Get Crazy #4 (the worst job ever)




“hyung….. kau yang meminta koran-koran itu?” L.Joe yang baru keluar dari kamar mandi langsung mengalihkan perhatiannya mengikuti arah telunjuk Changjo. Beberapa eksemplar koran tertumpuk rapi di atas ranjangnya. L.Joe berjalan mendekat sembari mengeringkan rambut dengan handuk.



“untuk apa kau membeli koran sebanyak itu?” L.Joe masih tak menjawab. Ia mengambil satu eksemplar yang berada di tumpukan paling atas, lalu fokus pada salah satu rubriknya. Changjo yang sejak tadi diabaikan langsung melompat dari ranjangnya dan mendekati L.Joe yang benar-benar serius.


“lowongan pekerjaan?” Changjo membaca tulisan paling atas dari halaman yang dibuka L.Joe dengan kaget. “Changjo~ya…. Tolong ambilkan spidol” suruh namja pemegang koran itu sambil melempar handuknya ke sisi ranjang yang ia duduki.


“aku tak punya”
“cih….. ambil saja punya Ricky. Dia pasti punya. Dia kan anak sekolah”
“aku kan juga anak sekolah” racau Changjo.
“Tapi Ricky lebih anak sekolah”
“YAA…. Aku maknae. Aku lebih anak sekolah”
“heoh….. Omoonaa….. Choi Jonghyun! Maksudku Ricky kan benar-benar pergi ke sekolah, seharusnya dia punya alat tulis yang lengkap”


“cih….. ne… ne…..arasseo hyung. Semua Ricky……. Yang maknae kan aku ….. tak ada yang memperlakukanku sebagai maknae….” Changjo mengeluh dengan suara pelan yang terdengar menyedihkan.


“Tapi kalau Ricky tak punya bagaimana?” seru  pria itu diambang pintu.
“aish,,….. ambilkan saja sesuatu yang bisa kugunakan untuk menulis!” L.Joe mulai menaikkan nada bicaranya, sukses membuat namja yang tengah sedih itu bergidik ngeri dan langsung menuruti perintah hyungnya.



***********



L.Joe POV



“florist? Sepertinya bagus” aku bergumam sambil membayangkan Hyo Jin merangkai bunga. Di detik-detik awal bayangan itu benar-benar terasa manis, tapi begitu melewati detik kelima, semuanya berubah kelam. Aku mulai membayangkani bagaimana seorang Park Hyo Jin tengah melempar karangan bunga sambil memaki-maki seorang pembeli. Aku buru-buru menggeleng, mengusir bayangan itu sambil bergidik ngeri. Tidak. Pekerjaan itu terlalu manis untuk gadis sebrutal dia.


“pramuniaga di toko kecantikan. Benar. Dia kan perempuan. Dia pasti bisa melakukan pekerjaan seperti i……. hei, dia kan perempuan jadi-jadian” lagi-lagi aku menggeleng. Dan tepat saat itu, Changjo datang.


“Ige…. punya C.A.P hyung” aku langsung menyambar spidol ditangannya dan mencoret empat deret tawaran pekerjaan di kolom satu. Masih tersisa dua kolom lagi di koran ini. Selain itu, masih ada bertumpuk-tumpuk koran lagi yang belum kusentuh. Untuk mendapat satu pekerjaan saja pasti tak akan terasa sulit.


30 menit berlalu…………. Aku sudah nyaris mati saat empat eksemplar koran selesai kutandaskan. Dan dari empat koran itu, aku hanya mendapat dua pekerjaan yang ‘bisa jadi’ cocok dengan Hyo Jin. Pelayan di kedai pizza dan kasir toko elektronik. Rencananya aku ingin mengumpulkan semua kemungkinan pekerjaan ini dulu sampai banyak, lalu baru ditelfon satu-satu untuk memastikan.


Karena sudah tidak kuat melakukan hal seberat ini sendirian, akhirnya aku keluar kamar dan mengajak lima pengisi lain apartemen ini untuk membantu. Tentu saja membuat orang-orang seperti mereka menurutiku sangatlah sulit. Dari memelas sampai mengomel sudah kulakukan, namun tetap saja mereka tak luluh. Hingga aku teringat jurus jitu. Es Krim. Kalian tahu seberapa murahnya mereka? Aku hanya berjanji mentraktir mereka masing-masing sebungkus es, dan dalam sekejap koran dipelukanku disambar dari berbagai sisi.


“memangnya pekerjaan untuk siapa, Hyung?” Tanya Ricky sesaat setelah mengambil koran itu.
“gadis yang kemarin” jawabku tenang.
“maksudmu Hyo Jin?” sebelah alisku terangkat heran saat Chunji berkata seolah dia dan Hyo Jin adalah teman lama. Ah.. Jinjja! Namja ini! Ingatannya kuat sekali jika sudah berhubungan dengan makhluk bernama ‘perempuan’


“eeeee………. dengan kecantikan seperti itu ia bisa jadi artis, model, member idol group. Hajiman……… IGE MWOYA? Kau mencarikan pekerjaan untuk seorang gadis yang kecantikannya bisa menampar model kelas atas dari koran? Neo micheosso?”


“Omooo……… aku penasaran apa yang akan Yoo Hyun noona lakukan jika mendengar namjanya bicara semanis itu untuk yeoja lain” Niel meledek, disambut oleh tatapan setuju oleh Changjo dan Ricky. *Yoo Hyun itu ceritanya pacarnya Chunji disini. Don’t be confused, ok?*


Pria yang dijadikan objek ledekan itu lantas mengirimkan tatapan ‘tutup mulutmu sekarang atau bersiap-siaplah hidup tanpa mulut’ kepada ketiga dongsaeng tercintanya.


“geumanhae…… kalian niat membantuku atau tidak sih?”
“mau jawaban jujur atau tidak?” Niel lagi-lagi bersuara. Okeee…… Chunji~aa….. ayo basmi bocah ini! aku nyaris saja berdiri dan mencekiknya saat…….


“aku dapat tiga disini, lebih baik kau hubungi sekarang untuk memastikan” Ucap C.A.P hyung sambil melempar selipat koran beserta spidolnya keatas meja. Ah… jeongmalyo? Dia sudah selesai membaca koran itu? bagaimana bisa? cepat sekali…


“aku? kalau semuanya aku kapan bisa selesai?”
“jadi kau menyuruhku?” balas C.A.P hyung takjub. “tolong ya..” pintaku sambil tersenyum lebar. C.A.P hyung mendengus, namun tak membantah. Aigoo……. leader yang baik^^


Oh….. hampir saja lupa, aku harus mencekik seseorang. Sekarang. “Heh, Ahn Daniel….. tadi kau bicara apa?”


“hyung! Fokus pada koranmu! Mau cepat selesai atau tidak?”
“apa?”



***********



TEEN TOP’s waiting room, MBC building
16:24 KST



Suasana ‘membaca koran massal’ berlanjut sampai di gedung MBC. Ya.. hari ini memang jadwal TEEN TOP untuk melakukan comeback stage di Music Core. Di ruang tunggu yang biasanya sangat ribut kini terdengar sangat hening. Semua orang fokus pada koran masing-masing, sehingga membuat staff terlebih Manager Ahn bingung. Sesekali anak-anak itu mengeluarkan handphone masing-masing dan menelfon nomor yang tertera di koran. Kecuali L.Joe yang handphone-nya disita karena insiden ‘lupa lirik’ dua hari yang lalu. Jadi terpaksa –sebut saja senang hati- ia harus menggunakan ponsel Ricky yang berjarak paling dekat dengan posisinya sekarang untuk menghubungi nomor telfon di koran.


“ah.. sial! Bagaimana mungkin semuanya sudah ditempati? Memangnya ada berapa orang yang melamar pekerjaan dalam sehari?” Ucap L.Joe sambil melempar handphone Ricky ke atas meja. Sukses membuat sang pemilik membeku di tempat dengan mata yang terbelalak. Ia mau marah, tapi karena terlalu terkejut otaknya menjadi kosong. Terlebih namja yang melempar ponselnya barusan adalah hyung-nya. L.Joe. Taukah kalian betapa menyeramkannya namja yang terlihat pemalu di setiap interview ini jika sedang marah? Ia akan terlihat seperti namja tanpa hati yang sanggup membakar orang hidup-hidup. Jadi, daripada cari mati dengan memprotes hyungnya, Ricky memilih meratapi hidup berdua saja dengan ponsel yang baru saja dibanting itu.


“sekarang kau baru tahu betapa sulitnya mencari pekerjaan?” C.A.P melipat koran ditangannya lalu memalingkan wajah menghadap L.Joe yang sedang menampakkan ekspresi depresi berat. Semua yang ada di ruangan itu mengikuti leader mereka dengan senang hati, melipat koran yang sejak tadi -terpaksa- mereka pelototi demi L.Joe. Semuanya sudah menyerah.


“otokachi?” L.Joe mendesah sambil memijit dahinya.
“jadikan assistant pribadi kita saja. Selesai kan? Kenapa repot-repot mencari di koran?” semua orang di ruangan itu langsung memandangi Changjo dengan tatapan ‘kemana saja kau?!’



***********



Hyo Jin’s flat
18:23 KST



Hyo Jin memasuki flat dengan tenaga yang masih tersisa. Ia sudah meninggalkan flatnya sejak jam 8 pagi, pergi ke universitas tempat ia menuntut ilmu untuk menyadap WiFi demi tugas perkuliahan terkutuk yang diberikan oleh setiap guru mata kuliahnya secara tak manusiawi. Mereka benar-benar tak beda jauh dari pembunuh.


Untungnya gadis itu sanggup menyelesaikan semua tugasnya sebelum jam 3 sore. Tapi ia belum bisa pulang. Ia harus berkeliling di jalanan pertokoan untuk mencari kerja. Karena terlalu lelah, Hyo Jin cuma mampu melakukan hal itu selama dua jam, kakinya sudah benar-benar lemas hingga tak bisa bergerak. Akhirnya, mau tak mau ia harus pulang ke flat tanpa hasil.


Disepanjang jalan, gadis itu tak berhenti mengumpat namja yang sudah membuatnya seperti ini. Cih… dia tahu, dia bisa saja mendapat masalah walau L.Joe tak bertingkah semalam, tapi setidaknya ia mungkin hanya akan diberi surat peringatan lagi. Atau kalau dipecat pun ia masih bisa memohon-mohon pada bossnya. Aish…..



***********



Masih jam 6 sore dan Hyo Jin sudah sibuk menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. Dia berencana tidur jam 7 malam dan bangun sepagi-paginya untuk mencari pekerjaan. Dia harus bergerak cepat jika masih mau hidup. Detik ini ia cuma punya 15.000 won. Paling tidak dalam sehari uang itu akan habis. Atau jika ia benar-benar harus melakukan penghematan besar-besaran pun, mungkin uang itu cuma akan bertahan tiga hari. Belum lagi listriknya yang masih diputus, ia harus melunasi tunggakan listriknya selama tiga bulan belakangan jika mau menikmati terangnya cahaya lampu.


Hyo Jin sudah membeli dua kotak lilin. Ia juga sudah mengeluarkan sejenis lentera untuk persiapan nanti malam. Ia termasuk yeoja yang membenci gelap, dan kemarin sudah lebih dari cukup baginya untuk tidur tanpa cahaya apapun selain cahaya bulan dan cahaya lampu jalan yang menelusup di balik jendela. Ia benar-benar merasa seperti orang buta.


Gadis itu tengah mengambil panci untuk merebus telur saat pintunya di ketuk. “siapa ya? Aku punya hutang pada siapa lagi ya?” Hyo Jin mengutuk dirinya yang tak pernah mencatat kepada siapa saja dia meminjam uang. Gadis itu sedang bergerak panik didepan kompor saat tiba-tiba saja ketukan dipintunya berubah menjadi ketukan yang sangat keras –atau mari kita sebut digebrak-gebrak-


Bayangan seseorang yang siap menamparnya karena belum melunasi hutang kian jelas. Hyo Jin memberanikan diri untuk menghampiri pintunya yang masih aktif digebrak itu dengan hati-hati. Orang didepan pintunya benar-benar tidak sabar.


Saat sudah sampai di pintu, Hyo Jin membukanya secepat mungkin lalu tanpa melihat siapa yang datang langsung berlutut sembari memohon-mohon minta waktu.


“aku janji akan lunasi semuanya! Berikan aku waktu lagi, eoh…… semingguuuu saja…… Aku janji”
“hutang apa?” Hyo Jin langsung mendongak begitu mendengar suara itu. Dan……. “NEOOOO?”  gadis itu segera berdiri, lantas berteriak ‘NEOOOO?’ lagi sambil mengacungkan panci di tangannya tepat ke depan muka seseorang di depan pintu, L.Joe. L.Joe langsung memundurkan wajah dengan kaget.


“Mau apa lagi kau kesini? Jinxed!”
“Mwoya? JINXED? Jinjja! Kau ini benar-benar…….” L.Joe menggertakkan giginya sambil menatap Hyo Jin penuh dendam. Dia baru datang, dengan niat yang sangat baik, namun malah disambut dengan panci dan dipanggil pembawa sial? Yang benar saja……


“ah… sudahlah! Kali ini kau kumaafkan” Hyo Jin langsung memandang L.Joe heran. ‘siapa yang minta maaf?’ batinnya 


“sesuai janji, hari ini aku akan memberimu pekerjaan baru” mata Hyo Jin langsung membulat dan berbiar-binar. “jeongmalyo?”  Hyo Jin berbisik. Ia merasa baru saja kehilangan pita suara saking senangnya.


“pekerjaan apa?”
“assistant TEEN TOP” L.Joe bicara seolah itu adalah pekerjaan paling baik di seluruh dunia. Ia tersenyum dengan sangat cerah saat mengumumkan pekerjaan itu. Persis seperti anak sekolah yang baru menerima ijazah. Hyo Jin tak bereaksi, ia mulai merasa ada yang tidak beres dengan pekerjaan itu, terlebih melihat ekspresi luar biasa berlebihan yang diperlihatkan L.Joe.


“mulai besok kau sudah bisa……. Maaf, maksudku sudah HARUS bekerja” Hyo Jin mendengarkan perkataan L.Joe dengan seksama. Namun ia masih saja merasa ragu dengan pekerjaan itu.


“apa aku punya pilihan pekerjaan lain?” tanya Hyo Jin pelan. L.Joe menatapnya dengan tatapan tidak habis pikir.


“ani” jawabnya setegas mungkin. Membuat Hyo Jin langsung mendesah seolah hidupnya baru saja berakhir. “ tunggu……… tunggu…… apa aku dapat jaminan keselamatan untuk pekerjaan ini?” L.Joe tak mempercayai pendengarannya. Ia semakin membulatkan mata saat kalimat itu masuk ke telinganya. Gadis ini belum pernah dilempar ke bulan ya?


“YAA….. Kau hanya akan bekerja menjadi assistantku bukan pemadam kebakaran. Sial”
“ah.. ya Tuhan…… kenapa bisa begini? Apa aku tak bisa dipekerjakan jadi pemadam kebakaran saja?” Hyo Jin bicara sambil memijit dahinya, membuat L.Joe keheranan setengah mati. Cih… memang bagian mananya yang salah? dia benar-benar sudah gila jika menolak pekerjaan ini.


“kau mau bertemu SHINee tidak? mau bertemu Super Junior tidak?” L.Joe mulai mengeluarkan rayuan maut, sukses membuat Hyo Jin langsung mengubah ekspresi kelamnya menjadi sangat berbinar.


Hyo Jin benar-benar lupa akan sisi positif yang bisa ia dapat jika menerima pekerjaan ini. BERTEMU DENGAN BANYAK ARTIS.


“DEAL” Hyo Jin menyambar tangan L.Joe dan menjabatnya sambil tersenyum lebar. Hanya dalam hitungan sepersekian detik gadis ini langsung berubah pikiran. Hebat sekali. Jelas ia tak memikirkan apa-apa lagi.


“hah…… geurae…..” L.Joe mendengus saat tangannya sedang dijabat dengan suka cita oleh Hyo Jin. Gadis ini! Apa ia tak pernah melihatku dari sisi ‘keartisan’? kalau boleh memberitahu aku juga artis loh! Dia baru menerima pekerjaan ini saat aku menyebut ‘SHINee’ dan ‘Super Junior’. Hei….. Park Hyo Jin~Ssi…. Coba luangkan waktumu untuk membuka internet atau TV! Akhir-akhir ini TEEN TOP juga semakin terkenal loh


“kau kesini naik apa?” Hyo Jin melongokkan kepala begitu selesai melakukan jabat tangan.
“mobil”
“eeeee…….. geotjimal! Memangnya kau bisa menyetir mobil?” Hyo Jin bertolak pinggang dengan panci di tangan kanannya sambil memandang L.Joe dengan tatapan ragu.


“aku………….. bisa” namja itu menekankan setiap suku kata di kalimatnya dengan sorot mata mematikan. Hyo Jin tak bicara lagi saat melihat tatapan itu. Terlalu menyeramkan untuk didebat. “o..oke….” walaupun sulit, Hyo Jin mencoba percaya.


“baiklah…… sudah selesai kan bicaranya? Pintunya kututup ya… hati-hati di jalan” gadis itu bicara dengan sangat cepat sembari melangkah mundur. Dan tepat saat kedua kakinya sudah masuk ke dalam, Hyo Jin langsung menutup pintunya dengan kecepatan cahaya. Namun….. TAP, L.Joe menahan pintu itu dengan sebelah tangannya. Gerakannya dua kali lebih cepat dari kecepatan cahaya. Pintu itu menjeblak ke dalam hingga mengeluarkan bunyi berdebum, sukses membuat Hyo Jin terkejut dan langsung menarik tangannya dari pintu.


“a..apa lagi? aku akan bekerja dengan baik kok… ta..tapi aku baru mulai bekerja besok kan?” L.Joe yang masih bertahan dengan posisi ‘menahan pintu’ dengan kepala yang sedikit tertunduk itu merapatkan rahangnya tanpa sepengatuhan Hyo Jin.


“kau benar-benar tidak punya sopan santun ya..” L.Joe mengangkat kepala secara perlahan dan seketika membuat Hyo Jin bergidik, mata namja itu benar-benar tajam. Bahkan ia merasa ada laser yang keluar dari sana. L.Joe mendorong pintu itu sekali lagi sampai berbenturan keras dengan tembok, lalu tanpa permisi masuk ke dalam dan melihat-lihat dengan ekspresi menilai. Hyo Jin membeku ditempat, ia mengikuti L.Joe yang sedang mengeksplorasi flatnya dengan mata yang tak berkedip. yang tidak sopan itu aku atau dia?


“heh….. siapa yang memperbolehkanmu masuk?”
“kau mau masak ya? Kebetulan sekali….. aku lapar” L.Joe tersenyum. Dengan santai memasukkan tangan ke saku celana dan kembali membungkukkan badan melihat-lihat foto yang berjejer di meja.


“aku masak cuma untukku sendiri” tekan Hyo Jin. Ia menyingkir dari pintu sambil mengarahkan tangannya yang memegang panci ke luar, “keluar” gadis itu bicara dengan sangat dingin. Tapi sayangnya L.Joe tak dengar, ia ternyata sudah masuk jauh sampai ke dapur.


Hyo Jin yang baru menyadari itu cepat-cepat menutup pintu flatnya sambil bergumam geram. Lantas menghampiri L.Joe.


“YAA….. APA YANG KAU LA….”
“kau sebenarnya mau masak apa sih? Tidak ada makanan sama sekali…..” sebelum Hyo Jin sempat menyelesaikan bentakannya, L.Joe terlebih dulu menyelak sembari membuka-buka lemari makanan yang berdebu. Lantas mengoleskan jarinya ke sisi lemari “benar-benar kotor…. Sudah berapa tahun tak kau bersihkan…. Tckk… tck… tck…” namja itu menggeleng prihatin saat melihat jari telunjuknya yang kotor.


Hyo Jin tak bisa menjawab sama sekali. Lalu dengan tiba-tiba L.Joe menyambar panci yang dipegang gadis itu dan mengisinya dengan air.


“kau mau merebus sesuatu kan? apa? telur?” tanyanya tanpa menoleh. Terlalu sibuk dengan kegiatannya sekarang. Hyo Jin menggelengkan kepala sedikit. Berusaha menyadarkan diri dari rasa syok luar biasa.


“MINGGIR! Kalau kau benar-benar mau makan, tunggulah di sana” Hyo Jin menelengkan kepala ke tengah-tengah flat. L.Joe mengikuti ucapan Hyo Jin tanpa mengeluh, lantas duduk bersila disana sembari memperhatikan Hyo Jin yang cuma berjarak dua meter darinya.


