Your New Face - part 2




cast : Lee Donghae, Im Yoon Ah, Lee Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk



Yoona POV

Aku berjalan gontai menuju mobil yang aku parkir tepat didepan rumah ini. Pikiran ku melayang-layang tiada henti. Sampai-sampai aku hampir terpeleset ketika ingin membuka pintu mobil ku.
“yoong, kau kenapa?” tanya seseorang saat aku hendak masuk kedalam mobil.
“ah.. ne..” jawab ku ketika aku tersadar dari fikiran kosong ku itu.
“Eunhyuk..” kaget ku saat aku melihat orang yang mengajak ku berbicara itu adalah dia.
Dia hanya diam memandang ku, tak merespon apa pun.
“loh kok kau ada disini?” tanya ku padanya.
“mwo? seharusnya aku yang bertanya. kenapa kau ada disini?” tanya nya yang terlihat bingung dengan kelakuan ku.
“ah itu...” aku menggaruk kepala ku yang sebenarnya tidak gatal mencari-cari alasan.
“wae?”
“ah annie. kalau begitu aku pulang dulu Hyukkie-ah. annyeong.” pamit ku.
Segera aku menghidupkan mesin mobil ku dan mengendarainya menjauh dari rumah devil itu. Selama aku menyetir, aku terus terngiang-ngiang akan wajah namja itu. Namja yang baru aku lihat. Dan juga perkataannya tadi. Aku tak mengerti apa maksudnya. Dan akibat memikirkannya, aku sampai-sampai menerobos lampu merah. Ketika ku lihat kaca spion ku, untunglah tak ada polisi disana. Aku kembali memfokuskan fikiran ku dan melupakan semua yang terjadi tadi.

Sesampainya di rumah. Aku berjalan masuk dengan langkah malas. Untunglah tak ada siapa pun disini paling hanya ada asisten rumah tangga ku saja. Ku baringkan tubuh ku diatas sofa yang berada diruang keluarga. Ku pejamkan mata ku, mencoba untuk melupakan segala sesuatu yanng terjadi. Menenangkan fikiran ku dari fikiran yang dipenuhi oleh devil itu. Baru saja aku akan tertidur, tiba-tiba saja badan ku seperti ada yang mengguncang pelan. Ku buka mata ku perlahan, walau aku malas untuk membukanya tetapi aku tetap membuka mata ku ini. Aku melihat sosok seorang wanita yang tidak terlalu tua sedang berdiri disamping ku.
“non, bangun. makan malam sudah siap.” katanya.
Aku baru tersadar bahwa wanita  itu adalah asisten rumah tanngga ku. Aku pun beranjak bangun.
“waeyo bi?”
“makanan sudah siap.”
“ne. gomawo bi..”
Aku pun beranjak menuju kamar untuk berganti baju sebelum aku menyantap makan malam yang telah asisten rumah tangga ku buatkan.


Keesokan harinya.
Matahari sudah bersinar sangat terang, hingga membuat ku terbangun karena cahayanya yang menyinari ku dari sela-sela jendela kamar ku yang tak tertutup oleh gorden. Aku merasa tubuh ku tidak terlalu baik hari ini, seperti habis mengangkut beban berat hingga membuat kaki ku terasa sangat sakit. Mungkin ini karena kemarin aku sempat terjatuh saat........................................................ sudah lupakan saja. Aku tak ingin membahasnya. Aku tak mau merusak hari yanng indah ini dengan mengingat segala bentuk atau apa pun tentang kejadian itu.

Aku beranjak dari ranjang ku menuju kamar mandi dengan malasnya malah sangat malas. Ku hidupkan music terlebih dahulu sebelum akhirnya ku tenggelamkan diri ku didalam bath tub yang telah terisi penuh air. Ku biarkan tubuh ku dalam posisi seperti itu untuk beberapa saat. Dan aku kembali mengulanginya beberapa kali. Setelah ku rasa kepala ku serta fikiran ku telah dingin, barulah aku membersihkan tubuh ku. Tak perlu waktu lama bagi ku untuk membersihkan tubuh. Ku keringkan tubuh ku sebelum mengenakan pakaian yang ku bawa tadi. Setelah selesai, ku langkahkah kaki ku keluar. Aku segera duduk dikursi rias ku. Mengeringkan rambut dan memakai sedikit make up. Setelah ku rasa cukup dengan make up – make up ini, aku pun beranjak menuju meja kecil yang berada disamping ranjang ku. Ku ambil ponsel ku dan memasukkannya kedalam tas.

Oh iya, nama ku Im Yoon Ah. Aku merupakan anak tunggal. Banyak yang bilang menjadi anak tunggal itu sangat menyenangkan. Semuanya dapat terpenuhi hanya dalam satu kali permintaan saja. Tetapi bagi ku itu sangat membosankan. Appa sibuk bekerja, sedangkan eomma juga sibuk menemani appa. Dan itulah resiko hidup ku, yang memiliki orang tua yang super sibuk. Tetapi walaupun begitu, appa dan eomma bukanlah tipe orang tua yang suka memaksakan kehendak mereka. Buktinya, walaupun nanti aku akan menjadi pewaris perusahaan appa, appa dan eomma tidak memaksa ku untuk kuliah dengan mengambil jurusan bisnis, mereka memberikan kebebasan kepada ku untuk memilih.

Sekarang aku kuliah di Seoul Art University. Sebuah sekolah seni kenamaan di Korea. Disini aku mengambil jurusan dance. Dance adalah bagian dari hidup ku, kami tak dapat terpisahkan. 하하... sedikit berlebihan tetapi itulah aku, sehari saja tidak dance rasanya hidup ku hampa. Aku satu kelas dengan Eunnhyuk. Sebenarnya nama aslinya adalah Lee Hyuk Jae, hanya saja dari dulu aku lebih suka memanggilnya Eunhyuk. Eunhyuk adalah teman ku sekaligus sahabat ku sejak kecil. Kami berteman layaknya saudara. Sejak taman kanak-kanak sampai sekarang aku selalu satu sekolah dengannya. Hobi kami pun sama, kami sama-sama menyukai dunia dance. Sayangnya yang berbeda adalah..... bukan karena aku adalah yeoja dan dia adalah namja, tetapi karena saat kami masuk Seoul Art University dia mendapatkan beasiswa. Memang itu adalah impiannya sejak dulu, mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya. Karena dia tahu kalau dia tidak berasal dari keluarga yang berada. Eommanya hanya menjadi asisten rumah tangga sedangkan appanya seorang supir. Tetapi itulah kelebihan dari Eunhyuk yang membuat ku kagum padanya.

Ehm..... sebenarnya aku masih memiliki seorang teman lagi. Teman masa kecil sama seperti Eunhyuk. Ia juga berteman dengan Eunhyuk, malah sangat akrab. Mereka seperti saudara kandung, apa-apa selalu bersama. Mungkin itu karena orang tua Eunhyuk bekerja pada keluarganya. Tetapi dia sangat berbeda dengan Eunhyuk. Dia adalah seorang namja yang selalu memandang seseorang dari hartanya, terkecuali Eunhyuk. Karena baginya Eunhyuk adalah layaknya hyunng nya. Dia juga selalu menjahili ku, ketika aku berkunjung ke rumahnya atau pun sebaliknya. Dia sering menjambak rambut panjang ku yang ku ikat. Dia juga suka merebut boneka ku dengan dalih kalau dia menyukai boneka ku dan menginginkannya ketika orang tua ku atau orang tuanya bertanya karena aku menangis. Secara logika, memang ada seorang namja yang bermain dengan boneka barbie? Hah... kalau pun ada, pasti namja itu gila atau tidak normal. Dan untunglah ada Eunhyuk yang selalu menolong dan membantu ku, kalau namja itu sedang mengerjai ku.

“Yoong...” panggil eomma dari luar kamar ku.
“ne eomma.”
“cepatlah turun, kita sarapan bersama.”
“ne..”
“tumben sekali eomma mengajak sarapan bersama.”
“hah... hari ini sungguh sangat cerah.” kata ku sembari melihat keluar jendela.
“Im Yoon Ah.. fighting.” semangat ku sebelum aku keluar dari kamar.


~ dining room ~
“appa belum berangkat ke kantor? tumben sekali..” tanya ku saat melihat appa masih berada di rumah.
“kau mau sarapan apa Yoong?” tanya eomma yang datang sembari membawa jus.
“roti saja eomma.”
“nah ini roti mu. eomma sudah siapkan.” kata eomma sembari meletakkan roti coklat dengan taburan keju kesukaan ku keatas piring.
“oh iya, nanti sehabis kuliah kau tak ada kegiatankan? kalau tak ada, kau langsung pulang ya..”
“memangnya ada apa appa?”
“kita diundang keacara makan malam partner kerja appa, kau pun harus juga ikut. karena appa berjanji untuk mengajak mu juga.” jelas appa.
“hem... baiklah.”
Aku pun kembali menghabiskan sarapan ku.Setelah aku selesai aku pun pemit kepada mereka.
“appa.. eomma.. aku berangkat dulu. annyeong.” kata ku sembari beranjak meninggalkan ruang makan.

Aku berjalan menuju mobil yang terparkir tepat didepan rumah. Tiba-tiba saja ponsel ku berdering kencang. Ku raba isi tas ku untuk mencari ponsel ku. Saat ku rasa ponsel ku sudah berada ditangan, ku keluarkan dan segera kulihat layarnya. Betapa terkejutnya aku saat melihat layar ponsel ku.
“OMONA??? DEMO DANCE?” pekik ku saat melihat layar ponsel yang ternyata berdering akibat note yang ku buat. Note yang berisikan kalau hari ini setiap mahasiswa harus menampilakan demo dance mereka masing-masing.
“ottokhae?” pekik ku dengan langkah cepat menuju mobil.


~ Seoul Art University ~
“Eunhyuk-ah...” panggil ku saat melihatnya sedang berdiri didepan perpustakaan.
Aku kembali berlari menghampirinya. Sesampainya didepan perpustakaan aku pun kembali mengatur nafas ku.
“kau kenapa? seperti habis dikejar-kejar hantu.”
“haish... kau ini. jangan bercanda disaat genting seperti ini.” kesal ku padanya.
“genting? memangnya apa yang genting?”
“demo dance....”
“bo? demo dance? 하하... “ tawanya membuat ku semakin jengkel dengannya.
“ya! kenapa kau malah tertawa?”
하하... bagaimana aku tidak tertawa, kau lucu Yoong. kau berlari sepeti dikejar-kejar setan hanya karena demo dance?”
“ya! aku serius Hyukkie-ah..” pekik ku.
“aku juga serius."
“ne.. ne.. mianhae. memangnya ada apa dengan demo dance?”
“aku.. aku.. aku belum mempersiapkannya.”
“mwo? 하하...” tawanya lagi yang membuat ku semakin kesal dengannya.
“ya! kenapa kau tertawa lagi? kau bukannya membantu ku.” kesal ku.
“lagi kau semakin aneh. memangnya kenapa kalau kau belum mempersiapkan demo dance mu, kan kau bisa me remix gerakan mu sendiri. bukankah itu keahlian terbesar mu. membuat gerakan dadakan.”
Aku terbelalak mendengar kata-katanya. Benara juga, terkadang malah aku tak bisa menyelaraskan gerakan ku yang telah aku persiapkan sebelumnya.
“jadi bagaimana? apakah kau siap untuk menampilkan demo dance mu?” tanya nya yang membuat fikiran ku kembali bersatu dengan raga ku.
“ha? ne..”
“kalau begitu, kajja kita ke kelas.” katanya sembari menarik tangan ku.

