Oh.. My Teacher part 1 (The New Art teacher)



Main cast = Lee Donghae & Kim Hyoyeon
Minor cast = Kim So Eun, Jessica Jung, Stephanie Hwang, Im Yoon Ah, Jung So Min
Genre = Romance
Author = Salsa

If you don't like this couple
Don't read it



Author POV


Kim Hyoyeon adalah remaja berumur 17 tahun, ia adalah seorang siswi kelas 3 di Seoul Young-Go  girl’s senior high school, Sebuah sekolah swasta khusus wanita yang didirikan oleh yayasan milik keluarganya sendiri. Ia adalah anak tunggal di keluarganya, Ia juga adalah seorang anak broken home, kedua orang tuanya bercerai 3 tahun yang lalu tepatnya saat ia masih duduk di kelas 3 smp. Itu semua terjadi karena appanya yang ketahuan berselingkuh dengan wanita lain, Appanya adalah seorang seniman dan ia juga pernah mengajar seni di sebuah sekolah khusus seni.



 Perceraian kedua orang tuanya itu membuat dampak psikologis yang hebat bagi Hyoyeon, ia berubah dari gadis manis dan penurut menjadi gadis kasar dan egois, semua yang ia kehendaki harus terpenuhi, keluarganya yang kaya raya benar-benar tak menjamin kebahagiaannya. Kini ia tinggal bersama eommanya, yang tidak lain adalah kepala sekolahnya sendiri sedangkan appanya sudah tinggal di Singapura bersama istri barunya.

 
Kelakuan appanya yang sangat tidak bertanggung jawab membuat Hyo menjadi sangat membencinya, ia tak pernah mau berurusan dengan apapun yang berhubungan dengan appanya lagi. Contohnya adalah seni, sejak saat itu Hyoyeon tak pernah mau mempelajari apapun tentang seni, bahkan ia meminta  eommanya yang tidak lain adalah kepala sekolahnya sendiri untuk menghapus pelajaran seni dari kurikulum sekolahnya, dan akhirnya pelajaran seni dihapuskan dari sekolah itu tapi itu hanya bertahan 2 tahun, sekarang tepatnya saat Hyoyeon sudah menaiki kelas 3 SMA, pelajaran seni dimasukkan kembali menjadi kurikulum bahkan menjadi salah satu pelajaran wajib di kelasnya.


Itu semua karena permintaan langsung dari kepala dinas pendidikan Korea Selatan, dan memang sangat tidak logis jika pelajaran itu dihapuskan hanya karena masalah pribadi. Walaupun begitu, tak dapat dipungkiri bahwa darah seni tetap mengalir deras di tubuh Hyo, ia terlalu terobsesi  dengan tari hingga tak dapat membencinya. Dan itu menjadi satu-satunya seni yang ia kagumi sampai sekarang.


Hyoyeon POV


Aku baru saja akan pergi ke kantin saat tiba-tiba suara Jessica, salah satu teman dekatku menggema  memanggilku, membuatku sedikit terlonjak kaget dan segera berbalik dengan fokus utama yeoja itu.

“Ada apa?”
“kepala sekolah memanggilmu”
“eomma memanggilku?” tanyaku memastikan. Ia mengangguk mengiyakan.
“Ah.. baiklah!” lanjutku. Sedikit merasa tidak rela, aku pergi menemui eomma yang entah mengapa senang sekali memanggilku.


Author POV


`````Headmaster’s Room`````


Nyonya Kim sedang duduk dengan tenang di ruang pribadinya. Sebuah ruangan yang cukup luas dengan desain khusus dan segala fasilitas lengkap dengan penunjang pekerjaannya setiap hari. Ruangan itu selalu ia gunakan untuk melaksanakan pekerjaan dan mendapatkan konsentrasi penuh.


Buukkk….


Pintu ruangannya terbuka dengan kencang membuat wanita setengah baya dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi itu terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu. Dan yang ia dapati adalah sang putri tunggal yang sedang bersedekap ringan.

“ada apa eomma?” Tanya Hyoyeon tanpa basa-basi.
“Tutuplah pintu itu dulu lalu mendekat kesini”
“Ani! Aku tak mau berlama-lama disini! Aku sudah ditunggu teman-temanku di kantin!” 
“Ne.. arraseo! Tapi tolonglah kali ini ikuti perintah eomma”

Sedikit merasa tidak rela Hyoyeon mengikuti perintah eommanya. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk menutup pintu ruangan itu dan beranjak mendekati eommanya yang entah apa sebenarnya yang ingin dia bicarakan.


“apa yang ingin eomma bicarakan padaku?”
“apa yang kau lakukan pada Kim Tae Hee-ssi?”
“aku lakukan? Mengapa eomma menanyaiku seperti itu? Seakan aku adalah penyebab semua masalah di sekolah ini. Lagipula aku tak melakukan apa-apa padanya”


“Kau tahu? Ia mengundurkan diri menjadi guru seni di kelasmu”
“tak usah dibesar-besarkan begitu. Mungkin ia memang tak cocok dengan pekerjaan ini”
“HYOYEON! Ia adalah guru ketiga yang mengundurkan diri menjadi guru seni di kelasmu dalam sebulan ini!” Tersirat jelas kemarahan di raut muka sang eomma. Otaknya terasa panas, ia tidak bisa berhenti memikirkan masalah ini.


“lalu? Apa itu semua salahku? Sudah kubilang kan! Kelasku itu sangat berbakat, kami tak memerlukan guru seni!”


“eomma yakin bukan itu alasannya. Tolong Hyo! Jangan bawa masalah pribadi ke sekolah! Eomma juga tau kau membenci ini semua tapi ini adalah kewajibanmu sebagai seorang pelajar”

Hyoyeon menundukkan kepalanya dan tersenyum getir. Ternyata sang eomma sudah mengetahui alasan dari semua kelakuannya selama ini. Memang sudah 3 guru seni dalam sebulan ini yang mengundurkan diri dari kelasnnya, itu semua karena ulah Hyoyeon dan teman-teman sekelasnya  yang membuat tak ada satupun guru dapat bertahan lama mengajar seni di kelas itu. Ya... memang hanya pada guru seni saja mereka bersikap seperti itu dan itu semua karena ulah Hyo yang memprovokasi teman-teman sekelasnya agar menuruti ucapannya.


Tentu saja dengan status sosialnya yang kuat, tak butuh waktu lama bagi Hyoyeon untuk menyatukan pikiran anak-anak di kelasnya, kelas yang menjadi sebuah kutukan bagi semua guru seni di Seoul.


“Aib mengenai betapa buruknya perlakuan siswi-siswi di kelasmu itu sudah menyebar bahkan sampai ke luar sekolah. Akan sangat sulit bagi kelasmu untuk mendapatkan guru seni pengganti dalam waktu dekat ini. Mungkin tak akan ada lagi orang Korea yang mau mengajar”

Hyoyeon masih tak bergeming mendengar penuturan sang eomma, suasana menjadi hening sejenak hingga ponsel milik nyonya Kim berdering menandakan panggilan masuk.


“Yeoboseo………………Ah.. jeongmalyo?…………….mahasiswa ya? Baiklah! Suruh saja ia menemuiku! Aku ingin membicarakan beberapa hal dulu padanya! Jika aku merasa cocok dengannya, besok ia sudah bisa mengajar!…………….gamsahamnida Kyung Ho-ssi!”

Nyonya Kim memutuskan sambungan teleponnya dan menaruh ponselnya kembali.


“apa masih ada yang ingin eomma bicarakan padaku?”
“ternyata tak sesulit yang eomma kira. Mungkin besok kau sudah bertemu dengan guru senimu yang baru”tuturnya, sembari dengan elegan menyatukan telapak tangan di atas meja dan tersenyum menang pada Hyoyeon.


`````school’s canteen`````


Hyoyeon POV


“MWO?” Koor kelima sahabatku kompak. Aku baru saja memberitahu mereka bahwa mulai besok guru seni baru untuk kelas kami akan mulai mengajar. Kelima sahabatku itu menunjukkan ekspresi tak percaya dan kesal sekaligus, sama persis dengan yang kulakukan di depan eomma tadi, berteriak dan terbelalak.


“bagaimana bisa? Bukankah Kim Sonsengnim baru berhenti mengajar pagi tadi?” tanya So Eun kaget..


“aku juga masih tak percaya. Apa dia belum pernah mendengar hal-hal mengerikan tentang kelas kita?” ucapku


“apa boleh buat? Kita hadapi saja guru itu. Kita lihat berapa lama ia akan bertahan” kata Jessica enteng. Ia mengangkat bahunya sembari memasukkan sedotan ke dalam teh milik So Min.


“Ne.. aku setuju! Lagipula sudah 3 guru berhasil kita hadapi. Kita membuat mereka mengundurkan diri begitu saja” tambah Yoona


“tapi apa tidak berlebihan? Sebenarnya aku tak tega dengan semua guru seni yang sudah kita kerjai habis-habisan! Dari mulai mencampurkan minuman milik Ga In sonsengnim dengan obat pencahar sampai melemparkan sepatu milik Junki sonsengnim ke atap sekolah! Belum lagi ulah kita kemarin yang mengajak anak satu kelas untuk absen dari kelas seni Tae Hee sonsengnim. Bayangkan saja 1 kelas kita ajak ke kantin!” ucap So Min panjang lebar.


“HEI..... So Min-ah! Sebenarnya kau sedang membicarakan apa? Jangan merasa paling benar disini! Semua yang kau sebutkan itu adalah idemu” Jessica menempelkan telunjuknya di dahi So Min dan mendorongnya pelan.


“Ah? Jeongmalyo?” tanya So Min bodoh. Dan pertanyaannya itu langsung membuat kami berlima sangat gaduh hingga menjadi pusat perhatian. Semua memandang kami dengan tatapan heran. Tapi kami tak terlalu memusingkannya, karena kelompok kami memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.


“tapi.... sejujurnya menurutku So Min benar. Apa kita tak terlalu berlebihan? Jika alasan kita melakukan ini semua hanya karena kelas kita adalah kelas yang berbakat dan tak memerlukan guru seni, untuk apa kita melakukan hal-hal seperti ini?” tanya Tiffany.


“Nah... akhirnya ada yang setuju denganku. Hyo, ini semua idemu! Apa sebaiknya kita ikuti saja pelajaran itu? Kita kan sudah kelas 3” tambah So Min yang membuatku semakin bingung harus menjawab apa. Aku memang tak pernah memberitahu alasan sebenarnya pada mereka. Aku tau mereka berlima adalah sahabatku tapi itu tidak berarti aku harus menceritakan semuanya pada mereka kan? Ini adalah aib keluargaku. Mereka memang tahu kalau kedua orang tuaku sudah bercerai tapi hanya sebatas itu.


“Hmm...” aku berpikir keras. Mencari alasan yang masuk akal untuk mereka.
“Aigoo..... Nona-nona, tolong ya..... pelajaran eksak kita saja sudah sangat berat, sekarang ditambah lagi dengan pelajaran konyol ini. Asal kau tahu, pelajaran seni itu bukan sesuatu yang penting” seru Yoona setelah meminum jusnya.


"Tepat sekali....  Sebenarnya kalian berdua itu kenapa? menurutku ini seru, anggap saja sebagai tambahan kenang-kenangan untuk diceritakan pada cucumu di hari tua ” timpal Jessica


“hahaha..... sekarang kau membicarakan cucu huh? Aku jamin gadis ini benar-benar akan menikah setelah kita lulus" Sahut Yoona, disetujui oleh yang lain.


"YAA" 
"intinya Jess benar. Gunakan tahun terakhir kalian di sekolah untuk bersenang-senang. Lagipula ini baik untuk membuat kadar stress karena pelajaran eksak kita berkurang” dengan cepat aku mengamini ucapan Yoona dan Jessica.


“Setuju! Memangnya kapan lagi kalian bisa bebas membuat ulah pada guru?” tambah So Eun
“phft........ Oke oke.... 2 lawan 4 kita kalah jumlah So Min~aa” Tiffany menghela napas.
“tapi..... kurasa mereka benar Tif. Kita pasti akan tetap lulus walau tidak belajar seni” dan So Min pun memutuskan untuk berpindah kubu.


“YAA! Sebenarnya kau di pihak siapa sih?” teriak Fanny kesal.

..........................


A day later........


`````Art lesson`````


Aku benar-benar kehilangan kata. Saat ini eomma sedang berada di depan kelasku, mengumumkan pengunduran diri Kim Tae Hee-ssi dan memperkenalkan guru seni baru untuk kami. Aku hanya bisa menanti siapa sebenarnya orang itu, apa dia tak pernah mendengar betapa menyeramkannya kelasku? Tunggu saja! Aku akan buat siapapun dia segera mengundurkan diri menjadi guru seni disini. Benar-benar cari mati.


“Baiklah! Lee Donghae-ssi! Silahkan masuk” ujar eomma sambil mengarahkan pandangannya ke pintu yang terbuka. Kontan seluruh penghuni kelas menoleh ke arah yang sama, menanti wajah baru guru seni kami. Sementara aku malah merebahkan kepala di meja dengan malas, sama sekali tak peduli dengan siapapun yang akan muncul dari sana. Aku yakin beberapa hari ke depan wajah itu akan berganti dengan wajah baru.


“Omoona....” ucap So Eun. Suara takjub yang keluar dari mulut yeoja yang duduk di sampingku itu belum mampu membuatku tertarik untuk mengangkat kepala dari meja.


“neomo neomu kwiyeowo!” seru Yoona yang duduk tepat di belakangku. Dari nada suaranya yang sok manis, semua orang juga tahu kalau ia juga tengah terkesima.


“Kyyaaa.......... tampannya!” Jessica mulai bersuara dan saat itulah seisi kelas menjadi ramai memuji orang yang kini berada didepan kelas itu. Akhirnya karena sikap berlebihan mereka semua, rasa penasaranku mulai muncul. Aku mengangkat kepala dan...


“apa yang kalian ributkan? Dasar norak! Namja begitu saja, reaksinya seperti melihat Lee Min Ho” ujarku sambil menoleh kearah So Eun.
“Aigooo Hyo! Namja begitu saja? Dia melampaui standar pria manis, kau tahu? Dia harusnya menjadi pacarku, bukan guru!” ucap So Eun sambil memegangi pipinya yang hampir jatuh. Ia tak berhenti tersenyum sejak tadi, apa pipinya tak pegal? Tak sependapat dengan So Eun, aku berbalik ke arah Yoona yang sampai sekarang masih memandang lurus ke depan, tepatnya ke namja yang tengah berdiri tegap di samping eomma. Namja sok keren yang sedang sibuk tebar pesona. Bagaimana tidak? sejak tadi senyumnya tak luntur. Oh lihat saja, pria muda, tidak lama lagi kau akan menangis.


“Yoong! Jangan ikut-ikutan seperti yang lain deh! kau mau aku adukan pada Siwon oppa?” gertakanku sama sekali tak mendapat respon dari Yoona, si tomboi yang berubah 1800 setelah melihat sonsengnim baru kami. Tiffany yang duduk di samping Yoona pun sama saja. Mulutnya terbuka lebar kala menatap satu-satunya namja di kelas kami itu. Aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari yeoja yang sependapat denganku. Tapi hasilnya nihil, seluruh siswi di kelas ini menunjukkan ekspresi yang sama dengan yang ditunjukkan kelima sahabatku, semuanya terpesona


“baiklah Donghae-ssi! Saya harap anda bisa mengajar seni dengan baik disini! Dan kau boleh memperkenalkan dirimu dulu sebelum mulai. Tak perlu sungkan” ujar eomma


“Ah Ne..” ujar namja itu sambil membungkukkan badannya dan dibalas oleh bungkukkan badan oleh eomma sebelum ia kembali ke ruangannya. Kini eomma sudah berlalu meninggalkan kami.


“Anyeong haseyo, Lee Donghae imnida! Saya adalah mahasiswa semester 5 di Yesul University. Sebuah universitas seni korea” ucapnya


“Wah..... masih menjadi mahasiswa ya? Umur anda berapa sonsengnim?” tanya So Min dengan manjanya. Ish... Jinjja! Membuat malu saja!


"Umurku 22 tahun” ujarnya dan disambut dengan teriakan kagum -nyaris histeris- anak-anak sekelas. Kecuali aku pastinya. Ish... Kenapa mereka menjadi mendadak genit begini?


“kalau begitu kami memanggilmu oppa saja ya.. Kita kan hanya beda 5 tahun!” Ucap Jessica setelah mengangkat tangannya. Terlihat jelas ia ingin mendapat perhatian dari sang sonsengnim.


“ah.. oppa? Jika kalian merasa nyaman dengan panggilan itu, kurasa tak apa!” jawab namja sok keren itu sambil memegang tengkuknya.


“Donghae oppa!” gumam So Eun. Ia terlihat sangat senang setelah mengucapkan dua kata itu, ia menyentuh bibirnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aigoo......


“YAA! So Eun! Apa-apaan kau? Ingat ya, kau itu sudah punya namjachingu! Yesung oppa pasti akan sangat kesal melihat ekspresi mukamu sekarang!” dan lagi, aku tak ditanggapi. So Eun benar-benar tak menghiraukanku sama sekali, ia menunjukkan ekspresi yang sama dengan Yoona. Dasar orang-orang ini!


“Baiklah! Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?” tanya pria di depan. Ah.. kurasa ini dialogku. Aku berdiri dari dudukku dan dengan serempak seluruh siswi di kelasku berteriak melarang. Kelima sahabatku yang mulai menyadari bahwa aku hendak berdiri ini kontan menahanku, mereka menarik tangan dan bahuku hingga aku kembali terduduk. Sedangkan anak-anak lain juga terlihat sama tidak relanya dengan kelima sahabatku itu


Andwae!”
“Hyo! Kumohon tidak untuk kali ini!”
Suara-suara itulah yang kudengar, suara tidak rela dari siswi-siswi di kelas ini.


“Aigoo....... Kalian semua itu kenapa si?” ucapku sambil mencoba kembali berdiri tapi tak bisa karena kelima sahabatku itu kembali menahanku.


“Biarkan saja ia bicara!” ucap Donghae, mungkin ia kasihan melihatku seperti ini.
“Omoona.... Oppa! Lebih baik tidak usah!” Tiffany berkata, diiringi dengan anggukan anak sekelas.


“ah.. tidak apa-apa! Aku ingin mendengarnya. Lagipula aturan pertama di kelasku adalah semuanya boleh bertanya dan menyatakan pendapatnya, tanpa pengecualian” ujar namja itu, kini ia sok baik juga. Aku takkan terpengaruh dengan sikapnya yang sok itu.


“oppa! Kau yakin tak menyesal?” tanya So Min dengan aegyo, tangannya masih kuat memegangiku.
“Ne.. Lepaskan dia!” Donghae menganggukan kepala. Perlahan-lahan kelima sahabatku itu mulai melepaskan tanganku dengan sangat terpaksa, mereka kembali ke posisi duduknya sedangkan aku yang sudah terbebas dari mereka segera berdiri. Aku berdiri sambil mengusap-usap pergelangan tanganku yang terasa sangat panas. Mereka berlima itu..... Aish! awas nanti!


“Hhm...”

deheman keras dari Donghae mengintrupsi kegiatanku. Aku menghela napas, menghiraukan rasa sakit di tangan dan bahuku karena cengkraman kelima monster tadi, dan segera berkacak pinggang untuk memunculkan kesan berani di hadapannya.


“Lee Donghae-ya!” baru nama itu yang keluar dari mulutku tapi ekspresi yang ditunjukkan anak satu kelas sudah berlebihan. 


“aku tak mau dengar”

“oh.. tidak!”

“Aigooo”

Suara-suara tak terima kembali terdengar dari siswi-siswi di kelas ini. Perlakuan tak wajar pun ditampakkan oleh mereka, ada yang menarik napas panjang, menutup mukanya dengan buku dan ada pula yang sampai memutar kursinya ke belakang karena tidak sanggup melihat. Memangnya aku mau menebas lehernya apa? Aku hanya mau mengucapkan kata-kata itu kok, kata-kata wajib bagi setiap guru seni yang masuk ke kelasku. Ya.. tentu semua anak di kelas ini pasti sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hanya melihatku berdiri.


“Kau pikir sehebat apa kau hingga berani mengajar di kelas kami?” aku mulai membuka kembali mulutku, aku segera menoleh ke arah So Eun karena seharusnya ini giliran dialognya, tapi So Eun tak kunjung berdiri hingga membuatku harus memaksanya, aku menarik tangannya hingga berdiri lalu kembali bersedekap angkuh.


“anak presiden mana?” ucap So Eun pelan sambil menutupi wajahnya dengan buku. Aku segera menoleh ke belakang, ke arah Yoona dan Tiffany. Melihat tatapan tajam nan mematikan dariku mereka pun langsung berdiri

“anak raja mana?”

“anak pejabat mana?”

Ucap Yoona dan Fanny silih berganti, mereka juga mengucapkannya dengan suara pelan dan tersirat jelas ketidakrelaan dari ucapan mereka berdua. Benar-benar berbeda dari ketiga guru sebelumnya, mereka semua mengatakannya dengan ekpresi meremehkan dan suara tegas yang sangat kentara.
Selanjutnya adalah kedua yeoja yang duduk didepanku, mereka berdiri setelah aku menendang kursinya, walau tidak rela So Min dan Sica tetap bangkit dari duduknya

“pemilik perusahaan apa?” Sica menunduk saat berucap.

“ma.. masih mau me..mengajar disini?” ditutup dengan So Min yang terbata.

Aigoo.. ini adalah eksekusi paling buruk dari kelompok kami.


Prok... Prok... Prok.....


Dan sekarang sonsengnim gila itu malah tersenyum puas sambil bertepuk tangan.

“Waeyo? Mengapa kau malah bertepuk tangan?” tanyaku bingung.
“apa kalian sudah mempersiapkan ini semua?” Donghae balik bertanya.
“Ne oppa! Kami selalu mengatakan kata-kata itu pada setiap guru seni baru kami. Dialog wajib yang bisa membuat semua guru yang mendengarnya syok” Ucap So Eun dengan jujurnya. Aigoo.... apa-apaan anak ini? Mengapa harus sejujur itu?


“jeongmalyo? Bahkan sudah ada dialognya? Berarti kalian sedang mempertunjukkan sebuah seni!” 
“seni? apanya yang seni?” tanya Yoona
“tentu saja seni teater! Siapa yang membuat dialognya?” 
“kami berenam oppa!” Fanny mengeluarkan eyesmile-nya yang cantik.
“Wah... Daebak! Lalu ini semua ide siapa?” 
“Leader kami tentunya! Siapa lagi kalau bukan Kim Hyoyeon!” Sica menunjukku. 

Namja itu berjalan ke arahku lalu berhenti tepat di samping mejaku.


“Kau sangat berbakat Kim Hyoyeon-ssi!” ucapnya sambil mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.
“Jangan coba mengalihkan suasana Lee Donghae-ya!” Aku menepis tangannya.
“Sekarang aku tanya sekali lagi padamu! Apa menurutmu kau pantas mengajar disini? Kau kira kau lebih hebat dari kami dalam urusan seni?”


Tanyaku penuh emosi sambil mendorong dada bidangnya, membuat tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang. Perilaku yang sangat tidak pantas untuk seorang guru, tapi mau bagaimana lagi? Emosiku sudah berada di puncaknya. Bagik,u tepuk tangan barusan adalah sebuah ejekan yang dalam. Aku tak pernah mendapat perlakuan seperti ini dari guru seni sebelum-sebelumnya, biasanya mereka akan diam atau balik bertanya dan setelah itu kami akan memberikan mereka hadiah berupa sorakan penghinaan.


Aku tahu yang kulakukan selama ini salah, tapi aku rasa ini saja tak cukup untuk membalaskan kebencianku pada appaku, orang yang sudah menyakiti perasaanku dan eomma. Untungnya aku hanya anti pada pelajaran dan guru seni bukan anti pada namja, jika aku anti pada namja maka bisa kupastikan aku takkan menikah seumur hidup. Karena bila aku sudah membenci suatu hal, aku pastikan aku akan sangat membencinya, membencinya sampai mati


“Aku ingin menjawabnya nona Kim tapi sayangnya aku bukanlah bagian dari drama yang kau pentaskan saat ini” ucapnya sambil menepuk-nepuk kepalaku gemas. Membuatku terdiam dengan mulut terbuka, syok akan jawaban yang keluar dari mulutnya. Aku benar-benar merasa bodoh sekarang. Dia menganggapku tidak lebih dari seorang gadis kecil yang sedang mementaskan drama? Apa aku kelihataan sedang bermain-main?


“YA! OPPA! Aku juga mau kau menepuk-nepuk kepalaku dengan gemas seperti itu!” Ucap So Min sambil menunjuk kepalanya dan So Eun yang duduk di sampingku malah ikut memegangi kepalaku, mencari bekas-bekas tangan sonsengnim pabo itu lalu mencium telapak tangannya sendiri. Ish.... mereka semua menjijikan..........


Namja itu kembali memposisikan dirinya di depan kelas


“Ternyata kelas kalian benar-benar berbakat! Baru hari pertama aku disini tapi sudah disuguhkan dengan pementasan drama dari 6 orang murid yang manis! Bagaimana dengan hari-hari berikutnya?”
“hari-hari berikutnya? siapa bilang kau punya hari berikutnya? Jangan harap bisa bertahan!” Ucapku lantang, terlalu lantang sampai gigiku bergemelatuk. Demi Tuhan aku ingin meledak.
“Akan kujadikan ucapanmu itu sebagai penyemangatku Hyoyeon-ssi!” Ucapnya sambil tersenyum. Senyum memuakkan. Awas saja akan kubalas dia.
“Baiklah! Apa ada lagi yang ingin ditanyakan tentangku?”
“Jika tidak, aku akan mulai pelajarannya!” lanjutnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.


“Oppa! Apa kau sudah punya yeojachingu?” Tanya Yoona dengan suara yang dibuat-buat. Dia tak pernah bicara dengan intonasi anggun begitu sebelumnya. Mencoba mencari muka, huh?


“YAK! YOONA! Sadarlah! Kau sudah punya namjachingu! Ingat Siwon oppa!” Ucap Fanny yang duduk disampingnya.


“Hei Fanny-ah! Kau juga! Ingat Heechul oppa!” Teriak So Min sambil berbalik badan ke arah Tiffany.
“Donghae oppa, jangan tertipu oleh mereka semua, mereka itu sudah punya namjachingu. Hyoyeon dengan Eunhyuk oppa, So Eun dengan Yesung oppa, Yoona dengan Siwon oppa dan Fanny dengan Heechul oppa lalu Jessica.....” Lanjut So Min. Aigoo…. Apa maksudnya itu? Mengabsen kami?
“Jessica… Aish! Sica-ya! Kenapa kau belum punya namjachingu?” Bisiknya pada Jessica.
“Tapi oppa! Walaupun Jessica belum punya namjachingu, Kurasa aku lebih manis dari dia” Lanjut So Min memuji dirinya sendiri. Jinjja!


Dan tepat setelah itu, kelasku menjadi gaduh dan hampir semua anak berdiri, melakukan hal yang sama dengan So Min, yaitu mempromosikan diri sendiri.

“Ya! Oppa! Aku juga belum punya namjachingu”

“Aish oppa! Aku ini lebih cantik dari So Min”

“Oppa bagaimana tipe yeojachingu idamanmu?”

Suara riuh mereka terdengar jelas di telingaku, isinya pun sama saja, mereka hanya meminta perhatian sang sonsengnim. Sementara itu, aku membaringkan kepala di meja. Rasanya pusing sekali mendengarnya.

………….


`````At Hyoyeon house`````


Seperti biasa, sepulang sekolah, aku dan kelima sahabatku berkumpul di rumahku. Menghabiskan waktu dengan bermain dan mengobrol sampai malam. Kami sedang di ruang tengah sekarang, tumpukan majalah fashion tergeletak asal di atas meja.


“Pokoknya, untuk kali ini aku tidak ikut” So Eun mengepalkan tangan.
“Ne.. aku tak bisa mengerjai pria setampan Donghae oppa!” seru Yoona tak mau kalah.
“ANIO! Pokoknya kalian harus tetep menjalankan rencana ini! Dia itu guru seni! Kalian semua ingat kan komitmen kita? Membasmi guru seni” Ucapku menentang mereka.
“tch Hyo! Ganti komitmen saja bagaimana? Basmi guru olahraga! Demi Tuhan aku muak dengan pelajaran dan ahjumma cerewet itu” Ucap Jessica sambil memakan popcorn yang baru saja dibawakan oleh asisten rumah tanggaku.
“tidak! Pokoknya aku tak menerima penolakan! Besok kita lakukan rencana kita! Kita harus bisa buat namja sok keren itu nmengundurkan diri secepatnya!” ucapku
“Ish! HYO! Andwae! Donghae oppa tak boleh mengundurkan diri sebelum menjadi pacarku” Ucap So Min sambil mengangkat tangannya ke udara.
“ei..... Nona Hwang! Kenapa diam saja? Bagaimana menurutmu?” Tanya So Eun. Tiffany yang biasanya sangat bawel malah tak bersuara sama sekali.
“aku ikut kalian saja! Eh Hyo! Mana pizzanya? kenapa lama sekali sih? sudah lebih dari setengah jam loh!” dan sekarang aku menyesal So Eun menanyakan pendapatnya. 
“oh iya ya... aku juga sudah lapar, Hyo” Seru Yoona sambil memegang perutnya. 
“Hyo! Coba telfon lagi, Jangan-jangan barusan kau salah menelfon lagi!” kata Jessica.
“Aku menelfon nomor yang benar kok. haishh.... aku akan mengomeli pengantar pizza-nya jika sudah datang” ucapku, disambut anggukan setuju dari kelima anak ini.


Ting…. Tong….


Baru saja aku selesai berbicara, suara bel rumahku langsung berbunyi dan sudah bisa kupastikan itu adalah si pengantar pizza.


“Pizzanya datang!” Teriak So Min senang. Aku segera beranjak dari dudukku dan berjalan menuju pintu.


Kubuka pintu itu perlahan dan……..



“LEE DONGHAE-YA!” Teriakku


TBC

Comments

  1. maaf y baru komen...coz aku ga bisa komen lewat hp...bisanya lewat pc..
    ceritanya menarik..tp aku heran aja hyoyeon benci dengan seni tapi dia suka bgt sama dunia tari..koq bisa??
    apa ada alasanya y..tp penasaran..^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts