Oh.. My Teacher part 5 (saranghae)





Hyoyeon POV



Sudah 3 hari aku tak masuk sekolah. Jika kalian tanya mengapa, itu karena aku ke luar kota, aku pergi ke Busan untuk mengikuti dance competition! Dan hasilnya seperti biasa medali emas berada dalam genggamanku. Aku tak menghubungi siapapun termasuk kelima sahabatku, Karena ponselku ada pada Eunhyuk! Kalian ingat kejadian 3 hari lalu? Ya.. 3 hari yang lalu! Jadi intinya, setelah kejadian menjijikan itu, aku belum sekalipun melangkahkan kakiku kembali ke sekolah! Dan aku juga belum bertemu dengan sonsengnim menyebalkan itu!



Aku melirik jam dinding berwarna hitam klasik yang terpasang tak jauh dari tempatku berada.  Sudah pukul 8 malam! Aku kembali memfokuskan mataku pada tv didepanku, aku sedang  berada diruang keluarga sekarang. Aish…. Membosankan sekali! Biasanya jam segini, aku sedang menonton dvd bersama kelima sahabatku, dan biasanya kebiasaan itu rutin kulakukan tiap malam, walaupun terkadang ada salah satu diantara mereka yang tidak ikut, yah… karena rata-rata mereka itu sudah punya namjachingu.


Dan dalam suasana seperti ini, aku jadi kembali merindukan appaku, otakku seolah memutar ulang kenangan-kenangan indah keluargaku, dulu diruangan ini aku sering sekali bercanda bersama eomma dan appaku, saling berdebat mengenai hal yang tidak penting, menceritakan kejadian-kejadian yang paginya kualami disekolah atau belajar dance dengan appaku. Aku sangat merindukannya. Ah.. tapi aku tak yakin, bila aku bertemu dengannya lagi, apa aku bisa memaafkannya?


Ting Tong…..

Suara bel rumah yang nyaringnya bukan main sukses membuatku terlonjak kaget, menghilangkan semua lamunan indah mengenai masa lalu keluargaku. Kulirik pintu depan rumahku kesal lalu mulai bangkit dari posisi dudukku yang sebenarnya terlalu nyaman untuk ditinggalkan


“aigoo…. Siapa si? Mengganggu saja!” Keluhku sambil berjalan malas kearah pintu, kubuka pintu itu perlahan dan…………. BRRAAAKKKK   Dengan cepat kututup kembali saat melihat namja menjijikan itu berdiri didepan pintu rumahku. Kubalikkan badanku dan kusenderkan punggungku dipintu itu, kurasakan kebencian yang amat sangat datang menyelimutiku, masih sangat jelas diingatanku apa yang namja itu lakukan 3 hari yang lalu.


“Hyoyeon! Mianhae!” Ucapnya lembut dari balik pintu
“APA MAUMU?” Bentakku masih dengan posisi membelakangi pintu
“Jebal! Bukalah pintunya! Ada yang ingin kubicarakan padamu Hyo!"
“SHIREO!”
"Aku minta maaf Hyo, aku benar-benar tak sadar melakukannya! Aku terpengaruh oleh teman-temanku!”
"Aku tak perduli!"
“Jebal Hyo! Memangnya kau tak merindukanku?” Ucapnya. Ish.. percaya diri sekali namja ini!


“YAK! PERGI KAU!”
“Hyo! Aku ingin mengembalikan tasmu! Aku juga ingin minta maaf padamu!” Aish… kenapa harus dengan alasan seperti itu? Jujur aku juga sangat merindukan ponselku, maka dengan alasan sepele itu, kubuka pintunya. Perlahan kubuka pintu itu dan kutampakkan wajah kesalku padanya.
“Berikan tasku!” Ucapku sambil mengulurkan tanganku kearahnya, mencoba mengambil kembali tas beserta segala isi didalamnya, namun ia malah menyembunyikan tasku kebelakang tubuhnya, menjauhkan tasku dari jangkauanku
“Tak secepat itu Hyo! Pertama kau harus memaafkanku!” Ucapnya sambil tersenyum
“Aku sudah memaafkanmu” Seruku cepat sambil kembali mengulurkan tanganku


“Jeongmalyo? Tapi kenapa nada bicaramu padaku itu kasar sekali?” Tanyanya menyebalkan
“Aku memaafkanmu Lee Hyuk Jae-ssi!” Ucapku penuh penekanan. Tapi sumpah demi tuhan aku sudah memaafkannya, yah... aku tau pergaulannya itu terlalu luas dan aku yakin sebuah ciuman antara sepasang kekasih bagi mereka adalah hal biasa. Mungkin untuk masalah ini, aku bisa sedikit memaklumi.
“Ah.. Baiklah…. Yang kedua kau harus bilang bahwa kau mencintaiku!” Aku terkesiap mendengar ucapannya.
“HEH… Untuk apa aku mengatakannya? Memangnya siapa kau?”
“aku Namjachingumu! Apa kau lupa? Tak pernah ada kata putus diantara kita!” Ucapnya dengan tenang. Aish…. Dia benar! Kupikir sekarang aku sudah terbebas darinya. Bahkan aku mulai menyadari apa yang dikatakan Donghae benar! Aku tak punya perasaan apapun pada Eunhyuk oppa! Dan mungkin aku memang menerimanya menjadi namjachinguku hanya karena sebuah alasan tak masuk akal bahwa ~aku sedang ingin pacaran~.


“bisakah kau memberiku alasan untuk mengatakannya! Bahkan aku tak yakin aku benar-benar mencintaimu!”  Ucapku ragu
“aku yakin 100% kau mencintaiku, Aku akan memberikan sedikit ilmu padamu! Jadi lebih baik kau dengar baik-baik kalau perlu catat semua yang kubicarakan!”
“Aigoo…. Sebutkan saja! Apa tanda-tanda orang jatuh cinta!” Kesalku
Ia mengerutkan keningnya sebentar lalu mulai berbicara “Jika orang yang kau cintai ada didekatmu, debaran jantungmu menjadi tak menentu, bahkan terkadang lebih cepat dari biasanya!”
“Pernahkah kau merasakannya?” Tanyanya dan kujawab dengan anggukan kecil.


“Kalau orang yang kau cintai jauh darimu, kau akan gelisah!” Lanjutnya
“dan yang pasti kau akan selalu merindukan senyuman dari namja yang kau cintai itu!” Ucap Namja itu sambil tersenyum memandangku
“Lalu apa lagi?” tanyaku tak puas.
“Hmm… Tentu saja banyak! Cinta itu aneh! Bisa datang pada siapa saja! Mungkin terkadang sulit untuk disadari! Yah… begini saja! Biasanya kau akan merasa nyaman bila berada didekat orang yang kau cintai dan kau akan berusaha dengan berbagai macam cara agar kau bisa mendapatkan perhatiannya, dengan kata lain kau ingin selalu berada didekatnya agar kau menjadi satu-satunya fokusnya!” Semua penuturan panjangnya sukses membuatku terdiam, membuatku merenungkan semua perkataannya dan kuakui aku benar-benar pernah merasakan semua itu.
“Ottokhaeyo? Apa kau merasakan semuanya?” Tanyanya membuyarkan lamunanku, aku menatapnnya lekat lalu tersenyum.


“Ne.. aku merasakannya!” Ucapku pelan sambil tersenyum simpul, kuarahkan pandanganku kearah lain, mencoba menghilangkan semua bayangan yang berkelebat dipikiranku “Kenapa aku sebodoh ini? Kenapa aku baru menyadarinya?” lanjutku tak percaya dan kali ini aku malah mengatakan kalimat itu dengan begitu antusiasnya. Senyum kecil yang terlukis dibibirku kini malah berubah menjadi senyuman puas, puas karena kali ini aku sadar, perasaan yang kupunya sekarang ini pada namja itu adalah…… cinta! Aku jatuh cinta padanya!
“Kalau begitu sebelum terlambat, kau harus mengungkapkannya! Jangan sampai kau menyesal seumur hidup karena belum sempat mengatakannya!” Nasehatnya yang diiringi anggukan antusias dariku.
“Kalau begitu apa yang kau tunggu?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya
“Aku mencintainya! Aku mencintai namja itu!” Ucapku berkali-kali sambil menatap namja didepanku.


“Ini gila tapi ini nyata!” lanjutku yang semakin membuat namja didepanku bingung
“Hei… apa yang kau bicarakan? Apanya yang gila? Kajja! Peluklah aku! Benarkah kau baru menyadari cintamu padaku itu sekarang? Kemana saja kau?” Ia mendekat kearahku dan hendak memelukku namun aku menahannya.
“Oppa!” Ucapku lirih sambil menahan tubuhnya lembut dengan sebelah tanganku.
“aku merasakan semua yang kau katakan tadi! Dan itu artinya aku sedang jatuh cinta pada seseorang sekarang!” Ucapku lalu mulai menarik nafas panjang, mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan kalimatku “Tapi bukan kau orangnya!” Lanjutku, sejenak ia terdiam, entah apa yang ia pikirkan sekarang dan tak lama kemudian ia mulai membuka mulutnya kembali



“Lalu siapa?” Tanyanya frustasi. Suasana kembali hening, Kutatap lekat-lekat namja itu, menyadari satu hal yang sangat tabu bagiku, bahwa aku tak pernah sedikitpun mencintainya. Lalu apa yang selama ini kulakukan? Berpacaran dengannya tanpa cinta? Bahkan aku baru menyadarinya!
“Oppa! Gomawo! Kau membuatku mengerti sekarang!”
“Hyoyeon!”
Ucapnya sedikit tertahan, aku tau pasti ia sudah menemukan kejanggalan disini, dari bahasa tubuhnya dapat kulihat ia mulai khawatir, kugenggam kedua tangannya lalu kutautkan jari-jari kami.

“Oppa mianhae! Mianhae tapi aku…… Tapi aku tak mencintaimu!”
“Andwae!” Ucapnya sambil menguatkan genggaman tangan kami
“Oppa mianhae! Tapi kumohon mengertilah! Kita harus mengakhiri hubungan ini!”
“Aku tak bisa Hyo!”
“Oppa…….” Aku tak melanjutkan kalimatku, kubiarkan keheningan mengusai kami untuk  kesekian kalinya.
“Arasseo!”
Aku tersenyum mendengar kata itu tiba-tiba keluar dari mulutnya, walau terlihat jelas dari ekspresinya bahwa ia sangat tertekan sekarang. Kami berdua sama-sama terdiam, mencoba berteriak dalam kebisuan. Aku melihatnya yang mulai terlihat putus asa, baru kali ini aku melihatnya seperti itu, dan itu semua karenaku. Merasa bersalah sekaligus tanda terima kasih atas kebesaran hatinya, Aku sedikit berjinjit lalu mencium pipinya, Membuat matanya membulat seketika karena perlakuan tak biasaku, entah apa yang ia pikirkan sekarang, namun aku hanya menganggap ciuman di pipi itu sebagai tanda perpisahan. Perlahan kuambil tas selempangku yang sebelumnya ia jatuhkan kearah kiriku dan dengan langkah pelan, aku kembali memasuki rumahku
“Hyo!”
Suara itu kembali terdengar ditelingaku, membuatku mengurungkan niatku untuk masuk. Kuhentikan derap langkahku tanpa berbalik padanya


“Siapapun orangnya, kuharap kau bisa bahagia dengannya!” Ucapnya entah dengan ekspresi apa, aku berbalik menghadapnya, tersenyum lalu mengangguk. Tak kusangka ia sedewasa ini!
“Kita masih bisa berteman kan?” Tanyanya
“Keurae!” Ucapku sambil tersenyum



Baiklah! Aku janji! Besok aku akan berbicara padanya, pada Lee Donghae, guru seniku bahwa aku mencintainya, tak perduli apa reaksi maupun jawabannya besok! Yang penting, ia mengetahui apa perasaanku padanya! Terserah dengan segala bentuk hinaan ataupun makian yang akan kudapatkan darinya besok! Tapi ya… kurasa inilah cinta yang sebenarnya!




A day later………..





Kumasuki kelasku dengan langkah riang ditambah senyuman yang tak hilang sejak dari rumah tadi. Aigoo…. Aku benar-benar gila! Aku tau aku sudah sering melakukan hal gila tapi kurasa inilah yang paling gila! Kalian tau apa yang akan kulakukan hari ini? Aku akan menyatakan cintaku pada namja gila itu dalam pelajaran! Didepan kelas! Disaksikan oleh 20 siswi yang bisa saja akan membunuhku tiba-tiba karena menembak sonsengnim kebanggaan mereka, atau mungkin siswi satu sekolah akan membakarku hidup-hidup ditengah lapangan! Aish… aku tak perduli! Aku bahkan tak perduli jika pada akhirnya namja itu akan menertawaiku atas perbuatan terbodoh yang akan kulakukan nanti! Yang kupikirkan sekarang adalah, aku harus menyatakan cintaku padanya! Bagaimanapun caranya dan secepat mungkin!

Apa yang kalian pikirkan sekarang? Sebagai seorang yeoja aku terlalu agresif? Yah… mungkin begitu! Dan mungkin juga karena  ini pertama kalinya aku merasakan hal seaneh ini! Bahkan sedikitpun tak ada saat bersama Eunhyuk.



Kuletakkan tasku dimeja masih dengan senyum mengembang, namun ada yang janggal disini, kuperhatikan seluruh siswi disini, mereka semua bertindak sangat aneh sekarang, seperti tak punya semangat hidup. Omoona…. Padahal baru 3 hari saja aku tak masuk, tapi sepertinya aku sudah ketinggalan banyak informasi.


“Hei ada apa?” Tanyaku pada kelima sahabatku. Kuperhatikan mereka semua satu-persatu, namun bukannya menjawab, mereka malah saling melempar pandang hingga akhirnya Yoona mengambil sebuah gulungan kertas dikolong mejanya, ia hendak memberikannya padaku namun
“Good Morning!” Suara yeoja terdengar jelas dari arah pintu, membuat Yoona mengurungkan niatnya untuk memberikan kertas itu padaku. Semua siswi termasuk aku langsung menoleh kearah sumber suara. Seorang yeoja cantik, bertubuh tinggi, berkulit putih, berambut pirang dan bermata biru sudah berada tepat didepan kelas kami.
“Siapa dia?” Tanyaku pada So Eun, sedangkan yang ditanya hanya menggeleng
“Good morning all, My name is Andrea, I come from Sweden and I am your new art teacher!”
“MWO?” pekikku sambil berdiri, membuat seisi kelas termasuk guru baru kami itu menoleh kearahku.


“Dimana Donghae?” Tanyaku sambil mengarahkan pandanganku pada seluruh siswi disini, mencari seseorang yang mungkin bisa memberitauku
“Dimana dia?” Kini kesabaranku mulai habis karena tak ada satupun yang memberitauku, suaraku memekik kencang memenuhi seluruh isi kelas, hingga akhirnya Yoona berdiri seraya memberikan sebuah gulungan kertas padaku
“Ini dari Donghae oppa!” Lirihnya sambil memberikan kertas itu padaku, sedikit bingung kubuka lembaran kertas itu




Kim Hyoyeon,
Mungkin setelah membaca surat ini kau akan berpikir bahwa aku ini pengecut
Tapi harus kau tau Hyo! Aku sudah mencoba untuk mengatakannya!
Namun mungkin itu terlalu sulit untukku
Hyo! Mungkin ini gila tapi SARANGHAE KIM HYOYEON!
SARANGHAE JEONGMAL SARANGHAE
Aku sudah memikirkan ekspresi wajahmu sekarang
Mungkin kau sedang tertawa-tawa menghinaku karena surat bodohku ini
Tapi aku tak mau menyimpannya sendiri
Aku hanya ingin kau tau isi hatiku yang sebenarnya padamu
Tapi aku tak tau harus apa lagi!
Bahkan kau sangat membenciku kan?
Sekarang aku bukan guru senimu lagi
Apa kebencian itu masih ada?
Aku tak memintamu untuk menjawabnya,
Apapun jawabanmu aku selalu terima
Hyo… entah kau sadar atau tidak tapi beberapa minggu belakangan ini aku mencoba untuk menjauhimu, apa kau menyadarinya?
Kau tau kenapa aku menjauhimu?
Itu semua kulakukan karena aku takut!
Aku takut jika aku selalu berada didekatmu, perasaanku padamu akan semakin dalam!
Aku tak mau itu terjadi! Aku tak mau karena jika itu terjadi, akan semakin sulit bagiku untuk melepasmu. Aku tau kau mencintai Eunhyuk, walau sampai sekarang aku tak benar-benar yakin pada perasaanmu itu, tapi kau bebas memilih siapapun yang menurutmu bisa membuatmu bahagia.
Aku juga tak ingin mencintaimu lebih dari apa yang kurasakan sekarang karena aku harus pergi, Aku harus kembali pada kehidupanku yang sebenarnya.
Selamat tinggal Hyo
Maaf jika sudah menyusahkanmu selama ini

Lee Donghae




Kututup mulutku untuk menahan isakanku yang semakin kencang,
“Katakan ini bohong! Kalian sedang mengerjaiku kan?” ucapku disela-sela tangisku sambil mengangkat tinggi surat ditanganku
“Ani Hyo! Donghae oppa sudah berhenti mengajar! Kemarin adalah hari terakhirnya mengajar!” Ucap So Eun sambil berdiri lalu diikuti oleh Fany, Sica dan So Min, mereka semua berdiri untuk menenangkanku, aku memang belum pernah bilang pada mereka bahwa aku menyukai Donghae, namun sepertinya mereka sudah mengetahuinya dengan jelas dari bahasa tubuhku
“KENAPA TAK ADA YANG MEMBERITAUKU?” Jeritku.
“Mianhae! Kami terlambat memberitaumu Hyo!” Ucap Fany cepat.
Kupandang sekali lagi kertas itu lalu aku berlari keluar, berlari sekuat tenagaku sambil menghapus air mataku kasar. Tak perduli pada setiap mata yang sedang mengarah padaku.Tak perduli pada guru baru itu yang terlihat sangat syok dengan kelakuanku. Bayangkan saja, hari pertama mengajar disambut dengan hal bodoh seperti ini?


“Kau menganggapku apa?”
“guru”
“hanya itu?”
“Apa yang kau mau?”
“Bagaimana caranya agar kau bisa menganggapku sebagai_____?”
“Sebagai apa?”
“Temanmu mungkin?”
“Kurasa tak mungkin”

Lariku semakin terasa berat saat semua ingatan itu terulang dengan sempurna diotakku, seolah ada yang membisikkannya tepat disamping telingaku. Namun aku tetap berusaha melangkahkan kakiku untuk berlari.


“waeyo? Karena kau membenciku?”
“Aku tak pernah membencimu”
“Karena aku adalah seorang guru seni?”
“Mungkin”
“Jadi jika aku tak menjadi guru senimu lagi, kau mau menjadi temanku?”
“You gotta be kidding!”
“Aku serius! Bukannya itu yang kau inginkan? Tujuan battle dance inipun juga karena kau ingin membuatku mengundurkan diri kan?”



kupukul-pukul dadaku dengan harapan bisa menghilangkan sesak yang terasa sangat amat menyiksa disana, namun ternyata itu semua tak berpengaruh banyak bagiku. Aku tetap merasakan sesak yang sangat menyakitkan didadaku, seiring dengan memori otakku yang mengulang semua percakapan itu tanpa henti bahkan malah semakin jelas terdengar.



Author POV



`````Headmaster’s Room`````



Seperti biasanya, Nyonya Kim sedang duduk nyaman diruang pribadinya, sesekali keningnya mengkerut karena menemukan beberapa kejanggalan pada berkas ditangannya.



BUUKKK



Tiba-tiba saja, pintu ruangan itu terbuka dengan kencangnya, membuat wanita setengah baya itu terkejut dan menoleh kearah pintu, dan yang membuatnya semakin terkejut adalah kala ia mendapati sang putri tunggal, Kim Hyoyeon. Yah… memang sudah kesekian kalinya gadis itu bersikap seperti ini, namun kali ini berbeda, ia datang dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan matanya sudah sembap diiringi pipinya yang basah karena tangisannya


“Eomma…….” Tangisnya
“Aigoo Hyoyeon! Gwenchana?” Nyonya Kim terlihat sangat khawatir dengan keadaan sang putri sekarang, membuat Ia segera bangkit dari posisinya
“dimana Donghae?” Lirih Hyo tanpa menghentikan tangisnya, ia menutup pintu ruangan itu lalu berjalan kearah eommanya
“Ia sudah tak mengajar disini lagi Hyo!” Ucap sang Eomma
“Bagaimana bisa Eomma? Ia mengundurkan diri? Atau eomma memecatnya?” Hyoyeon tak henti-hentinya mengeluarkan semua pemikiran yang berkecamuk diotaknya



“Anio! Sebelum mengajar disini, eomma dan Donghae sudah membuat kesepakatan!”
“Kesepakatan apa?”
“dia hanya akan bekerja disini selama sebulan  saja! Sebagai pengganti sementara sebelum Mrs. Andrea dari Swedia datang!” Perkataan sang eomma sontak berhasil membuat Hyo memutar kembali ingatannya, ingatan saat mereka terkunci di gudang bersama.



“aku takut tak dihargai sebagai seorang guru! Yah… kau tau kan anak jaman sekarang?”
“anak jaman sekarang? Memangnya kau anak jaman kapan?”
“Tapi aku serius! Kumohon jangan beritahu mereka! Setidaknya dalam sebulan ini! Setelah itu kau boleh menghinaku sepuasmu!”
“Tenanglah! Seorang Kim Hyoyeon takkan menggunakan cara serendah itu untuk menghancurkan musuhnya! Ia takkan menggunakan kekurangan musuhnya sebagai senjata! Aku akan membuatmu mengundurkan diri dari sekolahku dengan caraku!”



“kenapa eomma tak memberitauku sebelumnya? Aku mau Lee Donghae! Aku mau dia!” ucap Hyo sambil terisak
“sebenarnya ada apa Hyo? Eomma tak mengerti!” Nyonya Kim semakin bingung mendengar perkataan sang putri.
“Aku mencintainya eomma! Aku mencintainya! Aku mencintainya!” Nafasnya tersengal kala mengucapkan kalimat itu, nadanya miris namun penuh penekanan, membuktikan bahwa ia amat bersungguh-sungguh dengan apa yang ia katakan. Dan itu sukses membuat Nyonya Kim tertegun, karena baru kali ini ia melihat kesungguhan di mata sang putri.


Hyoyeon hendak meninggalkan ruangan itu namun seolah mengingat sesuatu, ia kembali ke meja sang eomma dan mengambil kunci mobil milik eommanya.
 “Hyo! Kau mau kemana?” Tanya Nyonya Kim saat melihat sang putri mengambil kunci mobil miliknya dengan terburu-buru
“Menemui orang yang seharusnya aku temui!” Jawab Hyo tegas diiringi dengan debuman pintu ruangan yang menutup.


Nyonya Kim kembali dalam duduknya, masih dengan pandangan menerawang, seolah tak percaya bahwa yang baru saja masuk kedalam ruangannya tadi adalah putrinya. Ia sangat mengerti bahwa Hyo adalah seorang yeoja yang cukup keras kepala, apapun yang ia inginkan harus dipenuhi, namun ia tak menyangka akan sejauh ini, dan sulit rasanya untuk dibayangkan bagaimana nantinya. Tapi seolah mengizinkan, yeoja setengah baya itu tak sedikitpun menahan Hyo.



Hyoyeon POV



“Hyo!” Baru saja aku keluar dari ruangan eommaku, kelima sahabatku sudah mengerubungiku. Namun seolah tak perduli, aku malah melanjutkan langkahku menuju tempat parkir,
“kau mau kemana?” Tanya Sica
“aku ingin menemui Donghae!” jawabku
“MWO? Dimana kau bisa menemuinya?” Tanya Fany
“kau mau naik apa?” Lanjut So Min sambil berusaha menyamakan langkahnya denganku. Kuangkat tinggi kunci mobil eommaku sambil terus berjalan. Aku terus berjalan, tanpa mendengarkan semua pertanyaan yang datang silih berganti dari kelima yeoja bawel yang mengikutiku dari belakang, hingga sesampainya ditempat parkir, aku berbalik kearah mereka dan



“Yoona!” Ucapku sambil melemparkan kunci mobil eommaku kearahnya, dan dengan sigap yeoja itu menangkapnya.
“Buktikan kalau kau memang bisa menyetir!” Lanjutku yang sukses membuat mereka semua kaget bukan main. Bahkan Yoona sendiripun terlihat sangat syok sambil menatap kunci ditangannya.
“MWO? Hyo kau gila!” Kaget So Eun
“Ah.. lebih baik aku tak ikut! Aku takut ketinggalan pelajaran!” Ucap Sica sambil perlahan berjalan mundur. Terlihat jelas raut cemas diwajahnya.
“omoona… aku belum mau mati!” Tiffany tak ketinggalan melontarkan ketakutannya, sedangkan So Min menunjukkan ekspresi berlebihannya tanpa bicara, ia meletakkan telapak tangan kanannya dikeningnya, menunjukkan bahwa ia sedang sangat frustasi



“Hyo! Mianhae aku tak mau ikut!” Ucap So Eun dan tentu saja diangguki oleh Tiffany, Jessica dan So Min.
“ANDWAEEEEEEEEEEEEEEEE!” Jerit Yoona
“Aku bisa menyetir dengan baik! Cepat masuk kemobil!” Lanjut Yoona sambil mendorong mereka semua satu persatu masuk ke mobil




`````In Mrs. Kim’s car`````




Akhirnya, dengan cukup banyak pemaksaan dari sang pemegang kemudi alias Yoona, keempat yeoja itu sudah berada dalam mobil ini. Yah… aku juga tau aku gila! Memilih Im Yoon Ah mengemudikan mobil sama saja dengan bunuh diri. Namun apa daya? Tak ada lagi yang pernah menyetir selain Yoona. Sekali lagi kutekankan ‘PERNAH’ itu bukan berarti bisa kan? Bahkan aku tak tau bagaimana keadaan mobil yang dikendarai oleh Yoona saat itu.


“Yoona! Kau benar-benar bisa menyetir kan?” Tanya Jessica takut-takut, sedangkan yang ditanya malah kebingungan sendiri melihat semua benda yang ada didepannya.
“Yoona! Palli!” Seruku karena sedari tadi, mobil ini tak kunjung melaju, jarangkan melaju, mesin mobilnyapun belum menyala.
“Pertama…….” Ucap Yoona
“Pertama apa?”  Tanya So Min
“Ehmmm…… ah! Aku tau! Memakai sabuk pengaman!” Ucapnya sambil tersenyum memakai seatbeltnya. Dan diikuti oleh kami semua, termasuk aku, Ok! Kepalaku ini sedang kalut memikirkan Donghae namun tentu saja aku tak mau mati dengan cara seperti ini! Jadi aku masih memikirkan keselamatanku.



“Lalu?” Tanya Tiffany sambil mencondongkan kepalanya kearah Yoona
“YAK! Fany! Pakai seatbeltmu!” Seru Yoona sambil mendorong kepala yeoja manis itu.
“Lalu…… Hmm…. Apa ya?” Yoona menoleh kearahku sambil tersenyum, seolah meminta bantuan.
“HIDUPKAN MESINNYA!” Kesalku
“Ah.. benar!” Ucap Yoona senang sambil menjentikkan jarinya lalu menghidupkan mesin mobil ini dengan cara memutar kuncinya. Dan seketika mesin mobilnya menyala, dan seperti mendapat interupsi, kami berenam menelan ludah secara bersamaan, seperti ada perasaan bahwa ajal kami sudah semakin dekat!



“Lalu Supaya kita tidak kepanasan, kita hidupkan AC nya!” Ucap Yoona sambil tersenyum senang, karena sepertinya ia sangat mahir dalam menyalakan AC. Yah… mungkin hanya itu saja kemampuannya!
“Cepatlah! Kapan mobil ini akan melaju?” Tanyaku sambil menatapnya kesal
“Sabarlah Hyo! Sekarang turunkan rem tangan!” Ucapnya sambil mencoba fokus
“Injak kopling habis, pindahkan gigi ke gigi 1!” Lanjutnya sambil melakukan semua yang ia bicarakan.
“Ok! Sekarang waktunya!” Ucapnya lalu mulai berdoa dan setelah itu, Kyaa……. Mobil ini melaju! Omoona…. Ia menginjak gasnya! Mobil ini melaju! Kami semua memandangnya takjub! Kukira mobil ini takkan melaju.



“Syukurlah! Yoona! Kau hebat!” Puji Jessica, yang diiringi oleh kami semua yang ikut-ikut melontarkan pujian. Padahal percaya atau tidak, mobil ini belum melewati pagar sekolah ##GUBRAK##
“Kita mau kemana?” Tanya So Min dari jok belakang
“Ne.. kemana Hyo?” Seru Fany. Seketika aku terdiam, yah… aku memang belum tau akan kemana, aku memiringkan badanku dan menatap mereka semua
“menurutmu Donghae ada dimana?” Tanyaku tanpa dosa pada mereka, dan sukses membuat mereka melongo sambil menatap heran kearahku


“Jadi kau belum tau tempat tujuanmu?”
“Kau dengan paniknya memasuki mobil namun kau belum tau kau akan kemana?”
“AISH… Yeoja PABO!”
Sungut mereka silih berganti


“Aigoo….. aku ini sedang panik! Sudahlah, cepat berpikir! Dimana Donghae?” Tanyaku. Mereka pun menunjukkan ekspresi berpikir mereka yang kurasa terlalu berlebihan, tak lama kemudian So Eun menunjukkan ekspresi kemenangannya, seolah mendapat ide cemerlang. Kami semua, kecuali Yoona pastinya mengarahkan pandangan kami kearahnya, berharap sebuah ide segar terucap dari bibirnya
“Bagaimana kalau kita pergi ketempat dimana Donghae berada?” Ucapnya sambil tersenyum puas, Aigooo…. Jawaban macam apa itu? Ish! Kim So Eun! Jinjja!
“YAK! Memang itu  yang sedang kami pikirkan! Dasar yeoja aneh! Kau benar-benar sudah tertular virus anehnya si Big Head itu!” Seru Fany dengan kesalnya
“Ne.. makanya jangan dekat-dekat dengannya!” Sambung Sica
“bagaimana bisa? Aku ini….” Belum sempat So Eun membalas ucapan kedua yeoja itu, tiba-tiba suara misterius terdengar


“Twansea University!” Ucap So Min pelan dan lirih, namun bisa terdengar jelas oleh kita semua. Omoona…. Apa aku tidak salah? Yang baru saja bicara itu Jung So Min kan? Yeoja yang terkadang tak punya otak itu kan? Yeoja manja itu kan? Aish…. Bagaimana bisa ia jadi sepintar ini!
“KYAAAAAAAAA………. KEURAE! TWANSEA!” Pekikku senang dan tepat saat itu Ciiiiiiiitttttttttttttt……. Kami semua terdorong kedepan akibat ulah supir jadi-jadian kami, Im Yoon Ah. Rem mendadak yang ia lakukan sukses membuat jantung kami berlima hampir keluar
“Yoona…. Ada  apa?” Tanya Tiffany dengan syoknya
“Kucing!” Ucap Yoona dengan ekspresi datar tanpa dosa, dan sesaat kemudian ia kembali melajukan mobil ini. Dasar yeoja gila!



Ah.. aku lupa ceritakan bagaimana cara ia menyetir kan? Kalian pernah kena macet dijalan? Yah…. Seperti itulah ia, padahal jalanan ini sedang sepi namun seolah seperti jalanan ibu kota yang sedang padat merayap, ia menginjak gas dan rem secara bergantian dalam durasi 5 detik sekali, jadi dalam 5 detik sekali, tubuh kami akan terhempas kedepan. Ah.. aku harus berterima kasih pada siapapun orangnya yang sudah menciptakan seatbelt, jika tidak mungkin wajahku ini sudah menempel dikaca depan mobil karena tak ada pengamanan.




………………………….




Di Twansea, kami tak mendapat informasi apapun. Bahkan kata salah satu dosen disini, Namja bernama Lee Donghae sudah dinyatakan lulus beberapa hari yang lalu. Dan sungguh, rasanya aku semakin takut. Takut jika aku tak dapat bertemu dengannya lagi.


Kami melanjutkan pencarian kami ke kedai pizza dimana Donghae bekerja dan hasilnya nihil, Donghae sudah berhenti bekerja beberapa hari yang lalu. Aish… Jinjja! Kemana anak ini? Demi apapun, ia membuatku semakin bingung.


Selanjutnya, kami datang ke rumahnya, rumah yang 3 hari lalu sempat aku masuki, namun sebelumnya aku sempat menelfon Eunhyuk dulu untuk menanyakan alamat, karena aku tak ingat jalan menuju rumahnya. Yah… aku memang tak tau jalan! Mungkin satu-satunya jalan yang kuhapal adalah jalan dari rumah ke sekolah!




`````Donghae’s House`````



“Lee Donghae! Aku ingin bicara padamu! Kumohon keluarlah!” Teriakku dari luar pagar rumahnya
“Donghae oppa!” Teriak Tiffany
“Oppa! Pujaan hatimu ingin bicara!” Seru So Eun
“Aish…. Hyo! Sepertinya tak ada tanda-tanda kehidupan disini!” Keluh Jessica setelah sebelumnya celingak celinguk ala maling, aku diam tak merespon ucapannya, karena sebenarnya kurasa juga begitu. Kurasa Donghae tak sedang ada dirumah. Ah… sebenarnya ia kemana? Kenapa menghilang tanpa bekas begini?



“Donghae oppa!”
“Oppa buka pintunya!”
Teriak Yoona, Tiffany, So Eun dan So Min sambil memegangi pagar itu dan sesekali menggoyang-goyangnya sehingga menimbukan suara nyaring.


“Hentikan!” Ucapku lirih sambil membalikkan badanku, kusandarkan punggungku pada pagar itu sambil menatap kosong kearah depan.
“Wae Hyo?” Tanya So Min
“Tak ada gunanya! Aku sudah terlambat! Aku terlambat menyadari perasaanku!” Ucapku setelah sebelumnya menghembuskan nafas berat.
“Mencari Lee Donghae?” Tanya seorang namja yang entah sejak kapan sudah berdiri tak jauh dari kami. Sepertinya ia sudah lama berdiri disana. Kami berenam menoleh kearahnya
“ne.. kau mengenalnya?” Tanya Yoona antusias



“dia pergi!” Ucapnya begitu saja
“Pergi? Kemana?” Tanyaku panik sambil mendekat beberapa langkah kearah namja itu. Sekilas ia melirik jam tangannya, lalu menatapku dengan tatapan prihatin yang sangat kubenci
“Apa artinya tatapan menyebalkan itu?” Tanyaku tanpa basa-basi
“Kau terlambat! 45 menit lagi pesawat menuju Jepang lepas landas, jika kau masih bisa menemuinya, kupastikan kau adalah yeoja paling beruntung diseluruh dunia!”
“apa maksudmu? Jepang? Pesawat? Ada  acara apa pengantar pizza sepertinya pergi ke Jepang? Pertukaran karyawan?” Celetuk So Min.



“Kau belum tau apa-apa tentang namja itu! Lebih baik kau cepat pergi ke Incheon Airport sekarang!”
“Kau sedang mempermainkan kami huh?” Seru Tiffany
“Ah.. terserah kalian saja! Kalian itu tidak sadar ya? Dengan berdebat denganku disini, kalian sudah membuang waktu kalian hampir 10 menit! Harapan kalian untuk bertemu dengannya itu tipis!” Ucapnya serius.
“Baiklah! Kita ke Incheon airport sekarang!” Ucapku sambil menatap kelima sahabatku.
“Yah… pergilah!” Ucapnya dengan nada mengusir, Aish….. namja gila! Menyebalkan!




Author POV





Semua yeoja itupun segera berlari menuju mobil, terkecuali Jessica.
“Heh! Awas kalau kau berani berbohong pada kami!” Ancam Sica sambil menarik kerah baju namja itu.
“namaku KIM-SANG-HWAN! Kau bisa pastikan ucapanku! Aku temannya Donghae!” Ucap namja itu sambil menatap lurus kearah yeoja yang sedang menarik kerah bajunya itu.
“Kajja Sica-ya!” Seru Hyo dari kejauhan, membuat Jessica perlahan melepaskan cengkramannya pada kerah baju Sang Hwan lalu berlalu meninggalkan namja itu. Entah mengapa, sebuah perasaan tak enak merasukinya. Seolah ia keberatan untuk meninggalkan namja itu, seolah yeoja itu lebih ingin mengenal namja bernama Kim Sang Hwan itu.



“JUNG SOO YEON!” Teriak Sang Hwan membuat Jessica menghentikkan langkahnya tanpa berbalik. Ia sudah tau darimana namja itu mengetahui namanya, dari mana lagi? Sudah dipastikan namja itu membaca nama yang tertulis jelas di nametag yang terdapat diseragam sekolahnya.
“BISAKAH KITA BERTEMU LAGI?” Lanjut Sang Hwan dan seketika membuat Jessica tertegun, entah apa kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaan Sica saat ini, gadis itu menarik nafas panjang lalu...........
“MUNGKIN!” Teriak Sica sambil tersenyum lalu melanjutkan langkahnya, sedangkan Sang Hwan yang sedari tadi hanya melihat punggung gadis manis itupun ikut tersenyum mendengar satu kata yang keluar dari bibir yeoja itu. Ia menendang udara sambil tersenyum memandang Sica yang sesekali menoleh kearahnya sambil berlari mengikuti teman-temannya.



………………………..



Hyoyeon POV




“Yoona! Kumohon untuk kali ini tambah kecepatannya!” Pintaku sambil menatap penuh harap pada Yoona, gadis itu terlihat sedikit tidak yakin namun akhirnya ia menginjak gasnya lebih dalam, walau jujur aku juga takut tapi ya.. mau bagaimana lagi? Aku tak mau terlambat!


Yah… sebenarnya sama saja! Ia tetap saja tak bisa mengendara dengan baik, namun melihat mobil ini melaju dijalanan saja aku sudah sangat bersyukur. Setidaknya aku harus menghargai supir dadakan kami, walau sumpah demi apapun aku benar-benar mual sekarang. Ia senang sekali mengerem mendadak, membuat kami semua terpental kedepan.





……………………..



`````Incheon’s Airport`````




“DITUNDA?” Pekik kami berenam dibagian informasi, membuat wanita yang menjaga bagian informasi itu sedikit memundurkan wajahnya dengan senyum yang dipaksakan. Mungkin ia bingung dengan sikap aneh kami!
“Ne.. agasshi! Mungkin pesawat menuju Jepang baru akan lepas landas sekitar 1 jam lagi!” Jelasnya.
“Ah.. gamsahamnida!” Seru So Min, diikuti dengan bungkukkan badan kami semua



………………………





“Lalu bagaimana Hyo?” Tanya So Eun sambil menatapku
“Kalian lebih baik makan dulu! Carilah foodcourt didekat sini!”
“kau tidak ikut?” Tanya Tiffany
“Anio! Aku ingin disini dulu! Nanti aku akan menyusul kalian!” Ucapku
“Apa tidak apa-apa kami tinggal sendiri?” Tanya Yoona khawatir


“Tak apa-apa! Sudahlah, kalian pergi saja!” Ucapku dengan senyum mengambang, akhirnya setelah mendapat sedikit paksaan dariku, mereka mau juga meninggalkanku. Kulangkahkan kakiku menuju deretan kursi diruang tunggu yang cukup sepi ini, menyebalkan rasanya saat aku mengetahui dengan jelas bahwa pesawat yang ditumpanginya belum lepas landas namun aku tak dapat menemukannya. Lee Donghae, kau dimana?




Aku terdiam dalam dudukku, aku lelah! Aku sudah lelah mencarinya! Kutundukkan kepalaku dalam-dalam menahan semua sesak yang kurasakan. Aku ingin bertemu dengannya! Sekali saja! Aku ingin mengatakan padanya bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan, aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya.


Karena tak kuat lagi, aku akhirnya menangis, aku menangis dalam diam, menangis tanpa suara dan menangis tanpa isakan.



Author POV




Hyoyeon terlalu larut dalam tangisnya, tangisan tanpa suara yang terasa sangat amat menyakitkan untuk gadis itu, sampai-sampai ia tak menyadari segala bentuk tatapan keheranan dari semua orang yang berlalu lalang didepannya, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam berharap tak ada satupun yang dapat melihat tangisnya. Ia terlalu larut dalam tangisnya, hingga ia tak menyadari seseorang baru saja duduk disampingnya.




Hyoyeon POV




Aku masih menundukkan kepalaku, menahan semua isakan yang bisa saja keluar tiba-tiba dari bibirku hingga Selembar kertas tisu terlihat oleh pandanganku, menutup pandanganku dari objek sebelumnya yang terlihat sangat hampa, seseorang dari sebelah kananku memberikan tisu itu untukku, aku mengambilnya perlahan lalu…
“Gomawo!” Ucapku pelan tanpa mengangkat kepalaku, tak berniat sama sekali untuk melihat siapa orang baik itu.
“Cheonmaneyo!” Balasnya yang membuatku terkena serangan jantung tiba-tiba, dengan cepat kuangkat kepalaku dan………….
“DONGHAE!” Pekikku tak percaya sambil dengan cepat memeluknya erat. Ia diam, tak mendorong atau membalas pelukanku.
“Kau mau kemana?” Tanyaku masih memeluknya
“Jepang!” Jawabnya pelan


“untuk apa? Kapan kau akan kembali?”  Tanyaku
“Kenapa kau tak memberitauku akan pergi?” Ia tak merespon ucapanku untuk kedua kalinya, membuatku sedikit bingung lalu melepas pelukanku “Wae? Kenapa kau tak menjawabku?”
“Lebih baik kita bicarakan ditempat lain! Masih ada waktu setengah jam!” Ucapnya sambil melirik jam tangannya, lalu ia melingkarkan tangannya dipergelangan tanganku, ia membawaku keluar dari gedung bandara ini.



Aku menurut, tak ada satupun kalimat penolakan dariku. Ia membawaku entah kemana,  hingga aku baru menyadari bahwa kami sudah berada disebuah tempat yang sangat menakjubkan. Ia membawaku kesebuah padang rumput tepat disebelah gedung bandara Incheon.
“Aigoo!” Gumamku

“Kajja!” Ia kembali mengenggamku dan mengajakku menerobos rumput-rumput ilalang setinggi pinggangku itu. Kami masuk lebih dalam, dan aku baru tau kalau semakin dalam kami masuk maka semakin pendek juga ilalang itu, hingga……..


“sampai!” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya, menunjukkan sebuah tempat yang luar biasa menakjubkan. Sebuah sungai kecil dengan aliran air yang tenang terpampang jelas didepanku, bunga-bunga indah tumbuh dengan suburnya disekeliling sungai itu. Donghae mengajakku duduk dipinggir sungai itu sambil sesekali memainkan air sungai didepan kami, air yang sangat amat jernih dan menyejukkan. Kami sama-sama diam, membuat pemandangan didepan kami terlihat semakin indah karena suara aliran sungai yang terdengar sangat menenangkan. Tapi aku menyadari, ini tak bisa lebih lama lagi, aku harus mengatakannya sebelum terlambat.



“Saranghae!” Ucapku yang mungkin lebih terdengar sebagai gumaman
“Eh?” kagetnya sambil menoleh kearahku
“Saranghae sonsengnim!” ucapku yang kini dengan pengucapan yang lebih jelas, membuat ia benar-benar berbinar mendengarnya. Namun tak seperti yang kuharapkan, ia hanya tersenyum mendengarnya, tak ada lagi. Ia tersenyum lalu kembali mengarahkan matanya pada pemandangan maha indah yang berada didepan kami.
“Aku sudah putus dengan Eunhyuk!” Ucapku memberi isyarat pada namja bodoh ini. Namun ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar pemaparanku. YAK! PABO! Begini, kami saling cinta lalu menurut kalian apa lagi yang harus kami lakukan?  Yap…. Harusnya ia menembakku sekarang!
“Lee Donghae! Cintamu tak bertepuk sebelah tangan! Kau tunggu apa lagi?” Seruku kesal, tapi untuk kesekian kalinya, ia tak melakukan apa yang kuharapkan, ia tetap tak bergeming,aku menatapnya tajam lalu……..



“YAK! Lee Donghae! Kau itu bodoh atau apa sih? Kau sudah tau bahwa aku mencintaimu dan kau juga sebaliknya? Lalu apa lagi? Kenapa begitu sulit untukmu untuk mengatakan `Hyo… maukah kau menjadi pacarku?` Kau itu benar-benar namja atau bukan sih?” bentakku penuh emosi, membuatnya tertawa kegelian dengan tingkah kekanakanku
“HAHAHAA…. Kim Hyoyeon! Apa artinya sebuah status huh?”
“Setidaknya itu membuatku lebih nyaman, mengetahui fakta bahwa kau adalah namjachinguku, milikku!”
“aku tak mau seperti itu! Aku tak bisa menjalani hubungan jarak jauh!”


“Memangnya berapa lama kau di Jepang?”
“Molla!”
“Apa sangat lama?”
“Mungkin”
“Untuk apa?”
“Menggantikan appaku mengurus perusahaan!”
“MWO? Kau bercanda?” Kagetku


“Anio! Keluargaku adalah pemilik sebuah perusahaan periklanan di Jepang dan aku adalah pewaris tunggal perusahaan itu”
“jeongmal? Aish… aku serius Donghae-ya…… kau bercanda kan?”
“Anio, Kim Hyoyeon! Aku tidak sedang bercanda!”
“Lalu………. Ah.. Jadi kau membohongiku selama ini?”
“Aku tak pernah berbohong padamu, kau saja yang tak pernah menanyakan itu semua padaku!” Ah.. dia benar! Aku memang tak pernah bertanya apapun tentang kehidupannya.



“Kalau kehidupanmu sesempurna itu, kenapa kau ke Korea?”
“Bisnis bukan bidangku, aku tak suka dengan dunia itu, aku suka seni, namun mungkin terkadang harapan kita tak sesuai dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sejak lahir aku sudah diberi tanggung jawab sebesar itu, aku Lee Donghae, adalah seorang anak yang akan mewarisi sebuah perusahaan besar milik appanya. Sejak kecil aku sudah dicekoki dengan semua hal yang berurusan dengan bisnis namun sekalipun aku tak tertarik” Ia menarik nafas panjang, lalu kembali melanjutkan ceritanya.
“Sampai akhirnya aku tiba dalam titikk jenuhku, 3 tahun lalu, tepatnya saat umurku masih 19 tahun, aku meminta satu permintaan yang cukup membuat konflik besar dikeluargaku, aku memutuskan untuk pergi kesini, ke Korea, Negara asalku dan keluargaku untuk melakukan hal yang kumau, karena sejak kecil aku tak pernah mendapatkan apapun yang benar-benar aku mau, aku tak lebih dari sekedar robot yang mengikuti semua perintah dari sang pemegang kendali”
“dan hal yang kau mau adalah?” Tanyaku
“aku ingin hidup mandiri disini, tanpa bantuan siapapun, aku ingin kuliah dijurusan yang kusuka, jurusan seni. Awalnya mereka semua tak setuju, namun aku mengancam, aku bilang aku takkan mau menggantikan appaku untuk menjadi CEO diperusahaannya dan karena alasan itulah, mereka mengizinkanku karena sebuah alasan bahwa aku adalah pewaris tunggal. Namun mereka juga memberikanku sebuah syarat, aku hanya boleh meninggalkan Jepang selama 3 tahun dan kini waktuku habis. Tepat setelah aku menyelesaikan pendidikanku.” Ucapannya seolah menginterupsiku untuk memutar kembali ingatanku, ingatan 4 hari yang lalu, saat aku menemukan sebuah kalender dengan salah satu tanggal yang diberi lingkaran dan tanggal itu tepat jatuh pada hari ini. `Back to my old life` sekarang aku mengerti apa maksud dari kalimat itu.





“Aku menggunakan uang tabunganku untuk kuliah, pekerjaan sebagai seorang pengantar pizza sudah mampu mencukupi kebutuhanku selama 3 tahun ini dan beberapa hari yang lalu aku berhenti bekerja. Aku akan sangat merindukan rutinitas menyenangkanku disini!”
“mencukupi? Kalau begitu untuk apa kau menerima tawaran untuk menjadi guru seni disekolahku?” Tanyaku
“Sebulan yang lalu salah satu teman baikku mengalami kecelakaan parah yang membuatnya harus dioperasi dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan akhirnya aku mengambil pekerjaan sebagai guru pengganti dikelasmu! Aku sudah sangat sering mendengar tentang betapa menyeramkannya kelasmu itu, sebuah kelas yang diisi oleh 20 siswi yang tak segan-segan mengerjai guru seninya sendiri hingga guru itu mengundurkan diri!”



“Omoona? Nyatakah ini semua?” gumamku sambil memijit kepalaku.
“Keurae! Tapi ternyata aku salah menilaimu Hyo!”
“apa yang salah?”
“Kau mengatakan bahwa kau mencintaiku saat kau kira aku hanya sekedar namja yang bekerja sebagai guru seni sekaligus pengantar pizza, bukan seorang Lee Donghae, pewaris tunggal sebuah perusahaan periklanan terkenal di Jepang!” Ucapnya sambil membanggakan dirinya sendiri
“Aish…. Sombongnya!” Candaku
“haha… tapi itu bagus Hyo! Itu artinya kau tulus, bukan hanya sekedar materi”
“Aigoo.……. Jadi selama ini aku salah menilaimu, kukira kau hanya sebatas seorang mahasiswa tak punya otak yang berani mengajar dikelasku dan bekerja part time disebuah kedai pizza, Omoona….. Lee Donghae, actingmu selama ini benar-benar menakjubkan! Bahkan aku sama sekali tak mencurigaimu”
“aku tak berakting!” Protesnya diselingi dengan tawa kecil dariku.




“Hmm…….. Donghae-ya! Haruskah kau pergi?”
“ne”
“kalau begitu sebelum kau pergi, aku ingin kau menjadikanku sebagai yeojachingumu, lalu aku akan meneruskan kuliahku di Jepang dan kita bisa bersama disana!”
“apa? Kau menyuruhku memacari gadis dibawah umur sepertimu?”
“YAK! Aku sudah 17 tahun dan itu bukan dibawah umur!”
“aigoo Hyo! Tetap saja! Aku tak mau memacari gadis manja sepertimu, gadis yang bahkan membuat secangkir teh saja tak bisa! Lagipula aku ke Jepang itu untuk bekerja bukan berlibur!”


“Lalu? Untuk apa kau mengungkapkan perasaanmu padaku jika akhirnya seperti ini? Jika akhirnya kita tak menjalin hubungan apapun!”
“Hyo! Dengarkan aku! Kita berdua masih sama-sama belum memiliki banyak pengalaman, jika kita menjalin hubungan disaat seperti ini, aku yakin bukan cinta yang ada melainkan ego! Aku tak mau itu terjadi! Aku akan kembali untukmu jika aku sudah benar-benar sukses dengan pekerjaanku! Ya.. perusahaan itu memang milik orang tuaku tapi belum tentu aku bisa membuat perusahaan itu maju! Aku ke Jepang untuk bekerja dan aku ingin fokus pada itu!”
“tapi..” sergahku, namun dengan cepat ia menyelakku.
“Dan kau! Tak ada waktu bagimu untuk memikirkan masalah ini! Sebentar lagi kau ujian akhir kan? Kau mau ke Prancis kan? Kau mau mengambil sekolah dance terkenal disana kan? Kalau begitu raihlah apa yang kau mau, jangan berubah pikiran cuma karenaku! Dan kembalilah untukku jika kau sudah lebih dewasa! Sudah mampu menyikapi segala sesuatu dengan kepala dingin bukan dengan emosi! Aku menyayangimu Hyo! Aku tak mau munafik, Aku juga ingin selalu berada disekitarmu tapi bukankah sebuah pengorbanan akan menghasilkan sesuatu yang indah?” Semua ucapannya sukses membuat air mata yang sudah menggenang dipelupuk mataku tumpah ruah, menyadari bahwa kalimat panjangnya itu menandakan sebuah perpisahan yang kuharap akan berbuah manis. Perpisahan yang dalam beberapa menit lagi akan kuhadapi, perpisahan antara aku dan namja didepanku.




“menurutmu a..ap..apa kita b..bi..bisa bertemu l..la..lagi?” Ucapku sambil terisak, melihat itu Donghae sedikit menggeser posisi duduknya lalu memelukku
“Aku yakin kita bisa bertemu lagi Hyo! Percayalah bahwa Kau adalah takdirku!” Ucapnya sambil memelukku.




“Hyo”
“Hmm”
“kumohon lupakan kebencianmu pada appamu, bagaimanapun ia adalah appamu dan seharusnya seorang anak tak membenci appanya!”
“entahlah! Tapi akan kucoba”
“Tetaplah menjadi Hyoyeonku yang kuat! Aratsoyo?”
“Ne..”
“kuharap jika suatu saat nanti kita bertemu lagi, kau sedang memakai gaun putih dan sedang berjalan kearahku, bersama-sama didepan altar, mengucapkan janji suci!” Aku hanya tersenyum kecil sambil menganggukan kepalaku, ia menyentuh puncak kepalaku lalu seakan tersadar dengan waktu, ia kembali  melirik jam tangannya.
“Sudah waktunya! 10 menit lagi pesawatku lepas landas!”
“haruskah secepat ini?”


ojik nan neoui Boy Friend e e e
neomanui Boy Friend e e e
naega neol jikyeojulge neol hangsang
akkyeojulge ojik neol wihan naega dwae julge


Ponselku berdering dan dengan segera kuambil ponsel disaku rok ku“Yoona” Gumamku sambil menatap nanar kearah layar ponsel androidku.
“angkatlah!” ucap Donghae, perlahan aku tekan tombol answer dan mendekatkan speaker ponselku pada telingaku.



“Yeoboseo”
“…………………………”
“aku dipadang rumput tepat disamping gedung bandara”
“……………………..”
“Ne.. aku bersama Donghae!” Tiba-tiba saja sebuah pekikan terdengar dari lima suara berbeda, membuatku menjauhkan ponselku beberapa centi dari kupingku.
“…………………..”
“tak usah! Aku akan kembali ke bandara!” Dengan cepat Donghae merebut ponselku
“Yoona-ya! Kemarilah! Palli, kami menunggumu! Padang rumput persis disamping bandara, aratsoyo?” Ujarnya
“………….”
“Keurae! Cepatlah! Aku tunggu!” Ucapnya lalu mematikan sambungan telefonnya.



“Apa maksudmu? Kenapa kita tak ke bandara saja? Aku kan bisa sekalian mengantarmu!”
“kau harus kembali ke sekolah Hyo!” ucapnya sambil mengembalikan ponselku
“MWORAGO? Shireo!”
“Hyo! Jangan manja! Kajja!” Ucapnya sambil membantuku berdiri, dengan berat hati akhirnya kamipun meninggalkan tempat menakjubkan itu. Kami kembali berjalan ditengah-tengah ilalang sampai akhirnya kami berhasil keluar.



“Bukankah itu mobil eommamu?” Tanya Donghae sambil menunjuk sebuah mobil yang sedang melaju dengan sangat amat lambat kearah kami.
“ne..”
“Siapa yang menyetir?”
“Yoona”
“MWO?” Seketika tawanya meledak-ledak mendengar nama itu keluar dari mulutku, hingga akhirnya mobil itu berhenti tepat didepan kami. Kelimanya segera turun dan mendekat kearah kami berdua.
“Kau benar-benar bisa menyetir?” tanya Donghae pada Yoona
“ah.. kau meragukannya oppa? Coba kau tanyakan pada mereka semua! Aku bisa menyetir dengan baik, Ia kan?” Ucap Yoona sambil menatap penuh harap pada kami, namun tak ada satupun dari kami yang mau menjawab bahkan kami pura-pura tak mendengar ucapannya. Mianhae Yoona, kami semua tak ingin berbohong.



“Baiklah! Aku pergi dulu! Aku pasti akan merindukan kalian semua! Jaga diri baik-baik!”
“memangnya kau benar-benar akan pergi, oppa?” Tanya So Min
“Ne”
“Untuk apa? “ Tanya So Eun
“Berapa lama?” sambung Tiffany
“untuk bekerja, cerita selengkapnya tanya gadis ini, sekarang aku benar-benar harus pergi!” Jawabnya sambil menarik tanganku, membuatku maju satu langkah lebih dekat pada lima gadis yang sedang menatap heran kearahku itu.
“Kembalilah ke sekolah! Siswi macam apa kalian itu?” Candanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ne sonsengnim” Jawab kelima sahabatku kompak, sedangkan aku, aku lebih memilih memandangi wajah namja disampingku sepuas yang aku bisa sebelum aku tak dapat melihatnya lagi, entah untuk berapa lama.
“Sampai jumpa!” Ucapnya lalu berjalan menjauh dari kami. Tak ada satupun dari kami berenam yang bergeming, kami menatapnya yang semakin lama semakin jauh, hingga…….



“Omoona” Seru Jessica sambil terkesiap, ia segera berlari menyusul Donghae
“Donghae oppa! Chakkaman!” pekik Jessica sambil berlari
“Jessica, ada apa?” Teriak So Min, namun tak digubris oleh Jessica. Kenapa anak itu?



Author POV




“Oppa… a..aku…” Ujar Jessica dengan nafas tersengal
“Omoona…… Sica-ya! Atur nafasmu! Memangnya ada perlu apa?” Tanya Donghae
“Kim… Sang… H..Hwan” Ucap Jessica masih mencoba mengatur nafasnya
“ah.. sang hwan? Kau mengenalnya?”
“Dia temanmu?”
“ne.. waeyo?”
“Boleh aku minta nomor ponselnya?”
“MWO? Untuk apa?”
“ah.. sudah cepat berikan!”




…………………………………….




Hyoyeon POV




A day later……….


`````at class`````




Art lesson



Karena ulahku yang berteriak dan menangis tiba-tiba kemarin, Mrs. Andrea pun tak melanjutkan pelajarannya. Dan sekarang, guru asal Swedia itu kembali melanjutkan perkenalan yang kemarin sempat tertunda.
“Ok! I Think it’s enough! Is There any questions for me?” Tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dan saat itulah, saat dimana beberapa anak dikelas ini memandangku, seolah berkata ‘sudah waktunya` aku berdiri. Terdengar suara hembusan nafas lega setelah aku berdiri, yah… aku tau anak-anak dikelasku ini sudah menantikan saat-saat ini, dan aku yakin mereka semua ingin aku mengucapkan dialog mematikanku itu, aku tau mereka semua ingin melihat ekspresi syok guru cantik didepan kami setelah aku mengucapkan kalimat itu.



“Hmm… Mrs. Andrea!”
“Yes”
“ I hope you enjoy to teach in our class!” Ucapku tersenyum ramah sambil membungkukkan badanku.




“MWO?”
“KAU GILA!”
“APA YANG KAU LAKUKAN?”
Teriakan-teriakan tak percaya terdengar jelas ditelingaku, namun tak sedikitpun kugubris.



“sure! It would be fun to teach here! And I hope you can teach me Korean” Ucap Mrs. Andrea dengan antusiasnya.
“Oh.. of course! We all will help you with pleasure, wouldn’t we?” Tanyaku pada seluruh siswi dikelasku, yang sebagian besar dari mereka sudah terlihat sangat kesal dengan obrolan kami. Karena aku tau dengan jelas, bukan ini yang mereka inginkan.



“Aish… Kim Hyoyeon!”
“Omoona…… ada apa dengan anak itu?”
“YAK! SHIREO!”
Sahut anak-anak dikelas ini dengan kesalnya, seperti harapan mereka untuk membasmi guru baru didepan kami sudah pupus karenaku. Ya.. aku tau, dulu aku yang memprofokasi mereka untuk membenci guru seni, bahkan aku membuat komitmen dengan anak satu kelas untuk membasmi guru seni. Dengan satu alasan sepele bahwa pelajaran ini tak penting. Namun pada akhirnya, aku juga yang harus menyadarkan mereka bahwa apa yang kita lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan besar. Tak seharusnya aku melakukan ini.


Aku kembali duduk, dan saat itu juga kelima sahabatku menoleh kearahku.
“Kau tidak sedang sakit kan?” Tanya So Eun sambil meletakkan punggung tangannya dikeningku.
“Itu guru seni Hyo!” Seru Yoona sambil menunjuk Mrs. Andrea dengan matanya
“aku tau! Aku hanya ingin membuat ia lebih nyaman mengajar disini!”



………………………




Lee Donghae benar-benar berpengaruh banyak dalam hidupku. Ia benar-benar merubah cara berpikirku, membuatnya menjadi lebih nyata. Ia menjadi motivasi terbesar untukku, aku benar-benar ingin berubah menjadi Hyoyeon yang lebih baik. Bukan Hyoyeon yang manja, pendendam, keras kepala ataupun egois. Kalian tau? Aku sudah memiliki teman baru sekarang, aku berteman dengan Chae Ra sonsengnim, ia berbicara banyak padaku. Ia bilang, Donghae sering bercerita tentangku. Omoona… benarkah itu? Kuharap ya..



Menurut kalian, apa ceritaku telah usai? Apa ini adalah akhir ceritaku? Ini bukan akhir yang buruk tapi ini juga tak begitu menyenangkan! Kuharap aku benar-benar bisa bertemu dengannya lagi! Ia benar, setiap pengorbanan pasti akan membuahkan hasil. Aku akan berusaha menjadi Hyoyeon yang lebih baik, agar suatu saat nanti aku bisa sedikit lebih pantas untuk disandingkan dengannya. Dengan Lee Donghae.



Menjalani hari-hari tanpanya ternyata lebih sulit dari yang kubayangkan, tapi aku tetap berusaha kuat, aku takkan merubah keputusanku hanya deminya. Aku hanya harus yakin bahwa ia adalah takdirku, dan aku yakin semua akan baik-baik saja. Aku harus yakin kami bisa bertemu suatu saat nanti, saat kami sudah sama-sama dewasa dan siap untuk menjalin sebuah hubungan.



TBC


Hoi hoi semua
Sebenernya ini dah bs dibilang end kan?
Jd kl aku males nulis part akhirnya g masalah kan?
Ah.. suka-suka aku dah@)
mian ya.. maksa bgt alurnya!
g nyambung ceritanya
kata-katanya g enak, bikin pusing n bertele-tele
aku masih belajar! 

tp aku mau bahas sesuatu
Itu Yoona bs nyetir gk sih? *emosi*  Kl g bs belajar dong sama ahlinya! *tunjuk author*
Awas *usir Yoona, pegang stir, injek gas DWWAAARRRR #monas rubuh#*
Okeh! Tinggalin monas… Beralih ke Jessica yg dah punya gebetan
Cie….. yg dah punya gebetan *nunjuk-nunjuk Sang Hwan*
Tinggal So Min ya? Sama siapa nih?
Bagi yang berminat kirim aja data diri kamu langsung ke Gedung resmi GIGSent
Yg bertempat di PADANG MAHSYAR *nah lo?”
Kl g da yg minat, nanti aku jadiin perawan tua ajah…. *kejam*


Mian! Aku kebanyakan ngomong, tp kan ini ff aku jd suka-suka aku dong *org gila*
Tp blm puas nih *ya elah*
Blm puas abis blm ngata-ngatain GSB
TP berhubung aku itu lemah lembut, g jd deh!
eh.. tunggu! I wanna say thx to GSB! 
Dy lumayan banyak ngebantu loh wat dptin ide2 *tepok tangan*
alhamdulillah ada gunanya jg tuh anak! 

ah.. baiklah! Saya kira sudah cukup!
BYE SEMUA! Doakan smg project ultah siwon bs terlaksana ya…
Tapi..............blm! Saya masih belum puas! Buat Kim Dhira aku mau  your new face dipost segera
n GSB Kpn love need effort nya?
sbnernya mash blm puas sih, tp y dahlah///
Dadah…
Please leave a comment and reaction for me,,,,,,……

Comments

Popular Posts