tinggal disana? Apa kau ingin gadis itu
benar-benar berubah pikiran dan memilihmu? Kalau sudah begitu, aku bisa apa?
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
Suzyās private room
Author POV
Sudah pukul setengah satu siang. Matahari yang tadinya
bersinar tanpa kenal ampun itu sudah tak lagi terasa, tertutup awan besar yang
membuat panasnya tak seterik tadi. Beberapa pedestrian beramai-ramai
mengucapkan terima kasih kepada sang awan sembari mempercepat jalannya.
Setidaknya, untuk beberapa menit mereka bisa berjalan nyaman tanpa tersengat
panasnya matahari yang membuat pusing. Suzy berbaring miring di ranjangnya,
menatap lurus kearah jendelanya yang terbuka. Ia bisa merasakan semilir angin
memasuki kamar, tanpa permisi membelai wajahnya.
Chanyeol baru saja pergi, sementara Hyun Mi yang daritadi
mengomelinya karena merengek minta jendelanya dibiarkan terbuka-pun juga baru
saja pergi. Suzy tak perduli dengan semua omelan Hyun Mi tadi, tak perduli jika
saja demamnya tak kunjung turun, tak perduli jika besok tiba-tiba ia pingsan
karena sakit.
Tok tok tok
Ketukan pintu itu tak merubah posisi Suzy sedikitpun. Gadis
itu hanya melirik pintu dibelakangnya tanpa ketertarikan, lalu kembali menatap
kosong kearah jendela.
Tok tok tok
Pintu itu kembali diketuk. Membuat ia mau tak mau mengalah
dengan berat hati. Sambil meringis, Suzy mengganti posisinya menjadi setengah
berbaring, āmasukā serunya.
Perlahan-lahan pintu itu terbuka. Suzy yang sudah yakin
kalau orang yang akan ia lihat dari balik pintu kamarnya adalah Hyun Mi itu
langsung tercekat begitu melihat sosok yang lain. āoppa?ā gumamnya tak percaya.
āboleh aku masuk?ā tanya pria diambang pintu itu.
āk..ke..keoreomā
Pria itu, Seung Ho, langsung mendekat kearah ranjang yang
ditempati Suzy. Keningnya berkerut begitu melihat wajah pucat pasi gadisnya. ākau sakit?ā tanya
namja itu sembari menempelkan punggung tangannya di kening Suzy.
ābadanmu agak hangat. Sudah minum obat?ā
ātadi pagi sudah kokā
āini sudah siang, Suzy~aā¦.. Ayo minum obatnya lagiā Mata
Seung Ho berpencar ke sekeliling kamar Suzy. Hingga akhirnya matanya tertuju
tepat kearah botol obat dimeja kecil disamping ranjang. Tanpa basa-basi, ia
berjalan kearah meja itu. Meraih botol obatnya dan mulai sibuk membaca petunjuk
pemakaian.
āSeung Ho oppa, ada perlu apa kesini?ā tanya Suzy hati-hati.
ājadi aku harus punya alasan dulu baru boleh bertemu calon
istriku?ā jawab Seung Ho dingin. Amarahnya mulai naik lagi dan dia berusaha
mati-matian untuk tidak meledak didepan gadis itu. Akhirnya Seung Ho berhasil
mengetahui takarannya, ia mulai membuka tutup botol obat itu lalu menuangkannya
ke sendok takar.
āayo buka mulutmuā Suzy mengikuti arahan Seung Ho dengan
patuh.
ākau sendirian di rumah?ā tanya Seung Ho sembari meletakkan
kembali botol obat digenggamannya.
ātidak, aku bersama Hyun Mi kok. Memangnya tadi yang
membukakanmu pintu bukan Hyun Mi?ā
āBukan. Pintunya memang tidak dikunci. Sepertinya Chanyeol
lupa menutup pintuā sindiran tajam itu sukses membuat tenggorokan Suzy
tercekat. Dengan cepat, ia meloloskan matanya dari tatapan tenang Seung Ho yang
begitu mengintimidasi.
āaishā¦.. kenapa jendelanya dibiarkan terbuka begini? Kau
tidak boleh kena angin luar duluā Seung Ho berjalan menuju jendela dan
menutupnya rapat-rapat. Sementara Suzy masih terpaku di posisinya, masih gugup
dan ketakutan setengah mati. Ia tak tahu harus berbicara dan bersikap bagaimana
sekarang. Tchā¦ sudah berapa kali ia tertangkap basah?