 “makan malam kita cuma telur rebus?” L.Joe bicara dengan nada kecewa. Sukses membuat Hyo Jin yang baru saja mengeluarkan empat butir telur dari sebuah paper bag mendengus.


“kau tak bisa masak ya? Jangan-jangan kau hanya bisa merebus telur” lanjutnya, belum cukup paham kalau yeoja yang sedang ia ajak bicara itu sudah siap melempar telur-telur ditangannya ke wajah ‘MENJENGKELKAN’ sang ARTIS.


“aku bisa masak. Tapi hari ini aku tak sempat belanja apa-apa….. aku cuma punya selada dan telur…. Kau mau kita makan selada saja malam ini?”


“nde? Ani….. “ sahut L.Joe cepat. Tiba-tiba saja ia berdiri dan berjalan mendekati Hyo Jin. “kau punya gelas tidak?”


“kau punya mata tidak?”
L.Joe mendecak. Sepertinya aku bicara baik-baik deh. Namja itu lantas mengikuti arah mata Hyo Jin dan mengambil gelas kosong di dalam rak. Setelah itu suasana di flat gadis itu hening seperti sedang di mute.  Hyo Jin yang tengah sibuk menyiapkan piring menoleh ke belakang, lebih tepatnya kearah L.Joe yang sedang menuangkan air dari termos ke gelasnya. Tingkah namja itu benar-benar seperti berada di rumah sendiri. Tamu seperti ini benar-benar harus dimusnahkan.



***********



Matahari sudah tergelincir di ufuk barat. Membuat penerangan yang masuk ke flat Hyo Jin kian remang. Hanya ada cahaya jingga yang menelusup dari balik jendela dan sela-sela pintu yang memantul di temboknya. Sebentar lagi gelap. Paling tidak 5 menit lagi cahaya jingga itu akan menghilang, berganti dengan pekat malam.


Hyo Jin membawa dua mangkuk nasi dan berdiri di hadapan L.Joe yang terlihat mengantuk karena menunggu lama. “heh…. Ambilkan meja lipat disana” namja yang tengah bersender malas itu mau tak mau berdiri dan menuruti perintah Hyo Jin. Ia mengangkat meja lipat yang dimaksud Hyo Jin dan meletakkannya didepan gadis itu. Dalam sekejap meja kayu berkaki pendek itu sudah dipenuhi dengan banyak piring.


Ada dua mangkuk nasi juga sepiring telur rebus yang sudah Hyo Jin iris –ini sangat berguna untuk mengelabui mata seseorang, empat butir telur itu menjadi terlihat dua kali lebih banyak jika sudah berbentuk suiran kasar seperti ini- lalu ada wadah kecil berisi selada, gochujang, mayonnaise dan garam. Kemudian tak ketinggalan dua buah gelas berisi air putih. Hyo Jin menatap semua makanan itu dengan puas. Ya,… tidak terlalu buruk.


L.Joe sudah duduk tenang sembari memegangi sumpitnya, sementara Hyo Jin berdiri lagi untuk mengambil lampu mini LED petromak-nya untuk penerangan.


“masih diputus?”
“geurae….. untuk apa aku memakai lampu ini jika listrikku hidup?” sahut Hyo Jin ketus. Lantas menekan tombol di badan lampu-nya. Dan seketika…. TRIINNGGG…… cahaya keluar dari sana dengan sangat terang. Hyo Jin tersenyum puas. Ia baru saja hendak menghampiri L.Joe lagi saat tiba-tiba cahaya dari lampu-nya meredup secara misterius.


“cahayanya cuma segitu? Kau mau kita makan malam berdua di ruang yang gelap?”
“sepertinya aku lupa mengganti baterainya. Tapi tenang saja. aku masih punya baterai cadangan kok” Hyo Jin menjawab dengan senyum yang memberi harapan. L.Joe tak perduli. Masih sibuk menambahkan suiran telur rebus di mangkuk nasinya.


“heh…. Aku tak bisa melihat apa-apa!” teriak Hyo Jin.
“lalu?”
“benar-benar tidak peka, ya…………. Gunakan ponselmu! Aku benar-benar butuh cahaya”
“ada di Managerku. Kalau mau ambil sana”
“tck…… ya sudah pakai ponselku”
“dimana?”
“usaha sedikit, apa salahnya sih? Aku lupa meletakkannya dimana. Cari pakai instingmu! Lagipula flatku kecil. Mungkin di dekat kompor”


“kau menaruh ponsel di kompor?” tanya L.Joe tak percaya.
“kubilang di dekat kompor, bodoh!”
L.Joe berhasil menemukan ponsel Hyo Jin kurang dari sepuluh detik. Ia lalu menghampiri gadis itu dan mendekatkan layar ponsel yang bercahaya ke arah laci yang dibuka Hyo Jin. Hyo Jin langsung meraup banyak sekali baterai dan meletakkan semua benda berbentuk silinder itu dipangkuannya.


“maksud dari ‘baterai cadangan’ yang kau maksud adalah……………. Baterai bekas?”
“shhttttt…… diam! Aku sedang memilih yang terbaik” Hyo Jin tampak fokus memilih baterai. L.Joe mendengus. Ia benar-benar tak mengira gadis yang ia pekerjakan sebagai assistant-nya ternyata memiliki kehidupan sememprihatinkan ini. Ia jadi berniat menyumbangkan seluruh baterai yang ada di dorm-nya kepada Hyo Jin.


“semuanya berkarat! Tak akan mungkin ada yang menyala. Benda seperti itu harusnya kau masukkan ke tempat sampah” gerutu L.Joe saat melihat Hyo Jin membuka dan memasang nyaris seluruh baterai yang ia punya dengan tampang penuh harap.


“aku benar kan?” sahut L.Joe lagi saat gadis itu menghentikan gerakan tangannya putus asa.
“aku harus bagaimana?”Hyo Jin berucap dengan sangat lirih.
“kalau kau cukup pintar, seharusnya kau menyalakan lilin” ucap L.Joe sambil mengirimkan tatapan ‘dengan apa biasanya kau berpikir? Hidung?’


“benar! Aku sudah beli dua kotak lilin tadi”
“akan lebih benar lagi jika kau nyalakan sekarang” namja itu mengeluarkan ekspresi ramah yang dibuat-buat, lalu langsung berjalan menghampiri makan malamnya lagi, sementara Hyo Jin segera mengambil beberapa lilin dan korek api. Ia lalu duduk dihadapan L.Joe dan langsung meletakkan kedua lilin itu di kanan kiri meja, lantas menyalakannya.


“candle light dinner” L.Joe tersenyum setelah mengucapkannya. Hyo Jin menoleh pada L.Joe dan tepat saat itu L.Joe mengangkat kepalanya dan balik menatap Hyo Jin. “ini benar-benar candle light dinner” ucap namja itu lagi dengan senyum yang sama.


