Vampire Bride - Part 3



Sesuai kesepakatan, Ji Won menginap di apartemen Ye Eun malam itu. Mereka terjaga sampai tengah malam hanya karena membicarakan seorang pria.


ā€œUh, besok aku harus bilang apa?ā€ Ye Eun bergumam setelah menceritakan semua yang ia alami bersama Yuta.


Ji Won menatapnya tak habis pikir. ā€œKau serius? Aku tahu kau butuh uang tapi kukira kau tak seputus asa ini sampai-sampai mempertimbangkan untuk menikahi penguntitmu sendiri.ā€


Ye Eun mengernyit, ā€œBukankah kemarin kau yang bilang padaku kalau satu-satunya jalan keluar dari masalah finansialku adalah cari cowok kaya dan menikahinya?ā€


ā€œYeah, aku memang bilang begitu tapi kau seharusnya tidak menanggapinya dengan serius. Itu cuma omong kosong, jangan dengarkan aku.ā€


ā€œOke, sekarang pun ucapanmu cuma omong kosong, jadi aku tak akan mendengarkanmu,ā€ balasnya, ā€œaku akan menerima tawarannya.ā€


ā€œYe Eun, jangan bodoh!ā€
ā€œJustru kaulah yang jangan bodoh! Mana mungkin aku melepaskan kesempatan ini dari genggamanku. Tidak setiap hari ada cowok kaya yang mengajakmu menikah.ā€


Ya. Ye Eun tahu ucapannya saat ini memang sangat bertolak belakang dengan sikapnya tadi sore. Tetapi setelah merenung panjang, gadis itu akhirnya berubah pikiran. Dia berpikir, mungkin semua ini adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk mengubah takdirnya yang pahit.


ā€œKau benar-benar menyedihkan,ā€ cemooh Ji Won. ā€œSelain kebutuhanmu akan uang, apa kau tak mempertimbangkan hal lain?ā€


ā€œHal lain apa?ā€
ā€œJati dirinya?ā€
ā€œJati dirinya?ā€
ā€œYa. Kau harus ingat dia cowok yang sama dengan yang menyelinap ke kamarmu kemarin, dialah cowok yang tidak kelihatan CCTV, dia cowok yang muncul begitu saja di kelasmu dan mengikutimu sampai restoran. Apa itu semua tak membuatmu takut?ā€


Ye Eun terdiam. Dia mengakui memang ada sesuatu yang ganjil dari Yuta, tapi sejujurnya saat ini ia benar-benar gelap mata. Terserah dia makhluk apa, yang penting dia kaya raya.


ā€œSebenarnya,ā€ tambah Ji Won, ā€œtadi pagi ada yang menemuiku di restoran. Dia mengaku-ngaku sebagai anak buah cowok yang mengikutimu, dia bilang cowok itu rentenir dan mereka akan mengambil semua asetmu.ā€


ā€œEh? Aset apa?ā€
ā€œAku tahu. Aset yang mana?ā€
ā€œItu pasti cuma orang iseng. Aku tak pernah bertemu Yuta sebelumnya, apalagi berutang padanya. Dia bukan rentenir.ā€


ā€œOke, mungkin dia memang bukan rentenir tapiā€¦ā€ Tiba-tiba lampu tak kasatmata di kepala Ji Won menyala terang. Gadis itu menatap Ye Eun dengan mata membeliak, ā€œAku mengerti sekarang!ā€


ā€œMengerti apa?ā€
ā€œMereka pasti kerja sama. Kau bilang Yuta tahu kau akan diusir dari apartemenmu akhir bulan ini, kan? Dia juga tahu soal adikmu yang nyaris putus sekolah.ā€


ā€œYeah?ā€


Ji Won berdeham dan merendahkan suaranya, ā€œTolong jangan salah paham. Sebenarnya aku yang memberitahunya.ā€


ā€œApa?ā€
ā€œDengar, aku minta maaf.ā€
ā€œKenapa kau bicara begitu? Sekalipun itu benar, kau tak berhak berkata begitu tentangku. Kenapa kau menyebarkan aibku pada orang asing?ā€


ā€œYe Eun, bukan begitu. Aku berusaha membuatmu tampak menyedihkan supaya orang itu kasihan. Dia bilang dia mau menangih utang. Aku bermaksud baik.ā€


ā€œTetap saja kau menyebar aibku,ā€ serang Ye Eun geram. ā€œKau bahkan percaya begitu saja kalau aku berutang pada sembarang orang? Wah!ā€


ā€œDia tahu di mana letak apartemen dan kampusmu. Dia juga tahu kau sedang diikuti orang asing akhir-akhir ini jadi kupikir semuanya masuk akal.ā€


Ye Eun mendecak. Ia masuk ke dalam selimutnya dan berguling membelakangi Ji Won.


ā€œKau marah padaku? Ya ampun, jangan begini dong!ā€
ā€œā€¦ā€
ā€œHeh, bangun!ā€ Ji Won menyodok pinggang sahabatnya itu dengan kaki. ā€œIni bukan saatnya kita bertengkar. Jangan pura-pura tidur! Kita harus membicarakan jawabanmu pada cowok aneh itu besok.ā€


ā€œTak ada yang harus dibicarakan lagi. Aku akan menerimanya,ā€ jawab Ye Eun dari balik selimut.


