Oh.. My Teacher Part 4




Hyoyeon POV



Entah mengapa rasanya penasaran sekali dengan guru baru itu, hmm…. Yeoja itu terlalu cantik untuk menjadi seorang guru. Untungnya teman-temanku itu benar-benar tukang gosip sejati, belum ada 2 jam guru itu datang, mereka berlima sudah update tentang data-datanya.


Recess Time



At class……..





“Namanya Shin Chae ra, ia seorang guru matematika”  Ucap Fanny sambil mengutak-ngatik ponselnya.
“Umurnya berapa?” Tanyaku ingin tau, sepertinya hanya aku saja yang antusias dengan info ini, yang lain biasa-biasa saja. Apalagi Jessica yang sepertinya masih ngambek karena pelajaran olahraga tadi.
“24 tahun!” ucap Yoona datar
“Aigoo…… Ini gawat!” ujarku lirih
“Apanya yang gawat Hyo?” So Min tiba-tiba membalik kursinya kearahku, ia menatapku dengan tatapan curiga.


“Ani! Eobso!” Sergahku cepat
“Kau mencurigakan Hyo! Sebenarnya ada apa?” Sekarang So Eun mulai terlihat menyelidik.
“Ih… sudah kubilang Eobso!” Bentakku. Sejujurnya yang kupikirkan sekarang adalah namja gila itu, memang sih umur yeoja cantik itu diatas Donghae tapi tetap saja dia itu terlalu cantik untuk ditolak. Dan aku yakin jika Donghae itu adalah namja normal, ia akan sangat menyukai yeoja itu.



2 weeks later……



Entah apa yang terjadi padaku, tapi 2 minggu belakangan ini, perasaanku tak tenang. Mungkin karena guru baru itu, Chae Ra sonsengnim. Aku tak tau kenapa bisa begini tapi aku selalu merasa tak nyaman tiap kali ia sedang bersama Donghae sonsengnim, satu hal yang pasti menurutku, aku tidak cemburu, mungkin hanya tidak nyaman saja, ah… entahlah! Aku tak mengerti!

Aku sering sekali melihat mereka makan siang bersama, bercanda bersama bahkan pulang bersama. Aish…… aku benar-benar tak suka melihatnya. Mereka itu terlihat sangat sempurna jika bersama, tapi apa masalahnya denganku? Kenapa jadi aku yang sewot? Ih.. menyebalkan! Membingungkan!

Ia juga jadi jarang berinteraksi denganku, jujur aku sedikit merindukannya, merindukan caranya mempermalukanku dengan gaya sok coolnya, merindukan cara ia menanggapi semua perkataanku dengan santainya, meneriaki namaku dengan kesal dan berbagai ekspresi lain dari namja itu. Selama dikelas pun, aku merasa ada sesuatu yang berbeda darinya, aku merasa ia agak menjaga jarak denganku.


Kalian tau? Sejujurnya aku sudah tak mengharapkan pengunduran dirinya, karena lama-kelamaan aku mulai merasa bahwa apa yang kulakukan ini adalah salah, tapi sifatnya yang menyebalkan seperti itu malah membuatku semakin senang mengerjainya, setidaknya itulah satu-satunya cara untuk berinteraksi dengannya. Aish! Menyedihkan sekali hidupku ini! Bagi kalian yang merasa bahwa aku menyukainya, entahlah tapi kurasa tidak! Mungkin ini hanya sekedar kekaguman?


Tapi ingat! Aku tak pernah sekalipun bilang bahwa aku sudah tak membencinya, aku masih membenci guru seni siapapun itu, aku masih membenci appaku dan kuyakin akan terus begitu.


Dan hari ini, aku dan kelima sahabatku kembali mengerjainya. Hari ini adalah hari senin, Donghae akan pulang pukul 16.30 karena ia mengajar dikelas tambahan.


“Palli! Palli! Fany-ah! Palli! Kau bisa tidak si? Tinggal kempesin aja!” Ucap Jessica tak sabaran, ya.. itulah rencana kami, mengempeskan ban motor Donghae sonsengnim itu.
“sabar Sicca-ya! Kau pikir ini mudah?” Ucap Fanny kesal.
“Aish…. Sudah jangan ribut! Sudah selesai belum?” Tanyaku
“Ne.. kurasa sudah! Ini sudah sangat kempes!” Ucap Fanny. Aku, Fanny dan Sicca bertugas mengempeskan motor, Yoona dan So Min mengawasi dari jauh, memastikan tak ada satupun yang tau rencana kami sedangkan So Eun. Kalian pasti sudah tau kemana yeoja itu kan? Yup… dia sudah pulang duluan bersama namjachingu kebanggaannya, si Big Head Yesung oppa. Aish… Jinjja!
“Otokhae? Berhasil?” Tanya Yoona saat kami menghampirinnya


“keurae!” Jawab Sicca semangat
“baiklah! Kalau begitu sekarang kita ke bioskop!” Seru So Min sambil mengangkat kepalan tangannya keudara. Aigoo…. Semangat sekali anak ini!


