THE SERIES OF UNDERGROUND: Forced Marriage - 충격 (Shock)




Park Jimin  < >  Lim Chaerin (OC)


- Adult Romance -
(AU - Alternate Universe)



o  O  O  O  o




Empat hari berlalu setelah gagalnya makan malam Jimin dan Chaerin. Ya.. acara malam itu gagal setelah Chaerin meninggalkan Jimin begitu saja beberapa saat sebelum pesanan mereka sampai. Kalimat Jimin-lah penyebab Chaerin akhirnya tidak bisa bertahan. Diucapkan dengan santai tetapi membingungkan dan berhasil menyulut emosinya.



Menikah dengan mu.



Menikah dengan mu.



Menikah dengan mu.



Kalimat itu terus terngiang-ngiang di dalam otak Chaerin. Ingin sekali ia mengeluarkan otaknya dan mencucinya agar bersih dari kalimat yang membuatnya ingin meninju wajah tampan pria itu.



Tampan? Sejak kapan kata itu menggambarkan sosok Jimin dipikirannya?



Chaerin mengerang di balik bantal yang menutupi wajahnya. Pagi baru saja menyapa tetapi rasa kesal sudah menyelimuti dirinya. Jika begini terus ia bisa gila. Jika ia gila maka semua itu karena Park Jimin. Pria berengsek yang mulai mengusik kehidupan tenang yang selama ini ia jalani.



Rasa kesal itu timbul bukan hanya karena kalimat ajaib yang Jimin lontarkan saat makan malam, tetapi juga karena bunga-bunga yang selalu ada dimejanya sejak makan malam itu. Siapa lagi pelaku utamanya kalau bukan pria Park itu. Mengganggu sekali. Apakah dia tidak tahu kalau bunga-bunga yang diletakkan di atas meja telah menghalangi dirinya untuk bekerja?!



Teriakkan tertahan kembali lolos dari bibirnya.



Chaerin perlu menenangkan diri secepatnya. Ia tidak bisa terus-terusan berada di atas ranjang karena hari itu seperti yang sudah Ayah-nya sampaikan, ia akan ke butik untuk mencoba gaun pernikahan tentunya Jimin juga akan hadir karena pria itu juga akan mencoba pakaiannya. Mengingat ia akan bertemu lagi dengan Jimin, membuat emosinya naik ke ubun-ubun. Jantungnya berdegup kencang dengan napas yang sedikit memburu, seperti ia baru saja lari mengelilingi lapangan.



*  *  *  *



Jimin sampai dan langsung memarkirkan kendaraannya tidak jauh dari pintu masuk. Dari dalam mobil ia melihat ke bagian dalam butik melalui dinding kaca di depannya. Belum ada tanda-tanda kehadiran Chaerin sejauh matanya mengedar. Tentu saja karena ia sampai lebih awal dari waktu yang telah disepakati. Sedang Chaerin mungkin masih dalam perjalanan untuk bisa sampai di sana.



Jimin melirik pada jam yang mengikat pergelangan tangannya. Masih ada 15 menit lagi sebelum waktu janji mereka, tetapi Jimin sudah tidak sabar untuk segera bertemu Chaerin. Ia ingin melihat reaksi wanita itu secara langsung atas bunga-bunga yang ia kirimkan. Sebenarnya Jimin tahu bahwa Chaerin pasti tidak suka dan marah adalah reaksi yang akan ditunjukkan Chaerin padanya. Namun apa daya, Jimin sangat ingin mengirimkan Chaerin bunga hingga ia tidak peduli kemarahan wanita itu.



Hampir setiap menit Jimin melirik jamnya dan memerhatikan sekitar butik. Rasa sabarnya sudah mulai menghilang karena belum melihat tanda-tanda kehadiran Chaerin. Tidak tahu kenapa ia bisa menjadi pria tak sabaran jika itu berhubungan dengan Chaerin. Sebelumnya saat ia menunggu wanita muda itu di ruangannya, ia juga melakukan hal yang sama. Melirik jam tangan dan pintu bergantian.



Aneh mungkin terlalu aneh untuk seorang Park Jimin yang terkenal memiliki pengendalian diri yang sangat baik.



Masih dengan gerutuan karena Chaerin yang belum datang, ekor mata pria itu menangkap pergerakan sebuah mobil yang ia yakini sebagai milik wanita itu. Tuhan ternyata mengerti dirinya karena mendatangkan Chaerin sebelum kesabarannya habis.



Tanpa ia sadari bibirnya tertarik membentuk senyum kecil saat melihat wanita dengan celana coklat dan blouse putih keluar dari mobil dan berjalan masuk ke butik. Jimin pun dengan cepat mematikan mesin mobil dan segera mengikuti Chaerin setelah memastikan kendaraannya terkunci.



“Hai Nona Lim..” Sapanya saat kakinya telah berhasil menyamakan langkah dengan Chaerin.



Chaerin terkejut mendengar sapaan itu dan semakin membulatkan matanya saat melihat wajah Jimin yang tengah dicondongkan ke arahnya, membuat jarak di antara mereka terpaut sangat minim.



“Apa yang kau lakukan Park? Menjauh dari ku!” Geram Chaerin dengan mendorong kasar pundak Jimin.



Jimin terkekeh melihat reaksi Chaerin. Satu kata yang terlintas di otaknya saat tatapan mereka bertemu beberapa saat lalu, cantik. Dan ia sadar, ternyata yang sahabat-sahabatnya katakan malam itu benar. Chaerin wanita yang sempurna. Ia memiliki segalanya. Wajah cantik, kulit putih, tubuh ramping, selain itu ia juga anak tunggal keluarga Lim dan jangan lupakan ia lulusan bisnis internasional. Sangat sempurna bukan? Dan Jimin beruntung karena sebentar lagi ia akan memiliki wanita itu.



Terlalu lama berdiam diri dengan pikirannya, Jimin akhirnya kembali sadar dan segera melangkahkan kaki menuju Chaerin yang tengah berbicara dengan seorang wanita. Jimin tebak dia adalah pemilik butik yang mendesain gaun dan pakaian mereka.



“Tuan Park?” Wanita itu mengulurkan tangannya.



Jimin tersenyum dan menjabat uluran tersebut.



“Saya Kim Woonhee, senang berkenalan dengan anda.” Wanita itu menjeda sejenak lantas menatap Chaerin. “Chaerin ayo kita coba gaunmu.”



Chaerin mengangguk dan melenggang mengikuti Woonhee –pemilik butik. Sementara Jimin, seseorang tiba-tiba saja menghampirinya dan mempersilahkan ia untuk menuju ruangan yang telah dipersiapkan. Jimin mengikuti orang tersebut untuk memilih dan mencoba pakaian yang akan ia kenakan nanti.



Setengah jam berselang akhirnya Jimin keluar dari ruangan dengan pakaian pilihannya. Ia melangkah menuju kaca besar di dekat pintu dimana Chaerin menghilang. Ia kembali menelisik penampilannya dari atas hingga bawah. Mencari hal kurang tepat yang menempel di sana. Namun ia tersenyum puas saat tidak menemukan apa yang dicarinya.



Kemudian pintu di sebelah terbuka. Chaerin dengan gaun potongan a-line berwarna putih yang memperlihatkan leher dan pundak tanpa cacat melangkah keluar dibantu oleh Woonhee yang memegangi ekor gaun tersebut. Kemunculannya membuat Jimin tidak bisa berhenti menatap dirinya. Matanya terus bergerak mengikuti setiap pergerakan Chaerin.



“Jangan menatapku seperti itu, Park!”



Pria yang mengenakan single breasted suit berwarna hitam dengan kemeja putih di dalamnya berjalan menghampiri Chaerin yang menatap nyalang kepadanya.



“Kenapa? Apakah salah jika aku menatapmu?” Jimin balik bertanya setelah tubuhnya berdiri tegak di depan Chaerin.




“Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak suka!”



“Kenapa?”



Karena kau menatapku seperti harimau yang menatap mangsanya bodoh., batinnya.



“Pokoknya aku tidak suka. Jika kau masih menatapku seperti itu akan kucolok matamu.” Balas Chaerin galak.



