[One-Shoot] Mianhae




cast : Byun Baekhyun (EXO-K) , Yang Yoon Joo, Oh Sehun (EXO-K)




Flashback

“oppa, gwaenchanayo? kau sakit?” tanya seorang yeoja yang duduk disebelah seorang namja yang sedang menyetir dengan perasaan khawatir.
“a-annio. aku baik-baik saja. kau tak perlu khawatir..” jawab namja gugup.
“tapi kau terlihat sangat pucat…” desak sang yeoja.
“sudah ku katakan kalau aku baik-baik saja, aku tidak sakit!” ucap sang namja sedikit membentak.

Sepasang kekasih ini hanya dapat berdiam diri sepanjang perjalanan, sampai mobil itu berhenti tepat di depan rumah yang tak lain adalah rumah sang yeoja. Namja itu turun lalu membukakan pintu mobil untuk kekasihnya.
“gomawo oppa telah mengantarku pulang. kau benar tidak apa-apa?” tanya sang yeoja lagi memastikan.
“ne.” jawab namja itu singkat.
“syukurlah, aku masuk dulu. oppa hati-hati di jalan.” ujar yeoja itu sembari meninggalkan namjachingu nya dan membuka pagar rumah. Namun, baru beberapa langkah sang yeoja berjalan pergi, sang namja dengan cepat menahan tangan yeojachingu nya.
“tunggu dulu..” kata sang namja sembari menggenggam lengan yeojachingu nya. Sang yeoja pun membalikan tubuhnya dan menatap heran namjachingu nya itu.
ada apa oppa?”
“ehm.. begini. aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu.”
“apa oppa?”
“sebelumnya maaf, sebenarnya.... aku ingin.... mengakhiri hubungan kita.” ucap sang namja dengan tertunduk.
nde? hahaha.. kau jangan bercanda oppa, ini sudah malam. jangan membuat lelucon, lagi pula kau kan sudah besar.” ujar sang yeoja dengan memaksakan tawa nya.
“aku sedang tidak bercanda sekarang.”
“jadi, kau bersungguh-sungguh?” tanya sang yeoja tak percaya dengan menahan air mata yang akan tumpah. Apa daya, air matanya pun jatuh juga dan mengalir melewati pipi.
“aku bersungguh-sungguh. mianhae..” jawab sang namja masih tertunduk.
annio. katakan kalau kau hanya bercanda oppa! katakan!”
“mulai sekarang kau tak perlu lagi menghubungiku.” ujar sang namja lalu berlalu meninggalkan yeojachingu nya dan menaiki mobilnya. Belum sempat memasuki mobilnya, sang yeoja sudah terlebih dahulu menahan lengan namjachingu nya.
“berikan aku penjelasan yang jelas oppa. kau tidak dapat memutuskannya tanpa alasan yang jelas seperti ini..” ucap yeoja itu lirih. Namun sayangnya, sang namja hanya menepis tangan yeojachingu nya tanpa menghiraukan ucapan sang yeoja.
“mianhae..” lirih sang namja sembari menitikkan air matanya setelah ia meninggalkan yeojachingu nya. Terlihat sekali raut penyesalan serta kesedihan dari sudut matanya.


Sang yeoja hanya dapat diam terpaku dan menangis, hanya langit malam dan hembusan angin yang menemaninya. Mungkin, malam ini akan menjadi malam yang sangat menyedihkan bagi sang yeoja maupun sang namja.

Flashback -END-


“ya. Yoonjoo-ah, kau melamun? apa kau masih memikirkannya?” tanya seorang namja yang duduk di kursi tepat di samping seorang yeoja bernama Yoonjoo itu. Kini mereka sedang berada di sebuah restaurant yang terletak di sebuah tempat perbelanjaan yang cukup besar.

Merasa ucapannya diabaikan oleh chingu nya, kini namja itu berteriak tepat di telinganya -Yoonjoo.

“Yang Yoonjoo!! kau melamun, huh!?  jangan katakan kalau kau, masih memikirkannya?” pekik namja itu. Yoonjoo pun tersadar dari lamunannya akibat jeritan keras dari chingu di sebelahnya.
ya! Oh Sehun! kenapa kau berteriak tepat ditelinga ku? huh?” Ttanya Yoonjoo kepada chingu nya yang bernama Oh Sehun dengan sedikit berteriak.
“lalu kenapa kau diam saja ketika aku tanya? kau melamun? atau kau masih memikirkan Baekhyun hyung?” tanya Sehun.
“ a..anni. aku tidak memikirkannya..” elak Yoonjoo dengan mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru restaurant.
“jangan bohong. aku tahu kalau kau sedang berbohong, terlihat jelas  dari tatapan mata mu. kau masih memikirkannya kan?” tanya Sehun dengan sedikit menggoda Yoonjoo.
“hhhhh.. aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk melupakannya. aku sudah mencoba berbagai cara untuk melupakannya, tetapi tetap saja aku masih terbayang-bayang olehnya. aku bisa gila jika terus seperti ini!” jelas Yoonjoo lemas sembari membenamkan wajahnya ke atas tangan yang ia lipat di atas meja.
“sia-sia aku membantu mu untuk melupakannya. mulai dari memperkenalkan mu kepada chingu ku, Jongin. sepupu ku, Joonmyun. dan chingu dari chingu ku, Kyungsoo. dan hasilnya kau tolak semua. tak ada yang berhasil.” Sehun hanya dapat menghela nafas frustasi.
“maka dari itu, bantu aku lagi..” ujar Yoonjoo memelas.
“ini bukan karena aku membantu mu atau tidak. niat mu untuk melupakannya ada pada diri mu sendiri. sebenarnya kau dapat melupakannya dengan mudah asalkan kau bersungguh-sungguh.” jelas Sehun, sepertinya ia sedang menceramahi Yoonjoo. Untuk beberapa saat mereka terdiam, Sehun yang sibuk dengam mp3 nya. Sedangkan Yoonjoo, ia masih mencoba mencerna satu persatu perkataan chingunya.

“dan hanya ada satu hal yang membuat mu sulit untuk melupakan Baekhyun hyung, mungkin kau terlalu terobsesi dengannya..” sambung Sehun.
“huh? terobsesi? maksud mu?”  tanya Yoonjoo tak mengerti.
“ sudah hampir tiga tahun kalian berhubungan, dan Baekhyun hyung memutuskan hubungan kalian begitu saja tanpa alasan yang jelas bukan? aku tahu kau masaih mencintainya, dan itu yang membuat mu sulit untuk melupakannya dan bisa dianggap kau menjadi terobsesi karenanya. terobsesi karena kau sangat mencintainya. arra?” jelas Sehun panjang lebar dan tetap masih sibuk dengan mp3 nya.



Kalian bisa mengerti mengapa Sehun yang bernotabene hanya sebagai chingu Yoonjoo dapat begitu bijak padanya. Mungkin ia seperti seorang kakak bagi seorang Yang Yoonjoo.

Sehun yang menjadi chingu Yoonjoo sejak taman kanak-kanak, selalu memberikan jawaban dari semua masalah yang dihadapi Yoonjoo, dan begitu pula sebaliknya. Yoonjoo yang terlahir sebagai putri tunggal di keluarganya selalu merasa bosan karena memang ia tidak mempunyai saudara kandung untuk menemaninya. Saat taman kanak-kanak, Yoonjoo sangat sulit untuk bergaul dengan orang lain. Dari taman kanak-kanak hingga sekarang mereka selalu bersama. Bahkan, orang tua mereka pun menyekolahkan mereka di sekolah yang sama.


Flashback

Salju turun begitu deras. Seluruh anak sudah pulang dengan di jemput oleh orang tua masing-masing. Berbeda dengan Yoonjoo. Di saat seperti ini, orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan hingga lupa untuk menjemput putri sematawayangnya itu. Merasa lelah menunggu, ditambah lagi dengan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang membuatnya ingin menangis. Yoonjoo terduduk dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

Seorang namja kecil yang tak lain adalah Sehun mendengar dan melihat seorang yeoja kecil sedang menangis. Sehun yang juga belum pulang ke rumahnya, mencoba mendekat dan menyentuh pundak Yoonjoo. Yoonjoo yang merasa ada seseorang yang menyentuh pundaknya pun menghentikan aliran sungai kecil di pipinya, dan mendapati seorang namja kecil berdiri di sampingnya. Yoonjoo menghapus air matanya dengan kedua telapak tangannya, dan Sehun berjongkok tepat di depan Yoojoo.

“annyeonghaseyo, jo neun Oh Sehun imnida. ireumi mwoyeyo?” tanya Sehun dan juga memperkenalkan dirinya.
“jo neun Yang Yoonjoo imnida..” jawab Yoonjoo.
“kau mengapa menangis?” tanya Sehun lagi.
“eomma belum menjemput ku. dan kau? mengapa berada di sini? kau belum di jemput juga?” tanya Yoonjoo polos.
“aku sudah biasa tidak di jemput eomma. mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. untungnya rumah ku tidak terlalu jauh dari sini, jadi aku bisa pulang dengan jalan kaki saja. eeungg.. rumah mu dimana? mungkin saja aku bisa mengantarmu, dan lagi aku juga baru mau pulang.” jawab Sehun.
“rumah ku tidak terlalu jauh, hanya berada di jalan Chun-gyreo. dekat dari sini. benar kau mau mengantarku?” tanya Yoonjoo.
“ne. rumah ku juga berada di jalan Chun-gyreo. mungkin rumah kita berdekatan. kajja!” ucap Sehun sembari bangkit dan mengulurkan tangannya. Yoonjoo yang sudah tidak terisak menjawab uluran tangan Sehun. Ia menjawab ajakan Sehun dengan senyum.