ājika kau memang benar-benar menginginkan alasan kenapa aku
datang kesini, baiklah aku akan beritahuā selama Seung Ho bicara, Suzy terus
menunduk. Keberaniannya mendadak lenyap, hilang bersamaan dengan sindiran tajam
Seung Ho tadi.
āsebenarnya aku kesini mau minta maaf. Maaf sudah
membentakmu tempo hariā suasana hening
setelahnya. Hanya ada suara detakan jam dinding yang terdengar. ātapi apakah
aku salah jika aku cemburu?ā
āne?ā
āsudahlahā¦ā¦ lupakan sajaā Seung Ho mengibaskan tangannya,
lalu mendekat dan duduk di sisi ranjang Suzy.
āapa yang Chanyeol lakukan disini?ā tanya namja itu dengan
nada rendah. Suzy langsung terlihat gugup, dan seolah mengerti, Seung Ho
langsung meletakkan telapak tangannya dikepala Suzy. Dengan penuh perhatian, mengelusnya
pelan-pelan. Upaya ringan untuk membuat gadis itu merasa lebih nyaman dan mau
menjawab pertanyaannya.
āaku yang memintanya datangā jawab Suzy jujur.
āuntuk apa?ā
āeobsoā¦ aku cuma mau bertemuā Seung Ho mengangguk paham dan
suasana kembali hening.
āselain rasa nyaman, apa yang Chanyeol bisa berikan padamu
sedangkan aku tidak?ā tanya Seung Ho dengan tatapan menerawang. Seolah sedang
mencoba mengoreksi diri sendiri.
āmollayo. Kurasa tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti
itu?ā
āanioā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ aku hanyaā¦ā¦.ā Seung Ho menggantungkan kalimatnya
dan menatap Suzy miris, ālelahā
Suzy menggigit bibir bawahnya saat mendengar jawaban dan
suara Seung Ho yang begitu lemah. Merasa amat bersalah tepatnya. āsetidaknya
mungkin akan terasa lebih baik jika aku tahu apa kurangkuā Seung Ho
menghembuskan nafasnya. Lama-lama ia merasa sesak juga. Lama-lama ia bisa jadi
pihak yang ingin menghentikan semuanya.
Suzy yang kebingungan dengan perasaannya malah menangis
dalam diam. Tiba-tiba air matanya mengalir. Entah karena perasaan sejenis apa.
Apakah ini bagian dari cintanya untuk Seung Ho yang nyaris punah itu? atau
apakah ini rasa kasihan kepada calon suaminya yang justru tak mendapat cinta
darinya?
āSuzyā
āā¦ā¦ā¦..n..ne, oppa?ā jawab Suzy serak.
ābesokā¦ā¦. Kau mau datang atau tidakā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.., aku serahkan
padamuā Suzy langsung terisak begitu mendengar ucapan Seung Ho itu. Ada rasa
sakit yang menyembul. Rasa sakit yang tak ia mengerti. Tchā¦. Begini. Apakah itu
masuk logika jika calon suamimu membebaskanmu untuk datang atau tidak ke acara
pernikahan kalian? Ayolahā¦.. omong kosong macam apa lagi ini.
Suzy yang berada pada posisi berbaring dengan cepat memeluk
lengan Seung Ho yang hampir berdiri. Memaksa namja itu untuk tetap disebelahnya, setidaknya lebih lama
dari ini.
ādiam disini sebentarā pinta Suzy. Ia mengeratkan pelukannya
dilengan Seung Ho kemudian memejamkan mata. Hanya ingin memejam didekat pria
itu sebentar saja.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Begitu jendela itu dibuka, udara dingin segera saja masuk,
saling berlomba menyerbu menusuk tulang seorang gadis yang langsung bergidik
memeluk tubuhnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore, sementara langit
luar masih terlalu cerah untuk disebut petang. Gadis itu, Hyun Mi, membalik
tubuhnya, menghadap seorang gadis yang tengah berbaring lemah diranjangnya.
Ia mendekat kesana. Sebenarnya Hyun Mi tak tega untuk
membangunkannya, hanya sajaā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. tidakkah tidur siang hampir 5 jam itu
terlalu lama?
āSuzyā Hyun Mi menyentuhkan tangannya ke lengan atas Suzy.
Menggerakkannya pelan-pelan.
Tidak butuh waktu lama, gadis itu langsung menggeliat.
Matanya yang sebelumnya tertutup rapat itu mulai mengerjap, mulai menyesuaikan
dengan cahaya luar yang masuk menyerbu matanya.
āSeung Ho? Eoddiso?ā tanya gadis itu begitu kesadarannya
mulai terkumpul.
āsudah pulang dari tadiā
Suzy tak merespon. Ia terlihat masih sangat pusing saat ini.
āini pertama kalinya aku melihat kalian berdua semesra tadiā ujar Hyun Mi dengan
nada menggoda.
āaku cuma tidurā
āiya tidurā¦. Tapi sambil memeluk lengannya kan?ā dengan jahil, Hyun Mi
menyenggol lengan Suzy.
āaishā¦ā¦ tidak seperti itu. Aku bisa jeā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā
āsudahlah! Aku senang kok melihat kalian mesra begitu.
Setidaknya aku tidak perlu mencemaskan acara besokā
āmaksudmu?ā
āeungā¦.. jujur saja, aku takut kalau kau melakukan hal yang
tidak-tidak besokā
āhal tidak-tidak bagaimana maksudmu?ā
āyaā¦ seperti kabur sebelum acaranya dimulai, membatalkan
pernikahan didepan altar, atau apalahā¦ā¦ā¦ terkadang gadis penurut bisa jadi
sangat liar saat berhadapan dengan kesempatan terakhir.ā
ākau tetap harus mengantisipasinyaā jawab Suzy dengan nada
bercanda. āawas kau!ā
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
A day laterā¦ā¦ā¦ā¦..
Suzy POV
Suzyās private room
07:42 KST
āSuzy~aaā¦ā¦. Setelah mandi, kau langsung pakai gaunnya
yaā¦ā¦ā¦.ā
ātadi kau bilang pakai di gereja sajaā aku meliriknya
sebentar, kemudian kembali melihat pantulan bayanganku dicermin. Semalaman aku
tidak bisa tidur, jadinya saat ini wajahku terlihat lelah.
āiyaā¦ā¦ tapi tadi
ibunya Seung Ho menelfonku, katanya dia akan datang menjemputmu. Jadi lebih
baik langsung dipakai saja gaunnya. Supaya tidak repot disanaā
āmenjemputku? Aku kan pergi bersama appaā
ānahā¦ā¦ itu yang harusnya kubilang sejak awal. Sekitar 10 menit
yang lalu appamu pergi, katanya harus menjemput halmeoni dulu. Setelah itu
langsung berangkat ke gereja. Jadinya kita dijemput oleh ibunya Seung Ho.
Sekarang sudah mengerti kan? cepat sana mandiā
āHyun Mi~aaā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ acaranya berapa jam lagi? apa aku masih
punya waktu untuk pergi sebentar?ā
āaishā¦ā¦ mau pergi kemana huh? Sudah. Jangan kemana-mana.
Acaranya memang masih 3 jam lagi, tapi pokoknya kau sudah harus sampai digereja
setidaknya satu jam lagi. Banyak persiapan yang harus dilakukan sebelumnya. Kumohon
Bae Suji, jangan membantah dan masuklah ke kamar mandiā Hyun Mi terus menerus
bicara sambil berkacak pinggang. Sementara aku hanya memperhatikannya dengan
tatapan lesu. Aku lelah. Benar-benar lelah. Dan rasa lelah itu makin parah
dengan adanya rasa ragu yang besar.
Beginiā¦ā¦. Jika aku benar-benar menikah sekarang, maka
kesempatanku untuk mendapatkan kehidupan yang kumau juga hilang. Tckā¦ā¦
eottokhae? Aku masih membutuhkan waktu untuk memilih. Walau sebenarnya aku tak
punya hak untuk memilih, tapi tetap saja aku tak mau menikah dengan orang yang
tak kuinginkan. Bukankah itu yang semua orang harapkan? Menikah dengan orang
yang benar-benar dia cinta.
Kata ibu Seung Ho, pernikahan adalah kontrak seumur hidup.
Maka dari itu, aku ingin mengontrak seseorang yang benar. Seseorang yang aku
inginkan untuk menjalani hidup bersama. Seseorang yang bisa membuatku nyaman
dan tidak bisa membuatku bosan. Dan Seung Ho jelas tak memenuhi persyaratan
itu. Lantas apa lagi yang harus kupertimbangkan? Semuanya sudah terlalu jelas.
Aku tak menginginkan Seung Ho.
Tapi walaupun jawaban itu selalu sama, aku tetap saja tak
bisa melakukannya. Apakah aku sesadis itu? kalau mau, seharusnya aku melakukan
ini sejak lama, bukan begini. Tidakkah aku sangat jahat jika pergi begitu saja?
Tapiā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. akankah kubiarkan hatiku retak seumur hidup?
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
Author POV
08:42 KST
Suara nyaring ujung heels yang lancip itu menggema di ruang
tamu rumah Suzy. Suaranya terdengar seiring dengan langkah seorang gadis yang
tak kunjung berhenti.
Tangannya terulur ke samping telinga, sedang berusaha
memasang anting perak berbentuk rantai itu seorang diri. Sementara mulutnya tak
berhenti memanggil-manggil satu nama, SUZY.
āYAAAā¦ā¦ SUZY~AAā¦.. kau sudah siap belum? Sebentar lagi
ibunya Seung Ho datang. Cepatlah sedikit!ā Hyun Mi yang sedang memastikan
penampilanya didepan cermin setengah berteriak. āSuzyā teriaknya sekali lagi,
kali ini sambil berjalan mendekati kamar gadis itu dengan mulut yang
menggerutu. āBae Suā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..jiā¦,,,,, kosong?ā raut wajah Hyun Mi langsung berubah
panik saat tak mendapati seorangpun di kamar Suzy. Ia mulai berteriak dan
segera berlari kearah kamar mandi. Namun hasilnya nihil, Suzy tak ada disana.
Benar-benar tak ada.
āBAE SUJIIIIIIII!!!!!! AKU TIDAK BERCANDA! KAU DIMANA SEKARANG?ā
TIN TINā¦..
Tepat saat Hyun Mi selesai berteriak, suara klakson mobil terdengar. Sukses membuat gadis itu langsung lemas. āahā¦. Ya Tuhanā¦ā¦ā¦.. bunuhlah aku. ah tidakā¦. Bae Suji kubunuh kau!ā
TBC
Anyyeong^^ pujaan hati encung balik (?) //abaikan/
Udah part berapa ini? *amnesia* hmmmā¦ā¦ā¦.. gimana ya? Part ini tuh apa banget ya.. Masa 95% setting tempatnya di rumah Suzy.
Beneran deh akunya ga nyadar, pas baca ulang baru bingung sendiri *jedotin
kepala*
Ya udahlah, udah jadi begini mau di apain lagi? lebih baik kita syukuri
apa yang ada *panggil dmasiv*
Trusā¦.. kenapa Suzy-nya jadi agresif gitu ya? Minta peluk-peluk lagi.
eomooooā¦.. bukan muhrimā¦. Gabolehgabolehgaboleh. Pokoknya part ini udah aku
resmiin jadi THE WORST PART IN BEFORE MARRIAGE. *soraksorai*///-______-authornya
kenapa?////
Yepā¦. Jadinya part 8 nanti bakalan jadi part terakhir (kemungkinan).
Tapi ya.. kl misalnya tiba-tiba aku dapet ide laen, trus mau aku bikin makin
belibet, paling juga nanti nasib BM sama kaya WTL. Part akhirnya jadi sangat
amat panjang. Tapi g apa-apa kan ya? Yang penting kita semua senang (?)
Okeā¦ā¦. sebelum note g danta ini aku akhirin, I wanna say HAPPY BIRTHDAY
to my cutest thing ever, YOO CHANGHYUN. Semoga singing line-nya makin banyak.
Makin kyeopta. Makin waras. Tapiā¦ā¦. jangan dewasa dulu. Masih belom rela
ngeliat ricky jadi dewasa. Tetep perjuangkan predikat maknae palsumu itu.
tenang ajaā¦ā¦ Ricky itu lebih maknae daripada si maknae *ditebas changjo*
Dan yang terakhirā¦ā¦. MAKASIH buat nandita al yang udah bikinin poster buat part ini.
makasimakasimakasi^^ ni poster sebenernya udh ada dr berbulan-bulan yg laluā¦. Tp
baru aku keluarin sekarangā¦.
Sipā¦.. segini aja. Makasih buat yg udah bca. Jangan sampe ngelewatin
part akhirnya. Ayoā¦. Sekarang maen tebak-tebakan, suzy nanti ama siapa???? Ayo
ayo ayo!!!! Wait the next part yo
bagus. bagus bingit.
ReplyDeletemakasih bingit juga
Delete