Kami semua pun beranjak keluar, kami akan diantar oleh supir pribadi Fanny ke sebuah mall. Maklum, tak ada satupun dari kami yang bisa menyetir, tapi ada satu anak yang pernah menyetir, dan ia adalah Yoona, aku tak tau bagaimana kemampuan menyetirnya, namun yang pasti ialah satu-satunya yang pernah menyetir diantara kami.

Belum sempat aku menaiki mobil Hyundai hitam didepanku, ponselku sudah berdering menandakan panggilan masuk. “Eunhyuk oppa!” Gumamku saat membaca nama yang terpampang jelas dilayar ponselku.



“Yeoboseo”
“……………”
“Hmm… ne.. aku masih disekolah!”
“………….”
“yasudah! Palli! Akan kutunggu!”
“………….”


Ia mengakhiri sambungan teleponnya, ya.. entah ada acara apa! Tapi yang pasti dia akan menjemputku sekarang.



“YA.. HYOYEON-AH! PALLI!” Teriak Fanny dari dalam mobil sambil menurunkan setengah kaca mobilnya.
“Ne.. PALLI! MASUKLAH!” Seru Yoona dari jok belakang dengan hebohnya, ia mencondongkan kepalanya keluar dari kaca mobil yang berada tepat disamping Fanny. Membuat Fanny  sedikit meringis karena tertindih oleh tubuh Yoona. Belum lagi So Min dan Sicca yang ikut-ikut meneriakkiku, membuat suasana riuh dari dalam mobil. Ish... memalukan!


“Ah.. mianhae Eunhyuk oppa akan menjemputku!” sesalku
“Ish… kalau begitu bilanglah dari tadi!” sungut Sicca kesal dan diangguki oleh semua yeoja didalam mobil itu.
“Bagaimana bisa? Ia baru menelfonku!” protesku membela diri
“Ya sudah hyo kami duluan ya! Berhati-hatilah!” Ucap Fanny dan segera kubalas dengan anggukan kecil.
“dadah Hyoyeon sayang!” Koor keempat anak heboh itu berbarengan dengan laju mobil mereka.


Ok! Kini tinggalah aku sendiri! Aku berdiri didepan gerbang sekolah menunggu namjachinguku, Eunhyuk oppa. Sesekali aku menengok kebelakang, memastikan Donghae sonsengnim belum keluar. Aku keterlaluan? Yah... mungkin begitu! Jarangkan kalian, akupun tak mengerti dengan jalan pikiranku sendiri. Sebenarnya apa yang kurasakan padanya? Apa aku bersikap seperti ini karena aku cemburu melihat kedekatan Chae Ra sonsengnim dengannya? Atau karena aku membenci seorang guru seni?

Chae Ra sonsengnim, aku yakin jika hari ini tak ada kelas tambahan, Donghae pasti akan mengantarnya pulang. HUFT....


Mengenai rencana ini, ini adalah rencana lama kita, semua guru seni kecuali Tae Hee sonsengnim sudah mencicipi rasanya pulang dengan menenteng motor kempes. Kenapa Tae Hee sonsengnim tidak? Karena ia sudah keluar duluan, sebelum kita sempat mengerjainya dengan cara ini!


Mungkin bisa dibilang kelompok kami sudah sangat profesional dalam urusan mengerjai guru, kami sengaja memilih waktu sesore ini karena semakin sepi sekolah ini, semakin kecil pula peluang kegagalan kami bukan? Tapi untuk guru yang satu ini kurasa cukup sulit, karena kalian tau? Donghae tak pernah sekalipun mengadu pada eommaku mengenai ini, dulu biasanya setiap pulang sekolah, eommaku pasti akan berkacak pinggang sambil menasehatiku mengenai sikap sopan santun pada guru, tapi sekarang satu omelanpun tak terdengar. Namja yang sabar! Bisa-bisanya ia kuat dikerjai seperti itu! Sudah tak terhitung berapa kali kami mengerjainya, padahal belum genap sebulan ia mengajar.

Tak membutuhkan waktu lama, sebuah mobil sport berwarna merah sudah berhenti tepat dihadapanku, kaca mobil bagian depan perlahan terbuka, menampakkan wajah sang pengendara,.


“Ah.. Mianhaeyo! Apa kau sudah menunggu lama chagi?” Tanyanya perhatian, ia sedikit mencondongkan kepalanya agar bisa melihat wajahku.
“Anio oppa!” Jawabku lembut
“Kajja! Masuklah! Perlukah aku membukakan pintunya untukmu?”
“tak usah!” Ucapku cepat sambil mengibas-ngibaskan tanganku. Akupun segera memasuki mobil itu, kalian merasa ada yang berbeda denganku? Apa? Sikapku? Ne.. Eunhyuk oppa tak pernah benar-benar mengetahui sifatku, ia hanya tau aku adalah seorang yeoja yang bersikap manis dan penurut, yah... padahal..... Kalian tau sendiri kan? Mungkin kelima sahabatku itu lebih bisa menjelaskan sifatku yang sebenarnya,..... Aku tak pernah bisa menjadi diriku sendiri, bila aku berada didekatnya.