“ini rumah ku…” ujar Yoonjoo sembari menunjuk sebuah rumah beraksen minimalis dengan jari telunjuknya yang mungil.
“nde? ini rumah mu? kalau ini rumah mu berarti rumah kita bersebelahan. rumah ku yang itu..” ujar Sehun sembari menunjuk sebuah rumah dengan aksen klasik yang letaknya berada di samping rumah yang ditunjuk oleh Yoonjoo.
jinjja? wah... aku tak menyangka. oh iya, gomawo Sehun-ah sudah mengantar ku. mulai sekarang kita berteman ya..” ujar Yoonjoo sembari mengulurkan jari kelingkingnya yang mungil dengan tersenyum.
“ne..” Sehun menjawab uluran Yoonjoo dengan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Yoonjoo dan kemudian tersenyum.

Flashback -END-


Awal pertemuan Sehun dan Yoonjoo yang membuat mereka menjadi sahabat karib hingga sekarang. Karena Sehun sangat perhatian kepada Yoonjoo, Yoonjoo pun menjadi menganggap Sehun sebagai oppanya sendiri karena memang ia tidak mempunyai saudara.

Yoonjoo yang merasa bosan karena Sehun yang tak kunjung berbicara lagi setelah menceramahinya tadi, ia pun lebih memilih memainkan ipad yang sedari tadi hanya tergeletak di hadapannya saja.

Sesekali Yoonjoo tersenyum membaca e-mail dari seseorang yang ia kenal lewat dunia maya. Sehun yang melihatnya terheran-heran, lalu mendekatkan duduknya agar dapat melihat apa yang dilakukan Yoonjoo.

“kau sedang apa?” tanya Sehun lalu membaca satu-persatu kalimat yang tertera di layar ipad.
“aku sedang membalas e-mail..” jawab Yoonjoo yang masih berkonsentrasi pada layar ipadnya.
“m-mwo?! ini kan milik…” segera Sehun menghentikan ucapannya dan menutup mulutnya.
“nde? milik siapa?” tanya Yoonjoo.
“a-anio, mungkin aku hanya salah lihat..” jawab Sehun mengelak.

“bukan kah ini miliknya? aku tak mungkin salah lihat!” batin Sehun.

“nuga?” tanya Sehun mengalihkan pembicaraan.
“mollayo, ia tidak member tahukan namanya siapa.” jawab Yoonjoo yang tetap berkonsentrasi pada layar ipadnya.
“kau kenal dengannya sejak kapan?” tanya Sehun lagi.
“tidak terlalu lama juga, sekitar tiga bulan aku mengenalnya lewat e-mail.” jawab Yoonjoo. Sehun hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari chingu nya, yang ia fikir terlalu polos ini.

1 menit…

2 menit…

3 menit…

4 menit…

Keduanya diam, Sehun maupun Yoonjoo hanya melakukan hal-hal yang tidak menimbulkan suara sedikit pun. Dan hingga..

5 menit…

“OMONA!!!!!” pekik Yoonjoo yang sontak membuat Sehun yang tepat di sebelahnya terkaget-kaget.
“wae irae? kau ini aneh sekali! tadi kau senyam-senyum sendiri! sekarang kau berteriak! micheosseo?!” omel Sehun, ia sangat kesal sekarang.
“mianhaeyo Sehun-ah, mianhae..” ujar Yoonjoo.
“aku hanya sedang senang sekarang.” sambungnya sembari mencubit kedua pipi Sehun.
“memangnya ada apa?” tanya Sehun penasaran.
“dia mengajak ku bertemu besok.” jawab Yoonjoo dengan senyum lebar yang terpancar di bibirnya.
“eh?” antara percaya atau tidak percaya, antara mengerti atau tidak mengerti, lagi-lagi Sehun bertanya.
“ini, lihat ini..” ujar Yoonjoo sembari memperlihatkan ipadnya kepada Sehun. Sehun membaca satu-persatu kalimat yang tertera.
“ck..hyung, kau ini..” gumam Sehun tetapi masih dapat di dengar oleh Yoonjoo.
“wae?” tanya Yoonjoo.
“a-annio..” elak Sehun.
Yoonjoo dengan cepat memasukan satu persatu barangnya ke dalam tas yang ia bawa. Dan dengan cepat juga, ia bangkit dari duduknya dan menarik Sehun keluar dari tempat itu.


“ya! Yang Yoonjoo! kita mau kemana!?” pekik Sehun sembari menghentikan langkah kakinya dan menarik tangan Yoonjoo agar berhenti berlari.
“temani aku berbelanja.” ucap Yoonjoo cepat dan segera menarik tangan Sehun lagi, tetapi namja itu menahannya lagi.
“tidak lama kan? biasanya, kalau yeoja berbelanja pasti akan memakan waktu yang cukup lama. dan aku malas untuk menunggunya.”
“annie, asalkan kau mau bekerja sama pasti cepat. jajja!” jawab Yoonjoo dan segera menarik tangan Sehun lagi. Tetapi usahanya tidak akan membuahkan hasil, lagi-lagi Sehun menahannya.
“ada apa lagi Sehunnie?” tanya Yoonjoo gemas sembari mencubit kedua pipi Sehun.
“isshh.. lepaskan.” Sehun menepis pelan tangan Yoonjoo.
“kenapa kau suka sekali mencubit pipi ku? huh?” kesal Sehun.
“karena pipi mu terlihat lucu Sehunnie, arra? tidak ada yang dibicarakan lagi? yasudah, kajja!” Yoonjoo mencoba menarik tangan Sehun agar mau berjalan, tetapi tetap saja hasilnya nihil, lagi-lagi Sehun menahannya.
“chankkaman!” tahan Sehun seraya menarik lengan Yoonjoo.
“ada apa lagi, Oh Sehun? aku lelah menarik tangan mu agar kau mau bergerak dan tidak diam disini saja. tetapi selalu saja ditahan oleh mu. kau kan namja sedangkan aku yeoja, pasti lah kau lebih kuat dari ku.” gerutu Yoonjoo kesal.
“dengarkan aku bicara dulu, Yang Yoonjoo..” ucap Sehun dengan ber-aegyeo agar yeoja dihadapannya ini tidak marah lagi. Dan ia pun mencubit kedua pipi Yoonjoo untuk membalas perlakuan yeoja dihadapannya ini  yang telah mencubit pipinya tadi. Namun Yoonjoo hanya diam dan tidak dapat marah lagi karena aegyeo andalan Sehun. Selalu saja ia kalah dari aegyeo Sehun. Ketika Yoonjoo marah, sedih, maupun dikendalikan oleh ke-egoisannya sendiri, hanya aegyeo Sehun yang dapat membuat hatinya luluh dan kembali normal.

“jadi, cepat katakan?” tanya Yoonjoo gemas.
“belikan aku ice cream.. ya... ku mohon....ujar Sehun dengan melakukan Bbuing Bbuing aegyeo dan tak lupa senyum termanisnya. Dengan cara itulah Yoonjoo akan mengabulkan permintaannya. Yeoja itu pun membelalakan matanya.
“jadi… hanya itu yang ingin kau bicarakan?” tanya Yoonjoo tak percaya. Sehun hanya tersenyum jahil dan mengangguk.
“yasudah, nanti ku belikan setelah berbelanja.” Yoonjoo menarik tangan Sehun untuk berjalan memasuki sebuah toko yang menjual berbagai macam pakaian.


Keduanya berkeliling, namun Sehun hanya mengikuti kemana arah jalan Yoonjoo. Sehun hanya tersenyum melihat kelakuan chingu nya itu. Selama Yoonjoo memilih beberapa dress, Sehun hanya dapat duduk di sebuah kursi seraya menunggu Yoonjoo yang sedang mencoba dress diruang ganti. Tak lama Yoonjoo keluar dengan mengenakan dress yang tak terlalu panjang berwarna merah namun dibagian atas lebih terbuka.

“eotte?” tanya Yoonjoo sembari membalik-balikan tubuhnya. Sehun menggelengkan kepala sembari membuat tanda X di kedua tangannya yang berarti tidak.

Yoonjoo segera mengganti dengan dress kedua. Tak lama ia kembali dengan dress panjang dengan tangan yang tidak terlalu panjang berwarna ungu. Sehun mengembungkan pipinya lalu menggelengkan kepala.

Yoonjoo kembali memasuki ruang ganti, dan mengenaka dress ketiganya. Sebuah mini dress berwarna merah muda dengan berbagi hiasan dimana-mana. Namun Sehun tetap menggeleng. Yoonjoo pun mengerucutkan bibirnya. Hingga pada akhirnya, ia keluar dengan mini dress berwarna putih dengan pita dibagian pinggangnya dan tak lupa sebuah hiasan berbentuk bunga menambah keindahan dibagian bawah.

“eotte? ini yang terakhir.” tanya Yoonjoo. Sehun mendekat lalu membalik-balik tubuhnya.
“kita pilih yang ini. cepat ganti lalu bayar! jangan lupa dengan janji mu!” ujar Sehun.
“baiklah!” lagi-lagi Yoonjoo mencubit pipi Sehun.
“ishh..” Sehun hanya dapat mendengus kesal.


Sesekali Sehun memerhatikan arloji yang ia kenakan di tangan kanannya. Sebuah tangan tiba-tiba menggandeng lengannya dan membawanya pergi, berjalan dengan cepat menuju tempat pembayaran. Tangan itu adalah tangan Yoonjoo yang telah selesai mengganti pakaian dan membawa mini dress putih itu. Selesainya membayar, keduanya keluar dari toko pakaian itu dan menuju sebuah toko ice cream.
“kau mau yang mana?” tanya Yoonjoo kepada Sehun yang sedang memerhatikan kebagian macam-macam rasa ice cream.
“yang ini saja..” Sehun menunjuk salah satu rasa ice cream
“yang ini dua..” ujar Yoonjoo kepada pelayan di hadapannya. Setelah membayarnya. Segera keduanya keluar dari toko itu.

“tidak kemana-mana lagi kan? ini sudah malam, lebih baik kita pulang.” ujar Sehun sembari memakan ice creamnya. Yoonjoo hanya mengangguk dan masih berkonsentrasi kepada ice creamnya.
“pakailah jaket mu.” perintah Sehun sembari memberikan jaket berwarna cokelat. Dan dengan cepat motor yang dibawa Sehun bergerak meninggalkan tempat itu.



“gomawo Sehunnie..” ucap Yoonjoo.
“cheonmaneyo. cepat masuk, besok akan ku antar.” balas Sehun.
Yoonjoo segera masuk kedalam rumahnya, begitu pula dengan Sehun. Yoonjoo dengan cepat memasuki kamarnya dan memerhatikan mini dress putih yang tadi ia beli. Dirinya kini mulai tak sabar mnunggu hari esok. Dengan cepat ia mengirim e-mail kepada teman e-mailnya itu.


“besok bertemu dimana?”

From : Yoon Joo

Tak beberapa lama, sebuah jawaban telah diterima Yoonjoo.


“dimana tempat dengan keindahan dari bunganya yang penuh dengan kehangatan, yang tak lain adalah JongHae Gongwon. pukul 7 malam.”

To : Yoon Joo


“baiklah.”

From : Yoon Joo


Yoonjoo membuka pintu yang terbuat dari kaca, yang berguna sebagai penghubung antara kamar tidur dengan balkon.

   Kreeekkk…

Ia menoleh kearah kanan dimana rumah dan lebih tepatnya kamar Sehun berada. Ternyata lampu di kamar itu tak kunjung mati. Hal baik untuk Yoonjoo, pemilik kamar itu belum tidur. Ia mencoba mengambil nafas dalam-dalam, kemudian…

“OH SEHUN! CEPAT KE BALKON MU!! ADA YANG INGIN KU KATAKAN!!!” pekiknya.

Sehun yang beru saja hendak menyelami alam mimpinya harus bersusah payah bangkit menuju balkonnya. Ia membuka pintu kaca itu dengan kasar.

   Kreeekkk…

“YA! TIDAK BISAKAH KAU TAK BERTERIAK?!! INI SUDAH MALAM!!” bentak Sehun. Yoonjoo hanya dapat menahan tawa sembari tersenyum geli. Ya, Yoonjoo tertawa karena melihat ekspresi chingu nya itu. Bagaimana ia tidak tertawa? Sehun berteriak dengan mata tertutup juga tubuh yang sudah sempoyongan. Dapat dikatakan, ia marah dengan nyawa yang belum terkumpul seutuhnya (?)
“hmphfttttt……”
“ya! kenapa kau tertawa?” kini ia tidak marah, sudah sadar, dan sudah membuka matanya. Memang tidak marah, namun ia kesal akan sikap chingu nya itu. Sehun hanya membuang muka dan tak mau menatap wajah Yoonjoo. Ia tahu, Yoonjoo sedang menertawai dirinya.

Yoonjoo mencoba untuk tak tertawa lagi, menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan secara perlahan.
“kau benar akan mengantarku besok?” tanyanya.
“ne, kalau kau tak bersama ku mana mungkin kau akan di izinkan pumo mu untuk keluar rumah di malam hari.” jawab Sehun.
“kau masih ingat JongHae Gongwon?”
“keurom.”
“kalau begitu kau antar aku ke JongHae Gongwon pukul tujuh malam besok, ne?”
“baiklah, selamat malam.” ujar Sehun lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Tanpa membuang waktu lama, ia sudah menyelami alam mimpinya. Begitu pula yang dilakukan oleh Yoonjoo.



   KRINGGGGGG

Jam weker yang terletak manis di atas meja di samping ranjang bebunyi begitu nyaring, menandakan sudah pagi. Pagi yang begitu cerah di akhir pekan. Tak hanya itu, pemilik jam weker itu pun dengan cepat bangkit dari tidurnya. Tak biasanya ia bangun dengan begitu semangatnya. Dengan cepat ia bangkit dari ranjangnya menuju balkon. Hanya untuk membangunkan seorang Sehun di pagi hari, yang sudah menjadi kebiasaan setiap paginya.

