We Got Married Part 5 ( About Us )
Eunhyuk POV
Dengan begitu antusias gadis yang berstatuskan istriku ini
berhambur menghampiri Donghae yang masih bersimpuh di depan nisan ayahnya.
Kalau aku tidak salah dengar, ayahnya itu meninggal saat ia masih kuliah di New
York. Padahal yang aku tahu, ia ingin sekali membuat kedua orang tuanya bangga.
Tapi sebelum waktunya tiba, appa-nya sudah menghadap yang maha kuasa. Tapi
kalau ditanya penyebab meninggalnya, aku juga tidak tahu.
Kini Jooyeon ikut bersimpuh di samping Donghae. Namun namja
disebelahnya masih menelungkupkan wajahnya, belum menyadari keberadaan Jooyeon.
Sampai akhirnya Jooyeon mengelus pelan punggung Donghae. ā Appa-mu pasti akan
sedih kalau kau menangis seperti ini.ā Ucap Jooyeon dengan gerakan tangan yang
semakin intens. Hingga akhirnya sang pemilik punggung mengangkat kepalanya
dan..dia memeluk Jooyeon, memeluk ISTRIKU. Rasanya amarahku mulai naik sampai
ke ubun-ubun hingga rasanya ingin sekali kupukul wajahnya.
Tapi menilik kondisinya saat ini, aku tidak mungkin
melakukannnya. Apa yang akan Jooyeon katakan nanti?. Lagipula aku masih punya
perikemanusiaan. Tidak mungkin kan kalau aku memukul orang yang batinnya sedang
sangat terpukul. Sudahlah..anggap saja kali ini aku sedang bermurah hati.
ā Ak..aku menyesal Yeon-ah. Kenapa? Kenapa appa pergi
sebelum melihat ku sukses? Atau..atau aku yang terlalu lambat menjadi sukses?ā
racau Donghae terdengar serak dan parau. Dan untuk kesekian kalinya, Jooyeon
mengelus punggungnya. Aigooā¦kenapa dia sangat baik pada Donghae? Bahkan waktu
aku memeluknya dia sangat marah, tapi pada Donghae?. Apaā¦apa diaā¦masih memiliki
perasaan pada Donghae?. Andwae..andwae!. Huftā¦jangan berfikir macam-macam.
Sekarang cukup diam dan saksikan semuanya.
ā Bahkan sudah tidak ada lagi alasan untukku berada di negara
ini, rasanya..aku ingin kembali ke amerika.ā Celoteh Donghae lagi yang masih
tetap dengan posisinya. ā Ada Hae, karena kau masih punya eomma-mu, Donghwa
oppa, dan bahkan sebentar lagi kau akan memiliki kakak ipar.ā Balas Jooyeon
dengan nada yang amat sabar.
Perlahan mereka menjauhkan tubuh masing-masing. Donghae
mencengkram bahu Jooyeon dengan kedua tangannya. Ia menatap Jooyeon dengan amat
serius. Begitupun dengan Jooyeon.
ā Tapiā¦tapi aku tidak punya kau. Kau tahu kenapa aku kembali ke negara ini? Salah satu alasannya adalah kau..kau Jooyeon.ā Ungkapnya dengan deraian airmata yang lolos begitu saja.Entah..entah apa yang kurasakan sekarang. Mungkin..mungkin aku membeku. Bahkan aku tidak ingin mendengar apapun lagi sekarang.
ā Tapiā¦tapi aku tidak punya kau. Kau tahu kenapa aku kembali ke negara ini? Salah satu alasannya adalah kau..kau Jooyeon.ā Ungkapnya dengan deraian airmata yang lolos begitu saja.Entah..entah apa yang kurasakan sekarang. Mungkin..mungkin aku membeku. Bahkan aku tidak ingin mendengar apapun lagi sekarang.
ā Aku tahu..kau menikah dengannya karena dijodohkan. Jadi
setidaknya aku tak perlu khawatir, ya
kan?ā
Jooyeon POV
Bagaimana bisa dia mengatakan semuanya. Bahkan di saat aku
sudah menikah. Dan benar yang dikatakan Eunhyuk, Donghae masih mengharapkanku.
ā Aku akan menunggumu sampai kau berpisah darinya dan
setelah itu kita mulai dari awal, otte?ā lanjutnya yang untuk sekian kalinya
membuatku tersentak kaget. Tanpa ada hambatan sedikitpun, kata-kata itu lolos
begitu saja dari mulutnya. Tak ada gurat penyesalan di wajahnya, yang ada hanya
sebuah kesungguhan. Dia? Akhā¦aku tidak habis pikir dengannya. Tapi Eunhyuk?
