Your New Face - part 3 (Mwo? Trip with That Devil?)
cast : Lee Donghae, Im Yoon Ah, Lee Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk
“kau ingat apa yang telah kau lakukan kemarin
terhadap ku?”
“mwo?”
“ne kemarin. apa kau sudah lupa? bagaimana
kalau aku membantu mu untuk mengingatnya. kemarin kau terjatuh dan aku
menggendong mu menuju ke sofa..”
“ya! aku
tak pernah meminta bantuan mu!” pekik Yoona yang sedari tadi sudah
menahan amarahnya terhadap sosok namja yang duduk disampingnya itu.
“dan kau ingat ketika kau meminta ku untuk
mengambilkan mu air?”
Yoona kembali diam. Tetapi kini matanya
beralih menatap tajam kearah sosok namja itu.
“itu adalah hutang ketiga mu.” balasnya
dingin.
“bo? hutang? ketiga? apa maksud mu?” pekik
Yoona yang tak terima atas tuduhan namja itu.
“ne, hutang ketiga mu. kau ingat kan ketika
kecil dulu, ketika kau....................”
“Donghae-ah.....” panggil seseorang membuat
Donghae menghentikan ucapannya.
Orang itu pun mendekat ketempat Donghae dan
Yoona berada.
“ada apa?” tanya Donghae.
“aku disuruh memanggil mu. ahjumma dan
ahjussi telah menunggu kalian.” ucap orang itu.
“kalau begitu, ayo kita kesana.” kata Donghae
sembari beranjak menarik namja yang memanggilnya itu, dan membiarkan Yoona
sendiri.
~ dinning room ~
Keluarga Lee dan keluarga Im sedang menyantap
makan malam bersama, tak terkecuali Eunhyuk. Namja itu pun juga ada berasama
mereka.
“sudah lama ya kita tidak berkumpul seperti
ini lagi.” ucap Nyonya Lee.
“ne. kalau tidak salah terakhir ketika
perpisahan Donghae bukan?” sambung Nyonya Im.
“ne. tak terasa ya, sekarang Donghae, Yoona,
dan Hyukjae sudah besar.”
“oh iya Yoona, bagaimana sekolah mu?” tambah
Nyonya Lee lagi.
“em.. sejauh ini lanjar ahjumma.” jawab Yoona
seadaanya.
“jinja? dulu ketika ahjumma seumur kamu,
ahjumma malah merasa bosan dan menginginkan banyak libur. apakah kau
merasakannya juga?” ceritanya.
“ah.. annie ahjumma.”
“haha... dia hanya menutupinya. dia sama
seperti kita dulu. bahkan belakangan ini dia sering terlihat lelah dan tak
semangat.” kata Nyonya Im.
“eomma...” rajuk Yoona yang tak terima dengan
kata-kata Nyonya Im.
“ya. kau tak usah menutupinya.”
“benarkah Yoona? wah... kebetulan. Donghae
baru saja mendapatkan tiket berlibur ke Jeju. bagaimana kalau kau ikut
bersamanya?” usul Nyonya Lee.
“ah.. annio ahjumma. tak usah.” tolak Yoona.
“tak apa Yoong. kau kan bisa sekalian
refreshing. bukannya tiga minggu kedepan kau libur.” kata Nyonya Im membuat
Yoona kehabisan kata-kata untuk menolak tawaran itu.
“tapi.....”
“tak apakan Donghae-ah?” kini Nyonya Lee
berbalik bertanya kepada Donghae.
Sementara Donghae hanya diam dan masih asik
memakan makanannya.
“kalau kau diam, berarti kau setuju. kalau
tidak salah penerbangan ke Jeju itu Hwayoil. apakah kau bisa Yoona? kalau tidak
biar ahjumma tukarkan tiketnya.”
“tak usah repot-repot. Yoona bisa kok, iya
kan Yoong?”
“ah.. em.. ne.. ahjumma.” ragu Yoona.
“yasudah kalau begitu. oh iya, Hyukjae-ah..
kau juga ikut.”
“mwo? nan ahjumma?”
“ne. kau.”
“baiklah ahjumma.” jawab Eunhyuk dan kembali
melanjutkan makannya.
Yoona POV
~ Seoul Art University ~
Ku parkirkan mobil ku sebelum berjalan masuk
kedalam kampus. Setelah itu barulah aku menyusuri koridor kampus menuju ruang
kelas ku. Karena kelas dimulai pukul delapan, dan sekarang baru setengah
delapan makanya aku tidak langsung masuk ke kelas. Aku malah masih asik
berbincang dengan teman-teman ku diluar ruang kelas.
“Yoona-ah...”
Terdengar suara seorang yeoja yang memanggil
nama ku. Ku balikan tubuh ku dan mulai mengedarkan mata mencari sosok yeoja
yang memanggil ku tadi. Mata ku terhenti pada sosok yeoja berambut hitam
panjang tanpa poni yang sedang melambai kearah ku.Yeoja yang samar-samar
sepertinya ku kenali. Ia berjalan
mendekat kearah ku. Dan benar saja, aku langsung refleks memeluknya ketika
jarak diantar kami hanya sekitar setengah meter saja.
“Sooyoung-ah...” balas ku tanpa melepaskan
pelukan diantara kami.
“kapan kau kembali?”
“kemarin. sepertinya banyak kabar yang
terlewatkan olehku.”
“mwo? kabar apa? oh iya, bagaimana
perlombaannya?”
“yah... tak jauh bedalah. juara satu berhasil
kita raih.” ucapnya dengan bangga.
“jinja? wah.... chukhaeyo Sooyoung-ah...”
pekik ku sembari kembali memeluknya.
“gomawo Yoong..”
Aku terdiam sesaat.
“Kalau Sooyoung sudah kembali berarti oppa
seharusnya juga sudah kembali..” fikir ku.
Tanpa fikir panjang, aku langsung berpamitan
dengan Sooyoung.
“Sooyoung-ah, aku pergi sebentar yah.” ucap
ku dan kemudiam langsung berlari meninggalkannya.
Samar-samar ku dengar Sooyoung
memanggil-manggil ku, tetapi aku tak memperdulikan itu. Aku malah semakin
mempercepat langkah ku menuju tempat dimana namja itu berada. Namja yang
merupakan namjachingu ku.
Setelah sekitar lima belas menit aku
mengitari seisi kampus, tetapi aku belum juga menemukannya.
“kemana dia? apakah dia tidak merindukan ku?
padahal sudah sekitar seminggu kami tak bertemu. tsk...” gerutu ku.
Ku hentikan langkah ku tepat disebuah ruangan
yang sedari tadi belum aku kunjungi. Ku buka pintu itu perlahan. Ku munculkan
kepala ku untuk memastikan apakah ada orang diruangan itu. Aku semakin mendorong
masuk tubuh ku, saat ku lihat sosok namja yang sedari tadi ku cari sedang
terduduk di sofa.
“Kyu oppa...”
Dia hanya menolah sebentar kearah ku dan tak
merespon panggilan ku. Sedikit bingung dengan sikap nya. Apa yang terjadi
dengan dia? Apakah dia salah makan tadi? Walaupun rasa bingung itu menyergap
ku, toh aku pun tetap berjalan menghampirinya.
“chukhae oppa...”
“oh.. gomawo.” jawabnya dingin dan singkat
semakin membuat ku bingung.
“wae oppa?”
“ah annie. ada apa?”
“huh? oppa kau aneh sekali, bukannya aku
sering melakukan ini setiap oppa kembali dari perlombaan.”
“oh..... oh iya, untung kau datang. ada yang
ingin aku katakan pada mu.”
tok..
tok.. tok..
Aku membalikan tubuh ku melihat sosok orang
yang mengetuk pintu.
“mwo? Seohyun? ada apa dia kesini?” batin ku
saat pintu terbuka dan terlihatlah sosok yeoja berambut panjang bergelombang
dengan mengenakan dress merah selutut.
“oppa...” panggilnya yang membuat ku
tercengang luar biasa.
Oppa? Kenapa dia memanggil Kyuhyun oppa
dengan sebutan oppa. Ada apa ini? Bukankah Kyunhyun oppa paling tidak suka
kalau ada yeoja yang memanggilnya dengan sebutan oppa selain aku.
“oppa? apa maksudnya?”
“oh kau Yoona-ah, mian karena membuat mu
terkejut. tapi sepertinya sekarang adalah saat terakhir mu memanggil Kyu oppa
dengan panggilan oppa.” ucapnya angkuh sembari berjalan merangkul Kyuhyun oppa.
Apa-apaan dia? Seenaknya saja merangkul
namjachingu orang. Dan apa maksud ucapannya tadi. Apa yang dia bilang? Saat
terakhir?
“Yoong mian, sepertinya kita akhiri saja hubungan
kita ini.” ucap Kyuhyun oppa dingin.
Aku semakin tercengang mendengar kata-kata
yang baru saja keluar dari mulutnya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal sekejam
itu?
“apa maksud mu oppa?”
“Kyu oppa sudah tak lagi mencintai mu Im Yoon
Ah. dan sekarang ia hanya mencintai ku seorang. hanya aku, Seo Joo Hyun.” jelas
yeoja tak tahu diri itu dengan menekankan sedikit nada bicaranya saat
mengucapkan namanya.
“mian Yoong...” ucap namja brengsek itu dan
masih terdengar dingin di telinga ku.
“huh... kau tak perlu minta maaf. lagi pula
sepertinya, saat ini memang saat yang tepat untuk mengakhiri hubungan tak jelas
ini. Dan aku tak sedikit pun menyesalinya. oh iya, gomawo nona Seo Joo Hyun,
kau telah menjadikannya namjachingu mu. jadi aku tak perlu repot-repot memikirkan
kata-kata untuk mengakhirinya.”
“oh iya, chukhae atas hubungan kalian. aku
harap kalian bahagia. annyeong...” sambung ku dan kemudian pergi meninggalkan
sepasang kekasih itu.
Tanpa ada rasa menyesal, ku langkahkan kaki
ku meninggalkan tempat itu.Sedikit bingung kenapa rasanya langkah ku bisa
seringan ini. Padahal biasanya, ketika yeoja-yeoja lain baru saja putus, mereka
seperti tak mampu berjalan. Mereka selalu saja jatuh terduduk dan mengeluarkan
air bening itu dari matanya. Sedangkan aku. Ini kali ketiganya aku putus cinta,
tetapi reaksi ku pun masih tetap sama dan bisa dikategorikan reaksi ku ini
adalah reaksi yang tidak wajar.
Aku berjalan memasuki kelas ku dengan riang.
Ku tempatkan tas ku diatas meja, dan mengeluarkan satu buah novel yang memang
sengaja ku bawa. Dan sepertinya Sooyoung serta Eunhyuk melihat tingkah ku ini,
mereka pun langsung menghampiri ku dengan tatapan aneh mereka. Mereka terus
menatap ku tanpa henti, tetapi aku tak memperdulikan mereka dan terus membaca
novel ini.
“ya Yoong. ada apa? sepertinya kau sangat
senang?” selidik Eunhyuk.
Aku langsung mengalihkan pandangan ku menatap
kedua sahabat ku itu. Ku pasang senyum terbaik ku didepan mereka. Mereka
menatap ku semakin aneh. Pasti mereka berfikir kalau aku sudah gila atau aku
baru saja tersambar setan penunggu kampus ini.
“aku baru saja putus.” jawab ku riang.
“BUYA? PUTUS?” seru tak percaya mereka
bersamaan, membuat ku harus menutup kedua telinga ku yang hampir saja dibuat
pecah oleh pekikan kedua orang ini.
“jinja? kau tidak sedang bercandakan?” tanya
Sooyoung.
Aku pun hanya membalasnya dengan anggukan
mantap serta senyum yang sedari tadi terus terpampang diwajah ku.
“mwo? kau baru saja putus tetapi raut wajah
mu sangat senang? kau benar-benar yeoja yang aneh.” ucap Eunhyuk sembari
kembali ketempatnya.
“aishh... dasar namja monyet.” gerutu ku saat
namja itu telah kembali asik dengan dunia nya.
“ngomong-ngomong bagaimana kau bisa putus?
kau putus dengan Cho Kyunhyun kan?”
“ya. apa maksud mu? tentu saja aku putus
dengan namja itu. memangnya aku seperti kau yang punya namjachingu lebih dari
satu.”
“ya. aku tak memiliki banyak namjachingu.”
bantahnya tak mau kalah dengan ku.
“lalu? Siwon oppa? Ryeowook oppa? Hangkyung
oppa? dan sekarang kau tengah dekat dengan namja monyet itu.” ujar ku dengan mengisyaratkan
sosok namja didepan ku itu.
“ah.. itu... ehm...”
“ㅋㅋㅋㅋ... kau jadi
gugup begitu. berarti benar dong. sudahlah mengaku saja...” ledek ku lagi, dan
sepertinya ledekan ku ini berhasil membuatnya menjadi kesal.
“sudah hentikan, tak usha membahas masalah
itu lagi. kita kembali ke topik awal. bagaimana kau bisa putus dengan Kyuhyun?”
“yah... seperti yang kau katakan. dia bukan
namja yang baik. dia selingkuh dengan Seo Joo Hyun sebelum dia putus dengan
ku.”
“bo? Seo Joo Hyun? Seo Joo Hyun yang pernah
berpacaran dengan Yonghwa ketua senat di kampus ini?”
Dan sekali lagi, aku hanya menganggukkan
kepala ku.
“jeongmal?” tanya nya lagi membuat ku agak
merasa kesal. Bagaimana bisa dia tidak mempercayai cerita ku dan malah terus
bertanya.
“kau benar Sooyoung-ah. Kyuhyun bukanlah
namja yang baik. dia menggunakan kepopulerannya sebagai vocalist band kampus
untuk mendapatkan banyak yeoja.”
“kan sudah ku bilang, kalau Cho Kyuhyun itu
playboy. aku mengenalnya jauh sebelum kau mengenalnya. ditambah aku dan dia
berada dalam satu band yang sama. tunggu.. tunggu... apakah kau menyesalinya?”
“mwo? menyesali? annio. untuk apa aku
menyesal telah putus dengan namja itu. aku malah senang telah putus dengannya.”
ungkap ku.
“mwo? senang? jangan-jangan kau... sejak
awal... tidak mencintainya. ya! apakah itu benar?” pekik Sooyoung lagi yang
hampir kembali berhasil membuat gendang telinga ku pecah.
“ehm... hehe... entahlah. aku sendiri juga
tak tahu.”
“ya! kau benar-benar Yoong.”
Dan saat itu pula, kami menghentikan
perbincangan diantara kami karena kelas sudah akan dimulai.
Aku keluar dari kelas bersama dengan kedua
orang yang sedari tadi sebuk berbincang sendiri tanpa mengindahkan keberadaan
ku. Sangat kesal rasanya ketika kita diacuhkan oleh orang yang kita kenal.
Tetapi apa boleh buat, sepertinya Sooyoung tengah melakukan pendekatan dengan
Eunhyuk. Terlihat sekali dari raut wajah serta gerak-gerik tubuhnya.
“aku pamit yah...”
“mwo? tumben sekali. biasanya kau paling
malas kalau kelas berakhir dengan cepat.” sahut Eunhyuk.
“ne Yoong. biasanya sehabis kelas berakhir
kau selalu ke cafetaria.”
“tak apa. lagi aku tak ingin mengganggu
kalian dan menjadi obat nyamuk diantara kalian.”
“maksud mu Yoong?”
“tak apa Hyukkie-ah.. Sooyoung-ah fighting...
kalau begitu aku pamit. annyeong...”
“ya Yoona-ah!!” pekik Sooyoung yang masih
dapat terdengar oleh ku. Aku pun kembali mempercepat langkah ku menuju mobil
untuk kembali pulang ke rumah.
~ kediaman Im ~
Aku berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamar. Ku pelankan langkah ku agar tak
membuat suara sekecil apa pun, agar wanita rese itu tidak mengganggu hari-hari
panjang ku ini. Belum selesai kaki ku ini melangkah menaiki tangga, suara
wanita itu sudah menggema memanggil nama ku.
“Yoona. itu kau? kau sudah pulang?”
“aish...” gerutu ku sembari mengacak –acak
rambut.
Wanita itu benar-benar membuat ku kesal.
Sudah tau yang dia lihat ini aku, ani nya, masih saja bertanya kalau aku sudah
pulang. Aku menghela nafas dan mencoba memasang tampang senang. Ku balikan
tubuh ku dan berjalan menuruni tangga.
“ada apa eomma?” tanya ku dengan sedik beraegyo.
“kau sudah pulang? tumben sekali.”
“ah itu karena... kelas berakhir dengan
cepat. apakah masih ada yang ingin eomma bicarakan?”
“annie.”
“kalau begitu aku ke kamar dulu eomma.” ucap
ku dan kembali menaiki tangga setelah eomma beranjak menuju ruang tengah.
“Yoong tunggu...” panggilnya lagi
membuat ku semakin kesal karena harus
kembali turun menghampirinya.
“aish... benar-benar. dia memang eomma terese
didunia ini. bagaimana bisa, baru saja dia bilang tak ada yang ingin
dibicarakan lagi dan sekarang ia kembali memanggil ku. arghh... aku benar-benar
frustasi kalau setiap hari harus seperti ini..” gerutu ku.
“ada apa eomma?” tanya ku dengan sedikit
menekankan suara ku dan juga memasang senyum yang ku paksakan.
“ah.. annie. nanti saja. kau pergilah ke
kamar dulu.” balasnya dan kembali berjalan meninggalkan ku yang masih mematung
kesal karena ulahnya.
“m.. a.. huh... sabar Yoona.. sabar... kau
jangan terbawa emosi. bisa-bisa kau tua sebelum menikah.” gumam ku dan kemudian
kembali menaiki tangga menuju ke kemar.
Ku rebahkan tubuh ku keatas ranjang. Sejenak
ingin aku melepaskan kaki ku yang terasa sangat sakit karena ulah eomma barusan.
Baru saja aku ingin beristirahat, telinga ku kembali mendengar suara nyaring
yang sepertinya berasal dari ponsel ku.
I wanna dance right now
We can show ‘em how the girls getdown
yes we go for more than zero
number one everyone should know check this
out
Ku lihat layar ponsel ku. Aku sedikit
menyipitkan mata ketika melihat nomor yang tertera di layar. Nomor yang tak ku
kenali. Dari pada aku hanya menebak-nebak, aku pun memutuskan untuk
mengangkatnya.
“yeoboseyo.”
“aku hanya ingin
mengingatkan. penerbangan besok pukul sembilan. jangan sampai terlambat.”
“m.. mwo?
penerbangan? nuguya?”
tut.. tut.. tut..
Aku masih terpaku bingung dengan ponsel yang
masih ku genggam. Siapa namja itu? Dari mana dia tahu nomor ku? Tunggu.. dia
bilang penerbangan. Penerbangan apa? Memangnya siapa yang akan pergi?
Aku masih terdiam memikirkan sosok namja yang
baru saja menghubungi ku. Sepertinya aku mengenali suaranya, tetapi aku tak
ingat itu suara siapa. Aku pun kembali merebahkan tubuh ku. Baru saja tubuh ku
beristirahat, suara itu kembali terdengar. Suara dari wanita itu lagi yang
memanggil ku. Aku pun hanya diam tak menjawabnya. Ku tutupi kepala ku dengan
bantal dan kembali menutupi tubuh ku dengan selimut. Tetapi suara wanita itu
begitu nyaring, hingga telinga ku masih dapat mendengar teriakannya. Dengan
kesal dan malas, aku keluar dari kamar dan berjalan menghampirinya. Aku kembali
menuruni tangga yang membuat kaki ku bertambah sakit.
“waeyo eomma?” tanya ku dengan nada malas.
Aku pun mengambil posisi duduk di sofa single
yang ada disampingnya.
“kau sudah mempacking perlengkapan mu?”
“perlengkapan? untuk apa?”
“YA!! kau lupa. kau benar-benar Yoong.
bukankah besok kau akan berlibur ke Jeju.”
“mwo? Jeju? jadi itu benar? bukan bercanda?”
“Yoong... memangnya eomma dan Lee ahjumma
pernah bercanda mengenai hal-hal seperti ini? tunggu... jangan bilang kalau kau
belum mempacking barang-barang mu?” tuduh eomma. Dan memang tuduhan yang tepat.
Aku hanya bisa diam dengan mengangguk pelan.
“YA YOONG!!! kau benar-benar ya. cepat kau
packing barang-barang mu sekarang. jangan bikin malu diri mu sendiri.” perintah
eomma disertai dengan anggukan pelan dari ku.
“baiklah. aku akan packing sekarang.” ucap ku
sembari bangkit menuju ke kamar.
Aku terduduk diatas ranjang. Otak ku masih
berpacu memikirkan kenyataan yang baru saja ku dengar.
“Berlibur di Jeju? Bersama dengan devil itu
pula? Apakah ini mimpi? Tolong segera bangunkan aku jika ini benar-benar
mimpi.” batin ku.
Ku acak-acak rambut ku, ketika aku menyadari
bahwa ini bukanlah mimpi. Liburan itu. Liburan terburuk yang akan aku jalani.
Liburan yang tak pernah aku impi-impikan sebelumnya. Otak ku kembali berputar,
ketika mengingat sosok namja yang baru saja menghubungi ku. Mungkinkah namja
itu adalah devil itu? Lalu bagaimana dia bisa tahu nomor ku? Atau... ini ulah
Eunhyuk. Segera ku ambil ponsel ku dan mencari nomor monyet itu. Sambungan
telephone ku tersambung dengannya, tetapi monyet itu belum juga mengangkatnya.
“yeoboseyo.” ucap ku saat ia
mengangkat telephonenya.
“yeoboseyo. ada
apa? tumben sekali kau menghubungi ku.”
“ya. aku hanya
ingin bertanya satu hal pada mu. kau harus menjawabnya dengan jujur.”
“nde?
pertanyaan? memangnya apa yang ingin kau tanya kan? tenang saja, aku akan menjawabnya dengan
jujur kok...”
“apakah kau yang
memberikan nomor ponsel ku kepada devil sialan itu?” sergah ku.
“m.. mwo..? a..
pa.. y.. a.. ng.....”
“YA! jadi benar,
kau yang memberitahunya. dasar monyet sialan. kau tak kalah sialannya dengan devil
itu!” geram ku.
“mi.. an.. hae..
Yoong... aku tak.....”
“sudahlah. tak
usah dibahas. aku akan memutus sambungan telephhone nya.” kata ku dengan
kesal.
“ya.. ya..
tung...”
tut.. tut.. tut..
Dengan kekesalan yang semakin memuncak. Ku
lemparkan seluruh bantal dan guling yang berada diatas ranjang kearah pintu
kamar. Ketika aku berhasil melemparkan bantal terakhir, tiba-tiba pintu kamar
ku terbuka. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok wanita yang
sekarang tak muda lagi, dengan wajah sangarnya mengambil bantal yang baru saja
mengenainya.
“IM YOON AHHHH?!!!”
“ah.. mianhae.. eomma...” sesal ku. Tetapi sebenarnya
aku tidak benar-benar menyesalinya. Ada perasaan senang yang ku rasakan.
“ㅋㅋㅋㅋ... tak ku
sangka lemparan terakhir ku mengenai wajah eomma. lagi.. siapa suruh dia masuk
tanpa mengetuk pintu.” batin ku.
Aku pun segera berjalan menghampirinya. Dan
dengan cepat, ku rebut bantal yang ia pegang sebelum bantal itu juga mendarat
sempurna di wajah ku.
“Im Yoon Ah! apa yang kau lakukan? bukannya
seharusnya kau mempacking barang-barang mu. tapi coba lihat sekarang. semua
seperti kapal pecah. bantal, guling semua bertebaran dilantai.” pekik eomma yang
terlihat sangat kesal dengan apa yang menimpanya barusan dan juga keadaan kamar
ku.
“ah.. ini....”
“cukup. eomma tak ingin mendengar alasan mu.
cepat kau bereskan semua ini. eomma akan kembali ke kamar mu dalam kurun waktu
lima menit. kalau kau tidak juga merapihkann semua ini, hukumannya adalah...
eomma tak akan mengizinkan mu menggunakan mobil mu selama satu bulan. arraseo?”
“bo? eomma....” rengek ku. Tetapi tak
mendapat respon darinya.
Melihat eomma hanya diam dan malah pergi
meninggalkan kamar ku, aku pun mengejarnya.
“eomma... kenapa mobil ku? eomma bisa
menghukum ku, tetapi tidak dengan menyita mobil ku. eomma..... ayolah....”
rengek ku diikuti dengan beraegyeo ria sembari meragkul tangannya.
“terserah kau saja Yoong, eomma tidak memaksa
mu utuk merapihkannya. tetapi kalau dalam waktu lima menit kamar mu belum
rapih, ya... eomma terpaksa mengambil kunci, stnk, serta sim mu.”
“mwo? eomma....” rengek ku lagi, tetapi kali
ini eomma tetap taki meresponnya. Dia malah masuk ke kamar dan menutup
pintunya.
“argghhh... sebentar lagi aku akan gila. apa
coba tidak memaksa? ini sih memaksa. hanya caranya saja beda. aishh.... kalau
lama-lama seperti ini bisa mati muda.” geram ku dalam hati.
“tinggal tiga menit Yoong. kalau kau hanya
berdiam diri di depan pintu kamar eomma, berarti kau merelakan mobil mu untuk
eomma.” teriak eomma dari dalam kamar.
“mwo? bagaimana dia bisa tahu? aishh... kau memang selalu bisa membuat ku
tunduk kepada mu..” batin ku.
“dua menit lagi Yoong...”
“ah.... ne.. ne.. eomma. aku akan
membereskannya.” jawab ku sembari berlari menuju ke kamar.
Ku rebahkan tubuh ku setelah kepergian eomma
dari kamar ku. Setelah hampir dua jam aku mendengarkan ocehannya terkait dengan
sikap ku. Rasanya telinga ku sudah mulai matang akibat kalimat yang ia ucapkan
tiada henti. Dan untunglah selama dua jam itu ia tidak hanya mengomel, ia juga
membantu ku mempacking perlengkapan yang ku butuhkan untuk dua minggu kedepan.
Dua minggu berlibur bersama devil itu, sungguh hal yang tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Tunggu.., apa yang baru saja aku katakan? Dua minggu? Berlibur?
“OMMOONNNAAAA!!!!!!!!!!!!” pekik ku disertai
lonjakan dari atas ranjang.
Aku benar-benar terkejut dan sangat tak
percaya. Berlibur? Dua minggu? Bersama devil itu? Bagaimana bisa? Dan tunggu,
kalau tidak salah keberangkatannya... adalah... besok.
“huh... ottokhae?”
Dengan lemas ku hempaskan kembali tubuh ku ke
ranjang. Kepala ku terasa sangat pusing. Dan belum sempat rasa pusing itu
hilang, suara wanita itu kembai terdengar, dan ini terdengar seperti suara
seoarang pembunuh yang siap membunuh korbannya.
“IM YOON AHHHH??!!!!!!”
Tak lama setelah suara teriakan itu
menghilang, kini suara pintu terbanting pun terdengar. Dan suara pintu itu
adalah suara pintu kamar ku yang dibuka dengan keras oleh wanita itu.
“Im Yoon Ah! kau sudah gila? kenapa kau berteriak sekencang itu? apakah tidak cukup
ceramah eomma selama dua jam tadi? huh? apakah itu masih kurang?”
“em... annie eomma, yang tadi sudah cukup.
telinga ku saja sudah hampir mat.....” aku menghentikan ucapan ku. Aku baru
saja sadar dengan apa yang baru saja terlontar dari mulut ku.
“ya Im Yoon Ah! kau benar-benar pabo!!” batin
ku.
“jadi maksud mu, kata-kata eomma tadi hanya
membuat telinga mu menjadi panas? huh?”
“ah... annio eomma. maksud ku... em....
maksud ku....”
“sudah lupakan. lebih baik kau cepatlah
tidur. jangan sampai besok kau terlambat.” perintahnya.
“ne eomma...” jawab ku pelan dan pasrah.
Ku helakan nafas ku setelah ku pastikan bahwa
pintu kamar telah ku kunci. Aku tak mau kejadian ini terulang lagi. Kejadian
dimana eomma akan memarahi ku, dan sebelum itu ia membanting pintu kamar ku.
Bukan karena aku takut pada eomma, tetapi bagaimana kalau pintu itu rusak
akibat ulah eomma. Aku harus tidur dimana? Di kamarnya? Mana boleh, eomma kan
eomma terpelit diseluruh dunia. Di atap rumah? Huft.... gila. Sudah dimarahi
eomma, dan sekarang kata-kata itu kembali bermain-main difikiran ku. Liburan?
Devil? Dua minggu? dan Jeju? Semua itu kembali berlari-lari riang difikiran ku.
Membuat rasa pusing kembali melanda. Aku pun kembali membaringkan tubuh ku
berniat untuk tidur mengikuti perintah eomma barusan, karena sepertinya saraf
otak serta saraf motorik ku tidak dapat bekerja secara bersamaan. Dan sebelum
itu, ku hidupkan alarm tepat pukul enam agar aku tak terlambat menuju bandara.
Dan setelah ku pastikan bahwa alarm itu akan berdering dengan nyaringnya, aku
pun menarik selimut dan menenggelamkan raga serta jiwa ku kealam bawah sadar.
Ku sipitkan mata ku karena sebuah berkas
sinar berhasil menghalingi penglihatan ku, dan seketika itu juga aku mendengar
suara nyaring yang entah dari mana asalnya. Tetapi aku tak benar-benar beranjak
bangun. Aku malah memejamkan mata dan membiarkan suara nyaring itu terus
berdering.
Ku buka mata ku perlahan saat wajah ku
benar-benar telah disinari oleh sebuah cahaya. Ku usap mata ku. Perlahan namun
pasti aku dapat melihat dengan jelas
semua yang ada diruangan ini. Aku pun mulai bangkit dan berjalan menuju kamar
mandi. Saat aku tengah membersihkan tubuh ku, terdengar suara pintu yang
terbanting dengann keras, dan dapat ku pastikan dalang dari semua ini adalah
eomma.
tok.. tok.. tok..
“ada apa eomma? aku sedang mandi.” teriak ku
dari dalam.
“bo? kau masih mandi? kau benar-benar Yoong.
pwa! sudah pukul berapa sekarang ini? apakah kau lupa, kau harus berangkat ke
bandara pukul tujuh. dan sekarang sudah lewat tiga puluh menit.”
“mwo? bandara? untuk apa?” tanya ku saat aku
keluar dari kamar mandi dan telah berpakaian.
pletak...
Sebuah pukulan berhasil mendarat dengan
sangat sempurna diatas kepala ku. Dan eomma lah yang melakukannya.
“au.... sakit eomma..” rintih ku.
“itu hukuman untuk mu. bagaimana bisa kau
lupa kalau hari ini kau akan pergi berlibur.”
“mwo? berlibur?”
Tunggu.. berlibur kata eomma. Memangnya, aku
akan......
“eomma... pukul berapa sekarang?” pekik ku
ketika ingatan semalam baru saja kembali ke otak ku.
Eomma tidak menjawabnya. Ia hanya menghela
nafas sembari melirik kearah jam dinding yang terpasang denga cantik disamping
foto ku.
“BUYA?? SETENGAH DELAPAN???!!!!” teriak ku
saat mata ku baru saja menangkap angka yang terpasang dijam itu.
Tanpa basa-basi lagi, aku kembali memasuki
kamar mandi dengan membawa pakaian ganti. Sekitar lima menit aku berada disana.
Aku pun beranjak menuju meja rias ku, sekedar untuk menyisir dan bermake up ala
kadarnya. Dan seketika itu pula, aku segera manarik koper ku berlari menuruni
tangga.
“eomma... appa... aku berangkat..” pamit ku
diiringi dengan larian kecil menuju pintu.
“Yoong tunggu...”
“ada apa appa?”
“kau mau berangkat dengan apa? taxi saja kau
belum pesan.”
Aku tersentak mendengar ucapan appa. Aku
belum memesan taxi? YOONA PABO!!! Bagaimana bisa kau lupa memesan taxi. Kau
benar-benar yeoja terseledor di dunia Yoona.
“yasudah, appa akan mengantar mu ke bandara.
tetapi appa hanya mendrop mu saja.”
“jinjayo appa?”
“ne. kajja...”
~ Airport ~
Appa mulai menepikan mobilnya. Dan sebelum
appa benar-benar menepi, aku telah lebih dulu membuka seatbelt ku agar ketika
appa sudah menepi aku bisa dapat segera berlari masuk.
“nah... sudah sampai.” ucap appa saat appa sudah
menepikan mobilnya.
“gomawo appa...” balas ku sembari memeluknya.
“ne. cepat kau masuk. oh iya Yoong, sekamat
berlibur ya...”
“ne appa.” kata ku sembari keluar dari mobil.
Ku lambaikan tangan ku saat mobil appa mulai
melaju. Aku baru berlari masuk kedalam saat mata ku tak lagi dapat menjangkau
mobil appa.
Ku edarkan mata ku ke sekeliling airport.
Mencari dimana sosok kedua namja itu.
“apakah aku sudah telat?” batin ku.
Aku pun melihat kearah jam tangan yang ku
pakai.
Setengah sembilan. Dan itu berarti aku belum
benar-benar telat. Tetapi dimana mereka. Aku pun kembali mencari keberadaan
mereka. Dan tepat, saat mata ku terhenti pada sebuah tempat tunggu, terdengar
suara seorang namja yang memanggil ku. Dan dapat ku pastikan dengan baik bahwa
suara itu adalah milik si monyet. Ku picingkan mata ku mencari dimana suara itu
berasal. Dan terlihat seorang namja mengenakan jacket hitam melambai kearah ku.
Aku pun berlari menghampirinya.
“mianhae....” sesal ku dengan nafas yang
masih terengah-engah.
“ha.. tak apa. yang penting kau datang dengan
selamat.”
“dasar yeoja teledor.” ujar devil itu sembari
berlalu begitu saja.
“ya. berhenti disitu.” pekik ku padanya.
Dia hanya berbalik menghadap ku dengan wajah
dinginnya.
“wae?” tanya nya saat aku telah berdiri tepat
didepannya.
“ya. apa yang kau katakan barusan? yeoja
teledor? apa maksud mu?”
Dia hanya tersenyum dingin dan itu semakin
membuat amarah ku ingin terlonjak keluar.
“memang benar kan, kau si yeoja teledor.
sejak dulu sifat mu itu tak dapat berubah. dan dapat ku pastikan, kalau kau
telat karena kau tidak peka dengan suara nyaring alarm yang kau pasang sendiri,
benarkan?”
Mwo? Bagaimana dia bisa tahu? Apakah dia
mengikuti ku? Dasar devil.
“kau diam. berarti itu benar.”
“YA! KAU....” pekik ku yang tak terima dengan
kata-katanya.
“jangan berteriak kepada ku. ingat kau masih
berhutang kepada ku. dan kau harus membayarnya saat kita di Jeju nanti.”
Aku semakin mengepalkan tangan ku mendengar
ucapannya. Bagaimana tidak? Pertama, dia mengatakan bahwa aku adalah yeoja teledor.
Kedua, dia menguntit ku sampai-sampai dia tahu apa yang terjadi dengan ku pagi
tadi. Dan ketiga, dia bilang berhutang. Hutang apa? Aku saja tidak ingat kalau
aku pernah berhutang padanya.
“kau lupa hutang mu?” tanya nya membuyarkan
lamunan ku.
“ya. hutang? hutang apa? memangnya aku pernah
berhutang kepada mu?” bentak ku yang masih tak terima dengan tuduhannya.
“apakah kau mau tahu?”
“ya. sudah hentikan. malu dilihat banyak
orang. lebih baik kita berangkat sekarang.” relai Eunhyuk yang sepertinya mengetahui
keadaan semakin memanas.
Namja itu pun hanya tersenyum dingin dan
kembali berjalan mendului. Aku yang kesal dengannya, hanya dapat mencibirnya
dari belakang.
- the other side -
Aku hanya menatapnya dan tersenyum dingin
kearahnya. Lantas aku pun berlalu tanpa mengindahkannya.
“kau akan membayarnya Yoong. ketiga hutang
mu itu. hutang terdahulu mu, hutang
saat kita masih bersama.”
To Be Continued^^,
annyeong yeorobeun:) Your New Face is back. are there readers who still wait this part? i hope that. by the way... what readers think about this part? bad? good? interesting? i hope readers don't disappointed with the story, and mian... jinja mianhae if the story make readers don't feel happy...감사합니다 ^^
Wah kerén thor FFnya tambah gaje aja.. Hehe lanjut ya thor ..
ReplyDeleteFighting,, fighting .. Fighting..
gomawo Nadya udah baca dan kasih dukungan buat author:) *author bow down*
Deleteditunggu aja yah part selanjutnya:)
kyaaa evil hae and childish yoong :D lanjut ya unn! ga sabar nunggu trip mereka! ayo hae kejar yoong! kekkekeke
ReplyDeletehehe ne. mudah-mudahan bisa cepet publish ya:) gomawo^^
DeleteEonni, *bow 90 derajat, udh lama nih aku nunggu FF ini!!
ReplyDeleteayo cepet lanjutin yahh eonni..#narik2 baju author buat cpet2 selesain FFnya
pokoknya YoonHae harus bersatu yah eonni..
ayo Hae terus kejar yoong sampai dapat..
FIGHTING eonni, buat bikin lanjutannya!! ^^
jinja? *author loncat ke girangan*
Deletene. mudah-mudahan aku bisa cepet-cepet publish part 4 nya:)
jeongmal gomawo Narsa^^, *bow down yang lama kayak Super Junior oppadeul*