“Oh Sehun! ireona! sudah pagi!” pekik Yoonjoo.
Yang dipanggil buru-buru bangun dari alam mimpinya untuk menjawab panggilan itu. Walau masih mengantuk, Sehun tetap harus bangkit daripada mendengar teriakan chingu nya itu untuk yang kedua kalinya di pagi ini.
“gomawo sudah membangunkan ku..” jawabnya dengan mata yang masih terpejam.
“cepat turun ke bawah dan sarapan, ne.”perintah Yoonjoo, Sehun hanya mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan kepadanya.


Tuan dan Nyonya  Yang tengah berada di ruang makan. Mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing sembari menunggu anak sematawayangnya itu datang dan sarapan bersama. Tak perlu waktu lama, yang tengah ditunggu pun datang dan segera duduk di salah satu kursi lalu mulai meneguk sedikit susu dihadapannya.
“appa, eomma, malam ini aku pergi ya?” tanyanya membuka pembicaraan seraya menyantap roti panggangnya.
“dengan siapa?” tanya tuan Yang, yang masih sibuk dengan koran paginya. Membaca hingga sedikit menutupi wajahnya.
“yang pasti dengan Sehun.” jawab Yoonjoo.
“yasudah, tetapi jangan pulang hingga larut malam, arraseo?
“joseum eomma.”



18.00 KST.

Dengan begitu semangat, ia berganti pakaian dengan mini dress putih yang kemarin di belinya. Mini dress itu begitu indah di tubuhnya, di padukan dengan rambut panjang hitam legam yang dibiarkan terurai dengan bebas. Dan ditambah dengan sebuah bandana yang melekat di rambutnya. Ia menggunakan riasan wajah yang tak terlalu tebal –natural, membuat wajahnya tidak terlihat dewasa melainkan layaknya seorang anak yang akan pergi ke pesta ulang tahun chingu nya. Ah, tak lupa high heels yang akan menemani arah gerak kakinya kemana pun ia berjalan.

Tepat pada pukul 18.50 KST. Ia mengabarkan kepada Sehun agar segera bersiap karena sebentar lagi ia akan segera berangkat.

   Tap..Tap..Tap..

Suara derap kaki Yoonjoo yang menuruni tangga rumah menuju pintu depan terdengar begitu keras, karena benturan antara high hells dengan tangga keramik. Membuat seisi rumah pun dapat mendengarnya. Membuat eomma dan appa yang sedang duduk sembari meminum teh hangat dan menonton sebuah reality show di ruang keluarga pun dapat mendengarnya.

“sudah mau berangkat?” tanya eomma yang membuat langkah Yoonjoo terhenti dan harus menghadap eomma.
“ne eomma. aku berangkat dulu eomma, appa.pamit Yoonjoo mantap seraya berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya.

Di depan pagar sudah ada Sehun dengan motor besar putihnya menunggu.
“sehun!” panggil Yoonjoo.
“maaf menunggu lama.”
“apa tidak merepotkan?” sambung Yoonjoo.
“ada angin apa yang membuat mu bertanya seperti itu? biasanya kau akan memaksa ku untuk mengantar mu tanpa bertanya, apa tidak merepotkan?” goda Sehun seraya menirukan gaya bicara Yoonjoo sebelumnya. Yoonjoo pun mengerucutkan bibirnya kesal.

Selesai beradu argument singkat, keduanya segera melaju ketempat tujuan, JongHae Gongwon.

Telat 6 menit dari waktu awal yang ditentukan tak membuat semangat Yoonjoo surut begitu saja. Tetapi semangatnya semakin berapi-api tatkala motor besar berwarna putih yang ia tumpangi telah sampai di JongHae Gongwon.
“tak apa kau di sini sendirian? aku ingin ke suatu tempat dahulu.” tanya Sehun.
“hemm..” yeoja itu mengangguk mantap.
“baiklah, kau hati-hati..” setelah berucap segera Sehun kembali meluncurkan motornya ke tengah jalan dan meninggalkan Yoonjoo di tempat. Yeoja itu melihat kepergian Sehun yang semakin lama semakin menjauh dari tempatnya berdiri.


Ia berjalan menelusuri jalan setapak yang ada di hadapannya. Sesekali melirik ke setiap sudut Gongwon. Aneh, fikirnya.

mengapa tempat ini begitu sepi? aneh. Sungguh aneh. tak biasanya tempat ini tak ada pengunjung..
“apa tempat ini sudah menjadi tempat keramat? ya, aku mengaku. aku sudah jarang sekali ke tempat ini. namun hanya karena aku sudah jarang sekali mengunjungi tempat ini, lalu tempat ini menjadi sepi pengunjung dan lagi sekarang menjadi tempat yang keramat? isshh..maldo andwae. mana mungkin tempat keramat tetapi masih mempunyai bunga-bunga yang cantik seperti ini. ya! neo Yang Yoonjoo, jangan berfikiran yang macam-macam. lebih baik sekarang kau pusatkan fikiran mu untuk mencari namja itu!” batin Yoonjoo.


Ia memilih untuk duduk di sebuah bangku taman yang memang kosong, sembari menunggu namja yang telah membuat janji bersamanya. Seraya menunggu, ia menggerak-gerakan kedua kakinya, memain-mainkan sebuah cincin yang melekat di jari manisnya.

   Cup

“kau sudah lama menunggu?”
Seseorang mencium puncak kepala dan membisikan sebuah kalimat tepat di telinganya.

suara ini. suara ini. aku kenal. aku mengenal suara siapa ini..batinnya.

Segera ia bangkit dari duduknya dan berbalik menghadap sosok yang tiba-tiba datang.
“o..opp..oppa…” panggilnya terbata-bata, seraya menutup mulutnya dengan tangan kanan. Ia masih tak percaya dengan apa yang sekarang ia lihat. Dan mungkin kini matanya sudah membulat sempurna.
“bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Yoonjoo tak percaya dengan sosok yang ada di hadapannya.
Sebuah sungai kecil pun berhasil mengalir di pipinya tanpa ia harapkan sedikit pun. Membuat sosok itu menjadi sedih. Ingin sekali ia memeluknya.
“Yoonjoo-ah, jangan menangis. aku sedih melihat mu menangis.” ucap sosok itu sembari ingin memeluk Yoonjoo, namun dengan cepat Yoonjoo menghindar.
“tidak mungkin kau orang itu, Baekhyun oppa..” lirih Yoonjoo.
“kau tak percaya, tetapi takdir berkata lain. ia adalah aku. orang itu lah diriku. namja yang selalu berbagi kesedihan maupun kebahagiaan bersama mu lewat e-mail itu. namja yang selalu bercerita tentang sulitnya ia bertemu dengan seorang yeoja yang sampai sekarang masih ia cintai. dan kau tahu siapa yeoja itu? yeoja itu adalah dirimu. ya, dirimu. dirimu yang selama ini selalu ada di hatiku, selalu ada di fikiran ku, dan selalu dapat menguasai rasa sayang ku yang hanya untuk mu.” jelas Baekhyun, yanamja itu adalah Byun Bakhyun namja yang dulu dengan tega menutuskan hubungannya dengan Yoonjoo begitu saja.

Iris Onyx nya menangkap kedua bola mata milik Yoonjoo.Ketika Baekhyun mulai memeluk Yoonjoo ke dalam dekapannya, Yoonjoo tak berusaha menghindar sama sekali. Bahkan ia menerimanya walau air mata masih terus mengalir. Walau membuat sedikit baju Baekhyun menjadi basah karena nya, Yoonjoo menangis di pelukan Baekhyun.

Baekhyun melepaskan pelukannya dan menghapus aliran sungai kecil di pipi Yoonjoo, dan menyuruhnya untuk duduk.
“ini. ambil lah..” ucap Baekhyun sembari menyodorkan sebuah amplop berisi surat yang Yoonjoo tak ketahui isinya.
“apa ini?” tanya Yoonjoo tak mengerti.
“ini surat dari dokter..”
“surat, dari dokter?” tanya Yonjoo seraya mengambil amplop itu dari tangan Baekhyun dan membukanya, lalu membacanya.

Matanya mengikuti setiap kata demi kata yang tertera di kertas berwarna putih itu. Dan untuk beberapa saat ia terlihat begitu terkejut.
“ini benar-benar tak terjadi kan? ini tidak mungkin. tidak mungkin. kau tak benar-benar terkena leukimia kan?” tanyanya seraya menggeleng cepat, tak mempercayai apa yang ia lihat dan ia baca. Sungguh, ini sangat membuat hatinya sakit. Raut wajahnya pun sekarang sudah berubah menjadi raut kesedihan. Ia benar-benar tak menyangka jikalau ia berada di posisi Bakhyun.

Baekhyun tersnyum tipis sembari menarik nafasnya dalam-dalam, bersiap untuk memulai ceritanya.
“tiga bulan lalu ketika kau bertanya aku baik-baik saja atau tidak, aku berbohong saat menjawab bahwa aku baik-baik saja. padahal saat itu aku benar-benar sedang tidak baik, aku sedang menjalankan rawat jalan Korea-Amerika. aku ingin mengatakan padamu, tetapi aku tak ingin kau menjadi khawatir. maka dari itu aku menutupi semuanya darimu. saat itu aku mengidapa leukimia dan harus segera di operasi. tak lama aku mendapatkan kabar bahwa aku akan segera di operasi. dan operasi itu di jalankan di Amerika. maka malam itu aku memilih untuk mengakhiri hubungan kita saja, walaupun aku tahu aku salah tak member tahu mu. aku salah memutuskannya begitu saja tanpa ada alasan yang dapat memperjelas semuanya. aku tahu kalau aku memang bodoh membuat mu sedih. tetapi aku bertekad untuk bertemu dengan mu setelah aku sembuh nanti, dan mengulangi hubungan kita mulai dari awal lagi. dan sebulan setelah, itu aku mulai melakukan operasi. aku bersyukur karena operasi itu berhasil dan aku sembuh dan sehat seperti sekarang ini, dan juga aku dapat bertemu dengan mu lagi. namun dokter yang merewat ku belum boleh mengizinkan ku kembali ke Korea dan mengharuskan ku memulihkan keadaan ku dahulu sampai aku dapat dipastikan seratus persen sembuh. aku harus memulihkan keadaan ku atas pantauannya selama kurang lebih satu bulan. dan aku baru kembali dari Amerika dua hari yang lalu.” tutur Baekhyun.

“mianhae..” lirih Yoonjoo sembari menundukan kepalanya.
“tidak. ini bukan salah mu, ini salah ku.”
“annie. ini bukan sepenuhnya salah oppa. andaikan oppa mau member tahu ku, aku bersedia menunggu mu..” ucap Yoonjoo masih dengan suara yang parau.
Baekhyun menasrik tubuh mungil Yoonjoo kedalam dekapannya. Cukup lama Baekhyun memeluk yeoja dihadapannya itu.

“jadi?” goda Baekhyun seraya melepaskan pelukannya.
 “jadi apa?” tanya Yoonjoo menatap kedua iris Onyx Baekhyun tak mengerti.
“seperti yang ku katakan tadi, kau mau mengulangi semuanya dan memulainya dari awal lagi?” tawar Baekhyun sembari menggenggam kedua tangan Yoonjoo.
“hem..” Yoonjoo mengangguk mantap.
nde? ini? kau masih memakainya, Yoonjoo-ah..” ucap Baekhyun ketika ia menyadari ada sebuah benda yang tak asing lagi baginya yang melingkar di jari Yoonjoo.
 “tentu saja aku masih memakainya. ini kan pemberian dari mu.”
“aku juga masih mengenakan cincin pasangan kita.” Baekhyun menunjukan cincinnya yang ia kenakan di jari manis tangan kirinya.
Baekhyun kembali menarik tubuh Yoonjoo kedalam pelukannya. Bahkan kini Baekhyun semakin mengeratkan pelukannya.

“ya kalian!” seru seorang namja yang tak lain dan tak bukan adalah Sehun, membuat dua pasang manusia itu langsung melepaskan pelukan mereka.
“kalian....? wah.... chukae hyung..”
“dan kau yeoja cerewet, chukae..”
Sehun tersenyum.

“gomawoyo Sehun-ssi..” ujar Baekhyun.
“ne hyung, cheonmaneyo..” balas Sehun.
“ehem..maksud kalian apa? kenapa oppa berterima kasih kepada Sehun? dan kau Sehunnie, kenapa kau tak terkejut melihat kedatangan Baekhyun oppa?” Yoonjoo berdehem curiga.
“hehehe..Sehun membantuku untuk tak memberitahu mu.” jawab Baekhyun seraya terkekeh pelan.
“jadi kau sudah tahu semuanya Sehun-ah?” tanya Yoonjoo tak percaya.
“tepat sekali!” Sehun tersenyum puas karena telah membohongi chingunya sembari memetikan jarinya.
“aishh…kalian bekerja sama untuk membohongi ku ya? awas ya kalian!” Yoonjoo tak terima telah di bohongi oleh keduanya. Dan dengan cepat ia mencubit lengan keduanya..
“awwww!!!” ringis keduanya bersamaan.


the end...



ehm... author hanya akan sedikit berbincang-bincang disini.. tanpa belaga menggunakan bahasa inggris seperti yang biasanya.
oke... ff ini bukanlah dari author GSB, Salsa, maupun author Kim Dhira. tetapi ff ini dibuat dan dikarang langsung oleh uri dongsaeng, yang sebelumnya sudah pernah mengikut sertakan ff nya untuk meramaikan uri blog GIGSent fanfiction, yaitu 'Troubles from Strawberry'.

sebenarnya ff ini author publish untuk mengisi kekosongan, akibat author GSB yang memiliki kendala dengan jaringan internet nya. tetapi sepertinya itu sudah tak bermanfaat lagi karena, uri author kita telah mempublish ff termutakhirnya yaitu 'Love Need Efford'. walaupun begitu author tetap mempublish ff ini sekedar untuk meramaikan uri blog.

ehm... mengenai cerita ff ini. semoga readers suka yah.. mian kalau ceritanya aneh, kecepetan, atau sebagainya. maklum uri dongsaeng ini juga baru belajar menjadi seorang penulis ff...감사합니다 ^^

Comments

Post a Comment

Popular Posts