“ah.. ya! Boleh juga….. sebut saja begitu” Hyo Jin mengangguk  dan tersenyum.
“selamat makan”
“selamat makan”



***********



Setelah makan malam dan memberitahukan jam berapa Hyo Jin harus datang ke dorm-nya besok pagi, L.Joe akhirnya pulang juga. Hyo Jin benar-benar bersyukur karena namja itu memutuskan untuk pulang sebelum ia usir. Jujur saja, ia sama sekali tak punya tenaga untuk meladeni pria itu. Sejak tadi Hyo Jin terus berdoa dalam hati agar L.Joe cepat pergi dari rumahnya. Ia benar-benar ingin beristirahat sekarang. Ia lelah. Ini benar-benar hari yang melelahkan. Dan ia rasa besok pun akan menjadi hari yang melelahkan juga.



***********


TEEN TOP’s dorm
07:41 KST
Hyo Jin POV



 Hyo Jin berdiri di depan sebuah pintu apartemen sembari menekan bel secara non-stop dengan ekspresi jengah. Ia sudah berdiri 10 menit dan pintu didepannya belum juga terbuka. Jadi ia memutuskan untuk menempelkan telunjuknya di tombol bel, dan menekannya tanpa henti. Sedetikpun.


Ah… kemarin untuk apa namja blonde itu menyuruhku datang jam setengah delapan pagi jika ujung-ujungnya aku harus menunggu juga…….malah mengancam akan memotong gajiku lagi! sial….. bahkan belum mulai kerja saja aku sudah diancam. Dasar Licik! Heuh!


“mereka semua tuli atau bagaimana sih?”  gerutu Hyo Jin masih dengan telunjuk yang menekan-nekan bel.


KRREEEKKKK
Hyo Jin langsung menarik tangannya dari bel. Kemudian membungkuk sopan kepada namja yang baru membukakan pintu. “anyyeonghaseyo”


“ne.. anyeonghaseyo” balas sang namja datar. Sepertinya dia salah satu member TEEN TOP. Kurasa aku melihatnya juga di waiting room Music Bank dua hari yang lalu. Dia bukan si namja sekolah dasar ataupun pria muka kecil. Dia juga bukan pria yang membukakanku pintu waktu di waiting room dan jelas bukan pria yang menggiringku keluar dorm. Sepertinya ini kali pertama kami bicara. Wajahnya boleh juga. Badannya tinggi tegap, lengannya juga berotot. Kurasa kami seumuran.


“kau pacarnya L.Joe hyung ya?”
“apa?” Hyo Jin tersadar
“tak usah kaget begitu. Semua member sudah tahu kok” namja itu tersenyum.
“aku bukan pacarnya”
“jangan bohong. Aku benar-benar sudah tahu semuanya. Kau pergi ke klub malam berdua dengannya kan? kalian pasti sangat dekat ya…….. Sudah berapa lama kalian pacaran?”


“ AKU BUKAN PACARNYA” Hyo Jin memekik.
“eh.. Jinjjayo? Kau bukan pacarnya?”
“bukan” jawab gadis itu penuh penekanan.
“berarti kau bukan Park Hyo Jin?”
“aku Park Hyo Jin”
“berarti kau pacarnya. Bagaimana sih?”
“apa sih? Sudah kubilang aku bukan pacarnya”
“Jonghyun~aa….. NUGU???” Teriak seseorang dari dalam. “Pacarnya L.Joe hyung” Namja itu balas berteriak.


“kubilang aku bukan pacarnya” desis Hyo Jin kesal. Pria ini bisa bahasa manusia kan? sudah berapa kali aku bilang aku bukan pacarnya? Kenapa dia tak mengerti juga?


“haha okee….. arasseo…. Kau mau masuk atau menunggu disini?”
“apa?”
“hahaha…… aku hanya bercanda… ayo masuk”
“aku mau disini saja! panggil L.Joe sana” Hyo Jin yang sudah sangat kesal akhirnya berniat untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang. Ia bersedekap sambil menatap namja didepannya dengan tatapan penuh kebencian.


“L.Joe hyung sedang mandi. Ayo masuk…….”
“shireo”
“ya sudah”
“heh….. yayayaya…. Aku sudah menunggu berjam-jam disini dan kau mau meninggalkanku begitu saja?” ujar Hyo Jin melebih-lebihkan sambil menahan sang namja yang nyaris saja menutup pintu kembali.


“katanya mau tunggu disini saja?” ucapnya innocent.
“jadi aku boleh masuk atau tidak?” bukannya menjawab, pria yang dipanggil Jonghyun itu justru mengeluarkan ekspresi berpikir yang sukses membuat Hyo Jin semakin kesal. “hahaa…… tentu saja boleh. Aku tak mau mati di tangan L.Joe hyung” jawabnya sembari melebarkan pintu dan menyingkir memberikan jalan pada Hyo Jin. *nama aslinya Changjo = Choi Jonghyun*


Hyo Jin masuk sambil memberikan tatapan menyeramkan pada namja yang menurutnya memiliki tingkat menyebalkan yang sama dengan L.Joe itu. Yang benar saja! Hyo Jin bahkan tak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini. Baru pertama kali bicara dengan namja ini saja ia sudah nyaris mati kesal. Ini baru satu namja…… belum yang lain. Eomoo…..



***********



L.Joe keluar dari kamarnya sembari mengeringkan rambut dengan handuk.  “hei…. Hyo Jin sudah da……………… YAAAA…. MENJAUH DARINYA!” L.Joe langsung berteriak begitu melihat apa yang terjadi di ruang tamunya. C.A.P sedang bersedekap dengan tampang kesal didepan Hyo Jin yang duduk ditengah-tengah Chunji dan Niel. Mereka sedang tertawa bahagia dan jelas sekali kalau yang menjadi bahan ledekan kali ini ialah sang leader. Sementara Changjo dan Ricky duduk di lantai sambil memegang stick game.


“Changjo~yaa…… MATI KAU! MATI! MATI!” Seru Ricky sambil memencet-mencet tombol pada Stick game-nya dengan sangat keras. Sampai terdengar bunyi TAKTAKTAKTAKTAKTAK tanpa henti.


“ahahaha…………. PABOO!!!!! KAU SUDAH MATI! LIHAT ITU! YANG MATI ITU KAU!!” Changjo tertawa, namun tetap mempertahankan mata dan tangannya pada kegiatan ‘saling membunuh’ dalam video game itu.


L.Joe yang tadi berteriak marah tak dihiraukan sama sekali. Mereka hanya menoleh sebentar pada L.Joe lalu kembali tertawa-tawa tanpa perduli. Ini benar-benar ajaib. Bahkan Hyo Jin terlihat sudah bisa beradaptasi dengan baik di tengah-tengah mereka.


“YAYAYA…………………. KARAGOOO (kubilang pergi)” L.Joe melempar handuknya dan menghampiri orang-orang itu dengan kesal.


“kau kenapa sih?” seru Chunji sambil berdiri, Niel mengikuti. Mereka semua menatap L.Joe tak mengerti.


“aku harus bicara empat mata dengan Hyo Jin” L.Joe beralasan.
“dia pikir kita akan percaya?” cibir Niel sambil melempar tatapan ‘namja ini tak punya bakat berbohong’ pada C.A.P dan Chunji.


“sudahlah! Biar saja! beginilah jika Lee Byunghun sedang jatuh cinta” C.A.P memandangi L.Joe dengan tatapan meledek, lantas meninggalkan mereka sambil tersenyum puas. Niel dan Chunji mengibaskan tangannya pada Hyo Jin lalu mengekor mengikuti C.A.P. Hyo Jin balas mengibaskan tangan dengan senyum bersahabat.


“hajima! Kau pikir apa yang kau lakukan? Kau kesini untuk bekerja, ingat?” L.Joe bicara dengan dingin, membuat senyum Hyo Jin menghilang seketika.


“Mati Kau! Mati! Mati”
“ANI ANI ANI…… Nyawamu tinggal satu! Kau yang akan mati”
Suara Ricky dan Changjo terdengar bergantian, sukses membuat L.Joe geram sendiri dan menoleh kepada kedua maknae itu.


“Hei………… Kalian berdua! Aku mau bicara dengan Hyo Jin! Bermainlah ditempat lain”
“kenapa tidak kau saja yang cari tempat lain?” sahut Changjo tanpa menurunkan kadar kefokusannya.
“apa?” Hyo Jin melirik L.Joe yang tengah bergumam tak terima dengan tatapan ‘memangnya kau mau bicara apa?’ tapi L.Joe justru berjalan geram ke depan dan mengabaikannya.


“HUWAAAAAAAA………. Nyawaku bertambah! Lihat itu Chang………………….yayayaya, kenapa ini?” Ricky langsung mengetuk-ngetukkan stick game-nya dengan kesal.


“PABO! Yang mati kan TV-nya! Kau memang niat merusak stick game-ku ya?” pekik Changjo sambil merebut stick di tangan Ricky.


“Changjo~aa….. Keobwa” Ricky menunjuk L.Joe yang sedang melempar kepala kabel tv yang baru saja ia cabut dari stop kontak dengan lemas.


“kubilang main di tempat lain” ucap L.Joe santai.
“ahhhh…… HYUNGGG!!!” Pekik Changjo
“tck….. ne hyung, arasseo” dumel Ricky pelan sambil berdiri, walau kesal Changjo tetap mengikuti. Lantas benar-benar meninggalkan tempat itu dengan lesu.


“kau jahat” respon Hyo Jin sambil berdiri. “kasihan mereka”
“kau belum tahu apa-apa disini! Jadi jangan berkomentar” balas L.Joe tak mau disalahkan.
“ya terserahlah…… Sekarang kau mau bicara apa?” Hyo Jin bersedekap sambil menatap L.Joe.
“apa? bicara? aku?....... uh, maksudku….. hmm..….. sebenarnya……. ngg…”
“apa? Jangan bilang kalau sebenarnya kau memang tak punya apapun untuk dikatakan”
Ya.. gadis ini benar. Sejujurnya L.Joe tak berniat mengatakan apapun pada Hyo Jin. Tapi melihat gadis itu berada di tengah-tengah mereka berlima –terlebih Chunji- sudah sangat membuatnya tak nyaman. Dan yang sanggup ia pikirkan saat itu hanyalah menjauhkan Hyo Jin secepat-cepatnya.


“heuh….. Dasar”
“heh…. Kau bekerja padaku! Jaga ucapanmu!”
“lalu memangnya kau mau bilang apa huh, tuan L.JOOOEEE????” ujar Hyo Jin dengan nada sopan yang dibuat-buat.


“kau pikir itu sudah cukup sopan?”
“kau mau dipanggil apa memangnya? Yang mulia L.JOEE?????” Cibir Hyo Jin. L.Joe hanya mendecak mendengar ucapannya yang semakin melunjak, lantas menoleh kesana kemari untuk mencari ide. Ayolah….. dia harus bisa menemukan sesuatu untuk dibicarakan jika tidak mau kelihatan OVER-PROTECTIVE  pada assistant-nya. Cih….. dia cuma assistant…… bukan pacar -__-


“kau lihat ini?” seru L.Joe sambil menepuk sofanya. “ini sangat kotor…… eh, ani…. Bukan hanya ini, tapi satu apartemen ini benar-benar kotor.  Tugas pertamamu! Bersihkan semuanya! Aku tak mau melihat debu setitikpun, ARA?” Hyo Jin yang terkejut langsung ikut menepuk-nepuk sofa, dan ia semakin terkejut lagi saat dari dalam sofa itu benar-benar keluar debu seperti yang diucapkan L.Joe. Ini bukan lelucon. Jika sofanya saja begini, apa lagi yang lain? Hyo Jin yang sudah keluar keringat dingin memelas menatap L.Joe.


“aku kan cuma sendirian……….. mana bi….”
“BER-SIH-KAN” Eja L.Joe, lantas memutar langkah dan berlalu meninggalkan Hyo Jin begitu saja. Ia tersenyum geli begitu membalik badan, nampak sangat puas melihat ekspresi yang gadis itu tunjukkan.


“dia…….. benar-benar SUDAH TIDAK WARAAAASSSS…… HYAAAAA…….. tidak mau melihat debu setitikpun? Ia kira aku apa? vacuum cleaner?” Hyo Jin berteriak dan mendesis dalam satu tarikan napas, matanya menyorot tajam pada pintu yang L.Joe masuki, seolah sedang mencoba menghancurkannya dengan sinar laser yang keluar dari mata.


“wae? kau keberatan?” Gadis itu langsung terhuyung ke belakang saat tiba-tiba saja pintu yang sedang ia pelototi kembali terbuka.


“ani” Hyo Jin segera menggeleng. L.Joe memandang Hyo Jin dengan tatapan ‘dasar orang aneh’ lalu menutup pintunya lagi.



***********



Hyo Jin POV



“kajja”
“sekarang apa lagi huh?” mungkin karena kelelahan, aku yang notabene tergolong perempuan yang lembut berubah menjadi induk singa yang kelaparan. Aku menyahuti ucapan L.Joe dengan nada tinggi dan tatapan tajam, seolah benar-benar siap menerkamnya untuk dijadikan makan siang. Ia mendengus pendek begitu melihat responku.


“jadi kau tak mau ikut?”
“Tidak. Aku lelah. Kakiku tak bisa bergerak. Aku nyaris mati karena membersihkan tempat sialan ini” jawabku tanpa berpikir. Mungkin bicara dengan tajam merupakan bakatku sejak lahir, aku berbalik membelakangi L.Joe dan melanjutkan gerakan memutarku dipermukaan jendela. Ya.. aku sedang membersihkan kaca dengan muka yang bertekuk berlapis-lapis, dan dari sini aku bisa melihat betapa kontrasnya ekspresi L.Joe yang terpantul dikaca dengan ekspresi yang memenuhi wajahku sekarang, ia tersenyum geli melihatku. Aish…. Bagian mananya yang lucu? Aku bilang aku kelelahan hingga nyaris mati……. Lalu dia tertawa?? Heuh… Dasar!


“oh.. sayang sekali, padahal aku mau mengajakmu ke SBS…….. mungkin lain kali” tubuhku langsung menegak begitu mendengar kata ‘SBS’. Ah… kenapa dia tak bilang daritadi? Mereka pasti mau recording untuk Inkigayo.


“apa? ke SBS? Haaa……. Baiklah, pasti akan banyak sekali yang harus dilakukan disana kan? aku harus ikut untuk membantu” ucapku dengan nada terpaksa yang dibuat-buat. Aku berbalik lagi menghadap L.Joe yang terlihat sedang menahan senyumnya.


“tak perlu…. TEEN TOP punya banyak staff kok. Kau disini saja….. kakimu tak bisa bergerak kan?” ujarnya membuatku nyaris menangis.


“ani…… lihat ini! aku sudah sembuh”
“tidak usah…… kau istirahat sa……………”
“ANIIIIII. AKU MAU IKUT” dan berterpatan dengan pekikkan konyol yang keluar dari mulutku, tawa L.Joe menyembur. Matanya benar-benar menghilang dan berganti dengan garis yang terlihat seperti senyuman. Suara tawanya benar-benar menyebalkan, tipe suara yang bisa membuat orang yang ditertawakan sakit hati. Ia berusaha mengendalikan tawanya, lalu menatapku seolah sedang bertatapan dengan badut.


“tidak jadi mati?”
“apa?”
“ani….. hahaha….. Kajja! Kita ke SBS”



***********



Teen Top’s Waiting Room, SBS building



Ini benar-benar sulit dipercaya. Dua hari yang lalu aku menjadi penyusup di waiting room mereka, dan sekarang aku sudah diperkenankan ikut duduk tanpa ada yang melarang. Tentu saja! aku kan sudah menjadi bagian dari staf mereka.


“niga bogisi………………. Ah..ani…….. niga bogosipeul ttaemada geunyeoreul chajagallae” aku menoleh begitu mendengar suara seseorang, ternyata si namja muka kecil, maksudku Chunji. Ya, sekarang aku sudah tahu namanya siapa……... ternyata namanya Chunji. Dia namja pertama yang meminta nomor ponselku, dan entah bagaimana aku memberinya begitu saja. Ini benar-benar aneh….. apa dia menghipnotisku?


Pria itu tengah menyender di tembok sembari menyanyikan bagiannya berulang-ulang, sementara yang lainnya sibuk dengan penampilan masing-masing di depan kaca.


“Heh… Assistant! Pasangkan ini padaku” aku mendongak dan mendapati L.Joe dengan tampang sok cool-nya  tengah menyodorkan portable mic ke arahku. Aku balik menatapnya tak mengerti. Di ruangan ini sudah ada staff yang khusus bertugas mengatur penampilan mereka, tapi kenapa harus aku juga? dia sepertinya memang punya dendam pribadi padaku. Sejak tadi ia terus-menerus memerintahku ini-itu tanpa henti. Masih baik kalau perintahnya itu masuk akal, tapi ini……. aiissh….. pertama dia menyuruhku membelikan minuman dengan merek yang sangat asing bagiku diluar (padahal ada banyak sekali minuman disini) aku tak bisa menolak karena dia terus-menerus menggunakan kedudukannya untuk mengancamku. Setelah itu, saat aku sudah membelikannya jauh-jauh, ia malah menyuruhku menghitung jumlah jelly bubble yang ada dalam minumannya. 22. Jumlahnya adalah dua puluh dua butir….. yang benar saja! dia menyuruhku MENGHITUNGNYAAAA!!!!! Apa menurut kalian dia sudah cukup gila? Belum? Coba dengar permintaan selanjutnya. Ia, dengan tampang putus asa yang dibuat-buat, menatapku seolah aku baru saja membunuh presiden Amerika, lantas mengucapkan “aku hanya akan meminumnya jika jumlah jelly bubble di minuman itu sesuai dengan tanggal ulang tahunku”


APA?


BUNUH AKU!!! CEPAT!!! SEKARANG! NAMJA SIAL! ATAU LEBIH BAIK KAU SAJA YANG KUBUNUH!


HANYA KARENA JUMLAH JELLY BUBBLE-NYA TAK SESUAI TANGGAL ULANG TAHUNMU, KAU PIKIR KAU AKAN MATI????!!!!?!


Oke…. aku menarik napas dan tersenyum seperti orang gila saat mendengarnya, tapi aku tetap mencoba berpikir positif…… walaupun menyusahkan, aku tetap bekerja untuknya dan sudah menjadi kewajibanku untuk memenuhi perintahnya, tak perduli seaneh apapun perintah itu. baiklah….. jadi berapa tanggal ulang tahunmu? Akan kukurangi sesuai tanggalnya…… ucapku sesabar-sabarnya.


“kau bisa lihat profilku di internet………” ucapnya membuatku membatu, lantas berbalik pergi. Ya Tuhan, dia hanya harus memberitahuku tanggal ulang tahunnya. Kenapa sok misterius sekali sih? Dia pikir dia cocok dengan image seperti itu??? dia harusnya dipasangkan bando lalu disuruh berdiri dipinggir jalan…… dasar pria jelek! Pria pendek! Pria tak tahu diri! Oke…. cukup Park Hyo Jin, sekarang ambil ponselmu dan cari tahu tanggal ulang tahunnya berapa….


Aku mengetikkan kata ‘profil L.Joe TEEN TOP’ di mesin pencari dengan napas yang memburu. Dan begitu deretan tanggal-bulan-tahun lahirnya terbuka, aku benar-benar tak bisa lagi menarik napas. Aku langsung membekap mulut dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku lemas memegang ponsel.



23 November 1993



SO…….. 23? Dan yang ada hanya……………… 22? Oh… GOD! WHAT THE HELL HAS JUST HAPPENED TO ME??????


L.JOE PABOOOOO………… JELLY BUBBLE-NYA CUMA KURANG SATU. KAU TAU? KAU MANUSIA PALING BODOH YANG PERNAH KUTEMUI!


Mulai detik ini, 23 NOVEMBER sudah kutetapkan menjadi tanggal paling kubenci dalam hidup. Daritadi aku sudah mencoba untuk bersabar, tapi untuk sekarang………………….. namja stress! Ia pikir aku mau kembali kesana hanya untuk menambah satu butir jelly bubble? Dan………………..


YA.


Setelah saling meneriaki selama beberapa saat, aku dibuat tak berkutik(lagi) karena ancaman yang sama, dan akhirnya mau tak mau harus kembali ke tempat aku membeli minuman itu untuk menambahkan jumlah jelly bubble-nya.


“ige….. minumanmu! Dengan jumlah jelly bubble sesuai dengan tanggal ulang tahunmu! 23. Ia kan?” L.Joe tersenyum menatap minumannya. Kemudian untuk pertama kalinya menyentuh permukaan gelas itu dengan tangannya sendiri dan…………..


“ini dingin?”
“geurae…… ini ice bubble tea”
“tch….aku penyanyi. Mana boleh minum minuman dingin?”


Saat itu juga, ledakan besar terjadi didadaku. Aku tak mampu memikirkan apapun selain membunuhnya. Demi Tuhan, dia itu SAKIT JIWAAAAAA!!!!! Dia mau bubble tea tanpa es? Kenapa tidak bilang daritadi? Kenapa……… Kenapa………. Kenapa manusia sepertinya bisa eksis di dunia ini?


“jadi….. minumannya bagaima………”
“kau benar-benar merusak moodku! Aku tak mau minum! Buang saja” sahut namja itu seolah dialah yang benar. Aku tak menjawab, bahkan tak bereaksi. Ia lantas berbalik pergi begitu saja. Aku meremas gelas plastik transparan itu sampai sebagian isinya tumpah memenuhi pergelangan tanganku. Rasanya benar-benar mau menangis. Tuhan…… jika boleh, tolong lemparkan aku ke luar galaksi! T_T


Sudah kuduga dari awal, MENJADI PEMADAM KEBAKARAN JAUH LEBIH BAIK DARIPADA MENJADI ASSISTANT TEEN TOP, especially that idiot boy, L.Joe.



***********



Author POV
SBS building
After performing



“fans diluar sangat ramai……. Mereka tidak bisa masuk” ujar Manager Ahn sambil mengintip lewat sela jendela waiting room TEEN TOP.


“lalu? Apa yang harus kita lakukan hyung? Apa kita harus keluar?” Ricky ikut mengintip lewat jendela yang lain.


“ya sudah….. jika kalian tidak lelah, keluarlah. Mini fanmeet dadakan, eo?”
Semua member saling melempar pandang hingga “ani….. kami tidak lelah” sahut Niel yang langsung berdiri.


“ne”
“geuraeyo…..”


Yang lain ikut berdiri sembari mengangguk setuju. Sementara itu, Hyo Jin tengah tersesat di dalam gedung. Ia benar-benar merasa waiting room Teen top bergeser entah kemana. Heuh….. kenapa ruangan-ruangan ini semuany terlihat sama? dan kenapa waiting room mereka bisa menghilang secara misterius begini?


Setelah cukup lama berputar, ia akhirnya berhasil menemukan ruangan itu. Namun saat ia membuka pintunya……………………………. “kosong? Aku………… ditinggal?” Hyo Jin yang tak berdaya nyaris jatuh tersungkur di lantai. “baru ditinggal sebentar saja, enam BOCAH ITU SUDAH MENGHILANG?” Hyo Jin melompat-lompat ditempatnya sambil berteriak memaki mereka semua. Ia masih melakukan hal yang sama, hingga…………


“DASAR! NAPPEUN NAM………….ja” Hyo Jin yang baru saja membalikkan badan langsung membatu. Didepannya sekarang, ada lima orang pria yang sedang balik memperhatikan Hyo Jin dengan tampang syok. Mungkin tak percaya akan betapa barbarnya kelakuan gadis itu. Hyo Jin sudah mengeluarkan jutaan umpatan, dengan tangan yang mengepal sangat kuat dan kaki yang tak henti melompat-lompat.


Kelima namja itu…… adalah…… SHINee.


“ah… hai….. anyyeonghaseyo” sapa Hyo Jin sambil membungkuk. Matanya sudah siap menerjunkan cairan bening. Ia merasa sangat malu hingga mau menangis. Tapi sekeras mungkin ia menahannya.


“annyeonghaseyo” balas kelima namja itu canggung. Mereka baru saja turun stage dan hendak kembali ke waiting room mereka, namun dikejutkan oleh seorang gadis yang berteriak-teriak tepat didepan ruangan mereka.


“kau mencari siapa, agasshi?” tanya Key sambil tersenyum ragu.
“Aku? Aku sedang mencari…………….. teen…..top…… wae?”
“ruang tunggu mereka bukan disitu…. Itu milik kami! Ini ruang tunggu TEEN TOP” ujar Taemin, dan bagai instruksi kelimanya menunjuk pintu putih dibelakang mereka dengan kompak. Hyo Jin tertegun, bagaimana bisa ia lupa? Kini selain harus menahan tangis, ia juga harus menahan mukanya yang mulai memerah karena malu. Hyo Jin langsung menunduk, lantas berjalan lurus melewati kelima namja yang langsung menyingkir memberikan jalan itu dengan lesu.


Hyo Jin mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, sementara dibelakangnya member SHINee tengah memperhatikan gadis itu dengan ekspresi iba. Mereka belima belum ada yang beranjak dari posisinya, masih dengan sabar menunggu Hyo Jin membuka pintu. Dan ceklek………


Gadis itu mendengus pendek. Ruangannya tetap saja kosong, dan intinya walaupun ia sudah mendapat insiden salah ruangan pun ia tetap sudah ditinggal pulang.


“kosong?” bisik Taemin yang langsung diangguki oleh member yang lain.


Hyo Jin bergeming di depan pintu yang terbuka. Detik itu, semua perasaan buruk tengah menggelayutinya. Dari mulai lelah, malu, pusing, lemas. Ini pekerjaan paling mengerikan yang pernah ia temui  dalam hidupnya. Dan gadis itu sama sekali tak sanggup bertahan lebih lama dari ini. Ia benar-benar mau mati. Sungguh. Ia harus mengundurkan diri secepatnya jika masih mau hidup.


Tiba-tiba saja sebuah tangan menyentuh bahunya. Hyo Jin menoleh dengan lemah, lalu sedikit terkejut begitu mendapati seorang pria tengah tersenyum padanya. Minho.


“sepertinya mereka belum pulang. Mau kutemani mencari mereka?”



TBC



Itu omongan Minho ibarat oasis dipadang mahsyar tau gak?


Hyo Jin yang sabar ya ngadepin L.JoeT_T nanti aku keluarin sisi manis L.Joe kok tapi ga sekarang. Inget BERAKIT-RAKIT KE HULU BERENANG-RENANG KE TEPIAN, oke? tenang aja.... Hyo Jin ga bakal lama-lama kok jd assistant mereka, aku juga kasian (o_0) nanti dia bakal dapet pekerjaan yg lebih baik secepatnya


For my YEESUNGIEEEE……… omooo..tuh kan, kl orang udah ganteng mo diapain aja tetep ganteng. Lega waktu ngeliat naui namja yang satu ini akhirnya ada fotonya juga. eotte? Eotte? Eotte? Keren kan? kepalanya seksi kan? hohoho…^_^  We will miss ur selca, ur random dance-_-, ur baritone voice…. So ELF, KEEP CALM AND WAIT FOR OUR ART OF VOICE, okeeeh!!!!


back to my fic...Jengjengjeng……. Akankah Hyo Jin pindah jadi assistant SHINee? *WHAT?* Wait the next part yooo….


BYEEE^_^  

Comments

Popular Posts