[One-Shoot] You're Still Our Yeoja Dongsaeng




cast : -> Yoo Ji Ae
         -> member of INFINITE

cameo : -> Baby Soul
            -> Epik High Tablo
            -> Epik High Mithra



Hari ini kehidupan ku kembali seperti semula, setelah dua bulan aku tinggal bersama tujuh orang namja yang ku panggil dengan sebutan oppa. Dan seperti biasa, pagi ini aku akan berangkat  ke sekolah. Hanya saja ada yang berbeda. Mereka... ya mereka tidak ada disini. Biasanya setiap pagi, ketika aku akan sekolah ketujuh namja itu telah sibuk mempersiapkan segala yang aku butuhkan, walau ku tahu salah satu dari mereka berada diline yang sama dengan ku 1993. Dan hari ini merupakan hari  terakhir ku shooting program reality itu, program reality yang mempertemukan ku dengan ketujuh namja itu. Program reality yang ditayangkan oleh salah satu stasiun tv besar korea, MBC. “You’re My Oppa” itulah nama program reality yang mempertemukan ku dengan tujuh orang namja yang tergabung dalam sebuah group yang tidak lain adalah INFINITE.


Pagi yang cerah tetapi tidak dengan perasaan ku. Seperti hari-hari sebelumnya aku berangkat sekolah, dan disanalah aku menghabiskan separuh hari ku. Belajar, makan bersama, berbincang bersama, bermain bersama dengan teman-teman ku itulah yang aku lakukan selama di sekolah. Walaupun hanya itu yang aku lakukan, tetapi hal-hal tersebut dapat sedikit mengobati kesedihan ku.

Hari telah siang, kini aku tengah berada didalam bus yang akan mengantar ku pulang ke rumah. Aku merasa sangat sepi disini, tak seperti saat aku bersama dengan mereka. Sepi... itulah yang kurasa, walau aku tahu, aku tidak sendiri didalam bus ini masih ada penumpang yang lain dan juga beberapa staff MBC yang ikut dengan ku untuk melakukan shooting terakhir. Tak perlu waktu yang lama untuk sampai di rumah ku. Sesampainya di rummah, aku segera masuk dan berjalan menuju kandang anjing peliharaan ku. Aku membuka kandang itu membiarkkan anjing kecil itu berlarian kesana-kemari sesuka hatinya. Sekaligus membantu menghilagkan suasana sepi yang melanda rumah ku ini.

Sepi... kata itu lagi yang dapat menggambarkan apa yang aku rasakan sekarang. Bukan.. bukan sepi melainkan semakin sepi. Shooting tanpa ketujuh oppa ku. Kenapa? Karena shooting kali ini hanya akan meliput kegiatan kami masing-masinng. Aku sebagai seorang pelajar dan ketujuh oppa  ku itu yah sudah pasti sebagai entertainer.

Sebelum shooting dimulai, aku memutuskan untuk mengganti baju seragam  ku dengan baju santai yang membuat ku akan merasa nyaman. Hingga pada akhirnya shootinng pun dimulai. Salah satu staff mengatakan bahwa shootinng kali ini hanya sebatas wawancara saja. Salah satu staff yeoja mereka akan menanyakan beberapa hal mengenai kesan-kesan ku selama dua bulan tinggal bersama tujuh orang namja yang aku panggil dengan sebutan oppa di dorm mereka. Ia mulai menanyakan beberapa hal, dari yang mudah hingga yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Shooting pun berakhir, hanya saja pihak  MBC masih memasang beberapa camera di rumah ku. Untuk membunuh kebosanan dan kesepian yang melanda ku, aku memutuskan untuk membaca majalah fashion yang baru saja ku beli. Memang cara ini tidak efisien, karena aku masih tetap merasa bosan dan sepi. Aku masih tetap berada pada posisi awal ku, duduk diatas sofa dengan kaki yang ku lipat sebagai tempat ku meletakkan majalah. Aku terus membulak-balikkan lembaran majalah itu. Dan tiiba-tiba saja.....

   ting... tong...

Terdengar suara bell rumah berbunyi, dan...

   ceklek...

Dan diiringi dengan suara pintu rumah ku yang terbuka. Ku palingkan wajah ku untuk melihat siapa yang datang tanpa berniat untuk beranjak dari sofa. Dan tiba-tiba saja..........

“Jiae... Jiae... Jiae...”

Aku langsung meletakkan kepala ku keatas majalah, ketika aku mengetahui siapa yang membuka pintu rumah ku dan juga memanggil ku. Entah aku tak tahu apa yang aku rasakan, antara perasaan senang, sedih, terkejut, dan juga bingung berbaur menjadi satu. Mereka... ya ketujuh namja itu berada dirumah ku. Apakah aku sedang bermimpi? Tetapi tak mungkin, ini benar-benar nyata. Hingga pada akhirnya salah satu dari mereka menyadarkan ku dari fikiran ku yang sedang melayang-layang tak karuan ini.

“Jiae-ah... kenapa kau pergi begitu saja tanpa memberi tahu oppa?” protes salah satu dari mereka yang tidak lain adalah Sunggyu oppa.
“ne. apakah kau tidak tahu kalau kami sangat khawatir pada mu.” tambah Sungyeol oppa.
“dan kami juga sangat sedih ketika kami tahu kalau kau telah pergi. dan sebelum itu kau memasak untuk kami. itu semakin menambah kesedihan kami.” sambung Sungjong, dan mendapat anggukan dari yang lainnya.
“miannhae oppa. aku tidak bermaksud membuat kalian khawatir bahkan sampai bersedih.”
“lalu kenapa kau pergi?” tanya Hoya oppa.
“em... itu karena aku tak mau menyusahkan kalian. sebentar lagi kalian kan akan debut, jadi aku memutuskan untuk kembali ke rumah dan tidak memberi tahu kalian. karena oppa pasti akan melarang ku jika oppa tahu.” jelas ku.
“tapi, tidak dengan kau pergi tanpa berpamitan Jiae-ah. kau membuat kami sangat kehilangan mu.” sambung L oppa. Baru kali ini aku mendengar L oppa berkata seperti itu, biasanya diantara member yang lain dialah yang paliang diam dan tak banyak bicara.
Aku hanya diam. Aku merasa bersalah telah melakukan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi, itu semua telah terjadi.
“mianhae oppa. jeongmal mianhae...” hanya itu yang dapat keluar dari mulut ku sekarang. Aku pun hanya bisa menunduk saat mengatakan itu.

“sudah-sudah tak usah saling menyalahkan seperti ini. oh iya, karena ini tidak akan ditayangkan di episode terakhir, jadi kalian bisa bebas melakukan apa pun tanpa camera yang akan mengikuti kalian.” kata sajangnim MBC membuat kami mengakhiri pertengkaran kecil ini.
“jinja?” tanya Dongwoo oppa.
“ne. kami ucapkan terimakasih karena kalian sudah mau berpartisipasi dalam acara ini.”
“ne. cheonmaneyo sajangnim.” kata Sunggyu oppa sembari merundukkan badannya. Kami pun mengikutinya.
“emm... bagaimana kalau kita ambil beberapa foto bersama?” usul Hoya oppa.
“sepertinya itu ide yanng bagus.” setujunya.
Kami pun mengambil beberapa foto bersama.

Dan tinggalah aku dan Infinite oppa disini. Suasana menjadi hening ketika seluruh staff telah pergi meninggalkan kami. Kami hanya berdiam diri satu sama lain, hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengawali percakapan diantara kami.
“ehm... bagaimana kabar kalian oppa? sudah hampir satu minggu kita tidak bertemu.” kata ku dengan ragu-ragu dan untungnya aku dapat menyelesaikan perkataan ku.
“oppa sangat merindukan mu Jiae-ah. dorm terasa sangat sepi sejak kau pergi.” jawab Sungyeol oppa.
Aku mencoba menahan air bening yang hendak menetes dari mata ku setelah mendengar pernyataannya.
“tunggu. apakah kau merindukan oppa juga? atau jangan-jangan kau tidak merindukan kami.” tanya Woohyun oppa dengan mimik agak serius.
Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Yang awalnya aku menahan air bening yang hendak keluar dari mata ku, kini aku menahan tawa ku.
“annio... aku juga merindukan kalian oppa.” jawab ku dengan senyum yang mengembang.
“bagaimana kalau kita pergi keluar?” usul Sungjong.
“wah... ide yang bagus Sungjongie. kajja..” kata Sunggyu oppa menyetujui ide itu.
“bo? memangnya mau kemana?” tannya ku.
“sudah kau tak usah banyak tanya Jiae-ah. nanti kita fikirkan lagi pas dimobil.” kata Sungyeol oppa sembari menarik tangan ku.
“ne.. ne.. aku ikut. tapi aku ganti baju dulu.” kata ku sembari beranjak menuju ke kamar.
“baiklah. ppalli...”


~..One Year Later..~

Aku tersenyum ketika mengingat kejadian itu. Sangat menyenangkan rasanya aku pada saat itu. Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Jo neun Yoo Ji Ae imnida. Aku merupakan seorang yeoja yang baru lulus dari senior high school. Dan aku merupakan trainee Woollim Entertainment. Sebuah agensi yang menaungi sebuah group yang dulu sempat menjadi oppa ku, ya Infinite. Entah kenapa aku bisa berkata demikian.Tetapi itulah perasaan ku, perasaan ku saat ini. Perasaan yang sudah berbeda dengan yang dulu. Perasaan yang berubah karena statement yang Sunggyu oppa dan Woohyun oppa katakan pada sebuah program reality. Sebuah program yang mengharuskan mereka menjalin hubungan dengan seorang yeoja yang tidak mereka kenal. Ya... “Scandal”. Itulah nama program reality itu.

Mungkin kalian berfikir kalau perasaan ku berubah karena aku jealous karena mereka menjalin hubungan dengan seorang yeoja. Tetapi semua itu tidaklah benar. Sebelumnya aku sudah katakan kan kalau ini terjadi karena statement yang mengatakan bahwa mereka lebih memilih yeoja yanng menjadi yeojachingunya itu daripada aku. Kalian pasti akan mengatakan bahwa statement itu sudah direncanakan oleh staff program scandal. Aku pun mengetahui itu, tetapi kalian pun tahu seberapa sensitifnya perasaan seorang yeoja hingga mudah sekali tersentuh bahkan bisa sampai tersinggung.

Kembali ke kehidupan ku, aku menjadi trainee di Woollim setelah berakhirnya program “You’re My Oppa”. Tablo ahjussi salah satu sajangnim Woollim meminta ku, dan atas persetujuan orang tua ku jugalah aku menyetujui permintaannya. Bangunan untuk training berbeda dengan Woollim building, dan itu sedikit membantu ku supaya tidak bertemu dengan Infinite oppadeul. Tapi sayangnya aku kembali bertemu dengan mereka saat Baby Soul eonni akan menjadi model music video lagu mereka yang berjudul “Be Mine”. Baby Soul eonni sama dengan ku, dia merupakan trainee di Woollim. Tapi untungnya kami tak sempat berbincang, karena pada saat itu ada kelas yang harus aku ikuti dan karena kesibukan mereka juga. Untung? Memang tadi aku mengatakannya, itu aku katakan karena jika aku bertemu dengan mereka sampai berbincang entah apa yang akan terjadi nanti. Aku tidak dapat menahan kekecewaan ku, terlalu sakit rasanya.


Dan kejadian itu kembali terjadi saat oppadeul kembali datang untuk penandatanganan kontrak. Dan sayangnya tak ada kelas yang harus aku ikuti. Aku sangat bingung, hingga mereka datang aku masih terduduk dikursi tunggu sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan. Hingga aku memutuskan untuk pergi dari sana tanpa melihat kearah mereka.


Satu minggu setelah kejadian penghindaran ku itu. Aku masih sibuk dengan kegiatan training ku. Pagi ini dijadwalkan aku harus mengikuti kelas vocal bersama dengan Baby Soul eonni. Sebenarnya menurut rencana pihak Woollim, mereka akan membuat sebuah girlband yang beranggotakan Baby Soul eonni, aku, dan masih ada dua yeoja lagi. Sayangnya hari ini jadwal kami berbeda, mereka berdua akan mengikuti kelas dance, sedangkan aku dan Baby Soul eonni ya dikelas vocal.

Jam ditangan ku telah menunjukkan pukul 11.15 KST, kalau dihitung-hitung sudah sekitar empat jam aku berada di ruang vocal. Dan karena ini weekend, kelas pun sudah berakhir. Cukup melelahkan tetapi aku sangat menikmatinya.
“Jiae-ah...” panggil Baby Soul eonni saat aku sedang merapihkan perlengkapan ku.
“ne eonni. wae?” jawab ku sembari berjalan menghampirinya.
“ponsel mu terus berbunyi sejak tadi. cepat kau angkat.” katanya sembari memberikan ponsel ku.
“ne. gomawo eonni.”

Segera aku melihat kelayar ponsel ku. Aku sangat terkejut saat melihat nama orang yang menghubungi ku. Sunggyu oppa... nama itulah yang tertera dilayar ponsel ku. Tumben sekali dia menghubungi ku, dan bisa dibilang ini kali pertamanya Infinite oppa menghubungi ku setelah mereka debut. Karena sebelum-sebelumnya, mereka tak pernah lagi menghubungi ku.
“ada apa? tumben sekali.” batin ku.
Aku pun mengangkat sambungan telephonenya.

“yeoboseyo.” sapa ku mendului.
“yeoboseyo. Jiae-ah...”
“Jiae-ah...”
“ya Yoo Ji Ae...”
Terdengar suara mereka ribut memanggil nama ku. Aku hanya diam tak menjawab. Hingga akhirnya Sunggyu oppa mengawali percakapan diantara kami.
“Jiae-ah.. bagaimana kabar mu?”
“baik.” jawab ku singkat.
“apakah kau menyukai masa-masa trainee mu?”
“biasa saja.” jawab ku semakin sinngkat dan dingin.
“waeyo Jiae-ah? apakah kau baik-baik saja? kenapa kau menjawabnya sangat singkat? apakah kau tidak suka kalau oppa menghubungi mu?”
Deg... tiba-tiba saja aku seperti terhenti. Rasanya seperti sebuah panah yang tepat menusuk kejantung ku. Aku terdiam beberapa saat, rasanya aku ingin sekali mengakhiri sambungan telephone kami. Tapi apa daya untuk berbicara saja rasanya sangat sulit.
“Jiae-ah... apa kau masih disana?” panggil Sunggyu oppa lagi.
“a.. em.. n.. ne oppa.” jawab ku dengan terbata-bata.
“oppa mianhae, aku harus pergi. kita lanjutkan saja lain kali. mianhae oppa.” tutup ku cepat tanpa menunggu jawaban darinya.

Aku kembali mengatur detak jantung ku yang tidak teratur. Rasanya sangat sakit melakukan hal itu kepada oppa-oppa ku, tetapi apa boleh buat rasa kecewa ku lebih mendominasi sekarang. Air bening itu kembali ingin mengalir dari mata ku. Aku mencoba untuk menahannya, sayangnya seberapa besar usaha ku untuk menahannya semakin air bening itu ingin keluar dari mata ku.
“Jiae-ah... apakah kau masih lama? ayo kita pulang.” panggil seseorang yang tidak lain adalah Baby Soul eonni.
Segera aku hapus air mata ku dengan punggung tangan ku.
“ne eonni.” jawab ku sembari berjalan menghampirinya.


Tak kusangka, sudah hampir seminggu ini Infinite oppa selalu menghubungi ku. Mulai dari Sunggyu oppa, Sungyeol oppa, L oppa yang ya... kalian tahu kan bagaimana L oppa, dia adalah oppa yang cuek, bahkan sampai-sampai Sungjong juga menghubungi ku. Dan sesering itu pula aku tak mengangkat telephonenya atau bahkan membalas smsnya.


Satu minggu setelah kejadian aku mengabaikan Infinite oppa. Pasti kalian berfikir aku terlalu kejam kepada mereka. Aku pun berfikir hal yang sama. Ini terlalu berlebihan. Aku fikir Infinite oppa juga sudah merasakan apa yang telah aku rasakan. Aku ingin meminta maaf kepada mereka atas perbuatan ku. Tetapi  aku bingung apa yang harus aku katakan pada mereka. Ku letakkan kepala ku diatas tangan kanan ku. Aku bulak-balikkan ponsel ku. Dan tiba-tiba saja ponsel ku berdering.

   Saranghae neol ineukkim idaero
   Geuryeowassdeon hemaeimui kkeut
   Isesang sokeseo
   Banbokdoeneun seulpeum ijen annyeong

Aku bingung ketika melihat nomor orang yang menghubungi ku. Aku tidak mengenali nomornya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, aku pun mengangkat sambungan telephone itu.

“yeoboseyo.”
“yeoboseyo.” jawab ku.
“apakah ini benar nomor saudari Yoo Ji Ae?” tanya orang yang berada diseberang telephone sana.
“ne. ini siapa?”
“aku staff MBC yang waktu itu mewawancarai mu untuk shooting terakhir program “You’re My Oppa”. apakah kau ingat?”
“oh. ne eonni aku ingat. ada apa eonni?”
“ehmm... begini. kami berencana untuk mempertemukan kembali kau dengan Infinite.”
“mwo?” kaget ku saat aku tahu tujuannya menghubungi ku.
“ne. kami telah mendapatkan izin dari Tablo maupun Mitra sajangnim. dan tinggal kau saja, apakah kau  mau? aku harap kau tak mengecewakan kami yah..” kata staff itu membuat ku tak dapat menolaknya. Ia telah menggantungkan harapannya pada ku.
“em... baiklah. memangnya kapan kita akan mulai shooting?”
“em.... kalau menurut jadwal lusa. apakah kau bisa?”
“baiklah. sampai bertemu lusa eonni..” kata ku mengakhirinya.

Aku terduduk di kursi belajar kamar ku. Dada ku tiba-tiba saja terasa sesak. Aku tak lagi marah atau pun kecewa pada mereka, hanya saja rasa ketakutan ku yang membuat ku merasakan sesak yang sangat. Aku takut meraka marah kepada ku karena perlakuan ku terhadap mereka akhir-akhir ini. Yang lebih membuat ku merasa sesak, aku takut mereka tidak akan memaafkan ku. Aku rebahkan kepala ku keatas meja, terasa sekali mata ku mulai membasah. Pelan namun pasti air bening itu  kembali keluar dari mata ku.
“mianhae oppa... jeongmal mianhae...” kata ku dalam isakan tangis.


Akhirnya, hari yang membuat ku tidak tenang pun tiba. Aku tengah bersiap-siap untuk bertemu dengan mereka. Rencananya kami akan bertemu disebuah restaurant yang telah disiapkan oleh pihak staff MBC. Jantung ku berdetak lebih cepat bahkan sangat cepat. Tangan ku terasa sangat dingin. Aku ragu bertemu dengan mereka. Tapi apa daya, aku telah menyetujui rencana ini.

Aku keluar dari rumah ku. Disana eomma dan appa telah menunggu ku. Hari ini mereka harus pergi bertemu dengan client dan kebetulan arah kami sama, jadi mereka akan mengantar  ku dulu barulah mereka berangkat menemui clientnya. Selama perjalanan aku terus saja menghela nafas ku, mungkin sudah lebih dari lima belas kali aku melakukan itu. Sampai-sampai eomma dan appa melihat aneh kearah ku. Mungkin karena aku terlalu kalut atas perasaan ku, hingga aku tak sadar bahwa sejak tadi eomma meemanggil ku.
“Jiae-ah...” panggilnya.
“ah ne eomma...”
“kau kenapa? apakah kau sakit?” tanya nya khawatir.
“kalau kau sakit, kau tak usah pergi. nanti biar eomma dan appa yanng menghubungi pihak MBC.” usul appa disela-sela ia sedang menyetir.
“ah annie. aku baik-baik saja.” kata ku sembari memalingkan pandangan ku melihat ke jalan.

Tak terasa, kini mobil appa sudah akan menepi disebuah restaurant yang tidak lain adalah restaurant tempat dimana kami akan bertemu. Aku segera turun dari mobil. Aku menunggu mobil appa pergi barulah aku akan masuk kedalam. Setelah mobil appa tak terliaht lagi, aku pun berjalan masuk. Ku buka pintu restaurant itu.  Seorang pelayan menyambut ku.
“annyeonghasaeyo..”
“annyeong. aku Yoo Ji Ae.” kata ku pada pelayan itu.
“oh nona Yoo Ji Ae. mari ikut aku. mereka telah menunggu anda.” kata pelayan yeoja itu sembari berjalan menunjukkan tempat dimana mereka berada.
Ia pun menghentikan langkahnya tepat disebuah ruangan.
“apakah ini ruangannya?”
“ne. silahkan..” kata pelayan itu mempersilahkan ku.
“ehm.. ne. gamsahamnida.” kata ku sembari sedikit merundukkan badan.
Pelayan itu pun tersenyum kepada ku sebelum akhirnya ia pergi.

Ku layangkan tangan ku menuju knop pintu untuk membukanya. Aku memutar pelan agar tak ada suara yang aku timbulkan. Ku nampakkan kepala ku dari balik pintu sebelum akhirnya seluruh tubuh ku telah berada didalam ruangan ini. Banyak camera diruangan ini tapi aku tak melihat satu pun staff berada disini.
“mungkin mereka sengaja melakukan ini, agar kami lebih merasa nyaman.” fikir ku.
Dan saat aku tengah mengedarkan mata ku, seseorang memanggil ku.
“Jiae-ah...”
Ku  palingkan mata ku menuju kemana arah suara itu berasal. Dan benar saja, suara itu berasal dari Tablo ahjussi. Ia melambaikkan tangannya kearah ku. Aku pun berjalan menghampirinya. Rasanya aku dapat merasakan detak jantung ku yang kembali berdetak dengan sangat cepat bahkan super duper cepat dari yang tadi saat melihat mereka, Infinite oppa.
“annyeong. maaf telah membuat kalian menunggu.” kata ku sembari merundukkan badan memberikan salam.
“ah annie. kami juga baru sampai. ayo duduk.” kata Mithra ahjussi mempersilahkan ku.
Aku pun duduk disebuah kursi yang berada disampingnya. Aku merasa aneh saat melihat camera yang berada diruangan ini. Tak ada satu pun lampu yang menyala. Ketika aku perhatikan tiba-tiba saja mata ku terhenti saat mata ku bertemu dengan mata Sungyeol oppa. Segera saja aku tundukkan kepala ku tanpa tersenyum kearahnya.

Aku hanya diam. Sekalipun berbicara pasti ketika ada yang bertanya kepada ku, entah itu Tablo ahjussi ataupun Mithra ahjussi. Disela-sela perbincangan kami, tiba-tiba saja ponsel Mithra ahjussi berdering. Ia pun keluar untuk mengangkatnya. Tak lama kemudian, ia pun kembali.
“mianhae..” katanya kemudian kembali duduk.
Aku melihat kearahnya, tampak ia sedang menagtakan sesuatu kepada Tablo ahjussi.
“mianhae. kami harus pergi.” kata Tablo ahjussi saat Mithra ahjussi telah selesai mengatakan sesuatu padanya.
“mwo? kau mau mau kemana hyung?” tanya Sunggyu oppa.
“tadi ada salah satu sponsor penyelenggara konser kalian menghubungi ku, dia minta bertemu.” jelas Mithra sajangnim sembari memasukkan ponsel, dompet dan beberapa gadget lainnya kedalm tas.
“oh... kalau  begitu. aku juga pamit saja..” kata ku dan mencoba beranjak berdiri, sayangnya tiba-tiba saja sebuah tangan menahan ku. Aku pun memalingkan pandangan ku, dan aku sangat terkejut ketika melihatnya. Ya.. pemilik tangan itu adalah Sunggyu oppa. Aku merasa terkejut. Genggamannya sangat erat.
“tak usah. kau disini saja bersama Infinite. kalau begitu kami pamit. annyeong...” kata Tablo ahjussi.
“annyeong....” dan diikuti dengan Mithra ahjussi.

Terdengar suara pintu yang tertutup. Dan tinggalah aku dan Infinite oppa disini. Ya.. hanya kami. Tak ada satu staff pun yang berada disini. Aku bingung sampai rasanya tubuh ku sudah mulai mematung. Aku tak dapat menggerak leluasakan tubuh ku. Aku hanya diam menundukkan kepala ku, membiarkan keheningan berhasil menguasai diri ku sendiri. Hingga akhirnya tubuh ku mulai  merasa lelah karena sedari tadi aku hanya diam mematung. Ku gerakkan tubuh ku, ku palingkan pandangan ku kearah jendela. Mencoba menikmati apa yang dapat aku lihat disana. Mencoba menenangkan diriku dan merilekskan tubuh ku.

Aku menarik nafas ku dalam-dalam dan menghembuskannya secara pelan agar mereka tak menyadarinya. Aku mencoba kembali mengumpulkan keberanian ku untuk meminta maaf kepada mereka. Berkali-kali ku helakan nafas ku. Ku fikir aku sudah mulai diambang kegilaan. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Kalian ingat kan ketika pertama kali kami bertemu. Aku adalah yeoja yang kuat hingga tak pernah menangis karena mereka. Hanya sekali menangis saat mendengar kata-kata Sunggyu oppa ketika kami di pantai. Aku masih tertarik dengan apa yang aku lihat dari jendela. Walaupun nyatanya aku tak dapat menikmatinya. Otak ku masih saja berfikir untuk menenangkan diri ku. Aku pun masih dapat merasakan, em... bukan dapat lagi melainkan sangat merasakan bagaimana jantung ku berdetak dengan sangat kencang. Hingga jantung ku terasa ingin copot saat aku mendengar nama ku dipanggil oleh Sungyeol oppa. Nafas ku terasa berhenti seketika. Aku tak dapat menghirup oksigen yang berada disekeliling ku.

“Jiae-ah....” panggilnya lagi. Membuat ku semakin terasa sangat sesak. Ku atur detak jantung dan nafas ku sebelum akhirnya aku memalingkan pandangan ku  menatap kearaha mereka.
Aku diam, tak menjawab panggilannya. Kini mereka semua menatap ku, entah aku tak dapat mengartikan tatapan mereka. Aku kembali menghela nafas ku. Ku usap-usap tangan ku untuk menghilangkan sedikit ketakutan ku. Suasana hening kembali terjadi. Tak ada satu pun yang berbicara. Mereka masih terus menatap ku dan aku hanya bisa menundukkan kepala.
“Jiae-ah.. mianhae. jeongmal mianhae...”
Aku tersentak tak percaya mendengar ucapan Sunggyu oppa. Dia meminta maaf kepada ku. Bagaimana bisa? Apkah dia mengetahui semuanya? Tapi dari siapa? Siapa yang mengetahui masalah ini selain diri ku, dan pastinya tuhan.
“Jiae-ah.. mianhae. sebenarnya oppa tak tahu pasti kenapa kau menjadi seperti ini. tetapi kami tahu kau pasti marah dengan kami.” lanjutnya lagi.
Hah.... untunglah mereka tak tahu masalah ini. Masalah yang sempat membuat ku marah, menangis, kesal, kecewa kepada mereka. Masalah yang membuat ku  menjadi tak karuan. Masalah yang membuat ku tak lagi memiliki keberanian untuk berhadapan dengan mereka.
“Jiae-ah...” kini Woohyun oppa yang memanggil ku.
Ku beranikan diri ku untuk mengangkat kepala ku dan menatap mereka. Terlihat sekali kesedihan pada raut wajahnya. Aku sangat merasa bersalah. Tapi apa daya lidah ku terasa kelu untuk berbicara dengan mereka. Aku kembali menghela nafas ku, dan ini helaan terakhir ku sebelum aku mengatakan sesuatu kepada mereka.
“huh.... apakah oppa tahu perasaan ku?”
“mwo? maksud mu?” tanya Dongwoo oppa.
“ne. perasaan ku. perasaan kecewa ku terhadap Sunggyu oppa dan Woohyun oppa. Perasaan kecewa yang membuat ku menjadi seperti ini. Perasaan kecewa yang membuat ku ragu untuk berbicara bahkan bertemu dengan oppa. apakah oppa tahu?” kata ku dengan menahan tangis ku yang sebentar lagi akan pecah.

Keheningan kembali terjadi. Mereka hanya diam menatap ku.
“kecewa? waeyo? apakah oppa melakukan kesalahan kepada mu?” tanya Hoya oppa kini.
“ne. oppa melakukan kesalahan. mungkin oppa akan tertawa jika mengetahui kesalahan apa yang telah oppa lakukan.”
“apa? apa yang membuat kau kecewa pada oppa Jiae-ah. malhaebwa...” pinta Sunggyu oppa.
Aku tak dapat menahan air mata ku untuk tidak keluar, kini air bening itu sudah mulai membasahi pipi ku.
“mungkin ini merupakan masalah yang sepele bagi oppa.. t..ta.. pi.. ti.. dak.. dengan ku.” kata ku dengan isakan tangis. Aku menarik nafas ku dalam-dalam untuk menghilangkan sedikit isakan ku.
“aku kecewa dengan statement Sunggyu oppa dan Woohyun oppa saat program scandal. statement yang mengatakan bahwa kalian lebih memilih yeojachingu kalian daripada aku. Aku tahu itu sudah direncanakan. tetapi akibat statement oppa itu, aku lah yang menerima imbasnya. sebagian teman-teman ku tak percaya bahwa oppa adalah oppa ku. mereka mengatakan kalau aku pembohong. itu yang membuat ku semakin sakit hati kepada oppa..” jelas ku.
Kini air bening itu kembali membasahi pipi ku tanpa ada komando yang menyuruhnya. Aku tak dapat menahan lagi perasaan ku sendiri. Aku tak mungkin menyembunyikan fakta akan teman-teman ku. Padahal aku sudah berniat untuk tak mengatakan hal itu pada siapa pun. Tapi apa daya, aku benar-benar merasakan sakit hati yang teramat dalam. Aku semakin terlarut dengan tangis dan sakit hati ku. Hingga aku tak sadar ada seseorang yang merangkul ku. Aku sedikit mengangkat kepala ku untuk melihat siapa orang itu, dan ternyata L oppa. Dan kini mereka semua mendekat kepada ku. Mencoba untuk menghentikan tangis ku. Memberikan kasih sayang seorang oppa kepada dongsaengnya.
“mianhae. oppa tak tahu kalau perkataan oppa pada ssaat itu sangat berimbas kepada mu. oppa tak menyangka bahwa teman-teman mu akan melakukan hal seperti itu. mianhae Jiae-ah. jeongmal mianhae...” kata Sunggyu oppa dengan nada suara yang menyesal.

Aku tak berkata apa pun. Aku terus menenangkan diri ku.
“mianhae Jiae-ah. kami telah gagal menjadi oppa mu. pati kau sangat kecewa telah memiliki oppa seperti kami...” kata Woohyun oppa dengan nada yang tak kalah menyesalnya.
Aku tersentak mendengar kata-kata Woohyun oppa. Aku tak percaya bahwa kata-kata  itu akan keluar dari mulutnya. Dengan cepat ku angkat kepala ku dan mencoba menyanggah kata-katanya.
“annie. oppa tak salah. oppa juga tak gagal menjadi oppa ku. oppa tetap lah oppa ku. aku tak pernah menemukan oppa seperti kalian. aku sangat menyayangi kalian. aku tak mau kehilangan kalian. dan aku tak pernah kecewa karena oppa adalah oppa ku.” kata ku cepat dan dengan segera menghapus air mata ku dengan punggu tangan ku.
“tapi oppa telah  membuat mu....”
“annie.. annie.. annie... oppa..... kalian tetap oppa ku.” putus ku cepat sebelum Sunggyu oppa menyelesaikan perkataannya.
“gomawo Jiae-ah. jeongmal gomawo. kau tetap menganggap kami oppa mu walau kau merasakan kekecewaan yang teramat dalam karena kami.” ucap L oppa.
Dan tiba-tiba saja sebuah pelukan hangat terasa pada ku. Pelukan dari ketujuh namja yang berada disini. Pelukan yang membuat  ku merasakan kehangatan seorang oppa. Pelukan yang berhasil membuat ku kembali menangis.
“mwo? kenapa kau kembali menangis?” tanya Sungjong saat kami melepaskan pelukan diantara kami.
“ah annie..” jawab ku sembari tersenyum dan menghapus air mata ku.
“jinja?” tanya Sungyeol oppa.
Aku hanya menganggukkan kepala ku dan tersenyum kecil kepada mereka.
“oh iya, aku jadi ingat  ketika kita di pantai. waktu itu kan Jiae juga menangis ketika mendengar kata-kata Sunggyu hyung.” celetuk Sungjong membuat seluruh namja itu puas menertawai ku, dan membuat wajah ku berubah merah.
“ne. waktu itu dia mengumpatkan wajahnya dibalik tubuh ku하하....” lanjut Sungyeol oppa dan berhasil membuat wajah ku terlihat semakinmerah layaknya kepitin yang baru direbus.
ㅋㅋㅋㅋ....” tawa mereka berbarengan.
“ya.. oppa. hentikan tawa kalian itu.” pekik ku.
“hehe... baiklah. oh iya, apakah kau ingat saat kita membuat music video She’s Back.,” kata Hoya oppa kembali membuat kami teringat akan masa lalu.
“ne. itu sangat menyenangkan. tak terasa Yoo Ji Ae yang dulu seorang siswi sekarang sudah menjadi mahasiswi dan juga trainee..”  tambah L oppa.
“oh iya, kau ingat ketika kau berbohong kepada kami. kau mengatakan kalau kau ingin pergi ke perpustakaan, nyatanya kau malah pergi bermain dengan teman-teman mu.” sambung Dongwoo oppa.
“dan tak oppa sangka ternyata teman namja mu ada yang lebih tinggi dari oppa. oppa kira oppa lah yang tertinggi.” tambah Sungyeol oppa.
“ne aku mengingatnya. mianhae oppa, karena waktu itu aku berbohong pada kalian.”
 “hah.... kalau diingat-ingat, banyak sekali kejadian yang sangat mengesankan dan tak dapat terlupakan. oh ya Jiae-ah... kau harus dengar dan ingat kata-kata oppa..”
“apa oppa?”
“sampai kapan pun kau tetaplah yeoja dongsaeng kami. yeoja dongsaeng yanng selalu kami sayang dan kami rindukan ketika kami berada jauh dari mu. yeoja dongsaeng yang tak kan pernah tergantikan oleh siapa pun. yeoja dongsaeng yang berhasil membuat kami merasa dibutuhakan sebagai seorang oppa. dan juga yeoja dongsaeng yang menyadarkan kami betapa beruntungnya kami dapat memiliki mu sebagai dongsaeng kami.” lanjut Sunggyu oppa.
“dan kau juga harus tahu, kami sangat menyayangi mu. dan kami tak mau kehilangan mu. kau jangan sekali-sekali memperlakukan kami seperti kemarin-kemarin lagi. jika kau memiliki masalah, ceritakan pada kami. jangan kau simpan sendiri. arraseo.?” kata Woohyun oppa tegas.
“arra oppa...” jawab ku dengan mengangguk mantap.
“nah... ini barulah Yoo Ji Ae yang dulu.” kata Sungyeol oppa sembari memukul pelan pundak ku.

   ceklek...

Terdengar suara pintu terbuka. Ku palingkan penglihatan ku, dan tertangkaplah sosok Tablo ahjussi dan Mithra ahjussi berdiri disana dengan senyum yang mengembang. Aku sedikit bingung, kenapa mereka bisa ada disini. Bukankah tadi mereka izin ingin menemui salah satu sponsor unruk konser Infinite oppa.
“bagaimana? apakah kalian sudah berbaikkan?” tanya Mithra ahjussi sembari mengambil posisi duduk tepat didepan kami.
“ne hyung. gomawo karena kau telah  membantu kami.” kata Sunggyu oppa sembari tersenyum kearah mereka.
Mwo? Membantu? Apa ini? Apa yang mereka katakan? Aku tak mengerti sama sekali. Ku tatap mereka satu persatu berharap ada yang memberi penjelasan kepada ku mengenai semua ini.
“kau pasti bingungkan Jiae-ah?” kata Tablo ahjussi.
Aku hanya mengangguk tak menjawabnya. Ku fikir itu sudah cukup untuk menunjukkan betapa bingungnya aku.
“sebenarnya, ini hanyalah rekayasa. semua, staff, shooting, dan semua camera yang ada diruangan ini semua hanyalah rekayasa. mereka yanng meminta kami untuk membantu mereka melakukan ini.” jelas Mithra ahjussi.
“maksud ahjussi ini semua rekayasa? staff yang menghubungi ku dua hari yang lalu juga rekayasa?”
“n, itu semua merupakan ide kami. karena pada saat itu kami bingung kenapa sikap mu berubah terhadap kami, hingga pada akhirnya ide ini muncul dari benak Dongwoo.”
“ne. ide yang akan memperjelas semuanya. mianhae Jiae-ah karena kami telah membohongi mu mengenai shootinng ini..” jelas Dongwoo oppa.
Aku terdiam mencoba untuk mencerna perkataan mereka. Hingga akhirnya tebentuk sebuah senyuman kecil dari bibir ku.
“kenapa oppa meminta maaf? oppa tak salah.”
“benarkah? kau tak marah karena kami telah membohongi mu?” tanya Sungjong tak percaya.
“ne..” jawab ku mantap.
“kau adalah yeoja dongsaeng terbaik kami..” kata Hoya oppa sembari kembali memeluk ku, dan aku pun membalas pelukannya.
Hingga pada akhirnya kami kembali berpelukkan, merasakan kehangatan masing-masing.


Dan mulai saat itulah kehidupan dan juga perasaan ku telah kembali seperti semula. Tak ada lagi rasa kecewa yang aku rasakan terhadap mereka, hanya rasa kegembiraan karena memiliki mereka sebagai oppa-oppa ku. Setiap hari kami selalu berhubungan, entah itu lewat sms ataupun telephone. Dan hampir setiap minggu kami bertemu, baik di gedung training ataupun diluar. Aku sangat bersyukur memiliki mereka. Ya.. Infinite oppa.

Saranghae oppa.......... :)



The End ^^
annyeong... mian if this isn't good fanfiction. this is a spontan fanfiction, i make it when i watched two program reality. but i hope readers like this fanfiction...감사합니다 ^^

Comments

  1. baguss :D aku suka banget nonton YAMO tapi akhirnya gantung banget.. gomawo udah bikin ff ini, jadi berasa nonton lanjutan YAMO :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe gomawoyo:)
      ne aku juga suka. ending nya emang ngegantung, makanya aku terinspirasi untuk bikin ff nya. walaupun mungkin cerita aslinya enggak sesuai dengan cerita yg ku bikin, tapi semoga kamu terhibur dengan kelanjutan cerita yang ku bikin sendiri hehe...
      sekali lagi gomawo ya *author bow*

      Delete

Post a Comment

Popular Posts