We Were In Love 1 of 2





cast :
  • Krystal f(x)  a.k.a  Jung Soo Jung
  • Yunho TVXQ  a.k.a  Jung Yunho
  • Yuri Girls' Generation  a.k.a  Kwon Yuri
  • Nana After School  a.k.a  Im Jin Ah
  • Naeun A-pink  a.k.a  Son Naeun

genre: family, romance







~  O  O  O  ~









Pagi itu layaknya pagi-pagi sebelumnya, matahari telah menyinarkan cahayanya dengan cukup terang. Burung-burung telah keluar dari sangkarnya dan memperdengarkan suara merdu milik mereka. Berbagai aktivitas juga sudah mulai terlihat dikerjakan oleh para penghuni di bumi ini.


Dan sama seperti pagi-pagi sebelumnya, gadis penghuni ruangan dengan dominasi cat berwarna biru itu, memulai harinya. Dengan merapihkan ranjangnya terlebih dahulu sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi. Namun walaupun begitu, pagi itu tetap berbeda untuknya. Bahkan setiap paginya terasa berbeda sejak beberapa bulan yang lalu.


Ia merapihkan pakaian yang baru saja dikenakannya. Dan tak lama, tangannya beralih merapihkan rambutnya yang panjang serta mendadani wajahnya dengan peralatan rias yang biasa digunakannya. Hari itu entah mengapa ia ingin sekali melakukan sesuatu yang mungkin akan berakibat buruk pada dirinya. Membuat sebuah penilaian yang pada akhirnya akan melukai dirinya sendiri.


Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya. Dengan menggenggam ponsel serta headset-nya, ia menuruni anak tangga dan berjalan menuju pintu keluar. Wajahnya yang tak berekspresi tiba-tiba saja berubah saat dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat bagaimana raut bahagia sosok-sosok yang telah membuatnya menjadi seperti saat itu.


Ia mengenakan headset-nya. Tak lupa ia tutup pintu terlebih dulu sebelum kembali berjalan menuju sebuah kendaraan, dimana sepasang pria dan wanita serta seorang gadis muda tengah menunggunya.


“oh.. kau sudah siap Soojungie? kalau begitu ayo kita berangkat.” Seru sang pria.


Ia berjalan memutar menuju tempat dimana seharusnya ia berada. Dan bersamaan dengan itu sosok wanita yang juga berada di dekatnya menggerakkan tangannya membuka pintu penumpang.


“oh.. anda masih mengingatnya bukan nyonya Im?” Sergah sang gadis sembari menghentikan gerak tangan wanita bermarga Im itu.


“jadi, terima kasih utnuk membukakan pintu ini untuk ku.” Sambung gadis itu.


Ia hampir saja berada di dalam kendaraan mewah itu andai saja tangan seseorang tak menghentikannya. Gadis itu kembali keluar dari sana dan menatap tak suka sosok yang baru saja menghentikannya.


“apa yang kau lakukan Soojung? tak sepantasnya kau melakukan itu pada eom-”


“tak sepantasnya? bukankah kalian yang tak sepantasnya berada di sini?!  dan ingat ya Son Naeun-ssi. kau itu bukan siapa-siapa! dan coba gunakan otak mu untuk mengingat perjanjian yang telah eomma-mu dan dirimu sendiri sepakati!!”




o O O O o



Sebuah sedan mewah terus melaju menembus jalanan kota yang juga telah dipadati dengan ratusan kendaran yang berlalu lalang. Mengingat hari itu adalah akhir pekan, tak aneh bila jalan-jalan besar itu didominasi oleh kendaraan pribadi. Walau tak jarang, ada sebagian orang yang tetap memilih untuk memanfaatkan kendaraan yang disediakan oleh pemerintah untuk menghabiskan akhir pekan mereka.


Berbeda dengan keadaan di luar yang terlihat cukup padat dan dapat dipastikan suasana di sana cukup ramai, keadaan di dalam sedan mewah itu malah hening dan bagaikan tak bernyawa. Ya… memang benar, jika di dalam kendaraan itu bersemayam delapan pasang mata. Tetapi.. oh ayolah… mereka terus saja diam dan mengunci mulut mereka rapat-rapat. Mereka seakan tengah sibuk dengan apa yang tengah mereka pikirkan sampai untuk berbicara pun sepertinya tak mungkin untuk dilakukan.


