Step For You #4 (kiss)


Sebuah kotak berisi buku catatan kecil tersimpan rapi di bawah tanah. Sebenarnya tidak bisa dikatakan begitu, karena nyatanya kotak itu tidak ditimbun dalam tanah. Hanya di dalam lubang yang tertutup oleh kayu. Ya.. setelah nyaris satu jam berputar-putar disana, akhirnya Changjo berhasil mendapatkan apa yang ia cari. Padahal namja itu sudah hampir menyerah, tapi ternyata benda di film itu benar-benar ada. Sebuah time capsule.


Changjo yang sudah sangat kelelahan menyandarkan kepalanya di pohon sambil membuka buku itu. Di halaman pertama, kalimat ‘siapapun yang berani membukanya akan kukutuk’ menyambutnya. Changjo terkekeh, lalu tanpa takut membalik halaman berikutnya. ‘lomba lari lagi, dan seperti biasa, Min Hyo Sun selalu menang. Jong Hyun memang sangat payah. Lihatlah! Saking lelahnya, sekarang ia malah tertidur di atas lapangan sambil memeluk bola basket. Huh! Ini sangat membosankan. Aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa sekarang. Jong Hyun, bisakah kau bangun?’ Changjo mengingat-ingat kejadian itu dan tersenyum. Tangannya bergerak membalik lembar selanjutnya.


‘aku tak suka gerakan tari yang dibuat Jong Hyun. Itu terlihat aneh. Tapi Jong Hyun tak mau mendengarkan pendapatku. Dia menyebalkan. Sungguh. Aku ingin mengumpulkan seluruh zombie dan menyuruh mereka mencekik Jong Hyun’ Pria itu terkikik geli sambil menggeleng-gelengkan kepala.


‘Aku sayang Jong Hyun. Dia adalah hal terbaik yang kupunya setelah orang tuaku. Jong Hyun,Terima kasih.’


Changjo tersenyum, entah kenapa perasaannya terasa aneh. Ia membaca kalimat itu berulang-ulang dan tersenyum semakin lebar. Aku juga menyayangimu noona. Terima kasih.


‘apa buku ini akan kuberikan padamu suatu saat nanti? Iya ataupun tidak, suatu hari, saat kita sudah dewasa, aku akan tetap mengatakannya dengan mulutku sendiri. Jong Hyun, aku menyayangimu’


‘wajah Jong Hyun yang sedang tidur adalah hal paling lucu di dunia. Dia seperti anak bayi, Ya Tuhan’
Setelah berlembar-lembar terlewati, Changjo membuka halaman berikutnya, halaman terakhir yang dipenuhi tulisan. Karena setelah halaman ini, lembar seterusnya masih belum tersentuh tinta.


‘Kau kemana huh? Aku mencarimu kesini tapi kau tak ada. HEH! CHOI JONG HYUN! KAU TAHU????? AKU AKAN IKUT AUDISI MENARI HARI INI. Aku yakin bisa menang. Aku menggabungkan gerakan dance yang kita buat bersama. Kau harus lihat. Ini gerakan dance terhebat di atas bumi. Menurutmu aku bisa lolos? Audisinya dimulai 2 jam lagi. Aku ingin kau melihatku. Tapi sekarang kau malah menghilang. Kau kemana? Jong Hyun….. Langitnya mendung. Apa aku bisa turun bukit tepat waktu?? Aku bisa. Aku harus bisa. Oh tidak! HUJAAAANNNN!!!!!!’


Butuh beberapa saat bagi Changjo untuk berpikir, sebelum akhirnya pupil matanya mulai mengecil. Ia melihat tanggal yang tertulis di lembar itu dan mencoba mencocokkanya dengan tanggal kejadian naas empat tahun yang lalu. Sepertinya  di hari yang sama. Seketika Changjo menahan napas, Hyo Sun tak pernah bilang akan mengikuti audisi menari. Dan gadis itu harus membatalkan niatnya untuk menari karena ini. Oh.. tidak. Sekarang Changjo sudah sampai di tahap ‘semua adalah salahnya’. Dia mulai memojokkan dirinya sendiri dalam hati. Disitu tertulis, Hyo Sun sedang mencarinya. Changjo merasa dadanya ditekan oleh sesuatu. Rasa bersalah membuatnya semakin sesak. Changjo tak tahan lagi. Ia meremas buku itu dan membawanya berlari menuruni bukit. Ia berusaha menahan tangis, tapi ini terlalu berat.  Ini salahku. Ini salahku. Noona kehilangan impiannya dan menjadi begini karenaku.


Perasaan namja itu semakin kacau. Selama menuruni bukit, ia berulang kali nyaris terjungkal dan kehilangan keseimbangan. Sugesti yang sangat kuat membuatnya merasa seluruh benda di sekelilingnya tengah berteriak-teriak menyudutkannya. Nafasnya menderu keras, terengah-engah dengan tatapan kosong. Harusnya aku saja yang tak bisa berjalan. Sungguh….. aku saja. Dulu, ia pernah mengucapkan kalimat itu pada Hyo Sun. Tapi bukannya merasa terhibur, Hyo Sun malah menangis dan tak mau bicara dengannya selama seminggu. Mungkin aku berlebihan. Karena nyatanya aku sudah mengetahui kalau saat itu Hyo Sun ke bukit untuk mencariku. Ia jatuh terguling hingga kakinya tertindih bebatuan juga karena sedang mencariku. Tapi mengetahui kenyataan kalau ia mau mengikuti audisi menari…….. aku tak tahu harus menyalahkan diriku seperti apa lagi. bodoh! Menari adalah impiannya sejak kecil. Dan mengetahui fakta bahwa akulah salah satu penyebab dari kandasnya impian sahabatku sendiri itu sangat menyakitkan.


Changjo mengetuk pintu rumah Hyo Sun dengan tak sabar. Ia menghapus kasar air matanya yang turun tiba-tiba .Karena tak kunjung mendapat respon, pria itu berpindah dari satu jendela ke jendela lain untuk mengintip keadaan di dalam. Rumah Hyo Sun nampak lengang. Changjo semakin tak sabar, ia menoleh dan mendapati Yoomi sedang menyiram tanaman. Tanpa berpikir, ia berlari dan meloncati pagar kayu yang memisahkan halaman rumahnya dengan Hyo Sun, lantas menghampiri noona-nya itu.


“noona….. kenapa rumah Hyo Sun sepi sekali?” tanya Changjo terengah. Yoomi langsung menoleh dan menatap adiknya dengan tatapan heran.


“kenapa hidungmu merah? Kau habis menangis ya? Jinjjayo? Kau menangis karena tak menemukan Hyo Sun di rumahnya? Ahahahaha”


“noona… aku serius! Kemana dia?”
“ahaha….. aigooo… adikku yang punya abs keren dan digilai banyak gadis menangis karena ditinggal sahabat kecilnya…. Aw.. kwiyeowo… ahahaha” Yoomi terus tertawa sambil menepuk-nepuk kepala Changjo dengan gemas. Pria itu langsung menepisnya, “ah~ sudahlah!” lantas berbalik meninggalkan Yoomi. Kenapa aku punya kakak seperti itu?


“dia ke rumah sakit, Choi Jong Hyun~~ aish begitu saja marah! Aku kan cuma mau bercanda dengan adik laki-lakiku yang lucu”


“untuk apa dia ke rumah sakit?” Changjo langsung berbalik dan bertanya dengan khawatir.
“bukankah tiap bulan Hyo Sun menjalani terapi rutin?”
“oh.. benar!” dan kemudian pria itu berlari lagi.
“dia cuma mau terapi! Kenapa sih anak itu? berlebihan!” dumel Yoomi, lantas kembali mengarahkan penyemprotnya ke kebun.


 Hyo Sun POV


Baru saja pintu otomatis rumah sakit terbuka, sosok Jong Hyun langsung datang menghampiriku. Nafasnya terengah-engah, membuatku dan eomma refleks saling menukar pandang heran. “Jong Hyun~aa. Gwaenchana?” tanya eomma. Jong Hyun tersenyum sambil mengibaskan tangannya, “gwaencahana… ah~ eomonim. Bolehkah aku membawanya pergi?” tanpa menunggu persetujuan, pria itu mengambil alih kursi rodaku.


“anyyeong eomonim… aku janji akan membawanya pulang sebelum malam” eomma bahkan belum menjawab. Ia masih berdiri kaku di depan pintu rumah sakit. Tapi Jong Hyun malah langsung mendorong kursi rodaku dengan terburu-buru. Sebenarnya kenapa anak ini?


“Jong Hyun! kita mau kemana?” pria itu tak menjawab. “YA! Pelan-pelan! Rodanya bisa rusak”
“JONG HYUN! Kau mendengarku tidak sih? Kita mau kemana?”
“oke! disini saja!” pria itu melepas pegangannya pada kursi roda dan berjalan ke hadapanku.
“kenapa kau tak pernah bilang padaku?”
“apa?” ujarku kebingungan. Terlebih melihat ekspresi kecewa dan lelah yang ia tunjukkan.
“audisi menari. 4 tahun yang lalu”
“apa sih?” tanyaku masih tak paham.
“sebelum kau terjatuh dan kakimu tertindih batu. Kau sebenarnya sudah mendaftar untuk audisi menari kan?” selama beberapa saat aku terdiam, mencoba mengingat-ingat. Jong Hyun terus menatapku dengan tatapan mendesak. Hingga akhirnya aku mengingatnya. Tunggu! Bagaimana bisa ia tahu?


“b..ba..bagaimana kau….”
“waee? Kalau kau bilang padaku, aku pasti akan menemanimu sepanjang hari. Aku akan menemanimu berlatih dan menontonmu saat audisi. Aku tak akan kemana-mana. Ah~~ aku tak tahu lagi! Noona, mianhae, mianhae” Jong Hyun mulai mengacak rambutnya dan jatuh berlutut di hadapanku, kepalanya tertunduk dalam. “semua salahku noona. Mianhae”


“hentikan! Ini jelas bukan salahmu……. Jangan begini, kumohon”
“harusnya…. Saat itu aku tidak……”
“kejadiannya sudah 4 tahun yang lalu….. aku tidak apa-apa…… lagipula aku belum tentu menang kan?”
“tapi…”
“Changjo! Jong Hyun! atau siapapun kau! ini bukan salahmu. Kau sendiri kan yang bilang? aku akan segera sembuh. Tak ada yang harus dicemaskan. Aku akan segera sembuh dan aku bisa mengikuti audisi apapun yang kumau setelahnya. Aku bahkan bisa lebih terkenal dari Teen Top Changjo!” ucapku sambil tertawa renyah. Jelas hanya ingin menghiburnya. “dan…. Dari mana kau tahu?” tanyaku heran.


Dengan gerakan pelan, Jong Hyun berdiri dan mengeluarkan sebuah buku dari saku bagian dalam jaketnya. Seketika aku tercekat. Buku itu? bagaimana bisa?


“kenapa buku itu ada padamu?”
“semua halaman yang ada di buku ini hanya bercerita tentang seberapa lucunya Choi Jong Hyun. noona menyukaiku?” ia menanyakan ‘noona menyukaiku?’ dengan intonasi yang sangat santai. Lalu tersenyum sambil membuka-buka halamannya. Ekspresi bersalah di wajahnya menghilang begitu saja, berganti dengan ekspresi jahil. Aigoo..... yang tadi itu apa ia benar-benar menyesal? kenapa emosinya bisa berganti secepat ini?


“berikan padaku!”
“tidak! sampai kau menjawabku, noona menyukaiku?” aku terdiam, Jong Hyun tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari mataku. Membuat lidahku kelu. Demi Tuhan, dia membuatku sangat gugup hanya karena tatapan sial itu.


“tidak” seharusnya aku tidak memberi jeda sepanjang itu. Lihat bagaimana dengan penuh percaya dirinya Jong Hyun mendecak dan tertawa. Meragukan jawabanku.


“itu dulu Choi Jong Hyun. Sekarang aku sudah menganggapmu sebagai adikku”
“MWOYA? Adik? Aku bahkan lebih dewasa darimu”
“aku 19 dan kau 18”
“umur cuma angka. Siapa peduli??”
“aku peduli”
“tidak! kau menyukaiku dan aku tahu itu”
“Kenapa jadi kau yang mengatur aku suka dengan siapa?”
“tapi disini jelas-jelas tertulis. Aku sayang Jong Hyun. Jika sudah dewasa aku akan bilang aku sayang Jong Hyun. Ini artinya kau menyukaiku, noona” simpulnya tak sabar. Buru-buru aku memutar kursi rodaku berbalik ke belakang, namun Jong Hyun dengan mudah menahannya.