Ji Won menghela napas. ā€œPikirkan sekali lagi! Menikah itu menyeramkan.ā€


ā€œTidak dengan pernikahan ini.ā€ Ye Eun menyibak selimutnya lagi dan berbalik menghadap Ji Won. ā€œPercaya atau tidak, dia berjanji tak akan menyentuhku. Bukankah itu hebat?ā€


ā€œLalu apa intensinya menikah denganmu? Apa keuntungan yang ia dapat?ā€
ā€œAku tak tahu. Yang pasti dia bilang dia sekarat dan jawabanku besok menentukan hidup matinya.ā€
ā€œItu makin aneh lagi. Kau pikir di dunia ini ada penyakit yang bisa disembuhkan dengan menikah?ā€
ā€œMemang tidak ada. Mungkin cowok itu hanya terlalu naifā€”yeah, siapa peduli, lihat sisi baiknya! Dia sebentar lagi mati dan aku akan mewarisi kekayaannya.ā€


ā€œWah, otakmu benar-benar. Tapi pikirkan ini, apa kau yakin dia sungguh kaya?ā€
ā€œTentu saja.ā€
ā€œDari mana kau tahu? Apa penampilannya berkelas? Apa dia selalu naik mobil mewah?ā€


Ye Eun terdiam.


Ji Won memang benar. Semua informasi soal kekayaan Yuta cuma ia dapat dari mulut pria itu saja. Kalau dipikir-pikir, cowok itu selalu jalan kaki dan pakai jaket yang sama.


ā€œAku tak akan melarangmu lagi jika keputusanmu sudah bulat, tapi ketimbang langsung setuju begitu saja, sebaiknya kita minta bukti nyatanya dulu. Kita harus pastikan kalau anak itu kaya sungguhan dan hartanya didapat dengan cara yang wajar.ā€


ā€œBegitu?ā€
ā€œYa,ā€ sahut Ji Won mantap. ā€œKalau kau takut bicara dengannya, aku akan menemanimu.ā€



**********



Seakan menggarisbawahi betapa pentingnya jawaban Ye Eun pagi ini, Yuta, Edawn dan Yanan sudah datang dan menunggu di depan pagar kampus yang masih digembok pukul 6 pagi. Yuta berjongkok dengan kepala bersandar di gerbangā€”mukanya pucat pasi seolah hendak disidang. Sementara itu, di tembok pembatas yang melandai di sebelahnya, Edawn tidur telentang dengan sebelah tangan di belakang kepala. Sedangkan pria yang lebih tinggi, Yanan, berdiri dua meter di depan mereka, menyorong ke jalanan dengan mata tertuju lurus pada jalur pedestrian di seberang.


ā€œJam berapa sekarang?ā€ tanya Yuta tak sabar.
ā€œ6.25,ā€ jawab Yanan. ā€œ35 menit lagi, tidak lama,ā€ katanya berusaha menghibur.


Edawn mendecak bosan. Yuta mengusap mukanya kuat-kuat seolah ingin meratakan wajahnya. ā€œKau sudah bilang ā€˜tidak lamaā€™ dari bermenit-menit yang lalu.ā€


ā€œSabarlah.ā€


Beberapa saat kemudian, kesabaran Yuta habis lagi. ā€œYa ampun! Dia tak akan datang!ā€ Pria itu berdiri dan mulai mengamuk, ā€œDasar manusia! Tak ada yang bisa tepati janji! Pantas saja hidupnya pendek!ā€


ā€œIni masih 6.27,ā€ jawab Yanan kalem.


Yuta terperanjat. ā€œ6.27? Rasanya aku sudah menunggu lama sekali dan ternyata baru lewat 2 menit?ā€


ā€œYuta, tenanglah! Kau sendiri yang bilang janjian jam 7.ā€
ā€œKenapa kita tidak langsung ke apartemennya saja, sih?ā€ Edawn bangkit ke posisi bersila sembari memetik sebatang tangkai daun untuk dipatah-patahkan saking bosannya.


ā€œTidak, kita harus sabar. Jangan buat dia merasa didesak.ā€
ā€œManusia macam itu memang harus didesak! Benar-benar tidak menghargai waktu!ā€
ā€œYuta, ini bahkan belum jam 7.ā€
ā€œKenapa waktu di dunia ini lama sekali?ā€ teriak Yuta tak tahan. Dia menendang gerbang di belakangnya sampai gerbang itu bergetar dan menggaungkan bunyi nyaring, kemudian mencaci maki umat manusia dengan semua kalimat buruk yang terlintas di kepalanya. Edawn kembali ke posisi telentangnya sambil melemparkan tangkai daun yang sudah ia belah dua, kemudian memandangi Yuta yang sedang menggila sebagai hiburan.


Saat itu, Ye Eun muncul di persimpangan. Namun karena Yanan belum mengenali paras Ye Eun, ia hanya memandangi gadis itu dengan bosan. Baru setelah melihat Ji Won muncul di belakangnya, pria itu terperanjat dan langsung heboh mengumumkan kedatangannya.


ā€œMereka datang! Perhatian! Kalian berdua! Astaga bisakah kalian dengarkan aku! Kubilang mereka datang! Semua siap di posisi! Edawn tolol berdiri!ā€


ā€œMereka datang betulan?ā€
ā€œIYA! Makanya cepat Berdiri! Yuta berhenti menendang pagar mereka sudah datang!ā€
ā€œApa?ā€
ā€œMEREKA DATANG!!!!ā€


Edawn mau tak mau memaksa tubuhnya untuk bangkit lagi. Yuta yang penampilannya sudah kacau karena habis melompat dan berguling-guling segera meratakan rambutnya. Ia melesak ke sisi Yanan untuk melihat gadis itu lebih jelas.


ā€œYa ampun, kubilang kan jam 7! Kenapa sudah datang!ā€ racau Yuta panik. Ia mengguncang bahu Yanan lalu berputar untuk meninju lengan Edawn. ā€œDia sengaja datang sepagi ini untuk menolakku! Aku sudah tahu!ā€


ā€œYuta, diamlah! Mereka bisa melihatmu dari sana.ā€
ā€œBagaimana bisa aku diam? Sebentar lagi aku akan ditolak dan selesai sudah, tamat riwayatku.ā€ Yuta menjambak rambutnya kemudian meratakannya lagi. Dia terus berputar-putar di tempatnya sambil meracau tak jelas. Pria itu kelihatan benar-benar tegang dan stres sampai rasanya ia akan cocok di rumah sakit jiwa. Yanan berusaha menghentikannya sementara Edawn malah cekikikan semakin geli.