Sosok pria yang tengah mengendalikan kendali mobilnya, terus saja fokus terhadap jalan-jalan yang mereka lalui. Sedangkan sosok wanita dan gadis muda yang duduk di belakangnya, enthalah. Mereka hanya diam dan tak melakukan apa pun. Bahkan tatapan mereka terlihat begitu kosong. Tak jauh berbeda dengan sosok wanita dan gadis muda itu, sosok gadis muda lain yang duduk dikursi penumpang di samping pengemudi juga terus saja mengatupkan bibirnya. Hanya saja, gadis itu lebih baik. Karena setidaknya masih ada musik yang mengalun ditelinganya. Hanya ditelinganya.


Sebuah restaurant keluarga menjadi tempat pemberhentian sedan mewah itu. Pelataran parkir menjadi tempat mobil itu beristirahat, dan dengan perlahan sang pengemudi menon-aktifkan mobilnya. Membiarkan mesin mobil itu mendingin, semenatra ia dan keluarganya menghabiskan waktu mereka di dalam restaurant.


Mereka turun dari mobil dan bergegas menuju ke dalam. Tepat di depan pintu masuk restaurant, beberapa  orang telah menunggu dan segera menyambut kedatangan mereka dengan begitu antusias.


“yeobo.. lihat keponakan kita ini. dia telah tumbuh menjadi gadis muda yang sangat cantik!”


“geurae. neo eomma neomu yeppeo.”


“ne. uri Yuri memang sangat cantik. pastilah Soojungie akan tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik seperti eomma-nya. buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya..”


“ah ahjumma bisa saja…”


“ah annie annie.. kau memang cantik Soojung. ah.. lebih baik kita masuk sekarang karena yang lain sudah di dalam.” Ajak wanita tersebut. Ia berjalan beriringan dengan Soojung, dengan tangannya yang terus merangkul pinggang Soojung dengan penuh kasih sayang menuju tempat dimana keluarganya yang lain berada.



o O O O o



Soojung berjalan menuju tempat dimana orang-orang yang berkedudukan sebagai kakek-kakek dan nenek-neneknya berada. Dengan membawa segelas jus jeruk ditangan kirinya serta air mineral ditangan kanannya, gadis itu berjalan menghampiri meja dimana orang-orang tua itu berada. Soojung meletakkan gelas dengan cairan transparan ke atas meja tepat di hadapan wanita paruh baya yang tadi memintanya untuk mengambilkan air itu.


“gomawo Soojungie..” Ucap wanita itu penuh dengan kasih sayang.


Ia meminum cairan itu. Membiarkan benda transparan itu mengalir membasahi kerongkongannya terlebih dulu sebelum kembali mengajak cucunya itu –Soojung- berbicara.


“bagaimana keadaan eomma-mu? apakah dia baik-baik saja?” Tanya wanita itu sembari menggenggam tangan Soojung.


Sementara Soojung, ia hanya menarik sudut bibirnya dan membalas genggaman wanita itu.


“eomma… dia baik-baik saja harmoni. ya.. setidaknya ia harus lebih baik lagi untuk menghadapi dua ekor bunglon!”



o O O O o



Suara deritan pintu membuat sosok wanita yang berada di dalam dengan segera menyekah air matanya. Ia berusaha untuk menghentikan isakannya. Namun apa yang ia lakukan tak membuahkan hasil apa pun. Terlebih ketika sosok yang menimbulkan suara deritan itu berdiri di depannya. Air matanya malah terus saja jatuh dan membasahi pipinya.


“Jin Ah-aa.. mianhae.”


Sosok itu melayangkan tangannya. Menyentuh pipi wanita itu dan menyekah aliran air yang terus mengalir membasahi wajah wanita itu.


“aku tahu ini berat untuk mu, tetapi ini juga berat utnuk Soojung. dan mungkin, di antara kita semua Soojung-lah yang paling menderita.”


