I Choose You (3rd Story)
“Ng… Namjachinguku?” Sebuah pernyataan yang lebih terdengar seperti pertanyaan itu benar-benar sukses membuat Ryeowook terperangah, otaknya terasa macet dan tak dapat mencerna ucapan itu. Apa-apaan itu? Beberapa detik yang lalu, gadis didepannya telah mengatakan sebuah kata yang cukup frontal, kurang lebih menyinggung lamaran, seolah gadis itu sedang memberinya kesempatan atau semacamnya dan sekarang, dalam sekejap gadis itu pula yang mematahkannya.
“Angkatlah” Ucap Ryeowook serak sambil menatap yeoja yang
masih tampak gelisah itu. Yoora segera berdiri, masih dengan raut wajah ragu.
“Aku permisi dulu oppa” Ucapnya pelan lalu berjalan menjauh, meninggalkan
Ryeowook yang masih termangu. Namja itu merasa seperti orang bodoh sekarang, ia
kira ia sudah sangat mengenal gadis itu, tapi ternyata? Ia tak tau apa-apa,
bahkan hal sepenting itupun ia lupa. Sebenarnya bukan lupa, ia hanya tidak
mengira jika Yoora sudah mempunyai namjachingu. Sama sekali tidak terlihat
dari sikapnya.
Lee Yoora. Ia memberikan sebuah rasa yang berbeda bagi
Ryeowook, rasa dimana mungkin orang akan berpikir bahwa itu adalah CINTA. Tak
terkecuali namja itu, ia salah mengartikan semuanya. Entah ianya saja yang
terlalu berlebihan atau memang sikap Yoora yang seolah memberinya kesempatan
itu yang berlebihan.
Yoora berjalan menjauh dari Ryeowook lalu mulai mengangkat
panggilan itu.
“Ne oppa, wae?”
“kau direstoran? Aku jemput ya..”
“tumben sekali. Ada
apa?”
“Aku mau menceritakan sesuatu padamu”
“ah.. bagaimana ya?
Ng… aku…”
“Aiish…. Yoora-ya! Jebal” Sergah namja diujung telepon itu
cepat. Benar-benar tak ingin mendengar kata penolakan dari yeojachingunya.
“tck… baiklah!”
Yoora memutuskan sambungan telepon itu cepat, lalu segera beranjak
kembali ke kursinya. Kali ini keheningan benar-benar menguasai mereka, tak ada
satupun yang angkat suara. Hingga ponsel di saku celana Ryeowook bergetar,
menandakan panggilan masuk. Dengan cepat namja itu mengangkatnya dan
menempelkan speaker ponselnya tepat ditelinganya.
“Yeoboseo”
“kau dimana?” belum sempat Ryeowook menarik nafas, hyungnya
sudah melanjutkan ucapannya lagi.
“ah.. jangan jawab!
Pasti direstoran gadis itu kan? Aku kesana sekarang! Temani aku mencari DVD.
Aku sampai 2 menit lagi” Ryeowook mendesah, benar-benar tak diberi kesempatan
bicara sama sekali oleh hyung sakit jiwanya itu. Dan kini sambungan teleponnya
sudah terputus.
“ada apa?” tanya Yoora hati-hati
“Hyungku……….. akan
menjemput! Mian aku tak bisa mengantarmu pulang”
“ah.. gwenchana! Aku juga akan dijemput” Jawab Yoora kikuk,
sementara Ryeowook hanya menganggukan kepalanya sebagai respon. Tak berniat
bertanya, `dijemput oleh siapa?` karena
ia sudah tau jelas jawaban apa yang akan keluar dari bibir gadis didepannya.
Tin Tin
“kau mau aku menunggumu sampai namjachingumu datang?” Tawar
Ryeowook saat melihat mobil hyungnya sudah berada tepat didepan restoran.
Belum sempat yeoja itu membuka mulutnya, pintu kaca restoran
menjeblak terbuka. Membuat keduanya menoleh dan mendapati sesosok namja
berwajah datar tanpa ekspresi, seolah tak merasa bersalah atas perlakuan yang benar-benar sukses
membuat Yoora menjerit dalam hati. Pikir saja, pintu restoran itu adalah pintu
kaca dan namja itu membantingnya begitu saja. Bagaimana jika kacanya pecah?
“Gila” desis Ryeowook saat melihat hyungnya berdiri diantara
pintu yang terbuka lebar masih dengan tangan melebar kesamping, menahan pintu
itu. Apa setiap melakukan sesuatu harus diam dan berpose dulu? Apa ia kira ada
yang mau mengambil gambarnya saat itu?
“Aku tak gila. Aku tepat waktu” jawab Heechul, membuat
Ryeowook mendengus. Entah kekuatan dari mana Heechul bisa mendengar gumaman adiknya yang nyaris tak terdengar. Dan Ryeowook, sama sekali tak
mau repot-repot bertanya bagaimana-namja-pemilik-sejuta-keanehan-itu bisa mendengar
ucapannya. Jawabannya? Karena namja itu abnormal, ia rasa jawaban itu sudah
lebih dari cukup utuk menjelaskan.
Ryeowook kembali menoleh pada Yoora, “Tak usah! Sepertinya
hyungmu sudah tak sabar” Bisik Yoora.
“Tak usah bisik-bisik, aku dengar” Ucap Heechul sedikit
berteriak. Tak perduli walaupun semua yang ia ucapkan terasa begitu mengganggu
bagi adiknya yang sudah menghela nafas berkali-kali, mencegah emosinya
membludak dan akhirnya melemparkan meja didepannya ke wajah mulus hyung
satu-satunya itu.
“baiklah! Aku duluan” Ucap Ryeowook sambil tersenyum dan
berdiri didetik berikutnya. Yoora menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis
lalu ikut berdiri. Ryeowook berjalan menghampiri hyungnya yang masih `berpose`
diantara pintu yang terbuka lebar itu.
“Ryeowook oppa!” Panggil Yoora, membuat Ryeowook berhenti
dan menoleh
“ne?”
“gomawo, emm…. untuk hari ini” jawab Yoora sambil sedikit
menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Dalam raut wajah Yoora,
terlihat rasa bersalah yang jelas. Gadis itu merasa tidak nyaman dengan situasi
ini, memang Ryeowook tidak memperlihatkan ketidaksukaannya secara gamblang,
tapi tetap saja ia merasakan ada aura tidak bersahabat yang mengelilingi
mereka. Ryeowook mengulum senyumnya sambil mengangguk kecil dan akhirnya kembali
melanjutkan langkahnya.
…………………………
Heechul’s car
“gomawo untuk hari ini? Memang kau sudah berbuat apa saja
dengannya?” Heechul teringat lagi kata-kata Yoora di restoran beberapa menit
yang lalu. Heechul melirik sekilas adiknya yang masih terdiam dikursi
penumpang, mengamati jalanan didepannya dengan tatapan kosong.
“ish! Kau dengar tidak? Sepertinya hubungan kalian mengalami
kemajuan”
“ne.. hubungan kami memang memiliki kemajuan yang pesat tapi
kemundurannya 2 kali lipat lebih pesat” Ryeowook membuka mulut.
“kemunduran macam apa?” Tanya Heechul membuat Ryeowook
mengangkat kepala kemudian mendesah “dia sudah punya namjachingu”
“Lalu?” Mata Ryeowook memicing, “LALU? ITU MASALAHNYA” Jawab
Ryeowook, emosi mendengar pertanyaan hyungnya.
“ck…… itu bukan masalah. Tinggal rebut saja kenapa susah
sekali? Jadilah namja egois sekali-kali! Jangan terlalu pasrah pada keadaan”
Ryeowook memijit kepalanya sambil membuang pandangan, mencegah otaknya untuk
memproses kata-kata Heechul, benar-benar tak berniat untuk mengikuti kata-kata
itu.
“Ah.. sudahlah! Lupakan masalahku! Sekarang kau, kenapa tak mengajak Soo Bin noona saja? Kenapa harus mengajakku?”
“Idiot”
“YAK”
“Kau pikir saja, mana mungkin yeoja itu mau menemaniku?
Lagipula sekarang saja dia tak ada di rumah. Entah kemana” Heechul menutup
matanya sejenak, namun dengan cepat
membukanya lagi. Kembali fokus pada jalanan didepannya.
“Dia pergi tak memberitaumu?”
“mana mungkin dia memberitauku huh?”
“aku tak mau punya kehidupan rumah tangga sepertimu hyung” Sesaat setelah itu, Ryeowook sudah mengeluarkan cengiran lebar saat dengan tiba-tiba Heechul menatapnya tajam, seolah ingin menelannya saat ini juga. “cih… kau pikir aku senang?” gerutu namja pemegang kemudi itu.
“Hyung! Itu! Soo Bin noona” Pekik Ryeowook sambil menunjuk ke tepi jalan, lebih tepatnya ke sebuah etalase toko sepatu dipinggir jalan yang sedang mereka lewati. Heechul segera menoleh dan membulatkan matanya saat itu juga. Tanpa diperintah, mobil itu berbelok cepat, membuat beberapa kendaraan disekeliling mereka ikut memutar karena kaget, tak terkecuali Ryeowook yang sudah tersentak kesamping.
“YAK hyung! Kau mau mati?” Jerit Ryeowook sambil mengaitkan jari-jarinya erat pada pegangan tangan yang tersedia. Heechul memutar kemudinya seperti orang yang kerasukan, ia memarkir mobilnya sembarangan bahkan hampir menabrak beberapa pejalan kaki. Bunyi ban yang berdecit terdengar jelas, diiringi dengan mobil yang berhenti tepat sebelum etalase toko didepannya. Ryeowook masih spot jantung dan tangannya masih gemetar saat tiba-tiba Heechul membuka pintu mobilnya dengan tampang geram nan mematikan, membuat siapapun yang melihat akan memilih untuk mati.
Ryeowook menghela nafasnya berat lalu ikut turun, ia tak
berani mendekat, ia lebih memilih menjaga jarak dengan ketiga orang yang sedang
berdebat itu. Oh.. mungkin lebih tepatnya dua orang yang sedang berdebat,
karena namja yang satu lagi hanya berdiri mematung.
Soo Bin memaksa wajahnya mendongak dan menatap ‘suaminya’
itu.
“pulang sekarang” ucap Heechul dingin diiringi gigi yang
bergemertak.
“Apa urusanmu? Aku mau pulang atau tidak kurasa itu bukan
urusanmu” ucap gadis itu angkuh. Bahkan dengan terang-terangan, Soo Bin
mengaitkan lengannya pada namja disampingnya, Kim Ji Hoo. Namja yang saat ini
berstatus sebagai namjachingunya. Gila. Benar-benar gila.
Heechul tak memperdulikan ucapan yeoja itu, ia menggeram
kasar saat melihat kelakuan Soo Bin yang dianggapnya terlalu frontal. Ia
menarik lengan yeoja itu sampai terlepas dari lengan Ji Hoo dan dengan segera
membawanya menuju mobil, tentu saja dengan pemberontakan besar-besaran yang
dilakukan Soo Bin, ia menggeliat, berteriak hingga memukul-mukul lengan Heechul.
Namun namja itu terlihat mati rasa. Pandangannya lurus kedepan, tak perduli
pada pukulan keras ditubuhnya juga tatapan heran pedestrian yang tertuju padanya.
Heechul membanting tubuh gadis itu ke kursi penumpang dan menutupnya cepat lalu setengah berlari, ia mengitari mobil dan menarik pintu kemudi. Ryeowook ikut berlari dan hendak menjangkau pintu belakang, namun TAPP pintu itu terkunci diiringi dengan deru mesin mobil yang mulai melaju.
“YAK! HYUNG! AKU DISINI! HYUNG” Jerit Ryeowook sambil mengibas-ngibaskan tangannya pada mobil yang sudah jauh melaju itu.
…………………………..
Heechul’s Apartment
“Bisa beritau aku alasan logis kenapa kau menyeretku pulang? Kau tak berhak sedikitpun mengatur hidupku!” Ucap Soo Bin penuh penekanan.
“alasan logis huh? AKU SUAMIMU. Apa itu kurang masuk akal
menurutmu?”
“yakin? Kau benar-benar sadar berbicara seperti itu? Kau
sadar dengan ucapanmu? Kau benar-benar memposisikan dirimu sebagai seorang
suami? Suami macam apa? Suami yang menelantarkan istrinya begitu saja?”
“aku? Menelantarkanmu? Kau bahkan tak pernah menganggapku
ada”
“Lupakan! Kenapa kau menggangguku dengan Ji Hoo oppa? Kau tau? Hari ini ia ulang tahun”
“ck.. bodoh! Apa pantas seorang yeoja besuami memiliki namjachingu?”
“kau sendiri yang membuat perjanjiannya kan? Kau bilang kita
tak boleh mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Kau bilang tak ada yang
berubah selain status? Kau sadar tidak? Kau sudah menghancurkan hidupku, kau
tau itu? Kau pikir aku bahagia menikah denganmu? Kau pikir aku bahagia
dijadikan barang taruhan?” Soo Bin menjerit frustasi setelah mengutarakan isi
otaknya selama ini, kenyataan pahit yang membuatnya selalu ingin segera
bercerai.
“aku………” Ucap pria itu bergetar, ia ingin mengatakan sesuatu tapi menahannya dalam hati.
“apa? Kenapa?” Ucap Soo Bin histeris dengan lelehan air mata
dipipinya.
“dia jahat. Pria itu jahat. Jangan Ji Hoo” Jawab Heechul
pelan.
“Apa perdulimu?”
“aku hanya tak ingin sesuatu yang buruk menimpamu. Itu saja!
Apa itu salah?”
“sesuatu yang buruk sudah menimpaku 5 bulan lalu dan aku
yakin takkan ada yang lebih buruk dari itu” cibir Soo Bin dengan nada mengejek
yang terlalu kentara.
Heechul mendengus, tapi tidak membantah karena itu memang kenyataannya. Taruhan konyol itu, membuat keduanya tidak memiliki pilihan lain selain mengotori hidupnya dengan pernikahan idiot tanpa cinta seperti ini.
To Be Continued
maaf baru baca FF ini....
ReplyDeleteaduhhhh,,,kasihan heechul....