ā€œHeh sialan, kau berani tertawa di saat seperti ini?ā€ hardik Yuta panas.
ā€œTentu saja aku tertawa. Kau konyol.ā€
ā€œKonyol?ā€
ā€œYa, sangat konyol. Taruhan denganku, dia pasti setuju,ā€ kata Edawn. ā€œKau ini bodoh sekali. Untuk apa khawatir tanpa alasan?ā€


ā€œKau bisa bilang begitu karena bukan kau yang akan mati dalam 3 hari.ā€


Perkataan itu membuat Edawn tertohok. Ia mendengus tak percaya, menggelengkan kepala lalu mendekat pada Yuta dan berkata dengan tajam tepat di depan mukanya. ā€œBenar. Memang bukan aku yang akan mati. Tapi lihat di mana aku sekarang, di dunia menjijikan ini alih-alih di duniaku sendiri. Demi siapa? Demi kau, bodoh! Jadi jangan bersikap seolah semua masalah ini hanya ditanggung olehmu saja.ā€


ā€œYeah, masalahmu masalah kami juga,ā€ kata Yanan cepat. ā€œOmong-omong, bisakah kalian tidak bertengkar dulu? Mereka hampir sampai.ā€


Baik Yuta maupun Edawn segera memutus tatapan intens penuh amarah mereka dan berpaling ke depan. Ye Eun dan Ji Won sedang menyeberang. Dari jarak sepuluh meter, Ji Won sudah menatap Yanan dengan kebencian yang membara, tatapannya seolah mengatakan bahwa ia akan mencabik-cabik pria itu begitu mereka berhadapanā€”yang artinya kurang dari 30 detik lagi.


Melihat tatapan mengerikan Ji Won, Yanan yang semula berdiri paling depan refleks melangkah mundur dan menarik Yuta menggantikan posisinya. Mereka saling tarik-menarik tak mau jadi yang paling depan sampai Ye Eun tiba di hadapan mereka dan semua laki-laki itu dengan kompak berhenti, menyudahi aksi dorong-dorongan anarkis itu dan berdiri sok keren di posisi masing-masingā€”dengan Yuta (yang terpaksa) berdiri paling depan.


ā€œOke.ā€ Yuta berdeham sambil memasukkan kedua tangannya ke saku, berusaha kelihatan angkuh alih-alih gugup. ā€œJadi apa jawabanmu?ā€


Ye Eun menghela napas, kemudian menoleh pada Ji Won yang sedang memandangi Yuta dari atas ke bawah sambil mengernyit.


ā€œApa memandangku! Katakan saja!ā€ bisik Ji Won.
ā€œKau saja yang bilang.ā€
ā€œKenapa aku yang bilang?ā€
ā€œItu kan idemu.ā€
ā€œTapi ini kan urusanmu. Masa keputusannya keluar dari mulutku?ā€
ā€œHeh, aku tak peduli dari mulut siapa. Katakan saja!ā€ Tiba-tiba saja Edawn sudah berdiri dekat sekali dengan mereka. Baik Ye Eun maupun Ji Won terkejut dan refleks melangkah mundur. ā€œAtau dari mulutku saja sini! Ayo kau mau bilang apa,ā€ tambahnya. Laki-laki berwajah putih susu itu kembali memangkas jarak di antara mereka dan mencondongkan telinganya ke arah Ji Won.


ā€œAyo cepat! Katakan!ā€ suruhnya.


Ye Eun menganggukkan kepalanya kepada Ji Won seolah berkata ā€˜katakan sajaā€™. Ji Won merasa konyol sekali. Sambil meringis, ia meletakkan sebelah tangannya di samping mulut lalu berbisik pada Edawn.


ā€œApa? Ya ampun, ide siapa ini? Kenapa suka sekali buang-buang waktu? Tinggal bilang iya saja repot benar! Heh dengar ya, di sini, semua orang dari kaumku bisa jadi kaya raya tanpa harus banting tulang. Ini benar-benar merendahkan martabat kaumku tahu tidak. Apa yang membuatmu tak percaya kalau Yuta itu kaya? Mukanya? Apa muka seperti dia tak boleh kaya?ā€ Edawn langsung menyerocos marah bahkan saat Ji Won belum selesai berbisik. Ji Won menarik diri, terperanjat dan kesal. Sementara Yuta memegang mukanya, bertanya ā€˜memangnya apa yang salah dengan mukaku?ā€™ pada Yanan yang langsung dibalas dengan helaan napas penuh simpati oleh pria tinggi itu.


ā€œHeh orang aneh!ā€ teriak Ji Won. ā€œTadi kau yang minta kuberi tahu, kan? Sekarang bilang saja apa jawabannya ke teman-temanmu daripada mencemooh ideku begini!ā€


ā€œAh! Sudah kuduga itu idemu! Kenapa sih manusia merepotkan sekali?ā€
ā€œKau bicara seolah kau bukan manusia!ā€
ā€œMemang bukan.ā€


Yanan langsung mengambil alih situasi. ā€œJangan dengarkan temanku. Dia kebanyakan minum. Jadi,ā€ katanya, tersenyum ramah, ā€œapa jawabannya?ā€


ā€œAku mau pastikan dulu,ā€ jawab Ye Eun. Meski Yuta berdiri persis di depannya, gadis itu hanya memandang Yanan.


ā€œMemastikan?ā€
ā€œYa. Aku harus tahu dulu apa temanmu ini benar kaya. Maksudku, aku tak bisa asal terima lamaran seseorang yang tidak jelas asal-usulnya, kan?ā€ Ye Eun melirik Yuta singkat. Yuta menatapnya dengan mata berkilat marah, tak terima dibilang ā€˜tidak jelas asal-usulnyaā€™ walau kenyataannya memang begitu.


ā€œBukankah itu berlebihan?ā€ tuntut Edawn. ā€œPada akhirnya kau akan mendapat semua kekayaannya, kan? Kenapa harus buru-buru? Kau benar-benar haus uang, ya? Dasar materialistis.ā€


ā€œHeh sialan, bukankah kau juga berlebihan? Harusnya kalian berterima kasih karena temanku masih mau mempertimbangkan tawaran konyol temanmu! Mana ada orang normal yang mengajak menikah seperti itu? Bukan cuma menolak, Ye Eun seharusnya melaporkan penguntit ini ke kantor polisi.ā€ Ji Won menudingkan jarinya pada Yuta, kemudian mendelik pada Yanan, ā€œdan kau juga harusnya kulaporkan, dasar penipu!ā€


Edawn sudah siap untuk balas berteriak lagi, tapi Yuta mengangkat tangannya. ā€œBagaimana caraku membuktikan aku sungguh kaya? Aku tak bawa apa-apa sekarang. Apa kau mau lihat rumahku?ā€ usulnya.


Ye Eun dan Ji Won tak menjawab.


ā€œBaiklah, karena tak ada jawaban, aku anggap kalian setuju. Jadi ayo ke rumahku,ā€ lanjutnya, ā€œtapi berjanjilah kau akan menjawab setelah itu, Shin Ye Eun-ssi. Aku benar-benar tak punya banyak waktu.ā€


Ye Eun tertegun. Yuta selalu mengucapkan ā€˜tak punya banyak waktuā€™ seolah ia sudah divonis mati, dan Ye Eun tak tahu apa ia harus senang atau iba.


ā€œShin Ye Eun?ā€
ā€œYa. Aku janji akan memberimu jawaban setelah itu.ā€
ā€œOke, permisi sebentar.ā€ Yuta berbalik ke belakang dan merangkul kedua temannya, kemudian bicara dengan suara sangat pelan. ā€œBisakah kalian teleportasi ke rumahku dan bersih-bersih?ā€


ā€œAda banyak sekali daun kering di halaman. Di lantai dua ada kucing liar, aku tak tahu dari mana mereka masuk tapi tolong usir dia. Lalu aku juga tak sengaja memecahkan TV saat melempar beker.ā€


ā€œKenapa kau melempar beker?ā€
ā€œKenapa rumahmu kedengarannya kacau sekali?ā€


Yuta mengabaikan pertanyaan mereka dan kembali memerintah, ā€œJangan lupa isi kulkasku dengan makanan manusia supaya mereka tidak curiga.ā€


ā€œMenyusahkan sekali,ā€ keluh Edawn. ā€œHarusnya kau tak mengajak mereka ke rumahmu.ā€
ā€œApa lagi yang bisa dijadikan bukti selain rumahku?ā€
ā€œKau bisa minta uang pada asosiasi.ā€
ā€œTidak ada waktu,ā€ kata Yanan. ā€œAsosiasi butuh waktu seminggu sebelum bisa mencairkan uang manusia.ā€


ā€œApa kau kerja di asosiasi?ā€
ā€œTidak, aku cuma membaca peraturannya.ā€
ā€œEhem.ā€ Tiba-tiba saja terdengar suara dehaman di belakang mereka. Ketiganya menoleh dan melihat Ji Won sedang bersedekap dengan tampang tak sabar. ā€œAku dan Ye Eun harus kembali ke restoran sebelum jam 10. Entah apa yang kalian lakukan sekarang, tapi bisakah kalian melakukannya lebih cepat?ā€


ā€œYeah.ā€ Yuta mengangguk. ā€œKami sudah selesai.ā€


Yanan menarik Edawn ke sisinya. ā€œKami akan beli makanan dulu untuk kalian. Sampai ketemu di rumah Yuta,ā€ katanya, lalu pergi begitu saja, mencari tempat kosong untuk teleportasi.


Kini tinggalah Yuta dengan kedua gadis itu.


ā€œOke, kita jalan sekarang?ā€
ā€œTidak, besok saja.ā€
ā€œā€¦ā€
ā€œTentu saja sekarang. Dasar! Sudah kubilang aku harus segera ke restoran!ā€ omel Ji Won. Yuta menatapnya sambil menahan emosi. Siapa sih yang mengajaknya ke sini?


ā€œOke, lewat sini!ā€



**********



Yuta tak mau mereka datang saat Yanan dan Edawn belum selesai bersih-bersih, jadi pria itu sengaja berjalan lambat sekali sampai ia bisa mendengar Ji Won mendumel di balik punggungnya.


Bosan karena dumelannya tidak ditanggapi, Ji Won pun akhirnya protes terang-terangan. ā€œYuta-ssi, bisakah kau jalan lebih cepat? Kau tak lihat barusan nenek-nenek itu berjalan membalapmu?ā€


Yuta berhenti dan menoleh. ā€œOh, apakah aku terlalu lambat?ā€ Dia tersenyum. ā€œMaaf, hanya saja... cuacanya bagus sekali, sayang kalau dilewatkan begitu saja.ā€


Ji Won dan Ye Eun menatapnya dengan aneh. Jelas-jelas tak ada yang spesial dengan cuaca hari ini. Anginnya bertiup terlalu kencang dan mataharinya ketutupan awan kelabu. Yuta tahu maksud tatapan kedua gadis itu, tapi ia tetap melanjutkan actingnya. Pria itu menarik napas panjang-panjang dan tersenyum lebar sambil meregangkan tangan, seolah ini adalah hari tercerah sepanjang masa.


ā€œBisakah kita lanjut jalan?ā€ tanya Ye Eun dengan nada sopan yang dibuat-buat.
ā€œOh, benar. Aku tak sadar kita sedang berhenti.ā€ Yuta menyelipkan senyum bodoh. ā€œAyo,ā€ ajaknya, lantas berjalan sama pelannya dengan sebelumnya.


Ye Eun dan Ji Won mendesah, namun mau tak mau tetap berjalan mengikutinya walau dengan tampang frustasi.



**********



Edawn dan Yanan sudah menunggu di depan rumah untuk menyambut kedatangan rombongan Yuta. Semuanya sudah beres. Televisi yang pecah mereka sembunyikan di kolong meja dan bekas pecahannya mereka tutup dengan karpet. Kucing di lantai 2 sudah dikunci di kamar mandi dan lemari es Yuta sudah penuh dengan permen karet beserta rak-raknya yang mereka teleportasi langsung dari supermarket. Yanan dan Edawn saling pandang saat membukakan pintu, nampak bangga sekali dengan pekerjaan mereka.


ā€œKulkasnya sudah diisi makanan, kan?ā€ bisik Yuta saat ia berjalan melewati Yanan.
ā€œSudah, dong,ā€ jawab Yanan cerah. ā€œSilahkan masuk.ā€


Edawn berdiri di ambang pintu dengan dada membusung, memandang rendah pada Ji Won dan Ye Eun seolah ingin mengatakan ā€˜temanku ini sungguh kayaā€™.


Ji Won membalas tatapan Edawn dengan berang, kemudian berjalan masuk sambil menahan diri untuk tidak terperanjat. Rumahnya besar sekali dan desainnya benar-benar cantik. Semua perabot di sana nampak amat berkelas dan dindingnya dipenuhi ukiran yang elegan. Ye Eun sampai tak bisa mengatupkan mulutnya.


ā€œKalian mau berkeliling?ā€ ajak Yuta. Ji Won dan Ye Eun tersadar kemudian mengangguk patah-patah.
ā€œBagaimana bisa aku tak pernah melihat rumah ini sebelumnya? Aku sudah tinggal di sini 10 tahun,ā€ bisik Ji Won.


ā€œBenar. Aku juga tak pernah lihat. Kau percaya aku akan tinggal di sini saat aku menikahinya? Aku merasa seperti Cinderella,ā€ balas Ye Eun terkagum-kagum. ā€œIni bukan rumah tapi istana. Aku penasaran berapa luasnya.ā€


ā€œ1.800 m2,ā€ Edawn menjawab. Kepalanya menyembul tiba-tiba di antara kedua gadis itu dan membuat mereka terpekik kaget. Dengan santai, ia mendorong lengan Ji Won dan Ye Eun supaya minggir dan memberinya jarak untuk berjalan di tengah-tengah mereka dengan tampang sok.


ā€œSerius?ā€
ā€œYa, aku sendiri yang ukur.ā€
ā€œApa orangtuanya juga tinggal di sini?ā€
ā€œTidak.ā€
ā€œJadi,ā€ Ye Eun kembali bertanya, lebih hati-hati dan lebih penuh antisipasi, seolah jawaban Edawn untuk pertanyaan ini akan sangat memengaruhi jawabannya nanti, ā€œdengan siapa dia tinggal?ā€


ā€œSendiri.ā€
ā€œWah daebak!ā€ pekik Ji Won. ā€œKau tak perlu berurusan dengan mertua cerewet. Punya rumah sendiri adalah life goal semua calon istri!ā€


ā€œAku tahu! Daebak! Daebak! Aku akan menguasai rumah ini.ā€


Ji Won memegang kedua tangan Ye Eun dan mereka berdua melompat-lompat di depan Edawn dengan wajah berseri-seri.


ā€œDi lantai satu hanya adaā€¦ā€ Yuta menghentikan ucapannya begitu berbalik dan mendapati Ye Eun, Ji Won dan Edawn tertinggal jauh di belakangnya.


Kedua gadis itu segera berlari-lari kecil menghampiri Yuta dan Yanan yang berdiri menunggu mereka di depan tangga. Sementara Edawn berjalan santai di belakangnya. Begitu semuanya sudah berkumpul, Yuta melanjutkan ucapannya, ā€œDi lantai satu cuma ada sofa, dan sofa lagi, dan lebih banyak sofa,ā€ Yuta menunjuk setiap sofa yang tertangkap matanya. ā€œDan juga dapur beserta ruang makanā€”yang selalu kudatangi tiap mau makan,ā€ Yuta menekankan hal itu supaya terdengar sangat ā€˜manusiaā€™. Yanan mengangguk bangga di sebelahnya. ā€œDan di sebelah sana juga ada danau buatan.ā€


ā€œKolam renang,ā€ ralat Yanan.
ā€œItu maksudku, kolam renang.ā€ Yuta mengikuti. ā€œKurasa lebih baik kita langsung ke lantai 2 untukā€¦.ā€
ā€œApakah itu TV di bawah meja makanmu?ā€ Ye Eun menyela. Sambil mengernyit, ia dan Ji Won memiringkan kepalanya untuk melihat kolong meja lebih jelas, tapi Edawn yang panik refleks menarik rambut mereka berdua sampai kedua gadis itu berdiri tegak lagi. Ye Eun dan Ji Won memekik kesakitan dan langsung memegangi rambut masing-masing.


ā€œYAH! Kenapa menjambak kami!ā€
ā€œSori, tadi ada binatang di rambut kalian.ā€
ā€œBinatang apanya! Dasar! Otakmu terbuat dari kotoran, ya!ā€
ā€œSudahlah, ayo, lebih baik kita langsung ke atas saja!ā€ Yanan memanfaatkan situasi itu dan menggiring mereka semua ke tangga.


Ji Won dan Ye Eun masih mengomel sambil mengeluh sakit, tapi tetap berjalan di belakang Yuta ke lantai atas.


ā€œSudah kubilang harusnya kita sembunyikan di belakang lemari,ā€ bisik Edawn pada Yanan.


Yanan menepuk pundaknya, ā€œYeah, nanti kita pindahkan.ā€



*********



Agenda tur keliling rumah Yuta berlangsung kurang lebih setengah jam. Kini mereka berlima duduk di sofa lantai 1 lengkap dengan satu rak permen karet di atas meja.


ā€œJadi,ā€ mulai Yuta, menyela kebingungan Ye Eun dan Ji Won atas suguhan yang tidak biasaā€”mereka bahkan tidak dikasih minum. ā€œSudah siap memberiku jawaban?ā€


ā€œJ-jawaban?ā€
ā€œJangan mengelak lagi! Cepat jawab!ā€ sungut Edawn.
ā€œYah! Jangan berteriak pada temanku!ā€
ā€œDan jangan membuat temanku makin gugup!ā€ balas Edawn tak kalah galak.
ā€œBeri waktu bagi Ye Eun untuk berpikir!ā€
ā€œYa ampun, memangnya dari kemarin apa yang dia lakukan?ā€ keluh Edawn, ā€œApa lagi yang mau dipikirkan? Jawabannya sudah jelas! Dia sudah gila kalau berani bilangā€¦.ā€


ā€œTidak,ā€ Ji Won menyela. ā€œJawabannya tidak.ā€


Ye Eun refleks menoleh padanya. Ia mencengkram lutut temannya itu agar berhenti bicara. Tapi Ji Won tetap bicara dengan lantang, ā€œKarena kalian terus mendesaknya begini, maka jawabannya tidak.ā€


ā€œMaaf, tapi yang mau diajak menikah adalah nona pengantin, maksudku Shin Ye Eun-ssi,ā€ kata Yanan, tetap berusaha sopan di antara kepanikannya.


Ji Won memandangnya dengan beringas. ā€œAku tahu. Aku cuma menyuarakan pemikirannya.ā€


ā€œAku yakin Ye Eun tak berpikir begitu,ā€ Yuta menyanggah, kemudian menoleh pada Ye Eun seolah minta konfirmasi.


Ye Eun meringis. ā€œSebenarnya,ā€ katanya pelan, kemudian menghela napas dan bicara dengan suara mencicit, ā€œaku tak bisa.ā€


ā€œApa maksudmu!ā€
ā€œBukankah harusnya aku yang menanyakan itu? Apa maksudmu! Apa maksud ini semua!ā€
ā€œBagian mana yang tak kau pahami? Aku mau menikah denganmu.ā€
ā€œTapi kenapa? Kenapa aku? Aku bahkan tak mengenalmu.ā€
ā€œAku sudah bilang kemarin, namaku Nakamoto Yuta.ā€
ā€œBukan namamu,ā€ sambar Ye Eun, ā€œtapi jati dirimu.ā€
ā€œJati diri?ā€
ā€œYa. Apa pekerjaanmu? Apa tujuanmu menikahi orang asing sepertiku? Di mana keluargamu dan semuanya. Aku mau tahu semua tentang dirimu sebelum bisa menjawab.ā€


ā€œMaaf, tapi kan kesepakatan sebelumnya tidak begitu,ā€ kata Yanan halus, sementara keringat dingin mengucur di keningnya. Yuta tak punya pekerjaan, tujuannya menikah adalah untuk menyambung hidupnya sampai seabad ke depan, dan tak ada vampir yang peduli dari mana asal usul mereka jadi jangan tanya soal keluarga.


ā€œAku tahu, tapi setelah kupikir lagiā€¦ā€
ā€œEnteng amat bicaramu! Setelah kemauanmu kami turuti lalu seenaknya berubah pikiran!ā€ Edawn benar-benar habis kesabaran dan berdiri.


ā€œHeh, bisakah kau diam dan biarkan Yuta menjawab pertanyaan Ye Eun saja? Itu bukan pertanyaan sulit.ā€


ā€œYuta tak akan menjawabnya.ā€
ā€œAku akan jawab,ā€ sambar Yuta. ā€œTapi tidak sekarang. Kita harus menikah dulu.ā€
ā€œMana bisa begitu?ā€ hardik Ji Won emosi.


Edawn kesal sekali melihat teman seperjuangannyaā€”yang 3 hari lagi jadi debuā€”dibentak-bentak. Ia menendang rak permen karet di meja dan berteriak, ā€œJangan teriak-teriak di rumah temanku!ā€


ā€œKau juga teriak.ā€
ā€œKalau aku boleh!ā€
ā€œItu curang!ā€ Ji Won tiba-tiba saja berdiri dan menjambak rambut Edawn. Edawn berusaha menarik tangan gadis itu dari rambutnya dan mereka mulai berkelahi seperti anak kecil. ā€œDasar otak kotoran! Cowok mabuk bajingan keparat jelek pendek bau!ā€


ā€œJauhkan tangan busukmu dariku!ā€
ā€œJangan teriak di telingaku!ā€
ā€œIni rumah temanku terserah aku mau teriak di mana!ā€
ā€œTapi ini telingaku, Sialan!ā€
ā€œKalau begitu letakkan telingamu di luar!ā€


Melihat semua kekacauan itu, Yanan yang cinta damai terpaksa harus turun tangan. ā€œTeman-teman, please, cukup!ā€ Ia berusaha melerai kedua orang itu sambil berkata ā€˜hentikan hentikanā€™, namun suaranya terlalu lembut. Ye Eun ikut berdiri untuk membantunya, sedangkan Yuta sudah kelihatan terlalu frustasi untuk memikirkan orang lain selain dirinya sendiri.


Namun sekeras apa pun usaha Ye Eun dan Yanan, Ji Won dan Edawn tetap saja saling maki, jambak dan tendang. Hingga akhirnya Yanan yang habis kesabaran mengambil rak permen karet di lantai lalu menggebrakkannya ke meja kayu di depan mereka sampai meja itu terbelah dua. Berhasil. Semua orang seketika terdiam. Menatapnya sambil melotot.


Di tengah ruangan yang porak-poranda itu (permen karet berserakan di mana-mana, meja terbelah dua, rak besi yang patah), Yanan menghela napas dan berdeham sok bijak, ā€œNah, akhirnya kalian tenang juga,ā€ katanya kalem.


ā€œSekarang, Nona pengantin, bisakah aku bicara?ā€
ā€œNona pengantin? Maksudmu aku?ā€
ā€œAh, ya, maaf, maksudku Ye Eun-ssi. Begini, alih-alih menanyakan jati diri atau apalah tadi, bisakah kau pertimbangkan semua keuntungan yang akan kau miliki saja? Kau akan tinggal di rumah ini dan hidup bergelimang harta. Yuta juga akan menjamin kesejahteraan keluargamu dan dia bahkan berjanji tak akan menyentuhmu kalau kau tak suka. Jadi aku mohon dengan sangat, tolong jangan mengulur-ulur jawabanmu begini.ā€


ā€œAku bukannya mengulur-ulur jawaban. Bukankah jati diri adalah hal paling dasar untuk diketahui satu sama lain sebelum menikah?ā€


Ji Won mengangguk-angguk. Yanan mulai kelihatan sama putus asanya dengan Yuta, sementara Edawn masih memegangi kepalanya yang pening sehabis dijambak.


ā€œIni semua terlalu ganjil bagiku. Rasanya seperti dapat hadiah dari langit, kau tahu maksudku? Ini tidak masuk akal. Apa kau berdiri di jalanan, melihat gadis-gadis yang lewat lalu memilih siapa yang mau kau nikahi secara acak? Ituā€¦ā€


ā€œYa,ā€ Yuta yang sedari tadi diam dengan tampang frustasi tiba-tiba menyela. Ia menegakkan badannya dan mendongak memandang Ye Eun. ā€œYa, aku berdiri di pinggir jalan, melihatmu keluar dari gerbang kampus dan serta-merta jatuh cinta. Apa itu salah?ā€


Ye Eun tersedak ludahnya sendiri, sedangkan Ji Won melotot makin lebar.


ā€œMaaf jika kedengaran aneh bagimu, tapi itulah yang terjadi. Aku sama sekali tak bermaksud membuatmu takut atau apa, aku hanyaā€¦ ingin membuat sisa hidupku lebih berarti,ā€ tambahnya. Wajah Yuta saat mengatakan semua itu kelihatan serius sekali. Nada sendu dan mata sayunya bahkan berhasil membuat Yanan dan Edawn ikut terdiam dan memandangnya iba.


Yuta terus menatap Ye Eun dengan lembut sampai wajah gadis itu merona. Ini pertama kalinya ada pria yang bilang jatuh cinta padanya seblak-blakan ini dan Ye Eun merasa jantungnya mau melompat dari dada.


ā€œA-apa kau punya penyakit serius?ā€ tanya Ye Eun hati-hati.
ā€œYeah, parah sekali. Dia punya penyakit bodoh,ā€ jawab Edawn.
ā€œMaksudnya,ā€ Yanan menyela dengan suara keras sambil melotot melirik Edawn, menyuruh pria itu tutup mulut saja, ā€œYuta ini bodoh sekali karena tidak periksa ke dokter lebih awal. Sekarang semuanya sudah terlambat.ā€ Yanan menoleh pada Yuta dan mencari bagian tubuh mana yang pantas untuk disebut ā€˜sakitā€™.


ā€œKepalanya,ā€ putusnya kemudian. ā€œDi kepalanya adaā€¦ā€ Yanan tak bisa memikirkan nama penyakit kronis ala manusia. Pria itu menggigit bibirnya, berharap kedua temannyaā€”yang sekalipun ia tahu tak bisa diandalkanā€”untuk hari ini saja mendapat mukjizat. Hingga akhirnya suara Ji Won yang penuh simpati terdengar.


ā€œTumor?ā€
ā€œBenar!ā€ sambut Yanan girang. ā€œTumor. Aku sedih sekali sampai tak berani mengatakannya. Tumor.ā€


Ye Eun dan Ji Won menghela napas berbarengan, kemudian saling memandang satu sama lain. Mereka berpandangan penuh arti selama beberapa saat sebelum saling bertukar anggukan. Yanan terheran-heran dan nyaris mengira kalau mereka baru saja bertelepati.


ā€œAku menerima pernikahan ini,ā€ kata Ye Eun tanpa aba-aba, sontak membuat ketiga cowok di depannya melotot kaget. Sesaat kemudian ketiga pria itu saling berpandangan dan langsung bersorak sorai dengan tampang semringah berlebihan. Edawn merentangkan kedua tangannya ke langit dan berteriak penuh syukur, Yanan dan Yuta saling berpelukan. Kemudian Yuta berdiri dan mereka bertiga bertukar tos sambil tertawa girang seolah tim kesayangan mereka baru saja memenangkan piala dunia.


ā€œTapi dengan satu syarat,ā€ Ye Eun menginterupsi kegembiraan mereka dengan suara yang lebih keras. Ketiganya berhenti dan menatapnya waspada. ā€œKita baru akan menikah setelah kau mendapat restu dari orangtuaku.ā€


ā€œOrangtua?ā€
ā€œYa. Pernikahan kan bukan cuma antara kau dan aku saja, tapi juga melibatkan keluarga.ā€
ā€œBaiklah.ā€
ā€œAku akan membuat surat pernyataan kalau kau mau menikahiku dan terserah bagaimana caranya, kau harus bisa meyakinkan orangtuaku kalau kau ini cowok baik-baik dan membuat mereka bersedia menandantangani surat pernyataan itu.ā€


Yuta mengangkat sebelah alisnya, ā€œItu saja?ā€


ā€œYa.ā€
ā€œOke. Buatlah surat pernyataannya sekarang!ā€



**********



Ye Eun semula mengira idenya soal surat pernyataan itu amatlah brilian. Mustahil sekali orangtuanya akan menandatangani surat antah berantah itu begitu saja. Ye Eun tak pernah mengatakan punya pacar dan tiba-tiba saja ada cowok yang mendatangi mereka dan minta tanda tangan untuk menikahi putrinya. Konyol sekali. Pun seandainya ia berhasil (walau kemungkinan ini nyaris nol), Yuta butuh waktu yang tidak sebentar untuk perjalanan pulang-pergi Seoul-Jeonnam, dan jangan lupakan proses pendekatan dengan ayahnya dulu.


Puku 10 malam, Ye Eun dan Ji Won keluar dari restoran sambil cekikikan membahas Yuta dan rombongan sirkusnya.


ā€œApa menurutmu mereka ikut?ā€ tanya Ji Won selagi menyeberang. Mereka berjalan bersisian di trotoar yang gelap sambil menggandeng tangan satu sama lain.


ā€œYanan dan Edawn?ā€
ā€œSiapa lagi?ā€
ā€œEntahlah. Mungkin iya,ā€ Ye Eun mengangkat bahu. ā€œAku masih tak percaya Yanan sampai mendatangimu ke restoran dan mengarang semua cerita rentenir itu hanya demi informasi tentangku.ā€


ā€œAku tahu. Mereka kompak sekali, cecunguk sinting itu.ā€
ā€œApa menurutmu Yuta akan berhasil?ā€
ā€œKetimbang itu, aku malah takut dia mati duluan gara-gara disuruh mengerjakan ladang oleh ayahmu,ā€ kata Ji Won geli.


ā€œYah! Kau tak boleh bilang begitu,ā€ tukas Ye Eun, tapi dia sendiri pun tertawa. ā€œSejujurnya aku kasihan dengan anak itu, mustahil aku menolak di depan wajah memelasnya.ā€


ā€œAku juga kasihan. Kurasa menyerahkan penolakannya pada orangtuamu adalah hal yang benar. Kau sudah telepon mereka, kan?ā€


ā€œYa, kubilang ada orang aneh yang akan datang. Jangan bukakan pintu!ā€


Ji Won menyemburkan tawa. ā€œKau jahat sekali! Dia punya tumor di kepala.ā€


ā€œApa menurutmu itu benar?ā€
ā€œAku tak tahu. Tapi dia memang kelihatan sakit.ā€
ā€œApa lebih baik aku telepon orangtuaku lagi?ā€
ā€œWah, kau mudah sekali berubah pikiran, ya! Sebenarnya kau mau menikah dengannya atau tidak?ā€
ā€œAku tak tahu. Jika ternyata dia berhasil, yah, aku akan menunaikan janjiku.ā€
ā€œSerius?ā€


Ye Eun mengangguk mantap. ā€œToh aku sama sekali tidak rugi apa pun, kan? Justru sebaliknya, aku akan kaya mendadak. Aku tidak akan kerja di restoran bau itu lagi dan tidak usah pusing soal biaya kuliah semester  depan.ā€


ā€œIya, sih.ā€
ā€œDan kalau dilihat dengan saksama, dia lumayan.ā€
ā€œApanya yang lumayan? Jangan bilang kau mulai suka dengan si muka heksagon itu!ā€
ā€œAku akui dia memang punya aura yang menyeramkan, tapi dia tidak jelek.ā€
ā€œSiapa yang bilang dia jelek? Aku cuma bilang mukanya berbentuk heksagon, dan dia terlalu kurus untuk ukuran cowok. Sama sekali bukan tipeku. Eh, aku akan lewat jalan ini untuk ke halte. Sampai ketemu besok, ya.ā€


ā€œKau tak mau menginap di apartemenku saja?ā€


Ji Won mengulum senyumnya dan menggeleng, ā€œTidak, terima kasih. Lagi pula apa yang kau takutkan? Penguntitmu sedang menguntit orangtuamu di Jeonnam. Tak akan ada yang mengganggumu malam ini,ā€ guraunya.


Ye Eun mendenguskan tawa. Keduanya saling melambaikan tangan kemudian mengambil jalan yang berbeda.


Tak butuh waktu lama bagi Ye Eun untuk sampai di apartemennya. Saat sedang merunduk memasukkan kode kunci, ia bisa merasakan lehernya bergidik lagi. Seseorang sepertinya tengah berdiri tepat di belakangnyaā€”dan itu aneh sekali mengingat jalanan di sekelilingnya nyaris kosong selagi ia berjalan ke sini. Ye Eun segera berbalik. Dan hal pertama yang diihatnya adalah kertasā€”yang buram karena diulurkan terlalu dekat dengan wajahnya. Kertas itu ditarik menjauh dan tampaklah wajah heksagon Yuta yang sedang menyeringai. ā€œAku berhasil.ā€


ā€œA-apa?ā€ Ye Eun langsung merampas kertas itu dan mengecek apa tanda tangannya palsu. Matanya bergerak liar ke bagian tanda tangan, kemudian lemas sendiri karena menyadari tanda tangan itu memang asli, lengkap dengan tulisan tangan ibunya yang berkata ā€˜ah anakku sudah dewasaā€™ dan foto polaroid super akrab antara Yuta, ayahnya, ibunya serta adik perempuannya, Yeon Ju.


ā€œB-bagaimana bisa? Aku kan baru memberimu kertas ini jam 1 siang.ā€
ā€œYa,ā€ jawab Yuta, ā€œdan itu waktu yang lebih dari cukup bagiku.ā€
ā€œBagaimana bisa kau ke sana dan ke sini begitu cepat?ā€ gumam Ye Eun, mengamati tanda tangan dan foto itu lagi, berharap bisa menemukan celah untuk menuduhnya curang.


ā€œBesok kujemput jam 7 pagi,ā€ kata Yuta.


Ye Eun mendongak dari kertasnya dan mengernyit galak. ā€œJemput? Mau apa?ā€


ā€œMenikah.ā€
ā€œApa?ā€
ā€œSampai ketemu besok.ā€


TBC

Comments

Popular Posts