We Got Married Part 5 ( About Us )








Eunhyuk POV



Dengan begitu antusias gadis yang berstatuskan istriku ini berhambur menghampiri Donghae yang masih bersimpuh di depan nisan ayahnya. Kalau aku tidak salah dengar, ayahnya itu meninggal saat ia masih kuliah di New York. Padahal yang aku tahu, ia ingin sekali membuat kedua orang tuanya bangga. Tapi sebelum waktunya tiba, appa-nya sudah menghadap yang maha kuasa. Tapi kalau ditanya penyebab meninggalnya, aku juga tidak tahu.


Kini Jooyeon ikut bersimpuh di samping Donghae. Namun namja disebelahnya masih menelungkupkan wajahnya, belum menyadari keberadaan Jooyeon. Sampai akhirnya Jooyeon mengelus pelan punggung Donghae. “ Appa-mu pasti akan sedih kalau kau menangis seperti ini.” Ucap Jooyeon dengan gerakan tangan yang
semakin intens. Hingga akhirnya sang pemilik punggung mengangkat kepalanya dan..dia memeluk Jooyeon, memeluk ISTRIKU. Rasanya amarahku mulai naik sampai ke ubun-ubun hingga rasanya ingin sekali kupukul wajahnya.


Tapi menilik kondisinya saat ini, aku tidak mungkin melakukannnya. Apa yang akan Jooyeon katakan nanti?. Lagipula aku masih punya perikemanusiaan. Tidak mungkin kan kalau aku memukul orang yang batinnya sedang sangat terpukul. Sudahlah..anggap saja kali ini aku sedang bermurah hati.


“ Ak..aku menyesal Yeon-ah. Kenapa? Kenapa appa pergi sebelum melihat ku sukses? Atau..atau aku yang terlalu lambat menjadi sukses?” racau Donghae terdengar serak dan parau. Dan untuk kesekian kalinya, Jooyeon mengelus punggungnya. Aigoo…kenapa dia sangat baik pada Donghae? Bahkan waktu aku memeluknya dia sangat marah, tapi pada Donghae?. Apa…apa dia…masih memiliki perasaan pada Donghae?. Andwae..andwae!. Huft…jangan berfikir macam-macam. Sekarang cukup diam dan saksikan semuanya.


“ Bahkan sudah tidak ada lagi alasan untukku berada di negara ini, rasanya..aku ingin kembali ke amerika.” Celoteh Donghae lagi yang masih tetap dengan posisinya. “ Ada Hae, karena kau masih punya eomma-mu, Donghwa oppa, dan bahkan sebentar lagi kau akan memiliki kakak ipar.” Balas Jooyeon dengan nada yang amat sabar.



Perlahan mereka menjauhkan tubuh masing-masing. Donghae mencengkram bahu Jooyeon dengan kedua tangannya. Ia menatap Jooyeon dengan amat serius. Begitupun dengan Jooyeon. 
“ Tapi…tapi aku tidak punya kau. Kau tahu kenapa aku kembali ke negara ini? Salah satu alasannya adalah kau..kau Jooyeon.” Ungkapnya dengan deraian airmata yang lolos begitu saja.Entah..entah apa yang kurasakan sekarang. Mungkin..mungkin aku membeku. Bahkan aku tidak ingin mendengar apapun lagi sekarang.


“ Aku tahu..kau menikah dengannya karena dijodohkan. Jadi setidaknya aku tak perlu khawatir,  ya kan?”



Jooyeon POV


Bagaimana bisa dia mengatakan semuanya. Bahkan di saat aku sudah menikah. Dan benar yang dikatakan Eunhyuk, Donghae masih mengharapkanku.

“ Aku akan menunggumu sampai kau berpisah darinya dan setelah itu kita mulai dari awal, otte?” lanjutnya yang untuk sekian kalinya membuatku tersentak kaget. Tanpa ada hambatan sedikitpun, kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutnya. Tak ada gurat penyesalan di wajahnya, yang ada hanya sebuah kesungguhan. Dia? Akh…aku tidak habis pikir dengannya. Tapi Eunhyuk? Apakah ia mendengar semuanya? Bukankah tadi ia juga ikut turun? Aigoo…


Segera ku tolehkan kepalaku. Mencari sosoknya yang harusnya berada tak jauh dari tempatku. Tapi tak ada? Kemana dia? Segera aku bangkit dari dudukku. Aku seperti kalangkabut sendiri mencari sosoknya. Bahkan Donghae ikut bangkit. “ Ada apa Yeon-ah?” tanyanya ikut menerawang arah pandanganku. Merasa tak punya pilihan lain, ku tepis tangan Donghae di bahuku membuatnya menatapku heran.


“ Aku harus pergi Hae-ah! Annyeong..” pamitku kemudian melangkahkan kakiku cepat. Berusaha agar segera menemukan sosok yang sedang ku cari. Aigoo..jangan-jangan dia… aishhh…tenang Jooyeon-ah!. Kau harus tenang.



Author POV


Setelah mengitari area pemakaman, akhirnya ia menemukan mobil suaminya yang masih terparkir rapih di pelataran parkir. Rasanya begitu lega saat ia menemukan suaminya berada di dalam mobil sedan hitam di depannya. Tanpa banyak membuang waktu, ia segera menghampiri mobil Eunhyuk.


Dibukanya knop pintu mobil sang suami. Senyumnya mengembang saat ia bisa melihat wajah suaminya tanpa penghalang. Berbeda dengan Jooyeon yang masih tersenyum, Eunhyuk malah terus menatap lurus ke depan. Eunhyuk masih terdiam dengan tangan  kanan bertumpu pada kemudi. Berulang kali ia menghela nafas dan mengalihkan pandangannya keluar. Bahkan tak seorang pun tahu, kalau beberapa menit yang lalu ia habis menangis. Benar..ia mendengar semuanya. Mendengar pernyataan Donghae yang menurutnya amat gila.



Tanpa memulai pembicaraan, Eunhyuk mulai melajukan mobilnya. Agak terasa aneh bagi Jooyeon melihat kondisi Eunhyuk ini. Bahkan ia sama sekali tidak berpikir kalau suaminya itu mendengar semua yang dikatakan Donghae tadi. Sesekali ia menoleh ke arah Eunhyuk. Mencari tahu apa yang sedang dirasakan suaminya.


“ Kau kenapa?” satu pertanyaan lolos dari bibir Jooyeon. Sebenarnya ia tak mau mengganggu suasana hati Eunhyuk. Hanya saja ia terlalu penasaran untuk menekan semuanya. Tak ada jawaban, yang ada hanya deheman dari eunhyuk.


“ Jawab aku! Jangan hanya diam.” Protes Jooyeon sedikit menarik lengan Eunhyuk. Dan alhasil, setidaknya ini berhasil membuat Eunhyuk menoleh. Tatapannya begitu datar. Bahkan nyaris kosong.


“ Jangan paksakan dirimu, pergilah kalau kau ingin pergi. Akhirilah kalau kau ingin semua ini berakhir. Aku…” tutur Eunhyuk menggantung. Dia terdiam sebentar untuk berpikir, memikirkan kalimat selanjutnya yang ingin ia katakan.


“ Aku tidak akan menghalangimu..” sambung Eunhyuk dengan nada yang semakin melemah. Rasanya amat sedih saat mengatakan semuanya. Bahkan Jooyeon ikut tersentak. Ia heran kenapa Eunhyuk bisa bicara seperti itu. Rasanya sakit. Yah….memang begitu menyakitkan, dimana seseorang yang ingin kita pertahankan, malah meminta kita pergi.


……..


~ ~ At JooHyuk private room ~ ~


Jari-jari lentik Jooyeon masih memegang beberapa kertas yang tengah dibacanya. Berulang kali membalikkan satu persatu kertas itu, hingga akhirnya masih tetap pada kertas yang sama. Itu semua karena semua kertas itu hanyalah sebuah pelampiasan dari luapan hati Jooyeon yang tak tenang. Pikirannya masih melayang jauh pada apa yang Eunhyuk katakan padanya tadi siang.


Kini logikanya berpetualang pada sebuah kemungkinan kalau Eunhyuk mendengar semua yang dikatakan Donghae. Hatinya terus bergejolak, rasanya begitu risau. Padahal sudah berulang kali ia mencoba untuk mengalihkan perasaannya dengan melakukan berbagai hal, tapi tetap saja rasa itu terus mengusik batinnya.


Helaan nafas panjang menandakan ia cukup frustasi dengan keadaannya saat ini. Bahkan sampai selarut ini Eunhyuk yang belum juga pulang. Itupun menambah gurat frustasi di wajah Jooyeon. Pikirnya mulai melayang jauh menuju sebuah terkaan mengerikan yang semakin membuatnya tak tenang. 



Eunhyuk POV

Hari ini begitu melelahkan. Bahkan bisa dibilang yang paling melelahkan. Pulang selarut ini cukup membuat tubuhku hampir remuk. Beruntung mataku masih bisa diajak kompromi, meski pada nyatanya aku begitu mengantuk.

Semua terbayarkan begitu saja saat aku bisa sampai rumah dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Hhhh….entah. Tapi aku merasa sangat lelah. Meski seharian ini aku bisa mengerjakan semua pekerjaanku dengan baik. Tapi tetap saja, rasa resahku tetap ada, bahkan hingga sekarang. Hingga aku sampai tepat di depan pintu kamarku. Ku hela nafasku panjang, memberanikan diriku membuka pintu ruangan di depanku.


Perlahan ku dorong pintu itu ke dalam. Memperlihatkan apa yag ada di dalamnya. Ku langkahkan kakiku memasuki ruangan yang kini juga menjadi kamar untuk istriku, tanpa lupa menutup pintunya kembali. Ku letakkan tas kerjaku di atas sofa coklat. Kini mataku beralih pada sosok yang tengah tertidur pulas. Ia menelungkupkan wajahnya di atas meja kerjanya. Ku hampiri dirinya yang kini tengah berada dalam mimpi.


Ku perhatikan beberapa kertas yang berserakan di atas mejanya. Ku ambil kertas-kertas itu dan merapihkannya menjadi satu. Mejanya begitu berantakan, jika tadi kertas-kertas terhampar begitu saja. kini beberapa map plastik tersusun begitu berantakan. Rasanya pusing sekali melihat mejanya yang penuh dengan begitu banyak benda.


Kini ku susun mapnya satu persatu, membuat mejanya terlihat lebih luang sekarang. Tapi saat aku mengabil satu map yang tersisa, ku temukan beberapa kertas berukuran sedang. Sepertinya itu bukan kertas, tapi lebih tepatnya adalah lembaran foto. Ku letakkan map yang masih ku pegang, dan kini tanganku beralih pada beberapa foto itu.


Ku balik lembar foto pertama ke foto selanjutnya. Rasanya seperti sedang bernostalgia. Melihat apa yang tergambar pada lembaran-lembaran dalam genggamanku. Semua foto ini menggambarkan kebersamaanku dan Jooyeon sejak kami kecil. Mulai dari TK, SD, sampai SMP. Sayangnya hanya sampai SMP kelas tiga semester satu, karena setelah itu aku pindah ke Jepang untuk urusan pekerjaan appa.


Semuanya tergambar begitu jelas, malah sangat jelas. Mulai dari senyum, tawa, bahagia, sampai ekspresi kesalnya. Sungguh.. apapun dan bagaimanapun ekspresi wajahnya, aku selalu menyukainya. Karena aku memang telah menyukainya sejak dulu. Aku tak tahu jelas tentang kapannya, tapi aku baru menyadari semua itu saat kami sama-sama memasuki jenjang SMP.


Saat itu aku baru memahami perasaanku yang selalu tak karuan saat berada di dekatnya. Dimana aku selalu senang menggodanya dan membuatnya marah. Apapun aku lakukan asal aku bisa bersama dengannya. Tapi saat aku menyadari semua perasaanku, tiba-tiba saja ia mengatakan kekagumannya pada seorang siswa pindahan dari Mokpo. Kagum pada kebaikan hatinya, kecerdasannya, bahkan sampai kagum pada senyum indah yang dimiliki namja itu. namja yang tak lain bernama Lee Donghae.


Dan sejak itu, aku bertekad untuk menutupi perasaan ini padanya. Semua hal kucoba dan akhirnya aku menemukan satu cara yang juga tidak bisa dibilang tepat. Yaitu..bergonta ganti yeojachingu. Mulai saat itu, waktuku bersama Jooyeon sudah tak banyak seperti biasanya. Aku lebih sering bersama yeojachinguku.


Hal itu cukup berhasil membuatnya kesal, tapi cara itu sama sekali tak berhasil untuk menyadarkan dirinya tentang perasaanku yang sebenarnya. Hingga akhirnya aku melakukan sesuatu yang sebenarnya tak masuk akal. Aku memintanya untuk berpura-pura menjadi yeojachingu-ku. Bahkan untuk memintanya pura-pura saja sulit sekali, aku harus belutut memohon padanya. Tidak bisa kubayangkan kalau aku memintanya menjadi yeojachingu-ku yang sebenarnya. Pasti aku akan ditolak mentah-mentah olehnya.


Tapi melihat fakta yang ada sekarang, membuatku selalu tak habis pikir. Orang yang selama ini ku sukai, annie! Orang yang selama ini aku cintai, kini menjadi istriku, menjadi teman hidupku. Rasanya begitu senang, walau sebenarnya aku tak yakin kalau ia juga mencintaiku. Tapi bagaimanapun perasaannya padaku sekarang, aku akan tetap berusaha agar dia bisa mencintaiku.


Kini ku abaikan foto-foto dalam genggamanku dan meletakkannya di atas meja. Mataku mulai beralih pada sosok cantik yang hingga kini masih tertidur pulas. Kususuri lekuk wajahnya, menikmati setiap keindahan yang tuhan berikan padanya. Tanpa ku sadari tanganku mulai bergerak. Bergerak mengelus wajahnya. Kurasakan kulit putihnya yang lembut.


Aku sangat menikmati kegiatanku ini. Belum tentukan aku bisa melakukan hal ini saat ia sedang terjaga?. Begitu terhanyutnya, aku sampai merundukkan tubuhku agar bisa melihat wajahnya lebih dekat. Tiba-tiba saja ia menggeliat, akupun menghentikan aktivitasku dan berlagak seperti biasa walau sebenarnya aku sangat gelagapan.


Dia mulai mengangkat kepalanya sehingga aku bisa melihat wajah kantuknya. Matanya agak bengkak karena baru saja bangun. Berulang kali ia mengerjapkan matanya sambil mengusapnya pelan. Matanya membulat saat ia menangkap sosokku yang berdiri di hadapannya. Bahkan kelopak matanya sempat tertahan. Apa dia sekaget itu?.


“ Kau..kau baru pulang?” tanyanya agak serak dengan raut wajah masih mengantuk. Bahkan dia masih terlihat cantik dalam keadaan seperti itu.
“ Ne..baru saja.” jawabku dengan seulas senyum tipis. Akupun beranjak dari posisiku tadi dan beralih menuju meja kerjaku.


“ Apa kau mendengar semua yang Donghae katakan tadi siang?” tiba-tiba saja suaranya kembali terdengar. Mendengar pertanyaannya aku langsung membalikkan tubuhku. Kini aku bisa melihatnya lagi. Aku menatapnya ragu. Sungguh..ini benar-benar menyebalkan!. Padahal aku sudah tak ingin membahas hal itu. Bukankah membahas semua itu hanya akan membuatku sakit hati?.   


“ Menurutmu?” tanyaku balik. Jujur demi apapun rasanya berat sekali untuk sekedar mengucapkan kata ‘iya’. Akupun berbalik dan bergerak menjauhinya. Rasanya aku ingin cepat-cepat melenyap ke dalam kamar mandi.


“ Kalau kau mendengarnya, aku mohon untuk tidak menganggapnya serius. Jadi jangan pernah berpikir untuk memintaku pergi karena aku tidak ingin pergi.” tuturnya yang mampu membuat sistem kerja jantungku lebih cepat dari biasanya. Rasanya mataku mulai memanas, aku begitu terharu dengan ucapannya. Benarkah? Benarkah dia tak akan meninggalkanku?.


“ Kenapa kau hanya diam? Apa kau tak ingin membiarkan tetap tinggal? Dan lebih memilih untuk melepasku pergi?” tanya dengan nada suara gemetar. Aigoo..kenapa dia berpikiran seperti itu? bicara untuk melepasnya pergi saja begitu berat, apalagi kalau benar-benar melepasnya?. Kini kucoba untuk memasok oksigen sebanyak-banyaknya untuk menormalkan sistem kerja jantungku. Setelah semuanya terasa lebih tenang, akupun berbalik dan menghampirinya.


Ku tatap matanya yang entah sejak kapan telah berlinangan air mata. Ku seka airmatanya dengan kedua ibu jariku. Ulasan senyum tulus, ku umbar dengan maksud membuatnya lebih tenang. Menyelami lautan indah di matanya membuatku terbuai. Akupun menariknya, membawanya ke dalam pelukanku. Ku dekap ia dengan erat, tak peduli dengan apa yang ia lakukan padaku nanti, karena telah berani memeluknya.


“ Jangan pernah berpikir seperti itu lagi, karena sampai kapanpun aku tidak akan mampu melepasmu, arrachi?” tuturku masih mendekapnya. Tak ada jawaban, yang ada hanya anggukan kepalanya yang bisa ku rasakan pada area bahuku. Tanpa kuduga ia membalas pelukanku dengan mengalungkan tangannya di pinggangku.


Rasanya begitu menyenangkan saat tahu kalau ia tak akan meninggalkanku. Rasanya amat bahagia walau pada nyatanya aku belum mengetahui perasaannya padaku. Tapi biarlah, biarlah semua berjalan dengan sebagaimana mestinya, tanpa ingin mempercepat semuanya. Toh..semua akan terjawab dengan seiring berjalannya waktu.


………



Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga kedatangan mentari pagi terasa begitu terburu-buru. Cahayanya-pun mulai mengintrupsi masuk menembus ke dalam seluruh ruangan. Tak berhenti di situ, sinar mentaripun mulai mengusik tidur sepasang suami istri yang masih nyaman dengan apa yang ada. Karena terasa begitu terusik, Jooyeonpun mulai membuka matanya perlahan. Sesekali ia mengerjapkan matanya, mencoba untuk menstabilkan penglihatannya.


Dapat ia rasakan sepasang tangan kekar melingkari pinggangnya, perasaan nyaman juga tak luput menyelimuti kepalanya. Iapun menengadahkan kepalanya dan menemukan sosok Eunhyuk yang menumpukan dagu di atas kepalanya. Jooyeon tersenyum melihat Eunhyuk yang masih terlelap. Entah ada apa, hanya saja ia begitu senang, sampai ia tak ingin melepaskan pelukan suaminya.


Ia masih memandangi wajah Eunhyuk, mencoba mencari kepuasan, tapi sayangnya ia semakin berkeinginan untuk memandangi sosok itu. Tatapannya tetap tak lepas meski orang yang ia tatap, mulai membuka matanya. Sosok itupun  merasakan ada yang aneh. Kini ia menundukkan kepalanya dan menemukan Jooyeon yang sedang tersenyum padanya.


Tak percaya dengan apa yang ia lihat, Eunhyukpun mengerjapkan matanya lagi dan lagi. Hingga ia merasa benar-benar yakin, iapun segera bangkit dan menjauhkan dirinya dari Jooyeon. Sontak aksinya itu menarik keheranan Jooyeon.


“ Aku..aku tidak melakukan apapun padamu, sungguh!” ucap Eunhyuk dengan terburu-buru. Ia bertutur seperti sedang dihakimi masa. Dia ketakutan dan terus mencoba meyakinkan Jooyeon. Rasanya ingin sekali Jooyeon tertawa keras. Bagaimanapun ini sangat lucu. 


……..



Jooyeon POV

~ ~ At SimYeon Boutique ~ ~


Semenjak Donghwa oppa dan calon istrinya memesan pakaian pernikahannya di butikku, semenjak itu pula aku semakin sering bertemu dengan Donghae. Tak jarang pertemuan yang tadinya hanya membicarakan urusanku dengan calon kedua mempelai, berujung pada makan siang bersama Donghae. Entahlah…tapi kalau dipikir-pikir sebenarnya Donghae tak memiliki urusan apapun.


Aku memang tak pernah menolaknya karena pada nyatanya aku tidak merasa keberatan. Toh hanya sekedar makan siang, tak lebih. Aku tahu dengan membiarkannya terus seperti itu, hanya akan membuatnya terus berharap, tapi sekalipun aku tidak bermaksud begitu. Karena setiap dia mengajakku makan siang, aku tak pernah lupa mengikut sertakan Soo Ah di dalamnya. Lagipula untuk apa aku menolak ajakannya? Asal tahu saja, setiap kali ia mengajakku makan siang, pasti selalu ia yang membayarnya. Jadi untuk apa aku menolak?.


“ Kata Hyemi kemarin Cheonsa kesini.” Celetuk Soo Ah di tengah-tengah aktivitasnya yang sedang menata pakaian pada manikin. Aku langsung menoleh padanya. Cheonsa kesini? Kenapa tak bilang padaku?.

“ Benarkah? Tapi kenapa dia tak memberitahuku?” tanyaku dengan sedikit memiringkan kepalaku. “ Molla..” jawabnya sambil mengangkat bahunya.  Akupun ikut mengangkat bahuku dan kembali pada layar komputer di depanku.


Kulanjutkan aktivitasku lagi. Kali ini aku sedang mengirim sebuah rancangan pada salah satu klien. Sambil menunggu mesin scan-ku bekerja, ku buka aplikasi internet pada komputerku. Tak ada yang berarti, hanya kesenangan belaka untuk mengisi waktu.


“ Igo..” segera ku alihkan pandanganku pada sebuah kertas yang lebih mirip dengan kartu undangan pernikahan. Kini ku tengadahkan kepalaku dan menemui sosok Soo-Ah, orang yang baru saja memberikan kartu tadi.


Seperti mengerti dengan maksud tatapanku, “ Kau berhasil Yeon-ah! Ini kartu undangan pagelaran mode, dan salah satu gaun pernikahan rancanganmu akan dipamerkan disana.”


“ Mwo? Jeongmal? Aigooo…jadi kita berhasil? Benarkah? Ahhh…..” akupun bangkit dari kursiku dan bersorak sambil menghambur memeluk Soo Ah erat. Aigoo…benarkah? Akhirnya kerja kerasku selama ini terbayar. Pasti kalian pikir aku sangat berlebihan, tapi orang mana yang tak akan bertingkah sepertiku kalau hasil karyanya bisa dipamerkan pada sebuah acara bergengsi seperti itu? selain itu sebuah kebanggaan tersendiri, hal itu juga bisa mendongkrak pamor butikku.


“Ishhh..lepaskan Jooyeon-ah! Aku tidak bisa bernafas!” pekik Soo Ah sambil mendorong jauh tubuhku. Dia terlihat amat kesal, sedangkan aku, aku malah masih menyengir lebar. Rasanya hatiku begitu bergelora. Kebahagiaanku seperti seorang pahlawan yang berhasil memerdekakan negaranya. Begitu senang, bangga, serta puas.


“ Keurae…karena hari ini aku sedang bahagia, bagaimana kalau malam ini kita makan bersama? aku akan traktir kau sepuasnya, bagaimana?” usulku yang membuat gadis sebaya di depanku ini tersenyum begitu lebar. “ Baiklah..”


“ Apa kalian akan bersenang-senang tanpa aku?” segera kubalikkan tubuhku mencari asal suara yang baru terdengar. Rasanya aku kenal dengan suara ini, dan..benar saja. Ternyata suara tadi berasal dari Donghae. Perlahan dia bergerak menghampiriku. Pandangannya tak lepas dariku. Dan karena itulah membuatku semakin menegang, bukan karena aku gugup berada dekatnya, hanya saja aku canggung.


“ Chukkae…” ucapnya diiringi senyum indahnya yang tak pernah berubah. Akupun tersenyum balik yang membuat senyum di wajahnya tak kunjung berkesudahan. “ Keurae..kalau kau mau ikut, datanglah ke LaPoza jam tujuh nanti, arra?” diapun mengangguk, kini jarak antara ia dan aku tak terlampau dekat seperti tadi.


Iapun mengangkat dua jinjingan dalam genggamannya dan memberikannya padaku. “ Pasti kalian belum makan, kan? Makanya aku membelikan makanan itu untuk kalian.” Jelasnya yang mengerti dengan tingkahku yang sedang menelusuri isi jinjingan itu.


“ Gomawo Hae-ah, tapi harusnya kau tak perlu serepot ini.”sahutku. Aku tak tahu apakah ada yang salah padanya atau ada alasan lain, tapi dari tadi ia terus tersenyum, sungguh membuatku bergidik ngeri.         “ Jadi kau mau menolaknya? Tapi sayangnya, aku tidak menerima penolakan, arraseo?” diktenya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.


“ Annio..mana mungkin kami menolaknya! Menolak pemberianmu sama saja seperti menolak mata air di padang pasir.” Celetuk Soo Ah yang membuatku serta Donghae tertawa. Dia bicara seakan-akan makanan hanya bisa di dapat dari Donghae.



“ Itu juga sebagai perminta maafanku karena hari ini kita tidak bisa makan siang di luar bersama, makanya sebagai gantinya aku membawakannya ke sini.”
“ Ishhh…kalau kau memang tidak bisa harusnya tidak usah dipaksakan ikan bodoh!” umpatku kesal.
“ Baiklah..aku harus segera pergi, aku ada urusan lain, annyeong.” Pamitnya sambil mengacak rambutku.


Kini sosoknya pun telah lenyap di balik pintu butikku. Akupun mebalikkan tubuhku dan bergegas kembali ke mejaku. “ Sepertinya dia benar-benar masih mengharapkanmu.” Akupun langsung mendelik ke arah Soo Ah. “ Dia memang tak main-main Soo-ya. Dia malah bilang akan menunggu, sampai aku bercerai dari Eunhyuk.” Sahutku yang membuatnya matanya terbelalak. Pasti dia kaget. Mana mungkin dia tak kaget.


“ Mwo? Dia berkata seperti itu? Cihh…apa dia sudah gila?” racau Soo Ah dengan nada kesal yang amat kentara. Akupun duduk dipinggir mejaku, sambil menghela nafas. “ Apa Eunhyuk tahu tentang hal itu?” tanya Soo Ah yang kini mulai menghampiriku kemudian duduk di sampingku.


“ Ne..” akupun mengangguk pelan. “ Lalu bagaimana dengan reaksinya?” tanya Soo Ah lagi sambil memandangku penuh selidik. “ Awalnya dia berkata padaku untuk mengakhiri semua ini kalau aku menginginkannya..”


“ Lalu?”
“ Lalu..aku berkata kalau sampai kapanpun aku tidak ingin pergi, dan akhirnya dia bisa percaya padaku.” Lanjutku membuat Soo Ah mengangguk berulang kali.

“ Ah..aku punya ide! Bagaimana pada makan malam nanti, kau ajak Eunhyuk saja?” usulnya heboh sekaligus sumringah. Akupun mengangguk setuju dengan usulnya.



………..


~ ~ At LaPoza ~ ~


Dua orang yeoja telah duduk berhadapan dengan apik. Tak ada keheningan diantara mereka, yang ada adalah sebuah keceriaan serta kehebohan khas perbincangan wanita. Mereka terus saling membalas ucapan satu sama lain, tak jarang mereka melontarkan lelucon yang menambah suasana semakin ceria.


“ Sepertinya sangat menarik, apa aku terlambat?” sontak kedua wanita itu menghentikan obrolan mereka, dan menoleh pada seorang namja yang baru saja menghampiri meja mereka. Tanpa aba-aba apapun, namja itu mengambil tempat di samping Jooyeon.


Keduanya langsung menatap satu sama lain walau arti tatapan mereka berbeda satu sama lain. Perlahan suasana yang tadi terasa ramai, berubah menjadi sedikit aneh dengan adanya Donghae diantara kedua yeoja itu.


Eunhyuk-ah kenapa sampai sekarang kau belum sampai? Cepat datang monyet gunung! Racau Jooyeon dalam hatinya. Sesekali ia melirik ponselnya, berharap ada panggilan atau setidaknya pesan dari suaminya. Tak jauh beda dengan Jooyeon, Soo Ah pun sedang resah menunggu kedatangan suami sahabatnya itu.


“ Kenapa kalian tak memesan makanan?” tanya Donghae yang menyadari keanehan pada Jooyeon. “ Hmm..bagaimana kalau tunggu sepuluh menit lagi?” rajuk Jooyeon yang langsung diamini Donghae.


Merekapun sepakat untuk menunggu sampai sepuluh menit lagi. Tapi walau bagaimanapun, menunggu itu bukanlah hal yang menyenangkan. Menunggu baru lima menit saja terasa seperti sudah satu jam. Donghae melirik sebuah arloji yang melingkar pada tangan kirinya, ia tahu betul kalau ini belum sampai sepuluh menit, hanya saja ia sudah tak sabar.


“ Apa kau sedang menunggu orang?” tanya Donghae heran kenapa mereka semua harus menunggu. Jooyeon pun melirik Soo Ah yang hanya bisa mengangkat bahunya. “ Ne…aku sedang menunggu Eunhyuk.”


“ Ahh..baiklah.” ucap Donghae pasrah. Iapun mengikuti saja apa yang Jooyeon mau, meski ada rasa kecewa dalam benaknya. Akhirnya mereka bertigapun terlarut dengan aktivitas masing-masing selagi menunggu kedatangan Eunhyuk.


Dari kejauhan ada namja lain yang tengah menelusuri sudut restaurant itu guna menemukan sosok yang sedang menunggunya. Saat matanya menemukan sosok itu, iapun langsung berjalan cepat menghampiri meja dimana sosok itu sedang menunggunya.


“ Maaf aku terlam…Donghae?” ucapan yang awalnya sebuah perminta maafan, berangsur menjadi sebuah keterkujutan. Benar…namja yang baru saja datang itu adalah Eunhyuk. Ia benar-benar terkejut kala mendapati sosok Donghae yang tengah duduk di samping istrinya.


“ Hyuk-ah apa kabar?” sapa Donghae sekedar untuk basa-basi, karena tanpa Eunhyuk menjawab pun, ia sudah  tahu kalau sosok yang ia tanya dalam keadaan baik-baik saja.  “ Baik..” jawab Eunhyuk sambil tersenyum samar.


“ Issh..kenapa kau baru sampai? Kau tahu? Kau telah membuat kami menunggu lama!” omel Soo Ah yang kini bangkit dari kursinya. Ia mengomel bukan karena ia kesal karena lelah menunggu, ia mengomel hanya untuk mencairkan suasana yang begitu aneh.


“ Hehheh..tadi aku baru saja kembali dari rumah sakit.” Jawab Eunhyuk sambil menggaruk tengkuknya. Iapun mendekat ke arah meja, dan kini duduk di samping Soo Ah, serta berhadapan dengan Donghae, orang yang bisa dikategorikan sebagai pesaing cintanya.


“ Memangnya kau kenapa? Kau sakit?” Sontak Jooyeon panik sendiri. “ Annio..aku hanya mengantar Lyra, tadi tiba-tiba saja dia pingsan di kantor, makanya aku membawanya ke rumah sakit.” Jelas Eunhyuk yang tentunya berhasil menyulut api amarah dalam hati Jooyeon. Mengerti dengan keadaan yang berubah menjadi panas, Soo Ah pun menengahi. “ Baik..kalau begitu kita bisa pesan makanannya sekarang.”


…….



“ Tidak apa-apa kau pulang sendiri?” tanya Jooyeon masih memegangi tangan temannya itu. yah..mereka baru saja ingin pulang.
“ Tenang saja dia akan pulang denganku.” Sahut Donghae di luar dugaan, tapi langsung diangguki Soo Ah.
“ Baiklah kami pulang duluan, annyeong.” Pamit Eunhyuk yang berjalan terlebih dulu.


“ Hae-ah! Antarkan temanku ini sampai ke rumah dengan selamat, arraseo?” perintah Jooyeon sambil memainkan jari telunjuknya. “ Ya cerewet! Jangankan mengantar Soo Ah sampai ke rumah dengan selamat, menjamin seumur hidupnya selamat saja aku bisa.” Balas Donghae yang membuat mereka tertawa, kecuali Soo Ah yang tanpa disadari sedang menggerutu sendiri.


“ Baiklah kita lihat saja kalau begitu! Ya sudah tuan Lee dan nyonya Kim, aku pamit,annyeong!” pamit Jooyeon sambil membungkukkan badannya, berlagak seperti seorang pelayan.


……..


~ ~ At Eunhyuk’s Car ~ ~


Suasana dalam mobil begitu hening, meskipun ada suara terdengar, paling hanya suara kendaraan lain. Dua makhluk di dalam mobil ini, masih belum mau membuka mulut masing-masing. Keduanya saling menaruh rasa kesal dalam hati. Kalau yang satu kesal, karena harus bertemu dengan pesaing cintanya, yang satu lagi kesal karena tahu suaminya terlambat karena mengantar sekretarisnya ke rumah sakit.


Suasana itu terus berlangsung hingga tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah. Eunhyuk menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumahnya yang masih tertutup rapat.  Tak ada keinginan untuk turun dari mobilnya, karena sebenarnya ia masih harus pergi ke tempat lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.


“ Turun…kenapa masih di sini?” tanya Eunhyuk melirik Jooyeon yang masih mematung. “ Kau sendiri juga tak turun.” Sahut Jooyeon kesal. “ Aku masih ada urusan lain. Kau turunlah.” Kata Eunhyuk memerintah Jooyeon. Sedikit menyebalkan nada bicara Eunhyuk hingga membuat Jooyeon kesal. Ia menatap Eunhyuk tajam dan beralih ke luar. Ia pun membuka pintu mobil dan turun dari sana.


“ Sudah sana masuk!” suruh Eunhyuk karena Jooyeon belum kunjung masuk ke dalam rumah. Sambil memutar bola matanya, Jooyeon menahan amarahnya. Pintu mobil Eunhyuk yang dari tadi belum ia tutup, kini ia banting kasar, tanpa mempedulikan kerusakan yang nanti ditimbulkan.


Tanpa ada kalimat sampai jumpa, mobil Eunhyukpun melaju begitu saja. Mobil Eunhyuk sudah melenyap dimakan jarak, hingga dari posisinya sekarang Jooyeon sudah tak bisa melihatnya lagi. Tapi Jooyeon tetap tak bergeming, tak mempedulikan dinginnya angin malam yang menerpa tubuhnya. Ciihh..bilang saja kau mau menjenguk sekretarismu itu. Gerutu Jooyeon sebelum akhirnya bergerak dari tempatnya.



TBC

Wooiiiii…
Aku balik…
Hehehe…akhirnya dikit lagi kelar
Fiuhhh…makin berkurang deh, beban ff-ku


Apa ya? Aku bingung mau ngomong apa
Kalian maunya aku ngomong apa? #dasar author oon#
Ya sudah itu aja


Semoga part enam nanti bisa jadi part terakhir
Dan semuanya bisa berjalan lancar seperti yang aku inginkan
Amin….

Ok
Bye bye…


Thanks


GSB




Comments

  1. donghae pantang menyerah y..ckckck..
    joyeon knp g bisa tegas y sama donghae..untung eunhyuk walaupun cemburu tp ttp sabar..^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. abisnya donghae ganteng luar biasa sih...jdi jooyeon-nya gak kuat..*digetokeunhyuk*

      Delete

Post a Comment

Popular Posts