Di lain tempat, seorang gadis tanpa sengaja mendengar percakapan dua orang dewasa itu. Ia mengepalkan tangannya. Mencoba mati-matian menahan tangisnya. Mendengar semua pembicaraan kedua orang itu, membuat hatinya terasa perih, terlebih ia juga merasa bingung. Bagaimana bisa sosok wanita di dalam sana mau melakukan hal itu? Melakukan hal yang ketika ia pikirkan lagi, hanya akan menyakiti hati wanita itu.


Gadis itu memutar tubuhnya. Dengan langkah cepat, ia segera pergi meninggalkan tempat itu menuju salah satu kamar yang berada di lantai dua. Dan ketika ia telah berada di depan pintu kamar tersebut, ia segera membukanya tanpa memberikan ketukan terlebih dahulu.


“apa yang kau lakukan?! apakah kau tidak tahu cara utnuk mengetuk pintu?? atau kau tak pernah diajarakan bagaimana caranya untuk mengetuk pintu kamar seseorang, eo??!” Maki sosok gadis penghuni kamar tersebut.


Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap dengan sengit sosok gadis yang baru saja membuka pintu kamarnya secara tiba-tiba.


“bisakah kau berhenti melakukan ini Soojung-ah? Jin Ah eomma telah menikah dengan Yunho appa, dan itu berarti kita sudah menjadi satu keluarga! jadi kau tak sepantasnya menyakiti eomma seperti ini!!”


Sontak Soojung membulatkan matanya begitu mendengar apa yang baru saja diontarkan sosok itu dengan keras. Ya.. sosok itu tengah marah. Marah atas apa yang dilakuakn Soojung dan marah atas dirinya sendiri yang tak tahu harus melakukan apa.


“nde? keluarga? menyakiti eomma?? siapa yang kau maksud eomma? wanita itu???”


Soojung tertawa sinis. Ia menatap tajam sosok di depannya. Menunjukkan bahwa tak hanya sosok itu saja yang marah. Tetepi ia juga!


“waniat itu memang eomma-mu. tetapi dia bukan eomma-ku!! dan apa kata mu tadi?? menyakiti? HEY.. CAN YOU SEE THE MIRROR??! sekarang siapa yang menyakiti siapa?? apakah tidak terbalik eoh?!”


Soojung kembali menjeda ucapanya. Matanya terus menatap sang lawan bicara dengan begitu tajam dan sinis.


“kau dan eomma-mu lah orangnya!!! bahkan kalian dengan mudahnya melakukan hal menjijikan itu hanya untuk menjadi bagian dari keluarga ini. dan sekarang, apa yang kau katakan? aku menyakiti kalian?? cih.. dasar perempuan tak tahu diri!! lebih baik sekarang kau keluar, sebelum aku mengatakan sesuatu yang semakin merendahkan posisi mu di sini nona muda Son!!”


Soojung bangkit dari ranjangnya. Dan dengan cepat mendorong tubuh lawan bicaranya keluar dari dalam kamarnya. Kemudian membanting pintu tersebut sebelum menguncinya.



o O O O o



Sepuluh menit lagi bell akan berbunyi dengan nyaring. Dan itu berarti, waktu untuk menyelesaikan soal ujian juga hanya tersisa sepuluh menit. Dan tepat setelah sepuluh menit telah terlewati, bell tanda berakhirnya masa kelam bagi seluruh murid tingkat akhir berbunyi. Secara serempak mereka bangkit dari kursi. Mengumpulkan kertas ujian beserta lembar jawaban kepada guru yang bertugas mengawasi ujian. Dan setelah itu, cafѐtaria merupakan tempat pertama yang mereka tuju.


Sekumpulan muda-mudi sudah berkumpul disalah datu meja cafѐtaria. Mereka yang baru saja menyelesaikan kewajiban sebagai seorang pelajar, dengan wajah cerah menikmati makanan yang mereka pesan. Melupakan seluruh kepenatan mereka akan ujian yang baru saja berakhir. Dan bersiap untuk memulai kehidupan yang baru.


“apakah kita masih bisa sering bertemu setelah ini?” Tanya seorang gadis muda dengan wajah yang bersedih. Ia tak pernah membayangkan bahwa hal yang paling ia benci di muka bumi ini akan terjadi sebentar lagi.


“geurae! kau bisa menemui ku kapan pun Jinri-ah.” Balas gadis lain yang duduk berhadapan dengannya.


“walaupun nanti kita akan berada di universitas yang berbeda?” Tanya Jinri lagi.


“ne. sekali pun kita berada di benua yang berbeda, kita tetap bisa bertemu Jinri-ah..”


Mendengar itu, Jinri tersenyum. Dan kemudian ia berbalik menatap sosok laki-laki yang duduk tepat di sampingnya.


“lalu bagaimana dengan mu? apakah kau akan mencari gadis lain?”


Laki-laki itu hanya menghela nafas begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jinri. Ia benar-benar bingung dengan jalan pikiran gadis itu. “kau sudah menanyakan hal ini berkali-kali. dan kau juga tahu apa jawabanku bukan? jadi jangan pernah tanyakan hal semacam ini lagi Jinri-ah!”



Jinri menganggukkan kepalanya. Sementara sosok laki-laki di sampingnya membelai lembut puncak kepala gadis itu.


“hhh… bisakah kalian tak melakukan hal itu? masih ada aku dan Minhyuk di tempat ini.”


“aish kau mengganggu saja Soojung-ah! kalau kau iri, kau bisa melakukannya bersama Minhyuk.”


“yak Choi Minho!!” Kesal Soojung pada laki-laki bernama Minho itu.


Soojung hendak memukul kepala laki-laki itu. Namun tertahan karena sosok Minhyuk yang menariknya untuk kembali duduk.


“Soojung-ah..” Panggil Jinri saat keadaan sudah kembali seperti sedia kala.


Soojung mengalihkan pandangannya dari makanan yang berada di atas meja kepada Jinri. Ia menatap gadis itu dengan pandangan ‘ada apa?’ sembari menghabiskan makanan yang berada di dalam mulutnya.


“bagaimana sekarang ini? ah.. maksdu ku, bagaimana keadaan rumah.. ah annie annie. maksud ku, bagaimana keadaan…..”


“bagaikan neraka! wanita itu berlaku layaknya ia-lah pemilik rumah! dan anaknya, ya… kau tahu sendiri bagaimana ia. bagaimana ia merebut sang ketua dewan Lee Taemin saat laki-laki itu masih bersama mu.” Selak Soojung cepat yang sudah mengetahui maksud pembicaraan Jinri.


“dan kalian tahu. belum lama ini, ia mulai berperilaku layaknya tuan putri di rumah. membentak para asisten rumah tangga semaunya.” Sambung Soojung dengan kesal. Bahkan tangannya sempat terkepal ketika menceritakan hal itu.


Deringan ponsel berhasil menginterupsi keempat muda-mudi itu. Mereka yang sebelumnya tengah asyik berbincang, dengan spontan menghentikan keasyikan itu.


“ada apa?” Tanya Minho pada Minhyuk yang baru saja mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan singkat yang baru saja ia terima.


“Soojung-ah.. Restaurant Eropa di kawasan Gangnam. kau harus pergi sekarang.” Jelas Minhyuk sembari meletakkan ponselnya kembali ke atas meja.


“mereka meninggalkan mu? bagaimana bisa??” Tanya Jinri tak habis pikir.


“tentu saja bisa. semua ini pasti ulah gadis itu, Son Naeun. walaupun wajahnya seperti malaikat, menenangkan, ramah, baik, cantik. tetapi sebenarnya ia adalah titisan iblis. dan selama gadis itu masih terus berkeliaran di rumah ku, semua hal seperti ini pasti bisa saja terjadi.”



o O O O o



Dari kejauhan, seorang gadis terus saja memperhatikan sekumpulan orang yang tengah berbincang sembari menunggu pesanan mereka datang. Gadis itu terus saja memperhatikan orang-orang tersebut. Tak pernah ia biarkan matanya beralih sedetik pun dari orang-orang itu. Hingga pada akhirnya, setelah beberapa saat ia terus saja memperhatikan dari kejauhan, gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri meja dimana orang-orang itu berada.


“dimana Soojung? kenapa ia tak ikut bersama kalian?”


“Soojung.. em dia tadi pergi bersama dengan te-”


“annyeonghasaeyo…” Sapa gadis itu. Ia merundukkan badannya memberikan salam pada orang-orang tersebut.


“oh.. Soojung-ah. darimana saja? kenapa baru sampai?” Tanya sosok wanita yang tadi juga menanyakan keberadaan gadis itu, Soojung.


“tadi ada pelajaran tambahan. dan ketika selesai, aku tak menemukan Naeun eonni. ku pikir eonni meninggalkan ku.”


Soojung menghentikan ucapannya sejenak. Ia sempat melirik sebentar pada keluarganya dan tersenyum sinis sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “untung saja da temanku, Lee Taemin, yang bersedia mengantar ku.”


“oh jinjja? lalu diaman dia? kenapa kau tak ajak dia bergabung dengan kita? ahjumma ingin berterima kaish padanya, karena telah mengantar mu.”


“ia telah pulang. tadi aku telah mengajaknya, tetapi ia menolaknya karena tengah bertengkar dengan Naeun eonni. jadi dia merasa tak enak.” Terang Soojung yang langsung membuat rasa keterkejutan menyerang keluarganya.


Mereka tak menyangka bahwa Soojung akan mengatakan hal seperti itu. Terlebih Naeun, gadis itu lebih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Memang benar ia meninggalkan Soojung, tetapi ia tak menyangka bahwa Soojung akan mengatakannya di tempat itu. Dihadapan sebuah keluarga yang mungkin akan menjadi keluarganya juga.



o O O O o



Deru mesin baru saja berhenti. Namun Soojung buru-buru membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Ia ingin sekali memanjakan tubuhnya dengan air hangat. Namun keinginannya itu tak bisa ia realisasikan karena saat ia hendak menaiki tangga menuju kamarnya, seorang pria memanggil namanya. Dari suaranya, Soojung tahu bahwa pria yang tak lain adalah ayahnya itu sedang menahan amarah.


“Jung Soo Jung!”


Soojung memutar tubuhnya. Ia menatap sosok pria itu dengan tanpa niat. Sementara ibu serta saudari tirinya, menatap Soojung dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Apakah mereka senang? Kesal? Atau sedih?


“ada apa?”


“ada apa kata mu? Jung Soo Jung!” Bentak pria itu.


“kau baru saja membuat keluarga kita malu! apakah kau lupa dengan apa yang kau katakan tadi? apakah kau tak melihat bagaimana ekspresi Myungsoo? kau-”


“oh.. jadi Myungsoo, laki-laki yang akan dijodohkan oleh appa? tapi sayangnya… aku tak mau mengorbankan diri ku hanya untuk membantu appa! mungkin gadis di belakang appa itu mau, karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya! atau like mother like daughter!” Sejenak Soojung menjeda ucapannya. Ia mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang berdiri tak jauh dari tempat dimana ia berada.


“oh.. tapi sepertinya Kim Myungsoo tak akan sudi berdampingan dengan perempuan itu. karena aku tahu, Myungsoo merupakan laki-laki pintar yang tak akan bisa dibodohi oleh perempuan jalang seperti dia!” Sambung Soojung. Ia benar-benar merasa puas hari itu. Walaupun tubuhnya terasa lelah, tetapi dengan hanya melihat raut orang-orang di depannya, membuat rasa lelah itu hilang begitu saja.


“JUNG SOO JUNG!! JAGA UCAPAN MU!!!” Hardik pria itu.


Namun sayangnya, Soojung malah menikmati amarah pria itu dibandingkan merasa ketakutan. Ia malah tersenyum dengan sedikit tertawa begitu pria itu membentaknya.


“tuan Jung Yunho yang terhormat! apakah anda sudah lupa dengan perjanjian yang anda dan dua orang itu sepakati? apakah saya perlu mengingatkan anda kembali?” Tanya Soojung dengan menyunggingkan senyumnya yang saat itu terlihat begitu tulus bak seorang malaikat.