“kumohon…. Katakan yang sejujurnya, kau menyukaiku kan?”
“kenapa kau mendesakku begini? Sudah kubilang aku tidak suka kan?”
“kau suka”
“tidak”
“kau suka”
“TIDAK”
“Pokoknya kau suka”
“JONG HYUN!!” Teriakanku berhasil membuatnya diam. Namun di detik berikutnya, “jadi kau tidak menyukaiku?” tanyanya lemah. Raut wajahnya juga terlihat sangat kecewa. Pria ini sedang tidak main-main. Matanya mulai memerah, ia menatapku seolah aku telah menghancurkan dunianya menjadi kepingan tak berarti. Bukan begitu Jong Hyun. sungguh. Aku hanya tak ingin kau menyesal. Aku bukan pilihan yang tepat. Ada ratusan gadis cantik di luar sana yang menyayangimu. Jangan aku.


“tapi aku menyukai noona” akunya dengan sangat mudah. Aku terkesiap dengan cara pria itu mengungkapkan perasaan. Ei… berapa umur anak ini?


“bisakah kita menjadi sahabat selamanya saja?”  tanyaku. Jong Hyun menggeleng, “aku mau jadi kekasih noona”


“Jong Hyun! cukup! Aku tak mau. Persahabatan kita jauh lebih keren dari ini”
“tapi aku sayang noona”


Matahari sudah nyaris tak terlihat. Cahaya jingga bergerilya mendominasi warna langit. Sebenarnya indah, tapi Jong Hyun yang terus-menerus bilang ‘aku sayang noona’ sungguh merebut semua konsentrasiku. Dia tak mau melepas kursi rodaku, setidaknya sampai aku bilang aku menyukainya juga. kekanakan sekali bocah ini. sial. Dia kira dengan begitu aku akan mengalah?


“kau bilang pada eomma akan membawaku pulang sebelum malam. Lihat langitnya sekarang”
“aku bisa minta maaf pada eomonim. Dia pasti akan memaafkanku. Lagipula ini salahmu. Kau hanya tinggal bilang ‘Jong Hyun, saranghae’ itu saja. Kau senang sekali mengulur waktu. Ingin berdua bersamaku ya?”


“Jong Hyun! suka tak boleh dipaksa begini”
“tapi faktanya kau memang menyukaiku, tapi kau tak mau bilang”
“YA! Jangan membuat kesimpulan sendiri. Hanya karena aku menulis aku menyayangimu, bukan berarti aku jatuh cinta dan mau menjadi kekasihmu. Lagipula itu sudah 4 tahun yang lalu. Astaga~~ bagaimana caranya menjelaskan ini?”


Detik-detik berlalu dengan sangat lamban –atau perasaanku saja- Dan di antara kami berdua masih tak ada yang mau mengalah. Langit berubah gelap sepenuhnya. Lampu jalan di samping kami menyala otomatis. Belum ada tanda-tanda ada yang ingin mengalah disini. Menit berlalu lebih lama lagi, aku bisa mati bosan jika begini caranya. Hingga….. “oke oke… “ aku menyeringai. Jong Hyun memang tak bisa bersabar terlalu lama. Aku menatapnya dengan puas, menanti kalimat apa yang akan keluar dari mulut pria ini sambil bersedekap. “kita buat ini lebih mudah. Kau hanya harus bilang kau menyukaiku, itu saja. Kita tidak pacaran. Kita tetap bermain bersama. Dan kita anggap ini tak pernah terjadi”


“sungguh! Kepalamu rusak Jong Hyun~a” ujarku takjub
“aku hanya ingin mendengarnya”
“tak akan..….”
“ini penawaran terakhir” aku terdiam, mencoba tak acuh. Tapi langit yang semakin gelap membuatku tak punya pilihan lain. “Ara….. dengarkan ini! Aku menyayangimu. Aku menyukaimu. Jong Hyunnie saranghae. Kau puas?” pria itu menatapku dan tersenyum senang, lantas mengangguk. “sekarang bisa kita pulang?”


“ne”


**********


Author POV


Changjo baru saja keluar dari pintu rumahnya sambil membawa skateboard, saat ia melihat Hyo Sun tengah kesusahan memutar kursi rodanya menuju kolam. Tanpa berpikir pria itu segera menaiki skateboardnya dan melesat kearah Hyo Sun. “hei….” sapa pria itu sambil melompat dari skateboard-nya dan memegang dorongan kursi roda Hyo Sun. Gadis itu menoleh dan tersenyum. “rapi sekali. kau mau pergi ya?”


