Your New Face - part 1 (Childhood Moment)




cast : Lee Donghae, Im Yoon Ah, Lee Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk



Yoona POV

“haruskah eomma?”
“ne. cepatlah berangkat, appa sudah menunggu berkasnya.”
“huh... baiklah. aku berangkat.” pamit ku dan mulai mengendarai mobil ku.

   flashback


“Yoona.... cepatlah. nanti kita bisa terlambat.”
“ne eomma. aku sudah siap.” jawab ku sembari berjalan keluar.
“lekaslah. appa sudah menunggu di mobil.”

“oh iya eomma appa, keluarga Lee itu siapa sih?” tanya ku saat appa mulai menjalankan mobilnya.
“mereka teman appa dan eomma saat kuliah. dan sekarang perusahaan mereka menjadi partner perusahaan appa.” jelas appa yang masih fokus pada kendali mobilnya.
“oh iya Yoong, Lee ahjumma dan Lee ahjussi juga memiliki seorang anak seumuran dengan mu. bisakah kau bersikap baik dengannya?”
“seumuran dengan ku eomma? apakah dia seorang yeoja juga seperti ku?”
“ehmm... annie. dia seorang namja. tapi ingat, walaupun dia seorang namja sekalipun kau harus tetap baik dengannya. arraseo..”
“arra eomma..” jawab ku dengan mengangguk pelan.
“hemm.... tentu saja aku akan bersikap baik dengannya. dia kan seorang namja jadi dia tidak akan merebut boneka kesayangan ku ini..” batin ku sembari mengikat rambut boneka ku ini.
“dan mana ada seorang namja yang bermain boneka.” sambung ku lagi.

Tak terasa akhirnya kami sampai disebuah rumah yang bisa dikategorikan sebagai rumah seorang konglomerat. Rumah mewah yang di desaign unik dengan pekarangan yang sangat luas dengan berbagai macam bunga yang tumbuh disana.
“wah... rumah ini sangat mewah...” takjub ku dengan rumah yang baru saja aku masuki pekarangannya ini.
“berarti keluarga Lee itu keluarga orang kaya dong...” lanjut ku yang masih takjub dengan rumah ini.
“siapa?” tanya penjaga rumah itu saat mobil appa hendak masuk.
“saya tuan Im.”
“oh tuan Im. silahkan masuk tuan, tuan dan nyonya Lee sudah menunggu anda.” kata penjaga itu sembari membukakan pintu pagar nya.
“apakah keluarga Lee itu seorang pejabat? sampai-sampai ada dua pagar dan banyak penjaganya.” batin ku.

Setelah appa memarkirkan mobilnya, aku pun segera turun mengikuti appa dan eomma. Aku semakin tersentak tak percaya dengan apa yang ku lihat. Kami disambut oleh banyak asisten rumah tangga, dan dengan sigap mereka mengantarkan kami untuk bertemu dengan keluarga Lee.
“wah... rumahnya besar sekali.” batin ku saat aku menginjakkan kaki ku didalam rumah ini.
“tuan nyonya, tuan dan nyonya Im sudah datang.” beri tahu salah satu asisten rumah tangga  itu.
“ah ne.” jawab seorang ahjussi yang dapat aku tebak dia lah yang bernama Lee ahjussi.
Appa dan eomma segera berjalan menuju sebuah bungalau dimana ada seorang ahjumma dan ahjussi sedang duduk disana. Aku pun berjalan pelan mengekor dibelakang mereka. Aku terus memperhatikan sekeliling ku. Rumah ini sangat besar dan terdapat taman yang indah. Mata ku pun tiada henti berkeliling mencari sosok namja yang eomma katakan tadi. Setelah lama berkelana, akhirnya mata ku terhenti disebuah ayunan.
“mungkin kah itu dia..” batin ku saat melihatnya.
Tiba-tiba saja dia berdiri dan tersenyum kepada ku. Aku pun membalas senyumannya.
“pasti dia adalah namja itu. sepertinya dia namja yang baik dan juga sopan.”tambah ku lagi.

“Yoong...”
“ah... ne appa.” jawab ku sembari berjalan menghampiri appa.
“ini anak mu Im? cantik sekali.” puji Lee ahjumma.
“gamsahamnida ahjumma. Im Yoon Ah imnida.” kata ku sembari menundukkan sedikit badan ku.
“kau juga yeoja yang sopan Yoona.” tambah Lee ahjumma lagi yang membuat ku seperti melayang-layang karena pujiannya.
“oh iya, dimana Donghae?” tanya Lee ahjussi sembari melihat kesekeliling.
“mungkin dia ada di kamarnya. kalau  begitu aku panggilkan dulu.”
“berarti nama namja itu Donghae.” batin ku.

Tak berapa lama kemudian, Lee ahjumma kembali dengan seorang namja yang.....
“mwo?” kaget ku saat melihat namja yang datang bersama dengan Lee ahjumma.
“kalau dia yang bernama Donghae, lalu siapa yanng aku lihat tadi?” batin ku.
Aku diam mencoba mengingat namja yang aku lihat tadi. Siapa namja itu. Kenapa dia tersenyum kepada ku. Sesaat aku menjadi ketakutan.
“apakah dia setan.” batin ku sembari mengumpat dibalik eomma.
“wae Yoong? kenapa kau mengumpat.” tegur eomma pada ku.
Aku hanya diam tak menggubris tegurannya.
“nah.. ini Donghae. Donghae ayo berikan salam.” perintah Lee ahjumma.
“annyeonghaseyo... Lee Donghae imnida.”
“nah Donghae, ini Yoona ani Im ahjussi dan ahjumma.” kata Lee ahjumma memperkenalkan ku pada Donghae ani namja nya.
“annyeonghaseyo.. Im Yoon Ah imnida.”
“ahjumma .,” panggil ku membuat seluruh mata langsung menatap kearah ku.
“ne.”
“ahjumma, bolehkah Yoona bertanya?” tanya ku agak ragu pada Lee ahjumma.
“tentu saja. memang apa yang ingin kau tanya kan?”
“ehmm... ahjumma... punya ani berapa?”
“hush.. Yoong. kau tidak boleh bertanya seperti itu. itu tidak sopan.” kata eomma menasihati ku.
“sudah tak apa Im. apakah kau benar-benar ingin tahu Yoong?” Aku mengangguk mantap.
“ahjumma hanya mempunyai satu ani. ya.... Lee Donghae ini ani ahjumma. memangnya ada apa?” tanya Lee ahjumma yang terlihat bingung.
“emm... begini ahjumma. tadi Yoona melihat seorang namja disana. Yoona kira itu ani ahjumma, makanya Yoona terkejut ketika ahjumma kembali dengan seorang namja yang berbeda dengan yang Yoona lihat tadi.” jelas ku
“eomma, mungkin yanng dia maksud Eunhyuk.” kata Donghae berbisik tetapi aku masih dapat mendengarnya.
“oh... mungkin yang tadi kau lihat Eunhyuk.”
“Eunhyuk?” tanya ku bingung.
“ne. dia adalah ani kepala asisten rumah tangga ahjumma. tetapi ahjumma dan ahjussi sudah mengangkatnya sebagai ani. tunggu ya, biar Donghae yang memanggilkannya agar kau tidak bingung lagi. Donghae-ah tolong panggil Eunhyuk kesini.”
“ne eomma.” turut namja itu.

Tak lama berselang, kini namja itu sudah kembali dengan seorang namja yang tadi aku lihat. Namja yang ku kira adalah Donghae, ani Lee ahjumma dan ahjussi.
“nah.. ini Eunhyuk. Eunhyuk perkenalkan diri mu.”
“ne ahjumma. annyeonghaseyo.. jo neun Lee Hyuk Jae imnida.” kata nya sopan sembari sedikit membungkukkan badannya.
“nah., sekarang kau sudah kenalkan Yoona.”
“ne ahjumma. mianhae atas pertanyaan Yoona tadi.” kata ku merasa bersalah.
“tak apa. yasudah kalian pergi mainlah. eomma, appa, ahjussi, dan ahjumma ingin mengobrol dulu.”
“ne eomma. kajja...” kata namja itu sembari berjalann mendahului aku dan juga Eunhyuk.

Namja itu berjalan masuk kedaalam rumah, dan aku pun hanya mengikutinya dari belakang.

   bruk...

“au....” rintih ku.
“gwencana?” tanya Eunhyuk sembari membantu ku berdiri.
“ya! kau ini, kalau jalan pakailah mata mu. jangan terus memainkan boneka mu itu.” bentak namja itu sembari mengambil paksa boneka yang aku pegang.
“mianhae, aku tidak sengaja. lagi pula......”
“sudahlah. sebagai tanda permintaan maaf mu dan agar aku memaafkan mu, boneka ini akan menjadi milik ku.” potongnya cepat.
“mwo? jangan. itu boneka kesayangan ku.” kata ku sembari mecoba mengambil boneka ku dari tangan namja gila itu.
“terserah. mau boneka kesayangan mu atau tidak. aku tidak pedulu. yang penting boneka ini telah resmi menjadi milik ku.”
“kembalikan boneka ku.” bentak ku sembari menarik paksa boneka yang ia pegang.
“annie.” katanya dan juga ikut menarik boneka ku dari sisi yanng lainnnya.
“kembalikan....”
“annie.”
Tiba-tiba saja......

   pletak... *anggep suara boneka barbie yang kebelah dua yah. author enggak tau suaranya gimana. hehe..*

“ha? boneka ku. bagaimana ini? boneka kesayangan ku jadi rusakkan. ini semua salah mu.” bentak ku yang diikuti tetesan air mata yang mengalir begitu saja dari mata ku.
“bo? salah ku? ini salah mu! lagi pula siapa yang merebut paksa dari tangan ku? kau kan yang merebutnya. kalau kau tidak merebutnya, boneka ini tidak akan rusak dan mungkin karena boneka ini boneka murahan, makanya ditarik sedikit saja langsung rusak.” katanya tak mau kalah.
“tapi kan....”
“sudah. ini salah mu bukan salah ku!”
“eomma........” tangis ku setelah ia menyalahiku atas perbuatannya.

“ada apa ini? kau kenapa Yoong? kenapa kau menangis?” tanya eomma seketika setelah aku berteriak menangis memanggilnya.
“ada apa ini Donghae-ah? kenapa Yoona menangis?”
“emm... dia...”
“dia merusak boneka ku.” potong ku cepat dengan isakan.
“ya! Lee Donghae apakah itu benar?”
“ehmm...”
“kau ini. eomma kan sudah katakan pada mu,  kau harus bersikap baik. tapi kenapa kau merusak mainan Yoona?”
“sudahlah, tak apa. jangan salahkan Donghae lagi.”
“tapi dia nakal.”
“sudah tak apa Lee. Yoong, kau jangan menangis lagi, nanti kita beli lagi bonekanya.” bujuk eomma.
Seketika itu juga, aku menghentikan tangis ku dan beralih memandang eomma.
“benarkah itu eomma?”
“ne.” jawab eomma sembari menganggukkan kepalanya.
“dan kau Lee Donghae, minta maaf lah keapda Yoona atas perbuatan mu itu.” perintah Lee ahjumma.
“ne eomma. mianhae Yoona.” katanya dengan tertunduk.

~ 3 years later ~
“bagaimana? kau ingatkan kejadian  itu?”
“huh.. tentu saja aku mengingatnya. baru pertama bertemu saja langsung berulah.” dengus ku ketika Eunhyuk mencoba mengingatkan ku akan kejadian tiga tahu silam yanng membuat ku menangis akibat ulah kekanak-kanakkannya.
하하... tapi akhirnya dia minta maaf kan pada mu.”
“iya sih.”
“dan aku juga tidak akan melupakan wajahnya pada saat itu. wajahnya berubah menjadi putih pucat seperti mayat hidup pada saat itu하하...” tawa ku ketika mengingat wajahnya pada saat itu.
“dan untungnya dia tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan kita. hah.... itu membuat ku sangat senang. aku sudah muak satu sekolah dengannya, selama lima tahun kita bersekolah di sekolah yang sama dengan si raja manja itu.” sambung ku lagi.
“apakah kau yakin?” tanya nya dengan wajah yang aneh.
“maksud mu?” tanya ku bingung.
“apakah kau tidak akan merindukannya? sejak kita sd kan kau dan dia sangat dekat, setiap hari selalu bersamanya, berlari bersama, marah bersama, kelas sama,....”
“ya! itu karena dia selalu mencari masalah dengan ku.” potong ku cepat
ㅋㅋㅋㅋ ....” tawa Eunhyuk keras yang terlihat sangat puas setelah ia melontarkan kata-kata yang membuat ku kesal.

   plak...

“aw...” rintih ku saat merasakan ada sebuah benda yang mendarat keras diatas kepala ku.
“ya... Yoona-ah.. gwencana?”
“ne.” jawab ku sembari mengusap kepala ku yang masih terasa sangat sakit.
“argghhh..... siapa yang melempar kaleng softdrink ini. apakah dia pabo? apakah dia tidak tahu kaleng softdrink ini masih terisi penuh.” kesal ku saat mengetahui bahwa benda yang mendarat dengan sangat sempurna diatas kepala ku adalah sebuah kaleng softdrink yang belum diminum.
“bagaimana?” tanya seseorang yang membuat aku dan juga Eunhyuk langsung berbalik mencari darimana arah suara itu berasal.
Dan seperti ada api yang membakar seluruh tubuh ku ketika aku mengetahui bahwa suara itu berasal dari seorang namja yang selama ini selalau mengusik hidup ku.
“kenapa dia ada disini?” batin ku saat aku melihat dia berdiri dibelakang kami dengan senyum innocent nya.
“bagaimana? apakah sakit?” tanya nya lagi.
“ya! apa yang kau lakukan? apakah kau pabo? ha?” bentak ku.
“haha... baru segitu saja sudah marah.”
“BUYA? segitu saja kata mu?”
“ya. tak usah berteriak. itu adalah hukuman untuk mu.”
“bo? hukuman? memangnya apa yanng aku lakukan kepada...”
“jelas itu hukuman untuk mu atas apa yang kau katakan tadi dengan Eunhyuk.” potongnya cepat membuat ku tak dapat berkata-kata  lagi.
Bagaimana dia bisa tahu kalau tadi aku dan Eunhyuk membicarakannya. Apakah dia setan, samapai-sampai dia bisa tahu semuanya.
“aishh....” gerutu ku.
“lalu mau apa kau disini?” tanya ku dengan sediki menurunkan nada bicara ku.
“apakah kau tidak melihat, aku memakai seragam. ya aku akan sekolah hari ini.” jawabnya dingin tanpa melihat kearah ku.
“mwo? seragam? kau?”
“ne. aku  sekolah disini. Eunhyuk-ah, ajak aku berkeliling.” katanya dan berjalan pergi meninggalkan ku.
“Yoona-ah gwencana? aku tinggal dulu yah, kasihan Donghae, dia  tidak tahu seluk beluk sekolah ini. sampai bertemu di kelas. annyeonng..” kata  Eunhyuk sembari berlari mengejar Donghae.
Aku hanya diam tak merespon kata-kata Eunhyuk. Aku masih sangat terkejut mendengar pernyataan Donghae tadi. Dia bersekolah disini? Bagaimana bisa? Baru saja aku merasa senang karena tidak satu sekolah dengannya, dan sekarang kenyataannya aku harus kembali satu sekolah dengannya.

~ class ~
Aku memasuki kelas ku dengan langkah malas. Ini adalah hari pertama ku di sekolah ini setelah masa orientasi. Tetapi bukannya merasa senang karena masa orientasi siswa baru sudah berakhir, aku malah merasa sangat takut. Entah apa yang akan terjadi pada ku nanti. Segera aku duduk ditempat  ku dan meletakkan kepala ku keatas meja. Aku tak memusingkan seluruh teman kelas ku yang tengah membicarakan seorang. Samar-samar ku dengar  kalau mereka membicarakan seorang murid lagi yang akan bergabung dikelas kami. Tapi apa daya otak ku tak menyanggupi untuk memikirkan itu.  Selama mereka membicarakan anak itu, selama itu juga aku menenangkan otak ku setelah bekerja keras memikirkan namja gila itu sampai tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil nama ku. Suara itu dapat  ku kenali dengan mudah, ya.. itu suara Eunhyuk. Ku angkat kepala ku dan melihat kearahnya. Ia hanya tersenyum aneh melihat ku.
“aishh... kenapa kau tersenyum seperti itu?” kata ku kesal.
“annie.” jawabnya lalu duduk tepat dibelakang meja ku.
“ya. katakan ada apa. jangan buat ku penasaran.” perintah ku pada sosok namja yang memiliki gusi yang unik itu.
“annie Yoong.”
“aishh... terserah kau sajalah.” kata ku sembari membalikkan tubuh ku dan kembali meletakkan kepala ku keatsa meja.

Bel berbunyi tanda jam pelajaran sebentar lagi akan dimulai. Tapi sayangnya, aku sangat enggan untuk memulainya setelah aku bertemu dengan namja gila itu.
“annyeonghaseyo...” terdengar suara Kangin seosangnim yang membuat aku harus mengangkat kepala ku.
“bagaimana kabar kalian? apakaha kalian senang bersekolah disini? oh iya, hari ini kita bertambah satu teman lagi.” lanjutnya.
Tampak seisi kelas menjadi riuh tak karuan. Aku semakin malas untuk bersekolah hari ini. Dan untungnya hari ini hanyalah  hari perkenalan dikelas, jadi hari ini kami akan pulang cepat.
“tolong tenang anak-anak. saya akan panggil dia dulu.” kata Kangin seosangnim sembari berjalan keluar.
Tak berapa lama, Kangin seosangnim kembali masuk dengan seorang namja, yanng tak lain adalah.....
“BUYA????” batin ku saat aku melihat namja itu.
“nah anak-anak  ini dia. Donghae perkenalkan dirimu..”
“annyeonghaseyo... jo neun Lee Donghae imnida. mohon bantuannya..”
“Donghae-ah selamat bergabung di kelas kami. kau bisa duduk di....” Kangin seosangnim pun mulai mengedarkan matanya mencari tempat kosong untuk anak manja itu.
“seosangnim, bolehkah aku duduk bersama Eunhyuk?” katanya membuat Kangin seosangnim menghentikan kegiatannya itu.
“tentu. kau bisa duduk dengannya.”
“gamsahamnida seosangnim.” kata namja itu  sembari berjalan menuju tempatnya yang tidak lain berada tepat dibelakang ku.
“arrggghhhh.... bagaimana ini? kenapa dia duduk bersama Eunhyuk? kenapa tidak dengan yang lain?” gerutu ku.
Dan tiba-tiba saja...
“au...” rintih ku saat aku merasa ada seseorang yang menarik rambut ku.
“aishh... pasti namja itu.” kesal ku dan kemudian langsung membalikkan tubuh ku menghadapnya.
“ya!  apa yang kau lakukan? kenapa kau  menarik rambut ku?” bentak ku.
“itu adalah sapaan karena sekarang kita menjadi teman satu kelas.” jawabnya dengan senyum evilnya.
“mwo? sapaan? kau gila hah?” bentak ku semakin kesal.
“sudah-sudah kalian jangan ribut lagi. lihat Kangin seosangnim sudah memulai pelajarannya.” relai Eunhyuk.
“hari ini kau selamat Donghae-ah. lihat nanti kau akan ku balas.”

Dan mulai saat itu hari-hari suram ku pun dimulai......

   flashback end

~ Seoul Art University ~
   I wanna dance right now
   We can show ‘em how the girls getdown
   yes we go for more than zero
   number 1 everyone should know check this out

“sebentar Eunhyuk-ah, aku angkat dulu.” kata ku sembari berjalan menjauh darinya.

“yeoboseyo...”
“Yoong, apakah kau masih ada kelas?”
“annie appa. waeyo?”
“bisakah kau mengantarkan berkas appa?”
“memangnya dimana berkas itu?”
“dilaci meja kerja appa.”
“baiklah, lalu diantar kemana?”
“tolong antarkan kerumah Lee ahjussi. appa menunggu mu disini ya, tolong cepat ya Yoong...”
“mwo? tapi appa.....”

   tut..tut..tut..

“ha? haruskah aku ke rumah itu? rumah terkutuk itu.” gerutu ku setelah sambungan telephone aku dan appa terputus.
“wae Yoong?” tanya Eunhyuk.
“ha annie..”
“oh iya, aku ingin bertanya pada mu.”
“bertanya? apa yang ingin kau tanyakan?” tanyanya yanng terlihat bingung.
“mengenai devil itu.”
“devil?”
“ne. devil itu.”
“oh dia. wae?”
“apakah dia sudah kembali dari New York?”
“ne. kemarin dia tiba di Seoul.”
“bo? benarkah itu?” tanya ku untuk tak percaya.
“ne. memangnya ada apa?”
“ah annie. oh iya, Hyukkie-ah aku pergi dulu ya. ada yang harus aku lakukan. annyeonng..” kata ku sembari berlari meninggalkannya.
Aku pun berlari menuju mobil ku dan mengendarainya pulang ke rumah.

“Benarkah dia sudah pulang? Kenapa dia pulang pada saat aku harus ke rumahnya?”
 Otak ku terus saja berputar memikirkannya, tanpa aku sadari aku tengah memarkirkan mobil ku didepan rumah. Untungnya tidak terjadi apa-apa pada ku dan aku selamat sampai rumah. Aku saja tidak ingat kalau tadi aku sedang menyetir.
“kau sudah pulang. ini berkasnya.” kata eomma saat melihat ku masuk kedalam rumah.
“loh kok eomma.....” kata ku bingung, kenapa eomma bisa tahu kalau aku ingin mengambil berkas appa yang tertinggal.
“tadi appa menghubungi eomma. jadi eomma siapkan berkasnya biar kau tidak terlambat memberikannya pada appa.”
“oh begitu. lalu eomma mau kemana?” tanya ku setelah melihat eomma sudah berpakaian rapih seperti ibu-ibu arisan.
“eomma ingin ke salon, karena nanti malam eomma dan appa ada acara yang harus dihadiri.”
“oh... lalu kenapa tidak eomma saja yang mengantarkan berkas ini kepada appa? toh jalannya juga searahkan eomma.” celetuk ku ketika ide aneh itu melintas bebas difikiran ku.
“hus.. enak saja. kau kan yang disuruh appa. sudah berangkat sana, appa sudah menunggu mu.” perintah eomma sembari mendorong ku menuju mobil.

“haruskah eomma?”
“ne. cepatlah berangkat. jangan banyak alasan.”
“huh... baiklah. aku berangkat.” pamit ku dan kemudian mulai mengendarai mobil ku.
Selama pejalanan tak henti-hentinya aku berdoa kepada tuhan agar aku tidak bertemu dengan devil itu. Aku tak menyangka setelah hampir enam tahun aku hidup tentram, dan sekarang kehidupan ku harus kembali terusik oleh devil itu. Hah... apa-apaan ini, kenapa hal buruk selalu menimpa ku? Kenapa devil itu harus kembali? Kenapa dia tidak menghabiskan masa hidupnya di New York? Kan lebih baik dia disana, sejak sma sampai kuliah dia bersekolah di New York. Tapi kenapa dia harus  kembali lagi ke Seoul.

Kini mobil ku tengah memasuki sebuah rumah besar yang mewah. Aku pun tak perlu waktu lama untuk memasuki rumah ini. Aku keluar dari mobil ku dengan berjalan malas memasuki rumah ini. Ku edarkan seluruh mata ku melihat kesekeliling rumah ini. Tidak ada yanng berubah disini, semua masih tetap sama. Dapat dibilang terakhir aku berkunjung kesini saat pesta kepergian devil itu saat kami baru lulus sekolah menengah pertama. Betapa senangnya aku pada saat itu. Aku kembali berjalan memasuki rumah ini, aku kembali mengedarkan mata ku bukan untuk memperhatikan rumah ini, tetapi untuk mencari keberadaan sosok devil itu. Aku tak mau bertemu dengannya, maka dari itu kini aku berjalan sangat hati-hati. Setiap seluk beluk ruangan yang aku lewati tiada hentinnya aku perhatikan dengan seksama berharap aku tidak melihta devil itu disana. Setelah ku pastikan semua aman, aku segera berjalan cepat menuju  ruangan meeting yanng diberi tahu oleh asisten rumah tangga dirumah ini tadi.

   tok.. tok.. tok..

Aku mengetuk pinntu itu, dan membukanya pelan. Terlihat disana banyak sekali direktur-direktur besar partner kerja appa termasuk Lee ahjussi.
“annyeong...” kata ku memberi salam pada mereka.
“kau sudah sampai. mana berkasnya?” kata appa yanng segera menghampiri ku.
“ini appa. appa kalau begitu aku pamit dulu.”
“ne . gomawo Yoong.”
Aku kembali menutup pintu itu dan berjalan cepat menuju tangga. Sangking asik melihat kebelakang memastikan devil itu tidak ada disana, tanpa aku sadari aku menabrak seseorang hingga membuat ku terjatuh.
“mianhae..” kata ku disela aku mencoba untuk bangun.
Tapi apa daya, aku tidak bisa untuk membuat tubuh ku berdiri kembali. Aku kembali terjatuh saat mencoba untuk berdiri. Dan tiba-tiba saja, sosok orang yang menabrak ku tadi menggendong ku dan membawa ku kesebuah sofa yang ada diruang tamu. Sosok yang aku juga tak ingat siapa dia tetapi aku merasa bahwa aku mengenalnya.
“bolehkah aku meminta air?” kata ku pelan pada sosok itu setelah ia mendudukkan ku disofa.
Tanpa banyak bicara, dia segera beranjak meninggalkan ku. Tak lama kemudian dia kembali dengan segelas air. Ia memberikan segelas air itu pada ku.
“gamsahamnida..” kata ku pada sosok itu sebelum meminum air yang ia bawakan.
Sebenarnya aku ingin bertanya siapa dia, tetapi saat aku ingin bertanya tiba-tiba saja....
“kau kembali berhutang pada ku..” katanya dingin dengan menatap tajam kearah ku.
“mwo? berhutang?”



To Be Continued ^^ 

annyeong... I'm back with teenager story. hope reader like my fanfiction:)...감사합니다 ^^

Comments

  1. Chinguu.. ayo cepet lanjutin jgn lm" yahh.
    FFnya daebak bnget!! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ditunggu aja yah. part 2 nya lg dlm proses, semoga bisa cepet selesai.
      gomawo udah baca your new face:)

      Delete
  2. Chingu ayo lanjutn FFnya..
    seru bnget.. #sambil pake puppy eyes
    mian maksa hehe :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. part 2 nya lagi dalam tahap pemrosesan. ditunggu aja ya, mian kalo lama.
      gomawo udah baca your new face:) *author sambil BOW*

      Delete

Post a Comment

Popular Posts