Apakah ia mendengar semuanya? Bukankah tadi ia juga ikut turun? Aigooā¦
Segera ku tolehkan kepalaku. Mencari sosoknya yang harusnya
berada tak jauh dari tempatku. Tapi tak ada? Kemana dia? Segera aku bangkit
dari dudukku. Aku seperti kalangkabut sendiri mencari sosoknya. Bahkan Donghae
ikut bangkit. ā Ada apa Yeon-ah?ā tanyanya ikut menerawang arah pandanganku.
Merasa tak punya pilihan lain, ku tepis tangan Donghae di bahuku membuatnya menatapku
heran.
ā Aku harus pergi Hae-ah! Annyeong..ā pamitku kemudian
melangkahkan kakiku cepat. Berusaha agar segera menemukan sosok yang sedang ku
cari. Aigoo..jangan-jangan diaā¦ aishhhā¦tenang Jooyeon-ah!. Kau harus tenang.
Author POV
Setelah mengitari area pemakaman, akhirnya ia menemukan
mobil suaminya yang masih terparkir rapih di pelataran parkir. Rasanya begitu
lega saat ia menemukan suaminya berada di dalam mobil sedan hitam di depannya.
Tanpa banyak membuang waktu, ia segera menghampiri mobil Eunhyuk.
Dibukanya knop pintu mobil sang suami. Senyumnya mengembang
saat ia bisa melihat wajah suaminya tanpa penghalang. Berbeda dengan Jooyeon
yang masih tersenyum, Eunhyuk malah terus menatap lurus ke depan. Eunhyuk masih
terdiam dengan tangan kanan bertumpu
pada kemudi. Berulang kali ia menghela nafas dan mengalihkan pandangannya
keluar. Bahkan tak seorang pun tahu, kalau beberapa menit yang lalu ia habis
menangis. Benar..ia mendengar semuanya. Mendengar pernyataan Donghae yang
menurutnya amat gila.
Tanpa memulai pembicaraan, Eunhyuk mulai melajukan mobilnya.
Agak terasa aneh bagi Jooyeon melihat kondisi Eunhyuk ini. Bahkan ia sama
sekali tidak berpikir kalau suaminya itu mendengar semua yang dikatakan Donghae
tadi. Sesekali ia menoleh ke arah Eunhyuk. Mencari tahu apa yang sedang
dirasakan suaminya.
ā Kau kenapa?ā satu pertanyaan lolos dari bibir Jooyeon.
Sebenarnya ia tak mau mengganggu suasana hati Eunhyuk. Hanya saja ia terlalu
penasaran untuk menekan semuanya. Tak ada jawaban, yang ada hanya deheman dari
eunhyuk.
ā Jawab aku! Jangan hanya diam.ā Protes Jooyeon sedikit
menarik lengan Eunhyuk. Dan alhasil, setidaknya ini berhasil membuat Eunhyuk
menoleh. Tatapannya begitu datar. Bahkan nyaris kosong.
ā Jangan paksakan dirimu, pergilah kalau kau ingin pergi.
Akhirilah kalau kau ingin semua ini berakhir. Akuā¦ā tutur Eunhyuk menggantung.
Dia terdiam sebentar untuk berpikir, memikirkan kalimat selanjutnya yang ingin
ia katakan.
ā Aku tidak akan menghalangimu..ā sambung Eunhyuk dengan
nada yang semakin melemah. Rasanya amat sedih saat mengatakan semuanya. Bahkan
Jooyeon ikut tersentak. Ia heran kenapa Eunhyuk bisa bicara seperti itu. Rasanya
sakit. Yahā¦.memang begitu menyakitkan, dimana seseorang yang ingin kita
pertahankan, malah meminta kita pergi.
ā¦ā¦..
~ ~ At JooHyuk
private room ~ ~
Jari-jari lentik Jooyeon masih memegang beberapa kertas yang
tengah dibacanya. Berulang kali membalikkan satu persatu kertas itu, hingga
akhirnya masih tetap pada kertas yang sama. Itu semua karena semua kertas itu
hanyalah sebuah pelampiasan dari luapan hati Jooyeon yang tak tenang.
Pikirannya masih melayang jauh pada apa yang Eunhyuk katakan padanya tadi siang.
Kini logikanya berpetualang pada sebuah kemungkinan kalau
Eunhyuk mendengar semua yang dikatakan Donghae. Hatinya terus bergejolak,
rasanya begitu risau. Padahal sudah berulang kali ia mencoba untuk mengalihkan
perasaannya dengan melakukan berbagai hal, tapi tetap saja rasa itu terus
mengusik batinnya.
Helaan nafas panjang menandakan ia cukup frustasi dengan
keadaannya saat ini. Bahkan sampai selarut ini Eunhyuk yang belum juga pulang.
Itupun menambah gurat frustasi di wajah Jooyeon. Pikirnya mulai melayang jauh
menuju sebuah terkaan mengerikan yang semakin membuatnya tak tenang.
Eunhyuk POV
Hari ini begitu melelahkan. Bahkan bisa dibilang yang paling
melelahkan. Pulang selarut ini cukup membuat tubuhku hampir remuk. Beruntung
mataku masih bisa diajak kompromi, meski pada nyatanya aku begitu mengantuk.
Semua terbayarkan begitu saja saat aku bisa sampai rumah
dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Hhhhā¦.entah. Tapi aku merasa sangat
lelah. Meski seharian ini aku bisa mengerjakan semua pekerjaanku dengan baik.
Tapi tetap saja, rasa resahku tetap ada, bahkan hingga sekarang. Hingga aku
sampai tepat di depan pintu kamarku. Ku hela nafasku panjang, memberanikan
diriku membuka pintu ruangan di depanku.
Perlahan ku dorong pintu itu ke dalam. Memperlihatkan apa
yag ada di dalamnya. Ku langkahkan kakiku memasuki ruangan yang kini juga
menjadi kamar untuk istriku, tanpa lupa menutup pintunya kembali. Ku letakkan
tas kerjaku di atas sofa coklat. Kini mataku beralih pada sosok yang tengah
tertidur pulas. Ia menelungkupkan wajahnya di atas meja kerjanya. Ku hampiri
dirinya yang kini tengah berada dalam mimpi.
Ku perhatikan beberapa kertas yang berserakan di atas
mejanya. Ku ambil kertas-kertas itu dan merapihkannya menjadi satu. Mejanya
begitu berantakan, jika tadi kertas-kertas terhampar begitu saja. kini beberapa
map plastik tersusun begitu berantakan. Rasanya pusing sekali melihat mejanya
yang penuh dengan begitu banyak benda.
Kini ku susun mapnya satu persatu, membuat mejanya terlihat
lebih luang sekarang. Tapi saat aku mengabil satu map yang tersisa, ku temukan
beberapa kertas berukuran sedang. Sepertinya itu bukan kertas, tapi lebih
tepatnya adalah lembaran foto. Ku letakkan map yang masih ku pegang, dan kini
tanganku beralih pada beberapa foto itu.
Ku balik lembar foto pertama ke foto selanjutnya. Rasanya
seperti sedang bernostalgia. Melihat apa yang tergambar pada lembaran-lembaran
dalam genggamanku. Semua foto ini menggambarkan kebersamaanku dan Jooyeon sejak
kami kecil. Mulai dari TK, SD, sampai SMP. Sayangnya hanya sampai SMP kelas tiga semester satu, karena setelah itu aku pindah ke Jepang untuk urusan pekerjaan appa.
Semuanya tergambar begitu jelas, malah sangat jelas. Mulai
dari senyum, tawa, bahagia, sampai ekspresi kesalnya. Sungguh.. apapun dan
bagaimanapun ekspresi wajahnya, aku selalu menyukainya. Karena aku memang telah
menyukainya sejak dulu. Aku tak tahu jelas tentang kapannya, tapi aku baru
menyadari semua itu saat kami sama-sama memasuki jenjang SMP.
Saat itu aku baru memahami perasaanku yang selalu tak karuan
saat berada di dekatnya. Dimana aku selalu senang menggodanya dan membuatnya
marah. Apapun aku lakukan asal aku bisa bersama dengannya. Tapi saat aku
menyadari semua perasaanku, tiba-tiba saja ia mengatakan kekagumannya pada
seorang siswa pindahan dari Mokpo. Kagum pada kebaikan hatinya, kecerdasannya,
bahkan sampai kagum pada senyum indah yang dimiliki namja itu. namja yang tak
lain bernama Lee Donghae.
Dan sejak itu, aku bertekad untuk menutupi perasaan ini
padanya. Semua hal kucoba dan akhirnya aku menemukan satu cara yang juga tidak
bisa dibilang tepat. Yaitu..bergonta ganti yeojachingu. Mulai saat itu, waktuku
bersama Jooyeon sudah tak banyak seperti biasanya. Aku lebih sering bersama
yeojachinguku.
Hal itu cukup berhasil membuatnya kesal, tapi cara itu sama
sekali tak berhasil untuk menyadarkan dirinya tentang perasaanku yang
sebenarnya. Hingga akhirnya aku melakukan sesuatu yang sebenarnya tak masuk
akal. Aku memintanya untuk berpura-pura menjadi yeojachingu-ku. Bahkan untuk
memintanya pura-pura saja sulit sekali, aku harus belutut memohon padanya.
Tidak bisa kubayangkan kalau aku memintanya menjadi yeojachingu-ku yang
sebenarnya. Pasti aku akan ditolak mentah-mentah olehnya.
Tapi melihat fakta yang ada sekarang, membuatku selalu tak
habis pikir. Orang yang selama ini ku sukai, annie! Orang yang selama ini aku
cintai, kini menjadi istriku, menjadi teman hidupku. Rasanya begitu senang,
walau sebenarnya aku tak yakin kalau ia juga mencintaiku. Tapi bagaimanapun
perasaannya padaku sekarang, aku akan tetap berusaha agar dia bisa mencintaiku.
Kini ku abaikan foto-foto dalam genggamanku dan
meletakkannya di atas meja. Mataku mulai beralih pada sosok cantik yang hingga
kini masih tertidur pulas. Kususuri lekuk wajahnya, menikmati setiap keindahan
yang tuhan berikan padanya. Tanpa ku sadari tanganku mulai bergerak. Bergerak
mengelus wajahnya. Kurasakan kulit putihnya yang lembut.
Aku sangat menikmati kegiatanku ini. Belum tentukan aku bisa
melakukan hal ini saat ia sedang terjaga?. Begitu terhanyutnya, aku sampai
merundukkan tubuhku agar bisa melihat wajahnya lebih dekat. Tiba-tiba saja ia
menggeliat, akupun menghentikan aktivitasku dan berlagak seperti biasa walau
sebenarnya aku sangat gelagapan.
Dia mulai mengangkat kepalanya sehingga aku bisa melihat
wajah kantuknya. Matanya agak bengkak karena baru saja bangun. Berulang kali ia
mengerjapkan matanya sambil mengusapnya pelan. Matanya membulat saat ia
menangkap sosokku yang berdiri di hadapannya. Bahkan kelopak matanya sempat
tertahan. Apa dia sekaget itu?.
ā Kau..kau baru pulang?ā tanyanya agak serak dengan raut
wajah masih mengantuk. Bahkan dia masih terlihat cantik dalam keadaan seperti
itu.
ā Ne..baru saja.ā jawabku dengan seulas senyum tipis. Akupun
beranjak dari posisiku tadi dan beralih menuju meja kerjaku.
ā Apa kau mendengar semua yang Donghae katakan tadi siang?ā
tiba-tiba saja suaranya kembali terdengar. Mendengar pertanyaannya aku langsung
membalikkan tubuhku. Kini aku bisa melihatnya lagi. Aku menatapnya ragu.
Sungguh..ini benar-benar menyebalkan!. Padahal aku sudah tak ingin membahas hal
itu. Bukankah membahas semua itu hanya akan membuatku sakit hati?.
ā Menurutmu?ā tanyaku balik. Jujur demi apapun rasanya berat
sekali untuk sekedar mengucapkan kata āiyaā. Akupun berbalik dan bergerak
menjauhinya. Rasanya aku ingin cepat-cepat melenyap ke dalam kamar mandi.
ā Kalau kau mendengarnya, aku mohon untuk tidak
menganggapnya serius. Jadi jangan pernah berpikir untuk memintaku pergi karena
aku tidak ingin pergi.ā tuturnya yang mampu membuat sistem kerja jantungku
lebih cepat dari biasanya. Rasanya mataku mulai memanas, aku begitu terharu
dengan ucapannya. Benarkah? Benarkah dia tak akan meninggalkanku?.
ā Kenapa kau hanya diam? Apa kau tak ingin membiarkan tetap
tinggal? Dan lebih memilih untuk melepasku pergi?ā tanya dengan nada suara
gemetar. Aigoo..kenapa dia berpikiran seperti itu? bicara untuk melepasnya pergi
saja begitu berat, apalagi kalau benar-benar melepasnya?. Kini kucoba untuk
memasok oksigen sebanyak-banyaknya untuk menormalkan sistem kerja jantungku.
Setelah semuanya terasa lebih tenang, akupun berbalik dan menghampirinya.
Ku tatap matanya yang entah sejak kapan telah berlinangan
air mata. Ku seka airmatanya dengan kedua ibu jariku. Ulasan senyum tulus, ku
umbar dengan maksud membuatnya lebih tenang. Menyelami lautan indah di matanya
membuatku terbuai. Akupun menariknya, membawanya ke dalam pelukanku. Ku dekap
ia dengan erat, tak peduli dengan apa yang ia lakukan padaku nanti, karena telah
berani memeluknya.
ā Jangan pernah berpikir seperti itu lagi, karena sampai
kapanpun aku tidak akan mampu melepasmu, arrachi?ā tuturku masih mendekapnya.
Tak ada jawaban, yang ada hanya anggukan kepalanya yang bisa ku rasakan pada
area bahuku. Tanpa kuduga ia membalas pelukanku dengan mengalungkan tangannya
di pinggangku.
Rasanya begitu menyenangkan saat tahu kalau ia tak akan
meninggalkanku. Rasanya amat bahagia walau pada nyatanya aku belum mengetahui
perasaannya padaku. Tapi biarlah, biarlah semua berjalan dengan sebagaimana
mestinya, tanpa ingin mempercepat semuanya. Toh..semua akan terjawab dengan
seiring berjalannya waktu.
ā¦ā¦ā¦
Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga kedatangan
mentari pagi terasa begitu terburu-buru. Cahayanya-pun mulai mengintrupsi masuk
menembus ke dalam seluruh ruangan. Tak berhenti di situ, sinar mentaripun mulai
mengusik tidur sepasang suami istri yang masih nyaman dengan apa yang ada.
Karena terasa begitu terusik, Jooyeonpun mulai membuka matanya perlahan.
Sesekali ia mengerjapkan matanya, mencoba untuk menstabilkan penglihatannya.
Dapat ia rasakan sepasang tangan kekar melingkari
pinggangnya, perasaan nyaman juga tak luput menyelimuti kepalanya. Iapun
menengadahkan kepalanya dan menemukan sosok Eunhyuk yang menumpukan dagu di
atas kepalanya. Jooyeon tersenyum melihat Eunhyuk yang masih terlelap. Entah
ada apa, hanya saja ia begitu senang, sampai ia tak ingin melepaskan pelukan
suaminya.
Ia masih memandangi wajah Eunhyuk, mencoba mencari kepuasan,
tapi sayangnya ia semakin berkeinginan untuk memandangi sosok itu. Tatapannya
tetap tak lepas meski orang yang ia tatap, mulai membuka matanya. Sosok
itupun merasakan ada yang aneh. Kini ia
menundukkan kepalanya dan menemukan Jooyeon yang sedang tersenyum padanya.
Tak percaya dengan apa yang ia lihat, Eunhyukpun
mengerjapkan matanya lagi dan lagi. Hingga ia merasa benar-benar yakin, iapun
segera bangkit dan menjauhkan dirinya dari Jooyeon. Sontak aksinya itu menarik
keheranan Jooyeon.
ā Aku..aku tidak melakukan apapun padamu, sungguh!ā ucap
Eunhyuk dengan terburu-buru. Ia bertutur seperti sedang dihakimi masa. Dia
ketakutan dan terus mencoba meyakinkan Jooyeon. Rasanya ingin sekali Jooyeon
tertawa keras. Bagaimanapun ini sangat lucu.
ā¦ā¦..
Jooyeon POV
~ ~ At SimYeon
Boutique ~ ~
Semenjak Donghwa oppa dan calon istrinya memesan pakaian
pernikahannya di butikku, semenjak itu pula aku semakin sering bertemu dengan
Donghae. Tak jarang pertemuan yang tadinya hanya membicarakan urusanku dengan
calon kedua mempelai, berujung pada makan siang bersama Donghae. Entahlahā¦tapi
kalau dipikir-pikir sebenarnya Donghae tak memiliki urusan apapun.
Aku memang tak pernah menolaknya karena pada nyatanya aku
tidak merasa keberatan. Toh hanya sekedar makan siang, tak lebih. Aku tahu
dengan membiarkannya terus seperti itu, hanya akan membuatnya terus berharap,
tapi sekalipun aku tidak bermaksud begitu. Karena setiap dia mengajakku makan
siang, aku tak pernah lupa mengikut sertakan Soo Ah di dalamnya. Lagipula untuk
apa aku menolak ajakannya? Asal tahu saja, setiap kali ia mengajakku makan
siang, pasti selalu ia yang membayarnya. Jadi untuk apa aku menolak?.
ā Kata Hyemi kemarin Cheonsa kesini.ā Celetuk Soo Ah di
tengah-tengah aktivitasnya yang sedang menata pakaian pada manikin. Aku
langsung menoleh padanya. Cheonsa kesini? Kenapa tak bilang padaku?.
ā Benarkah? Tapi kenapa dia tak memberitahuku?ā tanyaku
dengan sedikit memiringkan kepalaku. ā Molla..ā jawabnya sambil mengangkat
bahunya. Akupun ikut mengangkat bahuku
dan kembali pada layar komputer di depanku.
Kulanjutkan aktivitasku lagi. Kali ini aku sedang mengirim
sebuah rancangan pada salah satu klien. Sambil menunggu mesin scan-ku bekerja,
ku buka aplikasi internet pada komputerku. Tak ada yang berarti, hanya
kesenangan belaka untuk mengisi waktu.
ā Igo..ā segera ku alihkan pandanganku pada sebuah kertas
yang lebih mirip dengan kartu undangan pernikahan. Kini ku tengadahkan kepalaku
dan menemui sosok Soo-Ah, orang yang baru saja memberikan kartu tadi.
Seperti mengerti dengan maksud tatapanku, ā Kau berhasil
Yeon-ah! Ini kartu undangan pagelaran mode, dan salah satu gaun pernikahan
rancanganmu akan dipamerkan disana.ā
ā Mwo? Jeongmal? Aigoooā¦jadi kita berhasil? Benarkah?
Ahhhā¦..ā akupun bangkit dari kursiku dan bersorak sambil menghambur memeluk Soo
Ah erat. Aigooā¦benarkah? Akhirnya kerja kerasku selama ini terbayar. Pasti
kalian pikir aku sangat berlebihan, tapi orang mana yang tak akan bertingkah
sepertiku kalau hasil karyanya bisa dipamerkan pada sebuah acara bergengsi
seperti itu? selain itu sebuah kebanggaan tersendiri, hal itu juga bisa
mendongkrak pamor butikku.
āIshhh..lepaskan Jooyeon-ah! Aku tidak bisa bernafas!ā pekik
Soo Ah sambil mendorong jauh tubuhku. Dia terlihat amat kesal, sedangkan aku,
aku malah masih menyengir lebar. Rasanya hatiku begitu bergelora. Kebahagiaanku
seperti seorang pahlawan yang berhasil memerdekakan negaranya. Begitu senang,
bangga, serta puas.
ā Keuraeā¦karena hari ini aku sedang bahagia, bagaimana kalau
malam ini kita makan bersama? aku akan traktir kau sepuasnya, bagaimana?ā
usulku yang membuat gadis sebaya di depanku ini tersenyum begitu lebar. ā
Baiklah..ā
ā Apa kalian akan bersenang-senang tanpa aku?ā segera
kubalikkan tubuhku mencari asal suara yang baru terdengar. Rasanya aku kenal
dengan suara ini, dan..benar saja. Ternyata suara tadi berasal dari Donghae.
Perlahan dia bergerak menghampiriku. Pandangannya tak lepas dariku. Dan karena
itulah membuatku semakin menegang, bukan karena aku gugup berada dekatnya,
hanya saja aku canggung.
ā Chukkaeā¦ā ucapnya diiringi senyum indahnya yang tak pernah
berubah. Akupun tersenyum balik yang membuat senyum di wajahnya tak kunjung
berkesudahan. ā Keurae..kalau kau mau ikut, datanglah ke LaPoza jam tujuh nanti,
arra?ā diapun mengangguk, kini jarak antara ia dan aku tak terlampau dekat
seperti tadi.
Iapun mengangkat dua jinjingan dalam genggamannya dan
memberikannya padaku. ā Pasti kalian belum makan, kan? Makanya aku membelikan
makanan itu untuk kalian.ā Jelasnya yang mengerti dengan tingkahku yang sedang
menelusuri isi jinjingan itu.
ā Gomawo Hae-ah, tapi harusnya kau tak perlu serepot
ini.āsahutku. Aku tak tahu apakah ada yang salah padanya atau ada alasan lain,
tapi dari tadi ia terus tersenyum, sungguh membuatku bergidik ngeri. ā Jadi kau mau menolaknya? Tapi sayangnya, aku
tidak menerima penolakan, arraseo?ā diktenya sambil melipat kedua tangannya di
depan dada.
ā Annio..mana mungkin kami menolaknya! Menolak pemberianmu
sama saja seperti menolak mata air di padang pasir.ā Celetuk Soo Ah yang
membuatku serta Donghae tertawa. Dia bicara seakan-akan makanan hanya bisa di
dapat dari Donghae.
ā Itu juga sebagai perminta maafanku karena hari ini kita
tidak bisa makan siang di luar bersama, makanya sebagai gantinya aku
membawakannya ke sini.ā
ā Ishhhā¦kalau kau memang tidak bisa harusnya tidak usah
dipaksakan ikan bodoh!ā umpatku kesal.
ā Baiklah..aku harus segera pergi, aku ada urusan lain,
annyeong.ā Pamitnya sambil mengacak rambutku.
Kini sosoknya pun telah lenyap di balik pintu butikku.
Akupun mebalikkan tubuhku dan bergegas kembali ke mejaku. ā Sepertinya dia
benar-benar masih mengharapkanmu.ā Akupun langsung mendelik ke arah Soo Ah. ā
Dia memang tak main-main Soo-ya. Dia malah bilang akan menunggu, sampai aku bercerai
dari Eunhyuk.ā Sahutku yang membuatnya matanya terbelalak. Pasti dia kaget.
Mana mungkin dia tak kaget.
ā Mwo? Dia berkata seperti itu? Cihhā¦apa dia sudah gila?ā
racau Soo Ah dengan nada kesal yang amat kentara. Akupun duduk dipinggir
mejaku, sambil menghela nafas. ā Apa Eunhyuk tahu tentang hal itu?ā tanya Soo Ah
yang kini mulai menghampiriku kemudian duduk di sampingku.
ā Ne..ā akupun mengangguk pelan. ā Lalu bagaimana dengan
reaksinya?ā tanya Soo Ah lagi sambil memandangku penuh selidik. ā Awalnya dia
berkata padaku untuk mengakhiri semua ini kalau aku menginginkannya..ā
ā Lalu?ā
ā Lalu..aku berkata kalau sampai kapanpun aku tidak ingin
pergi, dan akhirnya dia bisa percaya padaku.ā Lanjutku membuat Soo Ah
mengangguk berulang kali.
ā Ah..aku punya ide! Bagaimana pada makan malam nanti, kau
ajak Eunhyuk saja?ā usulnya heboh sekaligus sumringah. Akupun mengangguk setuju
dengan usulnya.
ā¦ā¦ā¦..
~ ~ At LaPoza ~ ~
Dua orang yeoja telah duduk berhadapan dengan apik. Tak ada
keheningan diantara mereka, yang ada adalah sebuah keceriaan serta kehebohan
khas perbincangan wanita. Mereka terus saling membalas ucapan satu sama lain,
tak jarang mereka melontarkan lelucon yang menambah suasana semakin ceria.
ā Sepertinya sangat menarik, apa aku terlambat?ā sontak
kedua wanita itu menghentikan obrolan mereka, dan menoleh pada seorang namja
yang baru saja menghampiri meja mereka. Tanpa aba-aba apapun, namja itu
mengambil tempat di samping Jooyeon.
Keduanya langsung menatap satu sama lain walau arti tatapan
mereka berbeda satu sama lain. Perlahan suasana yang tadi terasa ramai, berubah
menjadi sedikit aneh dengan adanya Donghae diantara kedua yeoja itu.
Eunhyuk-ah kenapa sampai sekarang kau belum sampai? Cepat datang monyet
gunung! Racau Jooyeon dalam hatinya. Sesekali ia melirik ponselnya,
berharap ada panggilan atau setidaknya pesan dari suaminya. Tak jauh beda
dengan Jooyeon, Soo Ah pun sedang resah menunggu kedatangan suami sahabatnya
itu.
ā Kenapa kalian tak memesan makanan?ā tanya Donghae yang
menyadari keanehan pada Jooyeon. ā Hmm..bagaimana kalau tunggu sepuluh menit
lagi?ā rajuk Jooyeon yang langsung diamini Donghae.
Merekapun sepakat untuk menunggu sampai sepuluh menit lagi.
Tapi walau bagaimanapun, menunggu itu bukanlah hal yang menyenangkan. Menunggu
baru lima menit saja terasa seperti sudah satu jam. Donghae melirik sebuah
arloji yang melingkar pada tangan kirinya, ia tahu betul kalau ini belum sampai
sepuluh menit, hanya saja ia sudah tak sabar.
ā Apa kau sedang menunggu orang?ā tanya Donghae heran kenapa
mereka semua harus menunggu. Jooyeon pun melirik Soo Ah yang hanya bisa
mengangkat bahunya. ā Neā¦aku sedang menunggu Eunhyuk.ā
ā Ahh..baiklah.ā ucap Donghae pasrah. Iapun mengikuti saja
apa yang Jooyeon mau, meski ada rasa kecewa dalam benaknya. Akhirnya mereka
bertigapun terlarut dengan aktivitas masing-masing selagi menunggu kedatangan
Eunhyuk.
Dari kejauhan ada namja lain yang tengah menelusuri sudut
restaurant itu guna menemukan sosok yang sedang menunggunya. Saat matanya
menemukan sosok itu, iapun langsung berjalan cepat menghampiri meja dimana
sosok itu sedang menunggunya.
ā Maaf aku terlamā¦Donghae?ā ucapan yang awalnya sebuah
perminta maafan, berangsur menjadi sebuah keterkujutan. Benarā¦namja yang baru
saja datang itu adalah Eunhyuk. Ia benar-benar terkejut kala mendapati sosok
Donghae yang tengah duduk di samping istrinya.
ā Hyuk-ah apa kabar?ā sapa Donghae sekedar untuk basa-basi,
karena tanpa Eunhyuk menjawab pun, ia sudah
tahu kalau sosok yang ia tanya dalam keadaan baik-baik saja. ā Baik..ā jawab Eunhyuk sambil tersenyum samar.
ā Issh..kenapa kau baru sampai? Kau tahu? Kau telah membuat
kami menunggu lama!ā omel Soo Ah yang kini bangkit dari kursinya. Ia mengomel
bukan karena ia kesal karena lelah menunggu, ia mengomel hanya untuk mencairkan
suasana yang begitu aneh.
ā Hehheh..tadi aku baru saja kembali dari rumah sakit.ā
Jawab Eunhyuk sambil menggaruk tengkuknya. Iapun mendekat ke arah meja, dan
kini duduk di samping Soo Ah, serta berhadapan dengan Donghae, orang yang bisa
dikategorikan sebagai pesaing cintanya.
ā Memangnya kau kenapa? Kau sakit?ā Sontak Jooyeon panik
sendiri. ā Annio..aku hanya mengantar Lyra, tadi tiba-tiba saja dia pingsan di
kantor, makanya aku membawanya ke rumah sakit.ā Jelas Eunhyuk yang tentunya berhasil
menyulut api amarah dalam hati Jooyeon. Mengerti dengan keadaan yang berubah
menjadi panas, Soo Ah pun menengahi. ā Baik..kalau begitu kita bisa pesan
makanannya sekarang.ā
ā¦ā¦.
ā Tidak apa-apa kau pulang sendiri?ā tanya Jooyeon masih
memegangi tangan temannya itu. yah..mereka baru saja ingin pulang.
ā Tenang saja dia akan pulang denganku.ā Sahut Donghae di
luar dugaan, tapi langsung diangguki Soo Ah.
ā Baiklah kami pulang duluan, annyeong.ā Pamit Eunhyuk yang
berjalan terlebih dulu.
ā Hae-ah! Antarkan temanku ini sampai ke rumah dengan
selamat, arraseo?ā perintah Jooyeon sambil memainkan jari telunjuknya. ā Ya cerewet!
Jangankan mengantar Soo Ah sampai ke rumah dengan selamat, menjamin seumur
hidupnya selamat saja aku bisa.ā Balas Donghae yang membuat mereka tertawa,
kecuali Soo Ah yang tanpa disadari sedang menggerutu sendiri.
ā Baiklah kita lihat saja kalau begitu! Ya sudah tuan Lee
dan nyonya Kim, aku pamit,annyeong!ā pamit Jooyeon sambil membungkukkan
badannya, berlagak seperti seorang pelayan.
ā¦ā¦..
~ ~ At Eunhyukās Car
~ ~
Suasana dalam mobil begitu hening, meskipun ada suara
terdengar, paling hanya suara kendaraan lain. Dua makhluk di dalam mobil ini,
masih belum mau membuka mulut masing-masing. Keduanya saling menaruh rasa kesal
dalam hati. Kalau yang satu kesal, karena harus bertemu dengan pesaing
cintanya, yang satu lagi kesal karena tahu suaminya terlambat karena mengantar
sekretarisnya ke rumah sakit.
Suasana itu terus berlangsung hingga tak terasa mereka sudah
sampai di depan rumah. Eunhyuk menghentikan mobilnya tepat di depan pagar
rumahnya yang masih tertutup rapat. Tak
ada keinginan untuk turun dari mobilnya, karena sebenarnya ia masih harus pergi
ke tempat lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.
ā Turunā¦kenapa masih di sini?ā tanya Eunhyuk melirik Jooyeon
yang masih mematung. ā Kau sendiri juga tak turun.ā Sahut Jooyeon kesal. ā Aku
masih ada urusan lain. Kau turunlah.ā Kata Eunhyuk memerintah Jooyeon. Sedikit
menyebalkan nada bicara Eunhyuk hingga membuat Jooyeon kesal. Ia menatap
Eunhyuk tajam dan beralih ke luar. Ia pun membuka pintu mobil dan turun dari
sana.
ā Sudah sana masuk!ā suruh Eunhyuk karena Jooyeon belum
kunjung masuk ke dalam rumah. Sambil memutar bola matanya, Jooyeon menahan
amarahnya. Pintu mobil Eunhyuk yang dari tadi belum ia tutup, kini ia banting
kasar, tanpa mempedulikan kerusakan yang nanti ditimbulkan.
Tanpa ada kalimat sampai jumpa, mobil Eunhyukpun melaju
begitu saja. Mobil Eunhyuk sudah melenyap dimakan jarak, hingga dari posisinya
sekarang Jooyeon sudah tak bisa melihatnya lagi. Tapi Jooyeon tetap tak
bergeming, tak mempedulikan dinginnya angin malam yang menerpa tubuhnya. Ciihh..bilang
saja kau mau menjenguk sekretarismu itu. Gerutu Jooyeon sebelum
akhirnya bergerak dari tempatnya.
TBC
Wooiiiiiā¦
Aku balikā¦
Heheheā¦akhirnya dikit lagi kelar
Fiuhhhā¦makin berkurang deh, beban ff-ku
Apa ya? Aku bingung mau ngomong apa
Kalian maunya aku ngomong apa? #dasar author oon#
Ya sudah itu aja
Semoga part enam nanti bisa jadi part terakhir
Dan semuanya bisa berjalan lancar seperti yang aku inginkan
Aminā¦.
Ok
Bye byeā¦
Thanks
GSB
donghae pantang menyerah y..ckckck..
ReplyDeletejoyeon knp g bisa tegas y sama donghae..untung eunhyuk walaupun cemburu tp ttp sabar..^^
abisnya donghae ganteng luar biasa sih...jdi jooyeon-nya gak kuat..*digetokeunhyuk*
Delete