“ne.. teman-temanku mengajak pergi. Tidak apa-apa kan? aku janji akan pulang sebelum jam 12 dan menemanimu bermain”


“tentu saja tidak apa-apa. Lagipula siapa yang mau bermain denganmu?” Changjo mendengus sambil memutar matanya, lantas menghentikan kursi roda Hyo Sun tepat satu meter dari kolam. “disini?” tanya Changjo memastikan. Hyo Sun mengangguk, “gomawo”


“hati-hati!” Changjo menepuk-nepuk kepala Hyo Sun, lantas berlari mengambil skateboard-nya. “harusnya aku yang bilang begitu” gumam Hyo Sun sambil menggeleng-geleng menatap punggung Changjo yang semakin menjauh. Setelah insiden ‘aku menyukaimu’ kemarin malam, rasa canggung tetap tak terlihat di antara keduanya. Mereka bahkan tetap bermain bersama semalaman, tepatnya sebelum appa Hyo Sun dengan penuh sopan santun menyuruh Changjo keluar dari kamar anak gadisnya dan pulang ke rumahnya sendiri. Ya.. jika sudah bersama mereka akan lupa waktu. Seperti biasa.


Hyo Sun membuka buku gambarnya dan tersenyum menatap beberapa gambar lama disana. Menggambar memang sudah menjadi hobi baru bagi gadis ini semenjak Changjo meninggalkannya dan menetap di Seoul. Bisa dibilang, ini adalah salah satu usahanya untuk mengusir kesepian.


Kini selembar kertas kosong terpampang di hadapannya. Hyo Sun menggigit bagian belakang pensilnya sambil berpikir –apa yang harus aku gambar?- hingga akhirnya mata gadis itu tertuju pada kolam. “hei…. selama menggambar aku selalu duduk disini. Kenapa tak pernah menggambar kolam?” gadis itu mengangguk setuju dan mulai menggerakkan pensilnya di atas kertas.


Hanya dalam waktu sepuluh menit, kertas kosong itu sudah berubah menjadi kerangka gambar kolam yang indah. ‘make my wish come true~~ baby all I want for Christmas is..~~ you’ Hyo Sun terus bersenandung sambil menambahkan gambar pohon-pohon cemara di sekeliling kolam buatannya.


“Baby all I w~~~ oh! tidak” pensil di genggaman Hyo Sun terjatuh dan menggelinding sampai ke pinggir kolam. Gadis itu mendecak sambil menghela napas, lantas memutar kursi rodanya lebih dekat. Hyo Sun mengulurkan tangannya ke pensil itu dengan susah payah, “ayo Hyo Sun! se~di~kit la~giiii” Hyo Sun menggigit bibir, pensil itu tinggal sejengkal lagi dari tangannya. Hyo Sun semakin gemas dan memutar kursinya lebih dekat, tangannya mengulur lebih panjang, “YAP!” Bersamaan dengan pensil yang tergapai, tubuhnya pun terjungkal ke dalam kolam. “akh~~ kyaa~~ TOLONG!!! EOM gulpgulpgulp EOMMA”


*********


Changjo yang baru saja melompat ke kolam langsung menggapai tubuh Hyo Sun dan membawanya naik. Tadi, sesampainya di kafe tempat ia dan teman-temannya janji untuk bertemu, Changjo memutuskan untuk pulang bahkan sebelum sempat duduk. Entah kenapa, sepanjang perjalanan menuju kafe, firasat buruk terus mengganggunya dan benar saja….. ketika sampai di rumah, ia menemukan Hyo Sun menjerit-jerit di kolam.


Gadis ini sepertinya menelan banyak air. Tanpa banyak bicara Changjo langsung memiringkan tubuh Hyo Sun agar cairan di mulut gadis itu mengalir keluar. Namja itu juga mengecek suara napas dan detak jantung Hyo Sun. Karena terlalu panik, Changjo akhirnya memutuskan untuk memberi napas buatan. Demi Tuhan, aku bahkan tak tahu bagaimana cara melakukannya. Dengan segala ilmu CPR yang ia pelajari di sekolah menengah, Changjo memberanikan diri untuk menempelkan bibirnya pada bibir Hyo Sun. Dan saat itulah mata keduanya terbelalak. Hyo Sun membuka mata persis saat bibir mereka bersentuhan. Tentu saja gadis itu terkejut. Ia langsung mendorong muka Changjo dengan telapak tangannya.


“CHOI JONG HYUN! KENAPA KAU MENCIUMKUUUUUU!!!!!”
“A~AK~~Aku tidak!!! bukan begitu! kau tenggelam, aku tak bisa mendengar napasmu. Jantungmu juga sepertinya tidak berdetak. Molla…. Aku ~~ aku tidak menciummu!” Changjo berusaha menjelaskan dengan terbata. Ia mengeluarkan semua kata di otaknya, tak peduli gabungan kata itu terdengar sinkron atau tidak.


Saat Changjo masih gelagapan dan terus mengaku ia tidak menciumnya, mata Hyo Sun tiba-tiba berbinar, wajah gadis itu dipenuhi oleh senyum dan dengan gerakan cepat ia menarik kerah baju Changjo hingga wajah mereka sangat dekat. Pria itu langsung mengatupkan bibirnya, tak mengerti dengan sikap Hyo Sun yang berubah tiba-tiba.


“Kau tahu?” ucap gadis itu, matanya yang berbinar menatap lekat bola mata Changjo.
“apa?”
“Choi Jong Hyun. KAU HARUS TAHUUU”
“apa? kenapa?”
“saat di kolam tadi, aku, kakiku…………………………”
“wae??” desak Changjo tak sabar.
“KAKIKU BERGERAK JONG HYUN~AAA….. BERGERAK…… TADI KAKIKU BERGERAK” Setelah mengucapkan itu, Hyo Sun langsung memeluk Changjo dengan sangat erat. Air mata bahagianya berjatuhan tanpa kontrol. Changjo yang sangat terkejut hanya bisa membuka mulutnya tanpa berbuat apa-apa, bahkan membalas pelukan Hyo Sun pun tidak. Otaknya terasa kosong dan tak bisa berpikir jernih. Benarkah? aku tidak sedang mimpi kan? Setelah beberapa saat, senyuman Changjo berubah menjadi lebih lebar, ia menggigit bibirnya dan membalas pelukan Hyo Sun. Matanya mulai memerah karena terlalu senang.


“jinjjayo? Noona jinjjayo?”
“ne.. ne.. ne… aku juga tak percaya” mereka melepaskan pelukannya dan saling menatap dengan ekspresi takjub. “saat di air, kakiku bergerak dan terus menendang-nendang ke bawah. Aku tak mengerti. Apa ini artinya aku akan segera sembuh? Sarafku mulai berfungsi lagi?” Changjo mengangguki ucapan Hyo Sun dengan sangat yakin. “sebentar lagi kita bisa lomba lari seperti dulu noona” Hyo Sun tak bisa menahan senyumnya. Hanya karena membayangkan ‘ia akan sembuh’ gadis itu sudah sangat senang hingga nyaris gila.


“eh! Hampir saja aku lupa” dan tiba-tiba wajah gadis itu berubah lagi.
“apa?”
“KENAPA KAU MENCIUMKU?”
“cih…. Sudah kubilang aku tidak menciummu. Aku hanya mencoba memberi napas buatan”
“jika bibir kita bersentuhan, itu artinya berciuman, Jong Hyun~aa”
“tapi itu tidak sampai sedetik”
“tetap saja itu namanya berciuman…..” Changjo tetap bersikeras menggeleng. Sementara Hyo Sun mulai mengerucutkan bibirnya dan “huaaaaaa Changjo mencuri ciuman pertamaku.. EOMAAAA-hmmph” Pria itu langsung membekap mulut Hyo Sun dengan tangannya.


“Jangan mengadu!!! Akan kubelikan es krim, oke?” Hyo Sun menarik tangan Changjo dari mulutnya dan bertolak pinggang dengan mata memicing marah. “kau pikir ciuman pertamaku bisa digantikan dengan es krim huh?”


**********


Changjo menyodorkan es krim ke depan mulut Hyo Sun yang cemberut kesal. “pegang! Kau tak mau? Aku makan ya..” mendengar ancaman itu, Hyo Sun langsung merebut cone ice cream di genggaman Changjo. Pria itu terkikik geli sambil menjilat es krim-nya.


“lupakan saja”
“ciuman pertama takkan bisa dilupakan”
“cih… itu kan hanya aku…. bukan orang lain”
“tapi tetap saja…..”
“memangnya siapa yang kau mau huh? Kau sedang menyukai seseorang? Tidak kan?”
“kuharap ciuman pertamaku adalah suamiku…. Tapi malah kau~”
“kalau begitu kita menikah saja”
“JONG HYUN”
“haha….. aku cuma bercanda! Kau kenapa sih? Dan noona, setidaknya ciuman pertamamu adalah lawan jenis kan? aku….” Hyo Sun melirik namja disebelahnya dengan ekspresi bingung, namun di detik berikutnya, tawa gadis itu menyembur.


“benar! Hahahaha!!! Ciuman pertamamu Niel kan?” Changjo memutar matanya sambil menggigit es krim, membuat giginya langsung terasa beku.


“aku menonton siarannya. Aku juga mendownload gif-nya…. Ya Tuhan!!! Ahahaha….. itu benar-benar lucu. Ekspresimu juga~~ itu benar-benar lucu….. hahahaha memalukan! Ciuman pertamamu dengan namja, terlebih itu ditayangkan di tv nasional dan dilihat banyak orang” Changjo memicingkan matanya kearah Hyo Sun seolah bilang ‘hentikan!’ tapi sepertinya gadis itu tak mengerti bahasa isyarat. Ia malah terus mereka ulang kejadian itu dan tertawa sambil menepuk-nepuk tangannya.


“eotte? Sudah merasa lebih baik?” tanya Changjo sinis. Hyo Sun mengangguk-angguk sambil memegangi perutnya.


“ngomong-ngomong soal Niel, dia liburan kemana? Ke Inggris lagi?”
“anio! Manager hyung melarang kami pergi jauh-jauh. Paling mereka cuma pulang ke rumah dan istirahat. Jadwal kami semakin gila”


“jinjjayo? Aku benar-benar merindukan mereka”
“aku juga”
“kalau begitu suruh mereka kesini saja”
“huh? Mereka tidak akan mau”
“jadi tidak bisa ya?” Hyo Sun menghembuskan napasnya dengan berat, terlihat sangat kecewa. Gadis itu menjilat es krimnya pelan-pelan dengan tatapan kosong ke arah kolam. Changjo mendesah, badannya menyerong kearah gadis itu dan menarik handuk kecil yang mengitar di lehernya, lantas mengeringkan rambut Hyo Sun yang masih setengah basah dengan itu.


Hyo Sun yang bingung memutar kepalanya dan menatap Changjo. “akan kuusahakan” ucap pria itu.
“huh?”
“Tapi kalau tidak bisa…….”Changjo menurunkan handuknya dan mendorong es krim yang Hyo Sun pegang sampai menyentuh ujung hidung gadis itu. “jangan menangis ya..”


“JONG HYUN!!”


**********


Changjo membuka kunci layar ponselnya dan mendesah. Lima menit yang lalu, ia mengirimkan pesan ‘bisakah kalian datang ke Chuncheon besok?’ ke lima orang sekaligus. Tapi sampai detik ini, tak ada satupun yang membalas pesannya. Mereka berlima masih hidup kan? Changjo mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja sambil berpikir. Apa kutelfon saja ya? Dan di detik berikutnya pria itu sudah menyambar ponselnya dan menelfon Ricky.


“yoboseyo”
“Changhyun”
“wae??”
“besok kau bisa ke Chuncheon?”
“ke rumahmu?”
“ne.. bisa kan?”
“besok aku dan Niel hyung akan pulang ke Seoul”
“kau liburan bersama Niel hyung??”
“ne.. kami memanjat gunung. Keren kan?”
“jinjjayo? Kau bisa?”
“YA! GEURAEEEEYO! NAN NAMJADA” Ricky berteriak di ujung sana.
“Ara…. Ara neon namja. Lupakan~ Besok harus bisa ya…. Dari sini kita bisa pulang ke Seoul bersama yang lain”


“memangnya ada acara apa?”
“kau tidak merindukan Hyo Sun noona? Dia ingin bertemu kalian”
“jeongmalyo? Noona merindukanku”
“dia merindukan teen top. Bukan hanya kau!”
“ya ya ya apapun itu… besok jam berapa?”
“sebelum malam kau harus sudah datang!”
“Niel hyung diajak?”
“geuraeyo! Semua member harus ada besok”
“kau yakin? L.Joe hyung pergi bersama Hyo Jin noona kan? kau tahu mereka kemana?”
“Hyo Jin noona kuliah. Mereka tak mungkin liburan kemana-mana”
“kau baru kenal L.Joe hyung kemarin ya?”
“hftt! Aku akan menelfonnya. Anyyeong”


Dalam sekejap, ponsel itu sudah menempel lagi di telinganya. Kali ini yang ditelfon orang yang berbeda. L.Joe.


“hyung”
“besok ada apa?” tanya L.Joe langsung.
“kau dimana?”
“kutanya besok ada apa?”
“Hyo Sun noona ingin bertemu kalian berlima”
“tapi aku di rumah orang tua Hyo Jin”
“Kalian sebenarnya mau apa sih?”
“mianhae…. mungkin lain kali. Sampaikan saja salamku padanya”
“ah~ hyung! Tolong…….  Aku benar-benar memohon padamu. Kali ini saja”
“tapi aku di Chuncheon~ Changjo~yaaa”
“Tapi kan……. tunggu! Kau dimana?”
“aku di rumah orang tua Hyo Jin. Di Chuncheon. Dan kampung halamanmu di Chuncheon. Jadi bagaimana mungkin aku………… Tunggu! Kalian sama-sama dari Chuncheon?” Changjo menarik napas dengan sangat berat. Dia sudah bertahun-tahun mengenal Byunghun. Dan dia tahu pria ini bahkan bisa lebih idiot dari orang idiot. Jadi, tak ada gunanya memaki. Lagipula……. Mau sebodoh apapun dia, Byunghun yang idiot tetaplah seorang hyung yang harus dihormati. Changjo menarik napas dalam, “ne.. kami sama-sama dari Chuncheon. Aku tak mau tahu besok kau harus ke rumahku!!!”


Pria itu mematikan sambungan telfon mereka secara sepihak dan langsung mencari nama Chunji dan C.A.P di kontaknya. Dengan berbagai pertimbangan, Changjo memutuskan untuk menelfon Chunji terlebih dahulu.


“hyung”
“kenapa besok aku harus ke Chuncheon?” tanya Chunji begitu sambungannya terhubung. Tak bisa lebih sabar sedikit ya? Setidaknya katakan ‘halo’ dulu!


“kau dimana?”
“aku di dorm”
“dorm? Kau tidak pulang??”
“aku pulang. Tapi cuma 5 hari, entahlah…. Aku sedang ingin istirahat di dorm saja”
“jadi kau sendirian disana?”
“ani! Minsoo hyung juga tidak pulang. Hei~ kutanya besok kenapa? Kalau tidak penting aku tidak mau”
“eung….” Changjo menggaruk dahinya sambil meringis. “Andy hyung tak bilang?” dan Changjo pun memulai aktingnya yang sangat memukau.


“bilang apa?”
“TOP Media akan mengadakan barbeque party”
“di Chuncheon?” nada bicara namja di ujung telfonnya terdengar sangat sangsi. Membuat sang pengarang cerita kebingungan. “langit Chuncheon adalah yang paling indah. Jadinya….. ya… Andy hyung bilang disini saja”


“staf dan 100% juga datang?”
“ani! Ini khusus teen top”
“jinjjayo?”
“Ne”
“kau yakin tidak sedang berbohong?”
“mana mungkin aku bohong pada hyung-ku sendiri?”
“kenapa tak ada yang memberitahuku sebelumnya?”
“itu gunanya aku disini. Bukankah aku sedang memberitahumu sekarang?”
“ini benar-benar aneh” desis Chunji. “kau tak mau datang? Mau kuadukan pada Andy hyung?”
“YA! ARAYOOO… aku mengerti! Besok aku datang”
“jangan lupa ajak C.A.P hyung”
“hmm”
“Annyeong hyung” Changjo mematikan sambungan telfonnya dan “YES!!!” berteriak seolah habis memenangkan lotre. Oh… tidak! ini bahkan lebih baik dari itu. Semoga besok mereka berlima benar-benar datang. Semoga.


TBC



Makasih buat siapapun yg udah buka stepforyou!! 

Comments

Popular Posts