We Got Married Part 6 ( END )
~ ~ At SimYeon
Boutique ~ ~
Jooyeon terus saja menggerutu. Gerak tangannya yang tak
menentu menorehkan goresan-goresan abstrak pada secarik kertas yang pada
awalnya begitu bersih. Perasaannya campur aduk, antara kesal, lelah danā¦bosan
mungkin?. Beberapa minggu belakangan ini dia begitu sibuk, ditambah lagi dengan
pameran busana yang akan digelar beberapa hari lagi.
Dirasa sudah cukup frustasi, kini Jooyeon menyangga dagunya
di atas meja kerjanya. Tangannya tak berhenti untuk meraih apa saja yang
tergeletak di atas meja. Berulang kali ia mendengus kesal, berharap kegiatannya
mampu mengeluarkan semua beban dalam hatinya. Diliriknya jam tangan yang
melekat di lengan kirinya. Jam setengah satu? Ahā¦kenapa waktu berjalan
begitu cepat? Bahkan sampai sekarang aku belum juga pergi makan siang.
ā Jooyeon-ah, bagaimana kalau kita kurangi detail gaun ini?
Ku rasa akan lebih sederhana tapi lebih memukau.ā Ujar Soo Ah mengomentari
sebuah desain gaun di tangannya. Hening, tak ada jawaban dari lawan bicaranya.
ā Jooyeonā¦Jooyeon..Yak..Lee Jooyeon!!!ā panggilan yang tadinya terdengar biasa,
berangsur meninggi, hingga mampu membuat sang pemilik nama tersadar dari
lamunannya.
ā Waeyo?ā sulut Jooyeon sambil memutar posisi duduknya. Dia
agak kesal, terlebih ia merasa sangat terkejut karena teriakan temannya tadi.
ā
Cisshhā¦sudahlah! Nanti saja kita bahas! Aku mau makan siang dulu.ā Jawab Soo Ah
sambil meletakkan kertas dalam genggamannya ke atas meja kerjanya. Kini
tangannya mulai beralih memainkan mouse komputernya. Merasa diabaikan begitu
saja, Jooyeonpun kembali dengan āaktivitasā yang menurutnya cukup menyenangkan.
CEKLEK
Pintu butik berukuran cukup luas itu perlahan terbuka, tak
lama tersembul sesosok tampan yang tak terlalu tinggi, namun memiliki karisma
yang amat tinggi. Kedatangannyapun disadari oleh Soo Ah, āyang langsung
mengalihkan pandangannya ke arah pintu, tepat dimana pria itu berasal. Soo Ah
tak henti-hentinya merutuki pria gagah itu dalam hatinya. Pandangan malas Soo
Ah layangkan pada pria itu, meski sangat berbanding terbalik dengan yang pria
itu berikan padanya.
ā Apa kau sedang sibuk?ā tanya pria itu tepat di depan
Jooyeon. Sapaan tersebut ternyata mampu menyadarkan Jooyeon dari lamunannya.
Iapun langsung mengulas senyumnya, kala mendapati sosok Lee Donghae berada
tepat di depannya.
Menyadari keadaan wanita di hadapannya begitu aneh,
Donghaepun berinisiatif menyentuh dahi Jooyeon untuk memastikan wanita itu
berada dalam kondisi baik-baik saja. ā Apa kau sakit?ā belum sempat tangannya
menyentuh dahi Jooyeon, dengan cepat tangannya mendapat penolakan dari sang
pemilik dahi.
ā Aku baik-baik saja, Hae.ā Ucap Jooyeon sambil tersenyum
malas. Melihat senyum itu, Donghaepun ikut tersenyum, meski dalam hatinya ada
sedikit kekecewaan.
Apa namja itu gila? Tidak menyerahkah dia, meskipun wanita di
hadapannya itu sudah bersuami? Cihh..menggelikan! Atau dia memang sudah
benar-benar gila? Dan benar-benar akan memisahkan wanita itu dari suaminya?.
Ahhā¦Jooyeon-ah, aku.. sebagai sahabatmu , berjanji tidak akan tinggal diam. Aku
akan melindungimu dari pria itu. cibir Soo Ah dalam hatinya. Dia terus
saja merutuki pria itu.
Dan harudo sumeul swigi ttemune nan
Gamdangheya hari seulpeumi du nuneul eiowa
Ne giogeun hansun-gan bonjyo-oneun
Gamdangheya hari seulpeumi du nuneul eiowa
Ne giogeun hansun-gan bonjyo-oneun
Suara dering ponsel Jooyeon tiba-tiba saja menggema hingga
terdengar hampir ke seluruh sudut ruangan. Tanpa ingin membiarkan orang yang
menghubunginya menunggu terlalu lama, iapun langsung menekan tobol hijau
āanswerā. Nomornya tak diketahui, namun tak menyurutkan niat Jooyeon untuk
bercakap dengan lawan bicaranya.
ā Yeobseyeo..ā sapa Jooyeon ramah.
āā¦ā¦..ā
ā Ya benar..ada apa?ā sebisa mungkin ia menekan amarahnya
saat ia tahu kalau orang yang menghubungi dirinya adalah, Park Lyra.
āā¦ā¦.ā
ā MWOO?ā sontak nada bicara Jooyeon berubah 180 derajat dari
sebelumnya. Kini ia begitu panik. Perlahan kerja jantungnya bertambah dua kali
lebih cepat dari sebelumnya.
āā¦ā¦.ā
ā Baiklah, aku segera ke sana.ā Ucap jooyeon sambari
mengakhiri percakapannya.
Iapun segera membenahi semua barangnya dan memasukkan
beberapa diantaranya ke dalam tas. Sudah tak terpikir lagi, barang apa saja
yang sudah ia masukkan ke dalam tasnya. Tak ingin membuang banyak waktu,
Jooyeon segera beranjak dari kursinya.
ā Jooyeon-ah waeyo?ā tanya Soo Ah sambil menepuk pelan bahu
temannya yang kini nampak begitu tergesa-gesa.
Jooyeon POV
Rasanya jantungku berdetak begitu cepat, hingga membuat
kerja sistem sarafku juga ikut tergesa. Semuanya terasa begitu mengejutkan,
kala Lyra -sekretaris Eunhyuk, mengabarkan kalau Eunhyuk dilarikan ke rumah sakit. Aku tak tahu bagaimana ceritanya,
yang jelas Lyra hanya menyuruhku untuk segera menjenguk Eunhyuk.
ā Jooyeon-ah waeyo?ā kurasakan sebuah tangan menyentuh
bahuku. Kulihat Soo Ah berada di sampingku, wajahnya begitu khawatir. Mungkin
reaksiku terhadap kabar yang Lyra berikan begitu berlebihan hingga membuat Soo
Ah ikut khawatir.
ā Eunhyuk.. dia masuk rumah sakit, Soo-ya.ā Ku hela nafasku
dalam-dalam, berusaha menenangkan kalutnya pikiranku. Anehā¦rasanya tubuhku
sedikit lemas, rasanya ingin sekali merebahkan raga ini. Sebegitu berartikah
monyet itu untukku? Ayolah Jooyeon..kenapa kau sendiri menjadi ling lung?.
ā Bagaimana bisa?ā
ā Aku tidak tahu, tadi sekretarisnya hanya menyuruhku untuk
datang ke rumah sakit.ā Jawabku sambil meraih ponselku. Kusampirkan tas ku pada
lengan kananku, tak lupa dengan ponsel dalam genggamanku. Arghhh..kenapa aku
jadi begitu gemetar?.
ā Baiklahā¦aku harus segera ke sana.ā Lanjutku sambil melirik
Soo Ah, yang entah kenapa sudah mengepalkan tangannya ke udara. ā Jooyeon-ah
hwaiting! Jangan lupa sampaikan salamku padanya dan juga permintaan maafku
karena tak bisa menjenguknya, Eo?ā orasinya yang sama persis seperti para
pedemo yang menuntut turunnya harga bahan bakar. ā Ehmm..ā
ā Apa perlu ku antar?ā sebuah suara lain terdengar. Aku
menoleh ke arah suara dan menemukan sosok Donghae yang berada tak jauh dari Soo
Ah. Aku baru ingat kalau Donghae masih ada disini. ā Tidak usah, Hae. Aku bisa
pergi sendiri..annyeong.ā tolakku. Maaf Donghae, tapi kali ini aku harus
menolakmu secara tegas. Tanpa banyak basa-basi, aku segera keluar dari butikku.
ā¦ā¦ā¦.
~ ~ At Seoul
International Hospital ~ ~
Aku berlari dengan cepat, rasanya tak ingin membuang waktuku.
Perasaanku begitu bergemuruh, aku begitu khawatir. Bahkan pegalnya kakiku
karena terus berlari, tak ku indahkan. Hanya satu yang ku inginkan, yaitu
segera bertemu dengannya, melihat bagaimana keadaannya.
Ku percepat langkahku, saat kulihat nomor kamar yang ku
tuju. Bunyi hentakan akibat tumbukan antara heelsku dengan lantai, kentara
terdengar mengiringi tiap langkahku yang tergesa. Tak butuh waktu banyak,
akhirnya mataku bisa menatap sejajar plat nomor di depan pintu yang berada di
hadapanku ini. Tiba-tiba jantungku kembali berpacu cepat, rasanya seperti ada
yang ingin meluap.
Jooyeon-ah sepertinya kau perlu memeriksakan kesehatan
jantungmu setelah ini. Bagaimana bisa jantungmu terus berdegup tak karuan
begini?. Belum lagi, hormon adrenalinmu yang terus meningkat, bagai ingin
meluap. Rasanya jantung, otak, serta hatiku mulai bekerja terlalu berlebihan.
Baiklah..Lee Jooyeon, santaiā¦kau harus santai. Tidak perlu tergesa,
Arghhh..kenapa jantungku malah semakin tak karuan? Oh tuhan..apa salahku?.
Ku raih serta ku putar knop pintu itu dengan perlahan.
Nafasku kembali tercekat saat melihat Park Lyra sedang duduk di kursi sebelah
ranjang Eunhyuk. Aku bukannya cemburu, nafasku tercekat saat melihat sesosok
lemah yang sedang terbaring di ranjang. Ku ucapkan kalimat sapa, membuat wanita
muda itu menoleh ke arahku. Dia membungkukkan badannya dan menyapaku balik.
Ku hampiri dirinya yang kini bangkit dari duduknya. Ia
merapihkan pakaiannya sebentar, lalu mengulas senyumnya padaku. Anehnya aku
membalas senyumnya, padahal kalau ditilik lebih jauh, dia kan orang yang selama
ini menempel pada Eunhyuk -SUAMIKU.
ā Tadi, saat kami hendak pergi menuju tempat meeting,
tiba-tiba saja dia pingsan. Dari awal, aku sudah memperingatkannya untuk
beristirahat di rumah, tapi dia tetap menolak. Memang sejak beberapa hari yang lalu, ia
nampak begitu lesu dan pucat. Sepertinya proyek kali ini, begitu membebaninya.ā
Terang Lyra sambil memandangi sosok yang masih terkulai lemas di atas
ranjangnya.
Rasanya begitu menyedihkan saat mengetahui fakta, kalau aku sebagai
istrinya tidak bisa mengurusnya dengan baik. Aku malah terus berprasangka buruk
padanya. Marah karena ia jarang mempunyai waktu untukku, kesal karena ia pulang
begitu larut, dan tak jarang aku berpikiran kalau dia sedang bersenang-senang
dengan sekretarisnya. Ahhhā¦istri macam apa aku ini?, bahkan dia lelahpun, aku
tidak tahu.
Kini ku beranikan diriku mendekat ke ranjangnya. Ku dudukkan
tubuhku di pinggiran ranjangnya. Ku tatap lekat-lekat wajahnya. Benarā¦ wajah
cerianya terlihat begitu pucat, sarat akan kelelahan. Tanpa dikomandoi,
tanganku mulai bergerak pada satu objek, yaitu wajahnya. Ku daratkan tanganku
di keningnya, perlahan gerakan intens ku sapukan pada wajahnya. Tanganku mulai
menyibakkan anak-anak rambutnya,
mengelusnya dengan lembut. Berharap sentuhanku bisa membuatnya jauh
lebih baik.
ā Sebelumnya aku sangat membencimu karena kau telah merebut
Eunhyuk dariku, tapi karena kebencianku itu, kini aku semakin sadar kalau
selama ini Eunhyuk tidak pernah menyukaiku. Tapi melihat kalian sekarang,
rasanya hati kecilku senang.ā Ku tolehkan kepalaku ke arah Lyra, saat tiba-tiba
dia bersuara. Awalnya aku agak kesal, tapi setelah mendengarnya sampai tuntas, akupun
merasa lega.
ā Aku senang Eunhyuk mempunyai sekretaris sepertimu, yang
selalu memperhatikannya dengan baik.ā Balasku yang membuatnya kembali tersenyum.
Sosok cantik nan semampai itu berjalan menghampiriku, iapun mengambil tas
miliknya yang berada tak jauh dari keberadaanku.
ā Baiklah..Jooyeon-ssi, aku pamit pulang.ā Akupun bangkit,
ikut membungkuk melepas kepergiannya. Senyumnya masih terpampang jelas di wajah
cantiknya, sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan melenyap dari balik
pintu.
ā¦ā¦ā¦.
Eunhyuk POV
Ku kerjapkan mataku beberapa kali. Rasanya cahaya yang masuk
ke dalam mataku begitu menyilaukan. Ku rasakan kepalaku yang masih terasa
pusing, bahkan tubuhku begitu lemas untuk sekedar mengubah posisi tidurku. Tapi
tungguā¦. Sepertinya ada yang menggenggam tanganku, meski tak begitu erat.
Apakah Lyra? Yahā¦seingatku Lyra adalah orang terakhir yang bersamaku.
Ku tundukkan kepalaku untuk memastikan siapa pemilik tangan
itu. Pandanganku turun ke bawah dan mendapati sosok Jooyeon? Jooyeon?. Benarkah
ini Jooyeon?. Tapi berjuta kali ku tanyakan, jawabannya akan tetap sama, orang
yang bersamaku sekarang memang benar-benar Jooyeon. Lee Jooyeon, orang yang
sejak lahir bermarga Lee. Tapi kini sandangan Lee di depan namanya, karena dia
adalah istriku, istri dari Lee Hyukjae.
Ku perhatikan wajahnya dengan mata yang masih terpejam. Ia
duduk di kursi samping ranjangku dengan kepala yang ia sandarkan di tepi
ranjangku. Posisi wajahnya yang mengenyamping, membuatku mampu melihat
wajahnya. Ku telusuri lekuk wajahnya, meski pada kenyataannya aku tak bisa
melihatnya dengan cukup leluasa. Entah ada sihir apa, yang pasti aku tersenyum
saat melihat wajahnya.
Tak puas hanya memandanginya, tangan kananku pun mulai
bergerak untuk menyentuh wajahnya. Tapi belum sampai tanganku pada wajahnya,
kurasakan perih dan ngilu pada tanganku. Ahā¦rupanya tanganku dipasangi selang
infus. Tak ingin menyerah begitu saja, kini ku lepaskan genggamannya pada
tangan kiriku. Kini tangankupun bebas menyentuhnya.
Pertama, ku elus puncak kepalanya dengan selembut mungkin.
Kemudian tanganku perlahan turun hingga keningnya yang terhalang poni. Tanganku
terus meluncur ke bawah, hingga ku tangkupkan tanganku pada pipinya. Lalu ku
usap perlahan untuk memberinya kenyamanan. Seperti petuah lama yang sering
kalian dengar, āManusia memang tak pernah merasa puasā, dan begitulah aku
sekarang.
Kalau tadi aku hanya ingin menyentuhnya, kini aku ingin
mengecup keningnya, tapi sayangnya kondisi tubuhku masih begitu lemas untuk
sekedar bangun ataupun duduk. Ahhhā¦benar-benar menyebalkan!! Padahal kesempatan
seperti ini kan sangat langka untukku. Baiklah..mungkin tuhan belum
mengizinkanku untuk melakukan yang lebih dari ini. Ku lanjutkan lagi
kegiatanku, mengusap-usap kepalanya sambil terus memandangi wajahnya.
ā¦ā¦ā¦..
Jooyeon POV
Ku kerjapkan mataku, ku rasakan sesuatu yang nyaman berkeliaran di
sekitar kepalaku. Entah hanya halusinasiku saja atau apa, yang pasti aku bisa
melihat Eunhyuk yang sedang memandangku. Sentuhan nyaman yang dari tadi ku
rasakan, perlahan berhenti. Kini terlukis sebuah senyum di wajahnya, seiring
dengan tangannya yang bergerak turun dan berhenti tepat pada tanganku. Sentuhan
tangannya yang terasa begitu ragu, kini berubah menjadi sebuah genggaman. Kini
ku angkat kepalaku dan menegakkan posisi dudukku. Bersender pada kepala kursi
yang ku duduki. Rasanya punggungku begitu pegal.
ā Kenapa memaksakan diri, kalau kau tak merasa sehat?ā
kulayangkan sebuah pertanyaan yang membuka percakapan kami kedepannya nanti.
Mungkin terdengar sedikit dingin dan mendikte. Tapi untuk sekarang, aku tidak
bisa mengendalikan diriku dengan benar. Jadi tolong jangan komentari gaya
bicaraku sekarang.
ā Karena aku ingin proyek itu segera selesai.ā Jawabnya
dengan mata yang kini melirikku. Tangannya tak lantas berhenti menggenggam
tanganku. Genggaman tangannya juga tak hanya diam, tapi terus berubah. Seolah
sedang mempermainkan tanganku.
ā Tapi dengan keadaanmu yang seperti ini, harusnya kau
biarkan saja karyawanmu yang mengerjakannya.ā
ā Tidak bisa! Ini proyek impianku, jadi aku harus terlibat
langsung di dalamnya. Aku ingin membuat appa bangga.ā Baiklahā¦kalau sudah seperti ini aku tak bisa
bicara apa-apa lagi. Yah..setidaknya aku pernah merasakan apa yang ia rasakan.
Berkeinginan untuk membuat orang tua bangga. Bukankah sesuatu yang mulia?.
ā Keurom..tapi untuk satu minggu ke depan, kau belum boleh
banyak beraktivitas, arasseo?ā dikteku sambil menatapnya pasti. ā Tapi..āBelum
sempat dia meneruskan kata selanjutnya, aku sudah lebih dahulu menyelaknya.ā
Kau harus menjaga kesehatanmu, Lee Hyukjae. Bagaimana bisa kau membuat abouji
bangga, kalau kondisimu seperti ini?ā
ā Hmmmā¦baiklah istriku sayang!ā
ā Yak!! Kau mau dihajar?ā
ā Aigooā¦istriku semakin cantik saja, kalau sedang marah.ā
Ledeknya lagi. Entah kenapa perutku tergelitik, rasanya pipiku semakin memanas
saat mendengar ucapannya tadi. Apa jangan-janganā¦Andwae!!!.
ā Yak! Appo! Kau tak boleh menyakiti seorang pasien, nyonya
Lee.ā Pekiknya saat dengan gemasnya kucubit perutnya. Apa boleh buat? Itu
salahnya sendiri, siapa suruh dia terus meledekku?.
ā¦ā¦ā¦.
Author POV
Karena permintaannya sendiri, maka pagi hari ini Eunhyuk sudah
bisa kembali ke rumah. Itupun dengan syarat, dia tidak boleh terlalu lelah. Awalnya
keputusan itu amat ditentang Jooyeon, tapi pada akhirnya Jooyeon tak mampu
mempertahan prinsipnya terlalu lama. Eunhyuk yang terus memohon sambil memasang
wajah memelasnya, membuat dinginnya hati Jooyeon tak bisa terus bertahan.
Seperti yang sudah disepakati bersama, Eunhyuk tak boleh
terlalu lelah. Karena pada kenyataannya, kondisi tubuhnya memang belum terlalu
baik. Iapun kini tak bisa pergi ke kantor. Sebenarnya ia sudah mencoba untuk
berkompromi dengan Jooyeon, tapi kali ini Jooyeon bersikukuh mempertahankan
pendiriannya.
ā Apa kau tak berangkat ke butik? Ini sudah jam setengah dua
belas, Yeon-ah.ā Racau Eunhyuk yang mulai bosan hanya menjadi penonton
kesibukan istrinya yang terus saja mondar-mandir. Sedangkan Eunhyuk sendiri
masih setia bertengger di atas ranjangnya, itupun karena permintaan Jooyeon.
ā Disana ada Soo Ah, jadi untuk apa aku kesana?ā jawab
Jooyeon yang masih sibuk mempertahankan aktivitasnya. Jelas ini membuat Eunhyuk
geram. Dia benar-benar bosan, terlebih selama ini, dia memang orang yang tak
terbiasa hanya duduk diam sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.
ā Bukankah setiap hari Soo Ah memang bekerja di butik? Kalau
alasanmu tidak pergi karena aku, lebih baik kau pergi, karena aku bisa menjaga
diriku dengan baik.ā Jooyeon langsung berbalik ke arah Eunhyuk. Dia terlihat
agak kesal. Sebenarnya ia tak berangkat kerja bukan sekedar untuk menjaga
Eunhyuk, tapi ia sedang mencari nomor model kenalannya.
Yahā¦pameran busana yang akan menampilkan salah satu gaun
rancangan Jooyeon akan dilaksanakan dua hari lagi. Tak ayal, dia membutuhkan
model yang akan mengenakan gaun miliknya. Terlebih pihak penyelanggara, tak
menyediakan modelnya sendiri. Membuatnya harus berpikir dua kali lebih keras.
ā Bisakah kau diam tuan Lee? Atau kau ingin ku buat diam
untuk selama-lamanya?ā rasanya begidik serta ngeri, kentara pada perasaan
Eunhyuk sekarang. Bagaimana tidak? Istrinya sendiri mengancam akan menghabisi
nyawanya. Kini ia pun tertunduk, tak ingin mencari perkara. ā Mianhaeā¦ā desis
Eunhyuk masih menundukkan kepalanya.
ā Ahā¦maksudku bukan begitu, Eunhyuk-aaā¦ā kini perasaan tak
enak menjalari benak Jooyeon. Sungguh..ia tak bermaksud untuk berkata seperti
itu. Namun ia terlalu kacau untuk sekedar menimbang kalimat yang baik. Rasa iba dan bersalah menjalar memenuhi dada
Jooyeon, terlebih dengan gimik wajah Eunhyuk yang membuat dirinya semakin
terpojok.
Didekatinya ranjang Eunhyuk, kemudian duduk di pinggirannya.
Helaan nafas panjang mengiringi gerak tubuhnya. Ia menoleh ke arah suaminya
yang masih tertunduk. Pria dewasa di hadapannya itu masih menundukkan kepalanya
sambil melipat kedua tangannya yang dilipat di depan dada persis seorang bocah
lima tahun yang marah bercampur takut karena dimarahi ibunya. Lucu. Tak sadar
kata itulah yang muncul dalam benak Jooyeon. Tanpa dikomandoi, bibirnya pun
tertarik membentuk sebuah lengkungan yang dinamakan senyum. Perlahan amarah
atau frustasi yang sebelumnya mengganjal dalam hatinya pupus, berganti dengan
suatu rasa yang menggelitik hatinya.
ā Maafkan aku..aku tak bermaksud membentakmu. Maafkan akuā¦ā
terbesit ide jahil untuk meledek lelaki di depannya. Merasa tak ditanggapi kini
Jooyeon mulai mencubit kedua pipi tirus milik Eunhyuk dengan gemas. ā Geumanha..ā
merasa masih kesal, Eunhyuk mencoba melepaskan tangan Jooyeon yang terus
bertindak semena-mena terhadap pipinya. Tak kehabisan akal, Jooyeonpun mulai
menggelitiki perut Eunhyuk. Sontak Eunhyuk terus bergerak tak karuan, tak dapat
menahan sensasi geli yang ia rasakan.
ā Yakā¦hahahahā¦hen..haha..hentikan Jooyeon-ah!ā ronta Eunhyuk
diselingi suara tawa yang tak terbendung. Dia terus meliuk-liukkan tubuhnya,
berharap dengan begitu ia akan terlepas dari siksaan yang tengah menjeratnya. ā
Aku akan berhenti, kalau kau mau memaafkan ku.ā Bukannya berhenti, gerakan
tangan Jooyeon malah semakin intens, membuat Eunhyuk kelimpungan. Gurat bahagia
diselimuti seringaian kemenangan tergambar jelas di wajah Jooyeon.
ā Tck..hentikan atau kan akan menyesal nantinya.ā Ancam
Eunhyuk dengan menahan tawanya. Mungkin ia merasakan sakit di sekitar perutnya,
karena terus-terusan menahan tawa. Tapi dia tak ingin Jooyeon menyepelekan
ancamannya, karena pada kenyataannya ia benar-benar tersiksa.
ā Coba kita lihat apa yang bisa kau lakukan, tuan Lee.ā
Mendapati kenyataan bahwa peringatannya hanya ditanggapi sebagai sebuah lelucon
tak berarti, secara otomatis otak sekaligus alat geraknya berkoordinasi dengan
baik. Bekerja sama, membuat sebuah hentakan yang berakibat cukup fatal. Gerakan
Eunhyuk yang hanya satu kali itu, mampu membuat posisi dirinya dan Jooyeon berubah seratus delapan derajat. Dengan satu
kali gerakan namun pasti itu, membuat tubuhnya bisa menggulingkan tubuh
Jooyeon, yang kini sudah berada di bawahnya, di bawah kekuasaannya.
Sontak posisi mereka sekarang, membuat keduanya sama-sama
terdiam dan saling bertukar pandang, walau dengan cara yang berbeda. Eunhyuk
menatap lekat bola mata hitam kecokelatan Jooyeon sambil mengulas senyum tipis,
yang amat berbanding terbalik dengan reaksi yang diberikan Jooyeon. Entah
karena begitu kaget atau karena terpana akan ketampanan suaminya, kini mata
Jooyeon terbelalak begitu lebar. Tubuhnya perlahan kaku, perasaan gugup dengan
mudahnya menguar, sehingga membuatnya merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya.
Belum lagi dengan detakan jantungnya yang semakin tak
beraturan, kalau diumpamakan, bagai ketukan drum yang tak bertempo. Menciptakan
sebuah sensasi aneh, menyesakkan, namun menyenangkan. Seolah terbuai dengan
sensasi itu, Jooyeon tak melakukan sebuah rontaan atas invasi Eunhyuk pada
dirinya. Rasanya tak ingin sensasi itu usai dan mungkin tak ingin semua itu
mencapai sebuah titik berkesudahan. Darahnya yang berdesir cepat, terasa
menggelitik, menambah deret alasan untuknya agar tak menyudahi sensasi yang
tengah ia rasakan.
Sensasi gila dan memabukkan ternyata tak hanya menjadi
tanggungan Jooyeon, namun juga Eunhyuk. Semakin lama, semakin dalam ia menatap
bola mata cantik itu, semakin mabuk juga ia, sehingga posisi itu terus dipertahankan.
Merasa tak puas dengan jarak pandangnya, Eunhyuk mulai menundukkan kepalanya,
bermaksud menikmati mata indah itu lebih dekat lagi. Gerakannya begitu
perlahan, tatapan teduh nan tenang seakan menjadi iringan. Tak ada paksaan atau
sebuah kekerasan untuk keduanya bisa saling menatap, semuanya terjadi begitu
saja hingga jarak wajah mereka begitu dekat, yang membuat hidung keduanya
saling bersentuhan.
Hembusan nafas satu sama lain begitu lembut menerpa
keduanya. Secara otomatis Eunhyuk mulai memiringkan wajahnya. Sontak itu
bagaikan sebuah kode bagi Jooyeon untuk memejamkan matanya. Perlahan namun
pasti, tanpa ingin terburu-buru, karena gerak diri Eunhyuk bukan didasari nafsu
tapi karena sesuatu yang disebut CINTA. Kini wajah keduanya terbilang sangat
dekat, mungkin bisa akan saling menempel dalam satu gerakan lagi. Perlahan
Eunhyuk mulai memejamkan matanya, sama seperti apa yang sudah Jooyeon lakukan.
CEKLEEKK
ā OMONAA!!!ā saat bibir keduanya hampir saling menyentuh,
tiba-tiba saja pintu kamar mereka terbuka dan membuat orang yang membuka pintu
itu menjerit begitu heboh. Bisa ditebak bagaimana ekspresi wanita paruh baya
yang tak lain orang yang baru saja membuka pintu itu, atau singkatnya ibu kandung
dari Eunhyuk.
Pekikkan itu sudah pasti mengacaukan atmosfer yang mungkin
akan sulit untuk tercipta di lain waktu. Kini dua orang yang masih dengan
posisinya ā Jooyeon yang masih berada di bawah kekuasaan Eunhyuk, menoleh ke
arah wanita itu. Malu bercampur kesal serta frustasi, dirasakan keduanya,
terlebih Eunhyuk yang sudah melayangkan tatapan ākenapa eomma datang?ā.
ā Ahā¦mianā¦eomma tidak bermaksud merusak acara kalian,
Ehmmā¦.mianā¦silahkan kalian lanjutkan kembali..eh,,ā masih dengan ekspresi
terkejut, bercampur salah tingkah, eomma Eunhyuk langsung pergi dan menutup
pintu kamar itu kembali.
Kedua orang yang masih menetap di ranjang itu masih menatap
ke arah pintu kamar, meski jelas-jelas tak ada sosok yang harus mereka lihat,
kecuali sebuah pintu yang kini sudah tertutup seperti sebelum eomma Eunhyuk
datang.
ā ARGGHHHā¦ādesahan pasrah yang juga kentara dengan gurat
frustasi lolos dari mulut Eunhyuk. Tanpa adanya sebuah komando, kini mata
keduanya saling bertemu. ā AAAAAAAAAAAAAAAAā¦ā¦ā
DUUGGG
ā Yak!!! Appo! Kenapa kau menendangku!ā pekik Eunhyuk yang
baru saja terhempas dari atas ranjang. Saat itu tatapan keduanya bertemu, namun
karena rasa malu sudah terpaksa datang. Jooyeon berteriak dan refleks menendang
tubuh Eunhyuk cukup kuat, hingga mampu
membuat pria itu terjatuh dan tergeletak tak berdaya, kecuali memegangi
punggung dan pinggangnya yang terasa sakit.
ā¦ā¦.ā¦
Jooyeon POV
~ ~ At National Hall
Center ~ ~
Pertemuan dengan tuan Kang Sehun tadi terbilang cukup
memuaskan, setidaknya pertemuan ini berjalan lancar dan jelas. Aku yang
ditemani Soo Ah kini berkeliling melihat-lihat tempat luas ini yang akan
disulap menjadi sebuah fashion show megah yang akan dipenuhi banyak tamu
penting. Bisa kurasakan serta kusaksikan, kesibukan yang tengah mendera
orang-orang di dalam sini. Beberapa diantara mereka bolak-balik sambil membawa
benda-benda berat, yang lainnya juga ada yang sedang mendekorasi ruangan ini,
walau bisa kuakui tempat ini sudah sangat megah tanpa harus mendapat tambahan
dekorasi.
ā Annyeonghaseyeoā¦ā saat aku masih menikmati pemandangan
ruang ini, tiba-tiba saja ada sebuah sapaan terdengar yang membuatku
menghentikan aktivitasku dan menoleh pada asal suara. Ku lihat seorang wanita
cantik dibalut dengan busana kerja formal tanpa mengurangi kata modis
didalamnya, dan tak lupa dengan beberapa map holder dalam dekapannya.
ā Annyeonghaseyeo..nyonya Kim.ā Ucap Soo Ah mendahuluiku,
terpaksa aku hanya membungkukkan badanku sambil mengulas senyum. Oh ya, wanita
di depanku ini Kim Gyuri, dia adalah manager kreatif dari perusahaan milik Kang
Sehun. Orang yang akan menggelar pagelaran fashion show di tempat ini.
Pagelaran yang bertujuan menampilkan hasil karya designer lokal, dalam rangka
menarik pasar internasional.
ā Apa sudah bertemu dengan tuan Kang?ā
ā Neā¦baru saja.ā jawabku dengan cepat sebelum Soo Ah kembali
mendahuluiku. Bisa kulihat Soo Ah segera diam dengan mulut yang masih terbuka.
Haha..gadis itu, kenapa bertingkah terlalu kekanakan, padahal umurnya sama
denganku. Dan karena tingkahnya itu, aku selalu merasa tua saat di dekatnya.
Serasa aku adalah kakaknya.
ā Oh ya, bagaimana dengan model untuk rancanganmu? Apa sudah
ada?ā
ā Hmm..belum, kami juga masih berusaha menghubungi beberapa
model yang kami kenal, namun mereka tidak bisa, entahlah kami sendiri bingung.ā
Jelas Soo Ah yang hanya bisa kuangguki, lagipula apa yang dipaparkannya sudah
sangat jelas. Jadi, untuk apa aku menambahkannya? Tohā¦nyonya Gyuri memiliki
intelektual yang tinggi, untuk mencerna apa yang Soo Ah katakan.
ā Ah..kenapa tidak salah satu dari kalian saja yang menjadi
modelnya, eum? Kalian juga sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang
model.ā Aku tersentak kaget saat nyonya Gyuri dengan penuh antusias menyampaikan
usulannya. Tapi kalau ditelaah lagi, memang tak ada salahnya. Bukankah gadis di
sebelahku ini memiliki impian sebagai model?. Segera saja kulirik dirinya yang
masih tersenyum bodoh, tanpa khawatir giginya akan mengering setelah tersenyum.
ā Benar juga! Soo Ah..ini saat yang tepat! Bukankah kau
pernah bercita-cita menjadi seorang model?ā seruku sambil menaik turunkan
alisku, seolah memaksanya untuk setuju dengan apa yang kuucapkan.
ā Terusā¦kau mau bilang agar aku yang memperagakan gaun itu?ā
kuangguki entah pernyataan atau pertanyaannya itu. Persetan dengan itu, yang
pasti aku senang karena dia bisa cepat mengerti maksudku.
ā Shireo!! Aku tidak mau mengenakan gaun pengantin selain
gaun pengantin saat aku menikah nanti!ā dengan cepat gadis ini menggelengkan
kepalanya, sambil melipat kedua tangannya di dada seakan memperjelas
penolakannya.
ā Kenapa tidak kau saja?ā gerutunya sambil mendelik ke
arahku lalu membuang pandangannya ke arah lain. Cihh..gadis itu ingin kembali
membuatku nampak lebih tua darinya.
ā Neā¦kenapa tak kau saja Jooyeon-ssi? Kau nampak cantik saat
menggunakan gaun pengantin di acara pernikahanmu. Pasti kau juga akan nampak
cantik, dengan gaun itu meski gaunnya berbeda dengan gaun pengantin milikmu.ā
Tambah nyonya Gyuri. Ahā¦kenapa harus aku? Aku?. Baiklah aku tahu, aku memang
cantik mengenakan apa saja, tapi bukan berarti aku mempunyai kepercayaan diri
yang tinggi untuk berlenggang di atas catwalk dengan disaksikan berjuta pasang
mata, belum lagi ada jepretan kamera yang bisa kapan saja mengabadikan setiap
gerakanku.
ā Tapi..ā
ā Kalian sudah tak punya waktu lagi, acaranya bukan seminggu
lagi, tapi besok.ā Tegas nyoya Gyuri yang membuatku menghela nafas atau lebih
tepatnya mendengus?.
ā¦ā¦ā¦ā¦.
Eunhyuk POV
At Joohyukās Private
Room
Berulang kali kucoba untuk memfokuskan diriku pada layar
laptop di depanku, namun berulang kali juga mataku berpaling untuk melihat
Jooyeon yang tengah mondar-mandir dengan setumpuk buku di atas kepalanya. Ditambah
dengan suara tumbukan heelsnya setiap kali ia melenggang, membuatku tak mampu
mengacuhkan keberadaannya. ARGGHHā¦sebenarnya ada apa dengan gadis? Gadis? Apa
di umurnya sekarang, ia masih pantas disebut gadis?. Ah..masa bodoh dengan
sandangan apa yang pantas untuknya yang pasti ia sangat mengganggu waktu
kerjaku.
ā Yak! Berhentilah mondar-mandir seperti itu! kau mengganggu
konsentrasiku!ā protesku tak sabaran. Apa dia tak lihat kalau aku sedang sibuk.
Toh ini juga karena dirinya. Karena dia melarangku pergi ke kantor, sekarang
tugasku menumpuk. Gila saja, saat aku baru membuka e-mail, sudah ada beberapa
laporan yang mesti ku baca dan ku tinjau ulang.
ā Kalau begitu lebih baik kau keluar saja dari kamar ini,
karena aku tak bisa berhenti untuk mondar-mandir.ā Balas Jooyeon acuh. Dia tak
terlalu peduli dengan dengusan frustasiku, bahkan sekedar menghentikan
aktivitasnya saja tidak. Dengan konsentrasi penuh, ia terus melangkah hati-hati
untuk menjaga keseimbangannnya agar tumpukan buku di kepalanya tak jatuh.
Baiklah sebagai lelaki sejati aku mengalah, kucoba untuk
kembali memfokuskan diri pada pekerjaanku. Tapi baru saja aku ingin memulainya,
tiba-tiba saja. ā ARGGHHHHā¦ā erangan kesal terdengar begitu menyeramkan,
seiring dengan jatuhnya buku-buku di kepalanya ke lantai yang menciptakan suara
debuman, penambah rusuh suasana kamarku.
Kini konsentrasiku benar-benar pecah, hingga aku tak bisa
mengerjakan tugas-tugasku kembali. Sekarang aku malah memutar kursiku
menghadapnya yang tengah terduduk kesal di pinggiran ranjang. Dia terus saja
menggerutu sambil menendang buku-buku itu.
Ku perhatikan dirinya yang masih menggerutu kesal. Dia juga
terus menghentakan kakinya ke lantai. Apa dia lupa kalau dia masih mengenakan
heels?. Aigooā¦aku pusing melihatnya begitu! Tapi tak mungkin juga kan, kalau
aku meneriakinya untuk menghentikan tindakannya yang sungguh kekanakan itu?.
kalaupun aku tetap melakukannya, aku bukan membuatnya semakin diam, dia malah akan
semakin mengamuk dan akan sangat mengerikan.
Baiklah Lee Hyukjae biarkan saja dia menenangkan dirinya
sendiri. Belum tentu dengan membuka mulutmu dan memberinya nasihat, akan
membuatnya tenang. Lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu yang hingga kini belum
kunjung usai.
Bagus Lee Jooyeon! Kau sudah berhasil mengacaukan
konsentrasiku. Sebenarnya aku tak ingin menjadi bulan-bulanannya, karena
mencampuri urusannya. Tapi tidak bolehkah aku menghampirinya dan mengatakan
beberapa kalimat yang mungkin bisa menenangkannya?. Hah..siapa yang tahu kalau
aku belum mencobanya, ya kan?.
Setelah memikirkannya berulang kali, kini dengan penuh
keberanian, ku hampiri dirinya yang masih bertahan pada posisinya. Langkahku
berhenti tepat di depan raganya. Akupun berjongkok mensejajarkan tubuh kami.
Aku bisa melihat wajahnya dari sini, meski aku harus merelakan tengkukku pegal
karena terus menengadah.
Tak ada air mata, yang ada hanya raut kesal, lelah, serta
pasrah di wajahnya. Saat melihat wajahnya, tiba-tiba saja tanganku bergerak
dengan sendirinya. Bergerak menuju pipinya. Ku usap pipinya dengan lembut,
membuatnya beralih menatapku. Tatapannya begitu datar, setidaknya itu lebih
baik daripada ia harus tampak mengerikan.
ā Sebenarnya ada apa? kenapa kau melakukan ini? Bukankah
harusnya kau senang, karena besok gaunmu akan ditampilkan?ā tangannya
menggenggam tanganku yang masih berkeliaran di pipinya. Awalnya ku kira dia
akan menepis tanganku. Tapi ternyata dia malah mengelusnya lembut. Bisa ku
rasakan helaan nafasnya yang penuh beban.
ā Tapi kau belum lupa kan, kalau hingga saat ini aku belum
menemukan modelnya? Dan karena itu, sekarang aku harus berlatih. Karena aku
sendiri yang akan memperagakannya besok.ā Jawabnya. Dia? Ahā¦ayolah Jooyeon! Kau
sudah nampak anggun tanpa harus berlatih sekeras ini.
Pandanganku kini beralih pada kakinya yang masih terbungkus
heels hitamnya. Sedetik kemudian aku menatapnya lagi kemudian kembali menatap
kakinya. Tiba-tiba saja terbesit ide yang tak bisa ku kategorikan. Tanpa
meminta persetujuannya terlebih dulu, aku langsung melepaskan sepatu sialan itu
dari kakinya. ā Yak..apa yang..ā
ā Apa kau memerlukan latihan? Bukankah kau sering
menggunakan sepatu dengan heels tinggi?ā ku tatap dirinya yang masih melongo
dengan apa yang baru saja kulakukan. ā Tapiā¦ā
ā Tapi apa?ā
ā Haruskah aku memberitahumu seberapa anggunnya dirimu saat
melenggang menuju altar pernikahan? Saat itu kau nampak sangat sempurna, kau
berjalan dengan sangat baik, meski gaun yang kau gunakan itu beratnya tak
manusiawi.ā Lanjutku lagi sambil tersenyum tipis padanya. Kini tanganku mulai
turun menggenggam tangannya. Bermaksud memberinya keyakinan.
ā Sekarang lebih baik kau istirahat. Hari yang melelahkan
akan menyapamu besok.ā Akupun bangkit dan mengacak rambutnya pelan. Aku berlalu
menuju meja kerjaku. Whoaā¦aku tak menyangka bisa berkata sebijak itu.
Sepertinya aku berkembang menjadi pria dewasa dengan baik.
ā¦ā¦ā¦.
Jooyeon POV
~ ~ At National Hall
Center ~ ~
Benar benar melelahkan. Huftā¦semenjak pukul satu siang, aku
sudah berada di sini. Aku tahu untuk menggelar acara semegah ini tidaklah
mudah, tapi aku tidak tahu kalau ini akan sangat melelahkan. Ditambah lagi
dengan penat yang menyergapku. Ishhhā¦di saat seperti ini, Soo Ah malah belum
datang, padahal aku tak mengenal banyak orang di sini. Menghilang kemana sih
gadis itu?.
Kini aku tak bisa apa-apa, yang bisa kulakukan hanyalah
duduk sambil memainkan ponselku. Biar bagaimanapun aku amat lelah, harus
bolak-balik ke sana kemari.
ā Jooyeon-ssi?ā
ā Ah..nyonya Gyuri, ada yang bisa kubantu?ā dengan cepat aku
bangkit dari dudukku dan membungkuk menyapanya. Dia tersinyum simpul, sebelum
wajahnya berubah menjadi serius.
ā Mengenai pameran nanti, saat giliranmu tiba, itu akan
ditampilkan bersama rancangan tuan Kim Kook Jin. Jadi itu akan menjadi special
stage. Kau menggunakan gaun dan disusul dengan model pria yang akan
memperagakan rancangan tuan Kim.ā
MWOOO? Apa katanya? Aigoooā¦berlenggang sendiri saja aku
masih belum tahu bagaimana jadinya. Dan sekarang malah ditambah dengan
konsepnya itu. HAHHā¦ottokhae??.
ā Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan di
panggung nanti?ā pertanyaanku membabi buta seiring dengan rasa panik yang terus
saja menguasai diriku.
ā Tenang saja, yang perlu kau lakukan hanya berjalan dengan
relaks dan teruslah tersenyum. Eummā¦karena kalian berdua akan menggunakan
pakaian pernikahan, jadi konsepnya pria itu seperti sedang meminangmu.
Yahā¦pasti kau tak asinglah dengan peragaan semacam itu.ā jelasnya dengan
teramat santai. Dia tadi menyuruhku apa? dia menyuruhku untuk tenang? Ishhhā¦
benar-benar! Aku benar-benar ingin meledak.
ā Baiklah hanya itu yang ingin kusampaikan, aku tinggal
dulu.ā Dia menepuk pelan bahuku, sebelum akhirnya ia meninggalkan diriku yang
tengah pusing karena idenya yang kelewat kreatif itu. Ahhā¦kalau memang akan ada
penambahan seperti itu, kenapa dia tak bilang dari kemarin?. Setidaknya aku
tidak akan seheboh ini. Dan kenapa harus bagianku? Menyebalkan.
DRRTDRRTDRRT
Segera ku tatap layar ponselku sembari dengan tanganku yang
sedang mengoperasikan benda kecil dalam genggamanku ini. Satu pesan masuk.
Apakah Soo Ah? Dari tadi aku belum mendapat kabar darinya. Ternyata dugaanku
salah. Pesan itu dari Eunhyuk. Eummā¦kenapa aku jadi begitu semangat?. Rasanya
ingin cepat-cepat membaca pesan darinya.
Bagaimana dengan persiapanmu disana? Apa berjalan lancar? Hmmā¦apa kau
sudah makan?
Senyumku terpampang begitu saja setelah membaca pesan
darinya. Aigooā¦sepertinya aku sudah tidak waras. Apa karena terlalu stress
membuat otakku jadi bermasalah? Apa jangan-janganā¦aku terlalu lelah?
ahā¦entahlah.
Lancar tapi
melelahkan. Kau tahu? Baru saja pihak penyelenggara membuat scenario untuk
penampilanku nanti, sepertinya mereka ingin membuatku gila. Hahā¦aku sudah
makan, tadi ada yang menyediakan nasi kotak. Lalu kau? Apa kau sudah makan?
Dengan cepat jemariku mengetikkan huruf per-huruf hingga
akhirnya pesanku selesai tanpa menunggu waktu yang lama. Ku hela nafas mencari
keyakinan untuk mengirimkan pesan yang menurutku sedikitā¦menjijikkan?. Walau
masih tak begitu yakin, aku langsung menekan tombol ākirimā.
Benarkah? Walau melelahkan kau harus tetap bersemangat, eo? Bukankah
ini impianmu? Jadi lakukanlah dengan sebaik mungkin. Aku sudah makan tadi.
Setelah membaca pesannya, jemariku dengan cepat merangkai
kalimat yang sudah berkelebatan di benakku. Aigoo..kenapa aku sangat
bersemangat? Bukankah aku paling malas membalas pesan? Biasanya aku lebih suka
menelepon langsung daripada berkirim pesan.
Oh iya, kau
datangkan?
Tak lama berselang setelah itu, ponselku kembali bergetar.
Aku tidak tahu, tapi akan ku usahakan. Jam delapan malam, kan?
Baiklahā¦lihat bagaimana nanti saja.
Aku sedikit kecewa setelah membaca pesannya. Aku tahu dia
mempunyai banyak kesibukan. Tapi apakah dia tak bisa meluangkan waktunya
sebentar untukku?. Sekedar untuk memberiku semangat. Kalau begini aku jadi
malas membalas pesannya. Biarkan saja, biar dia merasa bersalah.
Ku biarkan pesannya masih terpampang di layar ponselku tanpa
ada minat untuk menutupnya. Aku jadi malas. Entahlahā¦ Isshh kenapa aku jadi
kekanakan seperti ini?. Tiba-tiba ku rasakan getaran dalam genggamanku.
Ahā¦ternyata ponselku.
Yak kenapa kau tak membalas pesanku? Apa kau marah? Lagipula aku kan
belum tahu bisa datang atau tidak. Meskipun nanti aku memang tidak datang, tapi
ingatlah aku selalu mendoakanmu.. Berdoa agar kau bisa melakukannya dengan
baik, arraseo?. Jadi berhentilah untuk mendumel atau menaruh kesal padaku.
Mendoakanku? Rasanya ingin sekali aku tertawa di depannya.
Dia ingin mendoakanku, padahal berdoa untuk dirinya sendiri saja jarang.
Cihhā¦anak itu! Belajar darimana dia bicara seperti itu?. Apa jangan-jangan
belakangan ini dia sering bertemu dengan Siwon? Mungkin saja.
ā¦ā¦ā¦..
Kenapa aku jadi terlampau gugup? Bukankah kalau terus
seperti ini, malah akan membuatku terbebani? Aku sudah mencoba tenang, tapi
tetap saja gugup itu datang kembali. Baiklah Jooyeon, tenang dan diam.
Setidaknya sampai stylist ini selesai mendandanimu.
ā Neomu yeppeoda!ā komentar seorang stylist setelah melihat
hasil kerjanya. Dia menatapku kagum. Aku tak tahu dia kagum pada kecantikan
wajahku atau kagum pada hasil pekerjaannya, yang pasti dia kelihatan sangat
puas.
ā Eumā¦kau beruntung karena bisa memperagakan rancanganmu
sendiri. Oh ya, apa keluargamu tidak datang?ā ucapnya lagi, kali ini aku bisa
bergerak dengan leluasa karena dia sudah menjauh dariku.
ā Mungkin sebentar lagi.ā Jawabku sambil mengulas senyum.
ā Baiklah aku tinggal dulu, semoga kau sukses!ā diapun
meninggalkanku sendiri. Kini aku hanya bisa memandangi pantulan diriku di
cermin.
Gaun ini, gaun yang menghantarkanku ke tempat ini, kini
sudah menempel dengan baik membalut tubuhku. Warna broken white yang menurutku
amat cantik, kupilih menjadi warna gaun ini. Melihat diriku dengan pakaian ini,
aku jadi teringat saat aku menikah dulu. Meskipun dengan gaun yang berbeda.
Tapi gaun pernikahanku tak kalah cantik dengan gaun ini. Bedanya gaun
pengantinku tidak pernah kupajang di butik, karena aku mendesainnya secara
khusus. Bahkan Soo Ah pernah menyuruhku untuk membuat gaun yang seperti itu
lagi.
Ahā¦mengingat hal itu setidaknya aku melupakan rasa gugupku
sejenak. Kenapa mereka belum datang?. Yang aku herankan kenapa sampai sekarang
Soo Ah belum datang juga. Setiap kali aku menghubunginya, dia selalu menjawab
dengan hal yang sama. AKU SEDANG SIBUK DI BUTIK. Sesibuk apapun dia, tapi apa
dia tak ingin melihatku?.
ā Jooyeon-ah!ā dapat kulihat sesosok manusia tersembul dari
balik pintu melalui cermin di depanku. Dengan senyum sumringah dia berjalan
masuk ke dalam ruanganku. Cihhā¦dia melangkah, seperti tak mempunyai salah.
ā Aigooā¦temanku cantik sekali! Harusnya Eunhyuk melihatnya!ā
serunya kagum sambil menggelayuti tubuhku yang masih terduduk. Dari yang bisa
kulihat di cermin, dia amat bahagia. Kemana saja kau Kim Soo Ah?.
ā Cihhā¦setelah meninggalkanku sendiri, sekarang kau malah
datang. Benar-benar menyebalkan! Apa kau tak tahu, kalau dari tadi aku begitu
tegang?ā ejekku membuatnya kesal.
ā Aku kan sudah bilang kalau aku sedang sibuk, toh yang aku
lakukan adalah menjaga butik.ā Jawabnya tak mau kalah.
ā Mana Eunhyuk? Aku tidak melihatnya dari tadi?ā tanyanya
sambil memiringkan wajahnya.
ā Entahlah..sepertinya dia tidak datang.ā Jawabku pasrah.
Biarlah dia mau datang atau tidak.
ā Kau hanya sendiri? Apa kau mengajak Hyerim juga?ā tanyaku
tak ingin berlarut pada namja bernama Lee Hyukjae itu.
ā Aku memang tidak sendirian, tapi bukan bersama Hyerim,
aku..bersama Donghae.ā Kenapa dia terdengar tak bersemangat? Tapi siapa tadi?
Donghae? Apa jangan-jangan mereka berduaā¦ patut dipertanyakan!.
ā Kau bersamanya? Apa kalianā¦ā
ā Yak! Jangan berpikir macam-macam! Dia mengajakku pergi
bersama hanya sebagai kamuflase belaka untuk bisa bertemu denganmu.ā Belum juga
aku selesai, dia sudah mengutarakan pembantahan. Kenapa dia jadi sangat kesal?.
ā Sudahlah Soo Ah, mungkin kali ini dia memang ingin
mendekatimu. Jadi berhentilah berpikir negatif tentangnya.ā Dia tak menjawab,
tapi satu yang bisa kusimpulkan. Dia kesal.
ā¦ā¦ā¦.
ā Kauā¦cantik.ā Ucap Donghae sambil tersenyum. Aku baru saja
keluar dari ruanganku karena acara akan dimulai sebentar lagi. Dan ternyata aku
bisa bertemu dengan Donghae yang sedang berbincang dengan beberapa orang.
ā Gomawo..ā aku melirik Soo Ah yang sedang mengalihkan
pandangannya ke arah lain. Aku tahu pasti dia sengaja menghindari Donghae. ā Kalian jugaā¦nampak serasi.ā Ucapku dengan
sengaja melirik ke arah Soo Ah. Benar saja dia langsung menatapku dengan
tatapan membunuh.
ā¦ā¦ā¦.
Sebentar lagi giliranku, tapi hingga kini aku belum bertemu
dengan model yang akan dipasangkan denganku. Ahhā¦sebenarnya mereka ingin
mempermalukanku atau apa sih? Kalau begini aku bisa pastikan semuanya tidak
akan berjalan lancar.
ā Jooyeon-ssi, bersiaplah sebentar lagi giliranmu.ā Suruh
seorang staff yang langsung pergi setelah mengatakan kalimat menyebalkan itu. Ahā¦bagaimana
ini? Hufttā¦Lee Jooyeon tenanglah dan fokus, fokus!. Ingatlah kalau doa Eunhyuk
selalu menyertaimu.
Author POV
Kini dengan langkah penuh keyakinan, Jooyeon melenggang di
atas catwalk. Senyumnya tak henti mengiringi langkah kakinya. Decak kagum
puluhan orang bahkan lebih terdengar kala sosok Jooyeon begitu bersinar di atas
catwalk. Tak ayal beberapa fotografer tak menyia-nyiakan momen itu.
Dalam benaknya Jooyeon masih sangat bingung, tapi dia masih
ingat dengan arahan singkat nyonya Gyuri yang diberikan padanya tadi siang.
Mulai dari kemana saja dia harus berjalan dan kapan dia harus berbalik dan
bersatu padu dengan model pria yang dipasangkan dengannya itu. Walau begitu
hatinya belum tenang, biar bagaimanapun dia belum bertemu dengan model itu.
Sorak para tamu undangan terdengar lebih semarak saat model
pria itu datang dan berlenggang. Dan saat itulah Jooyeon harus berbalik dan
berjalan ke tengah untuk melakukan sesuai yang arahan nyonya Gyuri. Hampir saja
langkahnya terhenti dan terjatuh saat melihat siapa model pria itu. Matanya tak
berkedip seolah pemandangan di hadapannya merupakan hal yang sulit untuk dipercaya.
Model pria itu tersenyum tulus sambil terus berjalan.
Langkahnya lebih nyata dari Jooyeon, yang sekarang merasa berada di awang-awang.
Keduanya pun saling bertatapan di tengah stage. Bertukar pandang, menambah
suasana romantis antara keduanya.
ā Kauā¦ā desis Jooyeon pelan saat pria itu meraih kedua
tangannya dan menggenggamnya. Bukannya menjawab, pria itu malah terus
tersenyum. Seakan ingin Jooyeon terus terperangah pada dirinya.
ā Bukankah kau ingin aku datang? Sekarang aku sudah datang
dan menemani di atas panggung.āucap namja itu yang tak lain adalahā¦.Eunhyuk.
Kini Eunhyuk memegang bahu Jooyeon, berusaha agar gadisnya tak jatuh seketika.
Tanpa permisi, Eunhyuk langsung mengecup puncak kepala Jooyeon. Dia sengaja
menahannya agak lama. Setidaknya dia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan
baik, bukan?.
ā¦ā¦ā¦
Jooyeon POV
Pertunjukan tadi berlangsung dengan sangat lancar. Bahkan
semuanya berjalan begitu mulus. Meski harusnya aku senang, tapi aku penasaran.
Kenapa bisa Eunhyuk?. Hahā¦dari tadi aku sudah memintanya untuk menjelaskan
padaku. Tapi dia selalu menolak, dia bilang akan menceritakan semuanya di
rumah. Sungguh menyebalkan!. Selama di tempat acara tadipun, dia mengacuhkanku,
dia malah sibuk bicara dengan rekan kerjanya. Dan yang lebih anehnya, setelah
acara selesai aku tidak menemukan Soo Ah ataupun Donghae. Hmmmā¦pasti mereka
juga ada di balik semua ini.
Sekarang kami berdua sudah pulang. Kami berada di kamar kami
tentunya. Aku sedang berusaha menemukan cara agar ia mau bercerita. Sedangkan
dia masih asyik dengan laptopnya. Aku kembali teringat, setiap aku bertanya dia
hanya akan menjawab, āBagaimana, aku hebat, kan? Pasti kau sangat menyukainyaā.
Intinya kalau aku kembali mendesaknya dengan cara yang sama, pasti aku akan
mendapat jawaban yang kurang lebih sama pula.
Tiba-tiba terlintas ide frontal yang ku kira bisa berhasil
membuatnya buka mulut. Segera saja ku hampiri dirinya. Dengan penuh emosi ku
gebrak meja kerjanya dengan tanganku. ā Ckkā¦waeyo?ā
ā Kauā¦cepat ceritakan padaku, kenapa kau bisa melakukannya?ā
ku keluarkan semua amarahku, tak peduli akan semenyeramkan apa wujudku sekarang
ini. Tapi sialnya dia malah menyepelekanku dan kembali dengan laptopnya.
ā Haruskah kau tahu? Yang terpenting sekarang, acaranya sudah
berjalan dengan sangat baik, bukan?ā ucapnya masih santai tanpa khawatir dengan
ledakan emosiku yang bisa saja membuatnya berhenti bernapas detik ini juga.
ā Tapi aku ingin tahu, bodoh! Kau ini! Kenapa pelit sekali
sih!ā sungutku kesal. Sungguh orang di hadapanku ini benar-benar menyebalkan.
ā Baiklah kalau kau memang benar-benar ingin tahu, tapi
dengarkan aku baik-baik.ā
Eunhyuk POV
ā Baiklah kalau kau memang benar-benar ingin tahu, tapi
dengarkan aku baik-baik.ā Ucapku mengalah, toh aku memang sudah berjanji akan
menceritakan padanya di rumah.
Flashback
Sehari sebelum pagelaran itu diadakan, Donghae mengajak
Eunhyuk bertemu di sebuah cafƩ. Rasanya aneh memang, kedua rival saling
bertemu. Entah ada maksud terselubung apa yang ada di dalam pertemuan ini.
ā Kita lihat seberapa besar kau mencintai Jooyeon.ā Ucap
Donghae memulai pembicaraan. Mencairkan suasana yang begitu kaku dan tegang.
ā Apa maksudmu?ā tanya Eunhyuk.
ā Iniā¦lihat seberapa besar usahamu meyakinkan orang ini agar
kau bisa bersanding dengan Jooyeon di catwalk nanti.ā Ucap Donghae seraya
menyodorkan sebuah kartu nama, yang tak lain milik tuan Kim Kook Jin.
ā Maksudmuā¦ā
ā Yaā¦kau harus bisa meyakinkan orang ini atau tidak kau akan
melihat orang yang akan bersanding Jooyeon nanti adalah aku.ā Tutur Donghae
sengit. Iapun beranjak dari kursinya.
ā Kau tak punya banyak waktu, kawan.ā Ucap Donghae dengan
tersenyum sinis dan berlalu meninggalkan Eunhyuk yang masih menatap kartu nama
itu.
End Flashback
ā Jadiā¦ā
ā Yahā¦jadi karena itu. Akupun harus berulang kali meyakinkan
tuan Kim, hingga rasanya mulutku berbusa. Aku mengikutinya kesana kemari,
hingga akhirnya ia menyerah tapi dengan syarat, aku bisa melakukannya dengan
baik. Kau tahu kan saat itu sudah tak banyak waktu lagi? Tapi entah mendapat
keberanian darimana, aku menyanggupi semuanya. Dan pada akhirnya aku meminta
bantuan Soo Ah untuk mengajarkanku. Dan saat itu aku bisa merasakan betapa
kesalnya dirimu saat latihan berjalan waktu itu. Ternyata tidak mudah.ā selakku
cepat.
ā Tapi kau jangan terlalu kagum padaku. Karena ku rasa ini
semua sudah menjadi scenario si ikan bodoh itu. Maka dari itu aku tak ingin
menceritakan hal ini padamu. Mungkin kalau bukan karena si ikan bodoh, aku tak
mungkin berada di atas panggung yang sama denganmu. Karena sekalipun aku tak
pernah berpikir untuk melakukan hal seperti itu.ā lanjutku lagi. Setelah itu
bisa ku rasakan hangatnya tanganku. Dia menggenggam tanganku. Dia juga
tersenyum. Bahkan raut menyeramkannya sudah tak terlihat lagi.
ā Gomawoā¦setidaknya kau sudah berusaha dengan baik.ā Ucapnya
yang kini berpindah ke samping kursiku.
ā Yaā¦karena pada awalnya aku berpikir akan benar-benar
kehilanganmu kalau aku tak melakukannya.ā Balasku sambil bangkit dari kursiku.
Ku tatap dirinya lekat, seolah tak ingin melepaskannya.
ā Dan satu hal lagi yang harus kau tahu, aku melakukannya
karena aku mencintaimu.ā Segera ku tarik dirinya, membawanya ke dalam
pelukanku. Ku ucapkan kalimat menggelikan itu. Jujur ini pertama kalinya aku
mengatakan kalimat seperti itu.
Ku tenggelamkan kepalaku di bahunya yang penuh dengan rambut
panjangnya yang terjuntai ke bawah. Ku hirup aroma shampoonya yang lekat pada
rambutnya. Dapat ku rasakan ia membalas pelukanku. Ku rasakan deru nafasnya
yang menggelitik dadaku.
ā Terimakasih karena kau sudah mulai bisa mencintaiku.ā
ucapnya.
ā Hmmmā¦konyol! Aku bukan baru memulainya, tapi aku sudah meneruskan
rutinitasku lamaku. Rutinitas yang kulakukan sejak SMP dulu.ā Ucapku sambil
terkekeh pelan. Jadi dia pikir aku baru belajar mencintainya? Hhhā¦ternyata
selama ini dia tidak sadar kalau aku mencintainya.
Tiba-tiba saja dia mendorong tubuhku menjauh darinya,
membuat pelukanku terlepas. Ahā¦ada apa sih dengannya?. Dia menatapku sambil
menahan emosinya. Kelihatan sekali dari wajahnya, kalau ia sedang menahan
amarahnya.
ā Kau! Jangan permainkan aku! Kau bilang sejak SMP? Apa kau
lupa kalau dulu kau berpacaran dengan banyak yeoja. ā teriaknya sambil
menunjukku dengan telunjuknya.
ā Ituā¦ itu karena aku sudah kehilangan akal untuk membuatmu
menyadari perasaanku. Saat itu kau bilang menyukai Lee Donghae, tahukah kau bagaimana
frustasinya diriku setelah kau mengungkapkan hal itu? rasanya aku mau gila.
Makanya aku terus bergonta ganti pacar, tapi apa? kau malah semakin dekat
dengannya! Dan karena otakku sudah benar-benar buntu, akhirnya aku memintamu
untuk menjadi yeojachinguku. Walau saat itu aku hanya bilang pura-pura, tapi satu hal yang harus kau tahu. Aku tidak
pernah menganggapnya pura-pura. Aku benar-benar menganggapmu sebagai
yeojachinguku, meski kau tetap saja menganggapku hanya mempermainkanmu.ā
Matanya terbelalak mendengar semua paparanku. Uhh..haruskah aku mengungkapkan
semuanya dulu agar ia mengerti perasaanku?.
Kini tangannya menutupi bibirnya. Mungkin dia terlalu kaget
dengan apa yang baru saja didengarnya. Perlahan langkah majunya memperkecil
jarak yang awalnya ia buat sendiri. Langkahnya begitu perlahan. Apa dia begitu
ragu untuk berjalan ke arahku?.
ā Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa kau tak bilang dari dulu?
Hehā¦biar kuingatkan sesuatu padamu! Aku tidak pernah bilang kalau aku menyukai
Donghae, aku hanya bilang kalau aku mengaguminya. Dasar bodoh! Danā¦kalau kau
mencintaiku, kenapa kau menyuruhku untuk menerima Donghae, hah?ā dia memukul
pelan dadaku dengan kepalan tangannya. Perlahan air matanya mengalir begitu
saja, hingga kepalanya kini bersender di depan dadaku. Tangannya masih memukul
dadaku, tapi kali ini tak terasa seperti pukulan.
ā Karena ku kira itulah yang kau inginkan. Danā¦aku pikir aku
memang harus berhenti mengharapkanmu.ā Ku usap pelan kepalanya, memberikan
dadaku padanya agar dia bisa menangis sepuasnya.
ā Saat kecil kau selalu bercerita ingin menikah dengan
pangeran tampan dan baik hati. Yang bisa memperlakukanmu dengan istimewa.
Pangeran yang bisa menjaga dari kerumunan orang jahat. Pangeran yang hanya
dengan senyumnya saja bisa membuatmu bahagia. Dan aku tahu aku tidak bisa memenuhinya.
Mungkin kalau masalah tampan, aku masih bisa menyanggupinya. Tentu kau tidak
lupakan seberapa tampannya aku? Tapi untuk yang lainnya? Aku tak bisa.ā
Ungkapku dengan nada pelan, tanpa kusadari kini aku sudah memeluknya, begitupun
dengan dia.
ā Bodoh!ā ucapnya lagi. Kenapa dia senang sekali memanggilku
bodoh sih?.
ā Kau tahu? Menjadi romantis itu sulit untukku, makanya aku
tidak berani mengungkapkan perasaanku.ā
ā Lalu kau? Apa kauā¦.mencintaiku?ā tanyaku ragu.
ā Bodoh! Kenapa kau masih menanyakan hal seperti itu.ā
Sontak ku lepaskan pelukanku, kucengkram erat bahunya.
Bermaksud agar dia bisa melihat kesungguhan hatiku. Aku benar-benar ingin tahu
perasaannya. Dari tadi hanya aku yang mengungkapkan isi hatiku.
ā Yak! Jawab aku! Jangan terus mengataiku bodoh!ā omelku.
Bukannya takut dia malah menggerutu tak jelas, sambil mengalihkan wajahnya ke
arah lain. Kini dia kembali menatapku, tatapannya begitu sulit diartikan. Dia
mendengus, sebelum akhirnya.
CUP
Dia mencium pipiku. Singkat tapi mampu mengakibatkan efek
yang berkepanjangan pada diriku. Sungguhā¦ini bagai sengatan listrik yang
membuatku diam tak bergeming. Bahkan untuk mengatur pola nafasku kembali normal
saja begitu sulit. Rasa senang atau apalah itu terasa menyesakkan dan terkadang
membuatku terus diam.
ā Apa itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaanmu?ā tanyanya
yang kini sedang melipat tangannya di depan dada. Kenapa ekspresinya begitu
datar? Tidak tahukah dia kalau aku sampai kalang kabut untuk menormalkan sistem
pernafasanku?.Tapi aku senang. Senang mengetahui kalau dia mempunyai perasaan
yang sama denganku. Mungkin ini terasa menggelikan. Tapi aku tak peduli, yang
pasti saat ini aku amat bahagia.
Segera ku tarik, membawanya kembali ke dalam dekapanku. Ku
peluk ia dengan erat, seakan tak ada hari esok untuk kembali memeluknya. Ku
tenggelamkan kepalaku di bahunya. Beginikah caranya? Benarkah caraku
memeluknya?.
ā Dengarkan aku baik-baik. Mungkin sampai kapanpun aku tidak
akan bisa menjadi apa yang kau inginkan. Tapi ingat, aku akan terus mencintaimu
sepanjang hidupku.ā
ā Tenang saja, meski suatu hari nanti kau tidak mencintaiku
lagi. Aku akan terus berkeliaran di hadapanmu dan terus mengingatkanmu
bagaimana cara mencintaiku.ā sahutnya yang masih berada dalam pelukanku.
Kekehan pelan keluar dari mulutku. Ku elus pelan
punggungnya, berharap dia akan selalu nyaman berada dalam dekapanku. Bisa
kurasakan tangannya yang perlahan memeluk pinggangku. Membuat kami semakin
dekat. Mungkin dengan begini dia bisa merasakan betapa cepatnya jantungku
berdetak. Untuk kesekian kalinya ku usap
pelan kepalanya. Kukecup puncak kepalanya, dan menahannya disana.
Rasanya lega, benar-benar lega. Mungkin terdengar konyol
karena kami mengetahui perasaan masing-masing saat pernikahan kami sudah berjalan
sejak enam bulan yang lalu. Tapi taka pa. Bukankah itu keren? Itu langka, kan?.
Aku memang tak menjamin bisa memenuhi ucapanku tadi, tapi bukankah dia bilang
akan terus mengingatkanku bagaimana cara mencintainya?. Tapi aku bisa jamin aku tidak akan bisa lupa
cara untuk mencintainya. Bukankah mencintainya sudah menjadi rutinitasku?. Dan
mungkin sudah menjadi kebutuhanku.
~ ~ END ~ ~
Dumdumdumtaktaktaktak dumdumtakdumdumtak
END? Benarkah? HOAAAAā¦ā¦ā¦akhirnya aku punya ff series yang udah tamat
*jingkrakjingkrak barenga Kyuppa ma Wookie oppa*
WUIIIIHHHHHā¦.tahu gak aku seneng bangetttttā¦.mungkin kedengeran norak
bgt yahā¦
Tapi mau gimana lagi? Ini ff series pertama aku yg udh tamat.
Gimana? Gimana? *selalu pertanyaan yang sama*
Apakah kalian puas dengan akhirnya? Sesuai harapan gak? Atau malah
jelek?
Kalau jelek aku minta maaf, aku tuh bingung mau namatin gimana, jadi
akhirnya gitu dehā¦
Norak gimana gituhhhā¦.
Maklumin aja ya, namanya juga belum berpengalaman.
Okeokeā¦gak afdol kan, kalau di cuap-cuap gak ada ucapan terimakasih?
Yaphā¦pertama aku mau ngucapin terimakasih pada allah SWT yang selalumemberikan
ilhamnya padaku
Yang kedua buat orang tuaku yang udah ngelahirin serta ngebesarin aku
Selanjutnya aku ucapin terimakasih buat kedua seniorku
Pertama buat Kim Dhira yang punya dua bias dengan badan yg gak terlalu
tinggi namun kekar siapa lagi kalo bukan bang ikan ma Jjongppa. *perhatian! Aku
tuh rada ngeri ama Jjongppa. Entahlah! Yang pasti, setiap ngeliat dia,
bawaannya takut diamuk.* # bukannya diamuk Jjongppa, malah diamuk farah abis
ini#
Kedua buat salsa yang katanya ngefans sama Kim Jong Woon alias abang
encung yang terkenalnya kelewat batas *bayangin aja, terkenalnya ampe ke luar
angkasa! Makanya kalau nanti jalan-jalan ke planet mars atau planet lainnya,
coba kalian tanya ama penghuni planet itu,
ā Kenal gak ama Yesung super junior?ā, dijamin tuh orang planet pasti
ngangguk. Gimana? hebatkan? Itulah hebatnya Yeppa dibanding member Super Junior
lainnya. Terkenalnya gak kira-kira
*siap-siap abis ini ditelen salsa idup-idup* berharap semoga salsa ga
baca
Dan yang gak pernah aku lewatin atau aku lupain yaitu, readers.
Biar kata kalian gak pernah ninggalin jejak, seenggaknya di stastik aku
masih liat ada beberapa yang baca, meskipun gak terlalu banyak. *heheheheheā¦
Thanks yaā¦.okelah kalau begbegbeg..beg..beg..begituuuā¦
Aku pamit undur diri ya, semoga ff ini menghibur dan semoga kemampuan
nulisku semakin berkembang
Dan ff-ku gak terus-terusan jadi sarang typo..aminnn
Thanks
GSB
waah..eunhyuk jd model pasangan jooyeon..kejutan buat jooyeon...endingnya jg walau sederhana tapi sweet..nice..^^
ReplyDeletegomawo chingu..^^
beneran eunhyuk jadi model? sumpah pas baca komen ini aku bingung+kget..
Deleteabisnya udh lupa ama ff ini dan skrg mkin bingung knp eunhyuk bisa jdi model? knp manusia stgh onyet itu....... oke...itu masa lalu.. hehehe...sama-sama chingu
So sweet banget! Asli, bacanya bikin berbunga2.. Mian baru komentar di part terakhir padahal baca series ini dari awal. Hasil nemu blog ini makanya baru baca sekarang, hehehe
ReplyDeleteWah, makasih Nara. Ya gpp kok, btw selamat datang di GIGSent yaww..
Deletesilahkan dicek ff yang lain hehehe^^