..........................




Entah kemana namja ini akan membawaku, sejak tadi semua pertanyaanku hanya dibalasnya dengan senyuman. Dari tadi aku hanya memandangi keadaan luar dari kaca mobil yang gelap ini tanpa suara, aku menemukan sebuah kejanggalan disini, pertama aku tak tau dimana ini, ini tempat yang cukup asing bagiku, dan yang kedua adalah jalanan ini makin lama makin sepi. Omoona..... sebenarnya kemana ia akan membawaku?



Tiba-tiba saja, mobilnya makin lama makin pelan dan menepi. Ia berhenti! Ia menghentikan mobilnya!


“Waeyo?” Tanyaku bingung sambil menoleh kearahnya dan saat itulah aku melihatnya mulai menatapku, menatapku dengan tatapan yang aneh.
“Hyoyeon-ah!” Ucapnya lembut sambil mengulurkan tangannya kerambutku, lalu mengusapnya perlahan
“Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?” Tanyaku sambil menyipitkan mataku. Dan saat itulah, ia mulai membenarkan posisi duduknya sehingga langsung berhadapan denganku.
“Eunhyuk oppa!” Tegasku, namun ia tak menggubrisku, ia malah mendekatkan tubuhnya kearahku, satu tangannya menggenggam tangan kananku dan tangannya yang satu lagi, menelusuri garis wajahku. Omoona…. Apa yang dia lakukan? Kini rasa takut mulai menggelayutiku.
“Oppa k..ku..kurasa sudah c..cu..cukup” Ucapku gugup



“Cukup? Bahkan kita belum memulai apapun!”
bisiknya tepat ditelingaku, membuatku semakin merinding dibuatnya. Ia kembali mencengkram bahuku, dan semakin mendekatkan wajahnya kewajahku, keringat dingin mulai membanjiri tubuhku, rasa takut dalam dirikupun semakin menjadi-jadi, kuraba benda-benda disampingku dengan paniknya, mengharapkan sesuatu bisa membantuku. Sumpah demi tuhan aku takut! Aku takut!


Ah.. aku dapat! Kurasakan sebuah benda yang tak asing lagi teraba oleh tanganku, ya.. itu adalah TASKU, tas selempang yang lumayan berat, karena terdapat buku paket yang lumayan banyak disana. Kugenggam erat dan semakin erat, sampai saat ia hendak merengkuh bibirku, BUUKKK… Kuayunkan tasku sekuat tenaga kearahnya, membuatnya terhempas kembali ke tempat duduknya, dan saat itulah, saat ia melepaskan semua genggamannya dari tubuhku, dengan segera kubuka pintu mobil itu dan berlari sekencang-kencangnya, sekencang yang aku bisa, namun ternyata aku kalah, lariku tak cukup cepat jika dibandingkan dengan namja itu.



Ia meraih tanganku, membalik badanku menghadapnya dan BUK… ia menghempasku ketembok lalu mendesakku disana, seolah belajar dari kesalahan kali ini dia meraih kedua tanganku dan menahannya disamping tubuhku, sekuat-kuatnya sampai aku tak dapat bergerak sedikitpun. Kali ini kami berada disebuah jalanan kecil yang sangat amat sepi, dari tadi tak satupun orang yang kutemui disini! Jalanan disini sangat sempit, ya bisa dibilang mungkin antara sisi yang satu dengan sisi yang lain hanya berjarak 1,5 M saja!



“Kumohon jangan! Kumohon hentikan! Mengapa kau melakukan ini padaku?” Tanyaku lirih. Aku masih tak bisa menggerakkan badanku sama sekali sekarang, aku masih berada dibawah kekuasaannya.
“Aku hanya ingin mencium yeojachinguku, apa itu salah? Semua temanku sudah pernah mencium yeojanya sedangkan aku? Bahkan sekarang aku meragukan cintamu!”
“kau kekanakan! Apa cinta itu harus dibuktikan dengan cara seperti itu?” Sungutku namun tetap dengan ekspresi takut yang sangat kentara. Seumur-umur aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang namja.
“aku tak perduli” Sergahnya cepat sambil mendekatkan wajahnya kewajahku, dekat dan semakin dekat, Omoona….. apa yang harus kulakukan? Aku gemetaran saking takutnya, kukumpulkan seluruh kekuatanku untuk melepaskan kedua tangannya yang menahan tanganku, namun tak ada gunanya, ia mencengkramku kuat, sangat kuat dan kasar.



BRRAAAKKKK….. Entah kekuatan darimana, aku menendangnya, menendang perutnya sampai ia terhempas kesisi lain tembok ini saat ia sudah berhasil menciumku, namun ciuman itu hanya berlangsung sesaat karena aku menendangnya, dan setelah itu apa yang kulakukan? Kalian tau apa yang aku lakukan? setelah itu aku menangis, Aku takut! Aku takut! Demi tuhan aku takut! Bahuku bergetar, kusenderkan tubuhku ke tembok sampai terduduk, aku menangis, kutekuk kedua lututku dan kubenamkan wajahku diantaranya lalu kupeluk diriku sendiri



“Hyo… Mianhae.. Aku.. aku…” Suara namja yang sudah dapat kupastikan itu Eunhyuk kembali terdengar, Ia menyentuh bahuku, dan dengan segera kuhempaskan tangannya itu
“DIAM! PERGI KAU!” Jeritku sambil mengangkat wajahku yang sudah penuh air mata ini. Eunhyuk berada tepat didepanku, dari sorot matanya terlihat jelas ia menyesal, namun aku sudah kesal! Aku benci diperlakukan seperti ini! Memang benar ia adalah namjachinguku dan mungkin bagi sebagian orang ciuman itu wajar, tapi kurasa itu tidak berlaku bagiku! Aku tak mau dipaksa seperti itu!
“Tapi Hyo…”
“KUBILANG PERGI!” Jeritku sekali lagi sambil mencoba mendorongnya dengan tenagaku yang masih tersisa
“Hyo..”



 

“PERGI!” Teriakku sekencang-kencangnya, membuatnya bangkit dari posisinya dan perlahan mundur mmeninggalkanku.
 



Kini tinggalah aku sendiri, aku masih betah dengan posisiku sebelumnya, layaknya seorang gadis kecil yang tersesat, aku duduk sambil menekuk lututku dan tak lupa kubenamkan wajahku diantaranya. Aku kembali menangis, aku sendiri! Aku tak tau dimana aku sekarang! Aku ingin pulang!
 



“Hyo… apa yang kau lakukan disini?” Suara lembut seorang namja masuk begitu saja ketelingaku, perlahan kuangkat kepalaku untuk melihat sang pemilik suara. M.. Mw.. MWO? LEE DONGHAE? Bagaimana bisa dia disini? Apa dia mengikutiku?
“Hei… Kau tuli?” Tanyanya menyebalkan, ia berada tepat dihadapanku sekarang, ia berdiri tegap sambil menuntun motor dengan 2 ban tanpa udara disampingnya.
“Kau terlambat!” Kesalku
“terlambat untuk apa?” tanyanya bingung
“tadi Eunhyuk hampir memperkosaku!” Ucapku dan hanya ia balas dengan helaan nafas saja!
 


“kau tak pernah menonton film huh? Biasanya disaat-saat seperti itu, akan ada seseorang yang datang menolong! Ia akan memukuli namja yang hendak berbuat yang tidak-tidak itu sampai jatuh terkapar lalu menyelamatkan sang yeoja! Kau itu! Jinjja!” Sungutku
“Kau terlalu banyak menonton drama Hyo!” Ucapnya datar
“cih… sudah berapa kali kau mengatakan kata Drama didepanku?”

 


“aku mau pulang” Rengekku
“ya sudah sana pulang! Aku tak melarangmu!” Jawabnya tak acuh
“YA… Bagaimana caranya aku pulang? Ponsel maupun dompetku ada di tasku, dan tasku tertinggal di mobil Eunhyuk! Aku tak tau dimana ini! Cuma kaulah satu-satunya harapanku!”
“Oh.. kau memintaku mengantarmu pulang?” Tanyanya sambil tersenyum, membuatku ikut tersenyum melihat respon positifnya

“kau tak sadar bagaimana keadaan motorku sekarang ini? Sudah menyusahkanku sekarang meminta bantuanku?” Lanjutnya dengan nada yang menyebalkan, membuat senyum yang terlukis diwajahku menghilang tanpa bekas.
 



“Apa? Kau menuduhku?” protesku, walau sebenarnya apa yang ia katakan itu 100% benar! Tapi masa ia aku mengaku begitu saja?
“yah kau pikir saja! Siapa lagi siswi disekolah yang kurang kerjaan dan mau melakukan hal idiot seperti ini?”  Ucapnya tanpa ekspresi, namun semua kata-katanya itu sangat mengena, Omooa… apa ada sindiran yang lebih tajam dari itu? Aku benar-benar sudah naik darah sekarang, sebenarnya tinggal tunggu waktu saja untuk meledakkan semuanya, namun aku masih punya akal sehat, aku tak mungkin memaki-makinya disaat seperti ini! Bisa-bisa ia tak mau membantuku dan malah meninggalkanku sendiri.
“Eh.. tunggu dulu! Apa yang kau lakukan disini? Kau mengikutiku?” tuduhku sambil memicingkan mataku.
“Untuk apa aku mengikutimu? Aku itu mau pulang! Itu rumahku!” Ucapnya sambil mengarahkan matanya kesebuah rumah dengan pagar putih, tak jauh dari tempat kami berada.
“Kalau begitu, aku ikut kerumahmu!” 



 

“Anio! Aku tinggal sendiri!”
“Lalu? Apa masalahnya?”
“Yeoja pabo!”
“Jadi kau tega meninggalkanku sendiri?” Tanyaku sambil memanyunkan bibirku dan hanya ia balas dengan anggukan kecil
 


“Ah.. gerimis!” Seruku saat menyadari rintik-rintik hujan mulai menyapa kami, kutadahkan kedua tanganku memastikan apa yang kurasakan itu benar, Ah… benar! Bahkan ini sudah tak bisa dibilang gerimis lagi, aku segera bangkit dari posisiku dan baru menyadari sesuatu! YAK… NAMJA ITU! Dia sudah berlalu meninggalkanku! Tanpa pikir panjang, aku segera berlari menyusulnya dan saat ia membuka pagar rumahnya, dengan segera aku menyelak namja itu untuk memasukinya.
 



Ia memarkir motornya lalu mendekat kearahku
“hanya untuk berteduh saja! Setelah itu kau pulang!” Ucapnya dingin lalu berlalu ke dalam rumahnya

 


Aku mengekor dibelakangnya, dan saat aku memasuki rumahnya, Wooaaa…. Indahnya! Desain yang sangat menarik, Ia pandai memilih warna, hampir semua perabotan disini berwarna Biru, hijau atau putih, kalian bisa bayangkan betapa teduh dan tentramnya rumah ini? Aku jamin 100 % Jika kalian sudah memasuki rumah ini, kalian takkan mau lagi untuk keluar, Aku berjalan masuk semakin dalam kedalam rumahnya, dan aku sampai disebuah ruangan yang sangat indah dengan sofa berwarna putih bersih ditengahnya, Untungnya ia tak memiliki teman seperti kelima sahabatku, jika ia, sudah kupastikan sofa ini akan berubah warna menjadi hitam pekat dalam waktu kurang dari 24 jam, Yah… tentu saja itu pekerjaan yang mudah bagi seorang perusuh sejati seperti mereka berlima!




 

Aku masih memanjakan mataku dengan semua perabotan disini, Mataku terus menjelajah benda-benda yang menurutku menarik, sampai sesuatu menarik perhatianku, sebuah kalender! Ah.. apa yang kalian pikirkan? Bukan! Aku bukannya seorang yeoja norak yang belum pernah melihat kalender! Tapi yang menarik perhatianku adalah coretan-coretan didalamnya, dari tanggal 21 desember sampai hari ini yaitu  tanggal 16 Januari diberi tanda silang dengan spidol hitam, lalu ada sebuah bulatan yang ditulis dengan spidol merah pada tanggal 20 Januari, dan ada sebuah catatan kecil disana ‘BACK TO MY OLD LIFE’ Apa maksudnya? Kehidupan lamanya? Apa kehidupan lamanya?



 


“Satu, dua, tiga, empat,………..dua puluh enam, dua puluh tujuh! 27 hari” Gumamku saat menghitung jumlah tanggal yang ia silang dengan spidol hitam.
“Sedang apa?” Tanya seseorang dari belakangku, membuatku terlonjak kaget dan segera berbalik menghadapnya
“eobso” jawabku singkat sambil tak berhenti menatapnya sembari memuji ketampanannya dalam hati. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan kaus putih lengan pendek dan sebuah celana santai panjang dengan warna gelap, Omoona……. Ia terlihat begitu sempurna.



 


Ia berjalan menuju meja makan dan aku mengekor dibelakangnya, kami duduk berhadapan disana, tak ada yang kami lakukan, hanya diam menunggu hujan yang malah semakin deras. Benar-benar bosan dengan keadaan seperti ini, akhirnya aku mulai membuka suara
 


“Hei.. kau tak khawatir denganku?”
“Khawatir  untuk apa?”
“tadi Eunhyuk oppa hampir memperkosaku!”
“halah… aku sudah sangat hafal dengan sikapmu Hyo!”
“hah? Memangnya apa?”
 


“aku tak yakin dengan ucapanmu! Kau itu suka sekali mendramatisir keadaan!” Ucapnya santai. Aku diam sembari berpikir, sebenarnya apa yang ia ucapkan itu tak salah! Eunhyuk oppa hanya ingin menciumku! Itu saja! Tapi tetap saja jika aku tak mau itu namanya pemaksaan kan?
“Kenapa diam? Aku benar kan?” Lanjutnya
“Tapi dia menciumku! Apa kau tak khawatir? Kau harusnya datang disaat yang tepat dan menyelamatkanku darinya!”
“Menyelamatkanmu dari namjachingumu sendiri?” Tanyanya sambil mengerutkan keningnya. Aish…. Lagi-lagi dia benar! Mana ada? Diselamatkan dari pacarnya sendiri?
 


“diam lagi? Waeyo? Lagi-lagi aku benar kan? Makanya kalau mau bicara itu dipikir dulu! Lagipula kalau kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri, untuk apa mengharapkan bantuan orang lain? Jangan manja Hyo!” Aigoo…… sumpah demi apapun namja ini menyebalkan sekali! Jika aku tak ingat kalau aku berada dirumahnya, sudah kubakar namja ini!


 


Masih mencoba menahan marah, aku kembali menatap namja itu setelah sebelumnya kuarahkan pandanganku kejendela, mengamati hujan yang turun dengan derasnya. Dan baru kusadari saat itu, ia menatapku, ia sedang menatapku, membuat aku lupa caranya bernafas untuk sesaat


“Mengapa kau menatapku seperti itu?” Tanyaku dan seolah baru tersadar, dengan cepat ia mengarahkan pandangannya kearah lain lalu bangkit dari duduknya, ia mengusap matanya berkali-kali sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berlalu dari hadapanku dan berjalan menuju kedapur, tak ingin sendirian aku kembali mengekor dibelakangnya



 

Kuamati tingkah lakunya sejak tadi, ia sedang membuat teh, tapi tunggu dulu! Ia hanya membuat satu cangkir teh saja!
 


“Itu untukku?” Tanyaku sambil menunjuk cangkir ditangannya, ia sedang menuangkan air panas kedalam cangkir itu.
“Siapa bilang? Ini untukku!”
“MWO? Lalu kau tak membuatkan teh untukku?” Tanyaku memelas
“dalam rangka apa?”
“YA.. Setidaknya, aku ini adalah seorang tamu! Kau ingat! Tamu adalah raja!”
 


“kau menyebut dirimu tamu? Jinjja!” Kesalnya
“sudahlah! Cepat buatkan untukku!” Rajukku
“Jangan bilang kau tak bisa membuat teh!” tuduhnya
“Aku bisa!” protesku, namun dia hanya tersenyum merendahkan menanggapiku, merasa terhina dengan pernyataan sekaligus reaksinya, dengan segera kuambil sebuah cangkir dan membuat secangkir teh.
 


“Lihat!” ucapku puas sambil mengangkat cangkir tehku, dan untuk kali ini ia hanya diam sambil memperhatikanku yang sedang tersenyum penuh kemenangan, dari sorot matanya terlihat sebuah ketidak yakinan, seperti berkata ‘coba minum!’ namun dalam diam, menanggapi tantangannya itu, aku segera meminum teh buatanku, dan YAIKKSSS! IGE MWOYA? APA INI BENAR BUATANKU? Sumpah demi tuhan, ini adalah teh terburuk didunia, terlalu banyak gula sampai-sampai aku tak dapat merasakan rasa teh didalamnya, Bisa-bisa aku diabetes jika meminum teh ini! Aku mencoba mengontrol reaksiku, aku tak memperlihatkan betapa buruknya teh buatanku dihadapannya. Bisa-bisa ia mencaciku habis-habisan, karena seorang yeoja berumur 17 tahun tak dapat membuat secangkir teh, namun seolah dapat membaca mimik wajahku yang sedang mati-matian menahan rasa manis gula yang berlebihan ditehku, ia mengambil cangkir ditanganku dan menukarnya dengan miliknya.


 



“Minumlah! Belum kuminum sama sekali!” Ucapnya sambil membuang teh dicangkirku kedalam tempat pencucian piring, ia membuang teh itu sampai habis sehingga hanya menyisakan gula yang menggumpal dibawahnya.



 

Kami kembali ke meja makan, aku menyeruput teh buatannya berkali-kali sedangkan namja didepanku hanya diam sambil menoleh kearah jendela, memperhatikan hujan. Hingga sebuah gosip yang sedang hangat disekolahku terngiang dikepalaku.



 

“Donghae! Hmm… soal Chae Ra sonsengnim, hmm…. Kau…” Ucapku sedikit tak yakin
“kau mempercayai gosip murahan itu?” Seolah mengerti kemana arah ucapanku, ia menyelak ucapanku.
“aku dan chae ra hanya berteman!  Inilah sulitnya mengajar disekolah khusus yeoja! Gosip seperti ini mudah sekali menyebar!’ Kesalnya
“lalu kenapa kau sangat dekat padanya? Kau menyukainya?”
“anio! Lagipula ia itu sudah bertunangan”
 



“tapi kau menyukainya kan?” desakku
“anio Kim Hyo Yeon! Sudah ada seorang yeoja yang mengisi hatiku!” DEG! Apa katanya? Apa aku tak salah sengar? Siapa yeoja itu? Ish… entah mengapa rasanya sesak sekali setelah mendengar pernyataannya! Tak ingin terlalu jauh, aku lebih memilih untuk diam sambil menatap cangkir teh didepanku
“kau tak mau tau siapa yeoja itu?" Tanyanya

"Anio!" Tegasku, untuk apa aku tau? Apa untungnya bagiku? Walaupun sejujurnya aku sangat amat penasaran dengan sosok yeoja yang telah mengisi hatinya.
"Hei... kau itu benar-benar mencintai Eunhyuk atau tidak?" Tanyanya tiba-tiba yang cukup membuatku kaget.






"Keurae! Memangnya kenapa?"  Sungutku
"Yah... mungkin saja kau memacarinya hanya karena kau sedang ingin pacaran saja! Atau karena ingin mendapat status atau apalah!" Ucapnya santai, namun sangat berarti besar bagiku, membuatku berfikir dua kali tentang keseriusan hubunganku
"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?" Kesalku
"sekarang kutanya sekali lagi padamu! Kau benar mencintainya tidak?"
"NE!"





"Walau namja itu sudah memperlakukanmu seperti tadi?" tekannya
"Kau bodoh Hyo! Sudah jelas sikap namja itu sebenarnya seperti apa tapi kau tetap mencintainya! Sekarang kurasa aku tau tujuan utamamu memacari namja macam itu!"
"Jangan sok tahu ya!" sungutku
"lalu kenapa waktu itu kau lebih memilih namja itu dibanding aku? Kenapa? Karena ia menggunakan mobil mewah? Karena itu? Jadi kau baru mau berhubungan dengan seseorang yang setidaknya setaraf denganmu? Apa aku harus membawa sebuah mobil dulu jika ingin menjadi temanmu?" Ia meluncurkan statement-statementnya dengan penuh penekanan disetiap katanya, membuat telingaku panas mendengarnya



“YAAAAAAAAAAAA………” Pekikku tak kuat lagi, aku berdiri dan mengambil benda terdekat didepanku, sebuah vas bunga kecil kugenggam dan kulemparkan kearahnya, namun dengan sigap ia mengelak sehingga PRAANNGGG….. Vas bunga itu membentur tembok dibelakangnya dan pecah berkeping-keping.

 


“YAK! Kau ingin menghancurkan rumahku?” Bentaknya sambil ikut berdiri
“Kau menyulut emosiku! AKU BUKAN YEOJA SEPERTI ITU!” Jeritku sekuat tenaga. Aku tak dapat lagi menahan emosiku padanya
“Ah.. sudahlah!” Ucapnya sambil kembali duduk, begitupun aku. Akhirnya kami kembali terperangkap dalam keheningan, suasana menjadi semakin hening saat hujanpun ikut berhenti, suasana menjadi sangat tidak enak sekarang. Tak ada satupun dari kami yang angkat suara, sampai akhirnya kebosanan yang amat sangat menderaku, aku bangkit dari posisiku dan mencoba mencari aktivitas baru, aku hendak mengeksplorasi kembali perabotan indah yang sempat terhenti karena kalender sialan itu.

 

Baru beberapa langkah aku berjalan, sebuah tangan menahanku, memaksaku untuk menghentikan langkahku dan berbalik menghadapnya, Lee Donghae, entah sejak kapan ia bangkit dan berjalan menghampiriku, namun yang pasti sekarang kami sudah saling berhadapan. Ia memegangi kedua pipiku dengan telapak tangannya, seolah menyuruhku untuk menatap kedua matanya yang indah itu, membuatku merasa sangat nyaman.

 


“Hyo… Aku.. Aku……..” Ucapnya tak jelas
“Aku…… Kim Hyoyeon, sebenarnya aku……..” Lanjutnya yang semakin membuatku penasaran.
“Aku… Aku... Aku.... Aku rasa ini sudah waktunya kau pulang!” Ucapnya sambil melepaskan kedua tangannya dari pipiku. MWO? Dia hanya akan mengatakan itu? Tapi kenapa sepertinya penting sekali sampai-sampai memperlakukanku seperti itu? Dasar namja gila!



Aku memperhatikannya yang berjalan menjauh dariku sambil mengacak-acak rambutnya frustasi dan menggumamkan sesuatu yang entah apa itu.

 


“kau hanya ingin mengatakan itu?” Tanyaku bingung
“Sebenarnya Aku…….” Ia mencoba kembali mengatakan sesuatu, namun seperti menahan kembali ucapannya, ia menoleh kearah lain.
“YA.. Apa yang ingin kau tanyakan?” Kesalku dan tepat saat itu, ia kembali mendekatiku.
“dengarkan baik-baik! Aku….” TING…. TING…. TING….. TING…… (suara jam kuno yang sangat besar berbunyi dengan nyaringnya selama 9 kali, menandakan waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam)
“MWO? Sudah pukul 9 malam? Sebaiknya kau pulang sekarang!” Ujarnya sambil berlalu mengambil telfon rumahnya.
 


“bagaimana kalau aku tak mau?” Tanyaku sambil menyedekapkan tanganku. Ia membawa telfon rumahnya mendekatiku
“jangan bodoh! Ige! Telfonlah seseorang, eomma atau supirmu mungkin!” Ucapnya sambil mengulurkan wirelessnya kearahku, aku mengambilnya ragu lalu kuperhatikan tombol-tombol angka yang terdapat
 disana.
"YA.. palli! Telfonlah!"
"Donghae!"
"apa lagi?"
 


"aku tak hafal nomor siapapun, termasuk nomor handphone eommaku atau nomor telepon rumahku bahkan nomor handphoneku sendiri saja, aku tak tau!" Jelasku sambil menunduk, menyadari betapa bodohnya aku.
"M.. MW.. MWO? TAK TAU? aigoo..... apa ada orang yang lebih bodoh darimu, Kim Hyoyeon-ssi?" Kesalnya lalu merebut wireless ditanganku.
"ya sudah! Mungkin memang sudah takdir jika malam ini aku harus menginap dirumahmu!" ucapku
"siapa yang mengizinkanmu huh?"
"aigoo.... kau pelit sekali!"
 


"aku hanya punya satu kamar disini!"
"aku bisa tidur disofa!" Tiba-tiba ia mendekat kearahku, membuatku melangkahkan kakiku untuk mundur menjauh darinya, ia terus berjalan mendekatiku sampai aku tak bisa mundur lagi karena tepat dibelakangku sudah ada meja makan. Ia sedang berada tepat dihadapanku sekarang, ia meletakkan kedua tangannya diatas meja makan dan mengapitku diantaranya.


 


"Hyo! Kau sadar dengan apa yang kau bicarakan?" Ucapnya
"apa yang salah? Aku hanya merasa nyaman saja disini! Jadi aku tak mau pulang!" Ujarku yang mendapat sebuah senyuman sinis darinya
"aku itu namja normal! N-O-R-M-A-L! Bisa saja aku melakukan hal yang tidak-tidak padamu!" Ia menekankan kata-kata 'normal' sambil mendekatkan wajahnya kewajahku, walaupun aku sudah memundurkan wajahku berkali-kali, namun ia tetap saja mendekatkannya, membuat jarak diantara kami tetap sangat dekat.

 


"Tapi aku mempercayaimu! Kau tak mungkin melakukan itu padaku!"
"ARGGHH! Kau benar-benar sedang mengujiku, Hyo!" Ucapnya sambil menarik tanganku dan mengajakku pergi dari ruangan itu, yah... setidaknya ini lebih baik daripada bertahan dengan posisi seperti tadi.

 

Ia menyeretku keluar dari rumahnya

 

"aku tak mau pulang! Lepaskan!" rontaku sambil menahan langkahku agar tak terseret olehnya.

 

"DONGHAE!" pekikku saat kami sudah melewati pagar rumahnya
"Dimana alamat rumahmu?" Tanyanya dingin tanpa melihatku yang sudah meronta-ronta dalam genggamannya.
"Untuk apa?"
"CEPAT SEBUTKAN!"Bentaknya
"perumahan HanSan-du nomor 9!"Jawabku begitu saja karena takut akan bentakannya. Kami sudah tiba di jalan raya sekarang, ia berhenti sambil menengok kekanan dan kekiri namun tangannya tetap menggenggam tanganku kuat namun lembut.
 


"Kau mau membawaku kemana?" tanyaku kesal. Ia tak menjawabku, ia malah menjulurkan tangannya untuk memberhentikan sebuah taksi
"YA... Apa yang kau lakukan?" Tanyaku sambil meninju bahunya, saat taksi itu sudah berada tepat didepan kami, ia membukakan pintu belakang taksi itu dan mendorongku masuk

 


"HanSan-Du nomor 9 ahjussi!" Ucap namja itu cepat kepada sang supir taksi sambil menutup pintu bagian belakang taksi itu. Dan saat itu juga taksi itu melaju.

Aku berteriak-teriak merutuk dirinya dari dalam taksi, aku menghadap kebelakang, melihatnya dari kaca bagian belakang taksi ini, kuperhatikan ia yang belum juga berlalu dari tempat itu, ia sedang menatap lurus kearahku. Omoona... apa yang ada dipikirannya?





TBC


ok! selesai part 4!
Part 5 nya? Entah kapan aku g janji bakal cepet
mian kl ceritanya makin g jelas alurnya
dan........
masalah feel?
aku g tau! apa kalian bisa merasakannya?

semoga g ngecewain ya....
dadah! please leave a comment and reaction for me!

Comments

Popular Posts