Get Crazy #1 (once upon a midnight)



Main Cast            = Lee Byung Hun (L.Joe Teen Top), Park Hyo Jin
Minor Cast          = Teen Top
Genre                   = Romance
Length                  = Series
Author                  = Salsa




**********



21↑Night Club
23:49 KST
Hyo Jin POV



Musik yang berdentum, kumpulan orang di lantai dansa, juga para peminum yang dengan santai meneguk alkoholnya benar-benar sudah tak asing lagi bagiku. Terang saja, apa yang kusebutkan tadi adalah temanku setiap malam. Aniya…… aku tidak termasuk ke dalam kumpulan penghambur uang itu. Aku berada disini justru untuk mencari uang. Aku hanya seorang gadis polos yang salah masuk dunia. Seharusnya aku tidak pernah ke Seoul, seharusnya aku tidak meninggalkan Chuncheon-ku yang damai.


Tapi ya… mau bagaimana lagi? semua sudah terjadi. Namun, seburuk-buruknya kehidupan yang kujalani, tetap ada yang harus kusyukuri. Coba lihat sisi baiknya. Aku bisa melanjutkan pendidikanku di universitas paling bergengsi di ibukota Negara tercinta ini, Seoul University. Aniya…… aku juga bukan gadis pintar yang bisa masuk kuliah mengandalkan beasiswa. Aku hanya seorang gadis dengan tingkat inteligensi pas-pasan namun dengan tekad dan nyali yang besar.


Tapi…… sebenarnya jika dibolehkan memilih, aku akan kembali ke Chuncheon dengan senang hati. Aku menyesal sudah melawan eomma dan dengan keras kepalanya tetap pergi ke Seoul. Lihat kehidupanku sekarang! Demi Tuhan, aku sudah muak dengan kehidupanku disini. Sudah muak dengan neraka dunia yang kujalani tiap malamnya. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah setengah jalan. Tak mungkin aku kembali tanpa hasil. Tak mungkin aku mengecewakan orang tuaku lagi. Pokoknya aku baru akan kembali ke Chuncheon jika sudah berhasil lulus dan menjadi pengacara sukses. Pokoknya aku harus bisa membuat orang tuaku bangga.


Aku Hyo Jin. Park Hyo Jin. Seorang gadis berusia 20 tahun asal Chuncheon yang sedang menuntut ilmu hukum di universitas terkemuka Korea, Seoul University. Tinggal di apartemen kecil yang nyaris roboh. Membiayai hidup secara mandiri dengan menjadi pelayan di klub malam. Pekerjaan memuakkan yang mengharuskanku berhadapan dengan para pemabuk. Para orang bodoh, tolol, gila, penghambur uang, tidak punya otak. Ah… sial. Aku benar-benar membenci pekerjaan ini, membenci siapa saja yang menginjakkan kakinya di tempat laknat ini. Seolah lupa setiap malam menginjakkan kaki dimana aku ini.


Malam ini juga begitu. Jam tangan digitalku memperlihatkan deretan angka 23:42. Seharusnya mereka semua pulang ke rumah dan tidur. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, tempat pengap nan berisik ini justru semakin ramai saat hampir tengah malam. Aish…. Sebenarnya apa yang mereka cari disini?


“Heh! Bawakan satu botol bir lagi kesini!” teriak lelaki mabuk yang tengah duduk nyaman di bangku bagian sudut, terlihat semakin menjijikan dengan adanya dua orang wanita genit berpakaian minim. Aku menoleh ke kanan dan kiri, mengharapkan adanya pelayan lain yang bisa kusuruh menghampiri pria itu. Namun…… nihil. Akulah satu-satunya pelayan yang sedang berdiri disini, di belakang botol-botol bir yang walaupun sudah tertutup rapat tetap mengeluarkan bau yang menyengat.


Sambil mendecak tak terima, aku menyeret  satu botol racun itu dan berjalan setengah hati ke arahnya. “Ini minuman anda, tuan” aku mengucapkan kalimat sopan yang diajarkan oleh atasanku, tapi dengan nada jijik yang tak bisa kututupi. Pria itu nampak tak begitu peduli dengan nada bicaraku, ia langsung merebut botol bir itu lalu membuka penutupnya seperti orang kesetanan. Aku menatap namja itu dengan tatapan tak habis pikir, lalu tanpa sengaja bertemu pandang dengan wanita-wanita di sekelilingnya yang tengah memandangku hina. Cih….. Kenapa mereka menatapku begitu? Dasar wanita jalang! Kalian pikir apa yang kalian lakukan lebih baik dariku? Sadarlah! Bukankah kalian dibayar untuk memuaskan nafsu pria-pria biadab tak beradab itu?


Aku membalas tatapan mereka sengit. Kemudian tanpa membuang waktu segera membereskan mejanya. Mengambil sampah bekas makanan ringan, beberapa botol bir kosong, juga gelas-gelas habis pakai berukuran mini.


Saat sedang sibuk membenahi itu semua, tiba-tiba saja mataku langsung terbelalak, bersamaan dengan nafasku yang tertahan. Aku dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja memegang bokongku. Dengan rasa syok yang masih tinggi, cepat-cepat aku menegakkan badan dan berbalik menghadap pria kurang ajar itu. Dan saat tubuh ini berbalik, yang kudapati adalah seorang ahjussi jelek yang jelas dalam keadaan mabuk. Mukanya terlihat menggelikan, benar-benar membuatku mau muntah. “KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN HUUHHHH?” aku menjerit sampai tenggorokanku sakit. Wajahku juga terasa mendidih saking kesalnya. Aku marah dan jelas saja merasa terhina. “aish galaknya…….. neomo johaeyo. Ayo bermain bersama oppa malam ini” Sambil menyeringai senang, ahjussi itu merangkulku.


“BRENGSEK!  Aku ini punya harga diri” hardikku sambil menghempas tangan besarnya keras-keras. Untuk sesaat aku menjadi pusat perhatian, menjadi fokus utama berpuluh pasang mata yang mendadak kehilangan ketertarikan untuk menggerakkan tubuhnya sesuai irama yang menghentak-hentak.


Aku memburu napas sambil memicingkan mata penuh api pada ahjussi  itu. Tanpa pikir panjang menamparnya sampai telapak tanganku terasa nyeri. Suara tamparan itu terdengar nyaring diantara dentuman musik. Aku bisa mendengar ringisan spontan dari pengunjung yang melihat, seolah ikut merakan betapa pedihnya tamparan itu.


Sambil menahan malu, aku langsung berlari menuju pintu keluar, diiringi dengan suara sorakan beberapa orang yang entah memihak siapa. Air mataku tumpah bersamaan dengan pintu yang kudorong penuh emosi. Dan tiba-tiba saja “aw” ringis seseorang, membuatku langsung mendongak. Terlihat seorang pria berambut blonde berjaket biru dongker tengah meringis sambil memegangi dahinya.


Aku tak bereaksi banyak melihat namja itu sedang kesakitan.Hanya meliriknya sekilas, lalu merangsek ke sisi tembok. Bagaimana mungkin aku bisa memikirkan orang lain di saat diriku sendiri saja belum bisa mengontrol hawa panas dalam tubuhku?


Dengan emosi yang menggebu, aku membanting botol bir kosong yang tengah kupegang. PRAANNGGG………. Suara pecahannya terdengar nyaring membelah malam, bersamaan dengan deru napasku yang berhembus emosional. Di saat itu, aku merasa sedang diperhatikan. Dan benar saja, ketika aku menoleh, pria tadi tengah menatapku dari ujung kaki ke ujung kepala dengan tatapan kaget. “WAE? KAU MAU IKUT MELECEHKANKU JUGA?” bentakku sambil berkacak pinggang. Menatapnya dengan mata mengancam dan ekspresi penuh kebencian.



***********



L.Joe POV
00:10 KST



Dengan frustasi kakiku melangkah, mengarungi panjangnya jalanan malam yang gelap seorang diri. Aku tak menyangka bisa terdampar sejauh ini. Maksudku…………. Seingatku tadi aku hanya berjalan sebentar. Dengan jenuh kulirik jam tanganku. 00:40. Yup……. Sudah lewat tengah malam dan seorang Teen Top L.Joe  yang seharusnya bisa istirahat dengan tenang di dorm tercinta milik grupnya justru malah berjalan tak tentu arah seperti tunawisma.


Ini salahku. Tanpa permisi pergi begitu saja dari gedung Mnet. Tepat setelah selesai berganti pakaian sehabis recording Miss Right di M!countdown untuk yang kedua kalinya. Ne.. M!countdown memang acara musik pertama yang menampilkan comeback stage Miss Right. Lantas……….. kenapa kubilang kedua kalinya? Ya.. Recordingnya memang jadi diulang dua kali dan itu…………………. karenaku.


Tadi….. dengan bodohnya aku mengacaukan penampilan perdana kami. Aku melupakan lirik Rapp-ku. Bodoh sekali bukan? Padahal aku sudah menghapalnya dengan baik, tapi entah kenapa saat kamera itu menyorotku, semua lirik yang sudah kuhapal di luar kepala lenyap. Aku terdiam nyaris 6 detik saat seharusnya bagian rapp-ku berkumandang.


Lirikku di lagu ini memang agak padat dan lebih banyak dari biasanya. Tapi, tentu saja itu bukan alasan. Bukankah member yang lain juga berusaha keras untuk album ini? Ya.. seharusnya aku memang tidak sefrustasi ini, terlebih yang disiarkan pun adalah rekaman yang kedua, rekaman yang sempurna. Bukan rekaman yang menampilkan kecacatan dari si Face of the group, Teen Top L.Joe.


Tapi, bagaimana dengan Angel yang datang? Mereka tak bisa menyaksikan penampilan Miss Right yang sempurna karena nyaris setengah dari Angel yang datang harus bergilir masuk ruangan saking banyaknya yang ingin memberi dukungan. Kami mendapat banyak cinta untuk album ini dan aku malah mengacaukan penampilan perdananya? Hebat sekali kau, Lee Byung Hun.


Demi Tuhan aku merasa bersalah. Kepada member yang lain, kepada manager Ahn, Kepada Andy hyung, kepada Brave Brothers, dan terutama pada Angel. Aku minta maaf. 


Aku keluar gedung Mnet tanpa penyamaran, dan itu membuatku mudah dikenali oleh beberapa fans. Jadi….. tadi selama beberapa saat sempat ada acara jumpa fans dadakan di pinggir jalan. Awalnya semua berjalan dengan lancar, namun…… bahaya mulai mengintai saat jumlah mereka semakin banyak dan lepas kendali. Ada yang mulai berteriak bahkan sempat terjadi desak-desakan kecil yang membuatku terdorong-dorong. Dengan kata lain, keselamatanku mulai terancam. Aku berusaha pamit dengan sopan, tapi beberapa dari mereka nampak tak terima dan mulai melakukan tindakan ekstrim. Jadi…… satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah….. lari.


Ya.. dengan seluruh tenaga aku berlari. Dan tindakan pelolosan diri itu berujung menjadi adegan kejar-kejaran melelahkan yang tak berhenti selama kurang lebih 10 menit. Sampai akhirnya aku terbebas. Kakiku melangkah tak tentu arah. putus asa setengah mati hanya karena kesalahan kecil.


 “geurae mwo sesange yeppeun yeojan manha geu junge seodo neon namdalla dadeul injeong haji geunde itji neon yeppeodo neomu yeppeo waenji moreuge neoui gin saeng meorineun kkot hyanggiga nal geot gata michi getne neo ttaeme na dol geot gata”


Selama berjalan, mulutku tak berhenti menggumamkan lirik. Anggaplah ini hukuman dariku untukku. Karena sudah dipastikan, saat aku kembali ke dorm nanti, Andy hyung akan menyambutku dengan omelan panjang. Dia memang begitu, dia akan marah besar jika ada member yang berbuat kesalahan saat di panggung. Tapi akan terlihat begitu tenang saat dihadapkan dengan masalah di luar stage performance. Skandal Chunji-Yoo Hyun contohnya, Andy hyung sama sekali tak ingin berkomentar mengenai skandal menggemparkan itu dan lebih memilih membebankan semuanya kepada Manager Ahn.


Ah.. baiklah! Sudah cukup cerita panjangnya! Kukira hukumannya sudah selesai dan merasa bersalahnya juga sudah cukup. Toh…. Semua sudah terjadi dan tak ada yang bisa kuperbuat lagi. Sekarang aku mau pulang! Aku benar-benar butuh kasur untuk merebahkan badan. Semua anggota tubuhku, detailnya dari kuku jari kaki sampai helaian rambut teratas sudah merasa kelelahan hebat. Benar-benar bisa ambruk jika terus memaksakan diri seperti ini.


Aku mulai meraba saku celana dan jaketku. Tck….. bodoh! Bukankah tadi pagi ponselmu disita lagi, L.Joe~a?


Baik, lihat apa yang kupunya sekarang! Handphone tak ada, dompet kosong, jalan pulang tak tahu, orang tak ada, lalu apa kabarnya aku malam ini? Tidak lucu kan jika aku bermalam di jalanan? Hmm…… tunggu! Jalanan? Di jalanan kan biasanya ada telpon umum. Pintar. Pasti disekitar sini juga ada. Ya benar. Setidaknya aku harus mengabari yang lain dulu kalau aku baik-baik saja. Aku yakin mereka pasti khawatir. Coba hitung sudah berapa jam aku menghilang!


Mataku mulai berpencar, tanpa komando langsung menyipit ke sisi-sisi jalan. Dan hasilnya, satu box telpon pun tak tertangkap indra penglihatanku. Aish….. lalu dimana aku bisa menemukan telpon? Aku kembali melempar pandanganku jauh-jauh. Kali ini mencoba mencari bangunan yang masih bersedia untuk diganggu.


Di detik berikutnya, bibirku langsung tertarik membentuk senyum saat mataku menangkap bangunan berukuran sedang yang tampak gemerlapan. Benarkah apa yang kulihat? Perlu diingat ini sudah lewat tengah malam, lantas tempat macam apa yang masih terlihat seramai itu?


Dengan tergesa, kupercepat langkahku. Seketika terpaku begitu melihat tulisan di papan berhiaskan lampu yang berkerlip secara bergantian tepat di atas bangunan itu. Bangunan di depanku sekarang. Klub malam.


Untuk beberapa saat yang terasa begitu lama, aku membatu di posisiku. Dalam hati menimbang-nimbang dengan bimbang. Apakah aku benar-benar harus memasuki tempat ini demi sebuah panggilan telepon? Iya kalau ada yang mau meminjamkan, tapi bagaimana jika tidak?


Aku tahu aku sudah cukup umur untuk memasuki tempat sejenis ini. Tapi….. jujur saja aku tak begitu nyaman dengan atmosfer asing yang tercipta di dalam sana. Jika tak biasa, suasananya akan terasa rancu. Aku pernah masuk ke dalam klub malam, dan 30 menit setelahnya aku sudah muak dan memutuskan untuk pulang.


Setelah beberapa lama, keputusan pun terambil bersamaan dengan napas yang terhembus berat. Aku memberanikan diri berjalan mendekati pintu masuk, mengulurkan tangan pelan-pelan dan…. BUUKKK


Pintu itu didorong dari dalam dan tanpa aba-aba menubruk wajahku. Aish……Sial! Wajah adalah aset paling berharga yang kumiliki. Sambil meringis aku memegangi dahiku dengan spontan. Menahan sakit akibat benturan keras tadi. Aku tidak bercanda, dahiku sungguh tengah berdenyut-denyut sekarang. Dan ini semua karena yeoja sialan yang sepertinya baru pertama kali membuka pintu. Cih…… kenapa membuka pintu saja harus dengan tenaga sebesar itu?


Masih sambil mengelus dahi aku melirik yeoja gila yang bahkan tak minta maaf itu. Gadis ini! Jinjja! Haruskah aku menegurnya dulu untuk bisa mendengar kata maaf?


PRAANNGGG………………………. Refleks aku langsung berjengit. Bukannya minta maaf, ia malah melempar botol di tangannya tepat ke sampingku. Ah Ya Tuhan! Dia mau membunuhku atau bagaimana? Dengan syok aku menatapnya, terheran-heran akan sikap dan wajahnya yang begitu bertolak belakang.


Demi Tuhan wajahnya benar-benar manis, makin cantik dengan rambut panjangnya yang lurus. Aish…. cocok sekali dengan gambaran Miss Right di albumku.


“WAE? KAU MAU IKUT MELECEHKANKU JUGA?” bentaknya mengagetkan. Sukses membuat bayangan manis itu hilang tak berbekas. Bodoh….. Miss Right apanya? Gadis ini terlalu jauh dari gambaran wanita sempurna itu, tidak hanya karena dia punya rambut lurus yang panjang maka ia bisa menjadi Miss Right-ku kan?


“KENAPA? KENAPA MASIH MELIHATKU? KAU PIKIR AKU MANEKIN YANG BISA KAU LIHAT DAN SENTUH SEPUASMU? SUDAH SANA! KAU MAU MASUK DAN BERSENANG-SENANG DI TEMPAT LAKNAT ITU KAN? SUDAH SANA MASUK! BANYAK GADIS BRENGSEK NYARIS TELANJANG DIDALAM SANA!” tak ada yang kulakukan selama dia bicara. Hanya diam dan menahan napas saking syoknya dengan pilihan kata yang ia gunakan. Cih…. Gadis ini! Pernahkah ia belajar kaedah kesopanan? Apa ia tak bisa memilah kata yang layak untuk diucapkan? Perlukah kubelikan kamus bahasa untuknya? Dia benar-benar harus mendalami bahasa agar bisa menggunakan kata yang baik saat bicara.


“aku…” aku baru ingin membela diri saat tanpa kutahu penyebabnya gadis itu menangis. Dengan gerakan kilat yang begitu tiba-tiba ia menjatuhkan diri di pinggir jalan. Lalu menutup wajahnya dan menangis terisak-isak.


Melihatnya begitu, aku mengurungkan diri untuk meminjam ponsel padanya dan mulai berbalik kembali menghadap pintu masuk klub. Ya.. benar. Daripada repot-repot mengurus gadis ini, lebih baik aku urus diriku sendiri.


Bersamaan dengan itu, entah bagaimana orang-orang yang tadinya tak terlihat barang satupun kini berlalu lalang didepan kami. Membuat semua niatku untuk kabur dari gadis ini sirna. Aish….. pasti mereka semua sudah berpikiran macam-macam tentangku. Maksudku…….. Ayolah, memangnya apa lagi yang mampu dipersepsikan orang jika melihat seorang gadis menangis di tengah malam, di pinggir jalan, didepan klub malam, dan hanya berdua dengan seorang namja. Pasti rentetan hal brengsek yang mereka anggap mungkin kulakukan kepada gadis ini sudah tersusun rapi diotak masing-masing.


Tck…… aku sebenarnya ingin meminjam ponsel kepada salah satu dari orang-orang yang lewat. Tapi…… melihat tatapan sinis yang sudah mereka berikan duluan terhadapku, kurasa lebih baik tidak sekarang meminjamnya. Aku tak mau dibentak-bentak lagi.


Setelah memejam meratapi kesialan selama beberapa saat, aku mendesah sembari melirik gadis yang masih terisak-isak itu. Melihat seorang wanita menangis, tentu saja ada rasa ingin melindungi  yang timbul. Entahlah………. Naluri pria mungkin.


Perlahan aku menghampirinya, ikut duduk disisi jalan, tepatnya persis di samping yeoja itu. “Uljima!” aku bicara dengan nada terlembut yang mampu kukeluarkan. Dan di saat itu juga, isakannya berhenti. Lantas mendongak dan memicing sadis ke arahku. Seolah aku baru saja mengucapkan sesuatu yang salah. Aish….. bagian mananya yang salah? Demi Tuhan, aku baru mengucapkan satu kata.


Secepat mungkin kubuang pandanganku ke arah lain. Dengan kikuk memegangi leher sambil pura-pura sibuk memperhatikan lampu jalan yang berdiri kokoh tak jauh dari tempat kami berada. Diam-diam ketakutan hanya karena tatapan tajam seorang wanita.


“Diam kau! Memangnya siapa yang mengizinkanmu duduk disini?” racaunya sinis. Aku kembali menoleh padanya, berbesar hati membalas omelannya tadi dengan senyum simpul. “mianhae. Aku tak bermaksud mengganggumu. Kalau begitu, apa boleh aku duduk disini?” izinku.


Aku bisa melihat perubahan air muka gadis itu secara signifikan. Wajah keras yang sejak tadi ia perlihatkan kian melunak. Dia menatapku bingung lalu kembali menoleh ke depan dan mendesah. “aku yang harusnya minta maaf. Maaf sejak tadi membentakmu tidak karuan. Sikapku benar-benar barbar ya?” gadis itu tersenyum pahit di akhir kalimatnya, senyuman yang jelas ditujukan untuk dirinya sendiri.


“kalau boleh tahu memangnya kau kenapa? Sepertinya kesal sekali” gadis itu kembali mendesah, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Matanya yang berkaca-kaca itu terlihat menerawang dengan sendu. “aku benci pekerjaanku” dengan desisan penuh dendam, ia menggumam.


“kau… bekerja…….. di..disana?” tanyaku hati-hati, sambil sedikit bergerak ke samping dan menunjuk bangunan dibelakang kami dengan ragu.


“ne.. aku pelayan di klub malam. Menjijikan ya?”
“kenapa menjijikan?”
“bekerja ditengah-tengah orang mabuk dan tak punya harga diri itu menjijikan”
“tidak semua klub malam begitu. Terkadang ada juga klub malam yang dipenuhi anak muda kreatif yang melakukan dance battle seru dilantai dansa”


“aku sedang tidak membicarakan klub malam secara keseluruhan. Yang sedang kubicarakan adalah bangunan setan dibelakangku ini. Aratsoyo?” tandas gadis itu ketus. Ya Tuhan…. aku kan cuma mau mencoba membantunya membuka pikiran menjadi lebih positif.


“ne..arasseo” jawabku sambil membuang muka. Agak kesal.
“aku Park Hyo Jin” ucapnya, tanpa diminta memperkenalkan diri. “wa neo?” ia menoleh padaku. Dengan gerakan lucu ia memiringkan kepalanya. Oh….. ternyata gadis sesinis dia bisa mengeluarkan aegyo juga. “kau artis ya? Wajahmu tak asing” ucapnya sembari mengamati wajahku. Dengan senang aku tersenyum, “maja. Aku L.Joe, member Teen Top”


“Teen Top?” ulangnya ragu. “tak pernah dengar”gumamnya sambil menggeleng menatapku.
“lalalla lalalla” aku menyanyikan bagian paling fenomenal dilagu terbaru kami, lengkap dengan tangan yang kukibas-kibaskan di atas kepala. Namun Hyo Jin tak merespon, dahinya justru terlihat mengerut dan jelas semakin bingung. Ah.. bodoh! Itu kan lagu baru kami. Mana mungkin dia bisa tahu?


“ah… To You! Kau pasti tahu lagu yang ini” seruku sambil mengangkat telunjuk, menyuruhnya menunggu sebentar. Setelah menarik napas, aku langsung “huuuuu huuuuu”


BUUKKKK….. “YAAA!!! APA YANG KAU LAKUKAN?” pekikku saat dengan bringasnya gadis bermarga Park ini memukul bahuku kemudian mendorong-dorongnya sambil mengomel tak jelas. Jinjja! Memangnya aku salah apa? padahal aku baru mulai bernyanyi, baru mulai membuka sebagian jaket dan meliuk-liukkan tubuh kebawah khas To You selama satu detik.


“KAU MAU MENGGODAKU HUH?” gadis itu menjerit tiba-tiba. “ya Tuhan, menggoda apanya? Kau benar-benar tak pernah menonton TV ya? Yang tadi itu bagian koreo-ku” sungutku sambil meringis mengelus-elus bahu. Aish….. sebenarnya dia gadis sungguhan atau bukan?


“gerakan menggelikan tadi bagian dari koreografimu?” tanya Hyo Jin sangsi.
“ne.. dan biasanya gadis-gadis akan menjerit kagum melihat gerakan itu”
“apa? Ya Tuhan…………kenapa gadis-gadis sekarang moralnya semakin rusak?” aku langsung mendesis kesal begitu mendengar betapa entengnya dia merendahkanku.


“oke... terserah kau menyebutnya apa. Tapi bicara soal moral, oh.... tidak tidak bukan moral" aku memegangi bagian belakang leherku. Mencari kalimat yang tepat untuk mengutarakan pikiranku tanpa membuatnnya tak nyaman,


"Apa? kenapa? sebenarnya kau mau bicara apa?"
"apa menurutmu rokmu tidak terlalu........................" dengan cepat Hyo Jin meletakkan kedua tangannya di atas rok. Mungkin bermaksud menutupi bagian pahanya yang terlalu terekspos. Dia mulai bergerak risih sambil menarik-narik roknya ke bawah. Ya.. itulah yang kumaksud. Sejak tadi….. Yah.....sudahlah.


Melihat Hyo Jin yang semakin tak nyaman, aku langsung membuka jaketku, lantas mengulurkannya pada gadis itu. Hyo Jin menerimanya tanpa berkomentar, kemudian menutupi kakinya dengan itu. “gomapta” ucapnya pelan, kemudian menggerakkan kepalanya ke arah lain dengan gerakan canggung.


“eum….. kau bawa ponsel? Aku harus menghubungi managerku” ucapku, baru ingat tujuan utamaku disini.


“aniya….. ponselku di dalam. Dan aku sama sekali tak punya rencana untuk masuk kesana lagi” aku mengangguk. Ya.. baiklah. Memangnya aku bisa apa? sepertinya aku harus benar-benar masuk ke tempat ini dan meminjam ponsel pada seseorang.


“kau mau pulang?” tanyanya saat aku hendak berdiri.
“ne.. tapi aku tidak menemukan taksi di dekat sini”
“kau bercanda? Persis dibelakang klub ini ada pangkalan taksi, kau tinggal berjalan 20 meter ke belakang dan kau akan menemukan taksi-taksi yang berjejer”


“yang benar?”
“iya… aku tidak bohong. Kau ingat alamat rumahmu kan?”
“keoreom”
“ya sudah sana pulang” ujar Hyo Jin yang baru saja berdiri. Ia menatapku sambil mendesah kesakitan, memegangi kepalanya lalu menunduk dalam-dalam. “gwaenchana?” tanyaku khawatir, dengan sigap menahan tubuhnya yang nyaris jatuh.


“pulanglah! Ini sudah hampir pagi” tolaknya halus.
“bagaimana bisa aku pulang jika kau begini?”
“aku baik-baik saja. Kalau sedang marah aku memang suka pusing. Tapi benar…. Aku tidak apa-apa kok. Sungguh”


“kau yakin?” dengan ragu aku melepasnya. Dan tepat saat itu, Hyo Jin benar-benar kehilangan kesadaran dan nyaris terjatuh ke aspal jika saja aku tak cepat-cepat menangkap tubuhnya. Sebenarnya di bawah lampu jalan yang redup, sejak tadi aku bisa melihat bibirnya yang pucat, tapi aku tak tahu kalau bibirnya pucat begitu karena dia sedang menahan sakit. 


Tanpa buang waktu aku segera menggendongnya. Tadi Hyo Jin bilang 20 meter di belakang gedung ini ada taksi, jadinya tanpa pikir panjang aku berjalan ke belakang. Dan benar saja, belum lama aku berjalan, jejeran taksi itu tertangkap pandanganku.



***********



Karena kebingungan mau membawanya kemana, akhirnya aku membawa Hyo Jin ke dorm kami. Dengan tertatih kakiku melangkah semakin dekat dengan pintu apartemen. Karena tak dapat menggunakan kedua tangan untuk mengetuk atau memasukkan kode pintu, aku menendang-nendang pintunya. Sekarang sudah nyaris pagi dan aku yakin mereka semua tak akan dengar jika aku hanya membuat suara pelan. Jadi, daripada menunggu dibukakan pintu lebih lama dan membuat kakiku berpotensi patah, aku menendang-nendang pintu itu sekuat tenaga.


Tck……. Mereka semua kemana? Kalau begini caranya pertumbuhan badanku akan semakin terhambat. Huft……. Ya Tuhan, lima anak itu mati atau bagaimana? Walaupun sebenarnya tubuh gadis ini tidak bisa dikatakan besar, tapi tetap saja terasa berat untukku. Perlu diingat! Berat badanku cuma 51 Kg. Sungguh.


Ceklek…..


Pintu itu dibuka langsung oleh C.A.P hyung. Jujur saja aku semakin lemas begitu melihatnya membuka pintu. Bagaimanapun dia leader group-ku. Dia pasti marah besar karena salah satu membernya tidak disiplin. Pulang nyaris pagi dan parahnya membawa pulang seorang yeoja dalam keadaan pingsan. Namun, aku langsung menutupi ekspresi terkejutku. Melenggang masuk tanpa mempedulikan wajah syok C.A.P hyung yang masih berdiri tegap disamping pintu. “YAA!!! BYUNG HUN~A………. SIAPA YANG KAU BAWA?” pekik namja yang sempat membatu itu tiba-tiba.


Dengan beraninya aku tak menjawab, bahkan tanpa meminta persetujuan segera membawa Hyo Jin masuk ke kamar C.A.P hyung yang langsung memekik. “LJOE~A! siapa yang memperbolehkanmu meletakkan gadis ini disini?” desis pria itu sambil mengekor di belakangku.


“Yang lain sudah tidur semua kan? aku tak mungkin membangunkan mereka” ujarku pelan, sambil menyelimuti gadis itu dengan hati-hati.


“dan mengorbankanku begitu?” sambungnya.
“aish Hyung,…. Cuma malam ini saja kok” bisikku seraya mendorong namja itu keluar.
“heh… Cepat jelaskan padaku siapa gadis itu!” seru C.A.P hyung begitu aku menutup pintu kamarnya. “ceritanya panjang! Sudah ya.. aku lelah sekali! siang ini kita ada comeback stage di Music Bank kan?” C.A.P hyung mengangguk, membiarkanku berlalu masuk ke kamar. “eh… changkam! Lalu aku tidur dimana?”


“kalau kau tak mau tidur di sofa….. tidur saja di kamar Chunji dan Ricky”
“tck…… merepotkan saja!”
“ya.. mau bagaimana lagi? ini semua juga bukan mauku”
“ei…. L.Joe~a, besok pagi Andy hyung pasti akan kesini lagi. Jadi….. siapkan telingamu ya!” C.A.P hyung memperingati. “ne.. arasseo” jawabku pelan.


“dan gadis itu! pastikan dia sudah pulang sebelum Andy hyung datang. Aku bisa digantung jika dia melihat ada perempuan dikamarku”


“iya… iya…. kau tenang saja! Malam hyung”



TBC



Yeah…..Salsa is back…. back…. *ljoe yang ngomong*


Lalalla~ lalalla~ *doing TEEN TOP shake*


Kyaaaa……………. Aku balik semuanyaaaaa /abaikan//. Sebelumnya pengumuman, ff ini tuh nyambung sama WTL, Maksudnya WTL n Get Crazy itu berada di dunia yang sama. Ya pokoknya gitulah. Bingung ngejelasinnya. Pokoknya ff ini bakalan nyantai, konfliknya bakal aku buat se-ringan mungkin. Anggap aja ini ff buat refreshing setelah 8 bulan berkutat sama konflik yg terlalu dewasa *tunjuk BM*


Ini asli imajinasi ya.. L.Joe nyanyiin bagian rapp-nya di M!countdowndengan mulus.


Makasih bg siapapun yg udah baca. Promise I’ll publish the second part soon.

Comments

  1. hahahaha :D hyojin apa adanya ya,. :)
    dia tidak menghiraukan gengsinya,. :D salut aku,. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts