Oh.. My Teacher! (End ~ Shocking Marriage)




20:04
Hyoyeon POV
Paris, Prancis


5 Years later…….

Aku sedang duduk disebuah bangku panjang kayu dengan background menara Eiffel dibelakangku. Hari yang hampir gelap benar-benar sukses membuatku terhanyut dengan keromantisan kota ini. Kota yang sudah 5 tahun belakangan kutinggali, berpisah dengan eommaku, berpisah dengan sahabat-sahabatku dan yang terpenting adalah berpisah dengan hingar bingarku di Korea. Berpisah dengan segala bentuk sifat manja yang bersarang dalam diriku.




Aku! Kim Hyoyeon! Sedang belajar untuk dewasa, sedang belajar untuk melupakan semua sifat burukku dan sedang belajar untuk menjadi seseorang yang jauh lebih baik. Prancis, Negara yang sampai kapanpun takkan terasa membosankan bagiku. Hmm… kalian ingat obsesiku? Ya.. aku ingin memperdalam kemampuan danceku, aku ingin ke Prancis untuk bersekolah di sebuah sekolah dance terkemuka disini. Tapi entahlah,………. Entah mengapa aku jadi lebih tertarik untuk memperdalam kemampuan seniku, bukan hanya sebatas dance saja. Kalian tau? Aku berkuliah di sebuah universitas khusus seni Prancis, dan kini aku sedang semester akhir, paling tidak 2 bulan lagi aku lulus.

Universitasku mengajukanku sebuah pekerjaan sementara. Pekerjaan mulia, pekerjaan yang mengharuskanku bersikap dewasa. Aku mengajar disebuah sekolah. Aku mengajar seni disana. Dan ini hari keduaku, entah ini takdir atau bukan tapi jalan hidupku benar-benar sama dengan Donghae. Bedanya aku tak semandiri dia, setiap bulannya aku mendapatkan kiriman uang dari eommaku.

Kemarin adalah hari pertamaku mengajar, dan aku mendapat hal yang sama dengan yang Donghae dapatkan. Murid-muridku tak menyukaiku. Sepertinya karma benar-benar berlaku untukku. Tapi kalian tau apa responku? Aku………………… diam. Bukan! Bukan karena kini aku sudah benar-benar berubah menjadi Hyoyeon yang penyabar tapi karena aku mengajar di sebuah sekolah berkebutuhan khusus, sekolah untuk anak-anak yang memiliki kekurangan mental. Apa pantas aku marah-marah didepan mereka? Jika aku melakukan itu justru akulah yang sebenarnya mengalami cacat mental, ia kan?

Aku memandang lurus kedepan sambil sesekali menyesap satu cup caramel Machiatto hangat dalam genggamanku, memandang lurus ke sebuah gereja berdesain minimalis dengan ukuran tak terlalu besar yang tampak sibuk sejak kemarin, entah acara apa yang akan digelar disana. Aku mengarahkan pandanganku kearah lain, ke arah muda-mudi Prancis, hmm… bahkan muda-mudi dari seluruh penjuru dunia yang sedang berjalan beriringan melewatiku. Menikmati romantisme kota ini sembari mengumbar kemesraan mereka. Omoona……….. aku merindukannya! Aku merindukan Lee Donghae! Apa benar ia akan kembali untukku? Benarkah ia adalah takdirku? Dan kapan aku bisa bertemu lagi dengannya? Semua pertanyaan yang belum kudapat jawabannya itu kini berkelebat untuk kesekian kalinya diotakku.

Aku mendesah berat sambil meletakkan cup caramel Machiatto yang kugenggam kesamping kananku. Aigooo…… kurasa rasa rinduku sudah mencapai klimaksnya!

“Lee Donghae!” Panggilku pelan dengan suara lirih, suasana yang begitu romantis menjadi terasa begitu semu bagiku.
“Lee Donghae” Hanya berharap ia mendengarnya, itulah panggilan kedua yang kulontarkan dari mulutku. Dalam gelap dan dinginnya malam, hanya sebutan namanyalah yang mampu membuatku nyaman.


Kutundukkan kepalaku dalam-dalam seraya menghela nafas berat. Tiba-tiba saja aku merasakan seseorang menyentuh bahuku dari belakang. Sejenak aku membulatkan mataku, tubuhku diam namun otakku berpikir sangat cepat, memutar semua adegan film yang pernah kusaksikan. Biasanya dalam keadaan seperti ini, pastilah sang pemeran utama pria yang menyentuhnya, mengagetkannya tiba-tiba dan akhirnya terjadilah pertemuan manis. Senyum sudah mengembang dibibirku hanya dalam sepersekian detik sejak sentuhan tangan misterius itu.


Aku berbalik perlahan dan…………..
“KAU?” rasanya seperti kau punya mimpi yang sangat amat tinggi dan tiba-tiba terbangun begitu saja, menyisakan rasa sesak sekaligus kesal. Sesosok namja yang sudah sangat amat aku hapal hadir dibelakangku dengan senyumannya dan sudah kuduga, dimana ada namja itu pasti akan ada yeoja ini disekitarnya, seorang gadis menyembul dari balik bahunya, gadis itu menampakkan senyum manisnya.
“Hai Hyoyeon” Sapa keduanya sambil mengibaskan tangan, sedangkan aku hanya bisa melongo keheranan dengan pasangan teraneh didunia ini.
“Yesung oppa! So Eun! Bagaimana bisa kalian disini?” tanyaku bingung. Tapi mereka tak memperdulikan ucapanku, mereka malah menoleh kearah lain seolah memberikan interupsi pada seseorang, belum sempat aku mengikuti arah tolehan mereka, 2 orang namja menggotongku.


“WHHOOOAAAA”
“YAK! SIAPA KAU?” Pekikku saat 2 namja itu menggotong tubuhku layaknya penculik. Aku berontak seraya memukuli kedua namja bertubuh atletis itu.
“APPO HYO-AH!” Suara itu! Aku membulatkan mataku saat baru kukenali 2 namja itu adalah, Siwon oppa dan Heechul oppa! Omo…. Ada acara apa disini? Mengapa semuanya ada disini? Aku masih di Prancis kan? Ini bukan Korea kan?

Mereka membawaku ke gereja yang dari tadi menjadi objek pandanganku.
 “Turunkan aku! Apa-apaan sih kalian berdua?” Teriakku sambil menjambak rambut mereka berdua. Membuat kedua namja itu kesal dan membulatkan matanya kearahku.

Sampai akhirnya…………….



………………………..



Hyoyeon POV
Private Room (Church)
21:26


Kutatap pantulan diriku dicermin, sebuah gaun putih dengan bahu terbuka melekat sempurna ditubuhku. Sebuah gaun putih gading dengan beberapa aksen cantik yang tak terlalu mencolok membuat gaun ini benar-benar terlihat begitu menawan dimataku. Kuputar tubuhku ke kanan dan ke kiri sembari menatap penuh minat kepantulan tubuhku di cermin.


Aku diseret paksa ketempat ini dan disuruh memakai sebuah gaun pengantin, tentu saja aku berontak! Aku tak mau dinikahkan tiba-tiba seperti ini! Dengan siapa aku menikah saja aku tak tau! Tak ada satu orangpun yang memberitahuku!

Dan kalian tau? Entah acara apa ini! Tapi yang pasti semua sahabatku datang bersama pasangannya masing-masing, Termasuk Jessica dan So Min. Jessica dengan Kim Sang Hwan, Sang Hwan oppa, kalian ingat namja itu? Namja yang pernah kami temui didepan rumah Donghae, namja yang memberitau kami bahwa Donghae akan ke Jepang. Lalu So Min, ia sudah punya namjachingu sekarang. Seorang namja asli Kanada, namja yang sangat tampan, bermata biru, berkulit putih bersih, bertubuh tinggi dengan rambut keemasan. Jeongmal…. Jeongmal… jeongmal meotjyeoyo (Tampan). Ibarat Siwon oppa versi barat. Aigoooo…… Beruntung sekali yeoja itu! Ia berkenalan di Kanada, bisa dibilang laksana kisah manis dalam sebuah drama. Universitas Toronto adalah saksi bisunya, saat dimana mereka bertemu hingga menjalin sebuah hubungan seperti sekarang. Sedangkan teman-temanku yang lain sepertinya masih setia dengan pasangannya masing-masing, bahkan Yesung oppa dan So Eun sudah bertunangan.


Hmm… sepertinya pembicaraanku terlalu jauh! Mengenaiku, kenapa akhirnya aku mau memakai gaun ini? Ini adalah alasan bodoh dan tak masuk akal, aku memakai gaun ini karena pesona gaun ini tak dapat kutolak, benar-benar indah! Selain itu ada perasaan lain yang menyembul keluar dari dadaku, perasaan bahwa ini semua benar! Bahkan sejujurnya aku tak keberatan dengan pernikahan ini walau aku belum tau siapa yang akan menjadi pendampingku di altar nanti, pemberontakanku tadi hanya karena sebatas gengsiku yang terlalu tinggi. Pikirkan saja, aku masih punya harga diri! Masa ia tiba-tiba digotong dan dipaksa menikah seperti ini lalu aku mengiyakan begitu saja? Aku harus menjaga harga diriku tetap pada tempatnya, setidaknya pemberontakan kecil kurasa sudah cukup untuk itu.


Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar. Aku sedikit berbalik menoleh kearah pintu berwarna hitam elegan itu.

“Masuklah!” Seruku. Pintu itu pun terbuka perlahan, memperlihatkan kelima yeoja cantik dengan gaun putih.
“Omoona! Neomo yeopo!” Puji Jessica sambil menatapku kagum, begitu pula yang lain, mereka semua terlihat sangat puas melihatku yang sedari tadi bersikeras menolak kini mau memakai gaun ini.
“Sebenarnya aku akan dinikahkan oleh siapa huh? Pernikahan model apa ini?” Keluhku
“Aigoo Hyo! Tenang saja! Kau takkan menyesal menikahi namja yang satu ini!” Seru So Min
“Aku mau Lee Donghae! Tak mau namja lain!” Gertakku
“Hmm….. pengantin priamu Donghae oppa bukan ya?” ucap Tiffany
“Omo… mungkinkah itu? Bukannya namja itu di Jepang?” Sambung Yoona
“Ne.. mana mungkin Donghae oppa meninggalkan pekerjaannya? Ingat! Dia itu………” Ucap So Eun
“CEO” Mereka semua mengatakan jabatan itu kencang-kencang membuatku harus menutup kedua telingaku, tak ingin membuat pendengaranku memburuk.

“Hmm….” Deheman ringan terdengar dari ambang pintu, membuat kami berenam menoleh dengan serempak ke sumber suara.
“eunhyuk oppa!” gumamku, sedangkan yang lain hanya diam. Ya.. mereka pasti tau keberadaan Eunhyuk oppa disini sejak tadi, atau mungkin saja mereka terbang kesini juga dengan namja itu.
“Chukhae Hyo! Sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Lee!” Ucapnya sambil tersenyum kearahku.
“Lee? Lee dari nama siapa? Nama……..?” Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, Eunhyuk oppa menyelaknya dengan cepat.
“Menurutmu bagaimana? Namaku Lee Hyuk Jae, jika kau menikah denganku namamu akan berubah menjadi Lee Hyoyeon kan?” Candanya
“Aigoo… aku serius!” Decakku
“lihat saja nanti dialtar!” Ucapnya lalu mencelos pergi, membuat kekhawatiran tersendiri dihatiku. Aku diam sambil menatap kosong keambang pintu.


“Sudahlah Hyo! Ini namanya pernikahan mengejutkan! Kita lihat saja nanti siapa yang akan berdiri didepan altar” Ucap Jessica
“APA-APAAN INI SEMUA?” Jeritku kesal
“YAK! Yeoja berisik! Nikmati saja!” seru So Min
“Apanya yang bisa dinikmati? Rasanya sangat menegangkan dan membuatku tak nyaman! Setidaknya berikan aku clue yang lain! Pengantin priaku Donghae kan? Bukan Eunhyuk oppa kan?” Tanyaku
“begini saja! Dari tadi kau sudah melihat Donghae oppa belum?” tanya Tiffany dan kujawab dengan gelengan singkat.
“dan tadi! Tadi Eunhyuk oppa memakai setelan jas berwarna putih kan? Bila ia berdiri dialtar berdampingan denganmu pasti akan sangat serasi!” Ledek Yoona penuh kemenangan
“Geumanha, sekarang sini aku rapikan rambutmu! Sini aku gulung ke belakang!” Ucap So Eun sambil mendudukkanku kesebuah kursi. So Eun sibuk dengan rambutku sedangkan 4 sahabatku yang lain sibuk bersolek didepan kaca tak jauh dari tempatku berada.


“So Eun! Aku gugup” Lirihku
“Ne.. arasseo!”
“Aku harus bagaimana?”
“Tenanglah!”
“Bagaimana bisa aku tenang! Bahkan aku tak tau siapa pengantin prianya!”
“tapi kenapa kau mau memakai gaun pengantinnya?” Sejenak aku terdiam, aku mendesah berat sambil menatap pantulan diriku dicermin.
“Mollayo! Tapi ada perasaan lain, seperti aku tak bisa menolaknya! Seperti ini semua memang benar untukku, seperti semua ini sudah digariskan untukku!”
“Lagipula kau sudah tak bisa menolaknya Hyo!”
“Wae?”
“eomma dan appamu pasti akan merasa kecewa! Mereka sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari!”
“Appaku?” Tanyaku sambil menengok kearah So Eun yang sedang berdiri tepat dibelakangku. Ia menghentikan aktifitasnya sejenak lalu tersenyum sambil mengangguk pelan menatapku.
“Hyoyeon”


Author POV



“Hyoyeon!” Sebuah panggilan serak terdengar dari ambang pintu, membuat semua yang ada diruangan itu refleks menoleh kesana.
“A..ap..appa?” Hyoyeon bangkit dari duduknya dan menatap lurus kearah namja setengah baya dengan setelan jas putih yang sedang berdiri diambang pintu. Hatinya mencelos melihat namja didepannya itu. Kebencian yang selama ini ia rasakan luruh begitu saja saat melihat wajah teduh nan menenangkan khas sang ayah.
“Appa!” Panggil Hyo sekali lagi sambil berjalan pelan kearah appanya lalu berhenti tepat didepannya. Kaku. Itulah yang dirasakan Hyoyeon sekarang, benar-benar tak tau apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dikatakan. Ia diam sambil menatap appanya tak percaya.
“Appa aku merindukanmu!” Akhirnya kalimat pertama dari mulut gadis itu keluar dengan fasih. Merasa sudah tak kuat lagi, ia memeluk sang ayah erat.
“Yeonie! Mianhae! Jeongmal mianhaeyo! Appa egois! Appa tak memperdulikan perasaanmu saat itu!” Jawab namja setengah baya itu sambil membelai rambut putrinya penuh rasa sayang. Hyo menggeleng mendengar penuturan sang ayah, menandakan bahwa Hyo tak setuju dengan statement ayahnya. Seketika air matanya meleleh membasahi pipinya.
“Anio! Appa tak salah! Aku yang salah, mana ada seorang anak membenci appanya?” isak Hyo dalam dekapan kehangatan yang sangat amat ia rindukan. Hyoyeon tak bertemu dengan appanya selama 8 tahun, dan malam ini, ia datang! Ia datang ke acara pernikahan mengejutkan dan konyol yang sudah dipersiapkan untuk putrinya.



Hyoyeon POV



“Sudahlah jangan menangis, gadis kecilku!” Ucap appa setelah sebelumnya mencium puncak kepalaku
“Aku tau setiap orang mempunyai hak untuk menentukan jalan hidupnya. Mianhae! Aku bukanlah anak yang baik! Aku menyayangimu appa! Aku menyayangimu!” tangisku yang malah semakin menjadi-jadi. Appa melepaskan pelukannya lalu meletakkan kedua tangannya dibahuku.
“Appa!....” Panggilku dengan suara bergetar.
“Sudah cukup menangisnya! Ayo sekarang rapikan make up dan juga rambutmu! Masa seorang calon pengantin penampilannya seberantakan ini?” Canda appa sambil menjepit ujung hidungku dengan dua jarinya. Aku mengangguk ringan sambil menatap appaku, benar-benar belum puas melihatnya.
Appa mengusap rambutku pelan lalu beranjak keluar dari ruangan ini dan sedetik kemudian menutup pintu didepanku rapat. Kelima sahabatku segera mengerubungiku untuk menenangkanku yang masih cukup syok.


……………………..


21:49


Semua orang didalam gereja ini berdiri menyambutku yang sedang berjalan pelan dengan bimbingan appaku. Nuansa serba putih yang diciptakan digereja ini belum bisa membuatku sedikit lebih tenang. Otakku tak henti-hentinya berputar memikirkan siapakah gerangan namja yang sedang berdiri membelakangiku didepan altar itu. Semakin lama kami semakin dekat, dan kini aku bisa menatap punggung namja berbalut setelan jas putih itu dengan amat jelas. Darahku mulai berdesir, aku yakin itu Donghae, Aku yakin itu Lee Donghae.

Sejenak aku melirik ke deretan kursi-kursi kayu dibarisan depan. Disebelah kanan ada eomma dan disebelah kiri ada seorang yeoja dan juga namja setengah baya yang sedang tersenyum cerah menatapku. Dan jujur aku tak mengenalinya, namun satu yang aku tau, pasti mereka adalah orang tua dari pengantin pria yang belum kulihat wajahnya itu. Aku kembali memfokuskan mataku pada seorang namja yang sedang berdiri membelakangiku itu, demi apapun aku yakin namja itu adalah Lee Donghae, dugaanku diperkuat ketika aku melihat Eunhyuk oppa duduk dibarisan tengah beserta teman-temanku yang lain.

Dadaku terasa makin sesak diiringi dengan detakan jantungku yang mengalami percepatan hebat. Aku menelan ludah berkali-kali saat aku sudah setengah jalan menuju altar dan JLLEEEBBBB…… Namja itu menoleh.

“D..Do..Donghae” demi tuhan aku tak bisa berkata apa-apa. Kakiku mendadak lemas sehingga aku tak mampu lagi berjalan. Aku diam ditengah-tengah jalan sambil menatap lurus kearah namja itu. Namja yang terlihat jutaan kali lebih tampan dari 5 tahun yang lalu. Aku mengerjap berkali-kali sebelum akhirnya appa menyentuh bahuku, membuatku tersadar dari pesona maha dahsyat sang pengantin pria. Dengan langkah kaku yang terkesan dipercepat, aku dan appa telah tiba tepat dihadapannya. Donghae tersenyum manis kearahku. Melihat sosoknya dengan balutan jas putih bersih ditambah dengan senyumannya yang memikat benar-benar membuatku terpaku. Kesempurnaan yang tak akan pernah kutemukan dibelahan dunia manapun.

Appa memberikan tanganku yang berbalut sarung tangan putih kearah Donghae dan segera disambutnya dengan uluran tangannya yang hangat. Ia menunduk kearah appa lalu membantuku naik beberapa undak dan berdiri berdampingan didepan seorang pendeta. Pendeta itu mengucapkan beberapa kalimat dalam bahasa inggris menciptakan suasana yang sangat khidmat. Namun perasaan haus untuk menatap namja disampingku itu terlalu besar, akhirnya aku menyerah dan menoleh kearahnya. Aku memandangnya lekat dengan mulut setengah terbuka, aku benar-benar bisa gila karena ketampanannya yang memabukkan. Maksudku –Bagaimana bisa tuhan menciptakan seorang manusia setampan ini?--


Menyadari tatapanku, Donghae ikut menoleh namun tak lantas membuat kesadaranku kembali. Aku masih tak berkutik hingga ia meraih daguku lalu membelokkannya kembali ke pendeta. Namun aku mengulanginya lagi, seperti ada magnet yang menghisap wajahku untuk menoleh kearahnya.


“Aku tau aku tampan tapi kumohon menghadaplah kearah pendetanya dulu!” Bisiknya sambil kembali membalikkan daguku, membuatku mau tak mau menatap pendeta itu lagi. Dan untuk kali ini, tak ada kalimat penolakan dariku karena jujur aku akui dia tampan bahkan lebih dari tampan.

Tapi untuk ketiga kalinya, aku kembali menoleh penuh minat padanya. Menatapnya intens sambil berdecak kagum dalam hati dengan semua keindahan didepan mataku itu. Ia sedikit melirikku lalu tersenyum diiringi dengan gelengan kepala tak percaya lalu kembali menatap lurus kedepan, tak ada niat untuk kembali meraih daguku dan membelokkannya ke depan.


Sementara itu pendeta didepanku masih saja bicara panjang lebar, sampai……….
“Yes…I Do” Jawab Donghae diiringi dengan senyuman manisnya. Membuatku semakin tenggelam jauh kedalam pesonanya. Namun tiba-tiba Donghae menoleh dan mengernyit kearahku. Membuat aku sadar sepenuhnya dan langsung menoleh kearah pendeta yang sudah memajang tampang lesu menunggu jawabanku.


“Eh.. a..aku! Ehm.. could you repeat it again?” Pintaku sambil sedikit menunduk dan menaikkan jari telunjukku –membentuk angka 1—pada pendeta itu.
“Kim Hyoyeon, Do you…………..”
“Yes I do” Jawabku penuh wibawa namun tiba-tiba suara tawa terdengar dari belakang, tepatnya dari barisan teman-temanku.
“mengapa mereka tertawa?” Gumamku
“Pendetanya belum selesai bicara!”
“HAH? Jinjjayo?” dadaku mencelos memikirkan kebodohanku. 2 kali kesalahan dalam sebuah acara pernikahan yang sakral dan parahnya semua itu aku yang melakukannya. Aigoo… memalukan!


“Ok! Just one more time! Promise!” Bisikku pada pendeta yang masih sabar mengangguk-angguk walau jelas terlihat bahwa ia sudah bosan.
“Kim Hyoyeon, Do you willing to accept Lee Donghae to be your husband, either in joy or sorrow?”
“Yes… I do!” Jawabku diiringi senyuman. Dan seketika, seluruh orang berdiri sembari bertepuk tangan. Tak banyak orang disini hanya teman-temanku beserta pasangannya masing-masing dan orang tua kami. Hanya itu.


Kini aku dan Donghae sudah berdiri berhadapan didepan altar setelah sebelumnya menyematkan cincin di jari masing-masing. Saling berbagi senyum satu sama lain, hingga....

“Kissu! Kissu! Kissu!” teriakan riuh terdengar jelas di telingaku. Siapa lagi? Pastinya teman-temanku yang berteriak seperti itu. Membuat senyumku berubah menjadi cengiran menahan malu.
“Mereka semua gila” Gumamku, sedangkan Donghae hanya tersenyum.
“Kiisssssssuuuuu!” Teriak Eunhyuk oppa dan Heechul oppa yang sepertinya bertindak sebagai provokator, membuat suara gemuruh itu makin terdengar jelas dan sukses membuat wajahku memerah. Aku segera menoleh kearah mereka semua sembari memberikan tatapan mautku dan saat baru saja aku akan membuka mulutku untuk memberi mereka semua berbagai macam umpatan penolakan, sebuah tangan meraih daguku dan membelokan wajahku kembali pada keadaan semula.


Mataku melebar seketika. Jantungku berhenti berdetak dan paru-paruku berhenti bekerja memompa udara. Waktu terasa berhenti dan otakku tiba-tiba macet. Saat aku sedang ingin memberikan ceramah pada teman-temanku itu, Donghae menangkupkan kedua tangannya disisi kepalaku kemudian melakukannya. Melakukan apa yang diteriakkan oleh segerombolan anak-anak muda yang sedang berdiri provokatif menuntut haknya. Kini suara gemuruh kegirangan kembali terdengar ditelingaku, seiring dengan Donghae yang mulai menjauhkan wajahnya dari wajahku.


Ini gila. Ini benar-benar gila. Aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya, ekspresi terkejutku masih belum berganti. Kini aku seperti orang bodoh, diam tak bergeming dengan tubuh tegang.


“Sampai kapan kau akan diam seperti ini?” Ucap Donghae sambil menggenggam tanganku. Aku diam, aku hanya melirik tangannya yang sudah membulat dipergelangan tanganku.
“Kajja! Kau harus bertemu orang tuaku!” Ucapnya sambil tersenyum lalu menarikku



……………………



22:37
Hyoyeon POV



Setelah sebelumnya mengobrol ringan dengan orang tua Donghae, eng… maksudku…. Mertuaku. Kini aku sedang berada ditengah teman-temanku yang sedari tadi tak henti-henti menggodaku dan Donghae. Tapi untungnya aku bisa balik menggoda mereka, terutama tingkah lucu mereka saat berusaha mati-matian untuk mendapatkan bunga pengantin saat aku melemparkannya tadi. Semua dari mereka, entah itu yang wanita atau yang pria, semuanya terlihat sangat semangat untuk menangkap bunga itu. Dan Hahaha…. Kalian pasti akan tertawa terpingkal-pingkal jika melihat wajah penuh tekad mereka. Sepertinya semuanya memang ingin cepat-cepat menikah. Dan yang mendapatkannya adalah…….. Heechul oppa. Prok…. Prok…. Prok….


“Aigoo….. Hyo! Aku cemburu padamu!” Ucap Yoona ditengah-tengah perbincangan kami
“Cemburu?” Tanyaku
“Ne.. bahkan kau dan Donghae oppa belum pacaran sama sekali, tau-tau langsung menikah! Sedangkan aku yang sudah pacaran setengah abad belum juga dilamar!” Jawabnya sambil melirik sinis namjachingunya.
“Setengah abad? Kita baru pacaran 6 tahun!” Protes Siwon oppa
“baru?????” Kesal Yoona
“ah.. baik! Besok kita menikah!” Tandas namjachingunya itu
“YAK! Tidak seperti itu juga!” Sinis Yoona sambil menjitak Siwon oppa. Sedangkan aku dan Donghae hanya tersenyum bingung menyaksikan pasangan yang terkesan kekanakan itu.



“Donghae! Sini!” Panggil Heechul oppa, Donghae memberikan sebuah gelas kecil ditangannya kepadaku lalu mendekat kearah Heechul oppa dan aku mengekor dibelakangnya.
“Tolong foto kami ya..” Pintanya
“Mwo? minta difotoin? Kan disini banyak orang, kenapa harus Donghae oppa?” protesku
“OPPA?” Seisi ruangan gempar mendengar statement yang keluar dari mulutku. Ini pertama kalinya dalam sejarah, seorang Hyoyeon memanggil Donghae dengan sebutan oppa dibelakangnya.

“Omoona……. Sebentar lagi kiamat datang!” Seru Jessica
“tanggal berapa ini? Jam berapa ini? Ini hal penting, harus dicatat!” Ucap So Eun sambil mengeluarkan ponselnya lalu mengetik beberapa kata dengan ekspresi panik. Omo… lama-kelamaan anak ini bertambah aneh.
“keajaiban dunia yang menggemparkan!” Lirih So Min tepat dibelakangku, membuatku bergidik karena suaranya yang lirih, seperti sedang berada disebuah pemakaman.
“Aigoo…. Kalian semua itu berlebihan sekali! Sekarang aku istrinya, aku harus memanggilnya dengan sopan!” Ucapku membela diri sambil menatap mereka semua sinis. Sedangkan Donghae yang sedari tadi melongo hebat pun kini mulai tersenyum senang, lalu mengusap kepalaku lembut.
“5 tahun aku menunggu kata itu keluar dari mulutmu!” Bisiknya


“AH.. Sekarang sudah cukup terpananya! Cepat foto aku dan Fany!” Seru Heechul oppa sambil memberikan sebuah camera digital pada Donghae oppa. Aku meletakkan gelas digenggamanku pada sebuah meja kecil tak jauh dari tempatku berdiri lalu ikut mengambil gambar, aku mengambil gambar Donghae yang sedang memfoto Heechul oppa dan Tiffany. Ini hasil gambarku…….


Dan ini hasil gambar Donghae oppa…….






……………………….



“Kemana?” Tanyaku saat Donghae oppa menarikku, mengajakku untuk keluar dari gedung itu.
“menara Eiffel!” Jawabnya



……………………….

23:04




Kami sedang duduk berdampingan disebuah kursi kayu. Eng… begini! Kalian ingat kursi kayu yang 3 jam lalu aku duduki. Kursi kayu yang terletak persis didepan menara Eiffel itu? Ya.. aku sedang duduk berdampingan dengan hmm….. namphyeonku. Benar-benar gila, bahkan aku masih mengingatnya dengan jelas, kejadian 3 jam yang lalu, saat statusku masih lajang, saat aku memanggil-manggil namanya seperti orang gila, Saat aku benar-benar merindukannya. Dan sekarang apa yang terjadi? Lee Donghae resmi menjadi suamiku, duduk berdampingan denganku yang berbalut gaun pengantin? Sampai sekarang bahkan aku masih tak tau, apakah ini mimpi? Apakah ini nyata? Kumohon jika ini mimpi maka jangan pernah bangunkan aku! Ini terlalu indah untuk diakhiri! 


“ini benar-benar seperti dongeng!” Ucapku
“ini nyata! Kita berdua bisa melewatinya! Perusahaanku berkembang pesat, mengalami kemajuan 2 kali lipat dibanding sebelumnya!”
“chukhae!”
“2 bulan lagi kan?”
“Apa?”
“Kau lulus!”
“Ne” Ucapku sambil tersenyum. Aku menghirup nafas dalam-dalam sambil menutup mataku, baru merasakan betapa romantisnya kota ini. Paris dan menara Eiffel adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan, setiap kita membicarakan tentang Paris pasti yang terbersit pertama kali dibenak kalian adalah Menara Eiffel. Begitu pula aku dan Donghae.


“Donghae oppa!” Panggilku
“mengapa kata itu terdengar sangat indah bila kau yang mengucapkan?”
“aigoo… mau menggombal huh?”
“Serius!” Ucapnya sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya bersamaan, membuatku terkekeh pelan melihat ekspresinya. Aku kembali menoleh kearahnya!
“Oppa! Saranghae!” Ucapku sambil menatapnya, Sedangkan ia hanya membalasku dengan senyuman.
“I love you oppa!” Lanjutku dan ia masih tak merespon sesuai dengan harapanku. Ia hanya tersenyum tanpa balik bilang bahwa ia mencintaiku.
“Kau tak mencintaiku?” Tanyaku pelan
“Anio!” jawabnya
“HUH?”
“Jadi kau benar-benar tak mencintaiku?” Lanjutku sambil menatapnya kesal
“Hyo! Aku tak bisa!”
“tak bisa apa?”
“I can’t say I love you because what I feel inside is more than love” Jawabnya sambil menoleh padaku lengkap dengan tatapan matanya yang sukses membuatku meleleh seketika.
“Omoona… kau membuatku takut!” ucapku sambil meninju bahunya pelan. Ish… Jinjja! Kukira dia akan bilang bahwa dia tak mencintaiku dan menikah denganku hanya karena sebuah paksaan atau apa. Menyebalkan!



Aku bangkit dari dudukku lalu berbalik menatap Eiffel yang tampak sungguh mengagumkan.
“oppa! Aku benar-benar tak percaya ini terjadi! Semuanya begitu cepat! Bahkan 3 jam yang lalu aku masih berpikir apakah aku bisa bertemu lagi denganmu? dan sekarang, aku sudah menikah denganmu!”
“itu namanya takdir!” Jawabnya sambil ikut bangkit dan berdiri disebelahku
“Dan kau adalah takdirku!” Ucapku
“ne.. kau juga takdirku!” Balasnya tak mau kalah
“Mulai detik ini, kau akan menjadi yang pertama dalam benakku, dan yang terakhir sebelum ku tidur. Bahkan dalam tidurku, aku akan bersamamu!”
“Mau menyaingi gombalanku?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya lalu mengelus pipiku
“Tapi aku sungguh-sungguh! Jangan pergi lagi oppa! Aku tak mau sendiri! Aku tak mau menjadi gadis kesepian lagi! Aku merindukanmu! Kau pikir 5 tahun tak melihat wajahmu itu menyenangkan?” Ucapku sambil menggenggam tangannya yang sedang bergerak menyusuri wajahku. Membuat tangan itu berhenti bergerak dan diam dipipiku.


“kau merindukanku?” tanyanya memastikan
“Keureom (tentu) memangnya kau tak merindukanku?”
“anio!” Jawabnya acuh
“aish!” Kesalku sambil menghempaskan tangannya. Tapi itu tak berlangsung lama karena namja itu tiba-tiba kembali menggenggam tanganku.
“untuk apa aku merindukanmu?” Bisiknya
“diam kau!” Sungutku
“Hyo! I take you everywhere with me” Aku mengernyit mendengarnya, ia menggenggamku semakin erat lalu meletakkan tanganku didadanya
“Because in my heart you are there!” Ucapnya sambil tersenyum manis ala Lee Donghae. Senyuman yang bisa membuat denyut nadi siapapun berhenti bekerja.
“cish….” Desisku, merasa kalah untuk yang kedua kalinya.


Kami saling menatap satu sama lain, membunuh semua jarak yang selama ini menghalangi kami. Ini balasannya? Balasan untuk penantian kami selama 5 tahun. Aku tau ceritanya akan berbeda jika dulu kami terbuai dalam keegoisan, menjalin sebuah hubungan disaat kami berdua belum dewasa pasti akan sulit dan ternyata menunggu……………… adalah pilihan terbaik.

Aku tak bisa bilang ini adalah malam terindah untukku, karena aku yakin setiap malam itu akan menjadi indah bila aku bersamanya, bersama Lee Donghae. Kalian tau apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa ada pernikahan semacam ini? Jawabannya adalah, 1 bulan yang lalu Donghae kembali ke Korea lalu menemui eommaku, mengungkapkan perasaannya untukku pada eommaku dan juga meminta izin untuk menikahiku dan kalian tau apa jawaban eommaku? Ia menyetujuinya karena menurutnya Lee Donghae lah yang sudah merubahku seperti ini, satu-satunya namja yang bisa membuatku berubah 1800 hanya dalam waktu 1 bulan. Dan appaku? Bagaimana bisa ia ada disini? Itulah keahlian teman-temanku, mereka mencari appaku dan memberitaunya bahwa aku akan menikah. Omoona…. aku baru menyadarinya sekarang! Hidupku itu begitu sempurna! Tak ada yang lebih sempurna didunia ini kecuali hidup diantara orang-orang yang menyayangi kalian. Dan sayangnya, aku baru menyadari itu. Setidaknya itu lebih baik daripada tidak menyadarinya sama sekali kan?

Aku tak tau bagaimana harus mengakhiri kisah ini, karena kalian tau apa perasaanku sekarang? Aku merasa seperti orang paling beruntung didunia, adakah cara lain untuk mengakhiri kisahku? Adakah cara untuk mengakhiri ini? Demi apapun aku tak mampu mengakhirinya, karena……………. Ini terlalu indah untuk diakhiri.

END

HI ALL! Ini ff nikah-nikahan pertama aku
So.. kalo ga ada yg mengesankan, aku minta maaf
Mungkin ini bukan akhir yg terlalu menarik dan mungkin kalian udah pada nebak bakal begini akhirnya
Tapi inilah yang muncul di otak aku
I wanna say thanks to Kim Dhira and GSB
Mereka support banget buat bikin OMT
Makasih buat semua masukannya manteman!:))
Jujur! Kalo aku sendiri ngerasa enjoy banget ngetik ini
Mungkin karena di part akhir ini, udah ga ada konflik sama sekali dan tinggal have fun aja…
Jadi akunya kebawa have fun deh….
Semoga suka ya…
Bye.. tetep baca semua ff di Gigsent yah…

Please leave a comment and reaction for me..

Comments

  1. happy ending..sweet banget...
    gomawo udah diizinin baca..^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. hyaa... makasih udah komen banyak bgt di gigsent! *dipeluk anak sj*

      Delete

Post a Comment

Popular Posts