“eo.. sepertinya anda sudah lupa tuan Jung. kalau begitu, saya akan mengingatkan kembali.” Soojung kembali tersenyum manis sebelum meneruskan ucapannya yang sengaja ia jeda demi untuk menikmati ekspresi lawan bicaranya.


“pertama, jika tuan Jung Yunho menceraikan Kwon Yuri yang merupakan eomma-ku, maka tuan Jung Yunho juga harus menceraikan nyonya Im Jin Ah, yang dalam hal ini sebagai orang ketiga yang merusak keluarga ini. kedua, jika tuan Jung Yunho kembali rujuk atau menikahi nyonya Im Jin Ah, maka anda juga harus melakukan hal yang sama terhadap eomma-ku. ketiga, jika tuan Jung Yunho hendak memberikan hukuman, memarahi, serta melukai Jung Soo Jung, yang dalam hal ini merupakan saya sendiri, maka tuan Jung Yunho juga harus melakukan hal yang sama pada Son Naeun, yang merupakan anak bawaan dari nyonya Im Jin Ah, sebanyak dua kali lipat dibandingkan apa yang anda lakukan pada saya.”


Soojung mengakhiri penuturannya. Ia menyedekapkan tangannya. Menatap orang-orang di depannya dengan tersenyum senang.


“apakah anda sudah ingat tuan Jung? kalau anda sudah mengingatnya.. bisakah anda melaksanakan kesepakatan itu? anda baru saja menghakimi ku, jadi bisakah anda melakukan hal itu juga pada nona Son Naeun? ah.. tetapi jika anda tak bersedia, saya dengan sangat senang  hati melakukan hal itu untuk anda, tuan Jung Yunho!”



o O O O o



Soojung mengerjapkan matanya. Suara dering ponsel yang berada di atas nakas menyadarkan ia dari tidur lelapnya. Dengan mata yang masih terpejam, Soojung mengambil benda berbentuk persegi panjang itu dan mendekatkannya ke telinga.


“eo Minhyk-ah…”

“…….”

“oh ne ne ne! aku bersiap sekarang.”


Soojung menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia kembali meletakkan benda tersebut ke atas nakas, dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.



* * * * *



Langit masih tetap berwarna hitam, dan angin juga masih berhembus cukup kencang. Hal tersebut semakin membuat keadaan pagi itu bertambah dingin. Soojung baru saja merapihkan buku-bukunya dan ia dengan gerakan tercepatnya segera pergi meninggalkan kamar dengan tanpa menimbulkan suara sekecil apa pun. Setelah berhasil menutup pintu rumah, Soojung segera melangkahkan kakinya menuju sebuah mobil yang telah siap untuk mengantarnya.


“kita mau kemana nona?” Tanya seorang pria yang duduk di balik kemudi mobil.


“menjemput Jinri, ahjussi..”


“baik. tetapi bagaimana dengan kakak nona?” Tanya pria itu lagi.


“ia memiliki sepasang kaki, jadi ia akan baik-baik saja. dan satu lagi, gadis itu bukan kakak ku ahjussi. dia hanya orang asing yang sengaja tinggal di rumah.”


Mobil itu mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah setelah Soojung menjawab pertanyaan pria itu. Dan Soojung, ia hanya tersenyum sembari memperhatikan jalan-jalan yang tengah dilaluinya. Haruskah dijelaskan lagi tentang apa yang ia lakukan? Bangun dan berangat lebih awal. Menjemput Jinri yang sudah jelas rumahnya berada di arah yang berlawanan dengan rumahnya dan juga sekolahnya.



o O O O o



Soojung berjalan memasuki sebuah ruangan dengan wajah mengeras. Tangannya juga terkepal sepanjang ia melangkahkan kakinya. Bahkan ia sampai tak mengindahkan orang-orang yang berpapasan dengannya. Suhu tubuhnya sudah meninggi melebihi suhu di siang itu. Dan hal itu membuat Soojung tanpa berpikir panjang langsung melayangkan tangannya menekan gagang pintu dengan roomtag bertuliskan presiden direktur.


Tepat di hadapan seorang pria dan wanita dewasa serta seorang gadis muda, Soojung melemparkan lembar-lembaran foto –dimana seorang yang memiliki kemiripan dengannya menjadi objek pada foto-foto tersebut- ke atas meja. Ia menatap ketiga orang tersebut dengan begitu marah. Matanya menatap tajam. Rahangnya mengeras. Dan tangannya terkepal dengan sangat kuat.


“APA MAKSUD APPA??!” Teriak Soojung. Dengan emosi yang meluap-luap, ia kembali mengambil salah satu foto yang berada di atas meja dan mengacungkannya tepat di depan wajah Yunho –ayahnya-.


“apa maksud mu Soojungie? appa tak me-”


“”cih appa tak apa? tak mengerti? tak tahu menahu? appa apa?” Selak Soojung. Ia benar-benar merasa marah pada Yunho. Bahkan kini ia menyesali memiliki seorang ayah yaitu pria itu, Jung Yunho.


“Soojungie duduklah.. dengarkan appa.”


Pria itu menggerakkan tangannya. Mencoba untuk menggenggam tangan putrinya, dan mengajaknya untuk duduk. Namun kemarahan yang selalu berada dihati gadis itu, membuat ia dengan kasar menepiskan tangan Yunho dari tangannya.


“appa ingin jelaskan apa lagi? tak ada yang perlu appa jelaskan! buat apa appa bersusah payah menjelaskannya.. toh aku juga sudah tak percaya pada appa!” Terang Soojung. Ia menjeda ucapannya. Ia sengaja melakukan itu demi untuk mengetahui bagaimana reaksi pria itu ketika mendengar pengakuannya.


“bagaimana bisa appa melaukan hal tak berotak seperti ini pada eomma? menyuruh seseorang untuk mengikuti eomma. menyuruh seseorang untuk mengancam eomma agar menjauh dari ku. bagaimana bisa?!?! bagaimana bisa appa melakukan hal itu kepada wanita yang masih berstatuskan sebagai istri appa? HA?!!” Tanya Soojung dengan suara yang sirat akan kemarahan. Oh siapa yang tidak marah jika ada seseorang yang mencoba memisahkan seorang ibu dari anaknya? Terlbih orang itu adalah sosok yang seharusnya menjadi pemimpin dan panutan di dalam sebuah keluarga.


“Soojung-ah…”


“bukankah aku sudah katakan kalau aku tak mau mendengar apa pun dari mulut appa!! jadi simpan saja alasan appa untuk orang-orang yang bisa appa bodohi!” Soojung kembali menjeda ucapannya. Ia guankan kesempatan itu untuk kembali mengisi paru-parunya yang sudah mulai kekurangan udara.


“dan satu lagi. jangan pernah membuat aku melakukan sesuatu yang akan membuat APPA dan NYONYA IM JIN AH YANG TERHORMAT serta kau SON NAEUN, menyesal!! karena aku bukanlah seorang gadis yang suka mengingkari ucapannya!!!” Sambung Soojung lagi dengan penuh penekanan.


Soojung memutar tubuhnya dan segera pergi meninggalkan ruangan itu. Ia tutup pintu ruangan Yunho dengan kencang hingga menimbulkan suara hantaman yang cukup membuat sekertaris Yunho langsung menghentikan pekerjaannya.



o O O O o



Semenjak hari dimana Soojung secara terang-terangan meluapkan seluruh perasaannya, gadis itu tak pernah mau menunjukkan wajahnya di hadapan ayah serta ibu dan saudara tirinya. Ia leih memilih untuk mengabaikan dan tak menggubris keberadaan orang-orang itu, seperti ketika makan, ia lebih memilih untuk meminta seorang asisten rumah tangga mengantarkan makanannya ke kamar. Atau ketika akan berangkat ke sekolah, Soojung lebih memilih bangun dan berangkat lebih awal.


Semua itu ia lakukan sebagai aksi ketidak terimaannya akan perlakuan sang ayah kepada ibunya dan sekaligus kepada dirinya. Jika ditanya seberapa marahnya ia, semua itu tak dapat ia paparkan. Coba bayangkan. Setelah hampir dua minggu tak bertemu, akhirnya Soojung dapat menemui ibunya dengan dalih pergi bersama ketiga sahabatnya. Namun apa yang terjadi setelahnya? Ia menjatuhkan makanan-makanan yang sengaja ia beli, saat Minho –salah satu sahabatnya- menunjuka seorang mencurigakan yang tengah mengamati gerak-gerik ibunya.


Dan untungnya dengan bantuan ketiga sahabatnya, Soojung dapat menangkap orang itu. Dan mengetahui fakta yang selama ini tak ia ketahui. Bahwasanya seorang pria bernama Jung Yunho membayar kelompok orang tersebut untuk melakukan pengintaian dan juga pengancaman kepada seorang wanita bernama Kwon Yuri.



* * * * *



Soojung baru saja keluar dari kamar mandi saat ia melihat keramaian di depan papan pengumuman. Awalnya ia merasa bingung dengan apa yang baru saja dipasang di papan tersebut. Namun kebingungannya lenyap saat seseorang dengan begitu semangatnya memukul pundaknya.


“ya! kenapa kau masih di sini? apakah kau tak mau melihat hasil ujian akhir mu?” Tanya Jinri, seseorang yang memukul pundaknya tadi.


Soojung masih diam. Ia masih bingung sekaligus tak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Jinri.


“aish.. kenapa kau diam? kajja!!” Jinri segera menarik tangan Soojung dan membawa gadis itu menembus keramaian murid-murid lain yang juga tengah melihat nilai mereka.


Tepat di depan kertas-kertas yang baru saja dipasang itu, Jinri langusng mengedarkan matanya mencari dimana namanya berada. Bermulai dari urutan pertama dan berkahir pada angka lima belas dimana namanya berada. Spontan gadis itu berteriak begitu menemukan namanya.


“AAA!!! AKU MASUK LIMA BELAS BESAR!!!”


Jinri melompat-lompat ditempatnya. Ia merasa begitu senang sekaligus bangga pada dirinya sendiri. Berada diurutan lima belas dari seratus dua puluh murid. Bukankah hal itu termaksud pencapaian yang baik.


Sementara Jinri masih sibuk dengan kesenangannya, Soojung malah tengah dilanda cemas yang tak berkeujungan. Pasalnya, sampai saat itu ia belum juga menemukan namanya. Hingga Jinri telah menemukan peringkat Minho dan juga Minhyuk, Soojung belum juga menemukan dimana namanya berada. Kekhawatiran mulai melandanya saat ia teringat kata-kata Byun seosangnim tentang murid yang kemungkinan akan melaksanakan ulang ujian akhir. Namun kekhawatirannya lenyap saat Jinri dengan lantangnya menyebutkan peringkat Soojung.


“SATU!! kau berada diperingkat pertama Soojung-ah. PERINGKAT PERTAMA JUNG SOO JUNG!!!”


Soojung yang tak percaya akan ucapan Jinri buru-buru melihat nama pada kolom pertama. Dan setelah itu, dengan tanpa diduga matanya membelalak dan ia ikut melompat mengikuti Jinri yang telah lebih dulu melompat girang.


“wah.. aku peringkat pertama Jinri-ah…” Ujar Soojung girang sambil menggenggam tangan Jinri dengan terus melompat.


“ne.. bahkan nilai mu hampir menyentuh angka sempurna!! chukhaeyo….” Balas Jinri.


Mereka masih terus melompat. Meluapkan kesenangan mereka tanpa memperdulikan murid-murid lain yang tengah menggerutu karena tak dapat melihat lembaran pengumuman nilai tersebut akibat tertutup oleh kedua gadis itu.




To Be Continue...









halloha guyyssss...

i'm back again with a new title and of course new story!! how's it?? satisfying???
i hope that. if not, i say sorry to you. to be honest, this is an old story that i could finish now and there are many parts of this story that have been lost from my memory. but although this isn't a good enough story, i still hope that you guys amused with this.

mm.. i think that's it. hopefully i can get back as soon as possible!! although i can't promise, because tomorrow the MONster DAY will come and make me have to go back to my university routines.
oke deh.. last but not least is see you.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts