Love Isn't Just A Story part 5 (end)


!!!!!(((()))))!!!!!!!

selamat baca

5 tahun berlalu, kini kuliahku di Jepang sudah benar-benar selesai dan sekarang aku sudah berada di Seoul bersama oppaku.

"bagamana kau ini Ji eun? 5 tahun di Jepang tapi tak membawa pria Jepang!" ucap Donghae oppa yang daritadi terus meledekku.



"entahlah oppa! Sepertinya aku sudah benar-benar gila dengan namja itu!!!!" jawabku lesu. Aku sedang membantu oppaku mengelap piring yang habis ia cuci

"terus saja salahkan Soo hyun. Yang salah itu bukan dia tapi kau. Kau tau apa penghargaan yang cocok untukmu?" tanyanya sambil meletakkan piring-piring bersih kedalam rak. Aku hanya menaikkan sebelah alisku.

"yeoja paling menyedihkan didunia!" ucapnya lagi sambil melepas afronnya. Aku hanya menatapnya tajam tanpa berkata-kata lagi, aku masih mengelap piring yang sama sejak tadi. Fikiranku benar-benar buyar sekarang.

"ish... piring itu bisa hancur jika kau menggosoknya terus" ucapnya sambil merebut piring ditanganku. Aku mengikuti oppaku melepas afron dan duduk di kursi meja makan.

"aku tak mengerti hidupmu Ji eun" Donghae oppa terus saja mengikutiku, kini ia duduk disampingku.
"hidupku? hidupku sudah lama berakhir oppa" ucapku sambil mengambil sebuah majalah fashion diatas meja.
"AH... aku sudah tau pasti setelah ini kau akan bilang ini semua gara-gara Soo hyun!" ucapnya seperti sudah tau apa yang ada difikiranku.

"aku sudah berusaha oppa. Kau pikir 5 tahun ini apa yang kulakukan hah? ini semua bukan salahku" ucapku melakukan pembelaan.

"jelas kau tak bisa melupakannya! kau ini mencoba melupakannya tanpa menghilangkan cintamu padanya! kau tau? semua yang kau inginkan bisa diatur oleh dirimu sendiri asal kau benar-benar mau melakukannya. itu artinya kau memang tak mau menghilangkannya dari hatimu"

"cinta? cinta itu tak nyata oppa! hanya ada dalam karangan... cerita cinta yang dibuat oleh manusia" ucapku menyepelekan ucapannya

"love isn't just a story. Believe me!" ucap oppa mencoba meyakinkanku
"Jangan hanya bicara LEE DONGHAE! buktikan" ucapku mulai kesal dan berdiri meninggalkannya
"yak... Lee donghae???? panggil aku oppa" teriaknya. Aku menutup kedua telingaku dan berlari menaiki tangga.

..........

"tadi pagi eomma menelfon! katanya kau telah dijodohkan" ucap Donghae oppa tiba-tiba
"mwo? dijodohkan? shireo" tolakku tegas
" lalu? 5 tahun tanpa memberi kesempatan pada namja lain? kau pikir itu salah siapa? Soo hyun? hah? PABO" teriaknya tanpa memperdulikanku yang masih syok akan berita perjodohan itu

"pabo? aku adikmu!!!!! sopanlah sedikit" bentakku kesal
"aku oppamu! berhenti membentakku! Lee donghae? kau pikir itu sopan? meneriakki namaku tanpa kata oppa dibelakangnya! sebenarnya kau masih menganggapku oppamu atau tidak?" teriaknya kesal. Aku tersentak mendengar ucapannya, baru kali ini aku melihat Donghae oppa benar-benar marah seperti ini. Dan sekarang aku mulai merasa bersalah padanya

"kau masih marah karena perkataanku kemarin oppa? Jeongmal mianhae oppa! aku tak bermaksud seperti itu! Aku hanya kesal karena kau terus menasehatiku seolah kau mengerti semua tentang cinta padahal yeojachingu saja kau tak ada tapi Aku menyayangimu oppa, jangan marah padaku! di Seoul aku tak punya siapa-siapa selainmu! mianhae!!! Jeongmal mianhae" ucapku sambil memeluknya dan sekarang air mataku mulai menetes membasahi pipiku. Aku memang sangat lemah bila menghadapi oppaku, pasti aku akan kalah dan akhirnya menangis meminta maaf padanya.

"mianhae. Oppa juga tak bermaksud membuatmu menangis seperti ini. Hanya saja oppa tak suka dengan sifat kekanakanmu itu. Kau sudah dewasa Ji eun" ucapnya sambil membalas pelukanku. Aku hanya mengangguk saat ia membelai rambutku

"Jadi besok kita akan ke Busan?" tanyanya
"untuk apa?' tanyaku masih belum melepas pelukannya
"bertemu dengan calon tunanganmu!" ucap Donghae oppa.
"ish... oppa! baru saja kita berbaikan dan sekarang kau sudah ingin membuatku kesal?" ucapku sambil mendorongnya kasar.

"aku tak perduli. Besok jam 7 pagi kita berangkat. Jadi berkemaslah malam ini juga" ucapnya tanpa basa-basi meninggalkanku yang hanya bisa terdiam tak percaya

"oppa macam apa dia? benar-benar tak mengerti perasaan adiknya!" gerutuku tanpa henti

..............

Akhirnya aku mengalah, aku ikut oppaku pergi ke Busan untuk menemui orang tua dan calon tunanganku itu. Entah sejak kapan kedua orang tuaku merencanakannya karena setauku orang tuaku itu tak pernah melakukan perjodohan seperti ini bahkan oppaku yang sudah berumur 25 tahun saja tak mereka hiraukan.

"hey... ingat! Aku hanya akan bertemu dengan namja itu untuk membuat eomma dan appa senang, selanjutnya aku akan kembali ke Seoul! Aku tak mau dijodohkan oleh siapapun" ucapku pada Donghae oppa sebelum menaiki KTX. Aku melangkahkan kakiku masuk dalam kereta itu tanpa melihatnya yang pasti sedang mencibirku. Aku menduduki sebuah kursi kosong dan oppa duduk tepat disebelahku. Setelah ia meletakkan barang bawaannya ia kembali menatapku

"mwo?" tanyaku bingung melihat tatapan tajamnya
"mana mungkin bisa seperti itu? sudahlah terima saja takdirmu. Daripada kau tak menikah sampai kiamat"
"SHIREO!!!!!!!!" teriakku kencang sampai seisi gerbong menatap kami heran
"hei... jangan mempermalukanku seperti itu. Pelankan sedikit suaramu" ucap Donghae oppa sambil menjitak kepalaku.

"awhh.... Makanya berhenti membicarakan ini!" ucapku mengusap-usap dahiku yang masih sakit
"lalu bagaimana dengan tunanganmu?"
"buatmu saja" jawabku cepat dan langsung memalingkan wajahku kearah jendela, berharap ia tak menggangguku lagi

"MWO? buatku? apa kau gila?" teriakannya benar-benar membuatku pengang.

.................

Hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke kota kelahiranku Busan, sebuah kota pelabuhan dan metropolitan di sebelah tenggara Korea selatan. Sudah lama sekali tidak kembali ke kota tercinta ini. Begitu sampai di Busan, aku langsung melepas kerinduanku pada eomma dan appaku, banyak sekali yang kami bicarakan. Memang sudah lama sekali kami tidak berkumpul bersama, aku benar-benar merindukan suasana hangat sebuah keluarga. Ya... seperti yang kalian tau, di Seoul aku hanya bersama oppaku yang sering sekali membuatku jengkel. Puas berbincang, aku langsung terlelap dikamarku. Kamarku semasa kecil dan tetap terasa sangat nyaman.

.............

"Ji eun! bangunlah! kita bisa terlambat" seseorang membangunkanku dengan sangat halus, biasanya di Seoul aku dibangunkan dengan cara yang sangat mengerikan seperti disiram sampai kasurku basah seperti habis terjadi tsunami, diteriakki ada kebakaran dan banyak lagi hal-hal konyol yang dilakukan oppa untuk membangunkanku.  Aku mengerjapkan mataku dan orang yang pertama kulihat adalah eomma, ia terlihat sangat cantik dengan sebuah gaun hitam panjang terlihat seperti ingin pergi kesebuah acara formal. Aku mengusap-usap mataku yang sebenarnya masih ingin terpejam dengan punggung tanganku.

"terlambat? kemana?" tanyaku sedikit bingung. Aku melirik jam dindingku dan ternyata sudah jam 7 malam. Aku sudah tidur selama kurang lebih 4 jam. Ish... kenapa lama sekali? aku ini manusia apa kerbau? rencananya aku hanya akan tidur 2 jam dan membantu eommaku menyiapkan makan malam, sekarang pasti semua makanan sudah siap. Sepertinya aku harus memasang sirine ambulance dikamarku agar tak terlambat bangun seperti ini. Kurasa aku ini benar-benar seorang putri tidur.

"apa Donghae oppa belum bilang? kita akan bertemu dengan calon tunanganmu malam ini" ucap eomma yang masih menenteng mini dress hitam bahu terbuka yang sangat indah. Dress yang sangat manis tentunya jika aku yang memakainya.

"MWO? malam ini juga? JINJJA" aku benar-benar syok, baru tadi pagi aku sampai dan sekarang aku harus menemui namja yang akan ditunangkan denganku itu. Ish... memikirkannya pun tak mau. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah mengikuti keinginan orang tuaku.

................

"Neomu yeppeo" ucap seorang ajusshi setelah aku memperkenalkan diri.
"Ji eun-ssi silahkan duduk. Calon menantuku ini benar-benar manis" ucap seorang ahjumma sambil mengusap pipiku pelan. Mereka adalah calon mertuaku. Di ruangan yang sangat besar ini hanya ada aku, orang tuaku, Donghae oppa, calon mertuaku dan seorang namja. Namja itu tampan dan senyumnya manis hampir mirip sengan Soo hyun, Aish..... Soo hyun lagi? ayolah Ji eun lupakan dia.....  kembali ke namja itu, sepertinya ia seumuran dengan oppaku.

Kami semua duduk disebuah meja besar. Eomma dan appaku duduk berhadapan dengan ahjumma dan ajusshi itu, Donghae oppa berhadapan dengan namja yang sepertinya akan dijodohkan denganku sedangkan didepanku? kosong! Ish... sebenarnya siapa yang akan bertunangan? Aku atau oppa? mengapa namja itu duduk didepan oppaku?

...........

Cukup lama aku diam, tak ada satupun diruangan itu yang mengajakku berbicara. Mereka malah asyik berbincang-bincang tanpa menghiraukanku. Aku hanya mengaduk-aduk cappuccino didepanku dengan bosan.

"Ji eun! kenapa kau diam saja? ayo beri salam pada calon suamimu!" ucap appa membuyarkan lamunanku.
"ah.. wae? aku?" tanyaku bingung karena memang daritadi aku tak mengikuti obrolan mereka.  
"ne.. annyeong haseyo, naneun Lee Ji Eun imnida" lanjutku sambil mengarahkan pandanganku pada namja didepan Donghae oppa. Semua menatapku bingung. Aku yang sadar dengan tatapan mereka menjadi semakin bingung.

"wae? apa ada yang salah?" ucapku sambil membenarkan dress dan rambutku yang sebenarnya tidak berantakan. Tiba-tiba Donghae oppa tertawa kencang, dan diikuti oleh semua yang ada diruangan itu. Ada apa dengan mereka? bukannya memberitau kesalahanku malah tertawa seperti itu, terutama oppa yang duduk disampingku, kulihat tawanya bukan berhenti malah semakin meledak-ledak, ingin sekali rasanya akau memasukkan high heelsku kedalam mulutnya.

"kau kira aku tunanganmu?" tanya namja didepan oppa masih mencoba menahan tawanya. Aku mengernyitkan dahiku. Kalau bukan dia siapa lagi? Ajusshi itu?

"Ji eun. Calon suamimu berada tepat dibelakangmu sekarang" ucap eomma dengan senyumannnya. Perlahan aku menolehkan kepalaku kebelakang dan ternyata

"Mianhae Ji eun! Aku terlambat dimalam spesial ini!" ucap namja itu dengan senyum khasnya yang selalu kuingat

"Soo hyun?" teriakku tak percaya
"kau cantik sekali! hei... apa kau benar-benar mengira akan dijodohkan dengan hyungku?" tanyanya sambil tertawa kecil. Hyung? pantas saja senyumnya mirip.

"hyungmu?" tanyaku yang tak melepas sedikitpun pandanganku darinya yang sekarang sedang berjalan menuju kursi tepat didepanku. Ternyata kursi itu sengaja dikosongkan untuknya.

"ne hyungku.. Apa Donghae hyung tak pernah cerita? ini hyungku Kim Soo byun. Dia ini teman kerja Donghae hyung" jelasnya sambil merangkul hyungnya

"oppa... kenapa kau tak cerita padaku kalau kau mengenalnya? selama ini jadi kau mengenalnya?" bisikku pada oppa

"aniyo! Aku baru mengenalnya 2 tahun yang lalu, saat kau masih di Jepang" oppa menjelaskan
"bagaimana bisa seperti ini? ini aneh sekali!" ucapku tak percaya, apa ini mimpi? tapi mengapa benar-benar nyata. Bahkan aku bisa melihat tatapan teduhnya dengan sangat jelas sekarang.

"aneh? apa kau tak mau menjadi buinku?" tanya Soo hyun dengan wajah kecewa. Aigoo.... ia menjadi jauh lebih tampan dibanding ketika masih di High school.

"sayang sekali Soo hyun. Impianmu menjadikan adikku ini sebagai buinmu sepertinya harus berhenti disini! Dia bilang setelah melihat calon tunangannya dia akan kembali ke Seoul! Dia bilang dia tak mau dijodohkan oleh siapapun" ucap Donghae oppa yang sukses membuatku panik. Bagaimana jika gara-gara ucapannya itu pertunangan ini dihentikan? Aku bisa membakar habis diriku sendiri karena frustasi.

"aniyo! Aku hanya bercanda oppa! Mengapa kau begitu berlebihan? Tentu saja aku mau" ucapku cepat sehingga membuat semuanya tertawa melihat tingkah memalukanku.

"eomma... appa.... bagaimana kalian bisa tau ini semua? Sebenarnya apa yang terjadi selama aku di Jepang?" tanyaku penasaran. Karena benar-benar tidak mungkin kalau pertunangan ini hanya sebuah kebetulan.

"kami tak tau apa-apa Ji eun! Semua ini oppamu yang mengurusnya. Eomma hanya tau kau sangat..."
"arasseo eomma.... tak usah dilanjutkan!" aku malu jika eomma mengatakan aku sangat mencintai Soo hyun dan membuat semua yang ada diruangan itu tau

"aigoo... kau ini polos sekali Ji eun. Semua yang ada diruangan ini sudah tahu betapa bodohnya kau waktu di High school dulu, menjadi pengagum rahasia Soo hyun.... HAHAHHAH... adikku ini. Jinjja" sepertinya oppa ini senang sekali membuatku malu.

"tapi oppa bilang ini semua eomma yang....."
"Ish... kau ini. Aku juga punya otak, jika aku bilang pertunangan ini aku yang mengaturnya, kau pasti akan menolaknya mentah-mentah"

"ah..... sebenarnya apa yang terjadi? aku benar-benar tak mengeti? jadi semua pertunangan ini hanya omong kosong?" tanyaku kesal

"tentu saja tidak Ji eun! Saranghae, jeongmal saranghae! Kau adalah calon istriku sekarang" ucap Soo hyun yang sukses membuat jantungku berhenti berdetak seketika.

"YA.. Ji eun! harusnya kau berterima kasih padaku! Kau tau betapa sulitnya meyakinkan dia? bahkan aku dan Tae hee membutuhkan waktu lebih dari 3 bulan.............." ucap Donghae oppa berapi-api

"chakkaman! Tae hee?" potongku.
"ne.. dia satu universitas denganku dan dia banyak cerita tentangmu" ucap Soo hyun
"tentangku?" tanyaku
"ish... jangan memotong ucapanku!" ucap oppa lantang mengharap perhatian dari kami
"kami membutuhkan waktu lebih dari 3 bulan untuk meyakinkan namjamu itu bahwa kau menyukainya, tapi dia tetap tak percaya dan untungnya aku masih menyimpan benda berharga ini.." lanjutnya sambil mengeluarkan benda hitam yang sangat kecil. Dan ternyata itu adalah sebuah memory card.

"yak...apa maksudnya? apa isinya? aku tak faham" rajukku kesal.
Soo hyun tersenyum simpul dan memasukkan memory card itu ke ponselnya lalu memberikan ponsel itu padaku

"lihatlah isinya!" ucap Soo hyun sambil menyodorkan ponselnya padaku. Aku meraih ponsel itu dan melihat semua filenya dan ternyata

"Aigoo... oppa kau! Jinjjja! Bukankah kau sudah menghapus ini semua?"  tanyaku sambil terus mengutak-atik ponselnya, dan ternyata semua foto itu masih ada. Foto yang kuambil diam-diam bahkan semua foto editanku dengannya. Ish... dia sudah melihat ini semua? mau diletakkan dimana mukaku ini

"waktu itu? sebenarnya aku tak menghapusnya tapi menukar memory cardku dengan punyamu"
"wae?" tanyaku masih tak melepas pandanganku dari ponsel itu
"aku tak tau! Aku hanya mengikuti kata hatiku! Dan ternyata kau lihat sendiri kan? beruntungnya kau punya oppa sejeniusku. Kalau malam itu aku benar-benar menghapusnya, mungkin Soo hyun tidak akan berada didepanmu sekarang"

waw... semua ini? benar-benar terjadi pada hidupku? Mengapa bisa sesempurna ini?
"hmm... lebih baik kita beri mereka sedikit privasi. Soo hyun, Ji eun, kalian lanjutkan saja obrolan kalian! Jangan canggung seperti ini! kalian kan sudah bertunangan!" ucap Tuan Kim dengan senyum yang mulai kuhafal.

"Soo hyun! Sudah cukup adikku ini menangis karenamu! Jangan buat satupun tetes air matanya yang berharga itu jatuh lagi." Ucap Donghae oppa sebelum meninggalkan ruangan itu. Aigoo... oppa ini, kenapa dia perhatian sekali? tapi tak apa! Aku suka! Aku terkekeh pelan mendengar ucapannya.

Kini hanya tinggal kami berdua diruangan besar nan mewah itu. Dia terus saja memandangku tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Apa aku secantik itu? tapi aku benar-benar takut jika dia melakukan itu lebih lama lagi, aku takut dia melihat mukaku yang semakin memerah karena pandangan mautnya.

"Mengapa kau menyetujui petunangan ini?" entah mengapa kata itulah yang keluar dari bibirku sekarang. Pertanyaan yang sangat sulit untukku katakan tapi sangat ingin kutau jawabannya.

"bagaimana caranya membuatmu percaya? Saranghae Lee Ji eun" ucapnya sambil menekankan ucapannya
"tapi bagaimana bisa? bahkan waktu di high school dulu, kau mengacuhkanku! Benar-benar tak perduli denganku"

"ya.. kau benar! Aku baru menyadari bahwa aku mencintaimu itu setelah kau menjauhiku. Aku baru merasa kehilanganmu, baru merasakan perasaan itu. Aku benar-benar namja pabo"

"menjauhimu?aku tak pernah menjauhimu! kecuali.... saat kau dan Joo hyun...! Chakkaman! Joo hyun? Bagaimana dengannya? apa ia mengetahui ini semua?" tanyaku panik

"Joo hyun? bahkan aku sudah tak pernah berhubungan lagi dengannya. Kau tahu? aku dan dia hanya berpacaran 1 bulan saja. Dan kau ingat 5 tahun lalu saat dibandara? sebenarnya aku ingin memberitahumu kalau aku dan Joo hyun sudah tak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi jangan sebut namanya lagi, ara?"

"1 bulan? itu artinya sebelum aku menjadi yeojachingu Geun seok, kau sudah tak berhubungan lagi dengannya?"

"ne.. saat aku putus dengan Joo hyun............ Jujur aku ingin menyatakan perasaanku padamu, tapi ternyata aku kalah cepat dengan namja itu! Tapi aku akui dia sangat baik... dia namja terbaik yang pernah kutemui. Aku yakin dia masih menyukaimu tapi dia punya jiwa besar, selain dari memory card itu, aku juga bisa mempercayai semua ucapan Donghae hyung dan Tae hee itu karena Geun seok, dia menceritakan semuanya padaku bahkan alasanmu memutuskan hubungan dengannya. Aku merasa sangat bersalah! kenapa aku tak menyadari perasaan ini dari dulu? kenapa aku harus membiarkan kau dan Geun seok yang menanggung kesalahanku?"

"aigoo... jangan berlebihan seperti itu! Jadi kau berhubungan baik dengannya? bagaimana kabarnya?"
"dia salah satu rekan bisnisku. Dia sudah menjadi orang sukses sekarang. Dia mempunyai perusahaan periklanan yang cukup besar di Seoul"

"jeongmalyo? kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi! dia namja yang baik pasti akan mendapat yeoja yang baik juga" ucapku dan disetujui dengan anggukan kecil darinya

"Lee ji eun! jadi mulai kapan namamu akan berubah menjadi Kim ji eun?"
"tentu saja jika aku menikah denganmu"
"aigoo... benar apa kata Donghae hyung! Bicara denganmu itu memang butuh kesabaran!" ucap Soo hyun. Aku menatapnya kesal. Apa-apaan dia? apa dia sudah mulai berani membuatku kesal? lebih baik cukup oppaku saja yang membuat darahku naik, jangan ditambah lagi.

"ish....maksudku kapan kita menikah?" pertanyaan aneh keluar dari mulutnya, baru saja malam ini kita bertunangan dan sekarang dia sudah menanyakan pernikahan? tapi........

"tergantung! kapan kau siap melamarku?" ucapku yang disambut senyuman manis darinya.

'END'

Comments

Popular Posts