Aku menghela nafas saat kelas telah berakhir. Ku rapihkan buku-buku ku dan berjalan keluar kelas.
“yeay.. ternyata tak seburuk yang aku bayangkan.” kata ku senang.
“sudah ku bilangkan, kau pasti bisa. kau nya saja yang selalu pesimis.” katanya sembari menoyor pelan kepala ku.
“aishh... kau..” kata ku kesal dengan perbuatannya.
“baiklah Eunhyuk seosangnim...., aku akan mendengar nasihat mu itu hehe..”
“haish.. kau ini.” jawabnya kesal.
“yasudah ayo kita ke cafetaria...” ajak ku dengan menarik kupluk jaketnya.


~ Seoul Art University’s Cafetaria ~
Aku mencari-cari tempat yang pas untuk menghabiskan makanan ku ini. Setelah mengedarkan mata ku melihat kee penjuru cafetaria, akhirnya pilihan ku jatuh pada sebuah tempat yang berada diluar cafetaria. Ku letakkan makanan ku diatas meja dan mulai menyantapnya. Aku tak pedulikan sosok namja yang sedari tadi tiada hentinya berbicara. Terkadang aku hentikan kegiatan makan ku untuk sekali-kali menanggapi perkataannya, walau aku tak dapat mengerti apa yang ia katakan.

   Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
   Sone jeonhaejineun ongiro
   (Ttaseuhameuro)
   Hamkke keo-reo-gayo
   How great is your love 

“ya Im Yoon Ah. cepat lihat ponsel mu itu. itu membuat telinga ku sakit.” kesal Eunhyuk karena sedari tadi aku membiarkan ponsel ku berdering kencang.
“argghhh... ne.. ne..” jawab ku sembari mengeluarkan ponsel ku dari dalam tas.
“mwo? eomma? tumben sekali ia mengirimi ku pesan.” batin ku saat melihat kelayar ponsel.


“kau masih ada kelas Yoong?”

   From : eomma.

  
“annie eomma, aku sudah tidak ada kelas lagi.”

   To : eomma.
  

“kalau begitu lekaslah pulang. eomma menunggu mu.”

   From : eomma.
 

“baiklah aku akan pulang.”

   To : eomma.
 

“siapa? eomma mu?”  tanya Eunhyuk saat aku hendak memasukkan ponsel ku kembali.
“em ne..” jawab ku sembari menganggukkan kepala.
Aku pun kembali melanjutkan kegiatan makan ku. Cukup lama keheningan berada disekitar kami. Tiba-tiba saja Eunhyuk berkata yang menghancurkaan keheningan yang ada.
“kau sudah bertemu dengannya?”
“nde?”
“Donghae.. Lee Donghae..”
Tiba-tiba saja air mineral yang hendak ku telan keluar begitu saja dan mengenai mukanya saat ia menyebutkan nama itu. Nama terkutuk itu.
“YA IM YOON AH...” teriaknya saat air mineral itu mendarat sempurna tepat diwajahnya.
“ah mianhae Hyukkie-ah. aku tak sengaja. lagi siapa suruh kau menyebut namanya.” kata ku sembari memberikan tisu kepadanya.
“yaks.. dasar.” gerutunya sembari mengeringkan wajahnya.
Aku pun kembali melanjutkan minum ku. Sesekali ku lirik dia untuk memastikan apakah wajahnya sudah bersih dari semburan ku. Lagi siapa suruh dia menyebutkan nama itu. Jadi ini bukan sepenuhnya salah ku.
“ya. kau belum menjawab pertanyaan ku.”
“pertanyaan apa? aku tak ingat.” elak ku.
“kau lupa apa pura-pura lupa ha? sudah ceritakan. kemarin kau kan ke rumahnya. apa kau sudah bertemu dengannya?”
“aku tak bertemu dengannya!”
“jinja? tapi kemarin dia bercerita kalau kau bertemu dengannya.”
“BUYA?”
“ne. dia bilang kemarin kau sangat pabo. kau tak berkata apa pun, kau malah hanya terdiam.”
Tubuh ku seperti terbakar ketika mendengar cerita Eunhyuk. Berani-beraninya devil itu mengatakan bahwa aku bodoh. Baru pulang saja sudah mencari masalah. Awas ya.. akan ku balas penghinaan mu ini.
“ya. Im Yoon Ah.. kau belum menjawabnya..” panggil Eunhyuk sembari mengguncang pelan tubuh ku.
“ah.. ne...”
“kau belum menjawabnya. cepat jawab...” rajuknya membuat ku semakin kesal.
“ya! sudah ku katakan kalau aku tak bertemu dengannya!” pekik ku.

