THE SERIES OF UNDERGROUND: Forced Marriage - 충격 (Shock)
Park Jimin < > Lim Chaerin (OC)
- Adult Romance -
(AU - Alternate Universe)
o O O O o
Empat hari berlalu setelah gagalnya makan malam Jimin dan
Chaerin. Ya.. acara malam itu gagal setelah Chaerin meninggalkan Jimin begitu
saja beberapa saat sebelum pesanan mereka sampai. Kalimat Jimin-lah penyebab
Chaerin akhirnya tidak bisa bertahan. Diucapkan dengan santai tetapi
membingungkan dan berhasil menyulut emosinya.
Menikah dengan mu.
Menikah dengan mu.
Menikah dengan mu.
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di dalam otak Chaerin.
Ingin sekali ia mengeluarkan otaknya dan mencucinya agar bersih dari kalimat
yang membuatnya ingin meninju wajah tampan pria itu.
Tampan? Sejak kapan kata itu menggambarkan sosok Jimin dipikirannya?
Chaerin mengerang di balik bantal yang menutupi wajahnya.
Pagi baru saja menyapa tetapi rasa kesal sudah menyelimuti dirinya. Jika begini
terus ia bisa gila. Jika ia gila maka semua itu karena Park Jimin. Pria
berengsek yang mulai mengusik kehidupan tenang yang selama ini ia jalani.
Rasa kesal itu timbul bukan hanya karena kalimat ajaib yang
Jimin lontarkan saat makan malam, tetapi juga karena bunga-bunga yang selalu
ada dimejanya sejak makan malam itu. Siapa lagi pelaku utamanya kalau bukan
pria Park itu. Mengganggu sekali.
Apakah dia tidak tahu kalau bunga-bunga yang diletakkan di atas meja telah
menghalangi dirinya untuk bekerja?!
Teriakkan tertahan kembali lolos dari bibirnya.
Chaerin perlu menenangkan diri secepatnya. Ia tidak bisa
terus-terusan berada di atas ranjang karena hari itu seperti yang sudah Ayah-nya
sampaikan, ia akan ke butik untuk mencoba gaun pernikahan tentunya Jimin juga
akan hadir karena pria itu juga akan mencoba pakaiannya. Mengingat ia akan
bertemu lagi dengan Jimin, membuat emosinya naik ke ubun-ubun. Jantungnya
berdegup kencang dengan napas yang sedikit memburu, seperti ia baru saja lari
mengelilingi lapangan.
* *
* *
Jimin sampai dan langsung memarkirkan kendaraannya tidak jauh dari pintu masuk. Dari dalam mobil ia melihat ke bagian dalam butik melalui dinding kaca di depannya. Belum ada tanda-tanda kehadiran Chaerin sejauh matanya mengedar. Tentu saja karena ia sampai lebih awal dari waktu yang telah disepakati. Sedang Chaerin mungkin masih dalam perjalanan untuk bisa sampai di sana.
Jimin melirik pada jam yang mengikat pergelangan tangannya.
Masih ada 15 menit lagi sebelum waktu janji mereka, tetapi Jimin sudah tidak
sabar untuk segera bertemu Chaerin. Ia ingin melihat reaksi wanita itu secara
langsung atas bunga-bunga yang ia kirimkan. Sebenarnya Jimin tahu bahwa Chaerin
pasti tidak suka dan marah adalah reaksi yang akan ditunjukkan Chaerin padanya.
Namun apa daya, Jimin sangat ingin mengirimkan Chaerin bunga hingga ia tidak
peduli kemarahan wanita itu.
Hampir setiap menit Jimin melirik jamnya dan memerhatikan
sekitar butik. Rasa sabarnya sudah mulai menghilang karena belum melihat
tanda-tanda kehadiran Chaerin. Tidak tahu kenapa ia bisa menjadi pria tak sabaran
jika itu berhubungan dengan Chaerin. Sebelumnya saat ia menunggu wanita muda
itu di ruangannya, ia juga melakukan hal yang sama. Melirik jam tangan dan pintu
bergantian.
Aneh mungkin terlalu aneh untuk seorang Park Jimin yang
terkenal memiliki pengendalian diri yang sangat baik.
Masih dengan gerutuan karena Chaerin yang belum datang, ekor
mata pria itu menangkap pergerakan sebuah mobil yang ia yakini sebagai milik
wanita itu. Tuhan ternyata mengerti dirinya karena mendatangkan Chaerin sebelum
kesabarannya habis.
Tanpa ia sadari bibirnya tertarik membentuk senyum kecil
saat melihat wanita dengan celana coklat dan blouse putih keluar dari mobil dan berjalan masuk ke butik. Jimin
pun dengan cepat mematikan mesin mobil dan segera mengikuti Chaerin setelah
memastikan kendaraannya terkunci.
“Hai Nona Lim..” Sapanya saat kakinya telah berhasil
menyamakan langkah dengan Chaerin.
Chaerin terkejut mendengar sapaan itu dan semakin
membulatkan matanya saat melihat wajah Jimin yang tengah dicondongkan ke
arahnya, membuat jarak di antara mereka terpaut sangat minim.
“Apa yang kau lakukan Park? Menjauh dari ku!” Geram Chaerin
dengan mendorong kasar pundak Jimin.
Jimin terkekeh melihat reaksi Chaerin. Satu kata yang
terlintas di otaknya saat tatapan mereka bertemu beberapa saat lalu, cantik. Dan ia sadar, ternyata yang
sahabat-sahabatnya katakan malam itu benar. Chaerin wanita yang sempurna. Ia
memiliki segalanya. Wajah cantik, kulit putih, tubuh ramping, selain itu ia
juga anak tunggal keluarga Lim dan jangan lupakan ia lulusan bisnis
internasional. Sangat sempurna bukan? Dan Jimin beruntung karena sebentar lagi
ia akan memiliki wanita itu.
Terlalu lama berdiam diri dengan pikirannya, Jimin akhirnya
kembali sadar dan segera melangkahkan kaki menuju Chaerin yang tengah berbicara
dengan seorang wanita. Jimin tebak dia adalah pemilik butik yang mendesain gaun
dan pakaian mereka.
“Tuan Park?” Wanita itu mengulurkan tangannya.
Jimin tersenyum dan menjabat uluran tersebut.
“Saya Kim Woonhee, senang berkenalan dengan anda.” Wanita
itu menjeda sejenak lantas menatap Chaerin. “Chaerin ayo kita coba gaunmu.”
Chaerin mengangguk dan melenggang mengikuti Woonhee –pemilik
butik. Sementara Jimin, seseorang tiba-tiba saja menghampirinya dan
mempersilahkan ia untuk menuju ruangan yang telah dipersiapkan. Jimin mengikuti
orang tersebut untuk memilih dan mencoba pakaian yang akan ia kenakan nanti.
Setengah jam berselang akhirnya Jimin keluar dari ruangan
dengan pakaian pilihannya. Ia melangkah menuju kaca besar di dekat pintu dimana
Chaerin menghilang. Ia kembali menelisik penampilannya dari atas hingga bawah.
Mencari hal kurang tepat yang menempel di sana. Namun ia tersenyum puas saat
tidak menemukan apa yang dicarinya.
Kemudian pintu di sebelah terbuka. Chaerin dengan gaun
potongan a-line berwarna putih yang
memperlihatkan leher dan pundak tanpa cacat melangkah keluar dibantu oleh
Woonhee yang memegangi ekor gaun tersebut. Kemunculannya membuat Jimin tidak
bisa berhenti menatap dirinya. Matanya terus bergerak mengikuti setiap
pergerakan Chaerin.
“Jangan menatapku seperti itu, Park!”
Pria yang mengenakan single
breasted suit berwarna hitam dengan kemeja putih di dalamnya berjalan
menghampiri Chaerin yang menatap nyalang kepadanya.
“Kenapa? Apakah salah jika aku menatapmu?” Jimin balik
bertanya setelah tubuhnya berdiri tegak di depan Chaerin.
“Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak suka!”
“Kenapa?”
Karena kau menatapku
seperti harimau yang menatap mangsanya bodoh., batinnya.
“Pokoknya aku tidak suka. Jika kau masih menatapku seperti
itu akan kucolok matamu.” Balas Chaerin galak.
Jimin tertawa mendengar ancaman Chaerin yang terdengar
seperti lelucon ditelinganya. Menentang
Ayah nya saja tidak bisa, bagaimana ia bisa melukaiku?, pikirnya.
“Jangan tertawa!” Ancaman kedua kembali dilontarkan tetapi
Jimin sama sekali tidak menggubrisnya. Ia tetap tertawa hingga matanya
menghilang sempurna. Bagus.
Setelah meredakan tawanya, perlahan ia mendekatkan wajahnya
dan berbisik di telinga Chaerin.
“Kau lucu, Chaerin. Aku tidak sabar untuk menjadikan dirimu
milikku seutuhnya.”
Chaerin tertegun untuk beberapa detik sebelum kesadarannya kembali
lantas mendorong kasar tubuh Jimin menjauh.
“Berengsek.” Desisnya tertahan.
Jimin hanya tergelak mendengar umpatan Chaerin. Sepertinya
dua telinganya sudah terbiasa dengan kata ‘berengsek’ yang dilontarkan melalui
bibir ranum wanita di depannya.
Chaerin memutar tubuh untuk melihat pantulan dirinya di
cermin dan mengabaikan Jimin . Namun Woonhee mendekat dan memberikan telepon
genggamnya. Chaerin menerimanya dan menemukan bahwa sebuah pesan baru saja ia
terima.
“Siapa?”
Itu suara Jimin. Chaerin menoleh sebentar pada pria itu
sebelum kembali menatap layar teleponnya.
“Bukan urusanmu Park!”
From: Sehun
Princess, aku sudah
mendapatkan apa yang kamu minta. Bisakah kita bertemu siang ini? Aku akan
mengirimkan lokasinya jika kamu memiliki waktu.
Chaerin dengan cepat mengetikkan balasan pesan tersebut dan
mengirimkannya kembali kepada Sehun.
To: Sehun
Tentu, aku bisa.
Terima kasih Sehunnie :).
Setelah pesannya terkirim, Chaerin kembali menelisik gaun
yang dipakainya sebelum kembali berbalik.
“Aku suka ini.”
Woonhee mengangguk. Ia paham maksud kalimat singkat Chaerin.
Wanita muda itu suka dengan gaunnya, itu berarti ia memilih gaun itu untuk
dikenakan dipernikahannya.
“Kalau begitu saya akan mempersiapkannya.”
Chaerin mengangguk lantas kembali menuju ruangannya untuk
mengganti pakaian.
Di lain sisi, Jimin hanya memandangi Chaerin yang mulai
menghilang di balik pintu. Perasaannya tiba-tiba terusik saat melihat pesan
masuk di telepon genggam wanita itu. Ia ingin tahu tetapi tidak bisa. Apakah itu
berarti Jimin telah berubah menjadi pria protektif? Tapi mengapa? Entahlah.
Jimin sendiri tidak tahu atau mungkin dia tidak menyadarinya.
Siapa yang mengirimi
Chaerin pesan?, batinnya.
Jimin menghembuskan napas panasnya sebelum meninggalkan kaca
besar untuk kembali ke ruangannya. Namun dering telepon membuat ia menghentikan
langkah lantas merogoh saku celananya.
“Jin hyung?”
Gumamnya saat melihat identitas penelepon.
“Ada apa hyung?”
“Cepat ke basecamp. Ada
yang perlu aku sampaikan.”
Tanpa menunggu jawabannya, sang penelepon memutus sambungan
teleponnya secara sepihak.
Lagi-lagi ia hanya bisa menghela. Tidak bisa menolak karena
sepertinya sang penelepon tidak menerima penolakan. Itu berarti ia harus
menuruti perintahnya dan membiarkan rencana untuk mengajak makan siang Chaerin
batal.
* *
* *
Chaerin bisa bernapas lega karena terbebas dari Jimin.
Awalnya ia mengira bahwa pria itu telah merencanakan sesuatu seperti makan
malam waktu itu, tetapi dugaannya meleset. Tepat saat mereka meninggalkan
butik, Jimin hanya mengantarnya sampai mobil dan mengucapkan selamat tinggal.
Momen membahagiakan bukan?
Karena itu ia bisa dengan santai menemui Sehun. Tidak perlu
ada perdebatan untuk menyingkirkan Jimin agar tidak mengganggu pertemuannya.
Dan yang paling menyenangkan lainnya adalah tempat yang dipilih Sehun berada
tidak jauh dari butik. Sehingga ia tidak perlu berkendara dengan kecepatan
tinggi di tengah ramainya jalan. Hanya butuh kecepatan sedang, Chaerin bisa
sampai dengan selamat di tempat tersebut.
Chaerin lantas memarkirkan mobilnya sebelum berjalan masuk.
Ia mendorong pintu kaca depan hingga suara lonceng terdengar. Lantas matanya
mengedar mencari keberadaan Sehun yang sudah datang karena mobil pria itu yang
terparkir tepat di sampingnya. Tidak lama ia melihat seorang pria tengah
berdiri dan melambai kearahnya, siapa lagi kalau bukan Sehun. Senyumnya pun
tersungging sebelum kembali melangkah menghampiri meja yang berada di dekat
dinding.
“Maaf membuatmu menunggu.” Ujar Chaerin sembari menduduki
kursi di depan Sehun.
Pria itu menggeleng singkat, tidak setuju dengan perkataan
wanita di depannya. “Tidak kok.”
“Oh iya, apakah kamu sudah makan siang?” Sambung Sehun
setelah Chaerin duduk dengan nyaman di tempatnya.
Chaerin menggeleng.
“Berarti aku tepat. Aku telah memesan makanan dan minuman
untuk kita saat baru datang. Sepertinya sebentar lagi akan datang.”
“Benarkah? Terima kasih Sehunnie..” Ujar Chaerin girang
hingga menyebabkan matanya menyipit.
Ekspresi girangnya tidak bertahan lama saat pikirannya
kembali mengingatkan alasan pertemuan ia dan Sehun siang hari itu. Tanpa
memutus tatapannya dari Sehun, Chaerin kembali membuka suaranya.
“Jadi bagaimana Sehun? Apa yang kamu dapatkan?”
Salah satu sudut bibirnya tertarik. Ia mengambil tasnya yang
berada di sisi kiri dan mengeluarkan amplop putih dari dalam. Mendorong amplop
itu ke hadapan Chaerin yang langsung diambil olehnya.
“Namanya Jeon Jungkook. Ia berusia 22 tahun dan...” Sehun
memberikan jeda pada kalimatnya yang membuat Chaerin mengerut sembari membaca
isi amplop tersebut. “Ia pemilik tempat ini bersama dengan temannya, Kim
Seokjin.”
Chaerin tidak dapat menutupi rasa terkejutnya sampai ia
tersedak dengan salivanya sendiri. Chaerin terbatuk hingga membuat Sehun
mengulurkan gelas berisi air mineral miliknya kepada sahabatnya itu.
“Minum dulu.”
Chaerin menerimanya dengan suka rela. Ia mengambil gelas
tersebut dari tangan Sehun dan meminum perlahan air bening di dalam gelas
tersebut.
“Apakah sudah baikan?”
Chaerin mengangguk.
Tidak lama pelayan datang dengan membawakan makanan yang
telah Sehun pesan. Pelayan itu menatanya di atas meja dan mempersilahkan
keduanya untuk menikmati hidangan tersebut.
Keduanya mulai menyantap makanan yang ada di depannya.
Sesekali Sehun membuka suaranya untuk meneruskan menyampaikan informasi yang ia
ketahui.
“Selain Kim Seokjin, Jeon Jungkook memiliki 5 teman dekat
lainnya yaitu Jung Hoseok, Kim Taehyung, Min Yoongi, Kim Namjoon, dan Park
Jimin.”
Sehun kembali menyuapi mulutnya dengan makanan yang ia
sendok, sementara Chaerin ia masih bungkam dengan makanan yang memenuhi
mulutnya. Sehun membuka suaranya lagi setelah menghabiskan makanannya.
“Sekarang jelaskan kepadaku kenapa kamu ingin mengetahui
mengenai pemilik mobil itu.”
Chaerin menarik napas panjang dan menghembusnya dalam sekali
helaan. Ia mencondongkan tubuhnya sebelum mulai menceritakan apa yang telah
terjadi beberapa hari belakangan ini. Dimulai dari hari pemberitahuan mengenai
pernikahannya, siapa calon suaminya, pertemuan di club, hingga kegiatannya di butik pagi tadi. Semuanya ia ceritakan
kepada Sehun yang hanya bisa membulatkan matanya. Terkejut.
“Dan alasanku adalah karena aku merasa pernah melihat
kendaraan itu. Saat tadi kamu bercerita, tiba-tiba saja aku ingat dimana aku
melihatnya.”
“Dimana?” Tanya Sehun antusias.
“Di area perumahan Haera, tepatnya di depan rumah dengan
sebuah patung boneka beruang besar yang berada di tengah halamannya. Saat itu
aku melihatnya sekembalinya dari rumah Haera, sekitar pukul 2 dini hari.”
Sehun tampak diam. Dahinya berkerut dan matanya membola,
seperti tengah mencoba mengingat sesuatu yang terlewat olehnya.
“Patung beruang di perumahan Haera?”
Chaerin mengamini dengan anggukkan kepala.
“Bukankah itu rumah Kim Hanbin?”
“Kim Hanbin? Siapa dia?”
Sehun menarik napas
sebelum mulai menjelaskan siapa Kim Hanbin karena ia tahu lebih tepatnya sangat
tahu mengenai wanita di depannya ini. Wanita yang masih berusia 22 tahun ini
adalah satu-satunya dari seluruh temannya yang tidak memiliki ketertarikan
sedikit pun dengan industri hiburan negara mereka. Yang selalu ada dipikirannya
adalah bagaimana mempertahankan posisi direktur setelah sang Ayah pensiun.
“Kim Hanbin atau lebih dikenal sebagai Produser Kim adalah
seorang produser musik. Ia berhasil masuk jajaran produser paling produktif dan
berpengaruh dalam jagat permusikan, namanya bersanding dengan produser dari NY
Studio. Tapi...”
Chaerin menanti kelanjutan kalimat Sehun tidak sabar. Ia
bahkan ikut mencondongkan tubuhnya saat Sehun melakukannya lebih dulu. Dengan
agak berbisik, Sehun melanjutkan kalimatnya.
“Beberapa hari yang lalu rumahnya di sambangi pencuri dan ia
nyaris meregang nyawa. Beruntung polisi datang dan nyawanya berhasil selamat,
tapi para pencuri itu berhasil kabur.”
“Kapan kejadian pencurian itu terjadi?”
Sehun memundurkan tubuhnya dengan wajah yang serius. Ia
mencoba mengingat kapan berita itu pertama kali tersebar ke publik. Saat
ingatannya kembali, jarinya menjentik.
“Ah! Satu minggu yang lalu, kalau tidak salah Kamis dini
hari.”
Kini giliran Chaerin yang bungkam. Otaknya sibuk mencoba
menghadirkan ingatan mengenai mobil Jungkook dan waktu saat ia melihat mobil
itu. Terlalu fokus mengingat membuat Chaerin lupa bahwa dirinya tidak sendiri.
Ada Sehun di depannya yang mengerut bingung karena kebisuannya yang tiba-tiba.
“Chaerin ada apa?” Tanya Sehun khawatir.
Chaerin terkesiap saat merasakan sentuhan di punggung
tangannya. Matanya lantas bergerak cepat memerhatikan tangannya dan kemudian
pada pemilik tangan yang berada di atasnya.
“Tidak, aku tidak apa-apa.” Bohongnya.
Sehun tidak serta-merta percaya. Namun saat ia kembali
teringat akan janji yang telah ia buat dengan rekan kerjanya membuat Sehun
mengenyampingkan rasa khawatirnya pada Chaerin.
“Princess maaf, sepertinya
aku harus meninggalkanmu. Aku memiliki janji dengan rekan kerjaku.” Ujar Sehun
dengan nada bersalah rautnya terlihat penuh penyesalan.
“Sayangnya aku juga harus segera pergi, Sehunnie. Jadi kita
keluar bersama saja.”
Terlihat perubahan ekspresi wajah Sehun saat mendengar
ucapan Chaerin. Dengan tersenyum lebar ia mengangguk dan menggandeng tangan
wanita itu hingga mereka sampai di area parkir setelah membayar makanan yang
mereka makan.
“Terima kasih banyak Sehun.”
“Apa pun akan klakukan untuk mu, princess. Kalau begitu aku pergi, kamu hati-hati.”
Sehun berpamitan sebelum memasuki mobilnya dan membawa
kendaraan itu pergi setelah melambai pada Chaerin yang akan memasuki mobilnya
sendiri.
Chaerin menutup pintu dan mulai menghidupkan mesin mobil.
Namun ia kembali teringat akan ucapan Sehun. Pencurian pada Kamis dini hari. Kapan tepatnya ia melihat mobil itu? Pertanyaan
itu terus terputar diotaknya. Menyebabkan niat Chaerin untuk pergi urung dan
memutuskan untuk kembali memaksa sang otak untuk berpikir.
Kamis.
Kamis.
Chaerin menjentik dan sepersekian detik setelahnya matanya
membulat sempurna seakan bola matanya akan melompat keluar.
“Aku melihatnya di hari Kamis. Hari yang sama dengan
kejadian pencurian itu terjadi.”
Chaerin menutup mulutnya dengan tangan.
“Jika benar, seharusnya Jungkook juga menjadi korban karena ia
ada di sana di waktu yang sama dengan saat kejadian itu terjadi bukan? Tetapi
kenapa dia baik-baik saja?”
Chaerin begitu larut dengan fakta yang ia ketahui mengenai
Jungkook dan kejadian pencurian itu. Padahal hal itu sama sekali tidak ada
hubungannya dengan dia, walau masih ada kemungkinannya dengan Jimin. Namun
entah mengapa ia merasa perlu mengetahui hal itu. Jiwa detektif yang ia miliki
karena membaca komik conan telah memaksanya untuk mencari tahu.
Chaerin menghela. Sepertinya ia terlalu memaksa otaknya
untuk berpikir hingga akhirnya ia merasa sedikit pusing.
“Sebaiknya aku pulang.” Gumamnya dan bersiap untuk memutar
kemudi.
Namun sebuah mobil yang baru saja terparkir di sampingnya
membuat niat tersebut kembali memudar. Mobil itu adalah mobil yang sama dengan
yang ia selidiki. Tidak lama ia melihat Jungkook keluar dari pintu pengemudi
dan sedikti berlari masuk ke dalam cafe dan restonya. Ia memerhatikan gerak-gerik
Jungkook sebelum akhirnya pria itu kembali dengan tergesa memasuki mobilnya.
Mobil hitam di sampingnya lantas bergerak pergi. Tanpa
berpikir panjang, Chaerin ikut membawa mobilnya mengikuti mobil yang berada
beberapa meter di depannya. Tidak ada alasan yang pasti mengapa ia mengikuti
mobil sahabat Jimin itu. Namun hati kecilnya telah memerintahkan ia untuk pergi
mengikuti. Tidak ada salahnya kan? Siapa tahu nanti ia bisa menemukan
pencerahan tentang apa yang sebelumnya ia pikirkan.
Selama setengah jam Chaerin mengikuti mobil hitam Jungkook.
Ia tidak tahu kemana pria itu akan pergi. Yang dirinya ketahui saat ini adalah
Jungkook tengah berkendara memasuki salah satu kawasan elit dengan kecepatan
yang mulai berkurang walaupun tetap dalam kategori cepat, mengingat jenis mobil
yang ia miliki. Mobil yang kurang lebih berada 5 meter di depannya itu berbelok
memasuki pekarangan rumah dengan warna abu dan hitam.
Chaerin pikir itu adalah rumahnya. Namun saat dengan sengaja
ia melanjutkan laju mobilnya melalui rumah itu, hal aneh ia rasakan. Di
pekarangan terparkir lebih dari 1 mobil mewah –sekitar 7 mobil– salah satunya
mobil Jimin. Ia yakin dengan keberadaan mobil pria Park itu karena sebelumnya
mereka baru saja bertemu, dan hei ia belum tua sehingga ingatannya masih bagus.
Tidak hanya mobil Jimin saja, salah satu mobil juga berhasil menarik atensinya.
Mobil berwarna abu-abu yang juga ia lihat saat malam itu.
Berarti pemilik mobil itu
juga teman Jimin. Bukankah ini aneh? Teman Jimin berada di lokasi kejadian
tetapi mereka tidak apa-apa., pikirannya berbicara.
Begitu penasaran lagi-lagi membuat Chaerin tidak berpikir
jernih. Tangannya melepas seat belt,
mematikan mesin kendaraan, dan segera keluar menuju rumah tersebut. Ia berlali
kecil sebelum berjalan mengendap saat memasuki area pekarangan. Perlahan ia
melangkah dengan mata yang melihat siaga, takut-takut ada yang melihat ke
datangannya atau ia menginjak atau menabrak sesuatu yang akan menarik
perhatian.
Kakinya melangkah ke sisi samping rumah. Dengan perlahan ia
mendekat pada dinding kaca yang langsung memperlihatkan bagian tengah rumah
tersebut.
“Itu Jimin.” Bisiknya saat ia menemukan Jimin tengah duduk
di sofa bersama dengan teman-temannya.
Namun bukan itu yang membuat Chaerin tertarik. Bukan karena
ia berhasil menemukan keberadaan Jimin, melainkan ekspresi mengeras dari para
pria yang berada di dalam. Ya.. semuanya. Ketujuh pria yang menghuni ruang
tengah itu terlihat tengah menahan emosi dengan pandangan gusar serta tidak percaya
yang berhasil di tangkap indera pengelihatannya.
Seperti yang Chaerin lihat, keadaan di dalam memang buruk.
Tensi yang tinggi sangat terasa dengan umpatan yang terlontar setiap kali salah
satu dari mereka tidak bisa mengontrol emosi.
“Bangsat.” Umpat Yoongi. Terlihat sekali emosi yang siap
meledak dari tatapan matanya yang berapi-api.
“Hyung, darimana
kau tahu mengenai hal itu?”
“Orangku. Mereka bilang ada seseorang yang mencari tahu
mengenai mobilmu, Kook.”
Jungkook tampak gusar. Ia tidak menyangka bahwa ada yang
melacak mobilnya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan Jin hyung?” Tanya Jungkook frustasi pada pria yang memberitahukan
berita tidak mengenakkan itu.
Jin terlihat menghelakan napas. “Untuk sementara kau jangan
menggunakan mobilmu.”
“Apa?!”
“Tidak ada pilihan lain Kook. Kita tidak tahu siapa dan apa
maksud mereka mencari tahu mengenai dirimu. Apakah tujuannya berhubungan dengan
misi terakhir kita atau ada hal lainnya.” Namjoon akhirnya membuka suara. Ia
menjadi orang yang paling terlihat tenang walau sebenarnya jantungnya tengah
berpacu cepat.
Napas Jungkook terhela bersamaan dengan tubuhnya yang
melemas.
“Seharusnya malam itu kita habisi saja dia!” Taehyung
menggeram penuh amarah.
“Itu bukan tujuan kita Tae.” Yoongi mengingatkan.
“Tapi hyung kalau kita menghabisi Kim Hanbin dan keadaan terburuk
terjadi, setidaknya si berengsek itu tidak akan menertawai kita.”
“Cukup Tae! Kita juga belum tahu
motif orang yang mencari tahu pelat kendaraan Jungkook.”
“Benar yang Hoseok katakan. Kita
belum tahu apa motifnya. Selain itu aku merasa kalau orang itu tidak ada
hubungannya dengan misi kemarin.” Jin menimpali.
“Kenapa kau bisa seyakin itu hyung? Bukankah kau sendiri yang
mengatakan kalau kita tidak tahu apa motifnya.”
Jin mengendikkan bahu. “Tidak
tahu, tetapi perasaanku mengatakan seperti itu.”
Kita habisi saja Kim Hanbin.
Kalimat itu terus terngiang di
dalam pikirannya. Membola ke seluruh bagian dalam otaknya. Menciptakan degupan
jantung yang kelewat tidak normal, darah yang berdesir, serta penapasannya yang
berubah cepat.
Semua yang mengalun ke dalam
telinga dan diterima dengan baik oleh otaknya membuat Chaerin seperti baru saja
dilemparkan ke dalam jurang terdalam.
Terlalu dalam sampai membuat Chaerin sulit kembali ke permukaan. Ia menghilang
dalam jurang pikirannya selama beberapa menit sebelum kesadarannya kembali saat
otak kecilnya menghidupkan alarm
bahaya.
Diselimuti perasaan takut Chaerin
segera berbalik. Pergi meninggalkan rumah tersebut sebelum penghuni di dalam
menyadari kehadirannya. Ia terus melangkah dengan perasaan kacau. Dalam setiap
langkah tidak pernah kakinya tidak bergetar. Bahkan semakin terus melangkah,
rasa lemas malah menyerangnya.
Chaerin tidak peduli. Yang ia
pikirkan hanya segera menuju mobilnya. Namun kebodohan baru saja dibuatnya. Si
bodoh Lim Chaerin tiba-tiba datang di saat yang tidak tepat. Ia menabrak salah
satu mobil hingga membuat alarm mobil
itu berbunyi. Chaerin sang pelaku utama begitu terkejut. Ia bahkan terpekur
selama beberapa detik sebelum berlari pergi dari sana.
Kenapa mobil itu begitu sensitif?! Dasar mobil sialan., umpatnya
dalam hati.
Kaki berbalut heels itu terus berlari menuju mobil yang ia parkirkan di balik
rumah yang berada di persimpangan. Tidak jauh dari rumah tempat ia menguping
karena rumah di persimpangan itu berada satu rumah di seberang rumah tersebut.
Chaerin segera masuk ke dalam mobil. Menunduk untuk menyembunyikan tubuhnya
sembari memegangi dada yang bergemuruh seakan ingin keluar dari tubuhnya.
“Tidak. Ini tidak mungkin.
Bagaimana bisa? Kenapa Jimin-”
Chaerin tidak dapat lagi
melanjutkan kalimat sangkalan yang terus bermain-main di dalam pikirannya. Apa
yang baru saja didengarnya begitu mengejutkan untuk otak, hati, jantung, dan
seluruh bagian tubuh luar dan dalamnya yang lain. Sangat mengejutkan sampai
membuat Chaerin begitu bingung.
Apa yang harus ia lakukan? Melapor
ke polisi? Bisa saja karena saat menguping tadi ia sengaja merekam semua yang
didengarnya dengen telepon genggam. Sudah dikatakan bukan jika Chaerin memiliki
jiwa detektif karena membaca komik. Tapi hati kecilnya merasa sakit saat
memikirkan pilihan itu. Hatinya seperti tidak mengizinkan dirinya. Ugh.. sebenarnya apa yang telah Jimin
lakukan sampai bisa membuat Chaerin menjadi bodoh seperti itu?!
Sementara ketujuh pria yang berada
di dalam rumah juga tidak kalah terkejut saat mendengar alarm mobil yang berbunyi. Mereka lantas berlari keluar untuk
mencari tahu apa yang terjadi. Jin, Namjoon, Taehyung, dan Jungkook berlari
menuju pagar dan melihat ke sekeliling. Sedangkan Jimin, Hoseok, dan Yoongi
melihat ke sekitar rumah.
“Tidak ada siapa-siapa.” Ujar
Taehyung dan berbalik kembali menuju pekarangan.
“Lalu kenapa mobilmu bisa berbunyi
Jim?”
Jimin menggeleng. Ia tidak tahu
sama seperti yang lain karena sejak tadi ia berada di dalam bersama mereka.
“Mungkin kucing yang tidak sengaja
menyenggol mobilku.”
“Kucing?” Yoongi terlihat sangsi.
Lantas ia kembali menoleh ke seluruh sisi rumah untuk kembali memastikan. Ya..
memastikan sesuatu yang masih meninggalkan keraguan dipikirannya. Pekerjaan
yang sia-sia.
“Mobilmu terlalu sensitif Jim.
Coba kau bawa ke bengkel dan atur kembali alarm-nya.”
Saran Hoseok sebelum kembali masuk ke dalam rumah.
Langkah pria itu diikuti dengan
yang lain hingga menyisakan Jimin yang tengah mematikan alarm mobil dan Yoongi yang
masih memerhatikan dengan awas ke sekitar.
“Aku harap memang karena kucing
Jim.” Ujar Yoongi sebelum mengikuti yang lain yang telah masuk lebih dulu.
Aku juga berharap seperti itu., pikir Jimin dengan perasaan
kalutnya.
Ia berjongkok tepat di samping
mobilnya. Tangan kekarnya terulur mengambil benda kecil yang mengkilap di dekat
ban mobil.
“Lim Chaerin..”
To be continued
감사합니다 ^^
Comments
Post a Comment