Oh.. My Teacher part 2 (Locked with him?)




Hyoyeon POV




“LEE DONGHAE-YA!” Teriakku. Aku terperanjat kaget melihat namja didepanku sekarang, namja yang tadi pagi berada satu kelas denganku dan menjadi guruku, sekarang malah berpakaian lengkap ala pengantar pizza.



Reaksi yang sama ditunjukkan olehnya, menatapku tak percaya. Dan memang ini sangat sulit dipercaya.

“KAU?” teriaknya tak percaya.
“Ternyata guru seni yang sangat dikagumi oleh teman-teman sekelasku hanyalah seorang pengantar pizza?” Aku menekankan kata-kata terakhirku khas meremehkan. Membuatnya tak berkutik sambil terus mengontrol nafasnya. Mungkin masih syok melihatku.

“TEMAN-TEMAN! ADA KEJUTAN UNTUK KALIAN”
teriakku memanggil kelima sahabatku yang sepertinya masih betah bersantai diruang tengah. Aku terus menatap merendahkan kearahnya yang masih terdiam sembari menundukkan kepalanya, aku menyandarkan tubuhku dipintu sambil bersedekap.

Tidak lama mereka semua datang dan menunjukkan ekspresi yang sama denganku. Mereka semua terperanjat melihat sonsengnim kesayangan mereka mengenakan pakaian seperti itu.

“Donghae oppa!”

“Sonsengnim!”

“Omoona.......”

Seru So Eun, Yoona dan Fanny silih berganti mengungkapkan keterkejutannya sedangkan Sicca dan So Min seperti tak mampu berkata-kata. Mereka memandang namja itu dari atas sampai bawah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


“Liat nih! Sonsengnim kesayangan kalian! Masih mau diajar sama pengantar pizza kayak dia?” Aku berjalan mendekat kearah namja itu dan berhenti tepat dihadapannya.
“Oppa... apakah ini semua benar?” Tanya Sicca masih tak percaya
“Aku hanya mau mengantar ini! Semuanya sudah dibayar!”
Ucap namja itu sambil mengulurkan tangannya untuk memberikan pizza itu padaku, ia tetap menunduk tak berani melihat kami. Lalu ia segera berlalu menuju motor khas pengantar pizzanya yang sudah terparkir rapi didepan rumahku.




……………..



“Otokhae? Masih mau membela namja itu?”
Tanyaku sambil mengambil sepotong pizza. Kami sudah berada diruang tengah kembali sekarang. Mereka semua tertunduk lesu, syok dengan kejadian ajaib yang baru saja kami lihat. Tak ada satupun dari mereka yang menyentuh pizza dihadapan kami.  Sepertinya hanya aku yang berselera untuk memakannnya.

“Hmm…….. pizzanya enak sekali! Katanya kalian lapar? Kajja! Makan sepuasnya! Pizza ini diantarkan khusus oleh sonsengnim tampan impian kalian!”
Ledekku penuh kemenangan, aku mendekatkan pizza ditanganku kearah mereka, membuat mereka mencium aroma pizza yang sangat khas, aroma yang harusnya bisa membuat mereka segera menyerbu makanan yang sudah tersedia dihadapan mereka.

“Hyo! Aku tak selera makan!” Ucap So Min kesal karena kelakuanku
“Waeyo? Karena syok melihat pengantar pizzanya?”
Tanyaku sambil tersenyum puas kearah mereka semua.  Tak ada yang bergeming, semua masih tertunduk lesu mendengar ucapanku. Ah.. Kelima yeoja cerewet ini sepertinya benar-benar terpuruk.

“Hmm… So Min-ah! Kau masih mau menjadikannya namjachingumu?” Tanyaku sambil memakan pizzaku
“mollayo Hyo! Pengantar pizza? Kurasa…… ah! Entahlah!” Jawab So Min sarat kekecewaan.
“ini semua.. sangat! Aish… menyebalkan! Membuatku illfeel padanya!” Ucap So Eun
“Ne.. kecewa sekali rasanya! Mendengar kenyataan Donghae oppa, namja paling tampan didunia hanyalah seorang…… ISH! Aku benci mengatakannya!”Ucap Yoona,


Sebenarnya pekerjaan ini memang tidak salah! Hanya saja mungkin dimata kami, pekerjaan ini terlalu buruk untuk seorang Lee Donghae, namja paling dikagumi dikelasku, ah.. bahkan mungkin akan menjadi namja paling dikagumi disekolahku! Mengingat  sekolahku adalah sekolah khusus wanita, jadi memang tidak ada namja lain yang mengalahkan ketampanannya. Apalagi ia adalah sonsengnim termuda yang kami punyai, bayangkan saja umur 22 tahun?

Tapi itu semua hanyalah pendapat teman-temanku. Donghae bukanlah namja impianku, namja culun seperti itu bukanlah tipeku.


“Kalau begitu! Besok kita jalankan rencanaku!”
Ucapku sambil memicingkan mataku, lalu menatap mereka satu persatu! Tatapan memaksa dari Kim Hyo Yeon!

“Terserah kau saja Hyo! Aku benar-benar tidak mood hari ini!”
Ucap Tiffany sambil berdiri, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil blazer dan tasnya, mengisyaratkan akan pulang. Tumben! Bahkan ini masih jam 17.45, biasanya yeoja ini baru akan beranjak dari rumahku saat hampir tengah malam. Aish… berlebihan sekali! Padahal kan yang ia lihat itu adalah Lee Donghae! Bukan namjachingunya! Bagaimana kalau yang mengantar pizza tadi adalah Heechul oppa? Kurasa ia sudah mati lemas dirumahku.

“Kau mau pulang?” Tanyaku padanya
“Ne Hyo! Aku lelah!..  Sicca-ya! Kajja!”  Ucap Fanny sambil menarik lengan Jessica
“Aku juga mau pulang!”
“Aku juga!”
“Hyo! Aku pulang juga ya..”
Ucap  So Min, So Eun dan Yoona.

“MWO? Kalian semua pulang? Aigoo…… lalu bagaimana denganku? Aish….. aku bisa mati bosan jika tidak ada kalian!” Ucapku
“Kita bisa bertemu besok pagi, Hyoyeon sayang!” Ucap Jessica sambil berdiri
“Lalu pizza ini? Mana mungkin aku menghabiskan semuanya? Yak! Fanny-ah! Tadi kau yang memintanya! Cepat habiskan!” Ucapku kesal
“ kalau kau tak mau buang saja!”
Ucap Fanny seenaknya. Lalu mereka semua berlalu ke pintu keluar, meninggalkanku sendiri diruang tengah yang sudah seperti kapal pecah, popcorn bertebaran, bantal sudah kemana-mana, minuman tumpah. Aish…. Selalu seperti ini tiap mereka `bertamu` kerumahku. Bertamu? Sebenarnya kata itu sangat  tak cocok untuk mereka! Mungkin yang paling benar adalah mengacau dirumahku.
Aku segera berlari menghadang mereka tepat diambang pintu, aku melebarkan tanganku menutup jalan keluar itu.


”Kalian boleh pulang jika kalian mau menjalankan rencanaku!”
“Entahlah Hyo! Itu terlalu berlebihan!” Ucap So Min
“Kalau begitu kalian tak boleh keluar dari sini!”
“Hyo! Apa tidak ada yang lebih manusiawi dari itu?” Tanya So Eun sambil menatapku kesal.
“ANI! Pokoknya besok rencana ini harus berjalan!”
Ucapku tak mau kalah, mereka menghela nafas panjang mendengar statementku lalu saling berpandangan.

“Baiklah! Kim Hyo Yeon-ssi! Tuan putri yang selalu mendapatkan apapun yang ia mau! Kau menang! Kami akan mengikuti rencanamu!” Ucap Yoona sambil menyilangkan tangannya didada. Akupun tersenyum sambil berpindah posisi, membiarkan mereka keluar dari rumahku.





A day later……..


                                                                         `````At class`````




Sekarang sudah pukul 16.30, sudah dari 1 jam yang lalu sekolahku dibubarkan. Kini dikelas hanya ada kami berenam.

“So Min-ah! Otokhae? Kau sudah dapatkan kuncinya?” Tanyaku tepat saat So Min kembali kekelas
“Keurae! Ini sangat mudah! Penjaga ruangan itu sangat mudah untuk dibohongi!”
Ucap So Min sambil berjalan kearah kami. Ia memutar-mutar kunci ditangannya sambil tersenyum bangga.



Aku menyuruhnya mengambil kunci ruang pengamanan, ruangan khusus yang dibuat untuk mengontrol pengamanan beberapa pintu otomatis, Memang disekolahku sudah ada beberapa pintu otomatis, pintu yang terkunci dengan sendirinya saat sebuah tombol ditekan. Jadi kita tak perlu repot-repot menggunakan kunci atau semacamnya, kita hanya tinggal menekan sebuah tombol kecil yang ada diruangan itu, lalu semua pintu akan terkunci, memang sangat praktis, mengingat banyaknya ruangan yang dimiliki sekolahku, dan pastinya akan sangat melelahkan jika harus menguncinya satu persatu.


Tapi penggunaan pintu otomatis ini belum merata, belum semua ruangan menggunakan pintu otomatis. Salah satunya adalah pintu masuk utama menuju gudang, pintu itu bukan pintu otomatis. Jadi masih menggunakan cara manual untuk menguncinya.




“Kau pintar!”
Ucapku pada So Min sambil mengangkat jempolku, membuat senyum diwajah So Min semakin mengembang.
“Baiklah! Akan kuulang tugas kalian!”
Ucapku sambil menatap mereka satu persatu. Terdengar sangat professional bukan?

“Jessica dan Tiffany! Kalian berdua harus memastikan tak ada satupun orang yang mengetahui hal ini! Kalian harus menjaga eksekusi kita, tak boleh ada satupun orang yang melihat! Jika ada gerak-gerik orang yang curiga atau ada orang yang mendekat kearah gudang, kalian harus cegah! Aratsoyo?” Ucapku untuk kesekian kalinya menjelaskan tugas mereka.

“So Eun! Kau bertugas mengunci pintu utama menuju gudang! Pokoknya jika kau mendengar suara buku terjatuh! Langsung kau kunci pintu itu! Itu adalah isyarat dariku! Setelah kau menutup pintunya, kau harus langsung menghubungi Yoona atau So Min! Ingat! Siapkan telinga dan ponselmu! Jangan terlambat sedetikpun”

So Eun hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasanku

“Yoona dan So Min! Kalian bertugas di ruang pengamanan! Jika So Eun menelfon kalian, kalian harus langsung menekan tombol itu! Ini adalah bagian terpenting! Kumohon jangan terlambat! So Eun kau juga! Jangan lupa, setelah pintu utama menuju gudang kau kunci, kau harus  segera menghubungi salah satu dari mereka!” Ucapku sambil menunjuk 2 yeoja didepanku, yaitu So Min dan Yoona.

“Tapi masalah terbesarnya ada padamu Hyo! Bagaimana jika kau terlalu lambat berlari menjangkau pintu belakang gudang? Kau bisa terkunci disana!” Jelas Jessica dan mendapat anggukan dari keempat yeoja lainnya.
“Tenang saja! Aku bisa berlari dengan cepat!”
“Lalu? Kita ketemuan dimana?” Tanya Tiffany
“kalian langsung pulang saja! Aku akan pulang bersama Eunhyuk oppa! Jika kalian lihat mobil Eunhyuk oppa sudah tak ada diparkiran, berarti aku sudah pulang!”
“Baiklah! Lalu dimana Donghae oppa sekarang?” Tanya So Eun

“Ah.. benar! Ini sudah waktunya! Dia pasti sudah selesai mengajar dikelas tambahan!”
Ucapku panik sambil berdiri. Gawat, jika namja itu sudah pulang! Maka rencana yang sudah susah  payah kami buat akan tertunda.

“Semua langsung ke posisinya!”
Ucapku sambil mengambil kamus besar dari tasku, inilah buku yang akan kujatuhkan nanti, buku yang apabila dijatuhkan maka akan menimbulkan dentuman keras, dentuman keras itu adalah isyarat untuk So Eun, Isyarat untuk segera mengunci pintu utama menuju gudang.


Semuanyapun berlari menuju posisi mereka masing-masing, termasuk aku. Aku mencari namja menyebalkan itu dikelas seni, tapi ia sudah tak ada! Kelas itu sepi! Benar-benar sepi! Omoona……… kuharap dia ada diruang guru. Aku segera berlari menuju ruang guru. Dan

“Syukurlah!”
Gumamku saat melihat namja itu sedang duduk nyaman disana. Ruangan yang terasa sangat besar karena hanya namja itulah satu-satunya yang berada disana. Aku berjalan masuk mendekatinya

“Permisi! Donghae sonsengnim!” Ucapku sesopan mungkin
“Ah.. Hyo! Kau belum pulang?” Tanyanya sambil berdiri lalu menghadapku.
“Hmm… sonsengnim! Maukah kau membantuku?”
“Apa yang bisa kubantu?”
“aku sedang mencari buku ini! Aku sudah mencari keperpustakaan tapi tak ada!” Ucapku sambil mengangkat kamus besar yang kubawa.

“Kamus? Aku tak punya kamus seperti itu!”
“maka dari itu! Kata penjaga perpustakaan mereka sudah membawa buku-buku itu ke gudang! Bisakah kau menemaniku? Aku sangat membutuhkannya! Teman-temanku sudah pulang semua dan dari tadi aku tak menemukan penjaga sekolah! Dan satu-satunya orang yang kutemui adalah kau sonsengnim! Maukah kau membantuku?”  Ucapku bohong. Tentu saja bohong! Bahkan aku baru mengarang kalimat-kalimat itu tadi.
“Baiklah! Aku akan menemanimu!”
Ucap namja itu sambil tersenyum. Apa-apaan dia? Mau tebar pesona kepadaku? Tak mempan!

“Gamsahamnida sonsengnim!”
Ucapku sambil membungkuk. Ia pun mengulurkan tangannya, menyuruhku untuk berjalan didepannya. Akupun berjalan kearah gudang dan ia mengikuti tepat dibelakangku.



Author POV




Hyoyeon dan Donghae masuk ke dalam gudang. Dan setelah melihat itu So Eun langsung mengambil posisi tepat disamping pintu masuk, agar setelah mendengar tanda dari Hyoyeon, ia bisa dengan cepat menguncinya. Rencana ini dibuat oleh Hyoyeon, rencananya adalah Mengunci Lee Donghae didalam gudang semalaman. Hyoyeon bertindak sebagai pemancing, ia meminta Donghae untuk menemaninya ke gudang lalu setelah itu ia akan meninggalkan Donghae, ia akan keluar melalui pintu belakang gudang.

Mengapa harus pintu belakang? Mengapa tidak pintu utama saja? Jawabannya adalah, melalui pintu belakang, ia bisa lebih cepat sampai dikelasnya untuk mengambil tas dan segera berlalu menemui namjachingu pujaannya, Lee Hyuk Jae. Sedangkan jika ia melalui pintu masuk utama menuju gudang, ia harus melewati lorong-lorong panjang dan pastinya sangat membuang waktunya.




……………….




So Eun masih setia menunggu tanda berupa dentuman keras dari Hyoyeon, ia menyandarkan tubuhnya ditembok, sambil memainkan ponsel flipnya. Ia sudah menyiapkan nomor Yoona, agar bisa menghubungi Yoona secepatnya.  Tapi tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan adanya pesan masuk. So Eun terlihat bergumam senang ketika melihat nama sang pengirim


From `YeYe Oppa`


Aku ada didepan sekolahmu! Jika kau tidak datang dalam 1 menit! Maka kau akan kutinggal dan kita tak jadi ke bioskop! Aratsoyo chagi? Waktu dimulai dari kau membaca pesan ini!
                                                                                                                                                                                


“MWO? DASAR YESUNG OPPA JELEK!” Rutuk So Eun setelah membaca pesan itu.
“1 menit? Mana bisa? Cepatlah Hyo!” So Eun terlihat mulai gelisah sambil terus melihat jam tangannya
“Ish! 40 detik lagi! Malah aku harus mengambil tasku dulu! Baiklah! Aku akan berlari secepatnya! Ini demi kau Yesung oppaku yang menyebalkan!” Gumam So Eun yang semakin lama semakin gelisah.




GUUBRAAK!!!!!





Suaranya memang tidak terdengar seperti suara buku terjatuh, mana mungkin suara buku jatuh saja mengakibatkan dentuman sekencang itu? Tapi So Eun tak terlalu memikirkannya, yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya ia menemui namjachingunya dalam waktu kurang dari 40 detik, ia pun segera menutup pintu itu kencang dan menguncinya, tak lupa ia segera menelfon Yoona. Dan tepat saat itu, ia berlari menuju kelas, mengambil tas lalu menemui namjachingunya tepat waktu.


Yoona dan So Min segera menekan tombol didepannya, setelah mendapat panggilan dari So Eun. Pintu belakang Gudang memang sudah menggunakan pintu otomatis. Mereka berdua pun segera pergi dari ruangan itu setelah mengerjakan tugas mereka dengan sempurna.



Hyoyeon POV




Kami memasuki gudang, mencari buku yang memang tidak ada.

“Kurasa tak ada Hyo!” Ucapnya saat melihat rak-rak tua digudang itu. Ruangan yang penuh dengan debu
“Ah.. Pasti ada! Coba cari disana!”
Desakku sambil menyuruhnya masuk lebih dalam. Aku menoleh kearah Pintu belakang, mengumpulkan kekuatanku untuk berpacu dengan waktu, agar aku bisa menjangkau pintu itu sebelum terkunci. Aku mengeratkan tanganku pada kamus besar yang kubawa, aku berjalan mundur agar bisa lebih dekat pada pintu utama menuju gudang, pintu yang akan dikunci oleh So Eun, aku bersiap menjatuhkan kamus itu sambil berjalan mundur perlahan meninggalkan namja yang masih sibuk mencari sesuatu yang tidak ada, aku mendekat kearah pintu gudang utama agar So Eun bisa mendengar jelas suara dentuman dari Kamus besar yang akan kujatuhkan, sebisa mungkin aku tidak menimbulkan suara dari gesekan sepatu yang kupakai.



GUUBRAAK!!!!!




Sialnya aku terjatuh, tersandung kayu yang diletakkan sembarangan dibelakangku, dan tepat saat itu, BUUK!!! Pintu utama tertutup rapat dan terdengar suara Kreek. Omoona… aku yakin pintu itu sudah terkunci


“SO EUN! ANDWAE! Aku masih didalam!” Teriakku sambil mencoba untuk bangun.
“Gwenchanayo?”
Tanya Donghae khawatir, namun aku tak memperdulikannya, aku segera berdiri dan mendekat kearah pintu utama, pintu yang baru saja tertutup kencang. Aku mencoba memutar kenopnya berkali-kali namun terkunci. Aku menggebrak-gebrak pintu itu, berharap So Eun masih berada diluar sana


“AISH! So Eun! Buka pintunya!” teriakku
Akupun berlari kearah pintu belakang, berharap Yoona dan So Min belum menguncinya. Tapi sayangnya, mereka melakukan tugasnya dengan baik. Aish… pasti ini akan sangat sempurna jika aku tidak terjatuh tadi. Aku masih saja memutar kenop pintu didepanku kasar sambil terus menggebrak-gebrak pintu itu, tak lupa aku mengabsen nama teman-temanku satu persatu, mengharapkan pertolongan dari mereka.



“percuma saja! Pintu itu sudah terkunci dengan otomatis! Baru bisa dibuka kalau kau menekan tombol yang ada di ruang…………”
“DIAM! ARASEO! Kau tak perlu memberitahuku! Aku tau semuanya!” Teriakku pada namja yang kini sudah berada dibelakangku itu.
“Kalau kau sudah tau, kenapa masih berteriak-teriak seperti itu?” tanyanya santai
“hah? Apa kau bilang? Apa kau tak punya otak?”
“dasar aneh!”

“YAK! Kau yang aneh! Biar kuperjelas KITA TERKUNCI DISINI!”
“Ne.. araseo!”
“bagaimana bisa kau bersikap sesantai ini?”
“tentu saja karena aku terkunci bersamamu! Paling sebentar lagi semua orang akan panik mencarimu! Terutama teman-teman dan eommamu!”
“Itu masalahnya! Teman-temanku tak akan tau! Mereka sudah kusuruh langsung pulang! Dan eommaku……………..!”

“Oh.. aku lupa eommamu diluar kota kan?” Tanyanya, akupun mengangguk singkat.



Hari sudah hampir gelap, sedangkan aku masih sibuk mundar-mandir diruangan ini, mencari cara agar bisa keluar dari sini secepatnya. Aku tak mau menunggu hingga pagi! Sedangkan sonsengnim gila yang berada dalam ruangan yang sama denganku sekarang terlihat sangat berbanding terbalik denganku yang sudah sangat pucat, ia terlihat sangat tenang, ia duduk dilantai sambil menyandarkan kepalanya ditembok dan menekuk salah satu kakinya. Benar-benar santai! Aku jadi meragukan fungsi otaknya! BAGAIMANA IA BISA SETENANG ITU DALAM KEADAAN SEPERTI INI?



“YA! Hyoyeon-ah! Bisakah kau diam? Aku pusing melihatmu mundar-mandir seperti itu?”
“Mwo? Pusing? Aku itu sedang mencari cara untuk keluar dari sini!”
“Sudahlah! Nikmati saja malam ini!”
“Nikmati? Apanya yang dinikmati? Ruangan ini sempit, kotor, gelap! Aku ingin pulang!” Rengekku
“YA! JANGAN MERENGEK SEPERTI ITU! Kau ini manja sekali! Padahal kau bisa terkurung disini bersamaku juga karena salahmu sendiri! Jangan kau fikir aku tak tau rencanamu ini! Aku tau kau ingin mengurungku disini sendiri semalaman kan? Kau fikir aku percaya dengan actingmu itu? Kemarin kau menghinaku saat aku mengantarkan pizza kerumahmu dan sekarang kau bersikap sopan padaku? Memintaku menemanimu mencari buku? Aish… Hanya orang bodoh saja yang mempercayainya” Ia mulai berdiri dan menaikkan nada bicaranya.

“kau sudah tau rencanaku?” Tanyaku tak percaya
“Keurae! Ini sangat mudah untuk ditebak! Mana mungkin kamus seperti ini ada digudang? Kau fikir aku sebodoh itu?” Ucapnya sambil melemparkan kamus ditangannya kearahku. ISH… dasar kurang ajar! Dia lupa siapa aku?
“YAK! Donghae-ya! Kalau kau sudah mengetahui rencanaku kenapa kau tak menghindarinya?”
“Aku tak mau membuat dramamu ini gagal dan membuatmu kecewa! Aku yakin kau sudah memikirkannya matang-matang!”

Terhenyak. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresiku sekarang.

“hah? Apa-apaan kau? Kenapa kau selalu menganggap apapun yang kulakukan adalah drama? Aku tak pernah memainkan drama didepanmu! Dan kau fikir aku akan senang jika kau melakukan ini? Ingat satu hal! Aku akan membuatmu mengundurkan diri dari sekolah ini sesegera mungkin! Aku membencimu! Sangat benci! Tunggu saja!” Ucapku berapi-api. Sungguh ingin rasanya kucekik namja menyebalkan itu.

“Terserah!”
Jawabnya santai lalu kembali pada posisi awalnya. Duduk dilantai sambil menyandarkan kepalanya ditembok.
Tiba-tiba saja sebuah nama terlintas di kepalaku.


“Eunhyuk oppa! Apakah ia masih menungguku?”
Ucapku. Aku segera mengedarkan pandanganku, mencari sesuatu yang mungkin bisa membantuku.
“ventilasi!”
Teriakku saat melihat ventilasi berukuran sedang, yah… setidaknya muat untuk tubuhku. Tanpa fikir panjang aku segera mengambil meja dan kursi-kursi tua yang tergeletak asal diruangan ini. Aku menyusunnya sedemikian rupa hingga tinggi, dan kurasa apabila aku memanjat ditumpukan meja dan kursi itu, aku bisa menjangkau ventilasi yang terletak tinggi diatas sana lalu keluar meninggalkan sonsengnim gila yang sedari tadi tak memperdulikanku yang sedang kerepotan menyusun kursi-kursi ini,

Dia hanya duduk pasrah menunggu pagi. Benar-benar tak ada usahanya.


Setelah dirasa cukup tinggi, aku menaiki tumpukan meja dan kursi itu untuk menjangkau ventilasi


“Eunhyuk oppa!” Teriakku memanggil namjachinguku sambil bersusah payah menaiki susunan kursi-kursi itu.
“OPP!....... ARRGGHH! KYYYYYYAAAAAAAAAAAA!”




BRAANG!



Sialnya, belum sempat aku menjangkau ventilasi itu, aku terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Rasanya  sakit! Sakit sekali! Aku mencoba menggerakkan kakiku tapi tak bisa. Kakiku tertindih kursi-kursi dan beberapa kayu yang jatuh bersamaan denganku.

“Gwenchanayo?”
Tanya Donghae sepanik-paniknya sambil mengangkat kursi dan kayu-kayu yang menindih kakiku.

“YA! Aku terjatuh dari ketinggian 2 meter dan kakiku tertindih timbunan kayu seperti ini lalu kau masih menanyakan keadaanku?” Bentakku, ia melirik kearahku kesal lalu kembali fokus mengangkat kursi-kursi yang menindih kakiku.


“Kau bisa berdiri?”
Tanyanya. Aku menggeleng singkat. Karena memang sepertinya kakiku sudah benar-benar remuk,  untuk digerakkan saja tak bisa apalagi berdiri.

“Jangan berpikir macam-macam! Aku hanya ingin membantumu!”
Ucapnya.Ia pun menggendongku, saat tubuhku sudah terangkat, aku sedikit kehilangan keseimbangan hingga dengan cepat kulingkarkan tanganku dilehernya, membuatnya sedikit terkejut dengan perlakuanku.
Ia memindahkanku ketempat yang sedikit lebih nyaman dari tempat tadi, setidaknya sedikit lebih bersih.

“Luruskan kakimu!”
Ucapnya lembut setelah menurunkanku. Aku menyenderkan kepalaku ditembok sambil memejamkan mataku dan menggigit bibir bawahku, menahan rasa sakit yang tak tertahankan dikakiku. Dan tepat saat itu aku merasakan sentuhan hangat dikakiku, membuatku membuka mataku dengan segera

“YAK! DONGHAE-YA! JANGAN MENYENTUHKU!”
Teriakku sambil menjambaknya, yah… hanya itu yang bisa kulakukan, kakiku terlalu sakit bila digerakkan, apalagi untuk menendangnya.

“Kumohon diamlah! Kakimu terluka!”
Ucapnya sambil membuka sepatu dan kaus kakiku. Benar saja, saat ia membuka kaus kaki putih panjangku, darah segar terlihat jelas, membuatku merinding melihatnnya. Bahkan diruangan segelap ini, aku masih bisa melihat darah mengalir dari bawah lututku. Yah…. Memang banyak bagian tubuhku yang terluka tapi kurasa yang paling parah adalah bagian bawah lutut sebelah kananku.


Tiba-tiba namja itu menggerakkan jari-jarinya untuk membuka kancing paling atas kemeja putihnya lalu menarik dasi yang entah apa warnanya itu sampai terlepas, aku benar-benar tak bisa melihat warnanya karena ruangan ini gelap sekali, pasti lampunya sudah tak bisa menyala lagi. Tunggu dulu! Apa yang akan ia lakukan? Mengapa ia menarik dasinya sampai terlepas? Apa yang akan ia lakukan kepadaku?

Ia menggenggam dasinya lalu kembali menyentuh kakiku, membuatku segera berteriak kencang karena takut.


“ARRGGHH! EOMMAAAAAAAAAAAAAAAAAA!” teriakku
“YAK! Ada apa huh?”kesalnya. Terlihat ia sangat kaget karena teriakanku.
“Apa yang akan kau lakukan?”
Tanyaku gemetaran, ia pun menarik nafas panjang lalu menggunakan dasinya untuk membersihkan darahku

“Mengapa kau menggunakan dasimu untuk membersihkan darahku?”
“Tenang saja! Ini bersih! Kau tak perlu takut!” Ucapnya tanpa melihatku


Ia masih sibuk mengobati kakiku, sedangkan aku masih menahan rasa sakit yang ditimbulkannya.


“Omoona……. Darahnya tak mau berhenti! Ini harus disumbat!” Ucapnya panik sedangkan aku hanya melirik kakiku sebentar lalu kembali menyandarkan kepalaku.



SREEETTTTTT………..



“yak! Mau apa lagi kau?” Tanyaku saat melihatnya merobek kemeja putih bagian bawahnya.
“Bisakah kau diam? Suaramu itu membuatku pusing!”
Ucapnya sambil mengikat robekan kemejanya di bawah lututku, menyumbat darah yang tak henti-henti mengalir disana.



Omoona….. mengapa dia baik sekali padaku? Aku memperhatikan wajahnya yang sedang serius dengan kakiku, wajahnya yang disinari cahaya bulan menjadikan namja didepanku ini terlihat sangat tampan, rambutnya juga tidak seperti biasanya, rambut yang biasanya membuatnya nampak culun + tua sekarang sudah tak terlihat, rambutnya menjadi berantakan dan tak beraturan karena jambakan dariku tadi dan juga akibat ulah tangannya sendiri yang sesekali mengacak rambutnya kesal karena bentakan-bentakanku.
Tapi itu malah membuatnya sangat muda dan tampan, bahkan sangat tampan.

Kurasa ia tak pantas kusebut sonsengnim. Penampilannya tak terkontrol, kemejanya pun sudah tak terlihat seperti kemeja lagi. Apalagi melihat kancing atasnya yang terbuka, aigoo…. Eomma! Apa yang terjadi dengan anakmu ini? Mengapa dadaku menjadi sangat sesak melihatnya?


“Sudah selesai!”
Ucapnya sambil tersenyum kearahku. Omoona…. Manis! Benar-benar manis! Mengapa baru sekarang aku menyadarinya?

“Apa masih sakit Hyo?”
Tanyanya sambil membenarkan duduknya, ia duduk tepat disampingku sambil meluruskan kedua kakinya. Sakit? Bahkan aku tak merasakannya sama sekali sekarang!

“sedikit!” Ucapku sekenanya




“Ehmm…… gomawo Hyo!” Ucapnya tiba-tiba sambil menoleh kearahku
“Gomawo? Untuk apa?”
“Tidak memberitau teman-teman dikelasmu kalau aku hanyalah seorang pengantar pizza! “
“oh..” Ucapku sedikit tak perduli
“aku takut tak dihargai sebagai seorang guru! Yah… kau tau kan anak jaman sekarang?”

“anak jaman sekarang? Memangnya kau anak jaman kapan?” Tanyaku sambil tertawa. Iapun tersenyum mendengarnya.
“Tapi aku serius! Kumohon jangan beritahu mereka! Setidaknya dalam sebulan ini! Setelah itu kau boleh menghinaku sepuasmu!”
“Tenanglah! Seorang Kim Hyoyeon takkan menggunakan cara serendah itu untuk menghancurkan musuhnya! Ia takkan menggunakan kekurangan musuhnya sebagai senjata! Aku akan membuatmu mengundurkan diri dari sekolahku dengan caraku!” Ucapku. Entahlah! Apa yang kukatakan ini benar dari hatiku atau tidak! Rasa benciku terhadapnya seperti terhapus begitu saja
“Kita lihat siapa yang akan menang!” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
“Ok! Lihat saja!” ucapku yakin sambil membalas uluran tangannya, menjabat tangannya. Setelah itu, suasana menjadi hening sejenak.


“Hyo!”
“ehm..?”
“sebenarnya apa yang membuatmu membenciku? Apa salahku padamu?”
Diam. Itu yang kulakukan sekarang, aku tak tau harus berkata apa! Dia tak salah apapun dan menyedihkan jika ia tau, satu-satunya kesalahan yang ia punya adalah ia adalah seorang GURU SENI. Hal yang paling kubenci didunia.

“Aku tak pernah membencimu!”
“Tapi kenapa kau menginginkan pengunduran diriku? Kau tak suka caraku mengajar?”
“Bukan karena itu! Satu-satunya kesalahanmu adalah menjadi guru seni! Aku membencinya!”
“Membenci guru?”
“membenci apapun yang berhubungan dengan seni!”

“waeyo?”
“karena appaku adalah seorang guru seni!”
“Maksudnya?”
“aku membenci apapun yang berhubungan dengan appaku karena ia pernah mengecewakanku dan eommaku!” Ucapku tanpa beban. Baru kali ini aku bisa membicarakan hal ini senyaman sekarang. Benar-benar tak ada beban.
“Kau harus mengubah cara pandangmu! Kalau kau terus seperti ini, kau akan salah memandang dunia!”

“rasanya sulit! Setiap seorang guru seni memasuki kelasku, bayangan appaku selalu berkelebat! Selalu menguak kembali rasa benciku padanya!”
“Jadi setiap aku memasuki kelasmu, yang kau rasakan adalah kebencian!” Simpulnya
“Tepat sekali!” Ucapku sambil mengangguk-anggukan kepalaku
“Kau harus mengontrol alam bawah sadarmu Hyo!”
“Aku tak mengerti!”

“Sudahlah! Kau takkan pernah mengerti! Lebih baik kau tidur!” Ucapnya bodoh
“MWO? TIDUR? Dengan kau disampingku?”
Tanyaku sambil menatapnya heran, ia pun segera berdiri dan menjauh dariku.


“Sekarang tidurlah! Aku sudah sangat jauh darimu!” Ucapnya agak keras.
“aish.. aku takkan tidur! Aku tak percaya padamu!”
“Terserah!” Ucapnya sambil memunggungiku. Entahlah! Mungkin ia sedang mencoba untuk tidur



…………………




“Errgghh!”
Erangku saat aku merasakan cahaya yang menyilaukan mengenai wajahku. Akupun membuka mataku dan melihat seorang namja setengah baya sedang mengarahkan senternya kearahku dari ambang pintu. Sepertinya tekatku untuk tidak tidur tak bisa mengalahkan rasa kantukku hingga aku ketiduran seperti ini.


Akupun mulai menggerakkan badanku yang terasa sangat sakit, bagaimana tidak? Semalaman aku tertidur dalam posisi duduk seperti ini. Aku menoleh ke arah Donghae yang tidur berjauhan denganku, Ia juga melakukan hal yang sama denganku, ia menghalangi cahaya senter yang mengenai wajahnya dengan kedua telapak tangannya.


“Kalian berdua terkunci disini?” Tanya namja setengah baya itu kepada kami
“Ne ahjussi! Gamsahamnida telah membukakan pintunya!” Ucap Donghae sambil berdiri. Namja setengah baya itupun mengangguk mendengarnya.
“Tapi darimana anda tau kami ada disini?” Tanyaku masih dalam posisi duduk
“aku ingin mengambil alat kebersihan!” ucapnya sambil berlalu kepojok ruangan, entahlah… mungkin mengambil sapu atau semacamnya.


Akupun mencoba untuk berdiri namun


“ARRGGHH!”
aku mengerang kesakitan saat menggerakkan kakiku dan dengan sigap Donghae menghampiriku, ia merangkulku sambil membantuku berdiri.

“Aku bisa sendiri!”
Ucapku sambil mendorong tubuhnya kasar.  Aku mencoba kembali berdiri dengan kekuatanku sendiri namun sama saja


“Arrgghh!!”
lagi-lagi aku mengerang kesakitan, sepertinya aku memang membutuhkan bantuannya.


“Ish! Keras kepala!” Ucapnya sambil meraih lengan kananku lalu mengaitkannya kelehernya.
“Ige! Pegang baik-baik! Tanganmu tak sakit kan?”
Ucapnya dingin sambil menyodorkan sepatuku, sepatu yang ia lepaskan dari kakiku malam ini. Aku mengambilnya kesal, dan menggantungnya ditangan kiriku, sedangkan tangan kananku sudah terkait sempurna dilehernya. Ia memapahku hingga ke luar,


“Dimana tasmu?”
“Kelas!”
“Diam disini!” Ia pun berlari entah kemana. Dan aku ditinggal sendiri ditempat parkir, tepat disamping motornya.

Tak lama iapun datang, membawa tasnya dan juga tasku.



……………………..


“Kajja!” Ucapnya saat ia sudah menyalakan mesin motornya
“MWO? Kau fikir aku mau menaiki benda ini?”
Ucapku sinis sambil melihat kearah motornya. Aku segera mengambil ponsel didalam tasku dan menghubungi Song Ahjussi. Supir pribadiku.

“Otokhaeyo?” Tanyanya sok perhatian
“Diamlah! Aku sedang menelfon!” Ucapku
“Aish… tak diangkat!” Lanjutku kesal.
“Tentu saja! Kau lihat jam berapa sekarang? Jam 4 pagi! Pasti mereka semua masih tidur!”
“Ish! Tak ada yang meminta komentarmu!” Bentakku


“Aigoo… cepatlah naik! Aku harus segera pulang! Mandi, sarapan lalu kembali lagi kesekolah ini!”
Tak ada pilihan lain, akupun menaiki motornya dengan sedikit kesusahan, karena kakiku yang tak bisa diajak kompromi.

“Pegangan!” Ucapnya sebelum NGUUUUUUNG *ceritanya digas mendadak gitu! Author bingung gimana suaranya*

“KYAA!” Teriakku saat tanpa aba-aba ia menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Refleks, akupun menjambak rambutnya.

“ISHHHHHHHHHH! Aku sedang menyetir! Kau mau mati huh?” Kesalnya

“YAK! SONSENGNIM GILA! PELAN-PELAN!” Teriakku. Ia pun memelankan laju motornya.




Arrived To Hyoyeon’s house


“Gomawo!” Ucapku dengan nada yang aku sendiri tak mengerti.
“Cheonmaneyo! Masuklah! Lalu cuci lukamu! Jangan sampai infeksi!” Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku mendengar nasehatnya. Dia benar-benar perhatian padaku.
“ne”
“Nanti kau tak usah masuk sekolah! Aku akan mengizinkanmu pada Bu Ah Rin! Wali kelasmu!”
“ah.. gomawo! Aku juga tak berfikir untuk masuk hari ini!” Ucapku sambil tersenyum.

“Ok! Aku pulang dulu! Istirahatlah!”
Ucapnya sambil mengelus rambutku singkat lalu berlalu kemotornya. Singkat! Benar-benar singkat! Tapi bisa membuat detakan jantungku tak beraturan. Entahlah… aku benar-benar tak mengerti perasaanku! Satu hal yang pasti adalah aku akan membuatnya mengundurkan diri dari sekolahku.


Setelah ia sudah tak terlihat lagi, aku segera memasuki rumahku dan berlalu kekamarku dengan susah payah. Sesampainya dikamar, aku segera menjatuhkan tubuhku kekasur, cukup lama aku diam dalam posisi seperti ini, memandang lurus keatas, membiarkan bayangan-bayangan tentang Donghae sonsengnim berkelebatan begitu saja.


Aku bangkit dari posisiku dan duduk dipinggir tempat tidurku, kuarahkan pandanganku kearah kakiku, tepatnya ke bagian bawah lutut sebelah kananku, dapat kulihat jelas robekan kemeja putihnya terikat kuat disana. Entah dorongan dari mana, kugerakkan jari-jariku menyentuh kain itu, lalu kulepas dari kakiku. Kupandangi kain putih itu, dan tanpa kusadari senyum simpul telah mewarnai wajahku.


“Aigooo…. Kim hyo yeon? Apa? Apa yang terjadi padamu?” Rutukku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku
“ANI! Aku tak menyukainya! Ini hanya sebatas kekaguman sesaat karena ia menolong dan bersikap baik padaku! Bagaimanapun ia adalah guru seni!” Ucapku berbicara sendiri dikamar.




Author POV




Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, sedangkan Hyo masih betah bersantai dikamarnya, ia memang tidak datang kesekolah hari ini.



Hyoyeon POV



Aku sama sekali tak beranjak dari kamarku sejak tadi pagi, untuk apa aku keluar? Makan? Makananku dibawakan asisten rumah tanggaku kekamar, Mandi? Kamar mandiku bahkan ada didalam kamar. Seharian aku menghabiskan waktuku dengan bermain game atau menonton film, benar-benar menyenangkan menikmati liburan dadakanku.



Tapi itu semua berakhir ketika, suara riuh gubrak gabruk tukutukkutuk *anggep aja ribut banget! Ok!* terdengar jelas di kamarku, sepertinya asal suaranya dari lantai bawah. Dan sudah jelas bukan, siapa yang menyebabkan keributan itu? YAP…. KEURAE! Siapa lagi kalau bukan…. Tengg tedeng tedeng…. KELIMA YEOJA BAWEL NAN MENYEBALKAN itu, ne.. sahabat-sahabatku. Aish… mengganggu saja!



BUKK



Pintu kamarku terbuka lebar, Mereka itu benar-benar tak punya sopan santun, setidaknya ketuklah pintu kamarku dulu


“HYOYEOOOOON!!!!” Suara nyaring Yoona benar-benar merusak pendengaranku, ia masuk kekamarku diiringi keempat yeoja lainnya.

Kutarik selimutku untuk menutupi kakiku yang lebam.

“Aigoo… kalian! Untuk apa datang kesini?” Tanyaku sinis. Mereka semua duduk mengerubungiku yang sedang berbaring dibalut selimut
“Sebagai sahabat yang baik, Tentu saja kami menjengukmu!” Ucap So Min sambil mencubit pipiku gemas.
“Hyo!... Kau dapat salam!” Ucap Jessica dengan senyum yang aneh.
“Salam? Dari siapa?” Tanyaku bingung
“DONGHAE OPPA!” Koor kelimanya kompak. Mereka tersenyum sambil menatapku aneh.


“Aigoo Hyo… Sepertinya ia menyukaimu! Cuit! Cuit!” Ucap Fanny mencoba untuk bersiul.
“Hei Hyo! Sepertinya rencana kita berhasil! Tadi Donghae oppa terlihat sangat lelah! Pasti habis terkunci digudang!” Ucap So Eun yang mendapat anggukan dari Keempat yeoja lainnya.
“ne.. berhasil! Ia memang terkunci digudang semalam! Tapi……….”
“Tapi apa?” Tanya Yoona penasaran. Mereka mencondongkan tubuhnya mendekat kearahku
“TAPI BERSAMAKU!”

“MWO?” Mereka semua terbelalak mendengar ucapanku
“jadi kalian menghabiskan malam berdua diruangan yang gelap dan sempit?” Tanya So Min.
“Apa ia melakukan sesuatu yang macam-macam padamu?” Tanya Sicca.
“Ani! Dia tak melakukan apapun padaku!” Ucapku
“Bagaimana bisa?” Tanya Fanny dengan nada tak percaya

“YAK! Kau ingin ia melakukan apa-apa padaku?”
bentakku pada yeoja menyebalkan itu, sedangkan Fanny hanya tersenyum mendapat bentakanku. Aish! Dasar aneh!

“Tapi Hyo! Kok bisa sih kau ikut terkunci?” Tanya So Eun
“YAK! ITU SEMUA GARA-GARAMU!”
“Gara-garaku?”
“Ne.. kubilang suara buku jatuh bukan suara orang jatuh! Tapi kau malah menguncinya!”
“jeongmalyo? Sepertinya sama saja! Jadi kau terjatuh?”

“Ne.. aku terjatuh. Lalu dimana kau saat kupanggil? Apa suaraku kurang keras!”
“Mianhae Hyo! Setelah mengunci pintu itu aku langsung berlari pulang!”
“waeyo? Dasar menyebalkan! INI SEMUA SALAHMU!”
“Salahku? Ini tuh salah Yesung oppa! Kemarin dia mau meninggalkanku kalau aku tak cepat datang!” Ucap So Eun menyalahkan orang lain. Dan disaat yang bersamaan ponselnya berbunyi, menandakan panggilan masuk




ireoke nan tto (Fiction in Fiction)
itji motago (Fiction in Fiction)
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge (Fiction in Fiction)
nochi anheulge (Fiction in Fiction in Fiction)




“Nugu? Si Big head itu?”
 Tanyaku saat melihat So Eun tak mau menjawab panggilannya. Yah.. memang namja itu selalu menghubungi So Eun disaat yang tidak tepat, kemarin saat So Eun sedang menjalankan rencanaku dan sekarang, saat aku sedang kesal setengah mati dengannya. Bisa dibilang namja itu adalah salah satu penyebab kegagalan rencanaku. Mengapa selalu seperti ini? Setiap kami sedang membicarakan Yesung oppa, orangnya pasti langsung menelfon! Aish…. Menyeramkan sekali namja itu!

Dengan segera kurebut ponsel digenggaman So Eun!


“Aish… benar!” Ucapku saat melihat nama yang terpampang diponsel itu
“YAK! KAU TAU? AKU TERKUNCI DIGUDANG SEMALAMAN KARENAMU!”
Bentakku tepat saat aku mengangkat panggilannya, entahlah… apa yang ada difikirannya sekarang. Tak membiarkan ia menyelak ucapanku, dengan segera kumatikan panggilannya, lalu kuberikan kembali ponsel itu pada So Eun.


“Aigoo…. Kasihan sekali Yesung Oppa!” Ucap So Eun sedih sambil menerima ponsel yang kusodorkan.


“Tapi kenapa tak ada satupun dari kalian yang mengkhawatirkanku? Apa kalian tak menyadari kehilanganku?” Tanyaku kesal
“saat kami keluar, mobil Eunhyuk oppa tak ada diparkiran, jadi kami kira kau sudah pulang!” Jelas Yoona.
“Jadi Eunhyuk oppa tak datang?” Ucapku kecewa
“Hei Hyo! Ceritakan kami bagaimana malammu bersama Donghae oppa!” Pinta So Min sambil memicingkan matanya.
“Tak ada yang special!” Ucapku datar

“kalau begitu ceritakan!” Desak Jessica yang membuat mereka semua semakin penasaran dan ikut-ikut mendesakku
“Ne.. aku ceritakan!” Ucapku kesal mendapat desakkan dari mereka



TBC

*pusing pusing pusing*
sumpeh dah... muter otak banget bikin nih cerita
smg dpt respon yg bagus dr readers! Aminn!


Please leave a comment for me!
I need it!
Please! Please! *Ngedip-ngedipin mata*



Thx for all readers yg dah nyempetin waktu buat baca ff g guna kea gini

wait the next part! Ok! *ngancem*
 

Comments

Popular Posts