Segera aku bangkit dan berjalan meninggalkannya. Aku tak memperdulikan panggilannya. Aku terus saja berjalan dan tiada hentinya batin ku memaki devil itu.
“ya! devil gila. apa-apaan dia itu. beraninya berkata seperti itu. kau baru saja kembali tetapi sudah bertingkah.  sampai-sampai kau mengatakan kalau aku pabo? kau lah yang pabo! lihat saja aku akan membalas mu. lebih kejam dari apa yanng kau katakan pada Eunhyuk!!” geram ku.
“ya Yoona-ah...” panggil Eunhyuk yang kini sudah berlari dibelakang ku.
Aku hanya menoleh sebentar kearahnya dan kembali berjalan meninggalkannya. Sampai-sampai aku terhenti saat hendak beranjak menuju tempat parkir karena ada sebuah tangan yang menahan ku.
“ya Im Yoon Ah.., kau tuli? aku sudah memanggil mu berulang kali.” kesal Eunhyuk.
Aku hanya diam menatap dingin kearahnya.
“ya! kenapa kau menatap ku seperti itu?” tanya nya sembari mengatur nafasnya.
Aku terus diam tak merespon apa pun yang ia katakan.
“baiklah.. baiklah.. mianhae.”
“hah... sudahlah lupakan.”
“berarti kau memaafkan ku?”
“hem...”
“ya.. kau memang baik Yoong.” katanya sembari melompat memeluk ku.
Aku yang risih dengan apa yanng ia lakukan dengan cepat ku dorong tubuhnya hingga ia tersungkur ke tanah.
“kenapa kau mendorong ku?” pekiknya.
“habis. kau memeluk ku.” kesal ku.
“oh itu , mianhae. aku tak sengaja...” katanya dengan senyum monyetnya itu.
“oh iya, memangnya kau mau kemana?” sambungnya sembari membersihkan celananya yang agak kotor karena terjatuh tadi.
“oh, aku ingin pulang. tadi eomma menyuruh ku, lagi pula aku sudah tidak ada kelas lagi.”
“oh...”
“lalu kau? bagaimana kalau aku anatar kau pulang..” tawar ku.
“tak usah Yoong. lagi pula aku masih ada kelas lagi sehabis ini. kalau begitu sampai bertemu.” pamitnya.
Aku pun masuk kedalam mobil dan mengendarainya menuju rumah.


~ home ~
Aku membuka pintu dan meletakkan sepatu ku keatas rak. Ku edarkan mata ku keseluruh penjuru rumah. Tak ada satu pun orang disini. Aku pun berjalan menuju dapur untuk mengambil minum sebelum beranjak menuju kamar ku. Saat hendak menaiki tangga, terdengar suara eomma memanggil ku.
“Yoong, kau sudah sampai.”
“ne eomma.”
“kalau  begitu cepatlah berganti baju.”
“ganti baju? memangnya kita mau kemana eomma?”
“kau temani eomma pergi ke salon ya, sebelum itu kita pergi belanja.”
“mwo? salon? belanja? ah eomma kenapa tidak dengan supir saja.” kata ku mencoba menolak ajakan eomma.

Aku sebenarnya paling enggan untuk pergi berbelanja apa lagi ke salon bersama dengan eomma. Ia selalu lama. Bayangkan, ketika berbelanja ia pasti mendatangi semua toko yang ada disana tetapi belum tentu setiap toko yang ia masuki, ia membeli barang disana. Pasti alasannya karena belum ada yag cocok atau apalah. Dan ketika di salon. Walaupun hanya sekedar mencuci rambut dan menatanya kembali, eomma bisa saja sangat lama disana. Entah karena ia bertemu dengan temannya lalu mengobrol bersama hingga tak menyadari kalau sedari tadi rambutnya telah selesai ditata.
“ayolah Yoong. ini juga bukan untuk eomma saja.”
“mwo? maksud eomma, aku juga ikutan?”
“ne.”
“aish.. eomma. andwae. aku tak mau.” tolak ku.
“tidak ada tolak menolak. cepat kau ganti baju, eomma tunggu dibawah.” perintah eomma tanpa meminta persetujuan ku.
“argghhh... pabonya kau Yoong. kenapa kau katakan kalau kau tidak ada kelas lagi. aish.. pabo....”  gerutu ku saat eomma sudah beranjak pergi.


~ badroom ~
Ku hempaskan tubuh ku keranjang. Aku tak berniat untuk pergi bahkan bangun untuk berganti baju. Rasanya didalam tubuh ku ini ada sebuah magnet yang selalu menarik ku untuk tetap berada diatas ranjang ku. Sayangnya, belum sempat aku menikmati empuknya kasur ini eomma sudah mulai mengoceh lagi.
“Yoong... cepatlah.” teriaknya dari balik pintu.
Aku tak menjawab panggilannya. Aku malah semakin menikmati posisi ku saat ini. Hingga mungkin karena eomma geram dengan ku, ia kini mulai mengetuk pintu kamar ku dengan keras membuat ku sangat terganggu.

   tok.. tok..

“Yoong.. kau dengar eomma tidak? cepatlah kau keluar jangan lama-lama..” panggilnya lagi.
Aku bergegas bangun dan membuka pintu kamar.
“wae eomma?” kata ku tanpa dosa.
Haha... biarkanlah. Sesekali aku melakukan ini pada eomma. Lagi siapa suruh ia menyuruh ku melakukan hal yang tak ku sukai.
“ya Im Yoon Ah. kau  belum bersiap-siap?” katanya terkejut saat melihat ku masih mengenakan pakaian yang sama saat aku pulang tadi.
Aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya.
“huh.... kau.... kalau begitu cepatlah. eomma tunggu lima menit lagi, kalau kau belum berganti baju eomma akan menarik mu keluar dengan pakaian itu.” ancamnya membuat ku terbelalak terkejut.
“BO? eomma?”
“eomma....” panggil ku lagi saat ia berjalan menuruni tangga tanpa menggubris kata-kata ku.

Ku tutup pintu kamar ku dan mulai  berganti baju mengikuti perintah eomma. Sebenarnya aku tak mau melakukan ini, tetapi ancamannya berhasil membuat ku tunduk tak melawan sedikit pun. Mungkin menurut kalian itu ancaman yang biasa saja, tetapi tidak dengan ku. Aku paling enggan pergi keluar dengan menggunakan pakaian yang telah ku gunakan sejak pagi tadi. Rasanya sangat aneh sekali, aku selalu berfikir bahwa orang-orang akan melihat kearah ku jika itu terjadi. Kekanak-kanakkan kah? Hem... iya itu sangat kekanak-kanakkan. Sampai-sampai aku sendiri geram dengan sifat ku yang itu, rasanya ingin sekali aku merubahnya. Tetapi apa daya sudah berulang kali ku coba tetapi aku tetap tak bisa meninggalkan sifat yang ku anggap sudah menjadi sifat buruk ku.

Dengan cepat ku ganti baju ku dan mulai menyirami tubuh ku dengan parfum yang tertata rapih diatas meja rias. Ku ambil ponsel ku yang sedari tadi tergeletak dengan manis diatas ranjang. Dengan sigap aku berlari keluar menghampiri eomma. Sudah ku putuskan kalau aku tak akan membawa tas sekecil apa pun, karena dapat ku tebak sepulang dari sana aku akan membawa banyak tas hasil belanjaan eomma.
“eomma...”
“nah.. begini dong dari tadi. jadikan eomma tak usah susah payah mengancam mu. kajja Park ahjussi  telah menunggu kita.”
“ne eomma.” jawab ku sembari berjalan mengekor dibelakangnya.
Oh iya, aku lupa perkenalkan Park ahjussi. Park ahjussi adalah supir pribadi eomma ku, ia telah bekerja bersama keluarga ku sejak eomma menikah dengan appa. Dan karena dia jugalah aku dapat menyetir sekarang ini.
“eomma memangnya kita mau kemana?”
“ke DDM Market.” jawabnya tanpa melihat kearah ku.
“hah...” ku hela nafas ku saat mengetahui tempat tujuan eomma hari ini. DDM Market.. ya Dongdaemun Market. Dongdaemun Market merupakan mall dengan distrik terbesar di Seoul. Dan kerana itulah eomma selalu pergi kesana. Dan itu berarti hari ini eomma akan belanja besar dan pastinya aku lah yanng akan membawa barang belanjaan eomma.


~ Dongdaemun Market ~
Mobil yang dikendarai Park ahjussi tepat berhenti didepan Dongdaemun Market. Aku pun beranjak keluar dan meninggalkan eomma yang sedari tadi sibuk berbicara dengan lawan bicaranya ditelephone. Samar-samar ku dengar dari luar eomma berbicara pada Park ahjussi agar ia menjemput kami kembali pukul tiga nanti. Pukul tiga berarti masih ada sekitar empat jam lagi untuk mencapai waktu itu. Dan berarti dalam empat jam itu, aku akan menderita.
“huh...” aku pun hanya bisa menghela nafas ku pelan.
“Yoong, kajja..” ajak eomma.
Aku pun hanya mengekor dibelakangnya dengan langkah malas dan raut wajah enggan.

Dan sekarang penjelajahan eomma pun dimulai. Ia memulai dengan memasuki toko pakaian terkenal yang sering ia kunjungi. Ia mulai memilah-milih pakaian yang lebih tepatnya untuk dirinya sendiri. Padahal awalnya eomma mengatakan kalau hari ini bukan dia yang berbelanja tetapi aku yang berbelanja, tapi nyatanya sejak kami memasuki toko pakaian ini eomma sibuk sendiri dengan beberapa pakaian pesta untuk eomma-eomma.
“aish... kalau begini aku tak usah ikut.” gerutu ku.
Aku mulai merasa sangat bosan. Sebenarnya kebosanan ku ini sudah melanda sejak aku berada didalam mobil tetapi aku semakin merasakannya pada saat sekarang ini. Dari pada hanya diam tak melakukan apa-apa, aku pun lebih memilih memasang headset ku dan mulai mendengarkan alunan lagu yang terputar lewat mp3. Sesekali ku lihat kearah eomma. Ia masih tetap sibuk dengan beberapa gaun. Sampai ketika aku sedang memperhatikan diri ku didepan cermin itba-tiba saja eomma sudah berdiri tepat dibelakang ku. Segera ku lepas headset ku dan mendengarkan ocehannya.
“Yoong, kenapa kau hanya diam? kenapa kau tidak memilih beberapa gaun yang cocok dengan mu?”
“ah annie eomma. aku masih memiliki gaun di rumah.” tolak ku.
“aish.. kau ini. tak usah banyak bicara cepat kau cari gaun yang cocok dengan mu atau eomma yang pilihkan berdasarkan selera eomma.”
“arghh.. eomma. baiklah.” jawab ku sembari bangkit dan berjalan mencari gaun yang cocok dengan ku.

Cukup lama aku mengitari satu tuko itu, hingga pada akhirnya langkah dan mata ku terhenti pada sebuah gaun selutut berwarna biru muda yang simple tetapi tetap terkesan elegan karena terdapat beberapa manik-manik berwarna silver dipundaknya. Aku melangkah mendekati gaun itu. Ku perhatikan dan ku bawa gaun itu kedepan cermin. Ku coba letakkan gaun itu tepat didepan tubuh ku.

Hingga akhirnya senyum ku mengembang puas. Aku pun berjalan menghampiri eomma yang masih tetap sibuk dengan gaun-gaun itu.
“eomma..” panggil ku. Tetapi tak ada respon darinya. Ia masih asik dengan gaun-gaun yang belum tentu ia beli semua.
“eomma..” panggil ku lagi. Tetapi tetap masih tidak ada respon darinya.
“eomma..” panggil ku yang ketiga kalinya dengan sedikit mengeraskan suara ku.
“ah kau sudah kembali Yoong.” jawabnya dengan mata yang masih melihat kearah pelayan dan sebuah gaun yang ada ditangannya.
“nyonya, bagaimana kalau yang ini saja. ini terlihat lebih bagus.”
“benarkah? baiklah kalau begitu aku ambil yang ini saja.”
“kalau begitu saya bawa ke meja chasier dulu.” kata pelayan itu dan kemudian pergi meinggalkan eomma.
“eomma...” panggil ku lagi dengan nada kesal.
“oh mianhae Yoong. oh iya, apakah kau sudah...”
Segera aku berikan gaun yang menjadi pilihan ku itu sebelum eomma menyelesaikan kata-katanya.
“apa ini?”
“ini gaun yang ku pilih.”
“jinja? kau tidak ingin menukarnya?”
“annio. aku lebih suka gaun ini. eomma tahukan kalau aku tak suka gaun yang terlalu berlebihan.” jelas ku dengan kesal.
“ah baiklah. kau bawa gaun mu ke chasier, habis itu kita masih banyak toko yanng harus dikunjungi.” perintahnya.
Aku pun hanya diam menuruti apa yang ia katakan.

Setelah eomma membayar semua gaun yanng kami beli. Kini langkah kaki eomma mulai berjalan menuju sebuah toko sepatu yang tak kalah terkenal. Ia pun mulai menyibukkan dirinya untuk memilih-milih beberapa sepatu. Dan sebelum itu, ia pun kembali berkata kepada ku kalau aku juga harus membeli satu sepatu yang cocok dengan gaun yanng baru saja ku beli tadi. Sebenarnya aku sangat enggan. Kalian tahu kan kenapa? Yah.. itu karena aku bukanlah yeoja yang benar-benar feminin. Aku masih memiliki sikap tomboy yang tak akan pernah hilang dari diri ku. Maka dari itu, aku paling tidak suka ketika aku harus mengenakan high heels. Tetapi sekuat apa pun aku menolaknya, sekuat itu juga eomma akan memaksa ku untuk memakainya. Lebih baik aku ikuti perintahnya daripada nanti ia memaksa ku untuk menggunakan high heels yang sesuai dengan seleranya. Bisa lebih kacau jika itu sampai terjadi.

Tak kalah lama dengan di toko pakaian tadi. Akhirnya kami pun berjalan keluar. Aku sudah merasa sangat lelah. Rasanya kaki ku seperti ingin patah. Tetapi berbeda dengan eomma, ia malah semakin semangat. Kini semangatnya sudah semakin sampai puncak. Dan sekarang langkah kakinya membawa kami kesebuah salon langganannya. Ia mulai memasuki salon itu dan langsunng bertemu dengan pemiliknya.
“Sepertinya eomma telah melakukan janji sebelum ia datang.” batin ku.
Pemilik salon itu punn mengajak kami kesebuah ruangan khusus yang telah dipersiapkannya. Eomma pun duduk disalah satu kursi begitu juga dengan ku. Tak lama kemudian datanglah beberapa pelayan yang akan melayani kami.
“nyonya, hari ini mau diapakan rambutnya?” tanya salah satu dari pelayan itu.
“tolong dicuci dan dirapihkan karena nanti malam kami akan ada acara.”
“lalu nona?” kini giliran pelayan yang berdiri tepat dibelakang ku bertanya pada ku.
“ehm... sama saja seperti eomma. tetapi aku ingin rambut ku tidak diapa-apakan tetap digerai.”
“baiklah kalau begitu, kami siapkan tempat pencuciannya dulu.” kata mereka.


~ home ~
Aku berjalan lemas tak berdaya menaiki tangga. Ku buka pintu kamar ku dan memasukinya. Ku letakkan tas belanjaan yang sedari tadi kugenggam dan ku rebahkan tubuh ku ini keatas ranjang bermaksud untuk merilekskan otot-otot ku yang sedari tadi terus saja bekerja dengan sangat keras. Tapi sayangnya belum sempat aku merasa nyaman teriakan eomma yang menggelegar berhasil membuat ku terlonjak kembali dari atas ranjang.
“argghhh... mau apa lagi sih eomma. tidak tahu apa tulang-tulang ku ini rasanya ingin patah semua.” kesal ku.
“Yoona....”
“ne eomma....” jawab ku kencang dari dalam kamar.
Dengan terpaksa ku buka pintu kamar ku dan berjalan menghampirinya yang berada dilanatai bawah.
“waeyo eomma?”
“kau cepatlah bersiap-siap, sebentar lagi kita akan berangkat.”
“buya? berangkat? eomma, eomma sedang mengigau? sekarangkan baru pukul empat. bukannya acara  makan malam itu pukul tujuh.”
“ha? pukul empat? eomma kira sekarang sudah hampir malam. mianhae eomma terlalu bersemangat.” katanya dengan senyum yang sangat membuat ku kesal.
“aish... apakah masih ada yang ingin dibicarakan eomma? kalau  tidak aku ingin beristirahat di kamar.”
“oh tidak ada.”
Setelah mendengar jawabannya, aku pun kembali menuju kamar dan memulai saat-saat untuk mengistirahatkan fisik dan fikiran yang telah lelah ini.


   tok.. tok.. tok..

Aku membuka sedikit mata ku saat mendengar sebuah suara yang berasal dari pintu kamar. Tetapi aku malah semakin ingin menenggelamkan diri ku kedalam dunia mimpi hingga aku kembali tertidur. Dan suara itu kembali terdengar dan semakin keras. Hingga membuat ku harus berusaha menggabungkan kembali raga dan nyawa ku yang belum seutuhnya menyatu ini. Ku dengar suara itu semakin keras saja. Akhirnya raga dan fikiran ku dapat juga selaras bekerja, hingga aku dapat berjalan dan membuka pintu kamar.
“ya Im Yoon Ah. kenapa lama sekali kau membukakan pintunya? sedari tadi eomma sudah mengetuk keras pintu kamar mu. lalu kenapa kau masih belum bersiap-siap? apkaha kau lupa malam ini kita akan ada makan malam? kau bagaimana sih. kalau begitu cepat ganti baju mu sekarang.”
Aku pun hanya diam tak menjwab ataupun menganggukkann kepala ku. Aku masih bingung dengan ucapannya. Terlalu banyak yang ia katakan tanpa ada jeda dalam mengatakannya. Apakah ia tak melihat kalau aku baru bangun tidur, mana bisa otak ku secepat  itu menangkap kata-katanya yang ia ucapkan seperti kereta express itu.
“arraseo?”
“ne ara.” jawab ku berpura-pura untuk mengerti. Tapi nyatanya apa yang ia katakan saja aku tak ingat.
Aku pun kembali menutup pintu dan membaringkan tubuh ku ini keatas ranjang.

   brak...

“ya Im Yoon Ah kenapa kau kembali tidur? cepatlah bangun dan bersiap-siap. eomma akan menunggu dalam waktu sepuluh menit kalau kau tidak kunjung juga turun eomma akan menyita kunci mobil mu.”
Mata ku terbelalak terbuka saat mendengar ucapannya.
“mwo? sepuluh menit? eomma kau sudah gila mana mungkin dalam...”
“tak ada alasan cepat atau kunci mobil mu akan eomma sita.” potognya sembari berjalan keluar dari ruangan ini.
Mendengar ucapannya itu dengan sigap aku mengambil handuk yang tergantung dan berlari menuju kamar mandi.

Ku pasang jam tangan yang sudah ku siapkan. Ku tatap cermin yang berada didepan ku. Aku perhatikan diri ku yanng telah mengenakan gaun yang tadi ku pilih.
“ya Im Yoon Ah kau adalah yeoja ter yeppeo.” puji ku.
Aku pun mengambil ponsel yang berada diatas meja rias dan langsung berhambur keluar kamar.

“appa.. eomma..” panggil ku saat melihat eomma dan appa diruang keluarga.
“wah... ani appa yeppeo sekali.” puji appa membuat ku seperti melayang keatas.
“tentu saja kan sama seperti eomma nya.” kata eomma membuat ku kembali terjatuh setelah pujian yang dilontarkan appa.
“haha.. baiklah-baiklah. kalau begitu kajja.. nanti  kita terlambat.”
“oh iya appa, memangnya kita akan makan malam dimana?”
“kau pasti akan sangat senang mendengarnya Yoong.”
“senang? senang kenapa eomma?” tanya ku bingung.
“karena malam ini kita akan makan malam dikediaman Lee. dan kau bisa kembali bertemu dengan Donghae.” jelas eomma membuat mulut ku terbuka tak percaya.
“dikediaman Lee? bertemu dengan Donghae? senang? apa-apaan ini semua..” gerutu ku.

Aku memutar otak ku untuk menggagalkan acara kali ini. Ketika aku berhasil menemukan ide dan berniat untuk mengatakannya, dengan cepat eomma mendorong ku menuju mobil tanpa membiarkan sepatah katapun keluar dari mulut ku.
“eomma aku...”
“oh iya Yoong, nanti kau jangan berkata yang aneh-aneh ya..” pesan eomma memotong ucapan ku sebelum aku menuntaskannya.
“eomma aku...”
“oh iya appa, kita akan membawakan apa untuk keluarga Lee?” tanya eomma pada appa tanpa menggubris ku yang sedari tadi ingin mengatakan sesuatu.
“em... kita belikan buah saja.”
“oh yasudah. kalau begitu nanti kita berhenti ditempat kita sering membeli buah ya..”
Aku pun kembali berusaha untuk mengatakannya, tetapi aku urung mengatakannya karena kata-kata eomma yang baru saja terlontar.
“Yoong gomawo karena hari ini kau telah mau menemani eomma..”
“ha? ne eomma. cheonmaneyo..”
Aku pun berdiam diri dan menghabiskan waktu ku untuk melihat suasana Seoul pada saat malam dari dalam mobil.

Author POV

Sebuah rumah besar nan mewah yang ia anggap rumah terkutuk itu kembali lagi ia datangi. Ia hanya menatap nanar dari dalam mobil. Tak dapat terbayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Ia turun dari mobil mengikuti orang tuanya. Ia berjalan pelan mengekor dari belakang. Ketika hendak memasuki rumah itu, ia samar-samar mendengar suara seseorang yang memanggilnya.
“Yoong...”
Ia mengenali suara itu, dengan cepat ia menolah kearah suara itu berasal.
“Yoong... disini..”
“ah.. disana.” jawabnya sembari membalas lambaian tangan namja yang memanggilnya.
“appa.. eomma.. aku kesana sebentar yah..” pamitnya dan segera berjalan menuju namja itu.
“ya Yoona-ah...” panggil sang eomma, tetapi ia tak mendapatkan respon.

Kini Yoona tepat berdiri didepan namja yang memanggilnya itu. Namja yang sudah lama menjadi sahabat karibnya. Kini namja itu tengah memperhatikan Yoona dari ujung helai rambut sampai kakinya. Namja itu terus menaik turunkan bola matanya.
“ya Eunhyuk-ah.. kenapa kau melihat ku seperti itu?” herannya. Ia pun mengambil tempat duduk disamping namja itu.
Tempat ini merupakan tempat favoritnya ketika ia berkunjung. Sebuah taman yang terdapat ayunan berwarna putih. Ia sering sekali duduk diayunan ini ketika ia sedang senang ataupun kesal.
“apakah ini benar Im Yoon Ah sahabat ku?”
“ya! tentu saja. kau kira siapa aku.” kesalnya sembari memukul pelan lengan Eunhyuk.
하하... mianhae. habis aku baru pertama kali melihat kau mengenakan pakaian layaknya seorang yeoja beneran..” ledeknya lagi.
“ya! Lee Hyuk Jae. kau mau mencari mati? ha?”
“hehe.. mianhae.. mianhae. janganlah marah-marah seperti itu, kau ini kan seorang yeoja.”
“habis kau yang membuat ku kesal..” jawabnya dengan sedikit memajukan bibirnya.

Mengetahui keadaan menjadi tidak enak karena ulahya, buru-buru Eunhyuk mengganti topik pembicaraan.
“kau mau datang? ku kira kau akan menolaknya dengan beribu macam alasan dan cara.”
Yoona menghela nafasnya sebelum ia menjelaskan mengenai kehadirannya malam ini.
“huh... ini semua terjadi karena eomma. kalau saja sejak awal ia memberitahu ku kalau makan malam hari ini di rumah terkutuk ini, sebelum ia mengajak ku pastilah aku akan menolaknya.” jelas Yoona dengan memicingkan matanya dan membulatkan tangannya menunjukkan bahwa ia kesal terhadap eomma nya.
“jadi maksudmu? kau sama sekali tak tahu dimana kau akan makan malam? dan kau langsung saja menyetujuinya? ㅋㅋㅋㅋ.” tawa Eunhyuk membuat Yoona semakin terlihat kesal.
“YA! KENAPA KAU TERTAWA?” pekiknya.
하하.. habis kau Yoong, kau pabo sekali. salah sendiri kau tak tanya dulu.” kata Eunhyuk sembari menahan tawanya.
“aish... kau!”

Tiba-tiba saja saat mereka tengah asik tertawa bersama, datang seseorang menghampiri mereka.
“jadi kau disini. kau tak berubah ya, masih sama seperti dulu. masih menyukai tempat ini sebagai tempat favorit mu, tempat dimana kau selalu menangis karena kau kalah dengan ku.” kata orang itu dengan angkuhnya.
Yoona yang mendapati sosok orang itu, tengah berdiri didepannya hanya bisa tertegun. Ia tak menyangka bahwa orang iti adalah orang yang kemarin ia mintai air.
“sepertinya lebih baik aku tinggalkan kalian berdua saja, agar kalian lebih nyaman satu sama lain.” Eunhyuk menghentikan ucapannya.
“em.. kalau begitu aku permisi dulu.” pamitnya sembari tersenyum simpul dan memukul pelan pundak orang yang tengah berdiri itu.

Ketika Eunhyuk sudah tak terlihat lagi, kini orang itu yang tak lain adalah seorang namja duduk tepat disamping Yoona. Cukup lama keheningan terjadi diantara mereka. Dan tiba-tiba saja namja itu menghancurkan keheningan yang menguasai mereka dengan mengawali pembicaraan terlebih dahulu.
“sudah lama kita tak bertemu. tetapi tak ada yang berubah dari mu. kau tetap seorang yeoja tomboy yang tak bisa berdandan layaknya seorang yeoja dan kau tetap masih...”
“ya! apa yang kau katakan. kau...” potong Yoona geram.
“dan kau masih tetap cerewet, keras kepala, dan emosian sama seperti dulu.” sambung namja itu lagi dengan senyum yang dapat dikatakan dengan senyuman merendahkan.
Yoona kembali menahan emosinya, iya semakin mengepalkan tangannya.
“kau marah?” tanya namja itu dingin. Yoona tak menjawabnya, matanya masih menatap tajam kedepan dan tangannya masih mengepal dengan sangat kuat.
“kau ingat apa yang telah kau lakukan kemarin terhadap ku?”
“mwo?”
“ne kemarin. apa kau sudah lupa? bagaimana kalau aku membantu mu untuk mengingatnya. kemarin kau terjatuh dan aku menggendong mu menuju ke sofa..”
“ya! aku  tak pernah meminta bantuan mu!” pekik Yoona yang sedari tadi sudah menahan amarahnya terhadap sosok namja yang duduk disampingnya itu.
“dan kau ingat ketika kau meminta ku untuk mengambilkan mu air?”
Yoona kembali diam. Tetapi kini matanya beralih menatap tajam kearah namja itu.
“itu adalah hutang ketiga mu.” lanjutnya dingin.
“bo? hutang? ketiga? apa maksud mu?” pekik Yoona yang tak terima atas tuduhan namja itu.
“ne, hutang ketiga mu. kau ingat kan ketika kecil dulu, ketika kau....................”



To Be Continued ^^ 


annyeong:) Your New Face back again readers... before that i want to say mianhae.. jinja mianhae for your waiting time and mianhae if this fanfiction is bad. and i wanna give you an information about the next part, may be i will late for publish "Your New Face - part 3". so i hope readers still wait and i also want to say thanks for your time to read my fanfiction...감사합니다 ^^

Comments

  1. Chinguu jgn lma" yah di post chap 3 nya penasaran banget deh chingu!! soalnya ini FF yg pali aku tunggu".... Pokoknya FF chingu daebak deh...
    #mian maksa hehe :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. ne. aku usahain yah, ini juga lagi dibikin. sabar yah... mian kalo chingu nunggunya lama. dan jeongmal gomawo udah sempetin baca ff ini:)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts