We Got Married Part 6 ( END )











~ ~ At SimYeon Boutique ~ ~


Jooyeon terus saja menggerutu. Gerak tangannya yang tak menentu menorehkan goresan-goresan abstrak pada secarik kertas yang pada awalnya begitu bersih. Perasaannya campur aduk, antara kesal, lelah dan…bosan mungkin?. Beberapa minggu belakangan ini dia begitu sibuk, ditambah lagi dengan pameran busana yang akan digelar beberapa hari lagi.


Dirasa sudah cukup frustasi, kini Jooyeon menyangga dagunya di atas meja kerjanya. Tangannya tak berhenti untuk meraih apa saja yang tergeletak di atas meja. Berulang kali ia mendengus kesal, berharap kegiatannya mampu mengeluarkan semua beban dalam hatinya. Diliriknya jam tangan yang melekat di lengan kirinya. Jam setengah satu? Ah…kenapa waktu berjalan begitu cepat? Bahkan sampai sekarang aku belum juga pergi makan siang.


“ Jooyeon-ah, bagaimana kalau kita kurangi detail gaun ini? Ku rasa akan lebih sederhana tapi lebih memukau.” Ujar Soo Ah mengomentari sebuah desain gaun di tangannya. Hening, tak ada jawaban dari lawan bicaranya. “ Jooyeon…Jooyeon..Yak..Lee Jooyeon!!!” panggilan yang tadinya terdengar biasa, berangsur meninggi, hingga mampu membuat sang pemilik nama tersadar dari lamunannya.


“ Waeyo?” sulut Jooyeon sambil memutar posisi duduknya. Dia agak kesal, terlebih ia merasa sangat terkejut karena teriakan temannya tadi.
“ Cisshh…sudahlah! Nanti saja kita bahas! Aku mau makan siang dulu.” Jawab Soo Ah sambil meletakkan kertas dalam genggamannya ke atas meja kerjanya. Kini tangannya mulai beralih memainkan mouse komputernya. Merasa diabaikan begitu saja, Jooyeonpun kembali dengan “aktivitas” yang menurutnya cukup menyenangkan.


CEKLEK



Pintu butik berukuran cukup luas itu perlahan terbuka, tak lama tersembul sesosok tampan yang tak terlalu tinggi, namun memiliki karisma yang amat tinggi. Kedatangannyapun disadari oleh Soo Ah, –yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu, tepat dimana pria itu berasal. Soo Ah tak henti-hentinya merutuki pria gagah itu dalam hatinya. Pandangan malas Soo Ah layangkan pada pria itu, meski sangat berbanding terbalik dengan yang pria itu berikan padanya.


“ Apa kau sedang sibuk?” tanya pria itu tepat di depan Jooyeon. Sapaan tersebut ternyata mampu menyadarkan Jooyeon dari lamunannya. Iapun langsung mengulas senyumnya, kala mendapati sosok Lee Donghae berada tepat di depannya.


Menyadari keadaan wanita di hadapannya begitu aneh, Donghaepun berinisiatif menyentuh dahi Jooyeon untuk memastikan wanita itu berada dalam kondisi baik-baik saja. “ Apa kau sakit?” belum sempat tangannya menyentuh dahi Jooyeon, dengan cepat tangannya mendapat penolakan dari sang pemilik dahi.


“ Aku baik-baik saja, Hae.” Ucap Jooyeon sambil tersenyum malas. Melihat senyum itu, Donghaepun ikut tersenyum, meski dalam hatinya ada sedikit kekecewaan.


Apa namja itu gila? Tidak menyerahkah dia, meskipun wanita di hadapannya itu sudah bersuami? Cihh..menggelikan! Atau dia memang sudah benar-benar gila? Dan benar-benar akan memisahkan wanita itu dari suaminya?. Ahh…Jooyeon-ah, aku.. sebagai sahabatmu , berjanji tidak akan tinggal diam. Aku akan melindungimu dari pria itu. cibir Soo Ah dalam hatinya. Dia terus saja merutuki pria itu.


Dan harudo sumeul swigi ttemune nan
Gamdangheya hari seulpeumi du nuneul eiowa
Ne giogeun hansun-gan bonjyo-oneun


Suara dering ponsel Jooyeon tiba-tiba saja menggema hingga terdengar hampir ke seluruh sudut ruangan. Tanpa ingin membiarkan orang yang menghubunginya menunggu terlalu lama, iapun langsung menekan tobol hijau ‘answer’. Nomornya tak diketahui, namun tak menyurutkan niat Jooyeon untuk bercakap dengan lawan bicaranya.


“ Yeobseyeo..” sapa Jooyeon ramah.
“……..”
“ Ya benar..ada apa?” sebisa mungkin ia menekan amarahnya saat ia tahu kalau orang yang menghubungi dirinya adalah, Park Lyra.
“…….”
“ MWOO?” sontak nada bicara Jooyeon berubah 180 derajat dari sebelumnya. Kini ia begitu panik. Perlahan kerja jantungnya bertambah dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
“…….”
“ Baiklah, aku segera ke sana.” Ucap jooyeon sambari mengakhiri percakapannya.


Iapun segera membenahi semua barangnya dan memasukkan beberapa diantaranya ke dalam tas. Sudah tak terpikir lagi, barang apa saja yang sudah ia masukkan ke dalam tasnya. Tak ingin membuang banyak waktu, Jooyeon segera beranjak dari kursinya.


“ Jooyeon-ah waeyo?” tanya Soo Ah sambil menepuk pelan bahu temannya yang kini nampak begitu tergesa-gesa.



Jooyeon POV



Rasanya jantungku berdetak begitu cepat, hingga membuat kerja sistem sarafku juga ikut tergesa. Semuanya terasa begitu mengejutkan, kala Lyra -sekretaris Eunhyuk, mengabarkan kalau Eunhyuk dilarikan ke  rumah sakit. Aku tak tahu bagaimana ceritanya, yang jelas Lyra hanya menyuruhku untuk segera menjenguk Eunhyuk.


“ Jooyeon-ah waeyo?” kurasakan sebuah tangan menyentuh bahuku. Kulihat Soo Ah berada di sampingku, wajahnya begitu khawatir. Mungkin reaksiku terhadap kabar yang Lyra berikan begitu berlebihan hingga membuat Soo Ah ikut khawatir.


“ Eunhyuk.. dia masuk rumah sakit, Soo-ya.” Ku hela nafasku dalam-dalam, berusaha menenangkan kalutnya pikiranku. Aneh…rasanya tubuhku sedikit lemas, rasanya ingin sekali merebahkan raga ini. Sebegitu berartikah monyet itu untukku? Ayolah Jooyeon..kenapa kau sendiri menjadi ling lung?.


“ Bagaimana bisa?”
“ Aku tidak tahu, tadi sekretarisnya hanya menyuruhku untuk datang ke rumah sakit.” Jawabku sambil meraih ponselku. Kusampirkan tas ku pada lengan kananku, tak lupa dengan ponsel dalam genggamanku. Arghhh..kenapa aku jadi begitu gemetar?.


“ Baiklah…aku harus segera ke sana.” Lanjutku sambil melirik Soo Ah, yang entah kenapa sudah mengepalkan tangannya ke udara. “ Jooyeon-ah hwaiting! Jangan lupa sampaikan salamku padanya dan juga permintaan maafku karena tak bisa menjenguknya, Eo?” orasinya yang sama persis seperti para pedemo yang menuntut turunnya harga bahan bakar. “ Ehmm..”



“ Apa perlu ku antar?” sebuah suara lain terdengar. Aku menoleh ke arah suara dan menemukan sosok Donghae yang berada tak jauh dari Soo Ah. Aku baru ingat kalau Donghae masih ada disini. “ Tidak usah, Hae. Aku bisa pergi sendiri..annyeong.” tolakku. Maaf Donghae, tapi kali ini aku harus menolakmu secara tegas. Tanpa banyak basa-basi, aku segera keluar dari butikku.




……….




~ ~ At Seoul International Hospital ~ ~



Aku berlari dengan cepat, rasanya tak ingin membuang waktuku. Perasaanku begitu bergemuruh, aku begitu khawatir. Bahkan pegalnya kakiku karena terus berlari, tak ku indahkan. Hanya satu yang ku inginkan, yaitu segera bertemu dengannya, melihat bagaimana keadaannya.


Ku percepat langkahku, saat kulihat nomor kamar yang ku tuju. Bunyi hentakan akibat tumbukan antara heelsku dengan lantai, kentara terdengar mengiringi tiap langkahku yang tergesa. Tak butuh waktu banyak, akhirnya mataku bisa menatap sejajar plat nomor di depan pintu yang berada di hadapanku ini. Tiba-tiba jantungku kembali berpacu cepat, rasanya seperti ada yang ingin meluap.




Jooyeon-ah sepertinya kau perlu memeriksakan kesehatan jantungmu setelah ini. Bagaimana bisa jantungmu terus berdegup tak karuan begini?. Belum lagi, hormon adrenalinmu yang terus meningkat, bagai ingin meluap. Rasanya jantung, otak, serta hatiku mulai bekerja terlalu berlebihan. Baiklah..Lee Jooyeon, santai…kau harus santai. Tidak perlu tergesa, Arghhh..kenapa jantungku malah semakin tak karuan? Oh tuhan..apa salahku?.


Ku raih serta ku putar knop pintu itu dengan perlahan. Nafasku kembali tercekat saat melihat Park Lyra sedang duduk di kursi sebelah ranjang Eunhyuk. Aku bukannya cemburu, nafasku tercekat saat melihat sesosok lemah yang sedang terbaring di ranjang. Ku ucapkan kalimat sapa, membuat wanita muda itu menoleh ke arahku. Dia membungkukkan badannya dan menyapaku balik.


Ku hampiri dirinya yang kini bangkit dari duduknya. Ia merapihkan pakaiannya sebentar, lalu mengulas senyumnya padaku. Anehnya aku membalas senyumnya, padahal kalau ditilik lebih jauh, dia kan orang yang selama ini menempel pada Eunhyuk -SUAMIKU.


“ Tadi, saat kami hendak pergi menuju tempat meeting, tiba-tiba saja dia pingsan. Dari awal, aku sudah memperingatkannya untuk beristirahat di rumah, tapi dia tetap menolak.  Memang sejak beberapa hari yang lalu, ia nampak begitu lesu dan pucat. Sepertinya proyek kali ini, begitu membebaninya.” Terang Lyra sambil memandangi sosok yang masih terkulai lemas di atas ranjangnya.


Rasanya begitu menyedihkan saat mengetahui fakta, kalau aku sebagai istrinya tidak bisa mengurusnya dengan baik. Aku malah terus berprasangka buruk padanya. Marah karena ia jarang mempunyai waktu untukku, kesal karena ia pulang begitu larut, dan tak jarang aku berpikiran kalau dia sedang bersenang-senang dengan sekretarisnya. Ahhh…istri macam apa aku ini?, bahkan dia lelahpun, aku tidak tahu.  


Kini ku beranikan diriku mendekat ke ranjangnya. Ku dudukkan tubuhku di pinggiran ranjangnya. Ku tatap lekat-lekat wajahnya. Benar… wajah cerianya terlihat begitu pucat, sarat akan kelelahan. Tanpa dikomandoi, tanganku mulai bergerak pada satu objek, yaitu wajahnya. Ku daratkan tanganku di keningnya, perlahan gerakan intens ku sapukan pada wajahnya. Tanganku mulai menyibakkan anak-anak rambutnya,  mengelusnya dengan lembut. Berharap sentuhanku bisa membuatnya jauh lebih baik.


“ Sebelumnya aku sangat membencimu karena kau telah merebut Eunhyuk dariku, tapi karena kebencianku itu, kini aku semakin sadar kalau selama ini Eunhyuk tidak pernah menyukaiku. Tapi melihat kalian sekarang, rasanya hati kecilku senang.” Ku tolehkan kepalaku ke arah Lyra, saat tiba-tiba dia bersuara. Awalnya aku agak kesal, tapi setelah mendengarnya sampai tuntas, akupun merasa lega.


“ Aku senang Eunhyuk mempunyai sekretaris sepertimu, yang selalu memperhatikannya dengan baik.” Balasku yang membuatnya kembali tersenyum. Sosok cantik nan semampai itu berjalan menghampiriku, iapun mengambil tas miliknya yang berada tak jauh dari keberadaanku.


“ Baiklah..Jooyeon-ssi, aku pamit pulang.” Akupun bangkit, ikut membungkuk melepas kepergiannya. Senyumnya masih terpampang jelas di wajah cantiknya, sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan melenyap dari balik pintu.




……….




Eunhyuk POV



Ku kerjapkan mataku beberapa kali. Rasanya cahaya yang masuk ke dalam mataku begitu menyilaukan. Ku rasakan kepalaku yang masih terasa pusing, bahkan tubuhku begitu lemas untuk sekedar mengubah posisi tidurku. Tapi tunggu…. Sepertinya ada yang menggenggam tanganku, meski tak begitu erat. Apakah Lyra? Yah…seingatku Lyra adalah orang terakhir yang bersamaku.


Ku tundukkan kepalaku untuk memastikan siapa pemilik tangan itu. Pandanganku turun ke bawah dan mendapati sosok Jooyeon? Jooyeon?. Benarkah ini Jooyeon?. Tapi berjuta kali ku tanyakan, jawabannya akan tetap sama, orang yang bersamaku sekarang memang benar-benar Jooyeon. Lee Jooyeon, orang yang sejak lahir bermarga Lee. Tapi kini sandangan Lee di depan namanya, karena dia adalah istriku, istri dari Lee Hyukjae.


Ku perhatikan wajahnya dengan mata yang masih terpejam. Ia duduk di kursi samping ranjangku dengan kepala yang ia sandarkan di tepi ranjangku. Posisi wajahnya yang mengenyamping, membuatku mampu melihat wajahnya. Ku telusuri lekuk wajahnya, meski pada kenyataannya aku tak bisa melihatnya dengan cukup leluasa. Entah ada sihir apa, yang pasti aku tersenyum saat melihat wajahnya.


Tak puas hanya memandanginya, tangan kananku pun mulai bergerak untuk menyentuh wajahnya. Tapi belum sampai tanganku pada wajahnya, kurasakan perih dan ngilu pada tanganku. Ah…rupanya tanganku dipasangi selang infus. Tak ingin menyerah begitu saja, kini ku lepaskan genggamannya pada tangan kiriku. Kini tangankupun bebas menyentuhnya.


Pertama, ku elus puncak kepalanya dengan selembut mungkin. Kemudian tanganku perlahan turun hingga keningnya yang terhalang poni. Tanganku terus meluncur ke bawah, hingga ku tangkupkan tanganku pada pipinya. Lalu ku usap perlahan untuk memberinya kenyamanan. Seperti petuah lama yang sering kalian dengar, “Manusia memang tak pernah merasa puas”, dan begitulah aku sekarang.


Kalau tadi aku hanya ingin menyentuhnya, kini aku ingin mengecup keningnya, tapi sayangnya kondisi tubuhku masih begitu lemas untuk sekedar bangun ataupun duduk. Ahhh…benar-benar menyebalkan!! Padahal kesempatan seperti ini kan sangat langka untukku. Baiklah..mungkin tuhan belum mengizinkanku untuk melakukan yang lebih dari ini. Ku lanjutkan lagi kegiatanku, mengusap-usap kepalanya sambil terus memandangi wajahnya.



………..




Jooyeon POV



Ku kerjapkan mataku,  ku rasakan sesuatu yang nyaman berkeliaran di sekitar kepalaku. Entah hanya halusinasiku saja atau apa, yang pasti aku bisa melihat Eunhyuk yang sedang memandangku. Sentuhan nyaman yang dari tadi ku rasakan, perlahan berhenti. Kini terlukis sebuah senyum di wajahnya, seiring dengan tangannya yang bergerak turun dan berhenti tepat pada tanganku. Sentuhan tangannya yang terasa begitu ragu, kini berubah menjadi sebuah genggaman. Kini ku angkat kepalaku dan menegakkan posisi dudukku. Bersender pada kepala kursi yang ku duduki. Rasanya punggungku begitu pegal.



“ Kenapa memaksakan diri, kalau kau tak merasa sehat?” kulayangkan sebuah pertanyaan yang membuka percakapan kami kedepannya nanti. Mungkin terdengar sedikit dingin dan mendikte. Tapi untuk sekarang, aku tidak bisa mengendalikan diriku dengan benar. Jadi tolong jangan komentari gaya bicaraku sekarang.


“ Karena aku ingin proyek itu segera selesai.” Jawabnya dengan mata yang kini melirikku. Tangannya tak lantas berhenti menggenggam tanganku. Genggaman tangannya juga tak hanya diam, tapi terus berubah. Seolah sedang mempermainkan tanganku.


“ Tapi dengan keadaanmu yang seperti ini, harusnya kau biarkan saja karyawanmu yang mengerjakannya.”
“ Tidak bisa! Ini proyek impianku, jadi aku harus terlibat langsung di dalamnya. Aku ingin membuat appa bangga.”  Baiklah…kalau sudah seperti ini aku tak bisa bicara apa-apa lagi. Yah..setidaknya aku pernah merasakan apa yang ia rasakan. Berkeinginan untuk membuat orang tua bangga. Bukankah sesuatu yang mulia?.


“ Keurom..tapi untuk satu minggu ke depan, kau belum boleh banyak beraktivitas, arasseo?” dikteku sambil menatapnya pasti. “ Tapi..”Belum sempat dia meneruskan kata selanjutnya, aku sudah lebih dahulu menyelaknya.” Kau harus menjaga kesehatanmu, Lee Hyukjae. Bagaimana bisa kau membuat abouji bangga, kalau kondisimu seperti ini?”


“ Hmmm…baiklah istriku sayang!”
“ Yak!! Kau mau dihajar?”
“ Aigoo…istriku semakin cantik saja, kalau sedang marah.” Ledeknya lagi. Entah kenapa perutku tergelitik, rasanya pipiku semakin memanas saat mendengar ucapannya tadi. Apa jangan-jangan…Andwae!!!.



“ Yak! Appo! Kau tak boleh menyakiti seorang pasien, nyonya Lee.” Pekiknya saat dengan gemasnya kucubit perutnya. Apa boleh buat? Itu salahnya sendiri, siapa suruh dia terus meledekku?.



……….




Author POV


Karena permintaannya sendiri, maka pagi hari ini Eunhyuk sudah bisa kembali ke rumah. Itupun dengan syarat,  dia tidak boleh terlalu lelah. Awalnya keputusan itu amat ditentang Jooyeon, tapi pada akhirnya Jooyeon tak mampu mempertahan prinsipnya terlalu lama. Eunhyuk yang terus memohon sambil memasang wajah memelasnya, membuat dinginnya hati Jooyeon tak bisa terus bertahan.


Seperti yang sudah disepakati bersama, Eunhyuk tak boleh terlalu lelah. Karena pada kenyataannya, kondisi tubuhnya memang belum terlalu baik. Iapun kini tak bisa pergi ke kantor. Sebenarnya ia sudah mencoba untuk berkompromi dengan Jooyeon, tapi kali ini Jooyeon bersikukuh mempertahankan pendiriannya.



“ Apa kau tak berangkat ke butik? Ini sudah jam setengah dua belas, Yeon-ah.” Racau Eunhyuk yang mulai bosan hanya menjadi penonton kesibukan istrinya yang terus saja mondar-mandir. Sedangkan Eunhyuk sendiri masih setia bertengger di atas ranjangnya, itupun karena permintaan Jooyeon.


“ Disana ada Soo Ah, jadi untuk apa aku kesana?” jawab Jooyeon yang masih sibuk mempertahankan aktivitasnya. Jelas ini membuat Eunhyuk geram. Dia benar-benar bosan, terlebih selama ini, dia memang orang yang tak terbiasa hanya duduk diam sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.


“ Bukankah setiap hari Soo Ah memang bekerja di butik? Kalau alasanmu tidak pergi karena aku, lebih baik kau pergi, karena aku bisa menjaga diriku dengan baik.” Jooyeon langsung berbalik ke arah Eunhyuk. Dia terlihat agak kesal. Sebenarnya ia tak berangkat kerja bukan sekedar untuk menjaga Eunhyuk, tapi ia sedang mencari nomor model kenalannya.


Yah…pameran busana yang akan menampilkan salah satu gaun rancangan Jooyeon akan dilaksanakan dua hari lagi. Tak ayal, dia membutuhkan model yang akan mengenakan gaun miliknya. Terlebih pihak penyelanggara, tak menyediakan modelnya sendiri. Membuatnya harus berpikir dua kali lebih keras.


“ Bisakah kau diam tuan Lee? Atau kau ingin ku buat diam untuk selama-lamanya?” rasanya begidik serta ngeri, kentara pada perasaan Eunhyuk sekarang. Bagaimana tidak? Istrinya sendiri mengancam akan menghabisi nyawanya. Kini ia pun tertunduk, tak ingin mencari perkara. “ Mianhae…” desis Eunhyuk masih menundukkan kepalanya.


“ Ah…maksudku bukan begitu, Eunhyuk-aa…” kini perasaan tak enak menjalari benak Jooyeon. Sungguh..ia tak bermaksud untuk berkata seperti itu. Namun ia terlalu kacau untuk sekedar menimbang kalimat yang baik.  Rasa iba dan bersalah menjalar memenuhi dada Jooyeon, terlebih dengan gimik wajah Eunhyuk yang membuat dirinya semakin terpojok.



Didekatinya ranjang Eunhyuk, kemudian duduk di pinggirannya. Helaan nafas panjang mengiringi gerak tubuhnya. Ia menoleh ke arah suaminya yang masih tertunduk. Pria dewasa di hadapannya itu masih menundukkan kepalanya sambil melipat kedua tangannya yang dilipat di depan dada persis seorang bocah lima tahun yang marah bercampur takut karena dimarahi ibunya. Lucu. Tak sadar kata itulah yang muncul dalam benak Jooyeon. Tanpa dikomandoi, bibirnya pun tertarik membentuk sebuah lengkungan yang dinamakan senyum. Perlahan amarah atau frustasi yang sebelumnya mengganjal dalam hatinya pupus, berganti dengan suatu rasa yang menggelitik hatinya.


“ Maafkan aku..aku tak bermaksud membentakmu. Maafkan aku…” terbesit ide jahil untuk meledek lelaki di depannya. Merasa tak ditanggapi kini Jooyeon mulai mencubit kedua pipi tirus milik Eunhyuk dengan gemas. “ Geumanha..” merasa masih kesal, Eunhyuk mencoba melepaskan tangan Jooyeon yang terus bertindak semena-mena terhadap pipinya. Tak kehabisan akal, Jooyeonpun mulai menggelitiki perut Eunhyuk. Sontak Eunhyuk terus bergerak tak karuan, tak dapat menahan sensasi geli yang ia rasakan.


“ Yak…hahahah…hen..haha..hentikan Jooyeon-ah!” ronta Eunhyuk diselingi suara tawa yang tak terbendung. Dia terus meliuk-liukkan tubuhnya, berharap dengan begitu ia akan terlepas dari siksaan yang tengah menjeratnya. “ Aku akan berhenti, kalau kau mau memaafkan ku.” Bukannya berhenti, gerakan tangan Jooyeon malah semakin intens, membuat Eunhyuk kelimpungan. Gurat bahagia diselimuti seringaian kemenangan tergambar jelas di wajah Jooyeon.


“ Tck..hentikan atau kan akan menyesal nantinya.” Ancam Eunhyuk dengan menahan tawanya. Mungkin ia merasakan sakit di sekitar perutnya, karena terus-terusan menahan tawa. Tapi dia tak ingin Jooyeon menyepelekan ancamannya, karena pada kenyataannya ia benar-benar tersiksa.


“ Coba kita lihat apa yang bisa kau lakukan, tuan Lee.” Mendapati kenyataan bahwa peringatannya hanya ditanggapi sebagai sebuah lelucon tak berarti, secara otomatis otak sekaligus alat geraknya berkoordinasi dengan baik. Bekerja sama, membuat sebuah hentakan yang berakibat cukup fatal. Gerakan Eunhyuk yang hanya satu kali itu, mampu membuat posisi dirinya dan Jooyeon  berubah seratus delapan derajat. Dengan satu kali gerakan namun pasti itu, membuat tubuhnya bisa menggulingkan tubuh Jooyeon, yang kini sudah berada di bawahnya, di bawah kekuasaannya.


Sontak posisi mereka sekarang, membuat keduanya sama-sama terdiam dan saling bertukar pandang, walau dengan cara yang berbeda. Eunhyuk menatap lekat bola mata hitam kecokelatan Jooyeon sambil mengulas senyum tipis, yang amat berbanding terbalik dengan reaksi yang diberikan Jooyeon. Entah karena begitu kaget atau karena terpana akan ketampanan suaminya, kini mata Jooyeon terbelalak begitu lebar. Tubuhnya perlahan kaku, perasaan gugup dengan mudahnya menguar, sehingga membuatnya merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya.


Belum lagi dengan detakan jantungnya yang semakin tak beraturan, kalau diumpamakan, bagai ketukan drum yang tak bertempo. Menciptakan sebuah sensasi aneh, menyesakkan, namun menyenangkan. Seolah terbuai dengan sensasi itu, Jooyeon tak melakukan sebuah rontaan atas invasi Eunhyuk pada dirinya. Rasanya tak ingin sensasi itu usai dan mungkin tak ingin semua itu mencapai sebuah titik berkesudahan. Darahnya yang berdesir cepat, terasa menggelitik, menambah deret alasan untuknya agar tak menyudahi sensasi yang tengah ia rasakan.


Sensasi gila dan memabukkan ternyata tak hanya menjadi tanggungan Jooyeon, namun juga Eunhyuk. Semakin lama, semakin dalam ia menatap bola mata cantik itu, semakin mabuk juga ia, sehingga posisi itu terus dipertahankan. Merasa tak puas dengan jarak pandangnya, Eunhyuk mulai menundukkan kepalanya, bermaksud menikmati mata indah itu lebih dekat lagi. Gerakannya begitu perlahan, tatapan teduh nan tenang seakan menjadi iringan. Tak ada paksaan atau sebuah kekerasan untuk keduanya bisa saling menatap, semuanya terjadi begitu saja hingga jarak wajah mereka begitu dekat, yang membuat hidung keduanya saling bersentuhan.


Hembusan nafas satu sama lain begitu lembut menerpa keduanya. Secara otomatis Eunhyuk mulai memiringkan wajahnya. Sontak itu bagaikan sebuah kode bagi Jooyeon untuk memejamkan matanya. Perlahan namun pasti, tanpa ingin terburu-buru, karena gerak diri Eunhyuk bukan didasari nafsu tapi karena sesuatu yang disebut CINTA. Kini wajah keduanya terbilang sangat dekat, mungkin bisa akan saling menempel dalam satu gerakan lagi. Perlahan Eunhyuk mulai memejamkan matanya, sama seperti apa yang sudah Jooyeon lakukan.


CEKLEEKK


“ OMONAA!!!” saat bibir keduanya hampir saling menyentuh, tiba-tiba saja pintu kamar mereka terbuka dan membuat orang yang membuka pintu itu menjerit begitu heboh. Bisa ditebak bagaimana ekspresi wanita paruh baya yang tak lain orang yang baru saja membuka pintu itu, atau singkatnya ibu kandung dari Eunhyuk.


Pekikkan itu sudah pasti mengacaukan atmosfer yang mungkin akan sulit untuk tercipta di lain waktu. Kini dua orang yang masih dengan posisinya – Jooyeon yang masih berada di bawah kekuasaan Eunhyuk, menoleh ke arah wanita itu. Malu bercampur kesal serta frustasi, dirasakan keduanya, terlebih Eunhyuk yang sudah melayangkan tatapan ‘kenapa eomma datang?’.


“ Ah…mian…eomma tidak bermaksud merusak acara kalian, Ehmm….mian…silahkan kalian lanjutkan kembali..eh,,” masih dengan ekspresi terkejut, bercampur salah tingkah, eomma Eunhyuk langsung pergi dan menutup pintu kamar itu kembali.


Kedua orang yang masih menetap di ranjang itu masih menatap ke arah pintu kamar, meski jelas-jelas tak ada sosok yang harus mereka lihat, kecuali sebuah pintu yang kini sudah tertutup seperti sebelum eomma Eunhyuk datang.


“ ARGGHHH…”desahan pasrah yang juga kentara dengan gurat frustasi lolos dari mulut Eunhyuk. Tanpa adanya sebuah komando, kini mata keduanya saling bertemu. “ AAAAAAAAAAAAAAAA……”


DUUGGG


“ Yak!!! Appo! Kenapa kau menendangku!” pekik Eunhyuk yang baru saja terhempas dari atas ranjang. Saat itu tatapan keduanya bertemu, namun karena rasa malu sudah terpaksa datang. Jooyeon berteriak dan refleks menendang tubuh Eunhyuk cukup kuat,  hingga mampu membuat pria itu terjatuh dan tergeletak tak berdaya, kecuali memegangi punggung dan pinggangnya yang terasa sakit.



…….…



Jooyeon POV


~ ~ At National Hall Center ~ ~




Pertemuan dengan tuan Kang Sehun tadi terbilang cukup memuaskan, setidaknya pertemuan ini berjalan lancar dan jelas. Aku yang ditemani Soo Ah kini berkeliling melihat-lihat tempat luas ini yang akan disulap menjadi sebuah fashion show megah yang akan dipenuhi banyak tamu penting. Bisa kurasakan serta kusaksikan, kesibukan yang tengah mendera orang-orang di dalam sini. Beberapa diantara mereka bolak-balik sambil membawa benda-benda berat, yang lainnya juga ada yang sedang mendekorasi ruangan ini, walau bisa kuakui tempat ini sudah sangat megah tanpa harus mendapat tambahan dekorasi. 


“ Annyeonghaseyeo…” saat aku masih menikmati pemandangan ruang ini, tiba-tiba saja ada sebuah sapaan terdengar yang membuatku menghentikan aktivitasku dan menoleh pada asal suara. Ku lihat seorang wanita cantik dibalut dengan busana kerja formal tanpa mengurangi kata modis didalamnya, dan tak lupa dengan beberapa map holder dalam dekapannya.


“ Annyeonghaseyeo..nyonya Kim.” Ucap Soo Ah mendahuluiku, terpaksa aku hanya membungkukkan badanku sambil mengulas senyum. Oh ya, wanita di depanku ini Kim Gyuri, dia adalah manager kreatif dari perusahaan milik Kang Sehun. Orang yang akan menggelar pagelaran fashion show di tempat ini. Pagelaran yang bertujuan menampilkan hasil karya designer lokal, dalam rangka menarik pasar internasional.


“ Apa sudah bertemu dengan tuan Kang?”
“ Ne…baru saja.” jawabku dengan cepat sebelum Soo Ah kembali mendahuluiku. Bisa kulihat Soo Ah segera diam dengan mulut yang masih terbuka. Haha..gadis itu, kenapa bertingkah terlalu kekanakan, padahal umurnya sama denganku. Dan karena tingkahnya itu, aku selalu merasa tua saat di dekatnya. Serasa aku adalah kakaknya.


“ Oh ya, bagaimana dengan model untuk rancanganmu? Apa sudah ada?”
“ Hmm..belum, kami juga masih berusaha menghubungi beberapa model yang kami kenal, namun mereka tidak bisa, entahlah kami sendiri bingung.” Jelas Soo Ah yang hanya bisa kuangguki, lagipula apa yang dipaparkannya sudah sangat jelas. Jadi, untuk apa aku menambahkannya? Toh…nyonya Gyuri memiliki intelektual yang tinggi, untuk mencerna apa yang Soo Ah katakan.


“ Ah..kenapa tidak salah satu dari kalian saja yang menjadi modelnya, eum? Kalian juga sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang model.” Aku tersentak kaget saat nyonya Gyuri dengan penuh antusias menyampaikan usulannya. Tapi kalau ditelaah lagi, memang tak ada salahnya. Bukankah gadis di sebelahku ini memiliki impian sebagai model?. Segera saja kulirik dirinya yang masih tersenyum bodoh, tanpa khawatir giginya akan mengering setelah tersenyum.


“ Benar juga! Soo Ah..ini saat yang tepat! Bukankah kau pernah bercita-cita menjadi seorang model?” seruku sambil menaik turunkan alisku, seolah memaksanya untuk setuju dengan apa yang kuucapkan.


“ Terus…kau mau bilang agar aku yang memperagakan gaun itu?” kuangguki entah pernyataan atau pertanyaannya itu. Persetan dengan itu, yang pasti aku senang karena dia bisa cepat mengerti maksudku.


“ Shireo!! Aku tidak mau mengenakan gaun pengantin selain gaun pengantin saat aku menikah nanti!” dengan cepat gadis ini menggelengkan kepalanya, sambil melipat kedua tangannya di dada seakan memperjelas penolakannya.


“ Kenapa tidak kau saja?” gerutunya sambil mendelik ke arahku lalu membuang pandangannya ke arah lain. Cihh..gadis itu ingin kembali membuatku nampak lebih tua darinya.



“ Ne…kenapa tak kau saja Jooyeon-ssi? Kau nampak cantik saat menggunakan gaun pengantin di acara pernikahanmu. Pasti kau juga akan nampak cantik, dengan gaun itu meski gaunnya berbeda dengan gaun pengantin milikmu.” Tambah nyonya Gyuri. Ah…kenapa harus aku? Aku?. Baiklah aku tahu, aku memang cantik mengenakan apa saja, tapi bukan berarti aku mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk berlenggang di atas catwalk dengan disaksikan berjuta pasang mata, belum lagi ada jepretan kamera yang bisa kapan saja mengabadikan setiap gerakanku.


“ Tapi..”
“ Kalian sudah tak punya waktu lagi, acaranya bukan seminggu lagi, tapi besok.” Tegas nyoya Gyuri yang membuatku menghela nafas atau lebih tepatnya mendengus?.




………….






Eunhyuk POV


At Joohyuk’s Private Room



Berulang kali kucoba untuk memfokuskan diriku pada layar laptop di depanku, namun berulang kali juga mataku berpaling untuk melihat Jooyeon yang tengah mondar-mandir dengan setumpuk buku di atas kepalanya. Ditambah dengan suara tumbukan heelsnya setiap kali ia melenggang, membuatku tak mampu mengacuhkan keberadaannya. ARGGHH…sebenarnya ada apa dengan gadis? Gadis? Apa di umurnya sekarang, ia masih pantas disebut gadis?. Ah..masa bodoh dengan sandangan apa yang pantas untuknya yang pasti ia sangat mengganggu waktu kerjaku.


“ Yak! Berhentilah mondar-mandir seperti itu! kau mengganggu konsentrasiku!” protesku tak sabaran. Apa dia tak lihat kalau aku sedang sibuk. Toh ini juga karena dirinya. Karena dia melarangku pergi ke kantor, sekarang tugasku menumpuk. Gila saja, saat aku baru membuka e-mail, sudah ada beberapa laporan yang mesti ku baca dan ku tinjau ulang.


“ Kalau begitu lebih baik kau keluar saja dari kamar ini, karena aku tak bisa berhenti untuk mondar-mandir.” Balas Jooyeon acuh. Dia tak terlalu peduli dengan dengusan frustasiku, bahkan sekedar menghentikan aktivitasnya saja tidak. Dengan konsentrasi penuh, ia terus melangkah hati-hati untuk menjaga keseimbangannnya agar tumpukan buku di kepalanya tak jatuh.


Baiklah sebagai lelaki sejati aku mengalah, kucoba untuk kembali memfokuskan diri pada pekerjaanku. Tapi baru saja aku ingin memulainya, tiba-tiba saja. “ ARGGHHHH…” erangan kesal terdengar begitu menyeramkan, seiring dengan jatuhnya buku-buku di kepalanya ke lantai yang menciptakan suara debuman, penambah rusuh suasana kamarku.


Kini konsentrasiku benar-benar pecah, hingga aku tak bisa mengerjakan tugas-tugasku kembali. Sekarang aku malah memutar kursiku menghadapnya yang tengah terduduk kesal di pinggiran ranjang. Dia terus saja menggerutu sambil menendang buku-buku itu.


Ku perhatikan dirinya yang masih menggerutu kesal. Dia juga terus menghentakan kakinya ke lantai. Apa dia lupa kalau dia masih mengenakan heels?. Aigoo…aku pusing melihatnya begitu! Tapi tak mungkin juga kan, kalau aku meneriakinya untuk menghentikan tindakannya yang sungguh kekanakan itu?. kalaupun aku tetap melakukannya, aku bukan membuatnya semakin diam, dia malah akan semakin mengamuk dan akan sangat mengerikan.



Baiklah Lee Hyukjae biarkan saja dia menenangkan dirinya sendiri. Belum tentu dengan membuka mulutmu dan memberinya nasihat, akan membuatnya tenang. Lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu yang hingga kini belum kunjung usai.  


Bagus Lee Jooyeon! Kau sudah berhasil mengacaukan konsentrasiku. Sebenarnya aku tak ingin menjadi bulan-bulanannya, karena mencampuri urusannya. Tapi tidak bolehkah aku menghampirinya dan mengatakan beberapa kalimat yang mungkin bisa menenangkannya?. Hah..siapa yang tahu kalau aku belum mencobanya, ya kan?.


Setelah memikirkannya berulang kali, kini dengan penuh keberanian, ku hampiri dirinya yang masih bertahan pada posisinya. Langkahku berhenti tepat di depan raganya. Akupun berjongkok mensejajarkan tubuh kami. Aku bisa melihat wajahnya dari sini, meski aku harus merelakan tengkukku pegal karena terus menengadah.


Tak ada air mata, yang ada hanya raut kesal, lelah, serta pasrah di wajahnya. Saat melihat wajahnya, tiba-tiba saja tanganku bergerak dengan sendirinya. Bergerak menuju pipinya. Ku usap pipinya dengan lembut, membuatnya beralih menatapku. Tatapannya begitu datar, setidaknya itu lebih baik daripada ia harus tampak mengerikan.  


“ Sebenarnya ada apa? kenapa kau melakukan ini? Bukankah harusnya kau senang, karena besok gaunmu akan ditampilkan?” tangannya menggenggam tanganku yang masih berkeliaran di pipinya. Awalnya ku kira dia akan menepis tanganku. Tapi ternyata dia malah mengelusnya lembut. Bisa ku rasakan helaan nafasnya yang penuh beban.


“ Tapi kau belum lupa kan, kalau hingga saat ini aku belum menemukan modelnya? Dan karena itu, sekarang aku harus berlatih. Karena aku sendiri yang akan memperagakannya besok.” Jawabnya. Dia? Ah…ayolah Jooyeon! Kau sudah nampak anggun tanpa harus berlatih sekeras ini.


Pandanganku kini beralih pada kakinya yang masih terbungkus heels hitamnya. Sedetik kemudian aku menatapnya lagi kemudian kembali menatap kakinya. Tiba-tiba saja terbesit ide yang tak bisa ku kategorikan. Tanpa meminta persetujuannya terlebih dulu, aku langsung melepaskan sepatu sialan itu dari kakinya. “ Yak..apa yang..”


“ Apa kau memerlukan latihan? Bukankah kau sering menggunakan sepatu dengan heels tinggi?” ku tatap dirinya yang masih melongo dengan apa yang baru saja kulakukan. “ Tapi…”


“ Tapi apa?”
“ Haruskah aku memberitahumu seberapa anggunnya dirimu saat melenggang menuju altar pernikahan? Saat itu kau nampak sangat sempurna, kau berjalan dengan sangat baik, meski gaun yang kau gunakan itu beratnya tak manusiawi.” Lanjutku lagi sambil tersenyum tipis padanya. Kini tanganku mulai turun menggenggam tangannya. Bermaksud memberinya keyakinan.


“ Sekarang lebih baik kau istirahat. Hari yang melelahkan akan menyapamu besok.” Akupun bangkit dan mengacak rambutnya pelan. Aku berlalu menuju meja kerjaku. Whoa…aku tak menyangka bisa berkata sebijak itu. Sepertinya aku berkembang menjadi pria dewasa dengan baik.




……….



Jooyeon POV


~ ~ At National Hall Center ~ ~



Benar benar melelahkan. Huft…semenjak pukul satu siang, aku sudah berada di sini. Aku tahu untuk menggelar acara semegah ini tidaklah mudah, tapi aku tidak tahu kalau ini akan sangat melelahkan. Ditambah lagi dengan penat yang menyergapku. Ishhh…di saat seperti ini, Soo Ah malah belum datang, padahal aku tak mengenal banyak orang di sini. Menghilang kemana sih gadis itu?.


Kini aku tak bisa apa-apa, yang bisa kulakukan hanyalah duduk sambil memainkan ponselku. Biar bagaimanapun aku amat lelah, harus bolak-balik ke sana kemari.

“ Jooyeon-ssi?”
“ Ah..nyonya Gyuri, ada yang bisa kubantu?” dengan cepat aku bangkit dari dudukku dan membungkuk menyapanya. Dia tersinyum simpul, sebelum wajahnya berubah menjadi serius.
“ Mengenai pameran nanti, saat giliranmu tiba, itu akan ditampilkan bersama rancangan tuan Kim Kook Jin. Jadi itu akan menjadi special stage. Kau menggunakan gaun dan disusul dengan model pria yang akan memperagakan rancangan tuan Kim.”

MWOOO? Apa katanya? Aigooo…berlenggang sendiri saja aku masih belum tahu bagaimana jadinya. Dan sekarang malah ditambah dengan konsepnya itu. HAHH…ottokhae??.


“ Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan di panggung nanti?” pertanyaanku membabi buta seiring dengan rasa panik yang terus saja menguasai diriku.


“ Tenang saja, yang perlu kau lakukan hanya berjalan dengan relaks dan teruslah tersenyum. Eumm…karena kalian berdua akan menggunakan pakaian pernikahan, jadi konsepnya pria itu seperti sedang meminangmu. Yah…pasti kau tak asinglah dengan peragaan semacam itu.” jelasnya dengan teramat santai. Dia tadi menyuruhku apa? dia menyuruhku untuk tenang? Ishhh… benar-benar! Aku benar-benar ingin meledak.


“ Baiklah hanya itu yang ingin kusampaikan, aku tinggal dulu.” Dia menepuk pelan bahuku, sebelum akhirnya ia meninggalkan diriku yang tengah pusing karena idenya yang kelewat kreatif itu. Ahh…kalau memang akan ada penambahan seperti itu, kenapa dia tak bilang dari kemarin?. Setidaknya aku tidak akan seheboh ini. Dan kenapa harus bagianku? Menyebalkan.


DRRTDRRTDRRT


Segera ku tatap layar ponselku sembari dengan tanganku yang sedang mengoperasikan benda kecil dalam genggamanku ini. Satu pesan masuk. Apakah Soo Ah? Dari tadi aku belum mendapat kabar darinya. Ternyata dugaanku salah. Pesan itu dari Eunhyuk. Eumm…kenapa aku jadi begitu semangat?. Rasanya ingin cepat-cepat membaca pesan darinya.


Bagaimana dengan persiapanmu disana? Apa berjalan lancar? Hmm…apa kau sudah makan?

Senyumku terpampang begitu saja setelah membaca pesan darinya. Aigoo…sepertinya aku sudah tidak waras. Apa karena terlalu stress membuat otakku jadi bermasalah? Apa jangan-jangan…aku terlalu lelah? ah…entahlah.

Lancar tapi melelahkan. Kau tahu? Baru saja pihak penyelenggara membuat scenario untuk penampilanku nanti, sepertinya mereka ingin membuatku gila. Hah…aku sudah makan, tadi ada yang menyediakan nasi kotak. Lalu kau? Apa kau sudah makan?

Dengan cepat jemariku mengetikkan huruf per-huruf hingga akhirnya pesanku selesai tanpa menunggu waktu yang lama. Ku hela nafas mencari keyakinan untuk mengirimkan pesan yang menurutku sedikit…menjijikkan?. Walau masih tak begitu yakin, aku langsung menekan tombol ‘kirim’.

Benarkah? Walau melelahkan kau harus tetap bersemangat, eo? Bukankah ini impianmu? Jadi lakukanlah dengan sebaik mungkin. Aku sudah makan tadi.  

Setelah membaca pesannya, jemariku dengan cepat merangkai kalimat yang sudah berkelebatan di benakku. Aigoo..kenapa aku sangat bersemangat? Bukankah aku paling malas membalas pesan? Biasanya aku lebih suka menelepon langsung daripada berkirim pesan.

Oh iya, kau datangkan?

Tak lama berselang setelah itu, ponselku kembali bergetar.

Aku tidak tahu, tapi akan ku usahakan. Jam delapan malam, kan? Baiklah…lihat bagaimana nanti saja.

Aku sedikit kecewa setelah membaca pesannya. Aku tahu dia mempunyai banyak kesibukan. Tapi apakah dia tak bisa meluangkan waktunya sebentar untukku?. Sekedar untuk memberiku semangat. Kalau begini aku jadi malas membalas pesannya. Biarkan saja, biar dia merasa bersalah.

Ku biarkan pesannya masih terpampang di layar ponselku tanpa ada minat untuk menutupnya. Aku jadi malas. Entahlah… Isshh kenapa aku jadi kekanakan seperti ini?. Tiba-tiba ku rasakan getaran dalam genggamanku. Ah…ternyata ponselku.

Yak kenapa kau tak membalas pesanku? Apa kau marah? Lagipula aku kan belum tahu bisa datang atau tidak. Meskipun nanti aku memang tidak datang, tapi ingatlah aku selalu mendoakanmu.. Berdoa agar kau bisa melakukannya dengan baik, arraseo?. Jadi berhentilah untuk mendumel atau menaruh kesal padaku.  

Mendoakanku? Rasanya ingin sekali aku tertawa di depannya. Dia ingin mendoakanku, padahal berdoa untuk dirinya sendiri saja jarang. Cihh…anak itu! Belajar darimana dia bicara seperti itu?. Apa jangan-jangan belakangan ini dia sering bertemu dengan Siwon? Mungkin saja.




………..




Kenapa aku jadi terlampau gugup? Bukankah kalau terus seperti ini, malah akan membuatku terbebani? Aku sudah mencoba tenang, tapi tetap saja gugup itu datang kembali. Baiklah Jooyeon, tenang dan diam. Setidaknya sampai stylist ini selesai mendandanimu.


“ Neomu yeppeoda!” komentar seorang stylist setelah melihat hasil kerjanya. Dia menatapku kagum. Aku tak tahu dia kagum pada kecantikan wajahku atau kagum pada hasil pekerjaannya, yang pasti dia kelihatan sangat puas.
“ Eum…kau beruntung karena bisa memperagakan rancanganmu sendiri. Oh ya, apa keluargamu tidak datang?” ucapnya lagi, kali ini aku bisa bergerak dengan leluasa karena dia sudah menjauh dariku.


“ Mungkin sebentar lagi.” Jawabku sambil mengulas senyum.
“ Baiklah aku tinggal dulu, semoga kau sukses!” diapun meninggalkanku sendiri. Kini aku hanya bisa memandangi pantulan diriku di cermin.


Gaun ini, gaun yang menghantarkanku ke tempat ini, kini sudah menempel dengan baik membalut tubuhku. Warna broken white yang menurutku amat cantik, kupilih menjadi warna gaun ini. Melihat diriku dengan pakaian ini, aku jadi teringat saat aku menikah dulu. Meskipun dengan gaun yang berbeda. Tapi gaun pernikahanku tak kalah cantik dengan gaun ini. Bedanya gaun pengantinku tidak pernah kupajang di butik, karena aku mendesainnya secara khusus. Bahkan Soo Ah pernah menyuruhku untuk membuat gaun yang seperti itu lagi.


Ah…mengingat hal itu setidaknya aku melupakan rasa gugupku sejenak. Kenapa mereka belum datang?. Yang aku herankan kenapa sampai sekarang Soo Ah belum datang juga. Setiap kali aku menghubunginya, dia selalu menjawab dengan hal yang sama. AKU SEDANG SIBUK DI BUTIK. Sesibuk apapun dia, tapi apa dia tak ingin melihatku?.


“ Jooyeon-ah!” dapat kulihat sesosok manusia tersembul dari balik pintu melalui cermin di depanku. Dengan senyum sumringah dia berjalan masuk ke dalam ruanganku. Cihh…dia melangkah, seperti tak mempunyai salah.


“ Aigoo…temanku cantik sekali! Harusnya Eunhyuk melihatnya!” serunya kagum sambil menggelayuti tubuhku yang masih terduduk. Dari yang bisa kulihat di cermin, dia amat bahagia. Kemana saja kau Kim Soo Ah?.


“ Cihh…setelah meninggalkanku sendiri, sekarang kau malah datang. Benar-benar menyebalkan! Apa kau tak tahu, kalau dari tadi aku begitu tegang?” ejekku membuatnya kesal.
“ Aku kan sudah bilang kalau aku sedang sibuk, toh yang aku lakukan adalah menjaga butik.” Jawabnya tak mau kalah.


“ Mana Eunhyuk? Aku tidak melihatnya dari tadi?” tanyanya sambil memiringkan wajahnya.
“ Entahlah..sepertinya dia tidak datang.” Jawabku pasrah. Biarlah dia mau datang atau tidak.


“ Kau hanya sendiri? Apa kau mengajak Hyerim juga?” tanyaku tak ingin berlarut pada namja bernama Lee Hyukjae itu.
“ Aku memang tidak sendirian, tapi bukan bersama Hyerim, aku..bersama Donghae.” Kenapa dia terdengar tak bersemangat? Tapi siapa tadi? Donghae? Apa jangan-jangan mereka berdua… patut dipertanyakan!.


“ Kau bersamanya? Apa kalian…”
“ Yak! Jangan berpikir macam-macam! Dia mengajakku pergi bersama hanya sebagai kamuflase belaka untuk bisa bertemu denganmu.” Belum juga aku selesai, dia sudah mengutarakan pembantahan. Kenapa dia jadi sangat kesal?.
“ Sudahlah Soo Ah, mungkin kali ini dia memang ingin mendekatimu. Jadi berhentilah berpikir negatif tentangnya.” Dia tak menjawab, tapi satu yang bisa kusimpulkan. Dia kesal.




……….



“ Kau…cantik.” Ucap Donghae sambil tersenyum. Aku baru saja keluar dari ruanganku karena acara akan dimulai sebentar lagi. Dan ternyata aku bisa bertemu dengan Donghae yang sedang berbincang dengan beberapa orang.
“ Gomawo..” aku melirik Soo Ah yang sedang mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aku tahu pasti dia sengaja menghindari Donghae.  “ Kalian juga…nampak serasi.” Ucapku dengan sengaja melirik ke arah Soo Ah. Benar saja dia langsung menatapku dengan tatapan membunuh.



……….  






Sebentar lagi giliranku, tapi hingga kini aku belum bertemu dengan model yang akan dipasangkan denganku. Ahh…sebenarnya mereka ingin mempermalukanku atau apa sih? Kalau begini aku bisa pastikan semuanya tidak akan berjalan lancar.


“ Jooyeon-ssi, bersiaplah sebentar lagi giliranmu.” Suruh seorang staff yang langsung pergi setelah mengatakan kalimat menyebalkan itu. Ah…bagaimana ini? Huftt…Lee Jooyeon tenanglah dan fokus, fokus!. Ingatlah kalau doa Eunhyuk selalu menyertaimu.




Author POV


Kini dengan langkah penuh keyakinan, Jooyeon melenggang di atas catwalk. Senyumnya tak henti mengiringi langkah kakinya. Decak kagum puluhan orang bahkan lebih terdengar kala sosok Jooyeon begitu bersinar di atas catwalk. Tak ayal beberapa fotografer tak menyia-nyiakan momen itu.


Dalam benaknya Jooyeon masih sangat bingung, tapi dia masih ingat dengan arahan singkat nyonya Gyuri yang diberikan padanya tadi siang. Mulai dari kemana saja dia harus berjalan dan kapan dia harus berbalik dan bersatu padu dengan model pria yang dipasangkan dengannya itu. Walau begitu hatinya belum tenang, biar bagaimanapun dia belum bertemu dengan model itu.


Sorak para tamu undangan terdengar lebih semarak saat model pria itu datang dan berlenggang. Dan saat itulah Jooyeon harus berbalik dan berjalan ke tengah untuk melakukan sesuai yang arahan nyonya Gyuri. Hampir saja langkahnya terhenti dan terjatuh saat melihat siapa model pria itu. Matanya tak berkedip seolah pemandangan di hadapannya merupakan hal yang sulit untuk dipercaya.


Model pria itu tersenyum tulus sambil terus berjalan. Langkahnya lebih nyata dari Jooyeon, yang sekarang merasa berada di awang-awang. Keduanya pun saling bertatapan di tengah stage. Bertukar pandang, menambah suasana romantis antara keduanya.


“ Kau…” desis Jooyeon pelan saat pria itu meraih kedua tangannya dan menggenggamnya. Bukannya menjawab, pria itu malah terus tersenyum. Seakan ingin Jooyeon terus terperangah pada dirinya.


“ Bukankah kau ingin aku datang? Sekarang aku sudah datang dan menemani di atas panggung.”ucap namja itu yang tak lain adalah….Eunhyuk. Kini Eunhyuk memegang bahu Jooyeon, berusaha agar gadisnya tak jatuh seketika. Tanpa permisi, Eunhyuk langsung mengecup puncak kepala Jooyeon. Dia sengaja menahannya agak lama. Setidaknya dia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, bukan?.



………




Jooyeon POV



Pertunjukan tadi berlangsung dengan sangat lancar. Bahkan semuanya berjalan begitu mulus. Meski harusnya aku senang, tapi aku penasaran. Kenapa bisa Eunhyuk?. Hah…dari tadi aku sudah memintanya untuk menjelaskan padaku. Tapi dia selalu menolak, dia bilang akan menceritakan semuanya di rumah. Sungguh menyebalkan!. Selama di tempat acara tadipun, dia mengacuhkanku, dia malah sibuk bicara dengan rekan kerjanya. Dan yang lebih anehnya, setelah acara selesai aku tidak menemukan Soo Ah ataupun Donghae. Hmmm…pasti mereka juga ada di balik semua ini.


Sekarang kami berdua sudah pulang. Kami berada di kamar kami tentunya. Aku sedang berusaha menemukan cara agar ia mau bercerita. Sedangkan dia masih asyik dengan laptopnya. Aku kembali teringat, setiap aku bertanya dia hanya akan menjawab, ‘Bagaimana, aku hebat, kan? Pasti kau sangat menyukainya’. Intinya kalau aku kembali mendesaknya dengan cara yang sama, pasti aku akan mendapat jawaban yang kurang lebih sama pula.


Tiba-tiba terlintas ide frontal yang ku kira bisa berhasil membuatnya buka mulut. Segera saja ku hampiri dirinya. Dengan penuh emosi ku gebrak meja kerjanya dengan tanganku. “ Ckk…waeyo?”


“ Kau…cepat ceritakan padaku, kenapa kau bisa melakukannya?” ku keluarkan semua amarahku, tak peduli akan semenyeramkan apa wujudku sekarang ini. Tapi sialnya dia malah menyepelekanku dan kembali dengan laptopnya.



“ Haruskah kau tahu? Yang terpenting sekarang, acaranya sudah berjalan dengan sangat baik, bukan?” ucapnya masih santai tanpa khawatir dengan ledakan emosiku yang bisa saja membuatnya berhenti bernapas detik ini juga.


“ Tapi aku ingin tahu, bodoh! Kau ini! Kenapa pelit sekali sih!” sungutku kesal. Sungguh orang di hadapanku ini benar-benar menyebalkan.


“ Baiklah kalau kau memang benar-benar ingin tahu, tapi dengarkan aku baik-baik.”




Eunhyuk POV


“ Baiklah kalau kau memang benar-benar ingin tahu, tapi dengarkan aku baik-baik.” Ucapku mengalah, toh aku memang sudah berjanji akan menceritakan padanya di rumah.


Flashback

Sehari sebelum pagelaran itu diadakan, Donghae mengajak Eunhyuk bertemu di sebuah café. Rasanya aneh memang, kedua rival saling bertemu. Entah ada maksud terselubung apa yang ada di dalam pertemuan ini.


“ Kita lihat seberapa besar kau mencintai Jooyeon.” Ucap Donghae memulai pembicaraan. Mencairkan suasana yang begitu kaku dan tegang.
“ Apa maksudmu?” tanya Eunhyuk.
“ Ini…lihat seberapa besar usahamu meyakinkan orang ini agar kau bisa bersanding dengan Jooyeon di catwalk nanti.” Ucap Donghae seraya menyodorkan sebuah kartu nama, yang tak lain milik tuan Kim Kook Jin.


“ Maksudmu…”
“ Ya…kau harus bisa meyakinkan orang ini atau tidak kau akan melihat orang yang akan bersanding Jooyeon nanti adalah aku.” Tutur Donghae sengit. Iapun beranjak dari kursinya.
“ Kau tak punya banyak waktu, kawan.” Ucap Donghae dengan tersenyum sinis dan berlalu meninggalkan Eunhyuk yang masih menatap kartu nama itu.


End Flashback



“ Jadi…”
“ Yah…jadi karena itu. Akupun harus berulang kali meyakinkan tuan Kim, hingga rasanya mulutku berbusa. Aku mengikutinya kesana kemari, hingga akhirnya ia menyerah tapi dengan syarat, aku bisa melakukannya dengan baik. Kau tahu kan saat itu sudah tak banyak waktu lagi? Tapi entah mendapat keberanian darimana, aku menyanggupi semuanya. Dan pada akhirnya aku meminta bantuan Soo Ah untuk mengajarkanku. Dan saat itu aku bisa merasakan betapa kesalnya dirimu saat latihan berjalan waktu itu. Ternyata tidak mudah.” selakku cepat.


“ Tapi kau jangan terlalu kagum padaku. Karena ku rasa ini semua sudah menjadi scenario si ikan bodoh itu. Maka dari itu aku tak ingin menceritakan hal ini padamu. Mungkin kalau bukan karena si ikan bodoh, aku tak mungkin berada di atas panggung yang sama denganmu. Karena sekalipun aku tak pernah berpikir untuk melakukan hal seperti itu.” lanjutku lagi. Setelah itu bisa ku rasakan hangatnya tanganku. Dia menggenggam tanganku. Dia juga tersenyum. Bahkan raut menyeramkannya sudah tak terlihat lagi.



“ Gomawo…setidaknya kau sudah berusaha dengan baik.” Ucapnya yang kini berpindah ke samping kursiku.
“ Ya…karena pada awalnya aku berpikir akan benar-benar kehilanganmu kalau aku tak melakukannya.” Balasku sambil bangkit dari kursiku. Ku tatap dirinya lekat, seolah tak ingin melepaskannya.


“ Dan satu hal lagi yang harus kau tahu, aku melakukannya karena aku mencintaimu.” Segera ku tarik dirinya, membawanya ke dalam pelukanku. Ku ucapkan kalimat menggelikan itu. Jujur ini pertama kalinya aku mengatakan kalimat seperti itu.


Ku tenggelamkan kepalaku di bahunya yang penuh dengan rambut panjangnya yang terjuntai ke bawah. Ku hirup aroma shampoonya yang lekat pada rambutnya. Dapat ku rasakan ia membalas pelukanku. Ku rasakan deru nafasnya yang menggelitik dadaku.


“ Terimakasih karena kau sudah mulai bisa mencintaiku.” ucapnya.
“ Hmmm…konyol! Aku bukan baru memulainya, tapi aku sudah meneruskan rutinitasku lamaku. Rutinitas yang kulakukan sejak SMP dulu.” Ucapku sambil terkekeh pelan. Jadi dia pikir aku baru belajar mencintainya? Hhh…ternyata selama ini dia tidak sadar kalau aku mencintainya.



Tiba-tiba saja dia mendorong tubuhku menjauh darinya, membuat pelukanku terlepas. Ah…ada apa sih dengannya?. Dia menatapku sambil menahan emosinya. Kelihatan sekali dari wajahnya, kalau ia sedang menahan amarahnya.



“ Kau! Jangan permainkan aku! Kau bilang sejak SMP? Apa kau lupa kalau dulu kau berpacaran dengan banyak yeoja. “ teriaknya sambil menunjukku dengan telunjuknya.
“ Itu… itu karena aku sudah kehilangan akal untuk membuatmu menyadari perasaanku. Saat itu kau bilang menyukai Lee Donghae, tahukah kau bagaimana frustasinya diriku setelah kau mengungkapkan hal itu? rasanya aku mau gila. Makanya aku terus bergonta ganti pacar, tapi apa? kau malah semakin dekat dengannya! Dan karena otakku sudah benar-benar buntu, akhirnya aku memintamu untuk menjadi yeojachinguku. Walau saat itu aku hanya bilang pura-pura,  tapi satu hal yang harus kau tahu. Aku tidak pernah menganggapnya pura-pura. Aku benar-benar menganggapmu sebagai yeojachinguku, meski kau tetap saja menganggapku hanya mempermainkanmu.” Matanya terbelalak mendengar semua paparanku. Uhh..haruskah aku mengungkapkan semuanya dulu agar ia mengerti perasaanku?.


Kini tangannya menutupi bibirnya. Mungkin dia terlalu kaget dengan apa yang baru saja didengarnya. Perlahan langkah majunya memperkecil jarak yang awalnya ia buat sendiri. Langkahnya begitu perlahan. Apa dia begitu ragu untuk berjalan ke arahku?.


“ Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa kau tak bilang dari dulu? Heh…biar kuingatkan sesuatu padamu! Aku tidak pernah bilang kalau aku menyukai Donghae, aku hanya bilang kalau aku mengaguminya. Dasar bodoh! Dan…kalau kau mencintaiku, kenapa kau menyuruhku untuk menerima Donghae, hah?” dia memukul pelan dadaku dengan kepalan tangannya. Perlahan air matanya mengalir begitu saja, hingga kepalanya kini bersender di depan dadaku. Tangannya masih memukul dadaku, tapi kali ini tak terasa seperti pukulan.



“ Karena ku kira itulah yang kau inginkan. Dan…aku pikir aku memang harus berhenti mengharapkanmu.” Ku usap pelan kepalanya, memberikan dadaku padanya agar dia bisa menangis sepuasnya.


“ Saat kecil kau selalu bercerita ingin menikah dengan pangeran tampan dan baik hati. Yang bisa memperlakukanmu dengan istimewa. Pangeran yang bisa menjaga dari kerumunan orang jahat. Pangeran yang hanya dengan senyumnya saja bisa membuatmu bahagia. Dan aku tahu aku tidak bisa memenuhinya. Mungkin kalau masalah tampan, aku masih bisa menyanggupinya. Tentu kau tidak lupakan seberapa tampannya aku? Tapi untuk yang lainnya? Aku tak bisa.” Ungkapku dengan nada pelan, tanpa kusadari kini aku sudah memeluknya, begitupun dengan dia.


“ Bodoh!” ucapnya lagi. Kenapa dia senang sekali memanggilku bodoh sih?.
“ Kau tahu? Menjadi romantis itu sulit untukku, makanya aku tidak berani mengungkapkan perasaanku.”
“ Lalu kau? Apa kau….mencintaiku?” tanyaku ragu.
“ Bodoh! Kenapa kau masih menanyakan hal seperti itu.”


Sontak ku lepaskan pelukanku, kucengkram erat bahunya. Bermaksud agar dia bisa melihat kesungguhan hatiku. Aku benar-benar ingin tahu perasaannya. Dari tadi hanya aku yang mengungkapkan isi hatiku.


“ Yak! Jawab aku! Jangan terus mengataiku bodoh!” omelku. Bukannya takut dia malah menggerutu tak jelas, sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain. Kini dia kembali menatapku, tatapannya begitu sulit diartikan. Dia mendengus, sebelum akhirnya.

CUP

Dia mencium pipiku. Singkat tapi mampu mengakibatkan efek yang berkepanjangan pada diriku. Sungguh…ini bagai sengatan listrik yang membuatku diam tak bergeming. Bahkan untuk mengatur pola nafasku kembali normal saja begitu sulit. Rasa senang atau apalah itu terasa menyesakkan dan terkadang membuatku terus diam.



“ Apa itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaanmu?” tanyanya yang kini sedang melipat tangannya di depan dada. Kenapa ekspresinya begitu datar? Tidak tahukah dia kalau aku sampai kalang kabut untuk menormalkan sistem pernafasanku?.Tapi aku senang. Senang mengetahui kalau dia mempunyai perasaan yang sama denganku. Mungkin ini terasa menggelikan. Tapi aku tak peduli, yang pasti saat ini aku amat bahagia. 


Segera ku tarik, membawanya kembali ke dalam dekapanku. Ku peluk ia dengan erat, seakan tak ada hari esok untuk kembali memeluknya. Ku tenggelamkan kepalaku di bahunya. Beginikah caranya? Benarkah caraku memeluknya?.


“ Dengarkan aku baik-baik. Mungkin sampai kapanpun aku tidak akan bisa menjadi apa yang kau inginkan. Tapi ingat, aku akan terus mencintaimu sepanjang hidupku.”
“ Tenang saja, meski suatu hari nanti kau tidak mencintaiku lagi. Aku akan terus berkeliaran di hadapanmu dan terus mengingatkanmu bagaimana cara mencintaiku.” sahutnya yang masih berada dalam pelukanku.


Kekehan pelan keluar dari mulutku. Ku elus pelan punggungnya, berharap dia akan selalu nyaman berada dalam dekapanku. Bisa kurasakan tangannya yang perlahan memeluk pinggangku. Membuat kami semakin dekat. Mungkin dengan begini dia bisa merasakan betapa cepatnya jantungku berdetak.  Untuk kesekian kalinya ku usap pelan kepalanya. Kukecup puncak kepalanya, dan menahannya disana.


Rasanya lega, benar-benar lega. Mungkin terdengar konyol karena kami mengetahui perasaan masing-masing saat pernikahan kami sudah berjalan sejak enam bulan yang lalu. Tapi taka pa. Bukankah itu keren? Itu langka, kan?. Aku memang tak menjamin bisa memenuhi ucapanku tadi, tapi bukankah dia bilang akan terus mengingatkanku bagaimana cara mencintainya?.  Tapi aku bisa jamin aku tidak akan bisa lupa cara untuk mencintainya. Bukankah mencintainya sudah menjadi rutinitasku?. Dan mungkin sudah menjadi kebutuhanku.



~ ~ END ~ ~


Dumdumdumtaktaktaktak dumdumtakdumdumtak
END? Benarkah? HOAAAA………akhirnya aku punya ff series yang udah tamat
*jingkrakjingkrak barenga Kyuppa ma Wookie oppa*
WUIIIIHHHHH….tahu gak aku seneng bangettttt….mungkin kedengeran norak bgt yah…
Tapi mau gimana lagi? Ini ff series pertama aku yg udh tamat.


Gimana? Gimana? *selalu pertanyaan yang sama*
Apakah kalian puas dengan akhirnya? Sesuai harapan gak? Atau malah jelek?
Kalau jelek aku minta maaf, aku tuh bingung mau namatin gimana, jadi akhirnya gitu deh…
Norak gimana gituhhh….
Maklumin aja ya, namanya juga belum berpengalaman.


Okeoke…gak afdol kan, kalau di cuap-cuap gak ada ucapan terimakasih?
Yaph…pertama aku mau ngucapin terimakasih pada allah SWT yang selalumemberikan ilhamnya padaku
Yang kedua buat orang tuaku yang udah ngelahirin serta ngebesarin aku


Selanjutnya aku ucapin terimakasih buat kedua seniorku
Pertama buat Kim Dhira yang punya dua bias dengan badan yg gak terlalu tinggi namun kekar siapa lagi kalo bukan bang ikan ma Jjongppa. *perhatian! Aku tuh rada ngeri ama Jjongppa. Entahlah! Yang pasti, setiap ngeliat dia, bawaannya takut diamuk.* # bukannya diamuk Jjongppa, malah diamuk farah abis ini#


Kedua buat salsa yang katanya ngefans sama Kim Jong Woon alias abang encung yang terkenalnya kelewat batas *bayangin aja, terkenalnya ampe ke luar angkasa! Makanya kalau nanti jalan-jalan ke planet mars atau planet lainnya, coba kalian tanya ama penghuni planet itu,
“ Kenal gak ama Yesung super junior?”, dijamin tuh orang planet pasti ngangguk. Gimana? hebatkan? Itulah hebatnya Yeppa dibanding member Super Junior lainnya. Terkenalnya gak kira-kira
*siap-siap abis ini ditelen salsa idup-idup* berharap semoga salsa ga baca


Dan yang gak pernah aku lewatin atau aku lupain yaitu, readers.
Biar kata kalian gak pernah ninggalin jejak, seenggaknya di stastik aku masih liat ada beberapa yang baca, meskipun gak terlalu banyak. *hehehehehe…
Thanks ya….okelah kalau begbegbeg..beg..beg..begituuu…
Aku pamit undur diri ya, semoga ff ini menghibur dan semoga kemampuan nulisku semakin berkembang
Dan ff-ku gak terus-terusan jadi sarang typo..aminnn




Thanks

GSB

Comments

  1. waah..eunhyuk jd model pasangan jooyeon..kejutan buat jooyeon...endingnya jg walau sederhana tapi sweet..nice..^^
    gomawo chingu..^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. beneran eunhyuk jadi model? sumpah pas baca komen ini aku bingung+kget..
      abisnya udh lupa ama ff ini dan skrg mkin bingung knp eunhyuk bisa jdi model? knp manusia stgh onyet itu....... oke...itu masa lalu.. hehehe...sama-sama chingu

      Delete
  2. So sweet banget! Asli, bacanya bikin berbunga2.. Mian baru komentar di part terakhir padahal baca series ini dari awal. Hasil nemu blog ini makanya baru baca sekarang, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih Nara. Ya gpp kok, btw selamat datang di GIGSent yaww..
      silahkan dicek ff yang lain hehehe^^

      Delete

Post a Comment

Popular Posts