[R-M Project] Live Must Go On




cast :
     - Choi Sooyoung
     - Lee Gikwang
     - Choi Siwon
     - Im Yoon Ah
     - Wu Yi Fan a.k.a Kris (EXO-M)
     - Nam Jihyun (4minute)
     - Jeon Jiyoon (4minute)




Nan Choi Sooyoung imnida. Aku merupakan seorang mahasiswi semester dua disalah satu academy terkenal di Korea. Walaupun masih semester dua, tetapi aku memiliki kedudukan penting di academy ku. Ya... aku merupakan ketua academy. Bisa dikatakan aku menjadi ketua academy karena aku merupakan seorang yeoja yang easy going. Aku sangat mudah bergaul dengan siapa pun, mungkin itu sebabnya kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan ini.

Lupakan soal perkenalan diri ku. Kembali kecerita hidup ku. Hari ini adalah hari sabtu. Biasanya aku dan ketiga sahabat ku selalu berkumpul bersama, sekedar untuk berbincang atau pergi ke taman bermain. Walaupun ketiga sahabat ku itu juga seorang mahasiswi sama seperti ku, tetapi kelakuan mereka layaknya seperti seorang pelajar menengah pertama. Walaupun begitu, tetapi aku sangat merasa nyaman berada bersama mereka. Menurut rencana yang telah kami sepakati, hari ini kami akan bertemu disebuah cafe yang sepertinya baru dibuka, karena sebelumnya aku belum pernah mendengar nama cafe itu. Rencananya kami akan bertemu disana pada pukul sebelas. Dan karena sekarang jam ditangan ku sudah menunjukan pukul setengah sebelas, aku pun dengan cepat menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja. Dan langsung berlari menuruni tangga menuju mobil ku.


:} Chokollis Cafe {:

Sudah hampir tiga puluh menit aku berada di cafe ini. Tetapi batang hidung ketiga sahabat ku itu pun belum terlihat.
“kemana mereka? pasti ini ulah Jiyoon...” gerutu ku.
Yah... Jiyoon, Yoon Jiyoon adalah salah satu nama sahabat ku. Bisa dikatakan dia adalah magnae diantara kami berempat. Walaupun sebenarnya selisih umur diantara kami hanya beberapa bulan saja, tetapi dia selalu menganggap dirinya sebagai magnae dan berperilaku layaknya seorang magnae.


Aku kembali melirik jam tangan ku. Nyaris empat puluh lima menit aku menunggu kedatangan mereka, sendiri. Tak banyak yang bisa aku lakukan, aku lupa membawa tablet ku dan i-pod ku pun sudah lowbat. Dan sekarang tinggalah ponsel ku, harapan satu-satunya. Sampai lima belas menit lagi mereka belum juga muncul, dengan senang hati aku akan pergi meninggalkan cafe ini dan beranjak menuju apartment mereka untuk mengacak-acak seisi apartment.



Author POV

Sooyoung masih terduduk manis dengan segelas strawberry juice yang sudah hampir habis, dan juga dengan wajah yang tertekuk. Ia masih memantau melihat keluar cafe. Setiap mobil yang berlalu, ia selalu memperhatikannya dengan seksama, berharap bahwa itu adalah mobil yang dikendarai oleh sahabatnya.


Dilain tempat, tiga orang yeoja masih sibuk dengan pendapat masing-masing. Mereka masih sibuk mempermasalahkan siapa yang membuat mereka terlamabat. Sampai mobil sudah menepi pun mereka masih disibukan dengan perdepatan yang sepertinya akan kembali bertambah panjang itu. Yeoja yang sedari tadi menyetir pun tak luput dari kekesalan dua yeoja lainnya. Alhasil selama mereka berjalan memasuki cafe, suara keributan pun masih terdengar.



Sooyoung POV

Aku masih terpaku memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang didepan cafe. Tinggal tersisa lima menit lagi, tetapi mereka belum juga menunjukan tanda-tanda kehadirannya. Aish... dasar yeoja-yeoja lelet. Pasti selalu seperti ini hasilnya. Tunggu saja... pasti lima menit lagi mereka menghubungi ku dan mengatakan kalau mereka tak bisa datang dengan nada suara yang merasa tak bersalah sama sekali.

“Jiyoon-ah.. ini semua salah mu. kau selalu seperti ini. kita janji bertemu di rumah ku pukul sepuluh, tetapi kau sampai di rumah ku saja pukul sebelas kurang lima.”
“ya. aku tak sepenuhnya bersalah.”
“tak sepenuhnya bersalah? huh? lalu salah ku? YA JEON JIYOON!!!”

Ku dengar suara pekikan seorang yeoja yang sepertinya ku kenali suaranya serta nama yang yeoja itu sebutkan. Aku pun langsung berdiri mencari dari mana asal suara itu. Dan mata ku terhenti tepat pada tiga orang yeoja yang baru saja memasuki cafe ini.
“itu mereka. tapi.. apa yang mereka lakukan? sepertinya mereka tengah meributkan sesuatu. selalu begini. mereka selalu mempermalukan diri mereka sendiri..”
“ya. kalian.....” panggil ku pada ketiga yeoja yang masih sibuk berargument satu sama lain itu.


“kenapa kalian suka sekali mempermalukan diri kalian sendiri?”
“mwo? apa maksud mu Sooyoung-ah?”
“ya. apakah kalian tidak lihat tadi. seluruh pengunjung cafe langsung melihat kearah kalian, karena suara kalian yang terlalu kencang.”
“itu semua karena Jiyoon...”
“ya. Nam Jihyun apa maksud mu?”
“ye.. ini semua karena mu. seandainya kau tidak terlambat datang ke rumah Yoona, kita tidak akan menjadi pusat peratian seperti ini..”
“itu bukan salah ku!”
“lalu salah siapa? salah ku? huh? kau gila. ini semua salah mu!!”
“ya. hentikan! sudah cukup. tak usah dipermasalahkan lagi. pwa! sekarang seisi cafe kembali memperhatikan kalian. apakah kalian tidak malu? huh?”
“mianhae Sooyoung-ah...”
“ne. mian Sooyoung-ah.. aku tak bermaksud, ini semua gara-gara Jiyoon..”
“ya. Jihyun-ah!”
“ya! hentikan!! kalian berdua tidak malu apa? kalian itu sudah menjadi mahasiswi sekarang, tapi kenapa kelakukan kalian tetap saja seperti anak kecil?”
“yaa... mianhae Sooyoung-ah...”
“sudahlah.. lebih baik kalian pesan sesuatu untuk mendinginkan kepala kalian itu.”
“ne...”

Aish... sudah telat, bikin malu lagi. Argghhh... kenapa aku harus memiliki teman seperti mereka? Jeon Jiyoon yeoja lelet yang selalu menggagalkan rencana karena ketelatannya. Nam Jihyun yeoja yang tak kalah keras kepalanya sama seperti Jiyoon. Makanya mereka sering dianggap kembar. Mereka juga memiliki kesamaan, sama-sama tak tahu tujuan hidup. Ketika ditanya mengenai impian atau  bahkan cita-cita mereka, mereka akan menjawab tidak tahu. Dan sekarang  ketika mereka menjadi mahasiswi pun semua ditentukan oleh orang tua mereka. Yah... apa lagi kalau tidak mengambil jurusan perbisnisan. Dan yanng terakhir adalah Im Yoon Ah, yeoja yang setidaknya memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari pada Jiyoon dan juga Jihyun. Ya... setidaknya Yoona tidak suka mempermalukan dirinya sendiri ditempat umum sepeti sikembar itu. Dan lagi pula, diantara  kami berempat  Yoona lah yang memiliki keteguhan terbesar. Dari dulu sampai sekarang impiannya hanya satu, yaitu menjadi seorang dokter. Dan sekarang ia telah mengambil jurusan kedokteran disalah satu universitas terkemuka di Korea.


“Sooyoung-ah, bagaimana hubungan mu dengan Gikwang?”
“yah... seperti biasa.”
“seperti biasa apa?”
“ye seperti biasa apa?” tambah Jihyun yang sepertinya memperkuat pertanyaan Jiyoon untuk memojoki ku.
“yah... layaknya sepasang kekasih. aishh... kalian ini.”
“ya.. maklum. kami kan selalu bingung dengan hubungan percintaan mu. Yoseob, Jaejoong, Jessica, dan sekarang Gikwang..”
“ne. sejak dulu aku tak mengerti bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan Gikwang. apa hubungannya dengan Yoseob sunbea kita, lalu Jaejoong dan Jessica. itu selalu membuat ku pusing ketika memikirkannya.”
“ya. Im Yoon Ah. kau itu mahasiswi kedokteran, masa hal sekecil ini saja tidak mengerti.”
“ya mau bagaimana lagi.. cerita cinta mu terlalu rumit layaknya benang kusut. Yoseob sunbea lah pacaran dengan Jessica atau apalah itu. lalu Jaejoong.. Jaejoong itu. siapa dia?”
“arghhh... Im Yoon Ah. bukan Yoseob sunbea yang berpacaran dengan Jessica eonni, tetapi Jaejoong oppa yanng berpacaran dengan Jessica eonni. dan Jaejoong oppa merupakan hyungnya Yoseob sunbea.” jelas ku dengan sedikit meninggikan suara ku karena kesal dengan ke lolaannya.
“lalu..”
“lalu.. lalu.. kau ini menyimak tidak sih ketika aku sedang bercerita?” pekik ku lagi dengan yeoja dihadapan ku  itu.
“menyimak.. tetapi cerita cinta mu itu terlalu rumit bagi ku..” akunya lagi dengan suara yang tak  kalah keras dengan suara ku.
“aku akan menjelaskannya lagi, dengarkan baik-baik. ketika kita baru masuk menjadi siswi menangah atas, aku memiliki perasaan dengan Yoseob sunbea. tetapi aku enggan untuk menjalin hubungan dengannya, karena aku tak suka menjalin hubungan dengan seseorang yang berada di sekolah yang sama. lalu Jaejoong oppa, ia adalah hyungnya Yoseob sunbea. aku mengenalnya ketika aku sedang menunggu Siwon oppa menjemput ku di halte, ketika itu aku melihatnya dengan Yoseob sunbea. yah.. dari situ kedekatan kami berawal. sayangnya Jaejoong oppa telah memiliki yeojachingu, dan yeojachingu nya adalah Jessica eonni. karena aku yeoja yang baik, jadi aku tak mau merusak hubungan mereka. aku terus berhubungan baik dengan Jessica eonni, walau ia dan Jaejoong oppa telah putus. dan karena Jessica eonni lah aku bisa berkenalan dengan Gikwang oppa. arra?” jelas ku panjang lebar pada sosok yeoja yang masih termenung melihat ku.
“ye.. aku mengerti sekarang..”
Aku hanya bisa menghelakan nafas ku. Itulah Yoona. Walaupun ia seorang mahaswi kedokteran tetapi dalam urusan seperti ini ia sama pabo nya dengan sikembar Jiyoon dan Jihyun. Dan karena itulah sampai sekarang mereka belum memiliki namjachingu. Dan alasannya pun selalu sama sejak dulu hingga sekarang. Mereka selalu menjawab ‘karena kami masih kecil..’. Arghh.. kecil apanya? Otak mereka saja yang tak mau berkembag. Stuck disitu saja.

“oh iya, ngomong-ngomong soal Gikwang. bagaimana kabarnya ia sekarang? tumben kau tidak membicarakannya.” tanya Jihyun disela-sela pembicaraan kami.
“oh Gikwang oppa. ia tengah melakukan survey tugasnya. tadi pagi ia berangkat. dan kalian tahu ia meminta ku apa?”
“apa?”
“semalam ia bilang kepada ku untuk membangunkannya. dan aku berhasil membangunkannya. arghhh... itu sangat membuat ku senang.” ucap ku girang dengan tangan yang ku kepal layaknya mendapatkan sebuah hadiah natal.
“aishh... kau selalu berlebuhan Sooyoung-ah. berhasil membangunkannya saja senangnya bukan main. kau memang yeoja aneh..” ujar Yoona yang nyaris membuat ku mendaratkan pukulan diatas kepalanya.



Author POV

Sooyoung yang baru sampai, langsung menghempaskan tubuhnya keatas ranjang. Wajahnya nampak aneh, berbeda saat ia bersama dengan ketiga sahabatnya. Sejak tadi, ia tak konsen mengendari mobilnya. Bahkan ia sampai hampir menabrak pembatas jalan.



Sooyoung POV

“kemana AJ oppa? kenapa ia belum juga menghubungi ku. sudah nyaris seratus kali aku menghubunginya. tetapi ia tak juga membalas pesan atau bahkan mengangkat sambungan telephone ku.” batin ku sembari terus mencoba menghubunginnya.

Oh iya, AJ oppa. Itu merupakan panggilan khusus ku untuk Gikwang oppa. Awalnya aneh memanggilnya dengan sebutan itu, tetapi lambat laun aku semakin menikmati memanggilnya dengan nama panggilan itu. AJ oppa juga memberikan ku panggilan khusus. Ehm... Syoung. Itulah panggilan AJ oppa untuk ku.


Ini merupakn hari pertama ku tanpa AJ oppa disamping ku. Karena tugasnya ia harus pergi ke Busan. Awalnya aku tak terlalu mengkhawatirkannya, tetapi tiba-tiba rasa khawatir itu mencul bersamaan dengan AJ oppa yang tak kunjung menghubungi ku. Berkali-kali aku menghubunginya, mulai dari mengirimkan sebuah pesan singkat sampai mengirimkannya e-mail. Tetapi tak satupun yang ia balas. Aku semakin khawatir tatkala aku tahu, di Busan sedang terjadi hujan lebat.

“ya ampun AJ oppa... kenapa kau tak juga menghubungi ku...”





Hari semakin larut. Hembusan angin semakin terasa dingin ketika mengenai tubuh. Langit semakin berwarna gelap, tatkala hanya tersisa sinar rembulan yang menunggu kedatangan sinar mentari untuk menyinari bumi di pagi hari. Disaat seperti ini, dapat dikatakan seluruh umat manusia dimuka bumi pasti tengah terlelap dalam dunia mimpi mereka. Tetapi, berbeda dengan yeoja yang beranama Sooyoung. Ditengah malam yang sangat dingin ini, ia masih saja terjaga dengan ponsel yang sedari tadi ia mainkan tiada henti.

Ia mutar-mutar ponselnya dengan raut wajah yang tak dapat dideskripsikan. Entah apa yang ada dipikirannya dimalam buta seperti ini.



Sooyoung POV

Hari semakin larut, bahkan dapat dibilang hari telah berganti. Tetapi, aku masih tetap tak dapat memejamkan mata ku, sekedar untuk mengistirahatkan tubuh ku sebentar. Walaupun rasa lelah sudah menghampiri sejak tadi, tetapi itu juga tak membuat ku dengan mudah untuk pergi ke alam bawah sadar ku. Berkali-kali aku mencobanya, tetapi, bayang-bayang AJ oppa selalu bermain-main riang di benak ku.

   sumgyeodo twinkle eojjeona (twinkle twinkle eojjeona)
   nune hwak ttuijanha (ttuijanha ttuijanha)
   beire ssayeo isseodo
   naneun twinkle tiga na

“yeoboseyo..” angkat ku cepat saat aku melihat nama yang terpampang di layar ponsel ku. Yah.. siapa lagi kalau bukan AJ oppa. Akhirnya ia menghubungi ku juga.
“yeoboseyo.. Syoung-ah.”
“oppa... kemana saja kau? kenapa kau baru menghubungi ku sekarang?” rajuk ku.
“mianhae.. apakah kau mengkhawatirkan oppa?”
“geurae! bagaimana aku bisa tak mengkhawatirkan mu oppa? kau adalah orang terpenting dihidup ku.”
하하...” tawa AJ oppa membuat ku bingung. Ada apa dengannya? Kenapa ia malah tertawa? Apakah ada yang lucu dengan perkataan ku?
oppa, waeyo? apakah ada yang lucu?” tanya ku kesal atas responnya. Bagaimana bisa dia tertawa setelah membuat ku seperti mayat hidup.
“tentu kau yang lucu Syoung-ah. ini pertama kalinya kau berperilaku seperti ini, sejak pertemuan pertama kita.”
“aish... oppa...” rajuk ku lagi yang tak terima dengan penuturannya.
하하... mianhae. oppa hanya bercanda. jangan marah ya..”
“hem.....”


Ku kerjapkan mata ku perlahan, saat aku merasakan ada sesuatu benda yang mendarat tepat di kelopak mata ku. Perlahan aku mulai memeriksa benda apa yang tengah terbaring disana. Namun nihil. Telapak tangan ku tak berhasil menemukan benda asing itu. Ketika aku ingin kembali menenggelamkan nyawa ku, benda asing itu terus mengusik ku hingga mengharuskan ku membuka mata selebar-lebarnya.Ku perhatikan sekeliling ku. Cat, wallpaper, meja, lemari, semuanya masih sama, tak ada yang berubah. Hingga aku benar-benar tersadar akan benda yang berada dikelopak mata ku tadi.

“pantas saja...” gerutu ku saat aku baru menyadari bahwa benda asing yang ku maksud tadi adalah sebuah berkas cahaya mentari yang masuk melalui celah-celah jendela yang tak tertutupi.



Author POV

Hari-hari terus berlalu dengan cepatnya. Tetapi tidak bagi Sooyoung, menurutnya pergantian hari terlalu lama, bahkan sangat lama. Waeyo? Tentu saja itu semua karena seorang namja yang bernama Lee Gikwang. Ia adalah namja yang berhasil membuat seorang Choi Sooyoung seperti orang aneh selama dua minggu belakangan ini. Semenjak kepergian Gikwang ke Busan, semenjak itu pula Sooyoung mendapat julukan ‘The Queen of Ponsel and me2day’ dari teman-teman academy nya. Bagaimana tidak? Seorang Choi Sooyoung yang dulunya tidak terlalu memperdulikan account nya, sekarang berubaha seratus delapan puluh derajat hanya karena namjachingu nya yang berada jauh darinya.


“Sooyoung-ah...”
Sooyoung yang mendengar namanya dipanggil pun dengan cepat mengedarkan kedua bola matanya mencari sosok orang yang memanggilnya.
“Sooyoung-ah...” panggil orang itu lagi dengan suara yang lebih keras.



Sooyoung POV

“Sooyoung-ah...”
Siapa yang memanggil ku? Suaranya terdengar semakin keras, tetapi aku tak dapat menemukan sosok orang itu. Apa jangan-jangan yang memanggil ku bukanlah dari bangsa yang sama dengan ku, tetapi dia seorang.....
“Sooyoung-ah...”
“ah.. ya.. ya.. ya...” pekik ku sembari melayangkan kedua tangan ku dengan mata yang tertutup saat aku merasakan ada sebuha pukulan yang mendarat tepat di pundak kanan ku.
“ya Choi Sooyoung!!”
Tunggu.. tunggu.. sepertinya aku mengenali pekikan suara itu. Tetapi suara siapa? Kenapa disaat seperti ini semua ingatan ku menjadi hilang? Kajja!! Kembalilah mengingat.
“CHOI SOO YOUNG!!!!!” pekik orang itu lagi dan kini diiringi dengan guncangan hebat dikedua pundak ku.
Aku yang mearsa takut dan bingung, tanpa aba-aba lagi langsung membuka mata dan melayangkan tas ku tepat  kearah wajah orang itu. Dan baru saja aku akan memukul wajahnya dengan tas ku yang terisi penuh dengan buku-buku yang baru ku pinjam, orang dihadapan ku itu telah lebih dulu memukul kencang puncak kepala ku. Dan refleks aku langsung menjatuhkan tas ku yang sepertinya memiliki  beban sebesar dua kilo itu dan malah beraih mengusap-usap puncak kepala ku.

“ah.....” rintih ku sakit akibat pukulan yang baru saja ku terima.
“Sooyoung-ah, gwaencanayo?”
Aku yang merasakan pusing diseluruh kepala ku, hanya diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan seorang yeoja yang tepat berdiri dihadapan ku.
“gwaencana? apakah pukulan itu sakit?”
BUYA??? Apa kata orang itu? Dasar yeoja gila! Apakah menurutnya pukulan yang ia layangkan itu tidak sakit? Jika ia menganggap seperti itu, dia memang benar-benar sudah kehilangan saraf kewarasannya.
“Sooyoung-ah.. gwaencanayo? kenapa kau hanya diam? apakah pukulan ku sakit?”
Tanya yeoja itu lagi yang semakin menyulutkan amarah ku. Amarah ku yang sudah naik pitam langsung membuat ku mengangkat kepala ku dan menatapnya dengan tatapan pembunuh.
“w.. wa.. wae?”
“WAE..?? kau masih bisa bertanya, wae? YA YEON JIYEON! Kau benar-benar yeoja tak punya perasaan! Bagaimana bisa kau bertanya mengenai pukulan mu setelah kau memukul ku? kau byeontae!!”
“ya. kenapa kau malah membentak ku? sudah baik aku mau bertanya kepada mu..”
Mwo? Apa katanya barusan? Dasar yeoja byeotae! Sudah tahu dia yang salah, masih saja tak mau disalahkan. Arghh...
“bo? apa yang kau katakan? sudah untung kata mu? ya. Jeon Jiyoon! kau.....”
“ya. hentikan, tak usah diperpanjang. pwa! seluruh pengunjung di cafe ini langusng beralih menatap kita. apakah kalian tidak malu?” potong Yoona, yang berhasil mengurungkan  niat ku untuk membalaskan pukulan yang sudah ku terima.
Dengan kepala yang masih tak beraturan ini, aku langsung mengambil posisi duduk ku dan lebih memilih bungkam untuk beberapa saat. Huh... hari ini benar-benar hari tersial ku. Belum sempat aku mendapatkan kabar dari AJ oppa, aku sudah mendapatkan sebuah hadiah yang tak pernah aku inginkan seumur hidup ku. Arghh... ini semua ulah Jeon Jiyoon, yeoja byeontae itu!



Author POV

Tak sepatah kata pun yang terlontar dari mulut Sooyoung. Ia masih saja membungkam mulutnya hingga seluruh pesanan yang telah mereka pesan habis tak tersisa. Sementara Jiyoon, yeoja itu malah asik dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan Sooyoung yang sepertinya masih kesal dengan ulahnya.

“Sooyoung-ah, gwaencana?”
“ye, kau baik-baik saja? sejak tadi kau hanya diam tak bergeming sedikit pun.”
“Sooyoung-ah.....” ucap Jihyun sembari mengguncang pelan tubuh Sooyoung.
“ha? sudahlah, aku baik-baik saja.”
“jinjja? tetapi, kau terlihat aneh..”
“hem...” balas Sooyoung dingin, yang semakin membuat kedua temannya minus Jiyoon khawatir.
“ya. Sooyoung-ah, kau jangan marah. tahu sendiri kan Jiyoon yeoja seperti apa..”
Mendengar namanya tersebut oleh Jihyun, Jiyoon langsung memberikan reaksi dengan memukul puncak kepala Jihyun, sama seperti apa yang ia lakukan kepada Sooyoung.
“ya. Jiyoon-ah..” pekik Jihyun yang tak terima atas perlakuan sahabatnya itu.
“oh iya Sooyoung-ah, kalau tak salah hari ini Gikwang-ssi kembali ke Seoul kan?” tanya Yoona yang mencoba mengalihkan pembicaraan.



Sooyoung POV

“oh iys Sooyoung-ah, kalau tak salah hari ini Gikwang-ssi kembali ke Seoul kan?” tanya Yoona yang berhasil menambah rasa muram ku.

Huhh... ku helakan nafas panjang ku. Mencoba menghilangkan sedikit rasa muram ku akibat pertanyaan yang terlontar dari Yoona. Yeoja itu, kenapa selalu menanyakan hal yang tak ingin aku dengar. Sudah cukup lelah aku mencoba untuk tidak mengingat kepulangan AJ oppa, tetapi karena mulut yeoja itu aku kembali teringat dan rasa muram ini semakin bertambah besar.

“ya. Sooyoung-ah. kenapa kau diam? apakah ada yang salah dengan pertanyaan ku tadi?”
“ha? Nde?”
“kau kenapa? kenapa semakin lama raut wajah mu semakin tak enak dilihat?”
“huuhhh.....” hela ku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
“wae? cerita kepada kami, mungkin kami dapat membantu..”
“ye.. cerita kepada kami..”
“huh.. ehm..... AJ oppa....”
“AJ oppa? Siapa dia?” potong Jiyoon yanng berhasil menyentak ku.

Huh... Sooyoung pabo. Sudah tahu yang mengetahui nama panggilan itu hanya kau dan Gikwang oppa. Dan sekarang kau mengatakannya pada orang-orang yang tak tahu nama itu. Huh... pasti mereka berfikiran yang tidak-tidak.
“pabo.. pabo.. pabo...” rutuk ku.

“ya. kenapa kau hanya diam? siapa AJ oppa itu? apakah kau berse...”
“annio. aku tak berselingkuh. AJ oppa adalah panggilan ku untuk Gikwang oppa..” sambar ku yang mengetahui maksud arah pembicaraan dari Jihyun.
“oh.....” serempak Jihyun dan Jiyoon setelah mendengar penjelasan ku.
“lalu.. kenapa dengan wajah mu?”
“huh... itu karena.... sampai sekarang... Gikwang oppa...”
“memang ada apa dengannya?”
“ehm... sampai sekarang.. ia tak juga... mengabari ku...”
하하하 ...” tawa mereka membuat mata ku membulat serta hawa panas langsung hinggap di tubuh ku.

Teman macam apa mereka. Bagaimana bisa mereka menertawai temannya yang sedang seperti ini. Kalau aku tak bisa menahan emosi ku sendiri, sudah ku pecat kalian menjadi teman dan ku bunuh kalian satu persatu.

“mian... kami tak bermaksud menertawai mu, hanya saja kau  terlihat sangat aneh dengan sikap mu. sebelumnya kami tak pernah melihat mu murunng seperti ini hanya karena seorang namja, tetapi sepertinya Gikwang-ssi telah berhasil mengalihkan dunia mu...” ujar Jihyun yang maish menyelipkan tawanya disela-sela penuturannya.
“huh.. sepertinya tak ada gunanya aku bercerita dengan kalian. bukannnya memberikan solusi tetapi malah membuat ku muak. kalau begitu lebih baik aku pergi..” sinis ku sembari menyambar tas ku dan bangkit meninggalkan ketiga yeoja itu.
“ya. Sooyoung-ah... changkkaman...”



Author POV

Sebuah mobil berwarna putih baru saja terparkirkan dengan manis didepan sebuah rumah. Sang pemilik mobil dengan apik memarkirkannya, tepat disamping sebuah mobil sport berwarna hitam yang telah terparkir. Dari dalam mobil, turun seorang yeoja dengan mengenakan jacket bludru yang langsung berjalan memasuki sebuah bangunan yang disebut dengan rumah.



Sooyoung POV

Ku langkah kan kaki ku dengan cepat, setelah ku lihat mobil sport berwarna hitam yanng telah terparkir degan sangat baik. Mobil sport yang selama ini ku tunggu-tunggu kehadiran pemiliknya. Sudah hampir tiga tahun aku dan pemilik mobil itu tidak bertemu. Dulu ia sibuk dengan pendidikannya, tetapi sekarang ia sibuk membantu perusahaan appa yang ada di Taiwan.

“oppa....” pekik  ku saat melihat sosoknya yang sedang duduk manis menikmati hiburan yang ditampilkan di tv, serta segelas jus strawberry yang dari dulu hingga sekarang menjadi minuman kesukaannya.
“Sooyoung-ah...” balasnya saat ia melihat sosok ku.
“oppa.., kapan kau kembali? Kenapa kau tak memberitahu ku?”
하하... ternyata kau tak berubah sama sekali ya. kau masih tetap Sooyoung yang manja..”
“oppa....” rajuk  ku yang tak terima dengan ucapannya.
“ hehe... oppa kembali kemarin, mianhae oppa tak memberitahu mu, karena oppa ada urusan yang harus dikerjakan sebelum kembali ke rumah.” tuturnya sembari mengelus rambut ku.
“ngomong-ngomong, bagaimana hubungan mu dengan Gikwang-ssi?”
“ehm... itu...”
“jangan bilang kau sudah putus dengannya..”
“annie oppa.. annie. aku masih berhubungan dengannya, hanya saja...”
“hanya saja apa?”
“hanya saja... ia belum menghubungi ku. padahal sejak tadi pesawatnya telah sampai..”
“memangnya ia kemana?”
“ke Busan, ada tugas yang harus ia kerjakan disana.”
“ya ampun Sooyoung, dongsaeng kesayangan oppa. jangan berfikiran yang aneh-aneh, mungkin ia sedang sibuk menyusun tugasnya. kau tahukan, bagaimana susahnya menyusun tugas secara terstruktur.”
Mendengar ucapannya, aku hanya dapat menganggukan kepala. Benar juga apa yang Siwon oppa katakan. Menyusun tugas secara terstruktur itu sangatlah sulit. Mungkin saja AJ oppa tak sempat memberikan kabar kepada ku karena ia sedang menyusun tugasnya.
“ne.. oppa benar. gomawo oppa.. kau memang oppa terbaik ku..” ucap ku yang langsung menghamburkan pelukan ku kepadanya.



Author POV

Hari terus berlalu. Sudah hampir seminggu Gikwang tak juga memberitahukan kabarnya. Dan hal itu semakin membuat Sooyoung nampak kebingungan dengan perubahan sikap Gikwang. Tetapi rasa bingung itu hilang begitu saja, ketika Sooyoung berhasil menghubungi Gikwang, dan mengajaknya untuk bertemu.



Sooyoung POV

2012 Owol 12.. haha tanggal itu jatuh tepat pada hari ini. Dan hari ini aku akan bertemu dengan AJ oppa, setelah hampir dua minggu kami tidak bertemu. Huh... senangnya. Tak sabar aku menunggu kedatangannya. Tetapi kenapa ia lama sekali? Sepertinya hampir tiga puluh menit aku menunggunya, tetapi ia tak kunjung datang. Apa karena aku terlalu cepat sampai? Ehm.. sepertinya itu alasannya. Huh.. aku memang selalu bersemangat ketika berhubungan dengan AJ oppa.



Author POV

Tiga puluh menit...

Empat puluh lima menit...

Satu jam...

Satu jam lima belas menit...

Nyaris satu setengah jam Sooyoung menunggu kehadiran seorang namja yang merupakan namjachingu nya. Tetapi hingga saat ini, sang namja belum juga menunjukan batang hidungnya. Dan walaupun ia telah menunggu lama, tetapi Sooyoung masih tetap setia dibangku yanng sedari tadi ia duduki.



Sooyoung POV

“AJ oppa...” sambut ku saat melihat sosoknya yang baru saja membukan pintu cafe.

Segera aku bangkit berdiri dan tersenyum kepadanya. Ia pun tersenyum kepada ku. Tapi aneh, kenapa aku merasakan ada sesuatu yang aneh pada AJ oppa. Kenapa sepertinya ia tak senang bertemu dengan ku. Senyumnya, tak menggambarkan rasa senangnya.

“kau sudah lama Sooyoung-ah?”

Sooyoung? Kenapa oppa kembali memanggil ku Sooyoung? Apakah...

“Sooyoung-ah...”
“ah nde?”
“kau kenapa?
“a.. n..nie..”



Author POV

Sooyoung menapaki anak tangga dengan wajah tertunduk. Semenjak pertemuannya dengan Gikwang, tak tersirat raut senang pada wajahnya. Ia malah semakin terlihat murung, bahkan melebihi hari-hari sebelumnya.

“Sooyoung-ah...”
“Choi Sooyoung...”
“ha?”
“gwaencana?
“ne...” jawabnya dan langsung berlalu tanpa mengindahkan sosok namja yang memanggilnya.


Mentari telah kembali tenggelam. Dingin malam telah berhembus disertai dengan rintikan hujan yang renggang. Jalan-jalan yang mulai membasah, membuat sebagian orang enggan untuk keluar dari rumah mereka. Jangkrik-jangkrik yang biasanya berbunyi pun, kini tak terdengar.

Suasana malam yang sepi ini semakin menambah kegundahan pada Sooyoung. Semenjak ia sampai hingga sinar mentari digantikan dengan sinar rembulan, air matanya tak kunjung pula berhenti. Kakinya yang tadi sempat menopang tubuhnya dan juga menginjak pedal gas pun, kini tak mampu membawa tubuhnya beranjak dari atas lantai yang dingin. Ia hanya bisa meringkuk dengan kedua tangan yang memeluk lutunya.

“Sooyoung-ah...” panggil seorang namja diiringi dengan suara pintu yang terbuka.
“Sooyoung-ah.. gwaencanayo?” ucapnya lagi dengan nada yang agak khawatir.
“ne...” balas Sooyoung lemah.
“ya. cerita pada oppa. sebenarnya ada apa? kenapa kau menangis?”
“an..ni..o.. oppa..”
“ya. kau jangan bohong. oppa yakin kalau ada sesuatu yang kau rahasikan.” paksa namja itu yang tak lain adalah Siwon. Sedangkan yang ditanya hanya menggeleng pelan tanpa membalas tatapan Siwon.
“baiklah kalau kau tak mau menceritakannya, terserah  kau saja. oppa hanya bisa membantu mu sampi disini..” ucap Siwon dan kini terdengar dingin dari sebelumnya. Ia mulai bangkit dan melangkahkan kakinya keluar. Belum sempat kakinya membawa tubuh Siwon menghilang dari dalam kamar, Sooyoung telah memanggilnya yang membuat ia tersenyum menang.
“oppa... changkkaman.”
“wae?”
“ehm... baiklah. Aku akan bercerita kepada oppa..”
Siwon yang mendengar dongsaeng kesayangannya setuju pun langsung mengambil posisi duduk disamping Sooyoung.



Sooyoung POV

Aku mulai menceritakan semuanya pada Siwon oppa. Semuanya. Mulai dari perasaan ku hingga ketakutan ku yang tiba-tiba saja muncul seiring pertemuan antara aku dan AJ oppa tadi.

“jadi karena itu? 하하...” tawanya keras bahkan sangat keras setelah aku selesai menceritakannya.
Sungguh reaksi yang tak pernah aku harapkan sebelumnya. Bagaimana bisa seorang oppa menertawai dongsaeng nya yang sedang tak menentu ini. Arghh.. kalau seperti ini lebih baik aku tak usah cerita saja. Ini hanya membuang-bunag tenaga ku.
“mian.. oppa tak bermaksud menertawai mu. hanya saja kau terlalu lucu Sooyoung-ah..”
Bo? Tidak bermaksud menertawai ku? Lalu, yang tadi itu apa? Ikut bersedih dengan ku?
“ehm.. oppa bukan Gikwang-ssi. jadi oppa tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. tapi, mungkin ia hanya sedikit merasa lelah atau mungkin, ini hanya perasaan mu saja. kau terlalu amat merindukannya, dan mungkin kau merasa aneh karena rasa rindu mu sudah terlalu amat dalam.”
“tapi oppa,”
“oppa kan sudah bilang sebeumnya, kalau oppa bukan Gikwang-ssi. jadi oppa tak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. tetapi, kalau kau memang benar-benar penasaran, kenapa tidak kau tanyakan saja pada namjachingu mu itu. semakin cepat semakin baik...”
“menanyakannya?”
“ye. kau hubungi dia. minta ia menjelaskan semuanya pada mu. itu lebih baik dari pada kau terus-terusan seperti ini..”
Ehm... sepertinya apa yang dikatakan Siwon oppa tidaklah buruk. Tetapi haruskah aku menghubunginya sekarang? Tapi, bagaimana kalau ia merasa terganggu karena aku menghubunginya. Argghhh... sungguh, rasanya kepala ku ingin pecah.
“Sooyoung-ah...”
“ah.. nde?”
“gwaencanayo?” tanya nya dan hanya ku balas dengan anggukan kecil.
“kalau begitu oppa keluar dulu, ada yang harus oppa kerjakan.” ujarnya sembari mengacak puncak rambut ku.


>>>>>>>>>> two weeks later

Pagi ini matahari telah bersinar dengan cerahnya. Seluruh umat dimuka bumi ini, pasti telah bersiap menyongsong weekend mereka dengan senyuman yang terus terpasang diwajah mereka. Bermain, belanja, atau bahkan berkumpul dengan teman atau kerabat  mereka. Sedangkan aku? Nan, Choi Sooyoung, hanya duduk di balkon rumah dengan segelas jus dan juga ponsel yang ku putar tiada henti. Tidak ada hasrat bahkan niat untuk menikmati indahnya hari ini bagi segelincir orang. Yah.. segelincir orang, karena aku pun tak dapat menikmati hari-hari ku semenjak dua minggu yang lalu.

AJ oppa. Itulah alasannya. Huuhhh... pertemuan dua minggu yang lalu merupakan pertemuan dan kontak terakhir kami. Dia tak pernah menghubungi ku lagi. Sedangkan aku? Aku masih terlalu takut untuk menghubungginya. Aku takut kalau aku hanya akan mengganggunya, walaupun sebenarnya itu hanya asumsi ku semata. Tetapi mengingat tingkahnya dua minggu yang lalu, semakin membuat ku merasa takut untuk menghubunginya terlebih dulu.

Sungguh, rasanya aku ingin mati bila harus terus seperti ini. Aaaaaa... Tuhan bantulah aku....

“kau disini rupanya...” tegur seseorang yang membuat ku langsung mencari sosoknya.
“oh oppa....” jawab ku saat sosoknya telah berhasil tertangkap oleh indera penglihatan ku.
“waeyo?”
“nde?”
“apakah ini ada hubungannya dengan Gikwang-ssi?” tanyanya yang membuat ku agak merasa sedikit terkejut.
Sejak kapan oppa ku ini mempunyai ilmu hitam seperti itu. Dapat membaca pikiran orang.
“kau diam.. berarti benar.”
“ha?”
“kau sedang memikirkan Gikwang-ssi kan?”
“ehm.. ne. bagaimana oppa bisa tahu?”
“mata mu. emua tertera dengan jelasnya di mata mu.”
“mwoya? mata ku?”
“ehem.. semenjak dua minggu yang lalu, aku tak lagi melihat sosok Sooyoung dongsaeng ku dari mata mu, dan dapat ku tebak pasti ini karena kau belum juga menghubunginya, hingga membuat mu menjadi sangat penasaran seperti ini..”
“mwo? bagaimana oppa bisa tahu kalau aku belum menghubungi Gikwang oppa?”
하하... oppa kan sudah katakan kalau semua tersirat jelas dari mata mu Sooyoung-ah...”
Aishh... apa hanya itu saja yang bisa ia katakan. Semua itu tersirat dari mata mu...
“lalu aku harus bagaimana?”
“yah... kau hubungi dia.”



Author POV

Mentari telah kembali tenggelam. Perlahan namun pasti sinar terangnya mulai tergantikan dengan sinar redup sang rembulan. Sosok cahaya kecil pun mulai ikut menghiasi gelapnya langit malam. Hawa dingin mulai berhembus disepanjang malam.

Seorang yeoja yeppeo tengah terduduk memandangi langit dari balkon kamarnya. Wajahnya yang sendu serta kedua tangan yang ia dekapkan dengan kedua kaki jenjangnya, semakin menunjukan bahwa ia sedang bersedih. Kedua matanya yang indah, tak henti-hentinya mengalirkan butiran-butiran krystal bening. Sesekali tangan kanannya menyekah krystal itu, tetapi apa daya butiran krystal itu tak  henti-hentinya mengalir dari matanya.

   sumgyeodo twinkle eojjeona (twinkle twinkle eojjeona)
   nune hwak ttuijanha (ttuijanha ttuijanha)
   beire ssayeo isseodo
   naneun twinkle tiga na

“AJ oppa...” gumamnya saat mendapati nama itu dilayar ponselnya.
Dengan cepat ia menyekah butiran-butiran krystal yang sudah membasahi kedua matanya, dan kembali memfokuskan dirinya dengan sosok namja yang menghubunginya.

“yeoboseyo...”
“yeoboseyo.”
“oppa, kenapa kau baru menghubungi ku sekarang? apakah karena kau marah kepada ku?”
“ehm.. annie. aku tak marah kepada mu Syoung-ah...”

“aku? Sejak kapan AJ oppa berbicara seformal itu kepada ku?” batin yeoja yang dipanggil Syoung itu.

“ehm.. oh.. lalu, kenapa oppa baru menghubungi ku? apakah ada sesuatu yang oppa sembunyikan dari ku?”
“mianhae.. jinjja mianhae.. sebenarnya oppa tak  tahu harus berbicara apa Syoung-ah. tapi inilah yang ada difikiran oppa. oppa.., sudah tak merasa nyaman dengan hubungan kita. oppa ingin mengakhirinya. Mian...”

Yeoja itu kembali tertegun. Air matanya kembali mengalir tanpa mendapatkan perintah dari dirinya. Tangannya bergetar. Kedua kaki jenjangnya tak mampu menopang tubuhnya, ia terjatuh. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mungilnya, hanya ada suara isakan. Dapat dibayangkan, bagaimana perasaanya kini. Sosok namja yang sangat ia sayangi, dengan teganya melontarkan kalimat yang tak pernah ia inginkan untuk selamanya.

“oppa, apakah oppa tidak sedang bercanda? ini tak lucu oppa.”
“annie.. mianhae.”
“huuhh... baiklah kalau ini yang oppa inginkan. aku fikir perubahan sikap oppa belakangan ini hanya sekedar perubahan semata, tetapi ternyata aku salah. gomawo oppa.. untuk semuanya. kalau tak ada yang ingin oppa katakan lagi, aku akan mematikan sambungan telephonenya. annyeong...” ucap yeoja ini cepat secepat ia mematikan sambungan telephonenya.

Ia kembali terjatuh. Air bening yang sebelumnya telah ia sekah, kini kembali mengalir membasahi kedua matanya. Tangannya pun kembali bergetar, bahkan melebihi sebelumnya. Ia tak dapat mengontrol dirinya. Rasa yang tengah ia rasakan membuat seluruh sistem saraf ditubuhnya berhenti bekerja.

“oppa.. kau jahat..” ucapnya disela-sela tangisnya.
“bagaimana bisa oppa melakukan hal sekejam ini kepada ku? apa salah ku? apakah aku menyakiti oppa? memangnya apa yang aku lakukan sehingga membuat oppa tersakiti?”
“OPPA KAU JAHAT...” pekiknya dengan keras yang ia sendiri tak menyadarinya.



Siwon POV

“OPPA KAU JAHAT...” teriak Sooyoung yang langsung membuat ku berhambur menuju kamarnya.
Entah ada apa dengannya. Ini sudah malam. Kenapa ia berteriak sekencang itu. Dan oppa, siapa yang ia maksud. Apakah aku? Tapi tak mungkin, aku tak merasa pernah berbuat salah padanya. Lalu siapa yang ia maksud? Selain aku siapa lagi yang ia panggil oppa? Aisshh.. ada apa dengan anak itu?

“Sooyoung-ah....” teriak ku dengan bantingan pintu yang tak kalah kencangnya.
Segera ku hampirinya yang tengah terduduk dilantai dengan wajah yang ia benamkan diantar kedua kakinya. Awalnya aku dapat menyeimbangkan rasa kekhawatiran ku ini, tetapi aku tak dapat melakukannya lagi saat ku lihat ia tengah menitihkan air matanya.
“Sooyoung-ah.. gwaencanayo?” ucap ku dengan mengguncangkan tubuhnya dengan pelan.
Tetapi ia tak meresponnya, dan itu membuat ku semakin merasa khawatir. Apa yang terjadi dengannya? Tak ada eomma dan appa disini, hanya ada aku. Dan aku adalah oppa nya, karena itulah aku yang harus menjaganya. Tetapi sekarang lihat, aku saja tak mengetahui apa yang sedang ia alamai. Ya Choi Siwon! Kau memang oppa yang tak becus.

“Sooyoung-ah, oppa mohon kau jangan menangis. malhaebwa..”
“oppa....” jawabnya dengan suara yang masih terdengar parau.
Segera ku raih tubuhnya kedalam dekapan ku. Ku rasakan bahwa dada ku mulai membasah. Dan dapat ku pastikan itu terjadi karena air matanya.
“waeyo?” tanya ku lagi sembari mengelus puncak kepalanya.
“oppa....” ucapnya dan kini semakin terdengar parau.
“ye, malhaebwa. oppa akan mendengarkan mu.”
“oppa.., Gikwang oppa....”
“Gikwang? ada apa dengan Gikwang-ssi?” tanya ku khawatir, tetapi ia tak menjawabnya. Fikiran ku pun kini melayang enath kemana. Apakah terjadi sesuatu pada Gikwang-ssi? Apakah ia kerampokan? Kecelakaan? Atau...
“Gikwang oppa...” ucapnya lagi yang membuat ku langsung menghilangkan fikiran-fikiran negatif itu dari otak ku.
“ia... ia mengakhiri hubungan kami..”
“mwo? apa yang kau katakan? Gikwang-ssi mengakhiri hubungan kalian?” tanya ku lagi untuk memastikan apakah yang aku dengar itu tidaklah salah.



Author POV

Sooyoung hanya dapat menganggukan kepalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia ucapkan. Ia hanya mampu menitihkan air matanya.

“Sooyoung-ah.. kau tak boleh menangis. ini bukanlah akhir dari hidup mu..”
“ta... ta..pi.. op..pa...”
“ttuk. lebih baik kau atur nafas mu terlebih dahulu...” potong Siwon cepat saat Sooyoung akan membals ucapannya.

Sooyoung mencoba untuk menenangkan dirinya seperti apa yang dikatakan Siwon. Berkali-kali ia menghelakan nafas panjangnya, mencoba mencari ketenangan yang masih tersisa didalam dirinya.
“apakah kau sudah merasa lebih baik?” tanya Siwon perlahan.
“huuhhh... ne oppa..” jawab Sooyoung masih dengan suara paraunya.
“baiklah, kalau begitu ceritakan pada oppa, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa hubungan kalian harus berakhir?” tanya Siwon yang dengan nada yang terdengar seperti seseorang yang sangat penasaran daripada seorang oppa yang khawatir kepada yeoja dongsaeng nya.
“Gikwang oppa... ia mengakhiri hubungan kami begitu saja.”
“waeyo?”
“ia sudah tidak menyukai ku lagi. ia tidak senang menjalin hubungan dengan ku...” tutur Sooyoung yang kembali menitihkan air matanya.
Siwon yang mendapati dongsaeng kesayangannya kembali menangis segera meraih tubuh Sooyoung, dan menenggelamkannya didada bidangnya.
“gwaencanayo Sooyoung-ah.. kau tak lagi berhubungan dengannya bukanlah akhir dari hidup mu. masih banyak namja di dunia ini. kau tak usah menangisi apa yang telah pergi dari mu. toh ia juga belum tentu menangisi diri mu...” ucap Siwon yang mencoba menenangkan Sooyoung.
“tapi oppa.....”
“Sooyoung-ah, dengarkan oppa. Gikwang-ssi bukanlah satu-satunya namja di dunia ini. masih banyak namja lain yang mungkin lebih baik darinya. ini hanyalah masalah waktu. mengertilah, oppa tidak akan berkata seperti ini hanya demi membuat mu tenang, tetapi memang dalam kenyataan masih banyak namja-namja lain diluar sana. trust oppa...”



>>>>>>>>>> one year later



Sooyoung POV

Ku langkahkan kaki ku menuju sebuah meja yang sudah dihuni oleh tiga orang yeoja yang sedang menikmati hidangan yang telah tersaji.
“annyeong...” sapa ku pada mereka.
“oh Sooyoung-ah.. duduklah.” ujar yeoja berambut coklat panjang yang tak lain adalah Yoona.
“ye... oh iya, kalian sudah lama? tumben sekali kalian datang lebih awal dari ku..”
하하... itu karena Jiyoon yang datang lebih awal dari biasanya.” ledek yeoja yang duduk disamping Jiyoon yang tak lain bernama Jihyun.
“ya. Jihyun-ah...”                                                                 
“sudah tak usah dipermasalahkan. oh iya Sooyoung-ah, kau ingin pesan apa?”
“tak usah Yoong, aku tak lama kok.”
“mwo? wae?”
“ye, waeyo? sebulan belakangan ini kau sudah jarang berkumpul dengan kita.”
하하...  kalian benar-benar soulmate sejati...” ledek ku yanng tak mengindahkan pertanyaan Jiyoon dan Jihyun.

Aku akui , memang belakangan ini aku jarang sekali berkumpul dengan ketiga sahabat ku ini. Itu semua karena sosoknya. Sosok namja yang berhasil menguasai jiwa serta raga ku. Wu Yi Fan, atau biasa ku  panggil dengan sebutan Kris oppa. Yah... ketika kalian mendengar namanya pasti itu terdengar aneh. Yap.. ia bukanlah orang Korea sama seperti ku, tetapi ia beretniskan Chinese – Canadian. Walaupun ia bukanlah asli orang Korea, tetapi ia sudah fasih berbahasa Korea.

“Sooyoung-ah...”
“oppa...” ucapk ku saat melihat sosoknya yang tengah berjalan menghampiri meja dimana aku duduk.
“nuguyo?” tanya Jiyoon tanpa melepaskan pandangannya dari sosok namja bertubuh tinggi itu.
“Kris oppa....”
“nde? nugu?”
“Kris oppa.. Yoong.....”
“oppa...” ucap ku girang sembari merangkul tangan kanannya.
“apa kau sudah lama?”
“annie, aku baru saja sampai. oh iya oppa, kenalkan ini Yoona, Jiyoon, dan ini Jihyun. oppa ingatkan?”
“ne, oppa ingat. annyeonghaeseyo.. Kris imnida.”
“oh annyeong...” jawab Jihyun.
“kalau begitu aku pamit dulu. annyeong...” ucap ku, sembari berjalan meninggalkan mereka yang sepertinya masih tercengang dengan sosok namja yang berjalan disamping ku.

“Sooyoung-ah..... kau masih berhutang cerita kepada kami....” pekik Jiyoon tanpa aku indahkan sedikit pun.


“kita akan kemana oppa?” tanya ku saat Kris oppa sudah mengendarai mobilnya meninggalkan restaurant.
“kau akan tahu nanti..”
“hem... baiklah...”
Yah... itulah Kris oppa. Ia selalu penuh dengan kejutan. Tetapi karena itulah, aku berhasil membuka hati ku untuknya.


“sampai....” ucapnya sembari memarkirkan mobilnya tepat didepan sebuah boutique khusus gaun pernikahan.
“mwo? boutique?” tanya ku bingung sembari menghadap kearahnya.
“ne. aku ingin melamar mu Sooyoung-ah. mau kah kau menjadi ane ku?” tanya nya dengan menggenggam kedua tangan ku.
Mendengar pertanyaannya, aku terdiam. Bibir ku tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun, selain sebuah senyuman yang merekah. Tak pernah terfikirkan sebelumnya, bahwa hari ini Kris oppa akan melamar ku.
“Sooyoung-ah...”
“nde?”
“kenapa kau diam? bagaimana? apakah kau menerima ku?” tanyanya lagi yanng semakin membuat ku yakin bahwa ini bukanlah mimpi.
“ne oppa. aku mau...”
“jeongmal?”
“ne...” jawab ku sembari mengangguk mantap.
“saranghae Sooyoung-ah...”
“nado saranghae Kris oppa....”



The End ^^,



oh iya, today is Yoona eonni's birthday.

saengil chukhae eonni
orae haengbokhage ;)




annyeong... I'm back with my second R-M Project. i hope readers like this fanfiction. by the way, mianhae for long time didn't update, because authors had an exam. but from now, we'll be active again as usual...감사합니다 ^^

Comments

  1. Wiiih Kereeen, gikwang-sooyoung sama Kris-sooyoung. Setuju aja deh sooyoung eon mau sama gikwang atau kris:D kkk~

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts