The Last (Songfict)






Main Cast = Cho Kyuhyun, Park Ji Yeon
Genre = Sad Romance
Type = Songfict (Coagulation ~ super junior K.R.Y)
Author = Salsa



Chagawoon nuhui geu han madiga naui maeume dahke dwaesseul ddae
Nae noondongjaen nado moreuneun chokchokhan eeseul bangwool
~Ketika kata-kata dinginmu mencapai hatiku
Di mataku, tanpa sepengetahuanku,
Embun (basah)pun terjatuh~




 Author POV



Kyuhyun tak berkomentar. Ia memperhatikan gadis cantik didepannya itu. “Yeon~a apa yang terjadi? Kenapa kau bicara seperti itu?”


Ji Yeon menggigit bibir. Ia bisa mendengar jelas suara Kyuhyun yang bergetar, penuh ketakutan.


“Aku sudah memikirkannya baik-baik, dan kurasa sekarang adalah waktu yang tepat,” Kata Ji Yeon dingin, membuat Kyuhyun menunduk untuk menatap wajah bulat gadis itu. Ji Yeon sekarang menatapnya lekat. “jauhi aku”


Kyuhyun mengerjapkan mata. “apa?”


“Jauhi aku.” ucap Ji Yeon setelah sebelumnya tersenyum getir.


Kyuhyun mengerjap lagi, berharap ia salah mendengar. “Jauhi siapa?”


Ji Yeon mulai merasa sesak dengan pertanyaan namja itu, ia seperti tak dapat merasakan detak jantungnya lagi sekarang. “Demi tuhan aku tak pernah mencintaimu. Jadi jauhi aku mulai sekarang”
Kyuhyun tersentak mendengarnya. Ji Yeon sendiri tertekan, dia merasakan goncangan dahsyat dalam tubuhnya, tapi mau apa lagi? Inilah yang terbaik untuk Kyuhyun. Ia tahu, namja itu sangat terkejut hingga tak bisa mencerna ucapannya tadi.


“Baiklah, aku akan mengucapkannya lagi. Cho Kyuhyun, mulai detik ini tolong jauhi aku. Aku tak mencintaimu dan takkan pernah mencintaimu. Jangan pernah ganggu hidupku lagi dan jangan pernah menampakkan wajahmu didepanku lagi.” Kyuhyun terpaku. Ia tak pernah menyangka Ji Yeon, gadis yang sanggup membuatnya tak bisa bernafas dengan benar itu, akan mengatakan sebuah kalimat perpisahan padanya. Selama ini, Kyuhyun menganggap Ji Yeon tak ubahnya jelmaan dewi yang bersedia menyerahkan segenap cintanya pada namja itu atau bahkan tuhan memang sudah menciptakan gadis itu khusus untuknya.


Ji Yeon berbalik lalu mulai meninggalkan namja yang masih terdiam dalam posisinya. Setiap langkahnya terasa sangat berat, ia seperti merasakan ada timah panas menghujam jantungnya, dan ia tak bisa menahannya lagi sekarang. Air mata yang sedari tadi mati-matian ia tahan kini keluar juga. Keluar begitu saja tanpa adanya isakan, membuat semuanya menjadi semakin menyakitkan.


Sedangkan Kyuhyun, nafasnya seolah berhenti saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ji Yeon lengkap dengan nada bicara gadis itu yang terlewat dingin. Wajahnya saat ini menampakkan kekecewaan yang amat sangat. Dia tidak pernah berpikir sedetikpun tentang perpisahan. Dia bahkan tidak menemukan cacat sama sekali dalam hubungan mereka selama ini. Mereka memang bertengkar setiap saat, saling meneriaki satu sama lain tapi itulah salah satu hal yang membuat keduanya merasa nyaman. Dia bilang apa? Tidak cinta? Lalu atas dasar apa hubungan mereka selama ini? Bahkan Kyuhyun selalu berusaha melakukan apapun agar gadis itu tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal mengerikan seperti meninggalkannnya. Bahkan sejak tadi Kyuhyun tidak berusaha untuk menyembunyikan ekspresi ketakutannya sama sekali. Kini namja itu mengangkat kedua tangannya, dia bisa melihat betapa gemetarnya jari-jarinya saat ini. Dia tidak pernah merasakan ketakutan sebesar ini sebelumnya. Perasaan semanusiawi ini tidak pernah terlintas  dalam benaknya. Bahwa ternyata Ji Yeon benar-benar berpengaruh terlalu banyak dalam hidupnya sehingga untuk membayangkan kehilangan gadis itu saja sudah membuatnya ketakutan setengah mati.



Uhdisuh uhdduhke jakkooman maethineunji nado moreujyo
Geunyang naega manhi apeun guhtman arayo
Ddeuguhwuhdduhn gaseumi juhmjuhm ssaneulhajyo
~Darimana kau bagaimana
keadaanmu lebih dan lebih
Bahkan aku tidak tahu apapun
satu-satunya hal yang ku tahu adalah aku hanya benar-benar sakit
Hatiku yang sebelumnya terbakar perlahan-lahan menjadi dingin~




Sudah sebulan setelah kejadian itu dan Kyuhyun masih tak menemukan alasan logis kenapa Ji Yeon memutuskan hubungan mereka. Jadi selama namja itu belum mendapatkan jawaban yang bisa memuaskannya, maka Kyuhyun takkan menghiraukan ucapan sepihak Ji Yeon sebulan lalu. Dan ia rasa, takkan ada satu alasanpun yang bisa membuatnya menerima kenyataan ini, kenyataan bahwa sudah tak ada hubungan diantara keduanya.


"Yeon~a, kau dari mana? Mengapa baru pulang?" Kyuhyun segera bangkit dari duduknya saat sebuah mobil berhenti tepat didepan rumah Ji Yeon. Kyuhyun memang menyempatkan untuk datang ke rumah gadis itu pagi ini, seperti biasanya. Namun ternyata rumah itu kosong. Sudah tak terhitung berapa kali Kyuhyun menghubungi Ji Yeon tapi gadis itu mengabaikannya. Dan sekarang, tepat pukul 10 malam gadis itu akhirnya pulang juga, membuat Kyuhyun bisa sedikit bernafas lega setelah sebelumnya tak tenang menduga-duga keberadaan dan keselamatan gadisnya.


“Apa yang kau lakukan disini? Aku mau pulang atau tidakpun kurasa itu bukan urusanmu lagi sekarang” Ucap Ji Yeon dingin. Kyuhyun menatap gadis didepannya tanpa berkedip sekalipun. Gadis itu adalah gadis tercantik yang pernah dilihatnya, dan ia yakin akan selalu seperti itu. Gadis itu bahkan terlihat semakin cantik disetiap detiknya, membuat Kyuhyun ingin menghentikan waktu jika ia diberi kesempatan. Ia benar-benar tak sanggup untuk menahan pesona gadis itu lebih lama bahkan disaat seperti ini. Tidak! Namja itu tak bisa! Sampai kapanpun takkan bisa! Takkan bisa lepas dari jeratan pesona gadisnya.



…………………….



‘Bagaimana keadaan Ji Yeon? Bagaimana keadaannya? Apa ia hidup dengan baik tanpaku? Aku ingin tau bagaimana keadaannya saat ini. Aku ingin tau apa yang ia lakukan sekarang. Apa ia menghabiskan sarapannya pagi ini? Apa tadi malam ia tidur dengan nyenyak?’ Pertanyaan-pertanyaan itu mengisi hampir keseluruhan dari otak Kyuhyun. Nyaris disetiap detiknya, hanya wajah itu yang berseliweran dibenaknya. Benar-benar membuat namja itu menjadi setengah gila.


Ia tak tahu apapun tentang Ji Yeon, setidaknya beberapa bulan belakangan ini. Lebih tepatnya saat Ji Yeon memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Satu-satunya hal yang ia tahu dengan pasti saat ini adalah bahwa ia benar-benar sakit, benar-benar terluka karena yeoja itu. Namja itu marah, ya.. itu sebuah fakta. Ia merasa hatinya terbakar saat Ji Yeon mengucapkan kata-kata dingin tak berperasaan itu padanya, tapi sedetikpun tak pernah terbersit, bahkan dikhayalan terliarnya sekalipun tak ada celah untuk membenci gadis itu, karena jika Kyuhyun memejamkan matanya maka perlahan-lahan semuanya menjadi dingin.



Mwuhrago marhalji, uhdduhke bootjabeulji nado moreugejjanha
Uhdduhke nan uhdduhke hajyo
~Aku tidak tahu harus mengatakan
apa,
Atau bagaimana cara menahanmu
Bagaimana aku bisa,
Bagaimana aku bisa melakukan
hal itu~



“Sebenarnya apa maumu huh? Kenapa kau selalu mengikutiku? Apa kata-kataku kurang jelas?” Ji Yeon bertanya pada Kyuhyun, tapi tentu saja sudah tahu jawabannya sendiri. Kyuhyun terdiam, tak tahu harus mengatakan apa, tak tahu bagaimana caranya menahan yeoja itu, setidaknya sedikit lebih lama dari ini.


“Bagaimana aku bisa? Bagaimana aku bisa melakukan hal itu?” Tanya Kyuhyun seraya menundukkan kepalanya menatap Ji Yeon dalam, masih mencoba menikmati segala keindahan yang terpancar dari wajahnya walau disaat yang sangat tidak tepat. Ji Yeon tetap mencoba untuk tenang ditengah kelimbungannya. “bisa apa? Hal apa?”


“aku tak bisa. Sampai matipun aku tak bisa berhenti mencintaimu, menjauh darimu” Ucap Kyuhyun tanpa mau bersusah payah menyembunyikan ketakutannya. Takut akan kehilangan gadis itu, walau nyatanya ia sudah kehilangannya.



Nanananana nanananana yoorichangedo nae noon wiedo
Eeseul maethyunne noonmool maethyunne jageun naetmooreul mandeune
~Nananana Nananana
Di depan jendela di depan
mataku embun tangisan pun
terjadi
Sebuah aliran kecil terbuat~



Ji Yeon menatap nanar ke luar jendela kamarnya. Hingga pagi ini, Kyuhyun pun masih tak terlihat dari jarak pandangnya. Ya.. memang inilah yang seharusnya terjadi. Bukankah ini yang terbaik? Dan bukankah ini yang Ji Yeon inginkan? Tapi sepertinya gadis itu belum dapat menerimanya, Ia bahkan masih merasakan sesak didadanya setiap mengingat kejadian itu. Ji Yeon bahkan tak habis pikir, bagaimana mungkin ia berani mengucapkan sebuah kata perpisahan pada namja itu? Pada seorang Cho Kyuhyun, namja yang bisa membuat lututnya lemas hanya karena menatapnya saja.



“hei… kita kan sudah 3 tahun bersahabat, bagaimana kalau sekarang kau jadi yeojachinguku?” Ucap Kyuhyun santai sambil memasukkan roti ke mulutnya.
“hmm? Apa?” Ji Yeon tersentak kaget.
“kau tuli huh? Kubilang bagaimana kalau sekarang kau jadi yeojachinguku? bagaimana? Kau dengar tidak? Apa masih tak dengar?”
“tunggu! Kau ingin jadi pacarku? Begitu?”
“hmm” Jawab Kyuhyun sambil mengangguk


“ah.. romantis sekali”
“kau menyindirku huh?”
“Menurutmu?” Ucap gadis itu sambil menatap Kyuhyun kesal.
“aish… lalu apa jawabanmu?”
“sebutkan satu alasan kenapa aku harus menjadi pacarmu”
“satu? Aku bahkan bisa memberimu seribu alasan”
“Aku hanya butuh satu” tolak gadis itu sambil menatap Kyuhyun dengan tatapan menantang yang sangat kentara.


Namja itu menatap ke arah jendela dengan tatapan menerawang “ng…. Karena kau menyukaiku?” ucap Kyuhyun sambil melemparkan tatapannya pada Ji Yeon yang langsung terbelalak “dari mana kau tau?” Ujar gadis itu dengan tubuh yang mendadak tegang. Bahkan dia bisa merasakan keringat mengucur dipunggungnya. Namun tatapan kaget gadis itu berubah menjadi bingung saat Kyuhyun menutup mulutnya dengan tangan dan sesaat kemudian tawa namja itu sudah menyembur keluar tanpa henti.


“Jadi aku benar? Kau menyukaiku? Padahal aku hanya mengarang saja tadi” Ucapnya dengan susah payah diantara tawanya, “Kau memang mudah ditipu ya” lanjutnya masih tergelak
“Tch,…”decak Ji Yeon, merasa sangat bodoh.
“baiklah! Jadi bagaimana? Alasanku bagus kan?”
“alasan model apa itu huh?”
“tapi alasanku cukup kuat kan?” godanya sambil tersenyum menatap gadis didepannya yang sudah bergerak gelisah ditempat duduknya. “Kyuhyun~a! Kurasa aku sudah gila! Ng…. aku mau jadi pacarmu” ucap Ji Yeon sambil memejamkan matanya, seperti mengatakan hal itu pada seorang Cho Kyuhyun adalah sebuah aib besar.




Bayangan itu mengalir sempurna dibenak Ji Yeon, membuat gadis itu benar-benar seperti merasa dipojokkan oleh pikirannya sendiri, seperti tak ada alasan lagi baginya untuk menahan air matanya. Akhirnya gadis itu menyerah, ia tak bisa berpura-pura sok kuat pada dirinya sendiri. Sebuah aliran kecilpun terbentuk melewati pipinya, sebuah tangisan. Sebuah kenangan yang memang sangat jauh dari kata romantis tapi tetap sangat berkesan untuk gadis itu.


Uhdduhke nan uhdduhke hajyo
Noon gameumyuhn heulluh naerilggabwa haneureul ollyuhbwado
Gyuhlgoogen mooguhwuhjin noonmool han bangwooreul delkyuhbuhrigo marajji
Uhdduhke Uhdduhke Dashin nuhl bol soo uhbseumyuhn nan uhdduhke
 Nan uhdduhke
Naeil achim nado moreuge juhnhwagi eh
~Bagaimana bisa, bagaimana aku
bisa melakukannya
Aku takut jika aku menutup mata mereka akan mengalir bahkan ketika aku melihat ke langit
Tangisanku,
Pada akhirnya menjadi lebih
buruk ketika jatuh,
Akhirnya ku temukan bagaimana
Bagaimana
Bagaimana jika aku tak bisa bertemu lagi?
bagaimana aku bisa?~


Kyuhyun menatap pantulan tubuhnya dicermin, ia melihat dirinya sendiri yang tampak menyeramkan. Sekarang sudah jam 5 pagi, namun namja itu belum juga membaringkan tubuhnya. Lingkaran hitam terlihat jelas dimatanya, ia sudah jarang sekali tidur bahkan nyaris tak tidur tiap malamnya dan itu semua hanya karena seorang gadis. Seorang gadis yang tak pernah gagal membuat detakan jantungnya menjadi tak menentu.


Mendadak Kyuhyun mendapat pencerahan, ia terlalu terpuruk hingga tak dapat berpikir jernih. Ia buru-buru mengambil ponsel di mejanya, lalu menelfon ibu Ji Yeon.


“Yeoboseo, Kyuhyun~a”
“Eomma, maaf mengganggu tidurmu”
“ah.. tak apa-apa!”
“eng… eomma sudah tau kalau hubunganku dan Ji Yeon…………”
“eomma tau!”


“emm….. apa eomma tau mengapa gadis itu…………..”
“Ada satu hal yang harus kau tau” Suara wanita paruh baya itu terdengar sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Wanita itu sedang berada dikamar putrinya yang sedang tertidur sekarang, dan ia tak mau putri tunggalnya itu terbangun apalagi mendengar percakapan via telfonnya. Ji Yeon eomma melangkah keluar kamar dan menutup pintu kamar Ji Yeon perlahan.
“eomma….. Kau disana?”
“Ne! Mianhae, eomma baru saja keluar dari kamar Ji Yeon”
“ah, ye”


“Kyuhyun~a, kau harus tau satu hal penting. Eomma yakin Ji Yeon akan sangat membenci eomma jika eomma mengatakan ini padamu. Tapi eomma rasa kau harus tau”
“apa itu?” Tanya Kyuhyun penasaran, ia bangkit dari posisinya dengan perasaan tak enak.
“Ji Yeon sakit. Ia terkena kanker otak stadium akhir, kami baru mengetahuinya 5 bulan lalu. Eomma sudah membujuknya untuk menjalani kemoterapi tapi ia selalu menolak. Dan dokter bilang……..” nafas wanita itu tercekat, ia tak dapat melanjutkan kata-katanya lagi. Matanya memanas diiringi dengan lelehan air mata dipipinya.
“eomma……” Panggil Kyuhyun pelan, ia juga merasakan hal yang sama. Ia menerima hentakan dahsyat di dadanya, pandangannya mendadak kabur. Kenyataan macam apa itu?
“dokter bilang umurnya takkan lama lagi. Ji Yeon takkan bertahan lama, bahkan sebulan pun tak…….. tak……… tak bisa” Ucap Ji Yeon eomma dengan nafas tersengal dan setelah ia berhasil mengucapkan kata terakhir itu, tubuhnya mendadak lemas diiringi dengan tangisnya yang kian kencang, wanita itu berusaha menutup mulutnya agar tak ada isakan berarti yang terdengar tapi sepertinya terlalu sulit dilakukan. Ia segera memutuskan sambungan teleponnya, benar-benar tak kuat lagi.


Kyuhyun terpaku, genggaman tangan pada ponselnya kian mengendur hingga akhirnya ponsel itu terjatuh begitu saja. Namja itu tak tau harus melakukan apa jika sudah begini, ia tak kuat dengan detakan jantungnya yang semakin cepat disetiap detiknya. Ia takut. Benar-benar takut akan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi. Ia memejamkan matanya lalu menengadahkan kepalanya, melihat langit-langit kamarnya, berusaha untuk tidak menjatuhkan satu tetes air sekalipun dari matanya.


Nan uhdduhke
Naeil achim nado moreuge juhnhwagi eh
~Bagaimana aku bisa
Besok pagi
Ketika aku tidak sadar meraih telepon~


Kyuhyun terjaga dari tidurnya, entah mengapa rasa kantuknya hilang begitu saja. Ia melirik jam dindingnya. Pukul 3 pagi. Akhir-akhir ini, namja itu memang sering sekali terbangun di pagi buta seperti ini. Kyuhyun bangkit dari posisinya dan menyandarkan kepalanya di kepala tempat tidur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba memfokuskan pandangannya yang sedikit kabur . Hingga ponsel yang terletak di atas meja kecil disamping tempat tidurnya berdering nyaring, memecah keheningan. Refleks, namja itu menoleh kearah ponselnya sebelum akhirnya mengerutkan keningnya. Siapa yang menelfon sepagi ini?


Ia mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel itu. Dan dengan cekatan segera mengangkat panggilan itu saat melihat nama yang terpampang dilayar ponselnya.


“Yeoboseo, Kyuhyun~a!”
“eomma! Ada apa?” Tanya Kyuhyun sepanik-paniknya, ia menyibak selimut yang tersampir asal ditubuhnya dan segera berdiri.
“J..Ji.. Ji Yeon” Ji Yeon eomma berbicara dengan suara bergetar dilengkapi dengan isakan yang terdengar jelas. Bisa dipastikan ini adalah sesuatu yang buruk.
“Ada apa dengannya?” Kyuhyun mulai gusar, ia sudah bersiap didepan lemari pakaiannya lalu mengambil hoody dan juga jeansnya.
“Keadannya memburuk. Sangat buruk. Eomma tak tau harus apa lagi! Dokter juga sudah terlihat putus asa. Ia bilang,………..”


“aku kesana! Sekarang” Tekan Kyuhyun sembari memutuskan sambungan teleponnya, tak perduli pada apapun yang dokter itu bilang. Mau bilang apa lagi? Umur Ji Yeon tak lama lagi? Aiish….. Umur gadis itu tak ada yang tau, takkan ada yang tau. Termasuk dokter sialan yang sudah membuat harinya tak tenang itu. Apa yang ia katakan? Umur Ji Yeon tak lama lagi. Bahkan kata-kata itu terlalu tabu untuk dicerna Kyuhyun. Dengan cepat, ia mengganti bajunya dan segera beranjak secepat yang ia bisa. Raut panik di wajahnya benar-benar tak dapat ditutupi, berkali-kali ia membanting pintu yang ia lewati, sehingga menghasilkan debuman keras yang memekakkan telinga.



………………………..



Kyuhyun bergerak gelisah didalam mobilnya. Pagi-pagi buta begini, kepalanya sudah berdenyut hebat. Ia berkali-kali memijit keningnya yang terasa sangat sakit ditambah dengan detakan jantungnya yang menggila, membuat rongga dadanya benar-benar sesak dan sakit. Ia melemparkan pandangannya jauh kedepan, ke arah sekelompok orang dengan seragam polisi yang sedang memblokir jalan. Mereka bilang baru saja terjadi kecelakaan yang menghasilkan ledakan dahsyat beberapa puluh meter didepan dan jalan itu tak dapat dilalui untuk beberapa saat.


Kyuhyun mengumpat penuh emosi dari dalam mobilnya sambil menekan klaksonnya tanpa henti, membiarkan bunyi nyaring itu menggema. Ia tak bisa apa-apa lagi sekarang. Rumah Ji Yeon masih cukup jauh dan ia tak bisa memutar balik mobilnya karena didepan dan belakangnya sudah ada beberapa mobil yang ikut terjebak. Keringat dingin sudah mengucur dipelipisnya, menggambarkan dengan jelas ketegangan dari pria ini.


Suara dering ponsel menggema, Kyuhyun segera menyambar ponsel yang ia geletakkan asal di kursi penumpang itu. Bulu romanya bergidik saat melihat nama Ji Yeon eomma tertera jelas dilayar ponselnya. Semoga bukan kabar buruk lagi atau bahkan kabar yang lebih buruk dari sebelumnya. Aish… membayangkan saja sudah membuat namja itu nyaris mati ditempat.


Ia mengangkat panggilan itu dan dengan perlahan mendekatkan speaker ponselnya ketelinganya, masih belum sanggup jika harus mendengar kabar yang tak ingin ia dengar.
“Yeoboseo” Ucapnya, namun tak ada jawaban.
“eomma” Panggil Kyuhyun namun kembali tak ada jawaban.
“Eomma kau disana?” Pria itu mulai khawatir, benar-benar tak ada jawaban yang terdengar dari seberang sana. Apa yang terjadi?
“Kyuhyun oppa” Terdengar suara lemah seorang gadis, membuat mata Kyuhyun langsung terbelalak.
“Ji Yeon?” panggil namja itu dengan suara berat, benar-benar  tak percaya.


“Oppa! Terima kasih untuk segalanya, terima kasih telah membuatku menjalani hidupku dengan baik dan terima kasih telah hadir dalam kehidupanku. Tapi aku……….” Suara gadis itu tersengal-sengal saat mengucapkannya.
“aku akan kesana sekarang! Jadi diamlah jangan mengatakan sesuatu yang bisa menyulut emosiku” Jawab Kyuhyun tegas, benar-benar tak suka dengan ucapan gadis itu.
“aku senang bisa mengenalmu. Aku berharap kau bisa hidup dengan baik tanpaku”  Seolah tak memperdulikan ucapan Kyuhyun, Ji Yeon tetap saja mengatakan hal-hal itu dan segera mematikan sambungan telfonnya secara sepihak.
“YAK! JI YEON” Pekik namja itu, namun terlambat. Sambungan sudah dimatikan sepersekian detik sebelumnya. Kyuhyun melemparkan benda elektronik itu ke kursi penumpang dengan penuh emosi, ia benar-benar tak bisa menerimanya.


Kyuhyun mengangkat kedua tangannya, melihat betapa gemetarnya jari-jarinya saat ini. Ia baru benar-benar mengerti akan arti perpisahan yang sesungguhnya. Tanpa berpikir panjang lagi namja itu segera berhambur keluar dari mobilnya dan berlari menembus blokiran polisi. Beberapa orang mencoba menghentikannya namun namja itu tak sedikitpun mengacuhkannya. Ia tetap berlari walau lututnya sudah lemas. Entah akan seberapa parah lecet yang akan menghiasi kakinya, mengingat rumah Ji Yeon yang masih beberapa kilometer didepannya dan seberapa kencang lari namja itu. Kini yang menjadi fokus utamanya adalah Ji Yeon, jantungnya sudah berdetak tak karuan dan kakinya sudah terasa seperti melayang. Langkahnya terasa kian berat dan menyakitkan, namun namja itu berusaha untuk mengabaikan rasa sakit itu, ia tetap berlari dan berlari dengan tatapan nanar yang tak terarah, benar-benar terlihat seperti orang gila. Ia tak tau harus mengeluarkan ekspresi apa, selain ekspresi kebingungan dan tolol seperti ini. Ia benar-benar merasa bodoh karena tak bisa menjaga gadisnya, gadis yang membuatnya jatuh cinta. Lagi dan lagi. Pikirannya sudah melayang jauh, ia takut, benar-benar takut akan kenyataan pahit yang bisa saja ia terima.


Hwagi eh
Soni daheumyuhn geuruhmyuhn naneun uhdduhke Nan uhdduhkharago
Wooseumyuh nuhege joheun moseup namkigo shipuh nuhreul bwajjiman
Gyuhlgoogen heulluh naeryuhjji
~Apa yang akan aku lakukan?
Beritahu aku apa yang harus ku
lakukan
Aku ingin tersenyum dan
meninggalkanmu dengan kesan
yang baik,
Tapi ketika aku menatapmu
Air mata akhirnya terjatuh~




Kyuhyun melangkah pelan menuju lantai atas rumah Ji Yeon. Ya.. menuju kamar gadis itu. Lututnya sudah bergetar lemas setelah berlari cukup jauh. Penampilannya pun sudah tak beraturan, keringat mengucur deras ditengkuk dan sekitar wajahnya. Namun itu semua tak dapat melunturkan kata ‘sempurna’ yang selalu tercermin darinya.


“eomma” Ia mendekat ke arah Ji Yeon eomma yang sedang bersandar didinding tepat disamping pintu kamar anak gadisnya. Mata wanita paruh baya itu bengkak dan pipinya basah, terlihat jelas dia sudah lama menangis.


“Kyu!” Panggil wanita itu lirih diiringi isakan tertahan. “Tersenyumlah” lanjut wanita itu sebelum akhirnya makin merundukkan wajahnya sambil menutup mulutnya. Hanya satu kata. Tapi terasa sangat menyakitkan bagi keduanya, apa? Ia harus apa? Tersenyum? Bahkan itu terasa sangat mustahil disaat seperti ini. Tapi namja itu berusaha untuk menggerakkan kepalanya dan mengangguk. Ia menarik nafas berat lalu mulai memegang gagang pintu kamar Ji Yeon dan mendorongnya perlahan.


Refleks, gadis yang sedang berbaring lemah diranjangnya itu menoleh ke arah pintu. Ia tersenyum pahit, sesaat setelah menyadari keberadaan Kyuhyun disana. Ia malu pada Kyuhyun, ia tak ingin namja itu melihatnya dalam keadaan semenyedihkan ini. Ia tak berkata apapun, ia sudah cukup mengerti mengapa pria itu kesini. Pasti eommanya yang menyuruh Kyuhyun datang. Tadi Ji Yeon memang sempat meminta pada eommanya untuk menghubungi Kyuhyun, ia ingin mendengar suara namja itu untuk terakhir kalinya, hanya suara. Sebenarnya ia sangat ingin bertemu dengan Kyuhyun, namun ia tak siap. Tapi sekarang sepertinya sudah tak ada alasan lagi untuk menjauh, toh… sekarang semuanya telah jelas. Ia akan mati, mungkin dalam hitungan beberapa menit kedepan. Ia memang sudah merasakan sakit luar biasa diseluruh tubuhnya, namun gadis itu masih berusaha menyembunyikannya dengan cara terus tersenyum, tak ingin membagi rasa sakitnya pada siapapun.


Kyuhyun duduk dipinggir ranjang, mencoba menarik sudut bibirnya untuk memberikan sebuah senyuman, dan itu adalah hal tersulit yang harus dilakukan saat ini. Ji Yeon membalas senyumnya dengan tulus, berpikir mungkin saja itu adalah hal terakhir yang bisa ia berikan. Kyuhyun memandangi tubuh kurus gadis itu, keadaan yang sangat mengkhawatirkan, wajahnya terlihat terlalu pucat dan bibirnya memutih.


“kau akan segera sembuh” Ucap namja itu parau sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi gadis itu lembut. Ji Yeon tersenyum lirih, “Mencoba menghiburku, huh?”
“dimana dokternya? Kenapa kau tak mengenakan infusmu?” Tanya Kyuhyun setelah melihat tubuh gadis itu terbebas dari selang infus. “aku menyuruhnya pulang. Aku bosan memakai selang tak berguna itu. Pada akhirnya aku akan mati juga kan?”
“Yeon~a! Hentikan ucapanmu itu! Umurmu masih panjang” Ji Yeon tersenyum getir mendengar ucapan Kyuhyun. Namja itu masih berpura-pura bodoh atau apa? Ia pasti mati, hari ini juga.



“mianhae Kyu! Aku  tak bisa”
“hmm?”
“Tak bisa menjadi ibu dari anak-anakmu. Tak bisa menjadi orang yang pertama kau lihat saat membuka matamu, tak bisa menjadi orang yang terakhir kau lihat saat menutup matamu dan masih banyak lagi. Kuharap kau bisa mendapatkan yeoja yang jauh lebih cantik dariku.” Ucap Ji Yeon dengan pandangan yang mulai memudar. Kepalanya sudah berdenyut kencang dan dadanya sudah kembali sesak.  Kyuhyun mengabaikan ucapan gadis itu, tak berniat merekamnya sama sekali.


Ji Yeon meletakkan telapak tangannya dimulutnya dengan cepat saat merasa ada yang mengganjal ditenggorokannya. Ia batuk-batuk beberapa kali dan hasilnya, beberapa bercak darah terlihat ditelapak tangannya. Dengan cekatan Kyuhyun segera mengambil tisu dan membersihkan darah ditelapak tangan gadis itu. Ia mengambil beberapa lembar tisu lagi dan mulai mengusapkan perlahan dibibir gadis itu, membersihkan darah yang tertinggal disana dengan penuh perhatian. Ia sudah tau akan begini, dan ia tak berniat untuk berkomentar.


“waktuku semakin sedikit!”
“anio! Tetaplah disini” Ucap Kyuhyun berat, ia mengerti dengan jelas apa yang akan terjadi selanjutnya namun masih bersusah payah mencoba menghibur dirinya sendiri dan juga gadis yang sedang berbaring lemah didepannya, walau sebenarnya itu tak berpengaruh sama sekali bagi keduanya.


“Kyuhyun oppa! S..sa..saranghae” Ucap gadis itu pelan dan terbata-bata, seolah menahan rasa sakit yang amat sangat.
“Nado Yeonie-ya” Ucap Kyuhyun lalu menghembuskan nafasnya dan mendekatkan wajahnya kewajah Ji Yeon. Ia menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu dalam satu lumatan ringan. Ji Yeon mengulurkan tangannya ke pipi Kyuhyun, menangkupnya pelan. Dengan posisi seperti ini, Kyuhyun dapat merasakan detakan jantung dan juga nafas Ji Yeon yang terdengar tidak karuan, seperti terasa sangat berat, sulit dan menyakitkan. Dan Kyuhyun tak berani membayangkan betapa sakitnya Ji Yeon saat ini, membuat ia berpikir dua kali untuk menahan gadis itu disini. Bagaimana menurut kalian? Menahan gadis itu disini? Menyuruhnya untuk tetap hidup dan setiap harinya merasakan rasa sakit seperti ini? Kyuhyun bahkan nyaris gila hanya dengan memikirkannya saja.  Hingga lama kelamaan, detakan jantungnya terdengar lemah, lemah dan semakin lemah hingga 
akhirnya……………….


Kyuhyun membuka matanya cepat, saat tiba-tiba tangan Ji Yeon yang sedari tadi menyentuh pipinya mengendur hingga akhirnya terjatuh begitu saja. Kyuhyun segera menegakkan tubuhnya dan menatap Ji Yeon tak percaya, mata gadis itu sudah tertutup rapat.


“Yeonie! Ji Yeon~a! Ireona” Ucap namja itu panik lalu segera bangkit dari duduknya. Ia menepuk pipi Ji Yeon pelan, namun yeoja itu masih tak bergeming. Kyuhyun segera meraih pergelangan tangan gadis itu dan memeriksa denyut nadinya……………………… namun……………………. Sudah tak ada………………….


Ji Yeon pergi, pergi untuk selamanya. Namja itu masih tersenyum dengan mata yang tertuju pada Ji Yeon yang sudah tak bernyawa lagi. “aku akan hidup dengan baik Ji Yeon~a! Untukmu! Terima kasih untuk semuanya” Ucap namja itu parau dan diakhiri dengan tetesan air mata yang mulai terjatuh. Ia mengangkat sedikit tubuh gadis itu lalu memeluknya, merasakan kenyamanan yang takkan mungkin bisa ia dapatkan dari seorang Park Ji Yeon lagi.


Kematian akan menjadi bukti kalau cinta abadi itu memang ada. Setidaknya, walaupun pada akhirnya seseorang yang ditinggalkan harus menemukan kehidupannya yang baru namun hakikatnya, sampai akhir mereka benar-benar tetap bersama. Masing-masing dari mereka tidak mau beranjak sedikitpun dari sisi yang lain, namun apa yang harus diperbuat jika mereka akhirnya berpisah karena kematian?



END


hola.... I'm back! Setelah lebih dari 2 minggu menghilang aku balik bawa ff gaje ky gini...

Mian, kl ternyata ini malah terkesan maksa, g jelas atau bahasanya yg msh jelek
aku masih belajar.
kl feel? mungkin aku emang g bakat bikin cerita sedih kali ya..
 makasih bg yg dah mau baca, siapapun n dimanapun


bye.. bye..

Please leave a comment n reaction for me


Comments

Popular Posts