Jimin tertawa mendengar ancaman Chaerin yang terdengar seperti lelucon ditelinganya. Menentang Ayah nya saja tidak bisa, bagaimana ia bisa melukaiku?, pikirnya.



“Jangan tertawa!” Ancaman kedua kembali dilontarkan tetapi Jimin sama sekali tidak menggubrisnya. Ia tetap tertawa hingga matanya menghilang sempurna. Bagus.



Setelah meredakan tawanya, perlahan ia mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Chaerin.



“Kau lucu, Chaerin. Aku tidak sabar untuk menjadikan dirimu milikku seutuhnya.”



Chaerin tertegun untuk beberapa detik sebelum kesadarannya kembali lantas mendorong kasar tubuh Jimin menjauh.



“Berengsek.” Desisnya tertahan.



Jimin hanya tergelak mendengar umpatan Chaerin. Sepertinya dua telinganya sudah terbiasa dengan kata ‘berengsek’ yang dilontarkan melalui bibir ranum wanita di depannya.



Chaerin memutar tubuh untuk melihat pantulan dirinya di cermin dan mengabaikan Jimin . Namun Woonhee mendekat dan memberikan telepon genggamnya. Chaerin menerimanya dan menemukan bahwa sebuah pesan baru saja ia terima.



“Siapa?”



Itu suara Jimin. Chaerin menoleh sebentar pada pria itu sebelum kembali menatap layar teleponnya.



“Bukan urusanmu Park!”



From: Sehun
Princess, aku sudah mendapatkan apa yang kamu minta. Bisakah kita bertemu siang ini? Aku akan mengirimkan lokasinya jika kamu memiliki waktu.



Chaerin dengan cepat mengetikkan balasan pesan tersebut dan mengirimkannya kembali kepada Sehun.



To: Sehun
Tentu, aku bisa. Terima kasih Sehunnie :).



Setelah pesannya terkirim, Chaerin kembali menelisik gaun yang dipakainya sebelum kembali berbalik.



“Aku suka ini.”



Woonhee mengangguk. Ia paham maksud kalimat singkat Chaerin. Wanita muda itu suka dengan gaunnya, itu berarti ia memilih gaun itu untuk dikenakan dipernikahannya.



“Kalau begitu saya akan mempersiapkannya.”



Chaerin mengangguk lantas kembali menuju ruangannya untuk mengganti pakaian.



Di lain sisi, Jimin hanya memandangi Chaerin yang mulai menghilang di balik pintu. Perasaannya tiba-tiba terusik saat melihat pesan masuk di telepon genggam wanita itu. Ia ingin tahu tetapi tidak bisa. Apakah itu berarti Jimin telah berubah menjadi pria protektif? Tapi mengapa? Entahlah. Jimin sendiri tidak tahu atau mungkin dia tidak menyadarinya.



Siapa yang mengirimi Chaerin pesan?, batinnya.



Jimin menghembuskan napas panasnya sebelum meninggalkan kaca besar untuk kembali ke ruangannya. Namun dering telepon membuat ia menghentikan langkah lantas merogoh saku celananya.



“Jin hyung?” Gumamnya saat melihat identitas penelepon.



Ada apa hyung?



Cepat ke basecamp. Ada yang perlu aku sampaikan.



Tanpa menunggu jawabannya, sang penelepon memutus sambungan teleponnya secara sepihak.



Lagi-lagi ia hanya bisa menghela. Tidak bisa menolak karena sepertinya sang penelepon tidak menerima penolakan. Itu berarti ia harus menuruti perintahnya dan membiarkan rencana untuk mengajak makan siang Chaerin batal.



*  *  *  *



Chaerin bisa bernapas lega karena terbebas dari Jimin. Awalnya ia mengira bahwa pria itu telah merencanakan sesuatu seperti makan malam waktu itu, tetapi dugaannya meleset. Tepat saat mereka meninggalkan butik, Jimin hanya mengantarnya sampai mobil dan mengucapkan selamat tinggal. Momen membahagiakan bukan?



Karena itu ia bisa dengan santai menemui Sehun. Tidak perlu ada perdebatan untuk menyingkirkan Jimin agar tidak mengganggu pertemuannya. Dan yang paling menyenangkan lainnya adalah tempat yang dipilih Sehun berada tidak jauh dari butik. Sehingga ia tidak perlu berkendara dengan kecepatan tinggi di tengah ramainya jalan. Hanya butuh kecepatan sedang, Chaerin bisa sampai dengan selamat di tempat tersebut.



Chaerin lantas memarkirkan mobilnya sebelum berjalan masuk. Ia mendorong pintu kaca depan hingga suara lonceng terdengar. Lantas matanya mengedar mencari keberadaan Sehun yang sudah datang karena mobil pria itu yang terparkir tepat di sampingnya. Tidak lama ia melihat seorang pria tengah berdiri dan melambai kearahnya, siapa lagi kalau bukan Sehun. Senyumnya pun tersungging sebelum kembali melangkah menghampiri meja yang berada di dekat dinding.
“Maaf membuatmu menunggu.” Ujar Chaerin sembari menduduki kursi di depan Sehun.




Pria itu menggeleng singkat, tidak setuju dengan perkataan wanita di depannya. “Tidak kok.”



“Oh iya, apakah kamu sudah makan siang?” Sambung Sehun setelah Chaerin duduk dengan nyaman di tempatnya.



Chaerin menggeleng.



“Berarti aku tepat. Aku telah memesan makanan dan minuman untuk kita saat baru datang. Sepertinya sebentar lagi akan datang.”



“Benarkah? Terima kasih Sehunnie..” Ujar Chaerin girang hingga menyebabkan matanya menyipit.



Ekspresi girangnya tidak bertahan lama saat pikirannya kembali mengingatkan alasan pertemuan ia dan Sehun siang hari itu. Tanpa memutus tatapannya dari Sehun, Chaerin kembali membuka suaranya.



“Jadi bagaimana Sehun? Apa yang kamu dapatkan?”



Salah satu sudut bibirnya tertarik. Ia mengambil tasnya yang berada di sisi kiri dan mengeluarkan amplop putih dari dalam. Mendorong amplop itu ke hadapan Chaerin yang langsung diambil olehnya.



“Namanya Jeon Jungkook. Ia berusia 22 tahun dan...” Sehun memberikan jeda pada kalimatnya yang membuat Chaerin mengerut sembari membaca isi amplop tersebut. “Ia pemilik tempat ini bersama dengan temannya, Kim Seokjin.”



Chaerin tidak dapat menutupi rasa terkejutnya sampai ia tersedak dengan salivanya sendiri. Chaerin terbatuk hingga membuat Sehun mengulurkan gelas berisi air mineral miliknya kepada sahabatnya itu.



“Minum dulu.”



Chaerin menerimanya dengan suka rela. Ia mengambil gelas tersebut dari tangan Sehun dan meminum perlahan air bening di dalam gelas tersebut.



“Apakah sudah baikan?”



Chaerin mengangguk.



Tidak lama pelayan datang dengan membawakan makanan yang telah Sehun pesan. Pelayan itu menatanya di atas meja dan mempersilahkan keduanya untuk menikmati hidangan tersebut.



Keduanya mulai menyantap makanan yang ada di depannya. Sesekali Sehun membuka suaranya untuk meneruskan menyampaikan informasi yang ia ketahui.



“Selain Kim Seokjin, Jeon Jungkook memiliki 5 teman dekat lainnya yaitu Jung Hoseok, Kim Taehyung, Min Yoongi, Kim Namjoon, dan Park Jimin.”



Sehun kembali menyuapi mulutnya dengan makanan yang ia sendok, sementara Chaerin ia masih bungkam dengan makanan yang memenuhi mulutnya. Sehun membuka suaranya lagi setelah menghabiskan makanannya.



“Sekarang jelaskan kepadaku kenapa kamu ingin mengetahui mengenai pemilik mobil itu.”



Chaerin menarik napas panjang dan menghembusnya dalam sekali helaan. Ia mencondongkan tubuhnya sebelum mulai menceritakan apa yang telah terjadi beberapa hari belakangan ini. Dimulai dari hari pemberitahuan mengenai pernikahannya, siapa calon suaminya, pertemuan di club, hingga kegiatannya di butik pagi tadi. Semuanya ia ceritakan kepada Sehun yang hanya bisa membulatkan matanya. Terkejut.



“Dan alasanku adalah karena aku merasa pernah melihat kendaraan itu. Saat tadi kamu bercerita, tiba-tiba saja aku ingat dimana aku melihatnya.”



“Dimana?” Tanya Sehun antusias.



“Di area perumahan Haera, tepatnya di depan rumah dengan sebuah patung boneka beruang besar yang berada di tengah halamannya. Saat itu aku melihatnya sekembalinya dari rumah Haera, sekitar pukul 2 dini hari.”



Sehun tampak diam. Dahinya berkerut dan matanya membola, seperti tengah mencoba mengingat sesuatu yang terlewat olehnya.



“Patung beruang di perumahan Haera?”



Chaerin mengamini dengan anggukkan kepala.



“Bukankah itu rumah Kim Hanbin?”



“Kim Hanbin? Siapa dia?”



Sehun menarik  napas sebelum mulai menjelaskan siapa Kim Hanbin karena ia tahu lebih tepatnya sangat tahu mengenai wanita di depannya ini. Wanita yang masih berusia 22 tahun ini adalah satu-satunya dari seluruh temannya yang tidak memiliki ketertarikan sedikit pun dengan industri hiburan negara mereka. Yang selalu ada dipikirannya adalah bagaimana mempertahankan posisi direktur setelah sang Ayah pensiun.



“Kim Hanbin atau lebih dikenal sebagai Produser Kim adalah seorang produser musik. Ia berhasil masuk jajaran produser paling produktif dan berpengaruh dalam jagat permusikan, namanya bersanding dengan produser dari NY Studio. Tapi...”



Chaerin menanti kelanjutan kalimat Sehun tidak sabar. Ia bahkan ikut mencondongkan tubuhnya saat Sehun melakukannya lebih dulu. Dengan agak berbisik, Sehun melanjutkan kalimatnya.



“Beberapa hari yang lalu rumahnya di sambangi pencuri dan ia nyaris meregang nyawa. Beruntung polisi datang dan nyawanya berhasil selamat, tapi para pencuri itu berhasil kabur.”



“Kapan kejadian pencurian itu terjadi?”



Sehun memundurkan tubuhnya dengan wajah yang serius. Ia mencoba mengingat kapan berita itu pertama kali tersebar ke publik. Saat ingatannya kembali, jarinya menjentik.



“Ah! Satu minggu yang lalu, kalau tidak salah Kamis dini hari.”



Kini giliran Chaerin yang bungkam. Otaknya sibuk mencoba menghadirkan ingatan mengenai mobil Jungkook dan waktu saat ia melihat mobil itu. Terlalu fokus mengingat membuat Chaerin lupa bahwa dirinya tidak sendiri. Ada Sehun di depannya yang mengerut bingung karena kebisuannya yang tiba-tiba.



“Chaerin ada apa?” Tanya Sehun khawatir.



Chaerin terkesiap saat merasakan sentuhan di punggung tangannya. Matanya lantas bergerak cepat memerhatikan tangannya dan kemudian pada pemilik tangan yang berada di atasnya.



“Tidak, aku tidak apa-apa.” Bohongnya.



Sehun tidak serta-merta percaya. Namun saat ia kembali teringat akan janji yang telah ia buat dengan rekan kerjanya membuat Sehun mengenyampingkan rasa khawatirnya pada Chaerin.



Princess maaf, sepertinya aku harus meninggalkanmu. Aku memiliki janji dengan rekan kerjaku.” Ujar Sehun dengan nada bersalah rautnya terlihat penuh penyesalan.



“Sayangnya aku juga harus segera pergi, Sehunnie. Jadi kita keluar bersama saja.”



Terlihat perubahan ekspresi wajah Sehun saat mendengar ucapan Chaerin. Dengan tersenyum lebar ia mengangguk dan menggandeng tangan wanita itu hingga mereka sampai di area parkir setelah membayar makanan yang mereka makan.



“Terima kasih banyak Sehun.”



“Apa pun akan klakukan untuk mu, princess. Kalau begitu aku pergi, kamu hati-hati.”



Sehun berpamitan sebelum memasuki mobilnya dan membawa kendaraan itu pergi setelah melambai pada Chaerin yang akan memasuki mobilnya sendiri.



Chaerin menutup pintu dan mulai menghidupkan mesin mobil. Namun ia kembali teringat akan ucapan Sehun. Pencurian pada Kamis dini hari. Kapan tepatnya ia melihat mobil itu? Pertanyaan itu terus terputar diotaknya. Menyebabkan niat Chaerin untuk pergi urung dan memutuskan untuk kembali memaksa sang otak untuk berpikir.



Kamis.



Kamis.



Chaerin menjentik dan sepersekian detik setelahnya matanya membulat sempurna seakan bola matanya akan melompat keluar.



“Aku melihatnya di hari Kamis. Hari yang sama dengan kejadian pencurian itu terjadi.”



Chaerin menutup mulutnya dengan tangan.



“Jika benar, seharusnya Jungkook juga menjadi korban karena ia ada di sana di waktu yang sama dengan saat kejadian itu terjadi bukan? Tetapi kenapa dia baik-baik saja?”



Chaerin begitu larut dengan fakta yang ia ketahui mengenai Jungkook dan kejadian pencurian itu. Padahal hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia, walau masih ada kemungkinannya dengan Jimin. Namun entah mengapa ia merasa perlu mengetahui hal itu. Jiwa detektif yang ia miliki karena membaca komik conan telah memaksanya untuk mencari tahu.



Chaerin menghela. Sepertinya ia terlalu memaksa otaknya untuk berpikir hingga akhirnya ia merasa sedikit pusing.



“Sebaiknya aku pulang.” Gumamnya dan bersiap untuk memutar kemudi.



Namun sebuah mobil yang baru saja terparkir di sampingnya membuat niat tersebut kembali memudar. Mobil itu adalah mobil yang sama dengan yang ia selidiki. Tidak lama ia melihat Jungkook keluar dari pintu pengemudi dan sedikti berlari masuk ke dalam cafe dan restonya. Ia memerhatikan gerak-gerik Jungkook sebelum akhirnya pria itu kembali dengan tergesa memasuki mobilnya.



Mobil hitam di sampingnya lantas bergerak pergi. Tanpa berpikir panjang, Chaerin ikut membawa mobilnya mengikuti mobil yang berada beberapa meter di depannya. Tidak ada alasan yang pasti mengapa ia mengikuti mobil sahabat Jimin itu. Namun hati kecilnya telah memerintahkan ia untuk pergi mengikuti. Tidak ada salahnya kan? Siapa tahu nanti ia bisa menemukan pencerahan tentang apa yang sebelumnya ia pikirkan.



Selama setengah jam Chaerin mengikuti mobil hitam Jungkook. Ia tidak tahu kemana pria itu akan pergi. Yang dirinya ketahui saat ini adalah Jungkook tengah berkendara memasuki salah satu kawasan elit dengan kecepatan yang mulai berkurang walaupun tetap dalam kategori cepat, mengingat jenis mobil yang ia miliki. Mobil yang kurang lebih berada 5 meter di depannya itu berbelok memasuki pekarangan rumah dengan warna abu dan hitam.



Chaerin pikir itu adalah rumahnya. Namun saat dengan sengaja ia melanjutkan laju mobilnya melalui rumah itu, hal aneh ia rasakan. Di pekarangan terparkir lebih dari 1 mobil mewah –sekitar 7 mobil– salah satunya mobil Jimin. Ia yakin dengan keberadaan mobil pria Park itu karena sebelumnya mereka baru saja bertemu, dan hei ia belum tua sehingga ingatannya masih bagus. Tidak hanya mobil Jimin saja, salah satu mobil juga berhasil menarik atensinya. Mobil berwarna abu-abu yang juga ia lihat saat malam itu.



Berarti pemilik mobil itu juga teman Jimin. Bukankah ini aneh? Teman Jimin berada di lokasi kejadian tetapi mereka tidak apa-apa., pikirannya berbicara.



Begitu penasaran lagi-lagi membuat Chaerin tidak berpikir jernih. Tangannya melepas seat belt, mematikan mesin kendaraan, dan segera keluar menuju rumah tersebut. Ia berlali kecil sebelum berjalan mengendap saat memasuki area pekarangan. Perlahan ia melangkah dengan mata yang melihat siaga, takut-takut ada yang melihat ke datangannya atau ia menginjak atau menabrak sesuatu yang akan menarik perhatian.



Kakinya melangkah ke sisi samping rumah. Dengan perlahan ia mendekat pada dinding kaca yang langsung memperlihatkan bagian tengah rumah tersebut.



“Itu Jimin.” Bisiknya saat ia menemukan Jimin tengah duduk di sofa bersama dengan teman-temannya.



Namun bukan itu yang membuat Chaerin tertarik. Bukan karena ia berhasil menemukan keberadaan Jimin, melainkan ekspresi mengeras dari para pria yang berada di dalam. Ya.. semuanya. Ketujuh pria yang menghuni ruang tengah itu terlihat tengah menahan emosi dengan pandangan gusar serta tidak percaya yang berhasil di tangkap indera pengelihatannya.



Seperti yang Chaerin lihat, keadaan di dalam memang buruk. Tensi yang tinggi sangat terasa dengan umpatan yang terlontar setiap kali salah satu dari mereka tidak bisa mengontrol emosi.



“Bangsat.” Umpat Yoongi. Terlihat sekali emosi yang siap meledak dari tatapan matanya yang berapi-api.



Hyung, darimana kau tahu mengenai hal itu?”



“Orangku. Mereka bilang ada seseorang yang mencari tahu mengenai mobilmu, Kook.”



Jungkook tampak gusar. Ia tidak menyangka bahwa ada yang melacak mobilnya.



“Lalu apa yang harus aku lakukan Jin hyung?” Tanya Jungkook frustasi pada pria yang memberitahukan berita tidak mengenakkan itu.



Jin terlihat menghelakan napas. “Untuk sementara kau jangan menggunakan mobilmu.”



“Apa?!”



“Tidak ada pilihan lain Kook. Kita tidak tahu siapa dan apa maksud mereka mencari tahu mengenai dirimu. Apakah tujuannya berhubungan dengan misi terakhir kita atau ada hal lainnya.” Namjoon akhirnya membuka suara. Ia menjadi orang yang paling terlihat tenang walau sebenarnya jantungnya tengah berpacu cepat.



Napas Jungkook terhela bersamaan dengan tubuhnya yang melemas.



“Seharusnya malam itu kita habisi saja dia!” Taehyung menggeram penuh amarah.



“Itu bukan tujuan kita Tae.” Yoongi mengingatkan.



“Tapi hyung kalau kita menghabisi Kim Hanbin dan keadaan terburuk terjadi, setidaknya si berengsek itu tidak akan menertawai kita.”



“Cukup Tae! Kita juga belum tahu motif orang yang mencari tahu pelat kendaraan Jungkook.”



“Benar yang Hoseok katakan. Kita belum tahu apa motifnya. Selain itu aku merasa kalau orang itu tidak ada hubungannya dengan misi kemarin.” Jin menimpali.



“Kenapa kau bisa seyakin itu hyung? Bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau kita tidak tahu apa motifnya.”



Jin mengendikkan bahu. “Tidak tahu, tetapi perasaanku mengatakan seperti itu.”



Kita habisi saja Kim Hanbin.



Kalimat itu terus terngiang di dalam pikirannya. Membola ke seluruh bagian dalam otaknya. Menciptakan degupan jantung yang kelewat tidak normal, darah yang berdesir, serta penapasannya yang berubah cepat.



Semua yang mengalun ke dalam telinga dan diterima dengan baik oleh otaknya membuat Chaerin seperti baru saja dilemparkan ke dalam  jurang terdalam. Terlalu dalam sampai membuat Chaerin sulit kembali ke permukaan. Ia menghilang dalam jurang pikirannya selama beberapa menit sebelum kesadarannya kembali saat otak kecilnya menghidupkan alarm bahaya.



Diselimuti perasaan takut Chaerin segera berbalik. Pergi meninggalkan rumah tersebut sebelum penghuni di dalam menyadari kehadirannya. Ia terus melangkah dengan perasaan kacau. Dalam setiap langkah tidak pernah kakinya tidak bergetar. Bahkan semakin terus melangkah, rasa lemas malah menyerangnya.



Chaerin tidak peduli. Yang ia pikirkan hanya segera menuju mobilnya. Namun kebodohan baru saja dibuatnya. Si bodoh Lim Chaerin tiba-tiba datang di saat yang tidak tepat. Ia menabrak salah satu mobil hingga membuat alarm mobil itu berbunyi. Chaerin sang pelaku utama begitu terkejut. Ia bahkan terpekur selama beberapa detik sebelum berlari pergi dari sana.



Kenapa mobil itu begitu sensitif?! Dasar mobil sialan., umpatnya dalam hati.



Kaki berbalut heels itu terus berlari menuju mobil yang ia parkirkan di balik rumah yang berada di persimpangan. Tidak jauh dari rumah tempat ia menguping karena rumah di persimpangan itu berada satu rumah di seberang rumah tersebut. Chaerin segera masuk ke dalam mobil. Menunduk untuk menyembunyikan tubuhnya sembari memegangi dada yang bergemuruh seakan ingin keluar dari tubuhnya.



“Tidak. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa? Kenapa Jimin-”



Chaerin tidak dapat lagi melanjutkan kalimat sangkalan yang terus bermain-main di dalam pikirannya. Apa yang baru saja didengarnya begitu mengejutkan untuk otak, hati, jantung, dan seluruh bagian tubuh luar dan dalamnya yang lain. Sangat mengejutkan sampai membuat Chaerin begitu bingung.



Apa yang harus ia lakukan? Melapor ke polisi? Bisa saja karena saat menguping tadi ia sengaja merekam semua yang didengarnya dengen telepon genggam. Sudah dikatakan bukan jika Chaerin memiliki jiwa detektif karena membaca komik. Tapi hati kecilnya merasa sakit saat memikirkan pilihan itu. Hatinya seperti tidak mengizinkan dirinya. Ugh.. sebenarnya apa yang telah Jimin lakukan sampai bisa membuat Chaerin menjadi bodoh seperti itu?!



Sementara ketujuh pria yang berada di dalam rumah juga tidak kalah terkejut saat mendengar alarm mobil yang berbunyi. Mereka lantas berlari keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Jin, Namjoon, Taehyung, dan Jungkook berlari menuju pagar dan melihat ke sekeliling. Sedangkan Jimin, Hoseok, dan Yoongi melihat ke sekitar rumah.



“Tidak ada siapa-siapa.” Ujar Taehyung dan berbalik kembali menuju pekarangan.



“Lalu kenapa mobilmu bisa berbunyi Jim?”



Jimin menggeleng. Ia tidak tahu sama seperti yang lain karena sejak tadi ia berada di dalam bersama mereka.



“Mungkin kucing yang tidak sengaja menyenggol mobilku.”



“Kucing?” Yoongi terlihat sangsi. Lantas ia kembali menoleh ke seluruh sisi rumah untuk kembali memastikan. Ya.. memastikan sesuatu yang masih meninggalkan keraguan dipikirannya. Pekerjaan yang sia-sia.



“Mobilmu terlalu sensitif Jim. Coba kau bawa ke bengkel dan atur kembali alarm-nya.” Saran Hoseok sebelum kembali masuk ke dalam rumah.



Langkah pria itu diikuti dengan yang lain hingga menyisakan Jimin yang tengah mematikan alarm  mobil dan Yoongi yang masih memerhatikan dengan awas ke sekitar.



“Aku harap memang karena kucing Jim.” Ujar Yoongi sebelum mengikuti yang lain yang telah masuk lebih dulu.



Aku juga berharap seperti itu., pikir Jimin dengan perasaan kalutnya.



Ia berjongkok tepat di samping mobilnya. Tangan kekarnya terulur mengambil benda kecil yang mengkilap di dekat ban mobil.



“Lim Chaerin..”



To be continued




감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts