Love Need Efford Part 4 ( Right..I'll Give Up )
Kibum POV
Entah ada urusan apa, Kim bum meminta ku untuk menemuinya di
Café ini. Aku sudah menunggunya sejak lima belas menit yang lalu, tapi sampai
sekarang ia belum datang juga. Kemana anak itu? hah.. lebih baik ku mainkan
ponselku sebentar, hitung-hitung membunuh rasa jenuh.
“ Permisi..apa anda orang yang dimaksud Kim bum?” dengan
segera ku tengadahkan kepalaku setelah mendengar suara seseorang. DEG…apa
maksudnya ini? Ke…kenapa dia ada di sini? Benarkan yang aku lihat? Aku tidak
salah lihat kan?.
Author POV
“ K..k..k..kau?” desis gadis itu saat Kibum mengangkat
kepalanya. Rasanya sesak sekali saat tahu bahwa orang yang dia temui adalah
Kibum. Orang yang selama ini hanya ada dalam mimpinya, serta bermain dalam
amarahnya.
“ Ah…omong kosong apalagi ini?” gerutu gadis itu yang tak
lain adalah So Eun. Yah…Kim So Eun. Entah bagaimana caranya Kim Bum sudah
memperdayai gadis itu hingga berhasil membuatnya datang ke Café ini dan bertemu
dengan Kibum tentunya. Mungkin ada rasa senang menjalari hati So Eun. Dimana ia
bisa bertemu langsung dengan Kibum. Hanya saja rasa sakit di hatinya mencuat
begitu saja pada saat yang bersamaan, membuat rasa senangnya pupus begitu saja
dari hatinya.
Rasanya luka lama itu kembali terbuka dan terasa begitu perih.
Dan benci berkoar begitu saja memenuhi perasaan dalam dadanya. Aku
harus pergi, seharusnya aku tidak datang pikir So Eun memandu gerakan
tubuhnya yang kini berbalik arah. Benar…memang ini yang harusnya ia lakukan.
“ Chakkamman!” seru Kibum yang kini telah bangkit dari
duduknya. Iapun menghampiri So Eun. Menatap gadis yang bahkan tak ingin
memandang dirinya. Gadis itu sengaja, sengaja memalingkan pandangannya karena tak
ingin melihat sosok di hadapannya.
“ Biar ku antar.” Ucap Kibum sambil meraih tangan So Eun.
Namun tak lama, So Eun-pun menepis tangan Kibum. Ia terlihat marah. Malah bisa
dibilang sangat marah.
“ Waeyo?” tanya Kibum heran.
“ Tckk..jangan permainkan aku lagi! Kau! Jangan pernah
muncul di hadapan ku lagi! Arra?” sungut So Eun sebelum akhirnya pergi
meninggalkan café itu dan pastinya meninggalkan Kibum yang masih diam mematung.
Rasanya seperti orang bodoh. Bahkan ia sangat bodoh, walau nyatanya dia
memiliki IQ yang sangat tinggi.
Tak disangka ia merasa sangat sakit. Bahkan kalimat So Eun
tadi masih lekat dalam ingatannya. Sebenci itukah So Eun padanya? Apakah ia
harus melenyap dari dunia ini dulu, agar So Eun berhenti membenci dirinya?.
..…..
A few days later
So Eun terus termenung bahkan setelah kejadian itu telah
berlalu sejak beberapa hari yang lalu. Entah..tapi ia merasakan penyesalan,
walau di satu sisi lagi ada rasa puas karena bisa mengeluarkan amarah yang
selama ini ia pendam. Ia tahu benar perasaannya yang begitu senang kala itu,
tapi ia lebih paham lagi tentang rasa sakitnya. Bahkan pemuda itu, pemuda yang
menorehkan rasa sakit dalam hatinya, dengan seenaknya datang begitu saja tanpa
meminta maaf sama sekali. Dia malah bertingkah seperti orang tak punya salah.
Dan membiarkan So Eun kembali berharap.
Dan itulah yang So Eun benci, benci mengetahui bahwa hatinya
tak sekuat apa yang orang lain pikirkan. Mungkin untuk sebagian orang, apa yang
dialami So Eun hanyalah penggalan cerita masa lalu. Tapi berbeda dengan So Eun.
Dia merasa begitu sakit dan lelah. sakit setelah apa yang namja itu lakukan.
Lelah, lelah karena keberadaannya dulu tak pernah diindahkan bahkan hanya
dianggap sebagai angin lewat.
“ CUT..” seru sang sutradara menghentikan acting So Eun yang
begitu kacau. Bahkan dari tadi So Eun hanya melamun tanpa mengucapkan dialog
apapun. Hari ini memang keadaan So Eun sangat kacau. Tak seperti biasanya yang
selalu mendapatkan pujian atas actingnya yang memukau.
“ Ini sudah yang kelima kalinya So Eun, ada apa denganmu?
Apa kau sakit?” tanya sutradara agak kesal. So Eun hanya bisa menunduk, tak
tahu harus menjawab apa, yang jelas ia sedang merasa tak nyaman sekarang.
Entahlah…sepertinya banyak sekali beban yang menggantung di hatinya.
“ Jeosonghamnida sunbaenim.” Ujar So Eun sambil
membungkukkan badannya. Mendegar hal itu, sutradarapun hanya bisa menghela
nafas kesal. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Bahkan rasanya ingin sekali
ia mengomel, tapi menilik siapa yang membuat kesalahan, ia hanya bisa menahan emosinya.
Yah…selama ini So Eun memang selalu bisa diandalkan, dan baru kali inilah ia
melihat kinerja So Eun yang begitu buruk.
“ Sepertinya kau tidak sehat, lebih baik kau pulang.” Suruh
sutradara dengan menahan amarahnya. Mungkin ini keputusan terbaik, daripada ia
terus memaksakan So Eun yang malah bisa memperburuk keadaan pemainnya.
“ Baiklah..annyeong!” pasrah So Eun. Iapun pamit dan
meninggalkan lokasi take menuju managernya, Park Minji.
“ Ada apa denganmu So Eun-ah?” tanya Minji yang kini
membimbing So Eun menuju van-nya.
“ Eobseyeo.” Lirih So Eun begitu pelan.
……..
Heechul POV
Hari ini aku kembali datang ke lokasi pemotretan Sohee. Dan
tentu masih sama seperti waktu itu. masih di tempat yang sama saat ada seorang
gadis yang menumpahkan minumannya di bajuku. Argghh…semoga saja aku tidak
bertemu dengan gadis itu yang ujung-ujungnya hanya akan membawa kesialan untukku.
Ku perhatikan begitu lihainya Sohee di depan kamera.
Yah…kali ini dia sedang shooting untuk sebuah cf produk kecantikan. Ah…sudah
kubilang berkali-kali kalau Sohee-ku memang yang paling cantik. Daripada siapa?
Hmm…Jung Saera yang dibilang Wookie yang tak lain adalah gadis yang membuat
bajuku kotor tempo hari. Tapi untuk hari ini bisa ku pastikan aku tak bertemu
yeoja itu lagi. Tadi aku sudah bertanya pada beberapa kru disini, dan jawaban
mereka selalu sama ‘Jung Saera?
Sepertinya orang itu tak ada’. Hahaha…akhirnya aku bisa menemui Sohee-ku
tanpa takut tertimpa sial seperti waktu itu.
Tak ingin terus mengingat yeoja itu terlalu lama. Kini aku
mendudukkan diriku di sebuah bangku panjang, tak jauh dari tempatku berada.
Dengan sabarnya aku duduk menunggu pujaan hatiku. Tak jarang ku keluar masukkan
ponselku. Lama-kelamaan semuanya menjadi membosankan. Entah karena aku sudah
menunggu terlalu lama atau memang hatiku sudah jenuh. Ah..masa bodoh dengan
semua itu!.
“ Annyeong…nona Chaerin.” Sapaan hangat terdengar bergantian
seiring dengan datangnya suara agak ramai. Siapa sih yang datang? kenapa mereka
sampai bangun dari tempatnya, untuk sekedar menyapa orang yang mereka panggil
Chaerin itu?.
Entahlah…memangnya apa peduliku? Toh tujuanku kesini bukan
untuk menyapa siapapun yang datangkan?. Lagipula aku ini sedang mengenakan
penyamaranku, mana mungkin aku melakukan tindakan tak berguna seperti itu?.
“ Lee Chaerin kau sudah datang?” kulirik orang yang baru
saja menyapa orang bernama Chaerin tadi. Aku tak tahu bagaimana bentuk Lee
Chaerin itu karena sepertinya orang itu berada di belakangku. Tunggu! Bukankah
tadi namanya Lee..Chaerin? apa jangan-jangan dia CL 2ne1? Bukankah nama asli CL
itu Lee Chaerin?. Aigooo..pantas saja semua orang disini sampai kagum begitu.
Baiklah..kalau ini CL, kenapa tak kusapa saja?.
Akupun beranjak dari kursiku, sambil membetulkan pakaianku.
Meski kalau dilihat, pakaianku telah melekat dengan benar. Walau ku akui agak sedikit
berantakan. Kusiapkan sikapku dengan sebaik mungkin, sebelum akhirnya berbalik
dan…. DIA? Bukankah dia…Jung Saera gadis yang waktu itu?
“ KAU….” Tanpa terasa jari telunjukku terangkat dan menunjuk
ke arahnya. Suaraku yang tak bisa dibilang pelan itu, membuatnya berhenti dan
menoleh ke arahku. Dia memiringkan kepalanya, mungkin dia merasa asing
denganku. Pastilah dia merasa begitu! Aku kan sedang mengenakan penyamaran
lengkap, yang malah lebih terlihat seperti seorang perampok.
“ Aku?” dia menunjuk dirinya sendiri seolah memastikan
dirinyalah yang kumaksud.
“ Iya kau! Kau gadis gila yang menumpahkan kopi ke bajuku
waktu itukan? Jadi kau masih ingat aku tidak?” sungutku tak peduli betapa
menyebalkan diriku. Toh orang-orang di sekitarnya, sudah terlebih dulu masuk ke
ruang ganti.
“ Ckk…ternyata kau! Aku tidak lupa bahkan tidak akan pernah
melupakan peristiwa itu, peristiwa yang membuatku sadar kalau seorang Kim
Heechul tidaklah pantas untuk disebut sebagai manusia. Oh ya, aku terlahir
memiliki nama, jadi tolong jangan panggil aku gadis gila, arraseo?” ejeknya
yang membuatku semakin naik darah. Gadis ini! Apa dia tak sadar dengan apa yang
baru saja ia katakan? Kalau aku tak memperhatikan image-ku, sudah kubunuh dari
tadi anak ini.
“ Persetan dengan namamu! Memangnya aku peduli dengan
namamu, mau namamu Jung Saera atau Lee Chaerin, itu bukan urusanku! Karena
menurutku hanya ada satu nama yang pantas untukmu yaitu gadis gila!” dia
terlihat menahan amarahnya. Tangannya sudah terkepal, di kedua sisi tubuhnya.
Aku tahu ini keterlaluan, tapi entahlah! Setiap melihatnya aku ingin
bertengkar. Padahal ini baru yang kedua kalinya aku bertemu gadis ini.
“ KAU! Dengar baik-baik! Namaku bukan Jung Saera ataupun
gadis gila seperti yang kau bilang! Sejak lahir namaku Lee Chaerin, harap kau
mengingat hal itu baik-baik.” diapun berbalik dan pergi meninggalkanku. Jadi
namanya Lee Chaerin? Bukan Jung Saera? .
.……
Kibum POV
Aku tersenyum getir saat menyadari betapa sakitnya hatiku.
Layaknya orang bodoh, aku hanya diam dan berharap semuanya akan baik-baik saja seiring
dengan perputaran waktu. Aku selalu berharap akan datangnya keajaiban.
Keajaiban yang bisa membuat semuanya kembali baik-baik saja. Haruskah Aku
mengatakan semua perasaanku padanya? Dan semua masalah akan selesai begitu
saja? ku kira masalahnya tidak sesederhana itu. Ah…kenapa ini lebih sulit
daripada memecahkan soal matematika?
“ Apa sudah lama?” kuangkat kepalaku dan menemui sosok Kim
Bum yang baru saja menyapaku. Tanpa meminta izinku ia sudah duduk di hadapanku.
Dia menatapku dengan tatapan menerawang. Ada apa dengannya? Apa kali ini ia
sedang mencoba menjadi peramal?.
“ Kau tahu..belakangan ini keadaan So Eun begitu buruk.
Setidaknya ia tidak bisa menyelesaikan shooting-nya dengan baik. Sebenarnya apa
yang kau lakukan hingga membuatnya seperti itu?”
“ Tidak ada. Bahkan aku belum sempat menyapanya, ia sudah
pergi. Dia malah menyuruhku untuk tidak menemuinya lagi.” jawabku pasrah.
“ Terus kau mau menyerah? Kau baru melakukannya sekali.
Sedangkan dia? Apa kau lupa, sudah
berapa kali dia mencoba untuk membuatmu melihat dirinya? Tapi apa? kau malah
mengabaikannya, kan? Dan kalau kau mau meratapi nasibmu, lebih baik kau
pikirkan lagi, seberapa lama ia menahan sakit dalam hatinya.” Tuturnya
menanggapi ucapanku. Benar…harusnya aku tidak boleh menyerah. Dulu aku sering
sekali mengabaikannya, bahkan bertingkah seolah-olah aku terganggu dengan
keberadaannya di sisiku.
“ Kau? Darimana kau mengetahui semuanya?” selidikku penuh
tanya. Aku tahu mereka berdua berpacaran, meski hanya di depan media, tapi apa
sampai sejauh itu dia mengenal So Eun?.
“ Dia yang menceritakannya padaku. Kau tahukan betapa
cerewetnya gadis itu? Dia itu suka sekali bicara.” Pandangannya menerawang dan
sesekali tersenyum saat menjawab pertanyaanku. Apa dia menyukai So Eun?.
“ Kau? Kau menyukainya? Kalau iya, kenapa kau bersikeras
ingin membantuku?” tanyaku heran. Bagaimana bisa ada makhluk sepertinya?.
Biasanya orang normal akan menyingkirkan rivalnya, bukan malah membantunya. Atau
mungkin dia sudah tidak waras?.
“ Hhhh...ya aku memang menyukainya, bahkan sangat. Tapi aku
terlalu mengenal dirinya, sampai akhirnya aku menyesal sendiri karena sudah
mengenalnya dengan sangat baik. Karena dengan begitu, aku bisa paham kalau di
hatinya tidak akan pernah ada aku. Yang ada hanya kau. Meski berulang kali dia
menolak untuk menerimamu kembali, tapi ingatlah di hatinya hanya ada kau.
Bahkan perasaannya padamu tidak pernah berubah, malah semakin besar setiap
harinya.” Tuturnya panjang lebar sambil tersenyum samar. Aku..aku tidak pernah
memahami So Eun sampai sedalam itu. Tapi dia? Aku yakin pasti dia kecewa. Tapi
kuakui dia sangat hebat. Ternyata apa yang kau lakukan belum ada apa-apanya
jika dibandingkan dengannya Kibum-aa.
“ Apa dia tahu tentang perasaanmu?”
“ Tidak, bahkan aku tidak akan pernah membiarkan dirinya
mengetahui fakta itu. Aku tak ingin dia pergi dariku setelah dia mengetahui
semuanya.”
…….
Author POV
Donghae tersenyum setelah menatap beberapa bungkusan di
tangannya. Langkahnya terasa begitu ringan. Padahal kalau ditinjau ulang, dia
baru saja menyelesaikan performance-nya di salah satu stasiun tv nasional. Tapi
dari gerak-geriknya, tak kelihatan lelah sedikitpun. Yang ada hanya gairah dan
semangat.
Kini ia berjalan menyusuri salah satu jalan pertokoan dengan
santainya tanpa takut ada yang mengetahui identitas dirinya. Semuanya
terkalahkan begitu saja, kala hatinya dihadapkan oleh sebuah kenyataan, bahwa
hatinya sedang dipenuhi dengan cinta. Entah sejak kapan cinta itu datang, yang
pasti dan yang paling penting adalah dia mencintai gadis bernama Kim So Eun.
Mungkin ini terdengar agak jahat. Bagaimana mungkin Donghae
bisa bersikeras untuk bisa memenangkan hati So Eun, kalau dia tahu dengan jelas
kalau Dongsaengnya –Kibum- juga mencintai gadis itu. Yah…mungkin benar ungkapan
yang mengatakan kalau cinta itu buta.
Senyumnya mengembang kala menemukan sosok yang ia tuju.
Sosok itu dengan anggunnya berakting sesuai arahan seorang sutradara yang duduk
sambil memerhatikan gerak-gerik gadis itu dengan teliti. Hatinya ikut
tergilitik, kala sosok cantik itu tersenyum. Kapan dia akan memberikan
senyumnya hanya untukku? Pikir
Donghae dengan senyum yang belum pupus.
“ CUT…bagus So Eun!” seru sang sutradara yang lekat dengan sebuah
topi di kepalanya. Terdengar dari nada bicaranya, sutradara itu amat puas
dengan hasil kerja So Eun. Tak hanya sang sutradara saja, namun semua kru
bahkan masyarakat yang menyaksikan jalannya shooting tersebut ikut tersenyum.
Tak jarang ada sebagian dari mereka yang menepukkan tangan mereka dengan
girang. Sepertinya itu juga yang seorang Lee Donghae sedang lakukan sekarang.
“ Akhirnya kau kembali normal.” Celetuk Min Ji saat So Eun
baru saja menghampiri dirinya. Kini So Eun duduk di hadapan Min Ji, yang dari
tadi menyaksikan dirinya dari bangku yang khusus disediakan untuk istirahat
para artis.
“ Maksudmu kemarin aku tidak normal begitu?” kesal So Eun
yang hanya ditanggapi dengan tawaan puas oleh seorang Park Min Ji.
“ Yah…seperti yang kita tahu, beberapa hari yang lalu kau
begitu buruk. Entah kerasukan apa, yang pasti kau sangat aneh dan berbeda.”
Ujar Min Ji yang berangsur pelan. So Eun tersenyum kaku, saat manager-nya
kembali menyinggung masalah yang mungkin akan ia lupakan untuk selamanya. Kepalanya
tertunduk, kemudian terangkat kembali. Matanya menerawang ke depan tanpa tujuan
pasti. Entah apa yang sedang ia lihat. Mungkin…masa depan.
“ Kemarin aku bertemu Kim Bum. Kau menceritakan semua
keadaanku padanya?” Min Ji mengangguk pelan menanggapi pertanyaan So Eun. So Eun menggeser sedikit posisi duduknya,
mencari posisi nyaman untuk menceritakan semuanya. Iapun mulai menimbang
kalimat yang berlalu lalang dalam benaknya, dan berniat untuk melanjutkan
perkataannya kembali.
“ Kau tahukan kalau aku sudah menganggapnya sebagai kakakku?
Dia…kemarin dia memberiku banyak nasihat. Setidaknya itu yang membuatku merasa
lebih baik.” Ungkap So Eun seraya menoleh ke arah Min Ji yang tengah menaruh
perhatiannya untuk mendengarkan ucapan So Eun dengan penuh konsentrasi.
“ Apa…ini semua masih berhubungan dengan Kibum?” tebak Min
Ji hati-hati. Setidaknya ia amat tahu bagaimana perasaan orang di depannya setiap
kali mendengar nama namja yang baru saja ia sebutkan.
“ Hhhhh…” hanya helaan nafas yang terdengar seperti ejekan
yang bisa So Eun keluarkan. Sesungguhnya ia amat benci dengan alasan yang
membuatnya jadi sekacau ini. Apa tidak ada alasan yang lebih keren dari ini?
Pikirnya sambil bercanda dengan hati kecilnya.
Pandangannya terus berpindah-pindah. Ia sedang menahan
sesuatu agar tak keluar. Airmata. Yah…setidaknya tidak di depan orang lain. Ia
tidak mau orang lain menyadari betapa rapuh dan lemah dirinya ini.
“ Tadi aktingmu luar biasa.” Suara berat yang terdengar tak
asing untuk So Eun, membuatnya mengalihkan pandangannya. Mencoba untuk bertatap
muka dengan pemilik suara tadi. Hatinya datar saat melihat sosok namja yang
berdiri di hadapannya. Tapi ia tak mau menyakiti orang lain dengan memberikan
ekspresi yang tidak seharusnya.
“ Oppa…sejak kapan kau disini?” tanya So Eun sebisa mungkin
tak memperlihatkan kondisi hatinya yang
sesungguhnya. Sekeras mungkin ia menyunggingkan senyumnya.
“ Baru saja.”
“ Ini…eum aku tidak tahu kau menyukai apa, jadi aku beli
semuanya.” Donghae menyerahkan beberapa bungkusan yang tadi ia bawa pada So
Eun. Bungkusan itu berisi muffin, waffle, cheese cake, blueberry cake, dan
beberapa coklat batang.
“ Ah..kamsahamnida. kau…selalu membuatku tak enak, oppa.”
Ucap So Eun sungkan. Jujur ia merasa tak enak dengan perlakuan Donghae
belakangan ini. Bukannya ia tak tahu terimakasih, hanya saja ini terlalu cepat
menurutnya.
^ In Other Side ^
“ Jadi namja itu masih rutin mendatangi So Eun?
Arrggghh…kalau begini, si bodoh Kibum tidak akan bisa membuat So Eun membuka
hatinya kembali. Sepertinya aku harus mencuci otak si bodoh itu agar bisa lebih
aktif lagi. Apa yang akan ia dapatkan, kalau ia hanya memperhatikan gadis itu
secara diam-diam?” batin Kim Bum yang mengamati So Eun dari mobilnya. Kini
jemarinya mulai menekan beberapa nomor pada layar ponselnya.
…….
Kibum POV
Hari ini aku sedang tidak begitu sibuk, jadi aku sempatkan
untuk datang ke dorm super junior. Yah…sebenarnya aku sedang memenuhi undangan
dari Teukie hyung. Katanya mereka mau merayakan kemenangan mereka di musicbank
beberapa hari yang lalu.
“ Kibum-aa, akhirnya kau datang juga.” Sambut Sungmin hyung
saat aku baru memasuki tempat yang sudah sangat jarang ku datangi. Kini tak
hanya Sungmin hyung yang menyadari kedatanganku, tapi hampir semua orang dalam
ruangan ini menyapaku. Mereka semua berkumpul. Kecuali Kangin hyung, Hankyung
hyung, dan….Donghae hyung?. Kemana dia? Biasanya dia selalu ada di acara
seperti ini.
“ Ku kira kau sibuk.” Ucap Teukie hyung yang tengah menata
beberapa makanan ringan dan minuman kaleng di meja ruang tengah. Melihatnya aku
langsung membantu leader kebanggaanku itu.
“ Annie hyung..tadi aku hanya ada interview sebentar.”
“ Hmmm…Hae hyung mana?” tanyaku pada siapapun yang mendengar
pertanyaanku. Toh disini ada banyak sekali orang. Apa aku perlu menyebutkannya
satu persatu?
“ Entahlah…belakangan ini dia sering sekali menghilang.”
Sahut Eunhyuk hyung sambil menggedikkan bahunya. Bahkan orang yang paling dekat
dengan Donghae hyung saja tidak tahu. Sebenarnya dia kemana?. Ah…mungkin dia
sedang pergi ke makam appa-nya!. Bukankah dia sering sekali kesana?.
BRAAAKKK
Suara pintu dorm terbuka begitu lowong. Hingga terdengar
begitu keras. Aigoo…bisa hancur dorm ini, kalau setiap ada yang membuka pintu
dengan cara sekasar itu. kini semuanya termasuk aku, langsung menatap penuh
perhatian ke arah pintu.
“ Tapi itu bukan salahku hyung!” terdengar lengkingan suara
milik Ryeowook seiring dengan kehadiran dirinya yang baru masuk, mengekori
Heechul hyung yang sudah masuk duluan dengan aura yang begitu mengerikan.
“ Aku tidak mau tahu! Yang pasti secara tidak langsung kau
sudah membuatku malu!” omel Heechul hyung tak mau mengalah, pada wookie yang
sudah terlihat amat frustasi. Sebenarnya ada apa dengan mereka?. tiba-tiba
masuk dan sudah bertengkar seperti itu? kekanakan!.
“ Aku pun tahu dari Yesung hyung, jadi itu jelas bukan
salahku!” protes Wookie tak ingin terus disalahkan.
“ Aku? Kenapa kau bawa-bawa aku?” kini yang merasa bernama
Yesung mulai bingung. Bagaimana tidak? Daritadi Yesung hyung ada bersama kami,
membantu mempersiapkan segalanya. Dan tiba-tiba saja, tanpa melakukan kesalahan
apapun, dirinya ditarik masuk ke dalam permasalahan yang belum diketahui
penyebabnya itu.
“ Ya…kau masih ingat dengan model yang kau bilang bernama
Jung Saera itu kan, hyung?”
“ Tentu aku masih sangat mengingatnya, terus dimana letak
kesalahannya?” tanya yesung hyung masih teramat santai.
“ Letak kesalahannya ada pada dirimu, bodoh! Kau tahu, yeoja
itu bernama Lee Chaerin bukannya Jung Saera. Arggghh…kau itu sudah membuatku
malu, tahu tidak?” koar Heechul hyung dengan emosi yang meluap-luap.
“ Tunggu! model di
iklan itu memang bernama Jung Saera. Wookie…model yang kau maksud adalah model
yang mengiklankan prodak sabun wajah itukan?” sanggah Yesung hyung berusaha
mungkin masih berada di jalur waras. Maksudku tak ikut meledak seperti Heechul
hyung, maupun Wookie. Dia berusaha menanggapi dengan bijak, meski ku tahu dia
amat kesal. Siapa yang tak kesal kalau diomeli seperti itu?.
“ Ckkk…kau! Masih mau berkelit? Jelas-jelas gadis itu
sendiri yang mengatakan namanya. Dan namanya bukan Jung Saera!” ejek Heechul
hyung dengan raut yang sangat menyebalkan. Ah…kenapa jadi aku yang kesal?
Entahlah…yang pasti aku jadi ikut kesal kalau Heechul hyung terus begitu.
Hening..
Ketiga orang yang tengah berseteru itu masih saling terdiam.
Tak ada yang mau membuka mulutnya. Ketiganya masih berdiri dengan dipenuhi aura
membunuh, bahkan member lain yang notabene-nya , tak terlibat dalam perseteruan
inipun ikut terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain, mencoba
mendiskusikan jalan keluarnya tanpa bersuara.
“ HAH…aku tahu!” tiba-tiba saja Kyuhyun angkat bicara sambil
menjentikkan jarinya. Kemana saja dia dari tadi. Yang dia lakukan dari tadi
hanya bermain dengan PSP-nya saja. sekarang dia bangkit dari dudukannya, dan
berjalan dengan begitu percaya diri, seakan amat yakin dengan dirinya. Seolah
apa yang ia ketahui bisa membuat perseteruan ini berakhir.
“ Bukankah di iklan itu ada dua orang yeoja?” tanya Kyuhyun
semanis mungkin. Ia mengambil posisi dan berdiri di tengah. Menengahi Heechul
hyung, Yesung hyung serta Ryeowook.
Tak lama, Yesung hyung maupun Wookie mengangguk pelan.
Membuat Kyuhyun tersenyum simpul. Sebenarnya apa yang bocah ini rencanakan?.
“ Mungkin yang dimaksud Yesung hyung itu ini…gadis ini
bernama Jung Saera.” Terang Kyuhyun sambil memperlihatkan sesuatu yang ada di
ponselnya. Yah…bisa kutebak kalau itu adalah sebuah foto.
Seusai melihat apa yang ada di ponsel Kyuhyun, kini ketiga
orang itu saling bertukar pandang. “ Ya…memang gadis itu yang ku maksud!” seru
yesung hyung sambil melirik ke arah Heechul hyung.
“ Tapi yang kumaksud bukan gadis yang itu, hyung.” Ujar
Wookie, membuat Yesung terdiam.
“ Sudah-sudah! Aku tahu yang kau maksud. Gadis yang kau
maksud, pasti gadis yang pernah menumpahkan minumannya di baju Heechul hyung,
kan?. Gadis itu memang mengiklankan prodak bersama gadis bernama Jung Saera
itu. dan benar yang Heechul hyung katakan, nama gadis itu Lee Chaerin.” Jelas
Kyuhyun sambil menunjukkan ponselnya kembali. Hah…kenapa tidak dari tadi saja
dia bicara? Dia ini! Setidaknya kalau dia bicara lebih awal, pasti mereka
bertiga tidak akan bertengkar seperti tadi,kan?.
“ Nah…semuanya sudah jelas,kan? Sekarang…lebih baik kita
mulai saja pestanya!” seru Teukie Hyung memandu keseruan di dalam dorm. Untung
saja Super Junior memiliki leader seperti Teukie hyung, kalau tidak, entah apa
yang akan terjadi pada kami.
.……
Author POV
Penat mengusik jiwa So Eun. Hari ini tak terhitung berapa
kali ia harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Benar-benar
melelahkan. Tak ada yang bisa ia lakukan selain memainkan ponselnya untuk
sekedar mengecheck siapa saja yang menghubunginya. Meski sudah bosan karena
kenyataannya tidak ada seorangpun yang masuk daftar panggilan tak terjawab di
ponselnya. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau mobil van ini bisa dijadikan lapak
untuk berguling-gulingan, pasti dia sudah melakukannya dari tadi. Tapi apa?
Tidak mungkinkan?.
“ Bisa tenang sedikit nona So Eun?” keluh Minji yang duduk di sebelah So Eun. Benar-benar
seperti orang ling-lung yang tersesat di sebuah kota terpencil. Gadis manis
bernama So Eun itu duduk dengan tidak tenang. Sebentar ke kanan, sebentar ke
kiri. Nanti menyender dan kemudian menegakkan tubuhnya kembali. Mungkin kalau
dia tak bersuara, mungkin saja tidak akan mengganggu ketenangan orang lain.
Tapi…yang ada dia terus saja mendengus, menggerutu, bahkan bicara dengan ponsel
yang jelas-jelas adalah benda mati.
So Eun menoleh sejenak ke arah Minji lalu mengalihkan lagi
pandangannya keluar. Sepertinya So Eun benar-benar tidak peduli dengan protes
yang dilayangkan managernya tersebut. Minji hanya bisa mengelus dada sambil menggerutu
kesal, karena nyatanya gadis itu tetap tak bisa diam yang membuat tidurnya
terganggu.
Maaf Minji tapi aku sedang benar-benar bosan, hehehe.. batin So
Eun sambil melirik Minji yang sedang mencoba memejamkan matanya. Iapun kembali
menilik pemandangan di luar dari jendela mobilnya. Yah..anggap saja dia sedang
mencoba diam, agar tak mengganggu makhluk yang duduk di sebelahnya.
…….
Akhirnya yang dinantikan So Eun tiba juga. Setelah menempuh
perjalanan yang cukup lama, akhirnya ia sampai di daerah Gyeongsan, salah satu
kota yang terletak di provinsi Gyeonsangbuk-do. Kota kecil dengan jumlah
penduduk tak sebanyak penduduk di Seoul.
Benar-benar
melelahkan, itulah kata yang pantas untuk menggambarkan perjalanan kali ini.
Apalagi dengan waktu tempuh yang lama membuat tubuhnya benar-benar pegal. So
Eun menuruni van-nya dan menghirup udara bebas di sekitarnya. Ia merentangkan
kedua tangannya sambil memejamkan mata. Berputar layaknya anak kecil, membuat
siapapun yang melihatnya ikut tersenyum. Benar-benar mempesona.
“ Sudah puas main-mainnya nona So Eun?” tegur Minji yang
kini tengah berdiri di depan So Eun yang masih berputar-putar, membuat So Eun
berhenti dan menyadari sosok Minji yang tengah menatapnya dengan tatapan
mengejek. So Eun hanya bisa tersenyum kikuk saat menyadari ada banyak orang
yang tengah menjadikannya objek tontonan.
“ Makanya jangan seperti orang norak yang tak pernah datang
ke alam terbuka.” Desis Min Ji yang sedang berjalan beriringan di sebelah So
Eun. Gadis bernama So Eun itu hanya bisa terus tersenyum untuk menutupi betapa
malu dirinya saat ini, apalagi orang-orang di sekitarnya belum juga berhenti
mengamati dirinya. Aishh…Kim So Eun pabo! Lihat! Pasti sekarang mereka sedang menganggapmu
aneh. Rutuk So Eun dalam hatinya.
……..
So Eun POV
Seharian di kota kecil ini membuatku tenang. Yah..memang
Gyeongsan bukan tempat ramai seperti kawasan Myeondong, tapi karena itulah aku
menyukai tempat ini. Kota ini terletak di pinggiran daerah Daegu. Daerah ini
bukan tempat antah berantah yang tak berpenghuni. Hanya saja tempat ini tidak
terlalu padat seperti di seoul. Bau segar daun kala pagipun masih bisa kuhirup
saat tadi pagi aku berjalan-jalan di sekitar sini. Bukankah masih sangat asri?.
Aku sudah menghabiskan waktu semalaman di sini. Rencananya
aku ada pengambilan gambar di tempat ini. Menyenangkan bukan? Setidaknya aku
bisa menenangkan pikiranku. Segarnya udara di sini sungguh membuat diriku
nyaman, hingga mampu membersihkan pikiran negative yang bersarang di benakku.
Di sini memang tak banyak tempat tertentu yang bisa ku kunjungi. Tapi sebuah
danau kecil yang terletak tak jauh dari lokasi shooting kemarin sungguh menarik
minatku. Kemarin saat aku baru saja sampai, aku berhenti di tempat itu. Tempat
dimana aku berputar-putar sampai banyak orang memperhatikanku. Memalukan, tapi
siapa peduli?.
“ Hari ini apa saja jadwalku?” tanyaku pada Min Ji yang
tengah membereskan beberapa barang di tasnya. Aku tak tahu apa itu, mungkin
baju. Mana aku tahu, karena dari tadi aku hanya duduk di pinggir ranjang sambil
mengayun-ayunkan kakiku.
Dia menoleh ke arahku meski tangannya masih tersimpan di
dalam tas besarnya itu. “ Nanti kau ada pengambilan gambar di toko kerajinan
barang antik yang letaknya tak jauh dari hotel ini.” Jawabnya dan tak lama
kemudian, kembali menyibukkan dirinya dengan barang-barang di tasnya.
“ Jam berapa?” tanyaku lagi.
“ Jam satu siang, memangnya kenapa?” tandasnya tanpa melihat
ke arahku seperti yang tadi ia lakukan. “ Berarti aku masih punya tiga jam lagi
kan? Apa aku boleh pergi keluar sebentar?” ku miringkan wajahku agar bisa
melihat bagaimana reaksinya.
“ Kau mau kemana? Jangan bilang ke danau yang kemarin! Apa
kau tidak bosan ke sana terus? Bukankah
selama shooting kemarin, kau sudah kesana?”
“ Ayolah Min Ji-aa, aku janji tidak akan lama.” Rengekku.
Tak peduli seberapa menjijikkannya diriku dengan bertingkah seperti ini, yang
jelas aku sangat ingin pergi ke danau itu.
“ Janji?” dia langsung menoleh ke arahku dan menanggalkan
barang-barang yang sedang dipegangnya. Wajahnya terlihat begitu serius.
Aigoo..kalau seperti ini dia terlihat seperti manager sungguhan. Aku segera
menganggukkan kepalaku dengan penuh semangat. Tentu aku sangat bersemangat. Aku
tidak tahu kenapa, padahal sungai Han masih jauh lebih indah daripada danau
itu. Hmmm..mungkin bukan karena indah,
tapi karena danau itu tenang dan nyaman. Dan dua hal itu sedang aku butuhkan
sekarang.
“ Hahh..baiklah. Tapi ingat! Kau harus sudah berada di sini
pukul dua belas, arrachi?” cengiran lebar merekah di bibirku. Aku segera
beranjak dari dudukkanku, tanpa lupa meraih I-pod dan ponselku, kemudian
menyimpannya dalam saku celanaku. Aku menghampiri Min Ji yang masih duduk di
lantai sambil terus memandangiku. Segera kuacak rambutnya gemas, membuat gadis
yang umurnya dua tahun lebih tua dariku ini terlihat kesal.
“ Yak! Dasar tidak sopan!” teriaknya kesal. Buru-buru aku
meninggalkan kamar. Hah…matilah aku kalau sedikit saja membuang waktu. Telat
telat sedikit, pasti dia akan melempariku dengan sepatu wedges miliknya.
Yah..memang salahku. Ini memang tidak sopan. Bahkan harusnya aku memanggilnya
onnie, ya kan? Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah menganggapnya sebagai teman
daripada onnie.
...……
Kuamati riakan air yang begitu tenang dari tempat dudukku.
Untung saja ini musim semi, jadi aku tidak perlu kepanasan berlama-lama di sini.
Aku amat tenang berada di sini. Tapi kenapa? Apa karena di tempat ini tak ada
manusia bernama Kim Ki Bum? hah…kenapa nama itu lagi? Menyebalkan!.
Baiklah aku mengaku, kalau sebenarnya aku ingin menenangkan
pikiranku dari makhluk itu. Entah kenapa tak pernah beranjak dari pikiranku.
Apalagi setelah pertemuan kami tempo hari yang sudah dirancang Kim Bum.
Sosoknya pada hari itu masih tergambar jelas dalam benakku. Ini memang konyol.
Karena jelas-jelas aku masih memikirkannya, tapi saat bertemu kemarin aku malah
meluapkan semua kebencianku padanya.
Entahlah..aku juga bingung. Hanya satu yang ku tahu, aku
lelah dan aku tidak ingin terus berharap padanya. Aku ingin melupakannya. Aku
sadar hidupku bisa bahagia bukan hanya dengan bersamanya. Toh..selama ini dia
juga tak pernah membuatku bahagia. Jujur aku ingin bisa mencintai orang lain
dan pastinya juga ingin dicintai. Tapi apa yang kudapat? Perasaan itu bukannya
hilang, tapi malah terus bersarang di relung hatiku.
Aku kesal saat dia tersenyum setiap kali bertemu denganku.
Aku benci jika dia seperti itu. bukankah itu menunjukkan kalau dia tak pernah
merasa bersalah?. Baik..aku memang tak pernah mengatakan perasaanku secara
terang-terangan padanya, tapi haruskah aku berbuat seperti itu dulu baru dia
bisa mengerti?. Cihh…bahkan tingkah laku-ku selama di sekolah dulu, sudah lebih
dari cukup menurutku.
Tapi kenapa? Kenapa dia tak juga mengerti? Sebegitu bodohkah
dirinya, sampai menafsirkan hal seperti itu saja tidak bisa?. Tuhan… tolong lenyapkan
perasaan ini secepatnya. Aku tak ingin terus diperbudak oleh cinta. Sungguh…aku
tak ingin terus menutup hatiku untuk pria lain, hanya karena aku mencintai
orang bodoh yang sangat menyebalkan seperti Kibum.
..……
Author POV
Sekeras keinginannya untuk pergi ke danau, seteguh itu juga
So Eun memegang janjinya untuk datang tepat waktu. Bahkan ia sudah sampai di
lokasi shooting tigapuluh menit sebelum shooting dimulai. Dan sekarang, So Eun
dengan balutan blouse berwarna baby pink yang dipadukan dengan rok selutut
berwarna peach miliknya, sedang melaksanakan kewajibannya.
Take-nya kali ini mengambil latar di sebuah toko kerajinan barang-barang antik.
Disini ia harus berperan sebagai seorang gadis yang sedang mencari cinta pertamanya,
dengan mengilas balik tempat-tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama
saat kecil.
Setelah memakan waktu banyak, akhirnya shooting hari ini
berakhir. Meski masih ada shooting selanjutnya yang harus ia lakukan besok
hari. Ia tersenyum puas seusai melihat aktingnya bersama sutradara dan beberapa
kru. Tak jarang dia menerima banyak masukan dari sang sutradara.
“ Dalam cerita ini gadis itu masih mencoba mencari cinta
pertamanya. Dia terus mencari tak peduli sudah begitu banyak waktu yang ia
korbankan untuk sekedar mencari lelaki tersebut. Orang di sekitarnya terus
mengingatkan gadis itu untuk menghentikan usahanya, karena percuma. Tapi gadis
ituterus bersikeras, dan tak menghiraukan apa yang sekelilingnya katakan.
Sampai akhirnya dia tak sengaja bertemu dengan seorang pria. Mereka berduapun
bersahabat, hingga tanpa sadar pria itu jatuh cinta. Diapun terus membantu
gadis itu, meski rasanya sakit karena setiap kali mereka berusaha mencari, maka
saat itu juga gadis itu akan menangis. Karena sudah tak tahan, tak hanya
menahan beban hatinya, tapi tak tahan melihat gadis itu terus menangis. Akhirnya
untuk pertama kalinya, pria itu menentang keputusan sahabatnya untuk mencari
cinta pertamanya. Amarah serta kekesalan tak luput diluapkan gadis itu.
otomatis gadis itu membenci pria yang selama beberapa waktu telah menemaninya.
Hingga tak sadar ia mengursi pria itu pergi..” jelas sutradara yang tak hanya
didengarkan oleh So Eun, melainkan beberapa kru juga. Tergambar dari raut wajah
semua orang begitu penasaran dengan cerita kelanjutannya, tak terkecuali So Eun
yang merasa tersentil dengan kisah itu.
“ Tapi semuanya tak lantas membuat pria itu pergi begitu
saja. Dia hanya menjaga jarak dari gadis itu. dan terus memperhatikan gadis itu
dari kejauhan, memastikan gadis itu baik-baik saja. Hingga pada suatu kejadian,
gadis itu benar-benar tersakiti. Pria itu keluar dari tempat persembunyiannya
dan menghampiri gadis itu. merengkuh tubuh mungil tak berdaya itu, lantas
memeluknya, memberikan dada bidangnya. Tapi apa? gadis itu terus meronta dan
memintanya untuk pergi. Gadis itu begitu histeris, sampai akhirnya kesabaran
pria itu habis. Pria itu membentak gadis yang bahkan harusnya tak mendapat
perlakuan seperti itu. Tapi ini di luar kesadarannya. Pria itu, akhirnya
menyatakan perasaannya pada gadis itu. sontak gadis itu terkejut, hingga ia tak
mampu berkata sepatah katapun. Pria itu tersemyum miris, menyadari apa yang
dilakukannya hanya membuat gadis di hadapannya semakin hancur. Perlahan ia
memutar langkahnya, sungguh sakit melihat gadisnya seperti itu. diapun
memutuskan untuk melangkah pergi, tapi belum juga setengah jalan, gadis itu
memanggilnya. Dengan nada lemah gadis itu meminta pria di hadapannya untuk
tidak pergi. Dan singkat kata pria itu selalu berada di sisi gadis muda itu.
menyembuhkan luka hati gadis itu, sampai akhirnya ia sadar, kalau tugasnya sudah
usai. Gadis itu sudah sangat baik dan sekarang ia harus pergi. Ia tak akan
terus tahan seperti ini, ia sadar kalau sampai kapanpun gadis itu tak bisa
mencintai dirinya. Saat akan pamit, gadis itu langsung terkejut dan geram. Tapi
pria itu hanya tersenyum tipis seakan menjamin kalau gadis itu akan baik-baik
saja tanpa dirinya, hingga sang pria memberanikan melangkah. Melangkah pergi
meninggalkan gadis itu. hingga jarak yang cukup jauh, pria itu terus berjalan.
Terus berjalan hingga benar-benar meninggalkan gadis itu. kepedihan, serta
kekosongan menjalari benak gadis itu. kepergian pria itu membuatnya sadar,
sadar kalau ia sudah kehilangan orang yang benar-benar berarti untuknya. Tapi
sayangnya sosok pria itu, tak bisa ia temui lagi sekarang. Hingga hanya ada
penyesalan di hatinya. Penyesalan mengisi hari-harinya, karena pada akhirnya
dia benar-benar tidak mendapatkan apapun.”
Hampir semua orang yang mendengarkan cerita yang baru
selesai dituturkan oleh sang sutradara, merasa begitu tersentuh dengah kisah tersebut.
Tapi sekedar kata mengharukan saja tak lengkap, menggambarkan perasaan So Eun
sekarang. Malah lebih dari itu. ia malah terus berpikir kalau semua yang baru
saja didengarnya akan terjadi pada dirinya.
Bukankah kisah tadi kurang lebih sama dengan kisah cinta So
Eun?. Hingga saat ini So Eun masih mengharapkan Ki Bum yang tak jelas. Padahal
di depannya ada Kim Bum yang begitu baik padanya. Memperlakukannya dengan
sangat layak. Mendengarkan setiap keluh kesahnya, menemani dirinya kala ia
merasa tak baik, dan tak jarang membantunya kala ia dirundung masalah. Apakah
nasibku akan sama seperti gadis itu? pikir So Eun dalam benaknya.
Bibirnya begitu bergetar saat akal sehatnya melayang jauh pada kenyataan
terpahit yang akan diterimanya.
……..
Kibum POV
Benarkah aku harus melakukannya? Bukankah dia akan merasa
sangat kesal kalau tahu jika aku berada di tempat yang sama dengan dirinya? Apa
lebih baik aku mengurungkan niatku saja dan kembali ke Seoul?. Kedatanganku ke
Gyeongsan memang sengaja untuk menemui So Eun. Itupun karena paksaan Kim Bum,
dia bilang kalau akan ada sesuatu yang besar yang terjadi jika aku tidak
melakukan hal ini.
Baiklah..dengan kamuflase untuk menemui Jong Kook hyung di
tempat ini, sudah ku kantongi sebagai alasan untuk meminta izin dari
perusahaan. Dan see! Sekarang aku sudah berada di tempat ini. Di kota kecil yang
terletak di pinggiran area metropolitan Daegu. Hah…sejuk sekali disini. Sangat
tenang dan menyenangkan. Apalagi kalau aku bisa melihat senyum itu di sini.
“ Permisi tuan ada yang ingin bertemu dengan anda.”
Seseorang yang mengantarku untuk bertemu dengan Jong Kook hyung masuk ke dalam
banyak orang yang sedang berkumpul. Sepertinya mereka sedang melihat hasil
shooting mereka.
“ Kibum-aa! Aigoo..jadi kau benar-benar datang.” Ucap
seorang pria dewasa yang keluar dari kerumunan tadi. Ia begitu takjub? Mungkin…
“ Ah..iya hyung. Lagipula kalau bisa sekarang, kenapa harus
ditunda.” Jawabku santai. Aku tersenyum seperti biasa. Tapi kemudian senyumku
memudar, saat mataku menangkap sebuah sosok yang saat ini juga sedang
menatapku. Dia diam, dia terlihat sangat terkejut. Tapi tunggu! Matanya sembab?
Apa dia habis menangis?. Aku terus memandangi gadis itu, gadis yang menjadi
tujuanku datang kemari. Kulihat dia menengadahkan kepalanya, kemudian menghela
nafasnya. Apa dia lelah?. tapi tak lama setelah itu, dia beranjak dari
tempatnya. Dia meninggalkan tempat ini. Dan hampir saja membuatku ikut berlari untuk
mengejarnya, kalau saja Jong Kook hyung tidak menegurku.
“ Bagaimana kalau kita bicarakan nanti sore saja, kami baru
selesai mengambil gambar dan aku yakin kau pasti lelah.”
“ Nde? Ah..ne, Hyung!”
“ Baiklah aku tinggal dulu Kibum-aa.” Jong Kook menepuk
pelan bahuku dan berlalu.
Satu penghambat sudah tiada, sekarang waktunya aku mencari
kemana gadis itu pergi. Aku melangkah kemana tadi ia pergi. Aku hanya tahu itu
saja, selebihnya aku tidak tahu. Aku benar-benar tak tahu harus kemana lagi.
Kemana aku harus berjalan?. So Eun kenapa kau pergi begitu saja?. ah…kibum-aa
kenapa kau? Ada apa dengan dirimu? Sekarang kau mencarinya, di saat dulu kau
malah terus mengabaikannya?. Dimana otakmu? Pantas saja dia begitu membencimu.
Tanpa disadari kau sudah membuatnya menunggu lama, bodoh!.
“ Dia ada di danau kecil tak jauh dari sini.” Kurasakan
seseorang menepuk bahuku. Aku membalikkan tubuhkudan mendapati sosok perempuan
berdiri di depanku. Aku tak mengenal dirinya, hanya saja aku merasa tak asing
dengannya.
“ Nde?” ulangku tak mengerti apa yang gadis ini maksud.
Apakah DIA yang dimaksud gadis ini So Eun? Kim So Eun yang sedang kucari?
“ Bukankah kau sedang mencari So Eun?”
“ Ah..N..N..Ne..”
“ Baiklah..sekarang temui dia.”
“ Tapi aku tidak tahu dimana danau yang kau maksud.”
“ Keurae..aku akan mengantarmu.”
..……
Sepanjang perjalanan tak banyak yang aku bicarakan. Terlebih
aku tak mengenal gadis ini, dan kelihatannya gadis ini juga tak menyukaiku.
Tapi dari perbincangan yang sedikit itu, aku bisa mengetahui namanya dan
kenyataan, kalau gadis di sampingku ini adalah manager-nya So Eun.
“ Itu dia..” ucap gadis di sampingku sambil mengacungkan
telunjuknya ke depan. dia sedang menunjuk suatu arah dan…apa itu So Eun?. Ku
lihat dari kejauhan dirinya yang bahkan masih menatap pemandangan di depannya
dalam diam. Pandangannya begitu lurus.
“ Baiklah..terimakasih.”
………
Heechul POV
Ku tumpukan tanganku di atas meja, hingga tak jarang
tanganku membuat gerakan-gerakan yang aku sendiri tak mengerti. Hahh…kenapa
rasanya begitu bosan? Bukankah harusnya aku senang, karena sekarang shooting-ku
sudah selesai?. Aigoo…kenapa pikiranku benar-benar galau?.
Huft…memang semenjak beberapa hari yang lalu setelah aku
bertemu dengan nenek, pikiranku sedikit mengalami gangguan. Entah apa yang
sudah nenek jampi-jampikan padaku hingga membuat jiwaku serasa tak menyatu
dengan tubuhku. Serasa ada yang mengganjal setelah mendengarkan pesan dari
nenek. Waktu itu nenek menasihatiku untuk tidak terus main-main. Jujur aku tak
mengerti apa yang dimaksud nenek.
Dia terus saja berkata agar aku bisa bersikap serius
dan jangan sampai aku dipermainkan oleh
permainan yang kubuat sendiri, karena pada akhirnya aku hanya akan kehilangan
banyak hal berharga tanpa kusadari. Memangnya aku bermain apa? Ah…aku tahu!
Pasti yang dimaksud nenek adalah agar aku berhenti bermain starcraft bersama si
Kyuhyun bocah tengik itu, ya kan?. Yah…aku sadari setelah bermain game itu, aku
jadi kehilangan banyak waktuku. Waktu untuk tidur, waktu untuk mengomeli
Donghae, waktu untuk mengadu Heebum dengan Ddangkoma, dan yang paling penting
adalah waktu untuk bersama Heebum.
Kuacak rambutku pelan, saat aku menyadari bahwa alasan
konyol yang kubuat sama sekali tak membuat diriku lega. Sepertinya bukan itu
yang dimaksud nenek, terus apa?. Akhh…apa semua orang lanjut usia itu seperti
nenekku? Selalu memberi nasihat yang membuat orang lain kesulitan untuk
memahaminya? Sungguh menyusahkan!.
“ Heechul-aa! Tidak pulang?” kuangkat kepalaku dan sedikit
menengadah. Bisa kulihat sosok besar Kim Gura hyung, salah satu partner-ku di
radio star.
“ Ah..nanti hyung.”
“ Baiklah..aku duluan.” Pamitnya.
…….
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong bangunan ini, aku belum
juga letih dengan aktivitasku ini. Hingga kini aku masih berada di gedung MBC
entah untuk apa tujuanku, yang jelas perasaanku sedang tak tertata dengan baik
sekarang. Sudah lebih dari enam panggilan ku abaikan dan semuanya berasal dari
Teukie. Aku tahu kalau ini sudah begitu sore, bahkan seharusnya aku sudah
pulang dari dua jam yang lalu.
Ku percepat langkahku saat melihat sebuah kursi panjang tak
jauh di depanku. Ku dudukkan diriku di atas kursi tersebut. Ku buka kakiku
lebar-lebar, kutumpukan kedua sikuku di masing-masing pangkuanku. Kini tanganku
menumpu daguku. Pikiranku benar-benar kosong, hingga aku bingung harus mengisinya
dengan apa.
“ Heechul oppa?” aku segera menolehkan kepalaku sesaat
setelah ada suara yang memanggilku. Tiba-tiba saja aku langsung berdiri saat
mendapati Sunye yang baru saja memanggil namaku. Tapi tak hanya ada Sunye,
karena kenyataannya ada sosok lain di belakangnya, yang tak lain adalah Sohee.
“ Kau sedang apa disini oppa? Apa kau ingin menemui Sohee?”
aku hanya bisa tersenyum kaku karena sebenarnya bukan itu tujuanku.
“ Sepertinya dugaanku benar! Ya sudah aku duluan oppa.
Sohee, onnie duluan.” Pamit Sunye yang kini meninggalkan aku bersama Sohee
berdua, hanya berdua. Bahkan hal seperti ini sangat sulit untuk ku dapatkan
saat aku sangat menginginkannya.
“ Bagaimana kabarmu?” jujur aku hanya basa-basi. Tentu tanpa
dijawabpun aku sudah tahu kalau dia baik-baik saja.
“ Baik..bagaimana denganmu?” senyum tipis menghiasi
wajahnya.
“ Baik..sangat baik.”
“ Begitu…baiklah oppa aku duluan, annyeong!” pamitnya seraya
membungkukkan badannya dan berlalu dari hadapanku.
Sohee POV
Hari ini aku ada interview di salah satu stasiun televisi,
dan tanpa sengaja aku menemukan sebuah sosok yang tak asing lagi untukku. Sosok
itu sedang terduduk sambil menumpu dagu dengan kedua tangannya. Awalnya sosok
itu tak menyadari keberadaanku hingga akhirnya Sunye onnie memanggil dirinya.
Tak ada raut antusias di wajahnya, tidak ada keceriaan yang biasa dia tunjukkan
melalui senyumnya. Ia terasa begitu asing, dia tak seperti Heechul oppa
biasanya. Bahkan saat berbicara denganku tadi, ia biasa saja. hingga aku
berlalu darinyapun dia terkesan tak peduli.
Dan tiba-tiba saja aku merasa ada yang berbeda, aku merasa
kehilangan sesuatu. Rasanya sangat kecewa saat melihat Heechul tak mempedulikan
kehadiranku. Kenapa? Bukankah harusnya aku merasa senang, karena orang yang
menggangguku sudah tidak ada?. Tapi kenapa? Kenapa sekarang aku sangat
merindukan saat-saat seperti dulu? Saat dimana ia selalu berusaha menemuiku.
Ayolah Ahn Sohee..apa yang sedang kau pikirkan?.
…….
Kibum POV
At 19.20 KST
Mataku terasa begitu berat, rasanya ingin sekali aku
memejamkan mataku. Tapi tidak! Aku terlalu takut meski hanya sebentar. Semuanya
akan teringat kembali saat aku memejamkan mataku. Aku tidak siap. Bahkan jika
itu hanya sebuah mimpi. Perkataannya kemarin siang terus terbayang-bayang dan
begitu menggangguku.
Flashback
Dia masih
belum menyadari kehadiranku. Dia masih sibuk menatapi danau di depannya
ditemani sebuah earphone yang menggantung di telinganya. Melihat situasi
seperti itu, aku langsung duduk di sampingnya, ikut menatap apa yang menjadi
objek penglihatannya.
“ KAU???”
dia terlihat begitu geram saat mendapatiku telah duduk di sampingnya. Tapi aku
hanya tersenyum menanggapinya.
“ Siapa
yang mengizinkanmu ke sini, HAH??” ternyata benar dia begitu kesal padaku.
Melihat emosinya yang semakin menjadi, akupun memiringkan posisi dudukku
menghadapnya.
“ Apakah
ini danau pribadi milik keluargamu nona So Eun? Sepertinya bukan, jadi siapapun
bebas untuk datang ke sini, kan?” balasku santai tapi tidak dengannya. Dia
mendengus kesal sambil memalingkan pandangannya.
“
Tapi…AISHHH..jinjja!” sungutnya begitu kacau sambil menghentakkan kakinya tanpa
sebab. Seburuk itukah bertemu denganku?.
“ KAU!”
dia bangkit dari dudukannya dan berdiri di hadapanku. Dia menatapku tajam
sambil mengacungkan jarinya ke arahku.
“ Apa kau
tidak dengar apa yang ku bilang waktu itu? baiklah akan ku ulangi karena
sepertinya kau sudah lupa.”
“ KAU!
Jangan muncul di hadapanku lagi, arasseo?” dia hendak pergi setelah
menyelesaikan kalimatnya, tapi aku bangkit dan langsung meraih lengannya. Dia
membalikkan tubuhnya dan menatapku dengan tatapan seakan tidak sudi untuk
menatapku lagi.
“
Lepaskan aku!” teriaknya sambil berusaha melepaskan lengannya dari
cengkramanku.
“ Aku
bilang lepaskan!”
“ Aku
tidak mau melepasnya, kau puas?” bentakku di depan wajahnya. Dia nampak
terkesiap dengan perlakuanku, bahkan aku sendiripun begitu.
“
Brengsek! Bisakah kau berhenti mempermainkan perasaan orang lain? Apa tidak
cukup waktu itu saja kau membuatku seperti orang bodoh, HAH? Dan sekarang
berhentilah merusak hidupku! Jadi jangan muncul di hadapanku lagi, ARRA?” aku
terdiam mendengar ucapannya barusan. Perlahan sel-sel saraf ditubuhku melemah.
Tubuhku serasa kaku. Dia? Dia mengatakan semua itu padaku.
Flashback End
Penggalan
cerita itu terus menghantuiku. Aku tak menyangka kalau dia akan mengatakan hal
seperti itu. aku tahu kalau dia benar-benar membenciku, tapi aku tidak tahu
kalau dia sampai bisa bicara seperti itu. aigoo..kepalaku pusing!. Beban dalam
pikiranku begitu membuat system saraf otakku terganggu, ditambah lagi kondisi
mobil yang berjalan yang terus bergoyang benar-benar menambah rasa pusingku.
Memang
setelah ia mengatakan hal itu, aku langsung kembali ke lokasi tadi saat aku
bertemu Jong Kook hyung dan memintanya untuk segera membicarakan masalahnya
padaku. Setelah urusanku dengan Jong Kook hyung usai, aku langsung beranjak pulang.
Dan sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang. Aku memenuhi apa yang
diinginkannya, aku akan melenyap dari hadapannya, meski aku tak bisa menjamin
hal itu dengan itu.
Saat pertama
kali aku mengenalnya hingga aku dan dia sekolah di sekolah yang sama, dia terus
muncul di hadapanku. Awalnya aku merasa biasa saja, aku bermain dengannya
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Tapi semua berubah saat aku memasuki masa
SMA-ku, perasaan yang kupikir hanya perasaan biasa, ternyata adalah perasaan
yang luar biasa. Aku menyukainya.
Maka sejak
itulah aku mulai mengacuhkannya, meski bukan menjauhinya. Hanya saja aku jarang
berbicara dengannya. Semua aku lakukan karena aku itulah diriku, orang yang
tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan baik. Meski sebenarnya tidak ada
yang perlu ku takutkan, toh aku juga mengetahui perasaannya padaku. Terus
kenapa? Entahlah..aku sendiri tidak tahu.
……..
Heechul POV
15.45, At car
Hah…aku
benar-benar geram hari ini! Bagaimana
tidak? Waktu dimana harusnya aku bisa segera kembali ke dorm harus terpakai
karena aku punya kewajiban untuk melakukan pemotretan iklan terbaruku. Benar-benar
menjengkelkan! Padahal aku sudah berencana untuk bersantai ria di dorm.
“ Heechul-aa,
maafkan aku! Aku lupa memberitahumu tentang hal ini, kau tahukan berapa banyak
jiwa yang harus kuatur jadwalnya?” rajuk Yong Hwan Hyung, managerku. Dia duduk
di sebelahku dan sudah berulang kali dia mengucapkan hal yang hampir serupa
sampai-sampai aku jengah mendengarnya.
“ BISAKAH KAU
DIAM HYUNG? AKU LELAH!” dia melongo saat aku membentaknya. Sebenarnya aku tidak
bermaksud seperti itu, tapi melihatnya langsung diam, aku tak menyesali
perbuatanku sama sekali. Setidaknya dia tidak akan mengoceh lagi untuk beberapa
menit kedepan.
……..
Dengan malas aku
keluar dari mobilku dan menatap gedung tinggi di hadapanku. Tak ada rasa kagum
melihat bangunan pencakar langit ini, malah dengan melihat gedung ini aku jadi
berniat untuk membunuh arsitek yang telah membangun gedung ini. Bayangkan..jika
saja arsitek itu tidak membangun bangunan ini, pasti sekarang aku tidak berada
di sini, ya kan?
“
Profesional-lah Kim Heechul! Jangan tekuk wajahmu seperti itu!” racau Yong Hwan
hyung yang berjalan mensejajarkan langkahku. Dia nampak begitu khawatir kalau
aku akan berbuat seenaknya. Lihat saja, dia sedang berusaha membujukku
sekarang.
“ Aku tahu!
Jadi diamlah!” jawabku malas seraya
mengambil langkah cepat. Bisa-bisa telingaku panas kalau terus bersampingan
dengan orang tua itu.
…….
At Director’s Room
Dari tadi dua
orang tua di sekitarku terus saja berbincang. Yah..mereka yang aku maksud
adalah Yong Hwan hyung dan juga direktur dari perusahan etude house, perusahaan
kosmetik terkemuka di Korea. Dua orang ini terus membahas tentang kontrak ini
nantinya. Terkadang direktur itu juga memuji kemulusan kulitku. Ah..kalau
masalah itu tidak usah diragukan! Kulitku memang begitu indah.
CEKKLEKK
“
Annyeonghaseyeo!”
Author POV
“
Annyeonghaseyeo!” sapa dua orang wanita yang baru saja muncul dari balik pintu.
“ Ah..kalian
sudah datang! Ayo silahkan duduk!” suruh direktur dengan ramah.
“ Nah…ini
adalah wanita yang akan bekerja sama denganmu Heechul-ssi.” Ucap direktur pada
Heechul. Sedangkan sang manager sudah menyapa dua wanita itu, Heechul malah
sibuk memainkan kuku-kukunya. Dia pun langsung berbalik karena sudah dihujani
desisan tanda peringatan dari managernya.
“ Annyeo…ng.”
Heechul yang awalnya ingin menyapa dengan ramah, mendadak ternganga dengan
sosok di hadapannya, begitupun dengan wanita itu. wanita yang sudah memiliki
firasat tidak enak sebelum sampai di tempat ini.
Hah..ternyata orang
sialan ini! Ottokhae? Apa lebih baik aku batalkan saja kontraknya? Keluh wanita itu di dalam hatinya.
Dia tidak menyangka kalau partnernya adalah Kim Heechul, orang yang memanggil
dirinya dengan nama yang salah. Sebenarnya bukan dia tidak tahu tentang siapa
partnernya, dia sudah tahu kalau partnernya adalah salah satu member Super
Junior, meski waktu itu belum pasti siapa. Saat mendengar hal itu, dia merasa
biasa saja, toh sejauh yang dia tahu member Super Junior merupakan orang-orang
yang ramah. Tapi ada satu hal yang ia lupakan, melupakan fakta kalau Kim Heechul
–namja yang dianggapnya tidak punya sopan santun itu- juga merupakan member
Super Junior.
Ckk..kenapa gadis ini?
Jadi dia rekan kerjaku? Apa tidak ada wanita lain? benar-benar sial aku hari
ini kesal Heechul
dalam hatinya.
“ Maaf..apa
kalian sudah saling mengenal?” tegur sang direktur yang menyadari betapa
terkejutnya kedua orang ini saat menatap wajah satu sama lain.
“ Ah..Nde?
Annie…” bantah Heechul sambil tersenyum kaku. Jujur dia bingung apa dia bisa
dibilang mengenal wanita itu atau tidak.
“ Ne..kami
memang tidak saling kenal, hanya saja kami pernah bertemu.” Timpal wanita itu
yang tak lain Lee Chaerin.
Heechul POV
“ Di iklan
ini kau, Heechul-ssi menjadi pria yang begitu mengagumi Chaerin. Setiap hari
kau diam-diam mengamatinya, kau juga sering mengikutinya kemanapun dia pergi,
arrachi?” terang bapak tua dihadapanku. Sontak aku langsung menoleh ke arah
wanita itu. Dia? Aku mengagumi dia? Meski hanya untuk peran, kurasa itu tidak
pantas.
“ Bagaimana?
Apa kalian ada pertanyaan?” tanyanya sambil menatapku dan wanita itu secara
bergantian.
“ Baiklah
sepertinya kalian berdua sudah mengerti,
jadi sekarang aku dan manager kalian tinggal mengatur jadwal pengambilan
gambarnya saja.”
“ Yong
Hwan-ssi, Mi Young-ssi, ayo ikut aku?” perintah si direktur yang kini bangun
dari duduknya diikuti Yong Hwan hyung dan manager gadis gila itu.
…….
“ Kau
mengenal gadis itu?” desis Yong Hwan hyung begitu pelan di depan telingaku.
“ Hmmm..” aku
tak banyak bicara cukup deheman panjang itu saja yang menjawab pertanyaannya.
Rasanya aku benar-benar ingin pulang secepatnya.
“
Annyeonghaseo…” orang tua di sebelahku ini langsung memutar tubuhnya dan
memberikan hormat pada seseorang yang barusan ia sapa. Aku tak tahu dan tidak
mau tahu siapa orang itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya
agar aku bisa segera masuk ke lift di depanku ini.
“ Ah Yong
Hwan-ssi annyeonghaseo..”
“ Heechul-aa,
berikan hormat padanya!” perintah Yong Hwan hyung pelan sembari menyikut
pinggangku. Mau tak mau akhirnya aku mengalah, lagipula aku tak mau terus
bertengkar dengan pria renta ini.
“
Annye..oong..KAU!” tiba-tiba saja jari telunjukku langsung mengarah pada dua
sosok yeoja di depanku. Ah anie..sebenarnya aku tidak bermasalah dengan yang
satunya, tapi aku bermasalah dengan wanita berbaju casual warna peach di
sebelahnya. Kenapa gadis gila itu senang sekali berkeliaran di sekitarku? Aigoo…masa
depanku bisa hancur kalau terus bertemu dengannya.
“ Cihh…”
gadis itu hanya mendengus kesal sambil melipat kedua tangannya dan mengalihkan
pandangan matanya.
“ Apa benar
kalian tidak saling mengenal?” tanya Miyoung –manager Chaerin.
TING
Bunyi bel
menandakan pintu lift telah terbuka. Rasanya aku ingin segera masuk ke
dalamnya, tapi mengingat aku adalah manusia yang dididik dengan penuh sopan
santun, makanya aku menahan sebentar keinginanku.
“
Isshh..sudahlah onnie! Ayo cepat pergi dari tempat ini! Aku muak melihatnya
terlalu lama!” oceh gadis gila itu sambil menarik lengan managernya. Gerakannya
begitu cepat dan hampir saja dia berhasil masuk ke dalam lift kalau tidak aku
cegah. Ckk…aku sudah menunggu lift ini dari tadi dan sekarang malah dia yang
akan menggunakannya? Jangan harap aku membiarkannya!
“ Yak!
Lepaskan tanganku!” pekiknya sambil melepaskan cengkramanku dari lengannya.
Namun bukan Heechul namanya kalau mengatasi seorang wanita saja tidak bisa. Aku
langsung menarik lengannya dan menghempaskannya hingga dia berada sekitar satu
meter di depan lift. Aku segera memasuki lift itu diikuti Yong Hwan hyung yang
masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
“ KAU!” geram
gadis itu sambil menunjukku.
“ Wae? Kau
tidak terima? Kau mau protes, hmm? Kalau iya, lakukan lain kali saja, karena
sekarang aku sedang sibuk. Arraseo?” ujarku menanggapinya dengan santai.
Mendegar ucapanku emosinya meningkat seratus persen, bagaimana tidak? Lihat
saja wajahnya sekarang! Sangat menyeramkan!.
“
Baiklah…kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi. Annyeong..” ucapku
sambil melambaikan tangannya. Sekali lagi dia menampakkan tampang
menyeramkannya dan aku? Aku amat senang. Dengan segera ku tekan tombol lift
yang membuat kedua pintunya perlahan menutup.
……
Author POV
“ Cepat
katakan apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan padaku!” tuntut So Eun pada
laki-laki yang duduk di hadapannya untuk ketiga kalinya. Dia sudah merasa tak
sabar dengan lelaki itu yang dari tadi hanya mengajaknya bicara tanpa arah yang
pasti. Lelaki itu yang tak lain adalah Kim Bum hanya bisa tersenyum melihat
kekesalan di wajah So Eun.
“ Maaf aku
terlambat..” So Eun dan Kim Bum langsung menoleh ke asal suara. Dua reaksi yang
amat kontras terpancar dari wajah So Eun dan Kim Bum setelah melihat sosok di
hadapan mereka. Begitu pun dengan sosok lelaki yang baru datang itu, ia menatap
So Eun tak percaya.
So Eun
langsung memutar pandangannya ke arah Kim Bum. Terlihat jelas kalau So Eun
begitu geram dengan apa yang baru saja ia terima. “ Jadi ini alasan kenapa kau
memintaku untuk datang ke sini? Ckk…” ejek So Eun sambil tersenyum sinis. Ia
pun meraih tas tangannya dan segera bangkit dari tempat duduknya.
“ So Eun
dengarkan aku dulu..”
“ Lepaskan!”
ronta So Eun seraya menepis tangan Kim Bum yang hendak menarik lengannya.
“ Jangan
pergi begitu saja, setidaknya dengarkan aku dulu.” Ujar Kim Bum.
So Eun
langsung memutar tubuhnya, ia menatap kedua namja di hadapannya secara
bergantian dan tersenyum kecut setelahnya. “ Ku pikir kau!” ucap So Eun sembari
melirik Kim Bum.
“ Ku pikir
kau orang yang bisa kupercaya, tapi ternyata? Ternyata kau sama brengseknya
dengan DIA!” lanjut So Eun dengan memberikan aksen tinggi pada kata ‘dia’.
“ Aku kecewa
padamu.” Tukas So Eun melirik Kim Bum sejenak sebelum akhirnya ia benar-benar
meninggalkan Café itu.
……..
So Eun POV
Aku membuang
pandanganku keluar jendela sambil menggigiti jemariku dengan tak tenang. Aku
tak percaya, bagaimana bisa aku bersikap seperti tadi?. Itu bukan aku! Ya
tuhan…kenapa belakangan ini emosiku sulit sekali untuk dikendalikan?. Tak
terasa cairan hangat perlahan membasahi pipiku. Tak ingin ada yang menyadari
keadaanku, buru-buru ku seka airmataku dengan punggung tanganku. Ahh…untung
saja Minji masih berbicara dengan namjachingunya di telpon, kalau tidak pasti
dia akan memberondongiku dengan berbagai macam pertanyaan.
……
Author POV
Two days later….
“ Lupakan
semuanya..” ucap Kibum datar. Nada bicaranya begitu datar dan tak berekspresi.
“
Tidak…jangan menyerah begitu saja!” sergah Kim Bum yang tak sepaham dengan Kibum. Tapi sekeras apapun Kim Bum menyatakan
ketidaksetujuannya, tapi tetap saja tak bisa meruntuhkan keputusan Kibum.
“ Wajarkan
kalau dia bersikap seperti itu? kau sudah menyakitinya begitu lama, ingat itu!”
ulas Kim Bum menyanggah pendapatnya. Tapi Kibum tetap diam, meski sesekali ia
tersenyum samar, menandakan betapa frustasinya ia.
“ Jadi begini
akhirnya, HAH? Ckkk…” Kim Bum yang tak sabaran dengan sikap Kibum hanya bisa
mendengus kesal. Ia terlalu gemas dengan keputusan yang diambil orang di
hadapannya.
“ Berikan ini
padanya!” Kibum menyodorkan sebuah paper bag pada Kim Bum. Kim Bum langsung
meraih bungkusan itu dan membukanya. Ia melirik Kibum dengan maksud meminta
penjelasan dari benda yang berada di dalam bungkusan itu yang tak lain adalah
sebuah boneka beruang yang sudah kusam.
“ Berikan
saja padanya dan juga sampaikan kalau aku akan melenyap seperti apa yang ia
pinta.” Terang Kibum. Kim bum menatap orang di depannya sebentar, kemudian
merapatkan kembali bungkusan tersebut.
“ Kalau kau
memang pria, berikan saja sendiri padanya!” Kim Bum pun beranjak dari kursinya
dan pergi begitu saja tanpa membawa bungkusan yang tadi diberikan Kibum
padanya.
…….
3 days later…
Heechul’s Part
Waktu memang
terus berjalan, hingga lima hari telah berlalu-pun tak terasa. Begitu juga
kebersamaan Heechul dan Chaerin di lokasi shooting. Tapi meskipun empat hari
bergelut di tempat yang sama, tak membuat mereka bisa bersikap baik satu sama
lain. Bahkan seharusnya mereka tak dipasangkan karena diantara keduanya tak ada
yang mau menurunkan ego.
“ CUT…”
teriak seorang sutradara menghentikan acting Chaerin dan Heechul. Adegan ini
dihentikan bukan karena acting mereka sudah sempurna, melainkan sebaliknya.
Padahal ini merupakan tiga scene terakhir, dimana mereka berdua harus
berdansa.Mereka memang melakukannya sesuai dengan yang sudah diarahkan tapi
sayangnya mereka terlalu kekanak-kanakkan untuk sekedar melakukannya dengan
benar.
Tingkah
mereka ada saja. Tadi saat gerakkan memutar,Chaerin dengan sengaja menginjak
kaki Heechul dengan Heels runcingnya, tentu heechul tak mau kalah begitu saja.
Ia langsung membalas memelintir lengan Chaerin. Mereka berduapun akhirnya geram
sendiri dan melayangkan tatapan tajam pada satu sama lain.
“ Sebenarnya
ada masalah apa diantara kalian berdua?” sutradara sudah sangat frustasi dengan
kedua orang di hadapannya yang lebih pantas dibilang bocah labil. Bukannya
menjawab, kedua orang itu malah saling bertukar pandang seolah sedang
melemparkan kesalahan.
“ Ahhh…baiklah!
Kita istirahat saja dulu!” ucap sutradara dengan berat hati. Tapi mau diapakan
lagi? Apa kalian ingin menyarankannya untuk membentak kedua orang tak tahu diri
itu? Jika iya…berarti semuanya tak berguna. karena metode tersebut sudah
dilakukannya berulang kali, tapi ujung-ujungnya kejadian yang sama terus saja
terulang.
“
Heechul-aa..bisakah kau sedikit professional?” desis Yong Hwan, manager Heechul
sedikit menekan nada bicaranya. Sepertinya bukan hanya sutradara tadi yang
mengalami tekanan batin, tapi semua orang yang menyaksikan bagaimana jalannya
shooting-pun akan mengalami hal yang sama.
“ Ya aku tahu
hyung..” Heechul berjalan meninggalkan ruangan itu dan terus berjalan diikuti
Yong hwan di belakangnya.
“ Kalau kau
tahu, kenapa tak kau jalankan, Hah?” decak Yong hwan tak sabaran dengan orang
di depannya. Rasanya ingin sekali ia mencekik namja cantik di depannya, kalau
tak mengingat tentang kemungkinan dirinya akan dipecat kalau sampai melakukan
hal tersebut.
Heechul
memutar tubuhnya dan menatap managernya dengan begitu santai. “ Aku bukannya
tak menjalankan, tapi belum melakukannya.” Ujar Heechul mengoreksi ucapan Yong
hwan. Kini Heechul memutar badannya kembali dan meneruskan langkahnya. Tapi
gerakannya berhenti membuat orang di belakangnya ikut berhenti.
“ Hyung…aku
tahu kau memang harus menjalankan tugasmu dengan baik, tapi haruskah kau
mengikutiku ke kamar kecil?” Yong Hwan terdiam sambil meneguk air liurnya sendiri.
sebenarnya dia bukan maniak atau stalker yang bersedia mengikuti Heechul bahkan
jika dibayar sekalipun, akan tetapi dia khawatir kalau Heechul akan melakukan
hal-hal tak terduga.
……..
Heechul POV
“ Jangan
temui aku lagi!” terdengar suara wanita dengan aksen tenang namun tegas saat
aku baru saja keluar dari toilet.
“ Dengarkan
aku dulu Chaerin-aa..” rajuk seorang pria. Tapi tunggu! Siapa tadi? Chaerin?
Maksudnya Lee Chaerin?.
“ Bagiku semua
bukti di media massa sudah lebih dari cukup.” benar…itu suara Chaerin. Jangan
bilang dia bertengkar dengan kekasihnya lagi. Yah…selama kurang lebih lima hari
berada di tempat yang sama dengannya, membuatku tahu kalau dia sedang memiliki
masalah dengan kekasihnya.
Kim Ji Hoon,
itulah nama kekasihnya. Seorang actor yang tengah tersandung masalah pelecehan
seksual dengan seorang model yang aku lupa siapa namanya. Hampir setiap hari
namja itu datang kesini dengan maksud memberi penjelasan pada Chaerin, tapi
bukannya menyelesaikan masalah, namja itu malah membuat onar. Kurasa namja itu
sangat temperamental dan tipikal psycho.
“ Paling
tidak berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya.” Bujuk pria itu. Aku
berjalan mendekati asal suara, sebisa mungkin aku tak menciptakan kebisingan
sedikitpun. Kini bisa ku lihat dua sosok manusia yang tengah berseteru dari
balik dinding.
“ Harus
berapa lama lagi aku bersabar, Hah? Aku selalu mengerti dirimu, meski di luar
sana banyak yang membicarakan hal-hal buruk tentang dirimu. Aku melakukannya
karena aku mempercayaimu, tapi sekuat apapun aku mempercayaimu, sesering itu
juga kau menghancurkan kepercayaanku. Jadi harus berapa kali lagi aku memberimu….”
PLAAKKK
Gadis itu
meringis kesakitan sambil memegangi pipinya yang baru saja mendapat tamparan
yang cukup keras dari pria di depannya. Perlahan gadis itu menengadahkan
kepalanya, mensejajarkan pandangannya dengan pria itu. Gadis itu menatap sosok
kekasihnya dengan rasa ketakutan, tapi tidak dengan pria itu yang malah menatap
gadis itu dengan bengis seakan ingin melenyapkan gadis itu dari dunia ini.
“ Kau…” desis
Chaerin dengan gemetar. Tangannya terus memegangi pipinya yang membuatku yakin
kalau tamparan itu memang terlalu menyakitkan.
Pria itu
melangkah lebih dekat ke arah Chaerin dan saat itu pula Chaerin mengambil
langkah mundur. Tapi sayangnya langkah mundur gadis malang itu tak berguna sama
sekali, karena dengan begitu membuatnya tersudut di sebuah dinding hingga ia
tak bisa bergeming karena lelaki psycho itu telah mengunci akses geraknya.
“ Ini hukuman
karena kau tidak menuruti keinginanku. Apa susahnya memberiku kesempatan, heh?”
tanya pria dengan perawakan jangkung itu sambil mencengkram dagu Chaerin. Membuat
gadis itu secara suka atau tidak, harus memandang lelaki di depannya.
“ Hanya
wanita bodoh saja yang masih memberikan kesempatan untuk pria bajingan
sepertimu!” pekik Chaerin yang sontak membuat amarah pria di depannya semakin
menjadi. Aigoo…gadis itu bodoh atau idiot sih? Tidak seharusnya dia mengucapkan
hal sefrontal itu saat situasi sedang seperti ini.
“ Bajingan?
Kau bilang apa? bajingan? Baik…biar aku tunjukan seperti apa bajingan itu!”
Chaerin terdiam dengan pandangan yang terlepas dari sosok di depannya yang kini
tengah menangkupkan kedua wajahnya.
“ Jangan
sentuh aku!” ronta gadis itu sembari memukuli dada bidang kekasihnya.
PLAAKK
Tanpa merasa
bersalah pria itu melanjutkan aksinya tanpa menimbang rasa sakit yang dirasakan
gadis yang notabene-nya adalah kekasihnya. Bahkan sudah dua tamparan ia
layangkan pada pipi mulus milik Chaerin, dan sekarang dia malah mencengkram
salah satu lengan gadis itu. tentu cengkraman itu bukan sebuah sentuhan hangat
yang lembut, melainkan sebuah sentuhan yang mirip dengan sentuhan sipir penjara
pada narapidananya.
Author POV
Berulang kali
lelaki yang biasa dijuluki Cinderella itu menahan dirinya untuk tidak terlibat
lebih jauh dalam masalah sejoli di depannya, namun rasa nalurinya sebagai pria,
terus memaksa keluar. Sebenci apapun Heechul pada gadis yang tengah mendapat
perlakuan tidak senonoh itu, tapi tetap saja rasa kemanusiaannya tetap ada.
BUKK
Pria yang
dengan sekuat tenaga sedang berusaha mencium gadis di hadapannya secara paksa,
tiba-tiba saja berhenti saat merasakan rasa ngilu di sekujur kepala dan
punggungnya. Perlahan cengkramannya pada lengan gadis itu melemah dan secara
berkala pria gagah itu merasa pusing dan tubuhnya limbung.
~ TBC ~
Tingtongtingtongtingtong…
Assalamualaikum….Love
Need Efford dateng nih…
Masih adakah readers
yang menanti ff ini?
Ok…tenang semua…aku
gemeteran…*lebay*
Atur napas…..ok…
Gimana kabarnya nih
chingu-chingu sekalian? Sehat ya…aku juga sehat kok.. *siapa yang nanya*
Sebelumnya aku mau minta
maaf, karena udah lama gak publish
Sebenernya sih aku mau
meluruskan, aku tuh gak lanjut ff ini bukan Cuma alesan males, tapi dari
maret-juni kemaren aku sibuk sama sekolah. Bukan aku doang sih, tapi semua
author disini.
Tapi gak papa lah
yah….itung-itung hiatus sebentar..
Lagian juga ff ini emng
udh mau aku publish dari kemaren”, cuma aku tahan, karena aku pengen ngetik
yang banyak…kan part kemaren emg gak terlalu banyak, walau sebenernya udh
banyak
Pada puas gak ma part
ini? Gimana? Udah kebayang ama part selanjutnya?
Kalo aku sih udah *yalah
kan lu yang bikin*
Oh ya…aku mau minta maaf
karena diakhir”nya ada adegan kekerasan. Awalnya sih ga mau bikin adegan lebay
kayak gitu, tapi yaudahlah biar seru.
Ada yang mau protes
kalau part ini kedikitan? Kalau ada siap-siap aja aku lemparin kamus besar
bahasa Indonesia ke rumahnya. Ini tuh part paling panjang dari tiga part
sebelumnya. bayangin…41 pages! Banyakkan? Lagian kalo aku bikin terlalu panjang
takutnya kalian enek bacanya..
Hmmm….sorry..karena di
part ini So Eun-nya terkesan jutek banget dan satu lagi, maaf karena sekalinya
muncul, Sohee Cuma kebagian dikit. Awalnya aku juga gak mau buat berdasarkan
pandangan Sohee, tapi tetep aku tambahin biar kalian tuh punya gambaran tentang
perasaannya si eneng Sohee.
Baiklah saudara
sekalian, aku rasa cukup untuk kali ini
Kayaknya kalian juga udh
pegel bacanya…
Ya udah..aku cauuu dulu
…
Bye…
Thanks
GSB
setelah lama banget nunggu nih ff keluar jg...seneng deh....
ReplyDeletemakin seru aja nih seritanya...
q sedih ama kisah cintanya so eun dan kibum..
klu aja kibumnya berani dan tegas pasti dia bisa dapetin cintanya so eun lg, eh nih ujung2nya malah nyerah sebelum berjuang....ehm...gak gentleman...hehehehe...
btw good job deh buat ceritanya dan q puas ama ceritanya.....
next di tunggu lanjutannya....
semangat terus....
ia nih Kibumnya payah.....
DeleteMasa baru gitu ja dah nyerah, btw mksh buat komen+supportnya Chingu...^_^
Akihr'A Setelah menunggu lama.....
ReplyDeleteDi lanjut jga ff nih....
Kpan sso eonni dan kibum oppa bisa bersatu????
3 orang pria mencintai sso eonni...
Tpi hnya slah 1 di antara mrka yg bisa mendapatkan hati'a sso eonni...
Bgaimana perjuangan kibum oppa, untuk membuat sso eonni memaafkan'a....
Wah sprti'a nnti akan ada hubungan kisah cinta segi tiga yg lain nih...
Antara Sohee - Heechul oppa - dan Cl
Di tunggu kelanjuta'a ya chingu....
wah thor..../chingu akhirnya kau publish jg ff ni kangen bgt baca ff so eun unni di blog gigsent...
ReplyDeleteceritanya pnjg bgt puas sih tp so eun nya kok gt ya?? kasian bgt kibum oppa x tp kibum oppa sih gk gantle ngungkapin perasaannya n knp gk mnta maaf secara lansung gt... ni sso x pergi gk dikejer sm kibum aduuuueeeeh deh bikin psing jg ni couple :)
trus donghae oppa kok ngilang ya?
penasaran sm kelanjutan hubungan kibum n so eun unni....
jangan sampai kim so eunnya sm kim bum ya thor... so eun nya harus sm kibum suju titik#plak smau author sihnya hehhehe
jadi gak sabar nih baca klanjutannya penasaraaaaaaaaaaaan tingkat dewa deh
eh iya chingu salam bwt author yang lain juga ya blg lok ff kim so eun unni x di tunggu loh hahaaa cz seneng bgt baca ff kim so eun unni disini seruuu..seruu sih :)
apa lg saya juga suka sama ff yang pairing kyusso(kyu and so eun) and ff yang yesso couple (yesung-soeun) pokok x kangeeen bgt deh sama ff gigsent.
ok...fighting smoga makin semangat bwt ff nya :)